Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL EBNP

Penatalaksanaan Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)


JURNAL 1
A. Judul Penelitian
“MANAJEMEN MEDIS DAN KEPERAWATAN UNTUK PENANGANAN
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL PADA PASIEN KRITIS DI
INTENSIVE CARE UNIT”.
B. Peneliti
Ardhia Putri Pramesti , Beti Kristinawati
C. Latar Belakang
Cedera kepala berdasarkan data 2004 menjadi penyebab seringnya terjadi kematian
berdasarkan data dari Advance Life Trauma Support, kejadian cedera kepala diperkirakan
Cedera kepala biasanya akan disertai dengan komplikasi pendarahan intrakranial dan
edema otak yang akan menjadi peningkatan tekanan intrakranial, biasanya peningkatan
tekanan intrakranial dapat terjadi karena edema otak.
Peningkatan tekanan intrakranial adalah penyebab paling sering terjadinya kematian,
pasien dengan cedera kepala, trombotik, dan adanya lesi desak seperti tumor otak.
Terjadinya masa intrakranial dengan terjadinya pembengkakan otak dapat menaikkan
peningkatan tekanan intrakranial dan akan mendistorsikan otak.
Penurunan tekanan pada perfusi otak dapat mengakibatkan tekanan intrakranial apabila
tidak mempertahankan peningkatan tekanan intrakranial dengan nilai batas normal dan
tidak di tangani dengan baik akan mengakibatkan kematian sel atau kerusakan sel.
Sehingga review artikel ini dilakukan untuk meningkatkan manajamen intervensi medis
dan keperawatan dalam menangani perawatan pada pasien dengan peningkatan tekanan
intrakranial untuk mencegah terjadinya keparahan yang akan terjadi pada pasien seperti
kematian dan cedera otak yang disebabkan oleh edema otak.Tujuan penelitian
Untuk mengetahui Pengukuran ONSD akan sangat bermanfaat dalam merubah keluaran
pasien jika diukur pada fase awal dan dapat merubah terapi sesuai hasil ONSD.
Pemeriksaan ONSD juga memeiliki keterbatasan yaitu sangat tergantung pada
kemampuan operator sonografinya.
D. Review Jurnal
1. Tujuan Penelitian
Meningkatkan manajemen intervensi medis dan keperawatan dalam menangani
perawatan pada pasien dengan peningkatan tekanan intracranial untuk mencegah
terjadinya keparahan yang akan terjadi pada pasien seperti kematian dan cidera otak
yang disebabkan oleh edema otak.
2. Metode Penelitian
Review Literatur
3. Sampel
Total artikel yang akan direview adalah 56 paper yang didapatkan melalui pencarian,
evaluasi dan kemudian melakukan pengakajian metodologi dari 56 paper, 41 artikel
tidak digunakan dengan alasan tujuan studi tidak sama, kemudian 12 artikel yang
terdapat pada tabel 1 yang terpilih dalam Systematic Review.
E. Hasil Penelitian
Hasil review didapatkan bahwa manajemen medis dan manajemen keperawatan dalam
penanganan peningkatan tekanan intrakranial dapat mempertahankan efek penekanan
intrakranial serta manajemen keperawatan dalam pemantuan penekanan intrakranial
dalam peningkatan kepala serta pemberian intervensi keperawatan dan observasi di
samping tempat tidur serta koordinasi dan manajemen di asuhan keperawatan antara lain
harus menjadi bagian dari manajemen keperawatan. Hasil manajemen keperawatan yang
dilakukan dalam pemberian observasi pasien dengan melihat sekala koma glas gow,
pemberian posisi head up 30˚, serta pemantuan tanda-tanda vital pasien. Manajemen
medis dalam pemberian obat Dexmedetomidine, obat obatan alteplase, dan pemberian
midozolam. Manajemen yang dilakukan untuk pasien dengan peningkatan tekanan
intrakranial dengan pemberian intervensi medis dan non medis dapat
menurunkan/berpengaruh pada kerusakan lebih lanjut dari efek keparahan yang terjadi.
JURNAL 2
A. Judul Penelitian
“Pengukuran Optical Nerve Sheath Diameter (ONSD) untuk Monitoring Tekanan
Intrakranial (TIK) di Intensive Care Unit (ICU)”
B. Peneliti
Muhammad Husni Thamrin dan Prananda Surya Airlangga
C. Latar Belakang
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) adalah kegawatan neurologis dan dapat
menyebabkan kematian, akibat proses keganasan di otak, cedera kepala tertutup,
gangguan aliran cairan serebrospinal (LCS), sumbatan pada sinus venosus utama dan
yang bersifat idiopatik.1 Pada pasien cedera otak penting sekali mengetahui tekanan
intrakranial dan mempertahankannya tetap rendah serta menjaga cerebral perfusion
pressure (CPP) agar otak mendapatkan aliran darah yang cukup. Ada beberapa metode
dalam mengukur tekanan intracranial, seperti CT-Scan, MRI, tekanan intrakranial
intraventrikel lateralis, dan lumbal pungsi, namun metode tersebut berkaitan dengan
paparan radiasi, tindakan yang invasif, biaya yang mahal untuk dilakukan dan pada
beberapa daerah di Indonesia belum memiliki alat-alat tersebut.
D. Review Jurnal
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengukuran ONSD akan sangat bermanfaat dalam merubah
keluaran pasien jika diukur pada fase awal dan dapat merubah terapi sesuai hasil
ONSD. Pemeriksaan ONSD juga memeiliki keterbatasan yaitu sangat tergantung
pada kemampuan operator sonografinya.
2. Metode Penelitian
Metode pengukuran TIK non invasif seperti pengukuran optical nerve sheath
diameter (ONSD) jarang dilakukan di Indonesia meskipun memiliki nilai manfaat
yang besar bagi penatalaksanaan pasien di ICU.
3. Sampel
Nilai batas atas ONSD yang disarankan oleh beberapa hasil penelitian adalah 4.5mm
untuk usia < 1 tahun dan 5.0 mm untuk usia > 1 tahun. Pada penelitian yang
membandingkan ONSD dan monitor TIK invasif menyarankan bahwa TIK > 20
mmHg didapatkan pada ONSD 5.7-6.0 mm dan nilai ONSD melebihi nilai tersebut
menandakan adanya peningkatan TIK. Sensitivitas dan spesifisitas ONSD dari
beberapa penelitian berkisar antara 87-95% dan 79-100%.
4. Tempat Penelitian
Intensive Care Unit (ICU)
E. Hasil Penelitian
Hipertensi intrakranial dapat terjadi pada pasien pasca cedera kepala yang memerlukan
diagnosis cepat dan terapi segera. Pemeriksaan CT scan tetap merupakan pemeriksaan
pilihan pada pasien cedera kepala, tetapi transfer pasien ke ruang pemeriksaan CT scan
memerlukan persiapan dan pasien yang stabil. Pengukuran ONSD dapat dilakukan di
samping pasien, dan pada pasien yang tidak stabil sekalipun.
JURNAL 3
A. Judul Penelitian
“Approach for Emergency Management Patients with Increased Intracranial Pressure”
B. Peneliti
Adel Hamed Elbaih and Omar Tarek Ahmed
C. Latar Belakang
Traumatic Brain Injury (TBI) adalah masalah medis yang sering ditemui. Perhatian
utama yang terkait dengan cedera kepala adalah pengelolaan Intracranial Pressure (ICP),
faktor yang dihasilkan dari TBI yang memfasilitasi hematoma intrakranial atau edema
serebral. Kondisi ini memiliki efek buruk pada otak, dan penanganan segera serta
meredakan Intracranial Hypertension (ICH) sangat penting untuk menghindari kerusakan
neurologis permanen atau bahkan kematian.
D. Review Jurnal
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penilaian dan prioritas yang tepat untuk
pengobatan pasien ICP yang meningkat dengan protokol pelatihan kepada Dokter
Gawat Darurat. Berdasarkan penyebab peningkatan ICP (Increased Intracranial
Pressure) pada pasien
2. Metode Penelitian
Pencarian literatur dengan pengumpulan semua kemungkinan data yang tersedia
tentang TBI (Traumatic Brain Injury) dengan peningkatan ICP (Increased Intracranial
Pressure) di departemen darurat
3. Sampel
Pasien dengan dx TBI (Traumatic Brain Injury) dengan peningkatan ICP
4. Tempat Penelitian
Departemen darurat (Unit Gawat Darurat)
E. Hasil Penelitian
Semua penelitian menunjukkan bahwa diagnosis awal TBI dengan peningkatan ICP dan
terapinya adalah kondisi serius yang dihadapi pasien di unit gawat darurat dan perawatan
kritis. Penerapan pendekatan bertahap, tiga tingkat untuk pengelolaan peningkatan ICP,
karena menggunakan berbagai strategi pengobatan untuk menargetkan mekanisme
patofisiologis yang berbeda.
JURNAL 4
A. Judul Penelitian
“Management Increased Intracranial Pressure In Patients With Stroke and Brain Tumor”
B. Peneliti
Cut Husna - Syiah Kuala University
C. Latar Belakang
Stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah intrakranial (Smith, Rosand, &
Greenberg, 2005). Sekitar 50% dari malformasi arteriovenosa (AVM) hadir dengan subarachnoid,
intraserebral, atau kedua jenis perdarahan. Ini juga dapat dikaitkan dengan gangguan kejang, sakit
kepala, atau defisit neurologis fokal dan peningkatan tekanan intrakranial (IICP) (Kelley, 2006).
Stroke hemoragik menyebabkan edema serebral dan dapat merusak hipotalamus, memicu
hipertermia dan dapat mengancam jiwa. Hal ini menyebabkan lebih banyak vasodilatasi,
peningkatan laju metabolisme, dan peningkatan kebutuhan oksigen (Polinsky & Muck, 2007).
Pasien dengan tumor otak juga dapat menyebabkan IICP. Mekanisme yang mengatur tekanan
intrakranial di tengkorak tertutup terutama perpindahan cairan serebrospinal dan volume darah
intrakranial menjadi kewalahan dan pasien mengalami sakit kepala progresif, mual muntah,
kantuk, dan kelainan visual edema papila pada funduskopi atau diplopia karena kelumpuhan saraf
abducens (Behin, HoangXuan , Carpentier, & Delattre, 2003). Gejala tumor otak meliputi sakit
kepala, kejang, kelelahan, defisit fokus, dan gangguan kognitif. Sakit kepala yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial (IICP).
Sakit kepala ini lebih parah, berhubungan dengan mual atau muntah, dan resisten terhadap
analgesik. Tumor otak juga menghasilkan iritasi di otak yang dapat menyebabkan pelepasan
listrik yang tidak normal. Pelepasan listrik yang tidak normal ini dapat menyebabkan kejang
(Lovely, 2004).
Tanda-tanda awal IICP adalah sakit kepala dan penurunan tingkat kesadaran. Beberapa
komplikasi seperti masalah pernapasan dan saluran napas, penurunan masa hidup, kesulitan
berkomunikasi, hilangnya fungsi otak dan gerakan atau sensasi secara permanen (Change, 2009).
Selain itu, pasien dapat mengalami perubahan pada pergeseran garis tengah yang menunjukkan
pupil melebar atau tidak reaktif, pupil asimetris, postur ekstensor, atau kerusakan neurologis
progresif, penurunan skor Glasgow Coma Scale (GCS) (Juul, Duch, & Rasmussen, 2009).
Pengenalan yang cepat dan penanganan komplikasi yang agresif dapat mencegah disfungsi
neurologis permanen atau kematian oleh interdisipliner (Ignatavicius & Workman, 2006).
Penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial harus dilakukan dengan pendekatan
farmakoterapi dan non farmakoterapi. Intervensi farmakoterapi meliputi terapi hiperosmolar,
euglikemia, hiperventilasi dan normokapnia, oksigenasi optimal, pengendalian metabolisme
serebral (sedasi), koma barbiturat, profilaksis antikonvulsan, pemeliharaan normotermia, dan
terapi koagulasi. Selain itu, non-farmakoterapi terdiri dari penentuan posisi, penilaian trauma
awal (jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi), pengisapan, dan kontrol cairan, elektrolit, dan
nutrisi (Goh & Gupta, 2002; Palmer, 2000).
Perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mendukung ventilasi
dan mengatasi masalah oksigenasi (obstruksi jalan napas, peningkatan PaC02 , dan hipoksemia),
posisi (kepala di tempat tidur 15-30 derajat), mengurangi peningkatan laju metabolisme,
mengurangi stresor (nyeri, percakapan yang mengganggu, kebisingan, dan cahaya terang), dan
lain-lain seperti menghindari manuver Valsava, batuk, dan muntah. Selanjutnya, perawat harus
menetapkan penilaian neurologis dasar, elektrolit pasien, saturasi oksigen, dan kadar karbon
dioksida (Lejeune & Howard, 2002).
Perawat juga harus memantau perfusi jaringan serebral, volume cairan, pola pernapasan, suhu
tubuh, risiko infeksi, cedera, dan perubahan nutrisi (Hudak, Gallo, & Morton, 1998).
Pengkajian keperawatan awal dan segera serta resusitasi agresif dini pada pasien yang sakit kritis
dapat memperpanjang hidup. Oleh karena itu, perawat harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup mengenai penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial pada
pasien stroke dan tumor otak untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas.
D. Review Jurnal
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui tingkat penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial (IICP) pada
pasien stroke dan tumor otak.
b. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan IICP pada pasien stroke dan
tumor otak.
c. Melaksanakan intervensi keperawatan IICP pada pasien stroke dan tumor otak.
d. Menerapkan alat ukur untuk penatalaksanaan IICP pada pasien stroke dan tumor
otak Metode penelitian
2. Metode Penelitian
Desain penelitian deskriptif eksploratif pada tiga pasien di Rumah Sakit Songkla
Nagarind, Hatyai, Thailand. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial pada pasien stroke dan pasien
tumor otak dengan menggunakan tiga kuesioner yang terdiri dari Demographic Data
Questionnaire (DDQ), Management of IICP Questionnaire (MIQ), dan Glasgow
Coma Scale (GCS). Pengumpulan data dilakukan pada tiga pasien rawat inap dengan
stroke (1 kasus) dan tumor otak (2 kasus). Penelitian dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif dengan mean (x) dan standar deviasi (SD)
3. Sampel
Pada tiga pasien rawat inap dengan stroke (1 kasus) dan tumor otak (2 kasus)
4. Tempat Penelitian
RS Songkla Nagarind, Hatyai,Thailand.
E. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tatalaksana IICP pada pasien tersebut baik, dan
skala Koma Glasgow (GCS) mengigau (1 kasus) dan kesadaran (2 kasus).
F. Kemungkinan di Terapkan di Klinik
Studi ini merekomendasikan bahwa untuk merawat pasien dengan IICP, perawat harus
memantau trias Cushing (hipertensi, bradikardia, dan bradipnea), tanda-tanda vital, tanda-
tanda neurologis, risiko iskemia serebral, potensi hipertermia, ketidakseimbangan cairan,
dan nyeri pasca insisi bedah. kraniotomi dan V/P shunt) terutama untuk pasien tumor
otak dan hidrosefalus.

Anda mungkin juga menyukai