Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA KLINIK 3

“PEMBACAAN AGD”

Disusun oleh :
KELOMPOK 7
1. ELVINDA (G1C017076)
2. APRILIA P. (G1C017077)
3. UMI HANIK (G1C017097)
4. DYAH AYU P. (G1C017098)
5. ULFI ZAIMAH (G1C017099)
6. DESY WAHYU Z. (G1C017100)
7. SERLITA DEWI N.C (G1C017101)
Dosen Pengampu : Andri Sukeksi., SKM., M.Si
Tulus Ariyadi., SKM., M.Si

D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kepada Allah SWT yang
telah memberikan kita nikmat iman dan sehat beserta hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pembacaan Analisa Gas Darah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kimia Klinik 3, sekaligus berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam belajar serta dapat memahami nilai nilai dasar yang
direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
Dalam kesempatan ini, kami kelompok 7 menghaturkan terima kasih yang
sangat dalam kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan
pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini. Semoga dengan mempelajari
makalah ini, kita mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan yang timbul
dalam pembelajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dengan
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karna itu tegur sapa dari pembaca sangat kami
terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Semarang, 16 Oktober 2019

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan
penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam
basanya,fungsi paru dan status metabolisme pasien. Manfaat dari pemeriksaan
analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk
menginterpretasi hasilnya secara tepat.

Di Indonesia hampir 50% penyakit dalam dilakukan AGD (Analisa Gas Darah)
untuk mendapatkan data penunjang. Pada tahun 2007 banyaknya penderita demam
berdarah menambah catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan AGD
(Analisa Gas Darah).
Dari keadaan di atas sangat dibutuhkan peran perawat dalam AGD yaitu observasi
tempat penusukan dari pendarahan, hematom, atau pucat pada bagian distal.

Pemahaman yang mendalam tentang fisiologi asam basa memiliki peran yang
sama pentingnya dengan pemahaman terhadap fisiologi jantung dan paru pada
pasien-pasien kritis. Telah banyak perkembangan dalam pemahaman fisiologi asam
basa, baik dalam suatu larutan maupun dalam tubuh manusia. Pendekatan tradisional
dalam menganalisa kelainan asam basa adalah dengan menitikberatkan pada rasio
antara bikarbonat dan karbondioksida, namun cara tersebut memiliki beberapa
kelemahan. Saat ini terdapat pendekatan yang sudah lebih diterima yaitu dengan
pendekatan Stewart, dimana pH dapat dipengaruhi secara independent oleh tiga
faktor, yaitu strong ion difference (SID), tekanan parsial CO2, dan total konsentrasi
asam lemah yang terkandung dalam plasma.

Kelainan asam basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien-pasien
kritis. Namun, pendekatan dengan metode sederhana tidak dapat memberikan
gambaran mengenai prognosis pasien. Pendekatan dengan metode Stewart dapat
menganalisa lebih tepat dibandingkan dengan metode sederhana untuk membantu
tenaga kesehatan dalam menyimpulkan outcome pasien.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep analisa gas darah
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian analisa gas darah.
b. Menjelaskan tujuan analisa gas darah.
c. Menyebutkan manfaat pemeriksaan analisa gas darah.
d. Menyebutkan indikasi analisa gas darah.
e. Menyebutkan kontra indikasi analisa gas darah.
f. Menjelaskan langkah-langkah menilai gas darah.
g. Menyebutkan faktor yang mempengaruhi pemeriksaan analisa gas darah.
h. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisa gas darah.
i. Menjelaskan interpretasi hasil analisa gas darah

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Analisa Gas Darah


Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat
penting untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa
(pH) di dalam darah.
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan
asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen,
dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah
secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien
penyakit berat yang akut dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini
menggunakan spesimen dari darah arteri, jika sampel darah arteri tidak dapat
diperoleh suatu sampel vena campuran dapat juga digunakan.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya
dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung
pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3
faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
a. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
b. Sistem dapar fosfat
c. Sistem dapar protei
d. Sistem dapar hemoglobin
2. Mekansime pernafasan.
3. Mekanisme ginjal
Mekanismenya terdiri dari:
a. Reabsorpsi ion HCO3-
b. Asidifikasi dari garam-garam dapar
c. Sekresi ammonia

Tabel gas-gas darah normal dari sample arteri dan vena campuran.
Parameter Sampel arteri Sampel vena

Ph 7,35-7,45 7,32-7,38
PaCO2 35-45 mmHg 42-50 mmHg

4
PaO2 80-100mmHg 40 mmHg
Saturasi oksigen 95%-100% 75%
Kelebihan + atau -2 + atau -2
/kekurangan basa
HCO3 22-26 mEq/L 23-27 mEq/L

B. Tujuan Analisa Gas Darah


Analisa gas darah memiliki tiga tujuan sebagai berikut:
1.Memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah merah mengalirkan
oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh.
2.Memeriksa kondisi organ jantung dan ginjal, serta gejala yang disebabkan oleh
gangguan distribusi oksigen, karbon dioksida atau keseimbangan pH dalam
darah.
3.Tes ini juga dilakukan pada pasien yang sedang menggunakan alat bantu napas
untuk memonitor efektivitasnya .

C. Manfaat Pemeriksaan
Mengevaluasi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida, fungsi pernafasan
(termasuk hipoksia dan status asm-basa), dan beberapa penyakit pernafasan seperti
asma dan penyakit pulmonari obstrukstif kronik, serta emboli (termasuk emboli
lipid) dan pembedahan arteri koroner.

D. Indikasi Analisa Gas Darah


1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik.
2. Pasien deangan edema pulmo.
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS).
4. Infark miokard.
5. Pneumonia
6. Klien syok

E. Kontra indikasi Analisa Gas Darah


Sirkulasi kolateral yang tidak adekuat pada ekstremitas yang telah dievaluasi
dengan tes allen.

5
F. Langkah-langkah Menilai Gas Darah
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevalusi nilai gas
darah arteri. Langkah-langkah ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai rata-rata
adalah:
Ph=7.4
PaCO2=40 mmHg
HCO3=24 mEq/L
1. Pertama-tama,perhatikan pH, pH dapat tinggi, rendah atau normal sebagai
berikut :
pH > 7.4 (alkolisis)
pH < 7.4 (asidosis )
pH = 7.4 (normal)
pH normal dapat menunjukan gas darah yang benar-benar normal atau
pH yang normal ini mungkin suatu indikasi ketidakseimbangan yang
terkompensasi. Ketidakseimbangan yang terkompensasi adalah suatu
ketidakseimbangan di mana tubuh sudah mampu memperbaiki pH, contohnya,
seorang pasien dengan asidosis metabolik primer dimulai dengan kadar
bikarbonat yang rendah tetapi dengan kadar karbondioksida yang normal. Segera
sesudah itu paru-paru mencoba mengkompensasi ketidakseimbangan dengan
mengeluarkan sejumlah besar karbondioksida (hiperventilasi).

2. Langkah berikut adalah untuk menentukan penyebab primer gangguan. Hal ini
dilakukan dengan mengevaluasi PaCO2 dan HCO3 dalam hubunganya dengan
pH.
a. pH > 7.4 (alkolisis)
1) jika PaCO2 < 40 mmHg.gangguan primer adalah alkolisis
respiratorik(situasi ini timbul jika pasien mengalami hiperventilasi dan
blow’s off terlalu bnayak karbon dioksida.ingat kembali jika
karbondioksida terlarut dalam air menjadi asam karbonik bagian asam
dari sistem buffer asam karbonik bikarbonat).
2) jika HCO3 > 24 meq/L ,gangguan primer adalah alkolisis
metabolik(situasi ini timbul jika tubuh memperoleh terlalu banyak

6
bikarbonat,subtansi alkali bikarbonat dalah basa atau bagian alkali dari
sisitem buffer asam karbonik-bikarbonat).
b. pH < 7.4 (asidosis)
1) jika PaCO2 > 40 mmHg ,gangguan utama adalah asidosis respiratorik.
(situasi ini timbul jika pasien mengalami hipoventilasi dan karenanya
menahan terlalu banyak karbondioksida suatu substansi asam)
2) jika HCO3 < 24 meq/L,gangguan primer dalah asidosis metabolik
(situasi ini timbul jika kadar bikarbonat tubuh turun baik karena
kehilangan langsung bikarbonat atau bikarbonat atau karena penambahan
asam seperti asam laktat atau keton)

3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi.


Hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer.Jjika nilai ini
bergerak ke arah yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan
pertimbangkan gas-gas berikut ini:

pH PaCO2 HCO3
7.20 60mmHg 24 mmHg
7.40 60mmHg 37mmHg

4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam
basa campuran)
Bagian yang pertama (1) menunjukkan asidosis respiratorik akut tanpa
kompensasi (PaCO2 tinggi HCO3 normal), bagian yang kedua (2)
menunjukkan asidosis respiratorik kronik perhatikan bahwa kompensasi sudah
untuk menyeimbangkan PaCO2 yang tinggi dan menghasilkan suatu pH yang
normal.

7
G. Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Analisa Gas Darah
1. Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel
darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen
sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian
heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak
terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman
heparin.
3. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya
sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak
langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
4. Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya
PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang
abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO 2 yang abnormal

8
terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan
saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.

H. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Analisa Gas Darah


1. Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
2. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku
3. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan
anestesi lokal
4. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk
mengetahui kepatenan arteri
5. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah
yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
6. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah
tercampur rata dan tidak membeku
7. Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras
daripada vena)
8. Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung
jarum dengan karet atau gabus
9. Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
10. Segera kirim ke laboratorium (sito)

I. Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah


Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen:
1. pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau
alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
2. PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan
hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg
mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2
adalah 80-100 mmHg

9
3. PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme
normal, PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi
menggambarkan hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi
gangguan metabolisme, PCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi
keadaan metabolik. Nilai normal PCO2 adalah 35-45 mmHg
4. HCO3-, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme, seperti
ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis metabolik dan begitu
pula sebaliknya. HCO3- juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal
mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang
normal. Kadar HCO3- normal berada dalam rentang 22-26 mmol/l
5. Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus
ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH 7,4 pada kondisi
PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C 0. BE bernilai positif
menunjukkan kondisi alkalosis metabolik dan sebaliknya, BE bernilai negatif
menunjukkan kondisi asidosis metabolik. Nilai normal BE adalah -2 sampai 2
mmol/l
6. Saturasi O2, menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen. Nilai
normalnya adalah 95-98 %.

J. Gangguan keseimbangan asam basa


1. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan
pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme
kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi.
Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup
waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan
penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
2. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat
hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai
penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau
gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai
dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia,
penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.

10
3. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal
dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi
dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
4. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--
7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
5. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan
kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam
batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan
muntah lama.
6. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta
pH lebih dari 7,50.

BAB III
PENUTUP

Demikian pembahasan dari materi analisa gas darah yang dapat dismpulkan bahwa
tujuan dari analisa gas tersebut adalah mengetahui fungsi jantung dengan pemeriksaan
dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis,brakhialis,atau
formalis,selain itu Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa dan terakhir Menilai
kondisi fungsi metabolisme tubuh.

11
Pemeriksaan AGD dengan prosuder-prosuder yang telah dijelaskan pada BAB II
pembahsan dan AGD juga dipengaruhi factor-faktor yang juga dijelaskan diatas.Sekian
hasil makalah ini semoga bermanfaat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Gas Darah. https://sites.google.com/site/asidosis/Home/analisis-gas-
darah-agd

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah


Volume 2 Edisi 8. Jakarta : ECG.

Durand DJ., Philips BL., Blood gases technical aspeces and interpretation.
Dalam Goldsmith Jp.Karotkin EH, penyunting. Assisted ventilation of the
neonate. Edisi ke 5. Philadelphia : WB Saunders.1996. hal 257-71.2.

Malley WJ. Clinical blood gases, application and noninvasive alternative.


Philadelpia : WB Sounders, 1990. Hal 257-78.

13

Anda mungkin juga menyukai