N 1 HARI
TAHUN 2017
Disusun Oleh :
022015005
NIM : 022015005
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja serta puji syukur kita haturkan kehadirat Illahi Robbi, sebagai
penguasa yang Akbar bagi seluruh alam semesta karena atas rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan waktu
yang telah ditentukan.
Dengan adanya pembuatan makalah ini penulis tak lupa mengucapkan
terima kasih kepada Yth :
1. Ibu Tia Stiawati, S.Kep, Ners, M. Kep, Sp Anak selaku Ketua Stikes
Aisyiyah Bandung.
2. Bu Bd. Annisa Ridlayanti, S. Keb, M. Keb selaku Ketua Prodi DIII
Kebidanan.
3. Bu Imas Mardinarsyah, S. ST selaku Koordinator PKK II.
4. Bu Reni, S. ST selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan bimbingan selama praktek PKK II.
5. Bu Hj. Tatat Handayani, Str. Keb selaku pembimbing Lahan
sekaligus penguji di Ruang Mawar Nifas.
6. Bidan dan perawat yang telah membantu dan membimbing selama
proses Praktik Kebidanan II.
7. Ny. N dan Tn. E selaku pasien yang sangat membantu pada saat
pengumpulan data
Makalah ini penulis buat semaksimal mungkin dan dengan berusaha
menghindarkan dari kesalahan dan kekurangan. Karena penulis menyadari
bahwasannya manusia tidak luput dari kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah
selanjutnya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih yang
mendalam kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.
Bandung, 1 Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 1 jam setelah kelahiran
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari). Asuhan masa nifas diperlukan
dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
(Prawihardjo, 2013)
Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,
deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,
serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. (Prawihardjo, 2014)
Retensio plasenta adalah tertahanya plasenta di cavum uteri dalam
waktu 30 menit atau lebih setelah bayi lahir. Retensio plasenta harus di
segera di tindaklanjuti karena bisa menyebabkan komplikasi perdarahan
hebat, infeksi dan syok neurogik (walyani, 2014)
Angka Kematian Ibu (AKI) addalah salah satu indikator yang
dimana salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan seorang
perempuan. Angka kematian ibu juga bahkan menjadi target Melenium
Development Goal’s (MDGs) dengan target pengurangan hingga ¾ risiko
AKI pada tahun 2015. Menurut WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu di
dunia yaitu 289.000 jiwa. Berdasarkan data tersebut, AKI di Indonesia
masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut
Survei Demograf dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia
mengalami penurunan yaitu 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002
,emjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sedangkan target
yang di harapkan berdasarkan Melenium Development Goal’s (MDGs)
pada tahun 2015 yaitu102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa
AKI di Indonesia jauh diatas target yang ditetapkan WHO atau hampir dua
kali lebih besar dari target WHO (Kementrian Kesehatan, 2011).
Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama
penyebab kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsi (24%) dan
infeksi (11%).
Berdasarkan hasil survei Angka Kematian Ibu sebab Retensio
Plasenta di RSUD Majalaya sejak bulan Januari sampai dengan Oktober
2017 terdapat 77 ibu yang mengalami kematian. (Data statistik RSUD
Majalaya 2017).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana Asuhan kebidanan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan kepada ibu post partum
dengan post retensio plasenta yang ditindak lanjuti dengan manual
plasenta.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan Normal
1. Definisi Persalinan Normal
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial
yang ibu dan keluarga menantikanya selama 9 bulan. Ketika
persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya.
Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
(Prawirohardjo, 2013)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana
janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mejaga
keberlangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan janinya, melalui berbagai upaya yang
terintegritas dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan. (JNPK-KR 2014)
3. Lima benang merah dalam Asuhan Persalinan dan kelahiran bayi
Ada lima aspek dasar, atau lima benang merah, yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal
ataupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah :
a. Membuat keputusan klinik
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
c. Pencegahan infeksi
d. Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan
e. Rujukan
Lahir Bahu
22) setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
tempatkan kedua tangan di samping masing-masing
sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah atas keluar
hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas
dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan
tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian
bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan lekahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagan atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan
tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke
arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung
kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan hati-
hati membantu kelahiran kaki.
C. Manual Plasenta
1. Definisi Manual Plasenta
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari
tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkanya dari
kavum uteri secara manual, artinya dengan melakukan tindakan
inflasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan
langsung kedalaman kavum uteri. (maternal neonatal:511)
Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan
untuk melahirkan retensio plasenta. Tehnik operasi manual plasenta
tidaklah sukar, tetapi harus dipikirkan bagaimana persiapan agar
tindakan tersebut dapat menyelematkan jiwa penderita.
2. Indikasi Manual Plasenta
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang
berkaitan dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus
dikarenakan:
a. Plasenta adhesiva adalah kontraksi yang kurang kuat untuk
melepaskan plasenta.
b. Plasenta akreta adalah implantasi vili korionik plasenta
hingga memasukin sebagian lapisan miometrium.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi vili korionik plasenta
hingga mencapai atau memasuki miometrium.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapiasa serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata adalah tertahanya plasenta di dalam
kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium uteri.
3. Tanda dan Gejala Manual Plasenta
Tanda dan gejala manual plasenta antara lain :
a. Adanya riwayat multiple fetus dan polihidramnion.
b. Plasenta tidak dapat lahir spontan setelah bayi lahir (lebih
dari 30 menit).
c. Timbul perdarahan.
d. Aktif setelah bayi dilahirkan.
e. Plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi
secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
f. Perdarahan yang lama lebih dari 400 cc setelah bayi lahir.
4. Komplikasi Tindakan Manual Plasenta
Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi
terjadinya perforasi uterus misalnya :
a. Terjadinya infeksi yaitu terdapat sisa plasenta atau
membrane dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim.
b. Terjadinya perdarahan karena atonia uteri
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan
profilaksis dengan memberikan uterotonika intravena dan
intramuskular misalnya dengan :
c. Memasang tampon uterovaginal
d. Memberikan antibotika
e. Memasang infus dan persiapan transfusi darah
Sebelum memasuki pada tanda bahaya disini saya akan sedikit menggambarkan
skema yang nantinya akan diperjelas satu persatu.
jnnkj
Perdarahan Infeksi masa Sakit kepala, Demam, muntah,
Pervaginam nifas epigastrik dan rasa sakit waktu
penglihatan berkemih
kabur
A. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa masalah mengenai definisi
ini. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-
kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan
amnion atau dengan urine, darag juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam
ember dan lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai
dengan kadar hemoglobin ibu. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka
waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Infeksi masa nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah
persalinan. Suhu 38 C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan
diukur peroral sedikitnya empat kali sehari.
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
b. Staphylococcus Aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
c. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari
infeksi traktus urinarius
d. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
dukun dari luar rumah sakit.
b. Endometritis
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput
ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan
suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan
lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan
nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi
cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadimenurun dan dalam kurang
lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini
tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang
disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau
2) Pyemia
Pada pyemia terdapat trombophlebitis dahulu pada vena- vena uterus dan sinus-
sinus pada bekas implantasi plasenta. Trompholebis ini menjalar ke vena uterine.
Vena hipogastrika, dan atau vena ovari. Dari tempat- tempat thrombus ini, embolus
kecil yang berisi kuman dilepaskan. Tiap kali dilepas, thrombus masuk ke dalam
peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain
diantaranya paru-paru, ginjal, otak,jantuk dan sebagainya, yang dapat
mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut
Gejala yang dimunculkan adalah sebagai berikut :
(a) Perut nyeri.
(b) Yang khas adalah suhu berulang-ulang meningkat dengan cepat disertai
menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu.
(c) Kenaikan suhu disertai mengigil terjadi pada saat deilepaskannya embolus
dari trophlebitis pelvika.
(d) Lambat laun timbul geja abses pada paru-paru , jantung, pneumoni, dan
pleuritis.
(e) Peritonitis, salpingitis, dan oofitis
d. Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langung
mencapai peritonium danmenyebabkan peritonitis atau melalui jaringan diantara
kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis. Peritonitis yang
tidak menjadi peritonitis umum hanya terbatas pada daerah pelvic. Gejala-gejalanya
tidak seberapa berat seperti pada janin umum. Pada pelvio peritonitis (peritonitis
teraba), terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam
cavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotami posterior untuk mencegah
keluarnya nanah melalui rectum atau kandung kemih.
Pada peritonitis umum, gejala yang muncul:
1. Suhu meningkat menjadi tinggi
2. Nadi cepat dan kecil
3. Perut kembung dan nyeri
4. Ada defende musculair
5. Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung,
kulit muka dingin, terdapat apa yang disebut fasies hypocratica.
e. Salpingitis dan ooforitis
Kadang-kadang dan walaupun jarang infeksi menjalar sampai ke tuba falopii,
bahkan sampai ke ovarium. Di sini terjadi salpingitis adat ooforotis yang tidak dapat
dipisahkan dari pelvio peritonitis
1) Penanganan infeksi
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi
nifas, asalkan pemilihan jenis antibiotika benar-benar berdasarkan hasil
pertimbangan yang akurat. Pertimbangan yang dapat dilakukan melalui pembiakan
getah vagina dan serviks sehingga kuman yang diketahui dapat dipastikan peka
terhadap antibiotik tertentu. Karena pengobatan dengan antibiotik sudah dilakukan
tanpa menunggu hasilnya terlebih dahulua. Dalam hal ini dapat di berikan penicillin
dengan spektrum luas seperti tetrasiklin.
Disamping antibiotika, pemberian roborantia untuk meningkatkan daya taha
tubuh pasien ugas sangat perlu untuk diberikan. Pada selulitis pelvik dan pelvio
peritonitis, perlu diamati dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak, jika
terjadi maka abses harus dibuka untuk menghindari nanah masuk ke dalam rongg
peritoneum da pembuluh darah yang agak besar upaya jangan sampai dilukai.
C. Sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur
2. Preeklampsi berat
a. Penderita dirawat diruang yang tenang
b. Diet cukup protein (100 gr/ hari) dan kurang garam (0.5 gr/ hari)
c. Infus RL 125/ jam (20 tetes/ menit)
d. MgSo4
D. Demam, Muntah, Rasa sakit waktu berkemih
Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di
dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau
spinal. Sensi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak
nyaman, yang ditimbulkan oleh episiotomi lebar, laserasi, hematom dinding vagina.
Payudara yang berubah menjadi Merah, Panas dan terasa sakit disebabkan oleh
payudara yang tidak disusu secara adekuat, puting susu yang lecet, BH yang terlalu
ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia. Berikut ini adalah macam-
macam tanda bahaya pada payudara masa nifas dan menyusui :
1. Mastitis
a. Pengertian
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja
sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari
ke-28 setelah kelahiran.
b. Penyebab
1) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat
2) Bra yang terlalu ketat
3) Puting susu lecet yang menyebabkan infeksi
4) Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi anemia
c. Gejala
1) Bengkak dan nyeri
2) payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat tertentu
3) payudara terasa keras dan benjol-benjol
4) ada demam dan rasa sakit umum
d. Penanganan
1) Payudara dikompres dengan air hangat
2) untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan anelgetika
3) untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotik
4) bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan
5) anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
6) anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat
cukup
2. Abses Payudara
a. Pengertian
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis
tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi
b. Gejala
1) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah
2) payudara lebih mengkilap dan berwarna merah
3) benjolan terasa lunak karena berisi nanah
c. Penanganan
1) Teknik menyusu yang benar
2) kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian
3) meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya
4) mulailah menyusui pada payudara yang sehat
5) hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus
tetap dikeluarkan
6) apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan
antibiotik
7) rujuk apabila keadaan tidak membaik
3. Puting susu lecet (Abraded and or Cracked Nipple)
a. Pengertian
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain
itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting
susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
b. Penyebab
1) Teknik menyusui yang tidak benar
2) puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat
ibu membersihkan puting susu
3) Moniliaisis pada mulu bayi yang menular pada puting susu ibu
4) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
5) cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
c. Penatalaksanaan
1) cari penyebab puting susu lecet
2) bayi disusukan lebih dulu pada puting susu yang normal atau lecetnya
sedikit
3) tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritas lain saat
membersihkan payudara
4) menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)
5) posisi menyusui harus benar, bayi menyusui sampai ke kalang payudara
dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara
6) keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering
7) pergunakan BH yang menyangga
8) bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurangan rasa sakit
9) jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin
kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat menggangu nafsu makan,
sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah
bersalin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi, atau teh yang bergula untuk
mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,
karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali.
selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun
di pelvis yang mengalami dilatasi
RETENSIO PLASENTA
I. SUBJEKTIF
A. Anamnesa
a. Identitas
No Identitas Istri Suami
1 Nama Ny. Neng Tn. Eko
Nurasiyah Pramasta
2 Umur 27 thn 29 thn
3 Pekerjaan IRT Swasta
4 Agama Islam Islam
5 Pendidikan SMA SMA
terakhir
6 Golongan darah A -
7 Alamat Sindang sari rt 02/ rw 04 kec. Pacet
8 No. Telp/ hp 081322801570
f. Pola eleminasi
g. Pola Istirahat
h. Personal Hygiene
1) Mandi : 2x1/ hari
2) Ganti pembalut : 3x1/ hari
II. OBJEKTIF
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-tanda vital
Tensi darah : 110/70 mmHg Respirasi : 22x/ mnt
Nadi : 84x/ mnt Suhu : 36,3 C
b. Wajah
1) Oedema : Tidak ada
2) Konjungtiva : Merah muda
3) Sklera : Putih
4) Masalah lain : Tidak ada
c. Leher
1) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
2) Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
3) Peningkatan vena jugularis : Tidak ada
d. Payudara
1) Kebersihan : Bersih
2) Bentuk : Simetris
3) Konsistensi : Padat
4) Kondisi puting : Menonjol
5) Retraksi atau dimpling : Tidak ada
6) Pengeluaran ASI : Tidak ada
7) Kolostrum : Tidak ada
e. Abdomen
1) Bekas luka operasi : Tidak ada
2) TFU : Sepusat
3) Konsistensi : dinding perut kendor
4) Kontraksi : Lemah
5) Kandung kemih : Kosong
6) Musculus Rectus Abdominalis : 1 jari masuk
f. Genetalia
1) Kebersihan : Bersih
2) Pengeluaran lochea : Rubra
3) Warna : Merah
4) Jumlah : 30 ml
5) Bau : Tidak bau
6) Bekas luka jahitan : Tidak ada
7) Masalah lain : Tidak ada
g. Anus
1) Haemoroid : Tidak ada
h. Kaki
1) Oedema : Tidak ada
2) Varices : Tidak ada
3) Reflek patella : (+)
4) Homan sign : (+)
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis menyatakan bahwa asuhan kebidanan pada ny.n
dengan post manual plasenta di RSUD Majalaya, penulis akan mencoba
memaparkan dan menyesuaikan antara bab 2 tinjauan teori dan dan bab 3 tinjauan
kasus.
Pada kasus ini ny. N merupakan ibu post partum 1 hari setelah melahirkan
dengan retensio plasenta dan dilakukan tindakan manual plasenta. Mengapa ibu ini
dilakukan manua plasenta karena pada tinjauan kasus bab 3 dari hasil anamnesa
bahwasanya ketika melahirkan plasenta tidak lahir 30 menit kemudian bidan
melakukan manual plasenta dengan sesuai protap yang sudah di tentukan. Pada bab
2 tinjauan teori telah di paparkan bahwasanya tindakan manual plasenta dilakukan
setelah 30 menit plasenta belum lahir. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori
dan penatalaksanaan di RSUD Majalaya.
Dilihat dari penyebab atau faktor terjadinya retensio plasenta menurut teori
yang telah dipaparkan penulis yaitu :
Sedangkan pada bab 2 yang telah penulis paparkan mengenai tanda dan gejala
manual plasenta adalah :
1. Adanya riwayat multiple fetus dan polihidramnion.
2. Plasenta tidak dapat lahir spontan setelah bayi lahir (lebih dari 30 menit).
3. Timbul perdarahan.
4. Aktif setelah bayi dilahirkan.
5. Plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial
atau lengkap menempel di dalam uterus.
6. Perdarahan yang lama lebih dari 400 cc setelah bayi lahir.