Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhamad Suhaerul

Kelompok : 4
Profesi Ners
Problem/population
Cedera kepala termasuk cedera oleh benda / fragmen tulang yang menembus jaringan otak,
dan efek kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak atau efek percepatan dan perlambatan
pada otak. infark jaringan otak dan kematian otak sehingga diperlukan tindakan pencegahan
segera. Di Indonesia, kejadian cedera kepala diperkirakan mencapai setiap tahun 500.000
kasus, dengan 10% di antaranya meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Dari semua kasus,
80% diklasifikasikan sebagai cedera kepala ringan, 10% sebagai cedera kepala sedang, dan
10% sebagai cedera kepala berat. 6 Menurut data rekam medis RSU dr. R. Soedarsono
Pasuruan selama studi pendahuluan, terdapat 115 kasus cedera kepala pada Juli - September
2016, dengan 94 pasien termasuk cedera kepala ringan, 8 cedera kepala sedang dan 13 pasien
cedera kepala berat. Posisi head up 30 ° dilakukan pada pasien cedera kepala karena posisi ini
akan memudahkan drainase aliran darah balik dari intrakranial sehingga dapat menurunkan
tekanan intrakranial. Selain itu, dari studi Mahfoud, ditemukan bahwa tekanan intrakranial
nilai TIK menurun secara signifikan pada kisaran posisi 0 ° -60 °, tekanan arteri intrakranial
minimum ditemukan pada pasien dengan posisi kepala 30 ° menghadap ke atas. Posisi
horizontal akan meningkatkan CPP dan posisi head up > 40 ° akan menurunkan perfusi otak.
Menurut Bahrudin dan Sunardi juga menyatakan bahwa TIK akan menurun secara
signifikan dari 0 ° - 35 ° posisi head-up, namun pada posisi 40 ° ke atas, TIK akan meningkat
kembali. Posisi head up 30 ° bertujuan untuk mengamankan pasien dalam pemenuhan
oksigenasi agar tidak terjadi hipoksia pada pasien, dan tekanan intrakranial dapat stabil dalam
kisaran normal. Selain itu, posisi ini lebih efektif untuk menjaga tingkat kesadaran karena
mempengaruhi posisi anatomi tubuh manusia yang kemudian berpengaruh pada
hemodinamik pasien. Posisi kepala ke atas 30 ° juga efektif untuk homeostasis otak dan
mencegah kerusakan otak sekunder oleh stabilitas fungsi pernapasan untuk mempertahankan
perfusi serebral yang memadai. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh posisi
head up 30 ° terhadap perubahan tekanan intrakranial pada pasien cedera kepala. Penelitian
dilakukan dengan mengamati tingkat kesadaran dan Mean Arterial Pressure (MAP) untuk
mengidentifikasi perubahan tekanan intrakranial. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien cedera kepala bagian bedah bangsal rumah sakit umum Dr. R. Soedarsono
Pasuruan. Ada 30 pasien cedera kepala yang dipilih menggunakan consecutive sampling,
dengan 15 ditetapkan dalam kelompok perlakuan dan kontrol
Intervensi
Peneliti melakukan posisi head up 30 ° kepada kelompok perlakuan dan posisi head up 15 °
kepada kelompok kontrol untuk memperoleh data yang relevan sesuai dengan tujuan
penelitian. Perawatan pengaturan posisi ini dilakukan saat pasien dirawat di bangsal bedah.
Perlakuan diberikan selama 2 jam pada hari pertama kemudian dilakukan pengukuran tingkat
kesadaran dan Mean Arterial Pressure (posttest 1). Setelah itu pengobatan dilanjutkan selama
2 jam kemudian dilakukan pengukuran tingkat kesadaran dan Mean Arterial Pressure kembali
(posttest 2).
Comparation
Hasil tingkat kesadaran pada posisi head up 30 ° pada 15 responden pada posttest 1
menunjukkan bahwa 26,67% responden memiliki tingkat kesadaran 9-12 dan 73,33%
responden memiliki tingkat kesadaran 13-15. Pada posttest 2 didapatkan 100% responden
memiliki tingkat kesadaran berkisar 13-15. Tingkat kesadaran pada posisi head up 30 °
bahwa rata-rata tingkat kesadaran pada posttest 1 adalah 13,67 dan pada posttest 2 adalah
14,87. Tingkat kesadaran pada posisi kepala-atas 15 °, rata-rata tingkat kesadaran pada
posttest 1 adalah 14.40 dan pada posttest 2 adalah 14.60.

Hasil MAP untuk tekanan arteri rata-rata, pada posisi head-up 30 °, MAP pada posttest 1
adalah 80,42 dan posttest 2 adalah 93,76. Sedangkan pada posisi head up 15 °, MAP pada
posttest 1 sebesar 85,01 dan posttest 2 sebesar 81,05.

Hasil uji wilcoxon signed rank test seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 menunjukkan p-
value 0,010 (<0,05), yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara
statistik dari posisi head-up 30 ° terhadap tingkat kesadaran dibandingkan dengan posisi
head-up 15 °. . Namun, sana itu secara statistik efek signifikan dari posisi head-up 30 ° dan
15 ° pada tekanan arteri rata-rata dengan nilai-p 0,031 dan 0,035 (<0,05).

Out Come
Menurut Pertami, dkk (2017) dalam jurnalnya yang berjudul Effect of 30° Head-up Position
on Intracranial Pressure Change In Patients With Head Injury In Surgical Ward Of General
Hospital Of Dr. R. Soedarsono Pasuruan, Menyatakan bahwa Peneliti melakukan posisi head-
up 30° ke kelompok perawatan dan posisi head-up 15° ke kelompok kontrol untuk
mendapatkan data yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian. Perawatan pengaturan posisi
ini dilakukan ketika pasien dirawat di bangsal bedah. Perawatan diberikan selama 2 jam pada
hari pertama dan kemudian tingkat kesadaran dan MAP diukur (posttest 1). Setelah itu,
perawatan dilanjutkan selama 2 jam dan kemudian tingkat kesadaran dan Tekanan Arteri
Rata-Rata diukur lagi (posttest 2). Hasil menunjukkan nilai p 0,010 (<0,05), yang
menunjukkan bahwa ada efek signifikan secara statistik dari posisi head-up 30 ° pada tingkat
kesadaran dibandingkan dengan posisi head-up 15 °. Namun, ada efek signifikan secara
statistik dari posisi head-up 30 ° dan 15 ° pada tekanan arteri rata-rata dengan nilai p 0,031
dan 0,035 (<0,05). disimpulkan bahwa ada efek signifikan dari posisi head-up 30° pada
perubahan tekanan intrakranial, terutama dalam tingkat kesadaran dan tekanan arteri rata-rata
pada pasien dengan cedera kepala.

Menurut Ginting, dkk (2020) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Pemberian Oksigen
dan Elevasi Kepala 30° Terhadap Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala,
Menyatakan bahwa penatalaksanaa pemberian elevasi kepala 30º pada pasien cedera kepala
dengan mengatur bed pasien pada bagian kepala menjadi elevasi kepala 30º. Indikasi
pemberian elevasi kepala 30º disebabkan oleh terjadinya peningkatan tekanan intra kranial
ditandai dengan nyeri kepala akibat trauma pada bagian otak, tekanan darah yang meningkat,
mual muntah, perubahan perilaku. Pemberian Oksigen 100% dalam jangka pendek untuk
tujuan resusitasi otak dapat dilakukan, tetapi untuk pemberian dalam waktu lama, cara yang
aman ialah pemberian oksigen sampai 50%. Bila dengan pemberian oksigen 50% dalam
udara inspirasi belum tercapai PaO2 yang diinginkan antara 80 – 100 mmHg, kalau dapat
melebihi 100 mmHg, maka harus dipikirkan adanya peninggian “shunting” dalam paru, dan
untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan tekanan akhir ekspirasi positif. Dari
Hasil uji statistik, bahwa nilai p Value = 0,000 < (α = 0,005). Disimpulkan bahwa ada
pengaruh pemberian oksigen dan elevasi kepala 30º terhadap tingkat kesadaran pada pasien
cedera kepala di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2019.

Menurut Wahyudi dkk, (2015) dalam jurnalnya yang berjudul Head Up In Management
Intracranial For Head Injury, Menyatakan bahwa Metode penelitiannya pasien desain diulang
dengan langkah yang digunakan. Kepala pasien dan tempat tidur diposisikan urutan 0º - 20º -
45º - 0º 20º pasien dengan vasospasme ringan atau sedang antara hari 3 dan 14 setelah
sneurisma subarachnoid hemorrhage. Kontinyu transkranial Doppler rekaman diperoleh
selama 2 sampai 5 menit setelah membiarkan sekitar 2 menit untuk stabilisasi dalam setiap
posisi. Hasilnya ada pola atau trend yang menunjukkan bahwa kepala pada tempat tidur yang
ditinggikan akan meningkatkan vasospasme. Sebagian kelompok, tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam pasien pada posisi yang berbeda dari kepala yang ditinggikan tempat
tidurnya. Memanfaatkan lain langkah analisis varians, nilai P berkisar 0,34 - 0,97, baik
melampaui 05. Hal tersebut menunjukan tidak ada kerusakan saraf terjadi. Di simpulkan
elevasi kepala pada tempat tidur tidak menyebabkan perubahan berbahaya dalam aliran darah
di otak yang berhubungan dengan vasospasme .

T : Batas Waktu

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan desain time series time
control posttest only control. Di lakukan di rumah sakit umum Dr. R. Soedarsono Pasuruan.
Ada 30 pasien cedera kepala yang dipilih menggunakan consecutive sampling, dengan 15
ditetapkan dalam kelompok perlakuan dan kontrol. Perawatan pengaturan posisi ini dilakukan
saat pasien dirawat di bangsal bedah. Perlakuan diberikan selama 2 jam pada hari pertama
kemudian dilakukan pengukuran tingkat kesadaran dan Mean Arterial Pressure (posttest 1).
Setelah itu pengobatan dilanjutkan selama 2 jam kemudian dilakukan pengukuran tingkat
kesadaran dan Mean Arterial Pressure kembali (posttest 2).

Prosedur
Menurut Ginting, dkk (2020) penatalaksanaa pemberian elevasi kepala 30º pada pasien
cedera kepala sedang dengan mengatur bed pasien pada bagian kepala menjadi elevasi kepala
30º. Indikasi pemberian elevasi kepala 30º disebabkan oleh terjadinya peningkatan tekanan
intra kranial ditandai dengan nyeri kepala akibat trauma pada bagian otak, tekanan darah
yang meningkat, mual muntah, perubahan perilaku
SOP Pemberian Posisi 30 derajat

DEFINISI TUJUAN INDIKASI KONTRAINDIKASI


Head up Untuk Menurunkan Pasien Hipotensi
adalah suatu menurunkan tekanan intra
posisi TIK tanpa kranial pada
menaikkan
FASE menurunkanFASE
ORIENTASI kasus
KERJAtrauma FASE TERMINASI
kepala dari CCP, jika kepala, lesi otak
1. Memberi salam 6. Mencuci tangan 11. Merapikan pasien
tempat tidur elevasi lebih atau gangguan
atau menyapa klien sesuai prosedur 12. Mengevaluasi
sekitar 15 - tinggi dari 30 neurologi dan
2. Memperkenalkan 7. Menutup pintu, 13. Menyampaikan
30° maka tekanan memfasilitasi
diri jendela, tirai rencana tindak
perfusi otak venos drainage
3. Menjelaskan 8. Pemeriksaan lanjut, jika ada
akan turun dari kepala
tujuan tindakan TTV sebelum 14. Berpamitan
4. Menjelaskan tindakan, agar 15. Membereskan
langkah prosedur mengetahui data alat
5. Menanyakan awal
kesiapan klien 9. Menggangkat
bagian kepala
tempat tidur
(15° - 30°),
periksa kembali
TTV selama
pemberian
tindakan head
up 30 derajat
10. Setelah
dilakukan
intervensi head
up, lakukan
kembali
pemeriksaan
TTV agar
mengetahui
perbedaan atau
pengaruh dari
intervensi yang
telah diberikan
Refrensi :

Ginting LRB, et al. (2020). Pengaruh pemberian oksigen dan elevasi kepala 30° terhadap tingkat
kesadaran pada pasien cedera kepala sedang. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF). Vol 2 (2).
102 – 112.

Pertami SB, et al. (2017). Effect of 30° head-up position on intracranial pressure change in patients
with head injury in surgical ward of general hospital of Dr. R Soedarsono Pasuruan. Public Health of
Indonesia Journal. Vol 3 (3). 89 – 95.

Wahyudi D. (2015). Head up in management intracranial for head injury. Jurnal Kesehatan
Komunitas Indonesia. Vol 11 (1). 1092 – 1099.

Anda mungkin juga menyukai