Anda di halaman 1dari 26

EVIDANCE BASED NURSING

“Penatalaksanaan Keperawatan Head Up 30 Position pada pasien dengan Mild


Head Injury”
disusun untuk memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan
Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Valentino Febriyandi P1732012521


Wulan Nurhalimah P1732012522
Yolanda Alfurqonia IP P1732012523

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prevalensi angka kejadian cedera otak traumatika di Negara berkembang seperti


Amerika Serikat terjadi peningkatan sebesar 1,7 juta penduduk / tahun, dari
peningkatan jumlah tersebut sebanyak lebih kurang 50.000 penduduk /tahun
mengalami kematian, dan sebanyak 5 juta penduduk/tahun mengalami
ketidakmampuan / disabilitas akibat cedera kepala. Pada umumnya Cedera kepala
lebih identik mengenai usia muda (15-19 tahun). Angka kejadian cidera kepala pada
laki-laki 2 kali lebih sering terjadi dibandingkan pada anak perempuan. Hal ini
disebabkan karena anak laki-laki lebih sering mengendarai sepeda motor. Prevalensi
cedera kepala di Negara Amerika Serikat adalah akibat terjatuh 35,2%, kecelakaan
kendaraan bermotor 34,1%, perkelahian 10%, dan penyebab lain yang tidak diketahui
21% (Iwan A et al, 2015).

Data World Health Organization (WHO) tentang cedera kepala menunjukkan 40-
50% mengalami kecacatan permanen atau disabilitas. Oleh karena itu, seseorang yang
datang ke rumah sakit dengan cedera kepala membutuhkan penanganan yang cepat
dan tepat agar pasien terhindar dari kecacatan dan kematian.

Cedera kepala akibat trauma lebih sering dijumpai di lapangan. Setiap tahunnya
kejadian cedera kepala di Dunia diperkirakan mencapai 500.000 kasus dari jumlah di
atas 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000
penderita menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala (Kemenkes RI,
2013)

Cedera kepala dapat menimbulkan kondisi, seperti gegar otak ringan, koma,
sampai kematian, kondisi paling serius disebut dengan cedera otak traumatic
(traumatic brain injury (TBI). Penyebab paling umum TBI (traumatic brain injury)
adalah jatuh (28%). Kecelakaan kendaraan bermotor (20%). Tertabrak benda (19%)
danper kelahian (11%) (Brunner & Suddart, 2013).

Berdasarkan permasalahan tersebut, pada pasien kemoterapi perlu diatasi


sedini mungkin dikarenakan dapat memperburuk kondisi pasien, sehingga penulis
tertarik melakukan Literatur Review untuk menilai apakah terapi akupresur akan
mampu menurunkan mual muntah dan dapat dijadikan sebagai salah satu terapi
pendukung dalam merawat pasien yang menjalani terapi kemoterapi.

Masalah keperawatan yang muncul dengan cedera kepala sedang di antaranya


adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral pada pasien cedera kepala ringan
ditandai dengan adanya penurunan sirkulasi jaringan otak, akibat situasi O2 di dalam
otak dan nilai Gaslow Coma Scale menurun. Keadaan ini mengakibatkan disorientasi
pada pasien cedera kepala. Ketidakefektifan perfusi apabila tidak di tangani dengan
segera akan meningkatkan tekanan intrakranial. Penanganan utama pada pasien cidera
kepala dengan meningkatkan status O2 dan memposisikan pasien 15 - 30° (Soemarno
Markam, 2018). Hal yang harus diperhatikan untuk Kasus cidera kepala kelancaran
jalan napas (airway). Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan
besar dalam keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita yang
tidak sadar, yang disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya pangkal lidah,
atau akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan napas harus
melindungi vertebra servikalis, yaitu tidak boleh melakukan ekstensi, fleksi, atau
rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam situasi ini dapat melakukan tindakan chin lift
atau jaw thrust sambil merasakan hembusan napas yang keluar melalui hidung.
Apabila ada sumbatan maka dapat dihilangkan dengan cara membersihkan dengan jari
atau suction jika tersedia (Ester, 2014).
Pemberian Oksigen 100% dalam jangka pendek untuk tujuan resusitasi otak dapat
dilakukan, tetapi untuk pemberian dalam waktu lama, cara yang aman ialah
pemberian oksigen sampai 50%. Bila dengan pemberian oksigen 50% dalam udara
inspirasi belum tercapai PaO2 yang diinginkan antara 80 – 100 mmHg, kalau dapat
melebihi 100 mmHg, maka harus dipikirkan adanya peninggian “shunting” dalam
paru, dan untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan tekanan akhir
ekspirasi positif (Weis, H.M, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian March, dkk 2014, bahwa pemberian posisi kepala
30º pada pasien cedera kepala bertujuan memberikan keuntungan dalam
meningkatkan oksigenasi. Suplai oksigen terpenuhi dapat meningkatkan rasa nyaman
dan rileks sehingga mampu menurunkan intensitas nyeri kepala pasien dan mencegah
terjadinyaperfusi jaringan serebral. Elevasi 30 derajat yaitu memperbaiki drainase
vena, perfusi serebral, dan menurunkan tekanan intrakranial. Elevasi kepala dapat
menurunkan tekanan intra kranial melalui beberapa cara, yaitu menurunkan tekanan
darah, perubahan komplians dada, perubahan ventilasi, meningkatkan aliran vena
melalui vena jugularis yang tak berkatup, sehingga menurunkan volume darah vena
sentral yang menurunkan tekanan intra kranial. Perpindahan CCS dari kompartemen
intra kranial ke rongga sub araknoid spinal1 dapat menurunkan tekanan intra kranial
(March KS dkk, 2014; Safar P dkk, 2018; Indra dan Reggy, 2016).
Terjadinya penurunan ventilasi paru sehingga pemenuhan oksigen terganggu.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada pasien cedera kepala membutuhkan
oksigenasi dan elevasi kepala 30º dalam peningkatan kesadaran dan mengurangi nyeri
kepala. Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada sentral otak dan batang
otak. Pemberian oksigenasi membantu otak mendapatkan oksigen. Oksigen sesuai
dengan kebutuhan dengan target saturasi O2 > 92%. Pemberian elevasi kepala 30º
dapat mengurangi nyeri kepala sehingga menurunkan tekanan intra kranial pada
pasien cedera kepala.

Berdasarkan permasalahan tersebut, memaksimalkan pemberian oksigen perlu


dilakukan sedini mungkin untuk perbaikkan kondisi pasien dengan Mild Head Injury,
sehingga penulis tertarik melakukan Literatur Review untuk menilai apakah terapi
pemberian teknik elevasi 30 akan mampu mempercepat perbaikkan konsisi pasien
dan dapat dijadikan sebagai salah satu terapi pendukung dalam merawat pasien Mild
Head Injury.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut maka dirumuskan masalah yaitu “Apakah


terdapat manfaat teknik elevasi kepala 30 terhadap peningkatan perfusi jaringan,
mengurangi nyeri kepala, perbaikkan mean arterial pressure, mengurangi
peningkatan tekanan intra kranial dan kenaikkan tingkat kesadaran pada klien
dengan mild head injury ?”

1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk menganalisis manfaat posisi head up 30°
terhadap perbaikkan kondisi pasien dengan Mild Head Injury.

1.1.2 Tujuan Khusus


1) Menganalisis adanya pengaruh pemberian oksigen dan elevasi kepala 30
terhadap tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala
2) Menganalisis pengaruh posisi head up 30° terhadap perubahan tekanan
intrakranial pada pasien cedera kepala
3) Mengetahui adanya pengaruh posisi head up 30 derajat terhadap nyeri
kepala pada pasien cedera kepala
4) Mengetahui penerapan teknik head up 30° terhadap peningkatan perfusi
jaringan otak pada pasien yang mengalami cedera kepala
5) Mengetahui penerapan Head Up 30 Untuk Memperbaiki Mean Arterial
Pressure Pada Pasien Cidera Kepala

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil literature review ini diharapakan mampu memberikan informasi dan
meningkatkan pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan medikal
bedah mengenai penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan mild head
injury.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Mahasiswa
Hasil literature review ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
menambah pengetahuan mengenai mengenai penatalaksanaan keperawatan pada
pasien dengan mild head injury
2) Bagi Perawat
Hasil literature review ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan mengenai terapi
non-farmakologi pada masalah manajemen nyeri dan tingkat kesadaran pada
pasien dengan mild head injury sehingga dapat meminimalisir tingkat
penurunan kesadaran pada pasien dengan mild head injury.
3) Bagi Rumah Sakit
Hasil dari literature review ini diharapkan dapat menjadi salah satu
pertimbangan dalam menerapkan terapi non-farmakologi pada masalah nyeri
dan tingkat kesadaran klien, sehingga mampu meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada pasien dengan mild head injury
4) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari literature review ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam
menambah ilmu dan wawasan mengenai penatalaksanaan keperawatan pada
pasien dengan mild head injury
BAB II
METODE

2.1 Pencarian Literatur


Metode dalam penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan rancangan penelitian
Randomized Clinical Trial dan quasi experiment (prettest-posttest Control Group
Design). Pendekatan yang digunakan yaitu Literature Review.

Kegiatan yang akan dilakukan adalah melakukan analisis dengan (compare) mencari
kesamaan, (contrast) mencari perbedaan, (synthesize) menggabungkan beberapa sumber,
(criticize) memberikan pandangan, (summarize) memberikan pendapat sendiri
berdasarkan dari sumber yang dibaca (Rahayu, 2019).

Jurnal yang diambil dengan menggunakan metode pencarian electronic data base
yaitu Metode pencarian jurnal Google Scholar, PubMed, Sciencedirect. Peneliti
membuka website www.scholar.google.com, www.ncbi.nlm.nih.gov dan
www.sciencedirect.com. Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MESH (Medical Subject
Heading) yaitu Head Up 30° dan Mild Head Injury. Analisa data dalam penelitian ini
mengambil data atau jurnal dari orang lain. Instrumen yang digunakan untuk analisa data
penelitian ini menggunakan PRISMA dengan metode PICO. Setiap pertanyaan tersebut
telah mengikuti PICO dimana setiap pertanyaan terdapat P= populasi, I= implementasi/
intervensi, C= kontrol/ intervensi pembanding dan O= outcome/ hasil.

2.2 Kriteria PICO


Tabel 2. 1 kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria (PICOS) Inklusi Eksklusi
Population Pasien Mild Head Injury Bukan pasien
(Populasi) Mild Head Injury

Intervention -
Head up 30C
(Intervensi )
Comparators -
-
(Pembanding)
Outcomes (hasil) Peningkatan Perfusi -
Jaringan Otak, Nyeri kepala
berkurang, perbaikkan mean
arterial pressure,
mengurangi peningkatan
Tekanan Intra Kranial, dan
kenaikan tingkat kesadaran .
Study Design and Cross-sectional, Quassy Cross-sectional, Quassy
publication type Experiment dan studi kasus Experiment dan studi
dengan pendekatan Pretest kasus dengan pendekatan
(Desain Studi dan Posttest one group design, Pretest Posttest one
jenis publikasi) Posttest only control time group design, Posttest
series time design,descriptive only control time series
,dan pre test and post test time
two design group. design,descriptive ,dan
pre test and post test two
design group.

Publication years 2017-2020 Dibawah tahun 2017


(tahun publikasi)
Language (Bahasa) Bahasa Inggris dan Bahasa Bahasa lainnya selain
Indonesia Bahasa I nggris dan
Bahasa Indonesia
2.3 Proses Seleksi Literatur
identification

PubMed Garuda Google Scholar Science Direct


N=15 Artikel N= 6 Artikel N= 20 Artikel N= 56 Artikel

Total
N= 97 Artikel

Jurnal/ Artikel yang bisa dipakai Jurnal/ Artikel yang tidak bisa dipakai
karena duplikat
N= 20 Artikel
N= 77 Artikel
Screening

Jurnal/ Artikel yang tidak bisa diakses


Artikel yang bisadiakses
N= 13 Artikel
N= 7 Artikel

Artikel keseluruhan yang layak Jurnal/ Artikel yang tidak dipakai


setelah screening dari Abstrak
N= 6 Artikel
N= 1 Artikel
eligibility

Artikel keseluruhan yang layak Artikel yang tidak bisa dipakai N= 1


karena isi artikel tidak berfokus pada
N= 5 Artikel Implementasi head up 30° pada pasien
MHI.
include

Artikel keseluruhan yang layak


N= 5 Artikel
BAB III
HASIL

3.1 Rumusan PICO


Problem : Perfusi Jaringan, Nyeri Kepala, Tekanan Intra
Kranial,Tingkat Kesadaran, Mean Arterial Pressure
Intervention : Head up 30 Position
Comparation : Tidak Ada
Outcome : Peningkatan Perfusi Jaringan Otak, Nyeri kepala
berkurang, perbaikkan mean arterial pressure,
mengurangi peningkatan Tekanan Intra Kranial, dan
kenaikan tingkat kesadaran .

Pertanyaan Klinis:

Apakah terdapat manfaat teknik elevasi kepala 30 terhadap peningkatan perfusi
jaringan, manajemen nyeri, perbaikkan mean arterial pressure,mengurangi
peningkatan tekanan intra kranial dan kenaikkan tingkat kesadaran pada klien dengan
mild head injury ?
3.2 Tabel Literature Review
No. Sumber Nama Judul Desain Sampling Tujuan Metode Hasil Kesimpulan dan
Artikel Penulis Artikel Penelitia Penelitian Penelitian Penelitian Saran
n
1. Ejournal. Luci Riani Pengaruh Pretest Purposive Penelitian ini Cross- Hasil uji Tingkat kesadaran
Medistra Br. Pemberian Posttest sampling bertujuan sectional statistik dengan pada pasien cedera
Ginting, Oksigen one dengan Untuk menggunakan kepala sedang
Kuat dan Elevasi group sampel 80 menganalisis uji Dependent sebelum dilakukan
Sitepu, Kepala 30 design pasien di adanya Sample T pemeberian oksigen
Renni Terhadap RS pengaruh Test / Paired T- dan elevasi kepala 30º
Ariana Tingkat Grandmed pemberian Test yang memiliki ratarata
Ginting. Kesadaran Lubuk oksigen dan menunjukkan 10.10 dengan Standart
Pada Pasien Pakam pada elevasi kepala bahwa p Value Deviasi (SD) 0.876.
Cedera bulan 30 terhadap yaitu 0.000 Tingkat kesadaran
Kepala September tingkat yang berarti p pada pasien cedera
Sedang 2018 kesadaran Value ≤ 0.05. kepala sedang sesudah
sampai pada pasien Hal ini berarti dilakukan pemberian
Maret 2019 cedera kepala ada pengaruh oksigen dan elevasi
sedang yang signifikan kepala 30º yang
dengan terhadap memiliki rata-rata
menggunakan tingkat 12.90 dengan Standart
uji Statistic kesadaran pada Deviasi (SD) 1.197.
Paired pasien cedera Tingkat kesadaran
Sample T-test kepala sedang rata-rata sebelum dan
dengan taraf sebelum dan sesudah dilakukan
tingkat sesudah pemberian oksigen
kepercayaan dilakukan dan elevasi kepala 30º
95% (p Value pemberian 2.800 dengan Standart
≤ α). oksigen dan Deviasi (SD) 0,919.
Pembuktian elevasi kepala Ada pengaruh
ini dilakukan 30 pemberian oksigen
untuk dan elevasi kepala 30º
membuktikan terhadap tingkat
hipotesis ada kesadaran pada pasien
pengaruh cedera kepala sedang
apabila p ≤ dengan nilai p Value
0.05 = 0,000.
2. Public Sumirah Effect Of Posttest Consecutive penelitian ini Quassy Temuan Terdapat pengaruh
Health of Budi 30° Head- sampling bertujuan Experime menunjukkan
only yang signifikan dari
Indonesi Pertani, Up Position dengan untuk ntal p-value 0,010
a Sulastyaw On control jumlah 34 menganalisis (<0,05) pada posisi head-up 30°
ati, Puthut Intracranial sampel, pengaruh tingkat
time terhadap perubahan
Anami, Pressure dimana 17 posisi head kesadaran dan
Change In series sampel up 30° p-value 0,031 tekanan intrakranial,
Patients ditempatkan terhadap (<0,05) pada
time terutama pada tingkat
With Head pada perubahan tekanan arteri
Injury In design kelompok tekanan rata-rata, yang kesadaran dan tekanan
Surgical mobilisasi intrakranial menunjukkan
arteri rata-rata pada
Ward Of progresif pada pasien bahwa ada
General dan cedera kepala pengaruh yang pasien dengan cedera
Hospital Of kelompok signifikan
kepala. Disarankan
Dr. R. terapi music secara statistik
Soedarsono di Ruang dari posisi bagi petugas
Pasuruan ICU RSU kepala 30°
kesehatan untuk
Prof. Dr. pada tingkat
Margono kesadaran dan memberikan
Soekarjo rata-rata
pengetahuan
Purwokerto tekanan arteri
24 januari mengenai intervensi
2017 s
ini untuk mencegah
ampai 24
februari peningkatan tekanan
2017
intrakranial.
3. Jurnal Arif Pengaruh Pretest Penelitian Penelitian ini Quassy Dari hasil Terdapat perbedaan
Ilmu Hendra ini bertujuan Experime analisis uji
Posisi Head Posttest yang signifikan rerata
Keperaw Kusuma., dilakukan di untuk ntal dependent t-
atan dan Attika Up 30 one Ruang mengetahui test didapatkan skala nyeri kepala
Diah
Kebidan Derajat Cempaka pengaruh P
Anggraeni, group antara sebelum dan
an Terhadap
RSUD Prof. posisi head value 0,002
(2019)
design Dr. up 30 derajat (α<0,05), maka sesudah dilakukan
Nyeri Kepala Margono terhadap dapat
posisi head up 30
Pada Pasien Soekarjo nyeri kepala disimpulkan
Purwokerto pada pasien bahwa ada derajat pada pasien
Cedera
pada bulan cedera kepala perbedaan yang
Kepala
cedera kepala ringan
Maret-April ringan. signifikan
Ringan 2018. antara skala di RSUD Prof. Dr.
Populasi nyeri kepala
Margono Soekarjo
penelitian sebelum dan
ini adalah sesudah Purwokerto dengan
seluruh diberikan
nilai P value 0,002
pasien intervensi.
cedera (α<0.05).
kepala
ringan yang
dirawat
dengan
jumlah
sampel 22
responden
4. Nursing Wahidin, Penerapan Descripti Subyek Mengetahui Studi Setelah Penerapan teknik head
Science Ngabdi Teknik dalam penerapan kasus diberikan terapi
ve up 30° dapat
Journal Supraptini Head Up penelitian teknik head peninggian
(NSJ) 30° ini adalah up 30° kepala 30° meningkatan perfusi
Terhadap pasien yang terhadap pada Tn.A dan
jaringan otak pada
Peningkatan berjumlah 2 peningkatan Tn.I tidak
Perfusi orang yang perfusi mengalami pasien yang
Jaringan mengalami jaringan otak sesak
mengalami cedera
Otak Pada Cedera pada pasien dibuktikan
Pasien Kepala yang dengan RR kepala sedang
Yang Sedang di mengalami dalam batas
Mengalami IGD RSUD cedera normal dan
Cedera Dr. kepala sedang peningkataan
Kepala Soedirman kesadaran.
Sedang Kebumen.
Waktu
penelitian
studi kasus
ini dimulai
pada
tanggal 26 –
27 Juni
2019 u
5. Prosidin Dian Head Up pre test Teknik Quassy Hasil penelitian diketahui bahwa dari
g Widhi, 30o Untuk pengambila Experime menunjukkan
and post hasil uji Wilcoxon
Seminar Supono, Memperbai n sampel ntal bahwa
Nasional Mustayah. ki Mean test two menggunak berdasarkan signed rank test pada
Arterial an hasil uji
design Mean
Pressure consecutive statistik
Pada Pasien group. sampling Wilcoxon Artery Pressure pre
Cidera yang sesuai Signed Rank
150
Kepala dengan Test pada
kriteria pemberian dan post 150
inklusi; posisi 150
didapat
sampel pada Mean
yang Arterial nilai p 0,04 atau <
diperoleh Pressure adalah
nilai α = 0,05
adalah ρ= 0,04
sebanyak 34 atau ρ>α = sehingga
responden, 0,05 sehingga
dapat disimpulkan ada
dengan ada pengaruh
masing- yang pengaruh signifikan
masing signifikan.
pemberian posisi 15°
kelompok Jadi dapat
150 dan 300 disimpulkan terhadap Mean Artery
masing- ada pengaruh
Pressure. Sedangkan
masing 17 yang signifikan
responden pengaturan Pada uji Wilcoxon
posisi head up
signed rank test pada
15° terhadap
perubahan Mean artery Pressure
tekanan
pre 300 dan post 300
intrakranial
yang dalam didapat hasil ρ=0,00
penelitian ini
atau < α= 0,05
menggunakan
parameter sehingga disimpulkan
Mean Artery
ada pengaruh
Pressure pada
pasien signifikan pemberian
cedera kepala
posisi 300 terhadap
di ruang bedah
menggunakan Mean Artery Pressure.
Wilcoxon
signed rank test
dengan hasil
tingkat MAP ρ
= 0,04 dengan
α = 0,05
3.3 Hasil
Lima jurnal mengatakan pemberian posisi head up 30 pada pasien mild head
injury terdapat manfaat teknik elevasi kepala 30 terhadap peningkatan perfusi
jaringan, mengurangi nyeri kepala, perbaikkan mean arterial pressure, mengurangi
peningkatan tekanan intra kranial dan kenaikkan tingkat kesadaran pada klien dengan
mild head injury . Berdasarkan hasil penelitian March, dkk 2014, bahwa pemberian
posisi kepala 30º pada pasien cedera kepala bertujuan memberikan keuntungan dalam
meningkatkan oksigenasi. Suplai oksigen terpenuhi dapat meningkatkan rasa nyaman
dan rileks sehingga mampu menurunkan intensitas nyeri kepala pasien dan mencegah
terjadinyaperfusi jaringan serebral. Elevasi 30 derajat yaitu memperbaiki drainase
vena, perfusi serebral, dan menurunkan tekanan intrakranial. Elevasi kepala dapat
menurunkan tekanan intra kranial melalui beberapa cara, yaitu menurunkan tekanan
darah, perubahan komplians dada, perubahan ventilasi, meningkatkan aliran vena
melalui vena jugularis yang tak berkatup, sehingga menurunkan volume darah vena
sentral yang menurunkan tekanan intra kranial. Perpindahan CCS dari kompartemen
intra kranial ke rongga sub araknoid spinal1 dapat menurunkan tekanan intra kranial
(March KS dkk, 2014; Safar P dkk, 2018; Indra dan Reggy, 2016).
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Pemberian Oksigen Dan Elevasi Kepala 30º Terhadap Tingkat
Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala Sedang

Nilai GCS cedera kepala sedang (9 - 12) dinilai seberapa besar gawat keadaan
pasien tersebut dan penanganan yang dilakukan. Pasien cedera kepala cenderung
mengalami penurunan kesadaran akibat perdarahan pada kepala disertai dengan
kekurangan suplai oksigen, peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan nyeri
kepala, tekanan darah meningkat ,mual muntah dan perubahan perilaku. Oksigen yang
merupakan kebutuhan tubuh paling berperan dalam metabolisme sel,Tanpa oksigen
sel-sel tubuh akan mengalami kerusakan menetap. Pada penelitian ini tingkat
kesadaran pada pasien cedera kepala sedang memiliki nilai skor sebelum perlakuan
yang dikategorikan sebagai pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi dan terjadi
peningkatan tekanan intrakranial. Hal tersebut didukung dari hasil penelitian
Oktavianus, 2014 yang didapatkan pasien cedera kepala sedang mengalami penurunan
tingkat kesadaran saat tidak diberikan oksigen dan elevasi kepala 30º. Dengan hasil
pemeriksaan dari respon mata yang harus diberikan rangsangan nyeri, dari respon
verbal yang mengerang dan respon motorik yang deserebrasi terjadi ekstensi pada
siku.
Hal ini salah satu penurunan kesadaran pada pasien yang mengalami
kegawatdaruratan karena belum diberikan perlakuan oksigen dan elevasi kepala 30º.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat (Oktavianus, 2014) yaitu penanganan
cedera kepala harus dilakukan dengan benar dan tepat karena akan mempengaruhi
keadaan pasien. Tindakan utama yang dilakukan mencegah kerusakan otak yang akan
menyebabkan iskemik. Metode dasarnya dengan cara pemberian oksigen yang
adekuat dan elevasi kepala 30º. Skor rata-rata tingkat kesadaran sebelum dilakukan
pemberian oksigen dan elevasi kepala 30º banyak mengalami pemenuhan oksigen,
nyeri kepala, dan peningkatan tekanan darah yang belum teratasi, hal ini disebabkan
karena terjadinya hipoksia tidak terpenuhi secara maksimal oksigen ke otak dan
trauma yang hebat yang menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial. Pada
keadaan kritis pasien cedera kepala mengalami perubahan baik secara psikologis
maupun fisiologis, oleh karena itu sangat penting peran seorang perawat kritis dalam
posisi sentral untuk memahami semua perubahan yang
Menurut hasil penelitian para peneliti bahwa pada pasien cedera kepala sedang akan
mengalami penurunan kesadaran akibat perdarahan pada kepala dan kemungkinan
mengalami fraktur tengkorak. Keadaan pasien yang mengalami penurunan tingkat
kesadaran memerlukan batuan pernafasan seperti oksigen dan elevasi kepala 30º. Jika
kegawatdaruratan bisa dengan membebaskan jalan nafas (airway). Untuk itu perlu
dilakukan tindakan pemberian oksigen dan elevasi kepala 30º

4.2 Pengaruh Pemberian Head Up 30 position terhadap penurunan tekanan intra
kranial pada pasien dengan Mild Head Injury
Tekanan intrakranial digambarkan dalam hal tingkat kesadaran dan tekanan arteri
rata-rata. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
secara statistik dari posisi kepala 30 pada tingkat kesadaran. Hal ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa 93,3% pasien post op trepanasi
memiliki kesadaran composmentis setelah diberikan posisi head up 30° dalam waktu
30 menit.

Posisi head up 30° bertujuan untuk mengamankan pasien dalam pemenuhan


oksigenasi untuk menghindari hipoksia pada pasien, dan tekanan intrakranial dapat
stabil dalam kisaran normal. Selain itu, posisi ini lebih efektif untuk mempertahankan
tingkat kesadaran karena mempengaruhi posisi anatomi tubuh manusia yang
kemudian mempengaruhi hemodinamik pasien. Posisi head-up 30° juga efektif untuk
homeostasis otak dan mencegah kerusakan otak sekunder dengan stabilitas fungsi
pernapasan untuk mempertahankan perfusi serebral yang memadai. Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa posisi head- up pada kisaran
15-30 ° dapat menurunkan tekanan perfusi serebral dan menstabilkan tekanan arteri
rata-rata.

4.3 Pengaruh Posisi Head Up 30 Derajat Terhadap Nyeri Kepala Pada Pasien
Cedera
Penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan posisi head-up 30°
pada perubahan tekanan intrakranial, khususnya di tingkat kesadaran dan tekanan
arteri rata-rata pada pasien dengan cedera kepala. Hasil penelitian Martina, dkk
(2017) juga menunjukkan bahwa posisi Head Up 30 derajat berpengaruh terhadap
saturasi oksigen pada pasien stroke. Posisi head-up 30 derajat bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi di otak sehingga menghindari terjadinya hipoksia
pasien, dan tekanan intrakranial menjadi stabil dalam batas normal. Selain itu, posisi
ini lebih efektif untuk mempertahankan tingkat kesadaran karena sesuai dengan posisi
anatomis dari tubuh manusia yang kemudian mempengaruhi hemodinamik pasien
(Batticaca FB, 2008). Teori keperawatan comfort yang dikembangkan oleh Kolcaba
merupakan suatu rancangan yang memiliki peranan yang sangat bermanfaat dalam
dunia keperawatan. Rencana keperawatan yang disusun sebagai tindakan keperawatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan rasa nyaman yang diperlukan oleh pasien
seperti psikologis, sosial dan spiritual, financial, fisiologis, serta lingkungan.
Dibutuhkan sekurangnya tiga tipe intervensi untuk mencapai suatu kenyamanan yaitu
standar comfort, coaching dan comfort food for the soul (Kolcaba, 2003). Posisi head
up 30 derajat yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan bentuk tipe
intervensi standar comfort yang artinya tindakan dilakukan dalam upaya
mempertahankan atau memulihkan peran tubuh dan memberikan kenyamanan serta
mencegah terjadinya komplikasi. Posisi head up 30 derajat merupakan posisi
menaikkan kepala dari tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dan posisi badan
sejajar dengan kaki. Posisi head up 30 derajat memiliki manfaat untuk menurunkan
tekanan intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain itu posisi tersebut juga dapat
meningkatkan oksigen ke otak. Hal ini akan menambah rileks serta memindahkan
fokus perhatian pada nyeri yang dialami seseorang. Sehingga muncul kenyaman yang
berdampak pada nyeri yang berkurang (Batticaca FB, 2008). Hasil penelitian ini
sesuai dalam teori dan beberapa hasil penelitian diatas dimana terdapat perbedaan
yang signifikan rerata skala nyeri kepala antara sebelum dan ssudah diberikan
perlakuan posisi Head Up 30 derajat pada pasien cedera kepala ringan di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penurunan skala nyeri ini bisa disebabkan oleh
posisi Head Up 30 derajat yang sesuai dengan posisi anatomis tubuh manusia
sehingga memberikan rasa nyama dan menyebabkan respon nyeri pun berkurang.

4.4 Pengaruh Pemberian Teknik Head Up 30° Terhadap Peningkatan Perfusi


Jaringan Otak Pada Pasien Yang Mengalami Cedera Kepala
Menurut Black & Hawks (2009) bahwa pasien cedera kepala sedang
mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Pasien cedera kepala sedang
mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma
kepala. Proteksi otak merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk
mencegah atau mengurangi kerusakan sel-sel otak yang diakibatkan oleh keadaan
iskemia. Cerebral perfusion pressure (CPP) adalah jumlah aliran darah dari sirkulasi
sitemik yang diperlukan untuk memberikan oksigen dan glukosa yang adekuat untuk
metabolisme otak (Black & Hawks, 2005). Tanda-tanda vital yang tetap terjaga
konstan memperbaiki aliran darah sehingga meningkatkan status neurologis.
Gambaran perfusi jaringan cerebral setelah diberikan terapi head up 30°
Setelah diberikan terapi peninggian kepala 30° pada Tn.A dan Tn.I tidak mengalami
sesak. Menurut penulis evaluasi dan tindakan keperawatan Tn.A dan Tn.I dilakukan
posisi kepala 30° pada cedera kepala sedang untuk mengurangi sesak dan
meingkatkan kesadaran klien. Hal ini terbukti dari klien 2 dengan GCS awal 12
(somnolent) menjadi sadar penuh atau GCS 15. Pemberian oksigen melalui masker
sederhana dan posisi kepala 30° merupakan tindakan yang tepat pada klasifikasi
cedera kepala sedang untuk melancarkan perfusi oksigen ke serebral sehingga
membantu peningkatan status kesadaran. Posisi head up 30 derajat merupakan posisi
untuk menaikkan kepala dari tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dan posisi
tubuh dalam keadaan sejajar (Bahrudin, 2008). Keseimbangan oksigen otak
dipengaruhi oleh aliran darah otak. Proteksi otak merupakan serangkaian tindakan
yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan sel-sel otak yang
diakibatkan oleh keadaan iskemia. Iskemia otak adalah suatu gangguan hemodinamik
yang akan menyebabkan penurunan aliran darah otak sampai ke suatu tingkat yang
akan menyebabkan kerusakan otak yang irevesibel. Metode dasar dalam melakukan
proteksi otak adalah dengan cara membebaskan jalan nafas dan oksigenasi yang
adekuat. Posisi head-up 30 derajat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi
di otak sehingga menghindari terjadinya hipoksia pasien, dan tekanan intrakranial
menjadi stabil dalam batas normal. Selain itu, posisi ini lebih efektif untuk
mempertahankan tingkat kesadaran karena sesuai dengan posisi anatomis dari tubuh
manusia yang kemudian mempengaruhi hemodinamik pasien (Batticaca FB, 2008).
Posisi head up 30 derajat yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan bentuk tipe
intervensi standar comfort yang artinya tindakan dilakukan dalam upaya
mempertahankan atau memulihkan peran tubuh dan memberikan kenyamanan serta
mencegah terjadinya komplikasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pertami SB, Sulastyawati,
Anami P (2017) yang menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan posisi head-up
30° pada perubahan tekanan intrakranial, khususnya di tingkat kesadaran dan tekanan
arteri rata-rata pada pasien dengan cedera kepala. Hasil penelitian Martina, dkk
(2017) juga menunjukkan bahwa posisi Head Up 30 derajat berpengaruh terhadap
saturasi oksigen pada pasien stroke
4.5 Pengaruh Pemberian Head Up 30 Position Untuk Memperbaiki Mean Arterial
Pressure Pada Pasien Cidera Kepala
Menjaga posisi kepala dengan tinggi sekitar 30° dapat mengurangi tekanan vena
jugularis dan penurunan TIK (Nayduch, 2014). Pendapat ini diperkuat dengan Fan
(2004) dan Orlando et al (2000) yang menyatakan bahwa posisi head up 30º sangat
efektif menurunkan ICP dengan stabilitas CPP tetap terjaga. Menurut Vera (2015)
posisi head up atau head of bed (HBO) atau disebut juga posisi semi fowler adalah
posisi elevasi bed dimana bagian kepala dinaikkan mencapai 15-45° pada pasien
dengan peningkatan tekanan intrakranial, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
drainase darah dan mencegah fleksi leher, rotasi kepala, batuk dan bersin. Pengaturan
posisi merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan yang tidak asing dalam
penerapan perawatan pasien. Tindakan head up 30° merupakan bagian dari mobilisasi
progresif level I pada pasien cedera kepala yang bisa menjadi teknik nonfarmakologis
untuk menjaga kestabilan tekanan intrakranial. Head up 30° dapat melancarkan
venous drainase dari kepala, posisi kepala juga dalam kondisi stabil, tidak memutar,
mencegah fleksi leher, rotasi kepala, batuk dan bersin. Posisi ini juga dapat menjaga
keamanan pasien dalam pemenuhan oksigenasi. Jadi untuk menjaga kestabilan pasien
dan tingkat tekanan intrakranial dalam rentang normal dilakukan pemberian posisi
30.

Menurut peneliti pemberian posisi 300 untuk meningkatkan venous drainage dari
kepala dan elevasi kepala dapat menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik,
mungkin dapat dikompromi oleh tekanan perfusi serebral. Pemberian posisi lebih
berpengaruh dari 150 karena aliran darah ke otak cenderung stabil dan terkontrol
sehingga mempengaruhi peredarahan darah keseluruh tubuh sehingga perubahan
mean arterial pressure pada posisi 300 lebih signifikan. Sedangkan karakteristik
responden berdasarkan umur yang dihasilkan kelompok 150 dan 300 dengan jumlah
masing-masing 17 responden menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan atau
korelasi antara faktor umur dengan pengaruh posisi 150 dan 300 yang diberikan
kepada responden cidera kepala. Sedangkan berdasarkan karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa tingkat trauma pada lakilaki lebih tinggi
dibanding perempuan dikarenakan tingkat aktifitas atau mobilitas yang tinggi
dikalangan laki-laki dan kurangnya kesadaran menjaga keselamatan dijalan raya.
Pengaturan posisi merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan yang tidak
asing dalam penerapan tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Terutama
penanganan kegawatan pada pasien dengan cedera kepala salah satunya adalah
melakukan pengontrolan peningkatan TIK yaitu dengan pemberian posisi kepala.
Pemberian posisi kepala 150 dan 300 derajat yaitu tindakan keperawatan yang rutin
dilakukan pada pasien cedera kepala.

Teori yang mendasari adalah peninggian anggota tubuh diatas jantung dengan
vertical axis, yang akan menyebabkan cairan serebro spinal (CSS) terdistribusi dari
kranial ke ruang subarahnoid dan memfasilitasi venus return serebral (Sunardi,2011).
Hasil dari penelitian lain mengatakan bahwa pemberian posisi 150 dan 300 dapat
memperbaiki dari parameter hemodinamik baik dari segi tekanan darah sistolik yang
menuju ke kisaran normal, tekanan nadi normal, tingkat kesadaran yang meningkat
yang dapat diukur dengan menggunakan gasglow coma scale (GCS), dan tekanan
darah diastolik yang dapat dipertahankan dalam batas normal (Mir,2015)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hal yang harus diperhatikan untuk Kasus cidera kepala kelancaran jalan napas
(airway). Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan besar dalam
keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita yang tidak sadar,
yang disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya pangkal lidah, atau akibat
fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan napas harus melindungi
vertebra servikalis, yaitu tidak boleh melakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi yang
berlebihan dari leher. Dalam situasi ini dapat melakukan tindakan chin lift atau jaw
thrust sambil merasakan hembusan napas yang keluar melalui hidung. Apabila ada
sumbatan maka dapat dihilangkan dengan cara membersihkan dengan jari atau suction
jika tersedia (Ester, 2014).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Pernapasan pasien yang mengalami


cedera kepala, diantaranya adalah usia, mekanisme terjadinya injuri, dan adanya
penggunaan ventilasi mekanik. Perubahan frekuensi pernafasan menyebabkan saturasi
oksigen dalam darah menurun yang diikuti perfusi jaringan yang menurun juga.
Perfusi jaringan otak yang rendah pada otak dapat menyebabkan perburukan kondisi
pasien cedera kepala, sehingga pasien memiliki outcome yang buruk. Semakin tinggi
perfusi oksigen ke otak maka outcome pasien cedera kepala semakin baik (Bouzat et
al, 2015; Kondo et al; 2011; Laytin et al, 2015; Safrizal et al, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian March, dkk 2014, bahwa pemberian posisi kepala
30º pada pasien cedera kepala bertujuan memberikan keuntungan dalam
meningkatkan oksigenasi. Suplai oksigen terpenuhi dapat meningkatkan rasa nyaman
dan rileks sehingga mampu menurunkan intensitas nyeri kepala pasien dan mencegah
terjadinyaperfusi jaringan serebral. Elevasi 30 derajat yaitu memperbaiki drainase
vena, perfusi serebral, dan menurunkan tekanan intrakranial. Elevasi kepala dapat
menurunkan tekanan intra kranial melalui beberapa cara, yaitu menurunkan tekanan
darah, perubahan komplians dada, perubahan ventilasi, meningkatkan aliran vena
melalui vena jugularis yang tak berkatup, sehingga menurunkan volume darah vena
sentral yang menurunkan tekanan intra kranial. Perpindahan CCS dari kompartemen
intra kranial ke rongga sub araknoid spinal1 dapat menurunkan tekanan intra kranial
(March KS dkk, 2014; Safar P dkk, 2018; Indra dan Reggy, 2016).

Positioning merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan yang familiar


dalam penerapan asuhan pasien. Posisi head up 30° merupakan bagian dari mobilisasi
progresif level I pada pasien cedera kepala yang dapat dilakukan dengan teknik non
farmakologi untuk menjaga stabilitas tekanan intrakranial. Posisi head-up 30° dapat
melancarkan drainase vena dari kepala dan kondisi stabil; dan mencegah fleksi leher,
rotasi kepala, batuk dan bersin.

5.2 Saran

Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari posisi head up
30° terhadap perubahan tekanan intrakranial, khususnya pada tingkat kesadaran dan
mean arterial pressure pada pasien cedera kepala. Disarankan bagi petugas kesehatan
untuk memberikan pengetahuan mengenai intervensi ini untuk mencegah peningkatan
tekanan intrakranial. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji posisi head-up
30° pada tekanan intrakranial, termasuk denyut nadi, pernapasan, tingkat nyeri,
muntah dan respon pupil.
DAFTAR PUSTAKA

Annamma Jacob. (2014). Clinical Nursing Procedures. Jakarta : EGC.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset
Kesehatan Dasar 2013.
Brunner & Suddart. (2018). Keperawatan Medikal –Bedah. Jakarta : EGC.
Cicerone KD, Dahlberg C, Malec JF, Langenbahn DM, Felicetti T, et al. (2016). Evidence-
based cognitive rehabilitation : updated review of the literature from 1998 through 2002.
See comment in PubMed Commons below Arch Phys Med Rehabilitation.
Curtiss G, Vanderploeg RD, Spencer J, Salazar AM (2016). Patterns of verbal learning and
memory in traumatic brain injury. See comment in PubMed Commons below J Int
Neuropsychol Soc.
Dawodu ST. (2016). Traumatic brain injury - definiton and pathophysiology. www.
Emedicine.Medscape.Com Sept 2012.
Decuypere M, Klimo P Jr. (2012). Spectrum of traumatic brain injury from mild to Severe :
Turkey : Surg Clin North Am
Grace PA, Neil RB. (2006). At a glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Harun Rosjidi, C., & Nurhidayat, S. (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial &
Gangguan Peredaran Darah Otak.
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care and
research. Springer Publishing Company.
Martina, dkk. (2017). Posisi Head Up 300 Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Saturasi
Oksigen Pada Pasien Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik. Adi Husada Nursing
Journal – Vol.3 No.2.
Nasution, S. H. (2014). Mild Head Injury. Medula. Vol. 2 : 4. Lampung: Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
Reihani H, Pirazghandi H, Bolvardi E, Ebrahimi M, Pishbin E, Ahmadi K, Safdarian M,
Saadat S, Movaghar VR. (2017). Assessment of mechanism, type and severity of injury in
multiple trauma patients : a cross sectional study of a trauma center in Iran, Chinese
Journal of Traumatology.
Reith FC, Brennan PM, Maas AI, Teasdale GM. (2015). Lack of standardlization in the use
of the glasgow coma scale. USA : Results of international surveys. Journal of
Neurotrauma.
Rogatzki MJ, Baker JS. (2016). Traumatic Brain Injury in Sport with Special Focus on
Biomarkers of Concussion Injury. USA : J Neural Neurophysiology.
Soemarmo Markam (2018). Neurologi .Jakarta : Binarupa Aksara.
Tabrani Rab. (2016). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : EGC.
Weis, H.M. (2018). Critical Care of the Neurosurgical Patient. In : Berk, J.L and Sampliner,
J.E., eds. Handbook of Critical Care. Boston. Little Brown Co.
Vanderploeg RD, Crowell TA, (2016). Verbal learning and memory deficits in traumatic
brain injury : encoding, consolidation, and retrieval. See comment in PubMed Commons
below J Clin Exp Neuropsychol

Anda mungkin juga menyukai