Anda di halaman 1dari 4

Disusun Oleh:

MUHAMAD SUHAERUL

433131490120024

PRODI STUDI PROFESI NERS REGULER

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Horizon Karawang

Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang, Jawa Barat

413116,Indonesia

2020/2021
Tugas Mahasiswa:

1. Baca kasus dibawah ini

Pasien Nn. Tania, usia 25 tahun, dengan nyeri abdomen, dirawat di ruang Cempaka,
mengeluh nyeri pada area abdomen kanan bawah. Dilakukan pemeriksaan
Appendikogram dengan hasil Appendisitis. Pasien mengatakan satu bulan SMRS nyeri
dirasakan hilang timbul dan saat ini dirasakan menetap, wajah tampak meringis saat
aktifitas, tangan memegang perut kanan bawah, skala nyeri 7. Pasien direncanakan
operasi (APPENDIKTOMI). Infus terpasang NaCl, observasi TD 130/80 mmHg,
frekeunsi Nadi 90x/menit, frekuensi Nafas 20x/menit, Suhu 38C. Diberikan obat extra
Paracetamol tablet dan diberi kompres hangat. Pasien merasa cemas menghadapi operasi
yang akan dilakukan.

Persiapan tindakan operasi pada pasien Nn. Tania, dilakukan persiapan fisik,
administrasi dan mental pasien. Pada pasca operasi hari kedua, pasien mengalami
kembung, belum bisa flatus dan hasil elektrolit Kalium 2,4 mEq/L (nilai normal 3,5 – 5
mEq/L), pasien mendapatkan terapi KCL 10cc

2. Buat laporan penerapan sasaran keselamatan pasien tentang

HIGH ALERT MEDICATION.

Pasien mendapatkan KCL,

a. Apakah obat KCl termasuk jenis obat dengan kewaspadaan tinggi (high alert
medication)?

 Kalium klorida adalah obat suplemen untuk mengatasi atau mencegah


hipokalemia (kekurangan kalium).

 Kadar kalium dalam darah normalnya berkisar antara 3,5 sampai 5 mEq
(miliekuivalen)/L (liter). Anda dinyatakan mengalami kekurangan kalium jika
kadar kalium dalam darah kurang dari 3,5 mEq/L.
 Kalium atau juga dikenal sebagai potassium merupakan mineral penting yang
disebut sebagai elektrolit. Elektrolit ini membantu sel, ginjal, jantung, otot, dan
saraf berfungsi dengan baik.

 Untuk memastikan kadar kalium dalam tubuh Anda normal atau tidak,
konsultasikan langsung ke dokter. Biasanya dokter akan merekomendasikan
pasien untuk melakukan beberapa tes laboratorium seperti tes darah, tes urine,
dan tes EKG.

 Beberapa kondisi medis dapat menurunkan kadar kalium dalam tubuh sebagai
efek sampingnya, misalnya diare kronis, muntah terus-terusan, hingga masalah
hormon seperti hiperaldosteronism. Mengonsumsi obat-obatan diuretik atau
yang lebih dikenal dengan ‘pil air’ juga bisa menyebabkan kadar kalium dalam
tubuh berkurang.

b. Apakah bisa diberi langsung bolus melalui Intra Vena? Jelaskan!

Infus intravena kalium klorida dan natrium klorida digunakan untuk mengatasi


hipokalemia berat dan bila asupan kalium per oral tidak memadai. Larutan infus yang sudah
tercampur dapat harus segera digunakan; atau sebagai alternatif, konsentrat Kalium klorida,
dalam kemasan ampul yang mengandung 1,5 g (20 mmol K +) dalam 10 mL, dicampurkan
seluruhnya ke dalam 500 mL infus intravena natrium klorida 0,9% dan diberikan perlahan
dalam 2-3 jam. Pemberian infus dilakukan dengan petunjuk ahli dan pengamatan EKG pada
kasus-kasus sulit. Kadar kalium klorida yang lebih tinggi dapat diberikan pada kekurangan
yang sangat berat, tetapi tetap berdasarkan petunjuk ahli. Pengukuran berulang plasma
kalium perlu dilakukan untuk menentukan apakah masih diperlukan infus dan juga untuk
menghindari terjadinya hiperkalemia; di mana hal ini cenderung terjadi pada pasien dengan
kerusakan ginjal. Terapi awal penggantian kalium jangan menggunakan infus glukosa karena
glukosa dapat menyebabkan penurunan kadar plasma kalium lebih lanjut.

c. Apakah obat KCl bisa disimpan sebagai obat persediaan di ruang perawatan umum?
Jelaskan!
 Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari
cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di
kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini mungkin
memiliki aturan penyimpanan yang berbeda.

 Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau


tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari
jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.

 Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran


pembuangan kecuali bila diinstruksikan. Buang produk ini bila masa
berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.

 Konsultasikan kepada apoteker atau perusahaan pembuangan


limbah lokal mengenai bagaimana cara aman membuang produk
Anda.

Anda mungkin juga menyukai