Oleh :
Intan Puspita
12100118681
Preseptor :
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
SALAMUN2019
1
BAB I
BASIC SCIENCE
VASKULARISASI KEPALA
2
BAB II
CLINICAL SCIENCE
Nyeri kepala merupakan gejala umum yang pernah dialami hampir semua orang,
setidak-tidaknya secara episodik selama hidupnya. Nyeri kepala adalah semua nyeriyang
berlokasi dikepala.
1. Struktur yang sensitif nyeri, yaitu kulit kepala, otot, jaringan subkutan, arteria
oropharynx,sinuskranial,sinusvenaintrakranial,dancabang-cabangvena,bagian
durayangterdapatpadadasarotakdanarteriadalamdura,sarafkranialtrigeminus,
fasialis, vagus, dan glossofaringeus, serta saraf saraf servikal (C1, C2 danC3).
2. Struktur-struktur yang tidak sensitif terhadap nyeri, yaitu parenkim otak, sebagian
khoroid.(NeilH.Raskin,Harrison’s,PrinciplesofInternalMedicine,16thedition)
DibawahiniadalahklasifikasinyerikepalaberdasarkanInternationalHeadache
Society, yaitu
a. Nyeri kepalaprimer
1. Migraine
2. Tension TypeHeadache
3. Nyeri kepalakluster
3
4. Nyeri kepala lain yang tidak berhubungan dengan lesistruktural
b. Nyeri kepalasekunder
7. Nyeri kepala atau nyeri wajah karena kelainan wajah atau strukturkranial
Nyeri kepala merupakan penyakit sehari-hari yang sangat sering terjadi khususnya nyeri
kepala primer, yang meliputi migraine, cluster headache, dan tension-type headache.
2.2 Migrain
2.2.1 Epidemiologi
Berdasarkan World healt organization (WHO) memperkiraan prevalensi migrain di dunia sebanyak
10% tertinggi di amerika utara dan disusul amerika selatan. Di indonesia didapatkan prevalensi
migrain sebanyak 24% dari 1014 subyek mahasiswa dan 54% dari semua remaja yang pernah
mengalami nyeri kepala, terutama perempuan 70%
2.2.2 FaktorRisiko
Berat badan berlebih, tekanan darah tinggi, hiperkolesterolemia, ganguan sensitivitas insulin, kadar
hormon sistein tinggi, stroke, dan riwayat penyakit jantung koroner
dimengerti.
4
Di bawah ini ada beberapa teori terjadinya migraine, yaitu :
a. Teorigenetik
asidosis laktat, dan episode seperti stroke yang disebabkan oleh mutasi basa Adenin
menjadiGuaninpadagenmitokondriayangmengkodetRNApadaposisinukleotida3243.
Migraineadalahgambaranklinikyangumumdarisindromini,khususnyapadapermulaan
hemiparesis selama fase aura pada migraine. Kira-kira 50% dari kasus MFL disebabkan
olehmutasigenCACNL1A4padakromosom19,yangmengkodesubunitchannelcalsium tipe
P/Q, yang hanya diekspresikan pada sistem saraf pusat. (Neil H. Raskin, Harrison’ s,
5
Pada penelitian genetik, polimorfisme NcoI pada gen yang mengkode reseptor
dopamin D2 (DRD2), terlihat berlebihan pada pasien migraine dengan aura dibandingkan
pada pasien tanpa migraine, sehingga diperkirakan pasien migraine dengan aura
dipengaruhi oleh alel DRD2. Tetapi, bagaimanapun juga tidak semua pasien dengan gen
DRD2 mengalami migraine dengan aura, sehingga diperkirakan ada gen atau faktor lain
b. Teori vaskular
Berdasarkan hipotesis vaskular yang diajukan oleh Harold Wolff pada tahun1938,
migraine itu berhubungan dengan perubahan vaskular kranial, Selama masa prodormal
fase nyeri kepala dimana terjadi dilatasi pembuluh ekstrakranial. (Deborah S. King and
Penelitianmengenaialirandarahserebralregionalpadapasienmigraineklasiksaat
serangan, terjadi hipoperfusi kortikal dimulai pada visual korteks, yang menyebar dengan
6
Lebihjauhlagi,padamigraintanpaaura,tidakterjadiperubahanalirandarah.Olehkarena
ituperistiwavasokontriksidiikutivasodilatsisebagaipatofisiologifundamentalterjadinya
perubahan aliran darah selama terjadinya migrain. (Neil H. Raskin, Harrison’ s,Principles
7
c. Teori neuronal (brain stemgenerator)
Pada migraine, terjadi pengaktifan neuron dorsal raphe pada batang otak danlocus
coeruleus (teori ”brain stem generator”). Terdapat proyeksi dari dorsal raphe ke arteri
serebral, yang mungkin mempengaruhi aliran darah. Selain itu terdapat pula proyeksi
dorsal raphe ke badan geniculatum lateral, kolikulus superior, retina, dan visual korteks.
Hal ini mungkin dapat menjelaskan aura pada migrain. (Neil H. Raskin, Harrison’ s,
serotonergik di dalam batang otak. Oleh karena itu, terjadinya migrain berhubungan
kaudalis trigeminal pada medula (pusat pengolah nyeri untuk bagian wajah dan kepala)
calcitonin gene related peptide (CGRP) dari nervus trigeminal terminal saraf.
afferent trigeminal pada pembuluh darah yang menyebabkan diproduksinya nyeri. Selain
itu,transmisinyerijugaberjalankesentralmenujuotakdanmengaktifkannucleus-nukleus di
otak yang menyebabkan terjadinya beberapa gejala seperti mual , muntah (Neil H.
8
e. Peran serotonin dalam migraine
migrainmassihberlakusampaisaatini,karenaagonisreseptorserotoninmasihmerupakan obat
utama migrain akut. Hipotesis ini berdasarkan fakta pada eksperimen dilaboratorium
danfaktapadamanusiabahwakosentrasiserotonindanmetabolitnyapadaurinmeningkat pada
denganperubahansensitivitaspadareseptorserotoninsentraldanperifer.(BushandMayer,
2001)
hingga berat, berdenyut, unilateral, tetapi kadang dapat bilateral. Onset nyeri biasanya
bertahap, mencapai puncaknya dalam beberapa menit hingga jam dan menetap selama 4
9
hingga 72 jam. Gejala pencernaan bervariasi menyertai migraine. Selama gejala, 90 %
penderita memperlihatkan mual dan emesis terjadi pada 1/3 penderita migraine.
Migrain adalah nyeri kepala primer yang dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
Pada migrain ini, tidak terjadi gangguan neurologik fokal yang mendahului nyeri
kepala, tetapi memiliki ciri khas yaitu timbulnya nyeri kepala yang berdenyut secara
mendadak.
a) Nyeri kepala minimal berlangsung selama 4-72 jam ( baik dalam kondisi
1. Unilateral
2. Kualitasberdenyut
1. Mual danmuntah
2. Fotofobia danfonofobia
Biasanyaterjadigangguanneurologikfokalnegatifmaupunpositifsebelumtimbul
nyerikepala.Aurainibiasanyaterjadiselama5-20menitdanpalinglamaselama60menit.
Nyerikepalabiasanyaterjadisetelahakhirauraselesai.Kadang-kadang,auramunculpada
10
saat mulai terjadi nyeri kepala atau selama nyeri kepala berlangsung. Aura ini biasanya
berkaitan dengan area visual dan lapang penglihatan. Aura visual sangat kompleks dan
bervariasi,dandapatpositif(scintilllation,photopsia,atauspektrumfortifikasi)dannegatif
(skotoma,hemianopsia).Gejalaauramotorikdansensorikmeliputikesemutanpadawajah dan
b. Terdapat aura tipikal yang adapat berupa aura visual, sensoris dan gangguan
berbahasa
2.2.5 Diagnosisbanding
Tension type headach, nyeri kepala Kluster, sindrom diseksi atau aneurisma serebral
11
2.2.6 Tatalaksanamigrain
Terapi migrain adalah mengurangi serangan , atau setidaknya muncul serangan yang tidak
terlalu berat dan tidak menggangu kehidupan sehari hari. Perlu adanya edukasi kepada
pasien tentang penyakit ini yang akan datang berulang serta menghindari pencetus untuk
2. Meningkatkan kualitashidup
5. Mengajarkanpasienagarmampumenanganisendiri,nyerikepalayangdideritanya.
4. Efektif dalampenanganan
12
2.2.4.1 Nonfarmakologik
:
Menghindarifaktorpencetusmunculnyamigrenseperti:perubahanpolatidur,makanan
danminuman(keju,coklat,monosodiumglutamat),stres,cahayaterang,cahayakelapkelip,
perubahancuacadantempatyangtinggi(gunung,pesawatudara)sertarutinitasseharihari yang
13
2.2.4.2 Terapifarmakologik
(1) TerapiAbortif
mungkin dengan obat yang bekerja cepat. Pemilihan jenis obat didasarkan pada durasi,
intensitas nyeri, gejala penyerta, derajat disabilitas serat respon terhadap pengobatan. Jika
terdapat mual dan muntah obat dapat diberikan melalui rektal, nasal, subkutan maupun
Diperuntukan bagi pasien dengan seranagn ringan sampai sedang atau serangan berat
denagn reaspon yang baik terhadap obat yang sama. Obat yang diebrikan yaitu obat
Agonis reseptor serotonin efektif dalam terapi migraine. Kelas pertama dari
golongan ini adalah sumatripan, dan generasi kedua adalah zolmitripan, naratripan,
rizatripan,Mekanismekerjanyaadalahmenghambatpelepasanneuropeptidavasoaktifdari
mengganggu transmisi signal dalam nukleus trigeminal batang otak melalui reseptor 5-
HT1D, dan vasokontriksi pembuluh darah intrakranial melalui stimulasi reseptor vaskular
5-HT1B.
14
Dosis: sumatriptan 6mg subkutan atau sumatriptan 50-100mg peroral.
15
(2) Antiemetik
Terapiantiemetiktambahanbergunauntukmengatasimualdanmuntahyangsering
abortif.
2.2.4.3 TerapiProfilaksis
Memberikan obat terapi preventif migrain harus memperhatikan perubahan pola
NSAID efektif menurunkan frekuensi, tingkat keparahan, dan durasi dari serangan
migraine.MekanismeNSAIDdalammencegahnyeriterkaitdenganpenghambatansintesis
Obat golongan ini bekerja dnegan cara menurunkan fungsi adrenergik serta mengahalangi
kerja reseptor presinap noradrenergik dan enzim tirosin. Pengahambat beta baik digunakan pada
pasien dengan komorbid hipertensi dan tidak boleh digunakan pada pasien dengan diabetes
melitus , asma , depresi dan pasien dengan tekanan darah rendah. Pilihanya adalah : Propanolol
120-140mg/ hari, timolol20-30mg/ hari, nadolol 40-240 mg/ hari dan obat golongan ini lainya
16
(3) Amitriptilin
Amitriptilinmerupakanobatprofilaksisyangefektifpadamigraineberdasarkanefek
17
18
19
20
21
22
2.3 Tension-typeHeadache
2.3.1 Epidemiologi
Tension-type headache merupakan jenis nyeri kepala yang paling sering, dengan
prevalensi63%padapriadan86%padawanitaselamawaktuestimasi1tahun.Onsetawal
tension-type headache terjadi pada masa dini kehidupan (40% pada usia <20 tahun), dan
puncaknya pada usia 20 dan 50 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita dewasa, dengan
rasio wanita dan pria 4:3. Prevalensi tension-type headache kronis (180 headache harian
2.3.2 Klasifiaksi
Berdasarkan IHS, TTH dapat dibagi menjadi TTH episodik tipe jarang (infrequent) dan sering
( frequent), serta TTH kronik
1. Tension type headach (TTH) episodik yang infrequent
a. Tension type headeach (TTH) episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial
b. Tension type headach (TTH) episodik yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri
tekanperikranial
2. Tension type headeach (TTH) episodik yangfrequent
a. Tension type headach (TTH) episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri
perikranial
b. Tensiontypeheadach(TTH)episodikyangfrequenttidakberhubungandenganyeritekan
perikranial
3. Tension type headeachkronik
a. Tension type headach kronikberhubungan dengan nyeri perikranial
b. Tension type headach kronik tidak berhubungan denga nyeri tekanperikranial
4. Probable tension typeheadeach
a. Probable Tension type headach episodik yanginfrequent
b. Probable Tension type headach episodik yang frequent
c. Probable Tension type headach episodik kronik
2.3.3 Patofisiologi
23
nyeri kepala akibat TTH muncul lebih sering saat pasien terlalu lama dalam posisi
kepala ditkuk ke bawah ( misalanya pada saat membac dan menulis) sehingga otot
belakang leher akan tegang, selain itu pasien sering tidur dengan posisi tidak baik. Nyeri
kepala sering terjadi pada penggunaan bantal yang terlalu tinggi. Hal ini dapat
menyebabkan otot belakang leher akan tertekan lebih kuat. Kontrakasi otot yang terus
menerus akna menyebabkan turunya perfusi darah dan lepasnya subtansi pemicu nyeri
(laktat, asam piruvat, dsb). Subtansi ini akan menstimulasi saraf kemudian akan
mengahsilkan sensai nyeri pada otor ligamen yang dipersarafi. Nyerinya bersifat tumpul.
Pada TTH, nyeri muncul pada otot leher belakangb di daerah okcipital. Pada waktu yang
bersamaan nyeri akan menjalar melewati sisi kiri dan kanan kepala atau melewati sisi kiri
retroorbita.
2.3.4 Gejalaklinis
Gejala awal dan aura tidak terdapat pada tension-type headache. Nyeri yang terjadi
biasanya intensitas ringan sampai sedang dan biasanya digambarkan sebagai rasa tumpul,
24
sesak atau tekanan nonpulsatil. Yang paling sering adalah nyeri bilateral, akan tetapi
lokasinya dapat bervariasi (biasanya frontal dan temporal, terkadang occipital danparietal
juga). Secara klasik rasa nyeri yang terjadi digambarkan dengan pola “hatband”. Gejala-
gejala lain yang berhubungan, secara umum tidak ada tapi fotofobia dan fonofobia ringan
pernah dilaporkan. Disabilitas yang diakibatkan tension-type headache sangat sedikit jika
dibandingkan dengan migrain, dan aktifitas fisik rutin tidak memperberat rasa nyeri.
Palpasipadaototpericranialatausevikaldapatmenunjukkanbagianlunakataunodulyang
episodik (teratur atau tidak) atau kronis berdasarkan frekuensi dan lamaserangan.
2.3.5 Penatalaksanaan
farmakologi dan non farmakologi berkembang, analgesik yang simpel dan NSAID adalah
1. Terapi nonfarmakologi
- Edukasi menjelaskan faktor pencetus TTH, obat yang akan digunakan serta menjelaskan
penyakit ini bersifat episodik atau dapatberulang
- Kontroldiet
- Terapi fisik : latihan postur dan posisi, kompres panas atau dingin,akupuntur
2. Terapifarmakologi
Analgesiksimpel(sendiriataukombinasidengankafein)danNSAIDefektifuntuk
terapiakutringansampaisedang.Asetaminofen,aspirin,ibuprofen,naproxen,ketoprofen,
parasetamol dankafein.
25
26
Cluster Headache
Cluster headache merupakan kelainan nyeri kepala yang paling berat, dengan ciri
khas serangan yang berat, nyeri kepala unilateral yang terjadi selama berminggu-minggu
atauberbulan-bulan(clusterperiods)yangdipisahkanolehperioderemisiselamaberbulan-
bulanataubertahun-tahun(DeborahS.KingandKatherineC.Herndon,PharmacotherapyA
Pathophysiologic Approach, 2005). Cluster headache adalah nyeri kepala yang khas dan
sindromvaskularyangdapatdisembuhkan.Yangpalingseringadalahtipeepisodikdengan
karakteristik satu sampai tiga kali serangan singkat nyeri peri orbital per hari dalam 4-8
minggu,kemudiandiikutiintervalbebasnyerirata-rata1tahun(NeilH.Raskin,Harrison`s
Principles of Internal Medicine, 2005). Tipe kronik, yang dimulai beberapa tahun setelah
pola episodik muncul, dengan karakteristik tidak adanya periode remisi. Masing-masing
2.4.1 Epidemiologi
Cluster headache dapat terjadi secara episodik atau kronik. Cluster headache
termasuk jarang terjadi diantara kelainan nyeri kepala primer lainnya, dengan prevalensi
sekitar 0,4% pada pria dan 0,08% pada wanita. Tidak seperti migrain, penderita pria 4-7
kali lebih sering dbandingkan wanita. Onset dapat terjadi pada semua umur tapi paling
sering terjadi pada akhir 20 tahunan. Bukti terakhir memperkirakan bahwa predisposisi
27
2.4.2 Klasifikasi
1. CH episodik, merupakan serangan nyeri kepala kluster yang terjadi secara periodik dan
berlangsung selama 7tahun
2. CH kronik merupakan serangan nyeri kepala kluster yang terjadi selama lebih dari satutahun
2.4.3 Patofisiologi
Ciri khas lokasi nyeri kepala adalah implikasi sinus kavernosa sebagai tempat proses
aktivasi area grisea hipotalamus ipsilateral. Area tersebut mungkin merupakan ”driver”
serangancluster.Karenasistemserotonergikyangmemodulasiaktivitaspadahipotalamus dan
Hubungan cluster headache dengan hipoksia altitude tinggi, REM sleep, dan terapi
vasodilator, juga terapi inhalasi oksigen untuk abrtif serangan cluster, diperkirakan bahwa
hipoksemiamungkinberperanpadaclusterheadache.(YuktianaA,repositoryunisba2017)
2.4.4 Gejalaklinis
pada sebagian besar pasien, diikuti interval bebas nyeri yang panjang.Serangan cluster
headache terjadi pada malam hari pada lebih dari 50% pasien. Serangan terjadi secara
mendadak , dan mencapai puncak dengan sangat cepat yang berlangsung selama 15-180
28
menit. Aura tidak terdapat pada cluster headache. Nyeri yang terjadi sangat menyakitkan
dan menusuk akan tetapi tidak berdenyut dan sering terjadi unilateral pada orbita,
supraorbital,dantemporal.Nyerikepalainiberhubungansistemotonomkonsistendengan
paresis sistem simpati dan parasimpatik yang overdrive. Pola ini diketahui dari sisi nyeri
dan termasuk injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan hidung tersumbat atau rinorhea. Selama
periode sakit, serangan yang terjadi bisa sekali sehari sampai delapan kali sehari. Jika
pasien migrain berusaha mencari tempat yang sunyi dan gelap, pasien cluster headache
umumnya bergerak kesana kemari saat serangan terjadi dan dapat membenturkan kepala
mereka ke benda-benda untuk menghilangkan rasa sakit. Pasien pria biasanya memiliki
riwayat perokok berat dan peminum alkohol. Kriteria diagnostik untuk cluster headache
2.4.5 Penatalaksanaan
Sama seperti pengobatan migrain, terapi cluster headache juga terbagi menjadi
terapi abortif dan terapi profilaksis. Terpai abortif untuk mengatasi serangan akut. Terapi
profilaksis ditujukan untuk memperpendek masa serangan cluster episodik, juga untuk
mengurangi frekuensi dan beratnya serangan baik pada cluster headache episodikmaupun
kronis. Terapi profilaktik dimulai sejak dini pada periode cluster dan diberikan setiap hari
sampai pasien bebas headache paling lambat 2 minggu. Kemudian pengobatan diturunkan
29
selanjutnya. Pasien cluster headache kronik membutuhkan pengobatan profilaksis dalam
Oksigen
Standar terapi cluster headache akut adalah inhalasi oksigen 100% dengan masker
fasial 7-10L/menit untuk 10-15 menit. Pemberian ulang mungkin dibutuhkan karena
adanya rekurensi karena pada beberapa pasien oksigen lebih untuk menghambat daripada
Derivatergotamin
headache.Onset efek terjadi dalam waktu 10 menit pada pemberian intravena. Pemberian
selama 3-7 hari dapat memecah siklus frekuensi serangan cluster headache dengan efek
samping minimal.
Triptan
cluster headache akut.. Pemberian secara oral digunakan terbatas karena onset of action
yang lama, akan tetapi zolmitriptan oral efektif pada pasien cluster headache episodik
dangan 69% pasien yang mengalami penurunan rasa sakit dalam waktu 30 menit.
30
2.4.5.2 Terapi profilaksis
Verapamil
headache,efektifpadasekitar70%pasien.Efekdariverapamilterlihatsetelahpenggunaan satu
minggu. Dosis efektif biasanya antara 240-360 mg/hari untuk serangan episodik, tapi
Lithium
Lithium karbonat efektif untuk serangan cluster headache episodik dan kronik,
dimanaefekterapiterlihatpadaminggupertamaterapi.Responpositifterlihatsampai78%
pasien cluster headache dan sampai 63% pasien cluster headache kronis. Dosis yangbiasa
digunakan600-900mg/hari.Efeksampingawalringandantremor,lethargy,nausea,diare, dan
abdominaldiscomfort.
Ergotamin
efektif untuk mencegah serangan nyeri nokturnal. Dosis ergotamin harian 1-2 mg atau2-3
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33