Anda di halaman 1dari 6

e-ISSN:2528-66510; Volume 6; No.

3 (Oktober, 2021): 592-597 Jurnal Human Care

NYERI KEPALA SEKUNDER EC SPACE OCCUPYING LESION


INTRAKRANIAL (ASTROSITOMA DIFUS WHO GRADE II)
POST KRANIOTOMI REMOVAL TUMOR

Rizki Nugraha Agung


Department of Medical Surgical Nursing, Faculty of Nursing,
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email Korespondensi: rizki.nugraha@umj.ac.id

Submitted: 19-09-2021, Reviewer: 05-10-2021, Accepted: 20-10-2021

ABSTRACT
Headache is one of the typical signs symptom in patients with brain tumors as Astrocytoma. It’s caused
by the pressure from tumor in tissues around the brain or cerebral edema conditions that cause increased
intracranial pressure. Head positioning is one of the nursing interventions that can be used in headache
nursing problems. The study aim to determine whether there is an effect of 30 degree head elevation on
intracranial reduction. The research method was a nursing care approach. The results of this study that
giving a 30 degree head elevation for ten days can reduce intracranial pressure, so that cerebral
perfusion was effective and headache was reduced.

Keywords: Headache, Astrocytoma, Head positioning, Nurses

ABSTRAK
Nyeri kepala merupakan salah satu tanda gejala khas pada pasien dengan tumor otak seperti astrositoma,
kondisi tersebut disebabkan karena tekanan yang ditimbulkan oleh tumor terhadap jaringan disekitar otak
atau oleh kondisi edema serebri yang menyebabkan tekanan intrakranial meningkat. Pengaturan posisi
kepala merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat digunakan pada masalah keperawatan
nyeri kepala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu apakah ada pengaruh elevasi kepala 30 derajat
terhadap penurunan intrakranial. Metode penelitian menggunakan mendekatan asuhan keperawatan. Hasil
penelitian ini dapat diketahui bahwa pemberian elevasi kepala 30 derajat selama sepuluh hari dapat
menurnkan tekanan intrakranial sehingga perfusi serebral efektif dan nyeri kepala berkurang.

Kata Kunci: Nyeri Kepala, Astrositoma, Posisi kepala, Perawat

PENDAHULUAN Karena hal tersebut perlu secepatnya


Astrositoma adalah salah satu tipe penanganan yang tepat terhadap tumor otak
tumor otak primer berdasarkan histologinya agar dapat menekan angka terjadinya
dan berasal dari sel astrosit (Lopez & mortalitas pada pasien dengan tumor otak,
Scheithauer, 2012). Menurut National kerena sekitar 2% dari semuaa prevalensi
Cancer Countermeasure Committee (2015) kanker yaitu tumor otak primer yang
bahwa angka mortalitas pada pasien tumor memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas
otak primer di Indonesia mencapai 4,25 per yang tinggi (Langbecker & Yates, 2016).
100.000 populasi per tahun dimana angka Pertumbuhan yang tinggi pada sel
kejadiannya sebesar 7 per 100.000 populasi. astrosit dapat menyebabkan suatu tekanan

592
e-ISSN:2528-66510; Volume 6; No.3 (Oktober, 2021): 592-597 Jurnal Human Care

yang memiliki dampak terhadap perubahan kepala dapat terpenuhi secara adekuat
suplai darah dan menyebabkan nekrosis (Hickey, 2014). Oleh karena itu peneliti
pada jaringan otak karena kekurangan bertujuan ingin melihat apakah ada pengaruh
oksigen dan nutrisi. Akibatnya pada otak elevasi kepala 30 derajat terhadap penurunan
terjadi kehilangan fungsi secara akut dan intrakranial dengan menggunakan proses
gangguan serebro vascular primer. Invasi, asuhan keperawatan pada pasien dengan
kompresi dan perubahan suplai darah ke tumor otak.
jaringan otak yang berkurang dapat Adapaun kasus pada studi kasus ini
menyebabkan terjadinya kejang. Tekanan yaitu seorang laki-laki berusia 38 tahun
intrakranial (TIK) pun akan meningkat dengan diagnosa medis nyeri Space
dengan adanya perubahan sirkulasi cairan Occupying Lesion (SOL) intrakranial
serebrospinal, bertambahnya massa dalam (astrositoma difus WHO grade II) post
tengkorak dan edema di sekitar tumor kraniotomi removal tumor. Pasien
tersebut dapat meningkatkan volume mengalami nyeri kepala semenjak 1 minggu
intrakarnial sehingga TIK meningkat (Price, sebelum masuk rumah sakit dan semakin
2014). memberat sampai terasa sempoyongan, skala
Terjadinya peningkatan TIK sebagai nyeri saat dikaji dengan VAS 5, dengan
akibat dari obstruksi vena dan edema akibat karakteristik nyeri cekot-cekot seperti
kerusakan yang terjadi dalam otak, maka hal ditarik-tarik seluruh kepala, nyeri menetap
tersebut akan membahayakan jiwa jika tidak hilang walaupun dengan istirahat.
terjadi dengan waktu yang cepat. Sebagai Kesadaran komposmentis dengan nilai GCS
mekanisme kompensasi dari peningkatan E4M6Va. TV : 140/90 mmHg, N: 104
TIK maka otak akan menurunkan x/menit, RR: 20x/menit, S:36,5oC,
kandungan cairan intraselnya, volume darah SpO2:98% dan Capillary refil time (CTR)
dan cairan otak dalam intrakranial akan <2 detik. Reflek cahaya langsung dan tidak
menurun. Jika kenaikan tekanan tersebut langsung baik dengan ukuran 3mm pada
tidak segara ditangani maka akan mata kiri dan kanan, tidak ada kaku kuduk,
menyebabkan risiko terjadinya herniasi pada kernig dan lasequ negative. Kekuatan otot
serebellum (Price, 2014). Herniasi yang pasien pada ekstremitas atas bawah
menekan pada mesefalon akan 55555/5555. Hasil MRI brain kontras saat
menyebabkan hilangnya kesadaran dan ini: lesi intraaksial multiple dengan
herniasi serebellum akan menggeser tonsil komponen nekrotik sentral di kortikal dan
ke bawah melalui foramen magnum oleh white matter lobus parietal kiri dan oksipital
masa posterior. Akibat dari penekanan kanan, serta di white matter lobus frontal
medulla oblongata maka menekaan pada kiri, disertai edema perifokal, yang
saraf pernafasan dan mengakibatkan meyebabkan penyempitan ventrikel lateral
terhentinya pernafasan dengan cepat (Price, kanan dan herniasi subfalcine ke kiri. Defek
2014). kranium regio parietal kiri disertai herniasi
Salah satu manejemen peningkatan parenkim cerebri melalui defek tersebut.
tekanan intrakranial yaitu melakukan elevasi Dari hasil pengkajian nyeri kepala
kepala 30 derajat pada pasien (Mahfoud, merupakan salah satu masalah keperawatan
Beck, and Raabe, 2010). Posisi kepala lebih yang terjadi pada pasien. Intervensi utama
tinggi dari jantung dapat memudahkan yang dilakukan pada masalah keperawatan
proses aliran darah balik vena dari otak ke nyeri kepala adalah dengan mengatur posisi
jantung, sehingga dapat menurunkan pasien sesuai dengan kenyamanan pasien
tekanan intrakranial dan sirkulasi darah di dengan elevasi kepala 300 yang bertujuan

593
e-ISSN:2528-66510; Volume 6; No.3 (Oktober, 2021): 592-597 Jurnal Human Care

untuk menurunkan TIK dan memperlancar meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi,


sirkulasi di otak sehingga perfusi jaringan durasi, dan faktor pencetus nyeri. Nyeri
cerebral dapat adekuat. Intervensi kepala yang dirasakan oleh pasien pada saat
keperawatan lainnya yaitu memonitor nyeri dikaji dengan VAS 5, dengan karakteristik
secara konprehensif pada pasien yang nyeri cekot-cekot seperti ditarik-tarik
meliputi Provokatif, qualitas, region, diseluruh kepala, nyeri menetap tidak hilang
severitas, dan timing. Kemudian memonitor walaupun dengan istirahat. Pengkajian nyeri
tanda-tanda vital khsusunya mean arterial secara komprehensif dilakukan oleh perawat
pressure (MAP) dan membantu pasien setiap 8 jam untuk mengetahui
untuk beradaptasi dengan nyeri yang perkembangan nyeri kepala yang dialami
dialaminya dengan melakukan terapi non oleh pasien, sehingga dapat menentukan
farmakologi dengan relaksasi nafas dalam intervensi keperawatan selanjutnya.
dengan cara menarik nafas lewat hidumg Olehkarena itu pengakajian nyeri secara
secara perlahan lalu tahan sesuai komprehensif sangat penting dilakukan oleh
kemampuan sambil membayangkan suasana perawat dan harus mendapatkan hasil
alam yang disukai oleh pasien lalu seakurat mungkin agar data yang didapatkan
hembuskan lewat mulut secara perlahan dan dapat menggambarkan keadaan pasien yang
dilakukan secara berulang sesuai sesungguhnya.
kemampuan dan kenyamanan pasien. Intervensi selanjutnya adalah
Intervemsi yang terakhir adalah tekhnik melakukan aktivitas manajemen edema
farmakologi pemberian obat antiimflamasi serebral dengan melakukan monitoring
(dexametason) dan analgetik (paracetamol) adanya perubahan hemodinamika pada
dengan berkolaborasi dengan dokter. pasien yang dilihat dari tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, dan pernafasan),
saturasi, dan MAP. Perubahan
METODE PENELITIAN hemodinamika dapat mengidentifikasi
Metode yang digunakan dalam studi terjadinya peningkatan tekanan intrakranial
kasus ini adalah menggunakan metode yang disebabkan oleh edema serebral
Asuhan Keperawatan dimana peneliti (Sokhal, Rath, Chaturvedi, Singh & Dash,
mengawalinya dengan melakukan 2017). Olehkarena itu perawat memonitor
pengkajian pada pasien terlebih dahulu, tanda-tanda vital, saturasi, dan MAP pasien
kemudian menganalisa masalah yang terjadi secara berkala setiap 8 jam sekali. Kemudian
pada pasien dan menentukan rencana dari tanda-tanda vital perawat juga dapat
tindakan keperawatan sesuai masalah yang menentukan nilai mean arterial pressure
ada pada pasien baik yang bersifat aktual (MAP) pasien. Dari data MAP yang
maupun potensial. Lalu melakukan didapatkan maka akan terlihat apakah suplai
implementasi sesuai rencana keperawatan oksigen ke jaringan otak sudah adekuat atau
dan evaluasi dari implementasi tersebut belum (Hori, et al, 2016).
setiap sif. Adapaun responden yang Intervensi selanjtnya adalah
digunakan yaitu seorang pasien dengan melakukan elevasi kepala 30 sesuai o
astrositoma. kenyamanan pasien dan memberitahu
kepada pasien dan keluarga untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN menghindari valsava manuver seperti
Intervensi keperawatan dilakukan kurangi mengejan saat BAB dan ketika
selama 10 hari. Pada intervensi pertama batuk jangan terlalu kencang. Pengaturan
perawat melakukan pengkajian nyeri posisi kepala pasien lebih tinggi atau elevasi

594
e-ISSN:2528-66510; Volume 6; No.3 (Oktober, 2021): 592-597 Jurnal Human Care

kepala pasien 30 derajat, diharapkan dapat sebagai terapi pelengkap untuk


menurunkan tekanan intrakranial. Pada penatalaksaan nyeri. Perawat berkolaborasi
posisi kepala yang lebih tinggi dari jantung dengan dokter pemberian paraceteamol
secara tidak langsung posisi tersebut 3x1000mg/hari peroral dan dexametason
memudahkan proses aliran darah balik vena 3x5mg/hari melalui intarvena. Ranitidin juga
dari otak ke jantung melalu vena cava diberikan kepada Tn.M untuk mengurangi
superior. Dengan adanya gaya gravitasi efek yang kurang baik yang disebabakan
aliran vena balik dari kepala akan mudah oleh obat dexametason. Sehingga Tn.M
terjadi, kerena pada sistem vena jugularis mendapatkan ranitidin 2x50mg/hari melalui
tidak memiliki katup sehingga memfasilitasi intravena. Kemudian Tn.M juga
proses tersebut. Terfasilitasinya aliran vena mendapatkan terapi cairan NaCl 0,9%
balik pada otak akan menurunkan tekanan 500ml/12 jam untuk menjaga osmolaritas
intrakaranial karena volume dalam rongga dalam darah dan hemodinamik yang dapat
kepala berkurang, dan sirkulasi darah di otak berkontribusi pada edema cerebral yang
pun dapat berjalan dengan lancar serta dapat meningkatkan TIK dan berdampak
perfusi jaringan serebral akan baik dan nyeri pada nyeri kepala pasien (Sokhal, Rath,
kepala akibat tekanan dapat berkurang. Chaturvedi, Singh & Dash, 2017).
Intervensi tersebut aman dilakukan selama Intervensi dilakukan selama 10 hari
pasien tidak mengalami hipovolemik dan tingkat nyeri pasien mengalami
(Hickey, 2014). Elevasi kepala pasien 30 perubahan pada hari ke 2 dengan sekala
derajat dilakukan dengan cara meninggikan nyeri VAS 2, dengan nyeri hilang timbul,
posisi tempat tidur pasien pada bagian nyeri cekot-cekot pada bagain belakang
kepala dan disesuaikan dengan kenyamanan kepala, akan tetapi pada hari 6 pasien
posisi pasien. mengeluh nyeri meningkat dan frekuensi
Selanjtnya perawat membantu pasien semakin sering, maka untuk dosis obat
untuk dapat beradaptasi dengan nyeri kepala dexametason ditambah 5mg/hari
yang dialaminya dengan melakukan terapi (5mg/10mg/5mg) yang sebelumnya
nonfarmakologi dengan cara relaksasi nafas 3x5mg/hari dan monitor elevasi kepala 30
dalam. Relaksasi nafas dalam dikombinasi derajat serta hindari palsavah manuver pada
dengan guided imagery dengan cara menarik pasien. Kemudian pada hari ke 9 nyeri
nafas lewat hidumg secara perlahan, tahan berkurang dengan sekala nyeri VAS 1 dan
semampu pasien sambil membayangkan disertai dengan menurunnya dosis obat
suasana alam yang disukai oleh pasien lalu dexametason menjadi 3x5mg/hari. Pada hari
hembuskan lewat mulut secara perlahan dan ke 10 pasien tidak mengeluh nyeri.
dilakukan secara berulang sesuai Evaluasi terakhir dilakukan pada hari
kemampuan dan kenyamanan pasien. ke 10, pasien tidak mengeluh nyeri kepala,
Dengan dilakukannya latihan relaksasi nafas tampak aktif dalam komunikasi walaupun
dalam maka dapat meningkatkan suplai agak sedikit sulit mengucapkan. TD: 140/80
oksigen ke seluruh tubuh dengan adekuat, mmHg, N: 60x/menit, RR: 20x/menit, S:
kemudian dapat menstimulus endorphin dan 36,2 0C dan SPO2: 98%. Setelah perawatan
membuat otot-otot tubuh menjadi rilek. selama 10 hari maka perfusi jaringan
Dengan kondisi tersebut pasien dapat rileks serebral menunjukan respon adaptif dengan
dan nyeri dapat terkontrol atau berkurang hilangnya nyeri kepala yang dialami oleh
(Felix et al, 2019). pasien, tidak ada mual, serta MAP dalam
Selain terapi non farmakologi, batas normal (100 mmHg). Akan tetapi
perawat juga melakukan terapi farmakologi risiko terjadinya ketidakefektifan perfusi

595
e-ISSN:2528-66510; Volume 6; No.3 (Oktober, 2021): 592-597 Jurnal Human Care

jaringan serebral dan nyeri kepala masih 20(1):3–9.


dapat terjadi karena risiko peningkatan TIK, Hickey, J. V. (2014). Intracranial
sehingga pasien disarankan agar tidak terlalu hypertension: theory and management
mengejan berlebihan ketika BAB dan pasien of increased intracranial pressure. In J.
mendapatkan obat laxadine 3x15 ml peroral V. Hickey (Ed.), The Clinical Practice
ketika pulang. of Neurological and Neurosurgical
Nursing (7th ed.), (pp.266-299).
SIMPULAN Philadelphia: Lippincott Williams and
Edema cerebral dan tekanan tumor Wilkim.
merupakan penyebab utama terjadinya nyeri Hori, Daijiro, Laura Max, Andrew Laflam,
kepala dan ketidakefektifan perfusi cerebral Charles Brown, Karin J. Neufeld,
pada pasien dengan astrositoma. Pengaturan Hideo Adachi, Christopher Sciortino,
posisi kepala pasien lebih tinggi dari jantung John V. Conte, Duke E. Cameron,
dengan melakukan elevasi kepala 30 derajat Charles W. Hogue, and Kaushik
dapat menurunkan tekanan intra kranial Mandal. 2016. “Blood Pressure
(TIK) sehingga nyeri kepala dapat berkurang Deviations from Optimal Mean Arterial
dan perfusi cerebral kembali efektif. Pressure during Cardiac Surgery
Perawat selama 24 jam berada dengan Measured with a Novel Monitor of
pasien sehingga perawat memiliki peranan Cerebral Blood Flow and Risk for
penting dalam merespon tanda gejala yang Perioperative Delirium: A Pilot Study.”
dialami oleh pasien dengan memulai Journal of Cardiothoracic and
tindakan yang tepat terhadap respon pasien. Vascular Anesthesia 30(3):606–12.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat Langbecker, D., & Yates, P. (2016). Primary
pada masalah keperawatan nyeri kepala dan brain tumor patients’ supportive care
ketidakefektifan perfusi cerebral maka needs and multidisciplinary
perawat dapat mengurangi derajat defisit rehabilitation, community and
neurologis pada pasien astrositoma dengan psychosocial support services:
TIK meningkat bahkan mengurangi risiko awareness, referral and utilization.
kematian akibat herniasi. Journal of Neuro-Oncology, 127(1),
91–102.
UCAPAN TERIMAKASIH https://doi.org/10.1007/s11060-015-
Terimakasih saya ucapkan kepada 2013-9
supervisor yang telah membimbing dan Lopez MBS, Scheithaure BW.
bersabar memberikan arahan selama proses Histopathologi of Brain tumors. In :
belajar, dan ucapan terimakasih juga Kaye AH, Laws ER, editor. Brain
terhadap teman-teman sejawat ners yang Tumor : An Encyclopedic Approach
telah memfasilitasi selama proses. Philedelphia : Elsivier, 2012.p.138-87
Price, S., A. & Wilson. L., M. (2014).
Pathophysiology: Clinical Concepts of
REFERENSI
Felix, Márcia Marques dos Santos, Maria Disease Processes. 6 ed Mosby Elsevier
Beatriz Guimarães Ferreira, Luciana Science
Falcão da Cruz, and Maria Helena Mahfoud, Felix, Jürgen Beck, and Andreas
Barbosa. 2019. “Relaxation Therapy Raabe. 2010. “Intracranial Pressure
with Guided Imagery for Postoperative Pulse Amplitude during Changes in
Pain Management: An Integrative Head Elevation: A New Parameter for
Review.” Pain Management Nursing Determining Optimum Cerebral

596
e-ISSN:2528-66510; Volume 6; No.3 (Oktober, 2021): 592-597 Jurnal Human Care

Perfusion Pressure?” Acta Sokhal, N., Rath, G. P., Chaturvedi, A., Singh,
Neurochirurgica 152(3):443–50. M., & Dash, H. H. (2017). Comparison of
Sert, E., Özyurt, F., & Doğantekin, A. 20% mannitol and 3% hypertonic saline
(2019). A new approach for brain on intracranial pressure and systemic
tumor diagnosis system: Single image hemodynamics. Journal of Clinical
Neuroscience, 42, 148–154.
super resolution based maximum https://doi.org/10.1016/j.jocn.2017.03.016
fuzzy entropy segmentation and National Cancer Countermeasures
convolutional neural network. Medical Committee; 2015.
Hypotheses, 133(September), 109413. Yueniwati, Y. (2017). Pencitraan Pada Tumor
https://doi.org/10.1016/j.mehy.2019.1094 Otak. Edisi 1. UB Press : Malang
13

597

Anda mungkin juga menyukai