Cephalgia
Oleh :
Preseptor :
PADANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Dari seluruh kondisi nyeri yang dialami oleh manusia, tidak diragukan lagi kalau
cephalgia atau nyeri kepala adalah yang paling sering dialami sebagai alasan utama
seseorang pergi untuk mencari pertolongan kesehatan. Beberapa penjelasan yang
dihubungkan dengan nyeri yang banyak berpusat di bagian kepala, yaitu wajah dan
kepala kaya akan reseptor nyeri dibanding bagian tubuh lain, agar dapat melindungi
organ-organ penting dari tulang tengkorak. Selain itu, hidung dan mulut, mata, telinga
(organ halus dan sangat sensitif) semua di kepala dan harus dilindungi, ketika
1,2
dipengaruhi oleh penyakit, mampu menciptakan nyeri dengan caranya tersendiri.
Tujuan penulisan clinical science session ini antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian neurologi
RSUP. Dr. M. Djamil Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
2. Menambah pengetahuan mengenai cephalgia.
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 1. Organ-organ yang sensitif nyeri.
Pada suatu penelitian di unit gawat darurat didapatkan bahwa dari 3799
penderita yang diperiksa selama satu tahun, 86% merupakan penderita nyeri kepala
primer dan 61% didiagnosis migren. Hanya 6,4% mengalami nyeri kepala sekunder dan
sinusitis merupakan penyebab paling sering, diikuti oleh nyeri kepala pasca trauma
sebesar 1,5% bocornya cairan serebrospinal sebanyak 0,5 % dan gangguan vaskular
4
sebanyak 0,5%.
Nyeri kepala dapat terjadi sebagai suatu gejala pada penyakit-penyakit di organ
lain, seperti pada gangguan di daerah orbita, rongga nasal, gangguan sinus paranasal,
gangguan gigi, gangguan telinga bagian luar dan tengah juga dapat menimbulkan gejala
4
sakit kepala. Nyeri kepala sendiri secara umum dapat disebabkan oleh:
1. Traksi atau trombosis atau peranjakan vena sinus atau cabang kortikalnya.
2. Traksi, dilatasi atau inflamasi yang melibatkan dura fossa anterior dan fossa
posterior atau arteri intrakranial atau ekstrakranial.
3. Traksi, peranjakan, atau penyakit pada saraf kranial N.V, N. IX,dan N.X dan tiga
saraf spinal servikal bagian pertama (saraf spinal C1, C2, dan C3).
4. Perubahan tekanan intrakranial.
5. Penyakit di jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga, dan leher kuduk.
1. Nyeri kepala yang telah berlangsung kronis seperti migren, tension type headache,
nyeri di daerah tulang servikal leher, sinusitis, penyakit gigi dan nyeri kepala klaster.
2. Nyeri kepala yang timbul mendadak. Penyebab yang sering dapat berupa pendarahan
subarachnoid, penyakit pembuluh darah di otak (serebrovaskular) lainnya, radang
selaput otak (meningitis) atau radang otak (ensefalitis), dan penyakit mata (glaucoma).
Penyebab yang kurang sering seperti bangkitan kejang dan ensefalopati hipertensif.
3. Nyeri kepala yang berlangsung subakut seperti adanya massa di rongga intracranial,
neuralgia trigeminal dan neuralgia glosofaringeal.
3. Neuralgia kranial, sentral, atau nyeri fasial primer dan nyeri kepala lainnya
a. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri fasial
b. Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri fasial primer
2.5.1. Migren
2.5.1.1 Definisi
Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri kepala
dengan serangan nyeri yang berlangsung 4 sampai 72 jam. Nyeri biasanya unilateral,
sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh aktivitas,
dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.6
2.5.1.3 Klasifikasi
Secara umum migren dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Migren dengan aura
Migren dengan aura disebut juga sebagai migren klasik. Diawali dengan adanya
gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala unilateral,
mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan dan manifestasi nyeri kepala
biasanya tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20 menit.
2) Migren tanpa aura
Migren tanpa aura disebut juga sebagai migren umum. Nyeri kepalanya hampir
sama dengan migren dengan aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala dan
bersifat pulsatil dengan disertai mual, fotofobia dan fonofobia. Nyeri kepala
berlangsung selama 4-72 jam.
2.5.1.4 Patofisiologi 4
i). Teori vaskular
Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam terjadinya
migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala disertai denyut
yang sama dengan jantung. Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama terletak
di perifer otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas
observasi bahwa pembuluh darah ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan
teraba denyut jantung. Vasodilatasi ini akan menstimulasi orang untuk merasakan nyeri
kepala. Dalam keadaan yang demikian, vasokonstriktor seperti ergotamin akan
2.5.1.6 Diagnosis
1. Migren tanpa aura
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D.
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak
berhasil diobati).
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghindari
aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
1. Mual dan/atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Abortif spesifik: Bila tidak berespon terhadap analgetik/NSAID, dipakai obat spesifik
seperti: triptans (naratripants, rizatriptan,sumatriptan,zolmatriptan). Dihidroergotamin
(DHE), obat golongan ergotamin.
Definisi pengobatan akut migren dianggap berhasil jika memenuhi kriteria ini:2
1. Bebas nyeri sesudah 2 jam pengobatan
2. Perbaikan nyeri dari skala nyeri kepala 2 (sedang) atau 3 (berat) menjadi skala nyeri
kepala 1 (ringan) atau skala 0 (tidak ada nyeri kepala) sesudah 2 jam
3. Efikasi pengobatan konsisten pada 2-3 kali serangan.
4. Tidak ada nyeri kepala rekuren/berulang dan tidak ada pemakaian obat lagi dalam
waktu atau pada 24 jam sesudah pengobatan berhasil.
3.1 Penutup
1. Sefalgia atau nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa yang tidak enak pada
daerah kepala termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher.
2. Nyeri kepala diklasifikasikan oleh International Headache Society, menjadi
nyeri kepala primer dan sekunder.
3. Prevalensi nyeri kepala didapatkan 78% nyeri kepala berupa tension type
headache, dan migrain sebanyak 16 %. Sisanya menderita nyeri kepala
sekunder.
4. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala itu sendiri yang merupakan penyakit
utama atau nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab struktural-organik.
5. Nyeri kepala primer dibagi ke dalam 4 kelompok besar yaitu: Migren, Tension
Type Headache, Cluster Headache, Chronic Paroxysmal Hemicrania, Other
primary headaches
6. Migren adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlangsung 4 sampai
72 jam, bersifat unilateral, berdenyut, intensitas sedang sampai berat dan
diperhebat oleh aktivitas, dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
7. Migren dapat terbagi menjadi migren dengan aura dan tanpa aura.
8. Tatalaksana migren adalah dengan terapi abortif non spesifik yaitu analgetik,
NSAID (oral) dan abortif spesifik yaitu pengobatan dengan triptans
(naratripants, rizatriptan,sumatriptan,zolmatriptan), Dihidroergotamin (DHE),
dan obat golongan ergotamin.
9. TTH adalah nyeri kepala berulang yang berlangsung dalam hitungan menit
sampai hari, nyeri seperti rasa tertekan atau diikat, dari ringan sampai berat,
dirasakan di seluruh kepala, tidak dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala penyerta
nya tidak menonjol.
10. Tension Type Headache (TTH) diklasifikasi menjadi TTH Episodik dan TTH
Kronik.
11. Penatalaksanaan TTH dibagi menjadi tiga yaitu terapi farmakologis, terapi
nonfarmakologis, dan terapi preventif
12. Nyeri kepala TTH dapat sembuh dengan terapi obat analgesia dan progonis
penyakit ini baik.
th
1. Rooper AH, Samuel MA, Klein JP. Adams and Victor’s principles of neurology. 10
edition. New York: McGraw-Hill; 2014.
2. PERDOSSI. Diagnostik dan penatalaksanaan nyeri kepala Konsensus nasional IV.
Surabaya: Pusat Penerbitan FK UNAIR.
3. Lindsay KW, Bone I, Callander R, Gijn JV. Neurology and neurosurgery illustrated.
Edinburgh: Churchill Livingstone; 1997.
4. Lumbantobing SM. Nyeri kepala, nyeri punggung bawah, nyeri kuduk. Jakarta: Balai
penerbit FKUI; 2008.
th
5. Sherwood L. Human physiology: from cell to systems. 7 edition. Belmont:
Brooks/Cole Cengage Learning; 2010.
rd
6. IHS. International Classification of Headache Disorders 3 edition. Sage
2013:33(9):629.
7. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors.
rd
Harrison;s neurology in clinical medicine. 3 edition. New York: McGraw Hill;
2013.
nd
8. Brust JCM. Current diagnosis & treatment neurology. 2 edition. New York:
McGraw Hill; 2012.