Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE DENGAN MASALAH

HAMBATAN MOBILITAS FISIK

STUDI DI RUANG KRISSAN RSUD BANGIL PASURUAN

JURNAL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan


Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi Diploma III Keperawatan

OLEH :
FIKKI MEGA OKTAVIANA
NIM 161210018

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019

1
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN STROKEDENGAN MASALAH HAMBATAN
MOBILITAS FISIK DI RUANG KRISSAN RSUD BANGIL PASURUAN

Fikki Mega Oktaviana*Hindyah Ike**Dwi Prasetyaningati***

ABSTRAK

Pendahuluan Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit
jantung. Stroke menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah hambatan mobilitas
fisik yang diakibatkan karena hemiparesis ataupun hemiplegi pada ekstermitas. Tujuan
penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke
dengan masalah hambatan mobilitas fisik. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan
menggunakan metode studi kasus. Penelitian dilaksanakan di ruang Krissan RSUD Bangil
Pasuruan dengan partisipan 2 orang dengan diagnosa stroke non hemoragik dengan masalah
hambatan mobilitas fisik. Hasil penelitian yang telah dilakukan di ruang Krissan selama tiga
hari dari tanggal 15 April sampai 17 April 2019 dengan hasil masalah teratasi sebagian
diperoleh data, pada klien 1 mengeluh tangan dan kaki sebelah kiri terasa lemas untuk
digerakkan, terjadi hemiparesis pada ekstermitas kiri sedangkan pada klien 2 mengeluh
tangan dan kaki sebelah kanan terasa lemas untuk digerakkan, terjadi hemiparesis pada
ekstermitas kanan. Kesimpulan dari kasus keluarga klien 1 dan 2 dengan penderita stroke
adalah masalah teratasi sebagian. Saran dari studi kasus ini adalah akan lebih baik jika
latihan ROM atau latihan teknik ambulasi lebih ditingkatkan dengan jadwal yang pasti sesuai
dengan indikasi pada klien.

Kata kunci: asuhan keperawatan, stroke non hemoragic, hambatan mobilitas fisik

NURSING CARE FOR STROKE CLIENTWITH THE PROBLEM OF PHYSICAL


MOBILITY

OBSTACLES IN KRISSAN’S ROOM BANGIL HOSPITAL PASURUAN

ABSTRACT

Introduction Stroke is the number two that causing dead in the after heart illness. Stroke is
causing some problems, which one is obstacles of physical mobility that caused by
hemiparesis or hemiplegic in extremities. Purpose of this study is to implement nursing care
for clients who have had a stroke with problems with physical mobility. Method is
descriptive using the case study method. The study was carried out in the Krissan room at
Bangil Pasuruan Hospital with participants of 2 people diagnosed with non-hemorrhagic
stroke with problems with physical mobility.Results of the research conducted in Krissan's
room for three days from April 15 to April 17 2019 with the results of the problem resolved
in part obtained data, on client 1 complained that the left hand and foot felt hard to move,
hemiparesis happened on the left extermity, while client 2 complained that the right hands
and foot felt hard to move, hemiparesis happens in the correct extermity.Conclusion of the
case family 1 and 2 clients with stroke is partly the problem is fixed. Suggestion from this

2
case study are that it would be better if ROM exercises or training in ambulation techniques
were improved with a definite schedule in accordance with the indication to the client.

Keywords: Non hemorrhagic, self care deficit

PENDAHULUAN berpenghasilan rendah. Depkes (2017)


bahwa dari 10 penyakit kematian utama
Stroke merupakan salah satu penyebab berdasarkan sample registrasi sistem (SRS)
kematian dengan jumlah yang tinggi di diantaranya adalah penyakit tidak menular
dunia (WHO, 2017). Stroke dapat terjadi yaitu stroke di nomor pertama, urutan
karena terganggunya suplai darah ke otak kedua penyakit jantung koroner dan ketiga
yang dikarenakan pecahnya pembuluh diabetes mellitus. Di Indonesia, jumlah
darah atau karena tersumbatnya pembuluh penderita stroke tahun 2017 diperkirakan
darah.Tersumbatnya pembuluh darah sebanyak 12,1 persen. Jawa timur
menyebabkan terpotongnya suplai oksigen menduduki nomor empat tertinggi
dan nutrisi yang mengakibatkan terjadinya prevelensi yaitu sebesar 16 persen. Data
kerusakan pada jaringan otak (World yang dihimpun dari ruang krissan RSUD
Health Organization, 2016). Gejala ini Bangil Pasuruan, selama tahun 2017,
berlangsung cepat berkembang dalam 24 jumlah pasien yang mengalami stroke di
jam atau lebih yang dapat menyebabkan RSUD Bangil mencapai 962 orang.
kematian. Stroke merupakan masalah yang
serius didunia karena dapat menyebabkan Faktor resiko penyebab stroke antara lain
kecacatan fisik dalam jangka waktu yang seperti hipertensi, kolesterol, dan diabetes.
cukup lama dan kematian secara tiba-tiba Hipertensi menjadi penyebab yang sering
(Pugh, Mathiesen & Meighan, 2009). terjadi pada pasien stroke. Hipertensi dapat
Kondisi yang dapat terjadi pada pasien menyebabkan perubahan patologis baik
stroke beragam, seperti kelumpuhan dalam pembuluh darah kecil maupun
anggota gerak, bibir tidak simetris, bicara pembuluh darah besar, salah satunya arteri
pelo atau afasia, nyeri kepala, penurunan basilaris ke otak. Penyebab stroke yaitu
kesadaran. Salah satu adalah masalah pecahnya pembuluh darah di otak atau
keperawatan yang perlu penanganan lebih terjadinya thrombosis dan emboli.
lanjut yaitu hambatan mobilitas fisik, Gumpalan darah akan masuk ke aliran
karena pasien stroke akan merasa darah sebagai akibat dari penyakit lain atau
kehilangan kekuatan pada salah satu karena adanya bagian otak yang cidera dan
anggota gerak. menutup atau menyumbat arteri otak
(Batticaca, 2008). Akibatnya fungsi otak
Data World Health Organization (WHO, terhenti dan terjadi penurunan fungsi otak
2017) menyatakan bahwa stroke sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan,
merupakan penyebab kedua kematian maka dari itu timbulah masalah hambatan
setelah penyakit jantung iskemik serta mobilitas fisik. Biasanya pada pasien
penyebab ketiga kecacatan setelah stroke yang mengalami hambatan
penyakit menular dan kanker. Sekitar 15 mobilitas fisik dikarenakan klien itu yang
juta orang menderita stroke yang pertama sering terkena saraf di otak sehingga
kali setiap tahun, dengan sepertiga dari mengalami gangguan pada kekuatan otot
kasus ini atau sekitar 6,6 juta yang tersebut dan mengalami gangguan pada
mengakibatkan kematian (3,5 juta jiwa keseimbangan anggota tubuh. Jika pada
perempuan dan 3,1 juta jiwa laki-laki). pasien stroke mengalami gangguan pada
Stroke merupakan masalah besar di kekuatan ototnya melemah maka akan
negara-negara berpenghasilan rendah berdampak pada saat melakukan aktivitas
daripada di negara berpenghasilan tinggi. sehari-hari (Ariani, 2012).
Lebih dari 81 persen kematian akibat
stroke terjadi di negara-negara

3
Untuk mencegah terjadinya suatu penyakit teoritis dalam studi kasus ini adalah untuk
stroke maka perlu dilakukan mobilisasi, pengembangan ilmu keperawatan,
tujuannya untuk meningkatkan khususnya terkait asuhan keperawatan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, klien stroke dengan masalah hambatan
memperlambat proses penyakit khususnya mobilitas fisik.Manfaat praktis penulisan
penyakit generative dan aktualisasi diri ini adalah untuk memberikan konstribusi
(Mubarak, Lilis, Joko, 2015). Latihan laporan kasus asuhan keperawatan pada
mobilisasi pada pasien stroke juga klien stroke dengan hambatan mobilitas
bertujuan untuk memperbaiki fungsi fisik bagi pengembangan praktik
neurologis melalui terapi fisik dan teknik keperawatan di lapangan dan pemecahan
lain. Mobilisasi di tempat tidur merupakan masalah khususnya dalam bidang atau
suatu program untuk menyembuhkan profesi keperawatan, serta sebagai
stroke, tujuannya untuk mencegah referensi bagi peneliti selanjutnya.
terjadinya kekakuan (kontraktur) oto dan
kemunduruan pemecahan dan kekakuan
pada otot (dekondisioning), untuk BAHAN DAN METODE PENELITIAN
mengoptimalkan pengobatan sehubungan
masalah medis dan menyediakan bantuan Rancangan yang digunakan dalam
psikologis pasien dan keluarga (Junaidi, penelitian ini adalah metode penelitian
2006). Biar otot tidak mengalami deskriptif studi kasus. Penelitian studi
gangguan pada kekuatan ototnya maka kasus adalah suatu penelitian yang
perlu memberikan mobilisasi kepada dilakukan secara intensif terinci dan
pasien stroke seperti dengan memberikan mendalam terhadap suatu organisasi,
terapi range of motion atau ROM (Ariani, lembaga atau gejala tertentu. Studi kasus
2012). Latihan ini adalah salah satu bentuk dilakukan dengan cara meneliti suatu
intervensi fundamental perawat yang dapat permasalahan melalui suatu kasus yang
dilakukan untuk keberhasilan regimen terdiri dari unit tunggal. Jenis penelitian
terapeutik bagi pasien dan dalam upaya studi kasus deskriptif ini dengan
pencegahan terjadinya kondisi cacat menggunakan suatu metode observasi
permanen pada pasien paska perawatan di parsitipasif. Metode observasi partisipasi
rumah sakit sehingga dapat menurunkan yaitu pengalaman terhadap subyek untuk
tingkat ketergantungan pasien pada mendapatkan informasi secara mendalam,
keluarga. dan peneliti ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut. Dalam studi kasus ini peneliti
Rumusan Masalah Bagaimana asuhan menggunakan dua klien yang akan dikaji
keperawatan klien stroke di ruang Krissan sesuai keluhan dan diberi asuhan
RSUD Bangil Pasuruan?. Tujuan Umum keperawatan.
Mampu untuk melaksanakan asuhan
keperawatan klien stroke di ruang Krissan Penelitian ini adalah penelitian untuk
RSUD Bangil Pasuruan. Tujuan khusus mengeksplorasi suatu masalah asuhan
Mampu untuk melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
keperawatan pada klien stroke di ruang stroke dengan masalah habatan mobilitas
Krissan RSUD Bangil Pasuruan, Mampu fisik di Ruang Krissan RSUD Bangil
menetapkan diagnosis keperawatan pada Pasuruan. Partisipan pada kasus ini adalah
klien stroke di ruang Krissan RSUD Bangil 2 klien stroke dengan masalah dhambatan
Pasuruan, Mampu menyusun perencanaan mobilitas fisik dengan criteria subjek: 2
keperawatan pada klien stroke di ruang Klien yang mengalami stroke, 2 Klien
Krissan RSUD Bangil Pasuruan, Mampu yang mengalami hambatan mobilitas fisik,
melaksanakan tindakan keperawatan pada 2 Klien yang dirawat pada hari ke 1
klien stroke di ruang Krissan RSUD Bangil diruang krissan, 2 Klien yang bersedia
Pasuruan, Mampu melaksanakan evaluasi dijadikan subjek penelitian dan 2 Klien dan
keperawatan pada klien stroke di ruang keluarga yang kooperatif.
Krissan RSUD Bangil Pasuruan. Manfaat

4
Lokasi studi kasus ini akan dilaksanakan di sedangkan pada klien 2 data objektif yang
Ruang Krissan RSUD Bangil jalan Raya muncul yaitu tangan dan kaki sebelah
Raci – Bangil, Balungbendo, Masangan, kanan terasa lemas untuk digerakkan,
Bangil, Pasuruhan, Provinsi Jawa Timur. keadaan umum cukup, anggota gerak
Waktu ditetapkan yaitu sejak pertama klien badan bagian kanan tangan (3), kaki (3),
MRS sampai klien pulang, atau klien yang aktivitas dibantu sepenuhnya oleh keluarga
di rawat minimal 3 hari. Jika selama 3 hari dan perawat.
klien sudah pulang, maka perlu
penggantian klien baru lainnya yang Menurut Wijaya (2013) pada pemeriksaan
mempunyai kasus sama. Penelitian data dasar penanganan pasien stroke harus
proposal karya tulis ilmiah dimulai pada dilakukan secara cepat dan tepat untuk
tanggal 1-30 April 2019. Langkah-langkah mencegah terjadinya keparahan dari suatu
pengumpulang data bergantung rancangan diagnosis penyakit dan mencegah untuk
penelitian dan teknik instrumen yang terjadinya penurunan yang lebih parah.
digunakan (Nursalam, 2015). Wawancara, Menurut peneliti kedua klien mengalami
Observasi dan Studi dokumentasi kelemahan pada ekstermitas karena
ganggguan peredaran darah otak berupa
sumbatan dan tidak terjadi terjadi
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk perdarahan.Dilihat dari fakta saat
menguji kualitas data/ informasi ynag penelitian pada kedua klien terjadi
diperoleh dalam penelitian sehingga hemiparesis, penurunan kekuatan otot,
menghasilkan data dengan validitas tinggi. kesulitan dalam mobilisasi.
Disamping integritas peneliti (karena
peneliti menjadi instrumen utama, uji Diagnosa keperawatan pada klie 1 dan 2
keabsahan data dilakukan dengan : berdasarkan hasil pengkajian, hasil
Memperpanjang waktu pengamatan / pemeriksaan fisik yang didapatkan
tindakan dan Sumber informasi tambahan menunjukkan masalah yang dialami kedua
menggunakan triangulasi daritiga sumber klien adalah hambatan mobilitas fisik
data utama yaitu pasien, perawat dan berhubungan dengan penurunan kekuatan
keluarga klien yang berkaitan dengan otot. Menurut Nabyil (2012) penurunan
masalah yang diteliti. kekuatan otot menyebabkan sumbatan
tersebut jadi membeku yang terbentuk di
dalam pembuluh otak sehingga sebagian
otak atau otot tidak bisa berfungsi sebagai
HASIL PENELITIAN mana mestinya. Menurut pendapat peneliti
dipengaruhi oleh penurunan kekuatan otot
Pengkajian yang dilakukan oleh peneliti sehingga membuat adanya gangguan pada
pada klien 1 atas nama Tn. S usia 55 tahun peredaran darah otak berupa sumbatan
mengalami penyait stroke non hemoragik yang menyebabkan hipoksia pada otak dan
didapatkan data subjektif klien mengeluh tidak terjadi perdarahan. Dilihat dari kedua
tangan dan kaki sebelah kiri terasa lemas klien yang mengalami stroke tentunya
untuk digerakkan, sedangkan data subjektif pasti akan mengalami penurunan kekuatan
pada klien 2 atas nama Ny. S mengeluh otot sebab ekstermitas tidak bias
tangan dan kaki sebelah kanan terasa lemas digerakkan secara normal seperti biasanya,
untuk digerakkan. pada pemeriksaan fisik makan dari itu ekstermitas akan terganggu.
antara klien 1 dan 2 didapatkan hasil
pemeriksaan fisik dengan tanda gejala
yang sama yakni pada klien 1 data objektif Intervensi yang diberikan pada klien 1 dan
muncul yaitu tangan dan kaki sebelah kiri 2 dengan diagnosa yang sama hambatan
terasa lemas untuk digerakkan, keadaan mobilitas fisik berhubungan dengan
umum lemah, anggota gerak badan bagian penurunan kekuatan ototyang digunakan
kiri tangan (3), kaki (3), aktivitas dibantu yaitu NANDA NIC-NOC (2016) :
sepenuhnya oleh keluarga dan perawat tentukan batasan pergerakan sendi dan

5
efeknya fungsi sendi, kolaborasi dengan peneliti, implementasi yang dilaksanakan
tim medis dalam pemberian terapi, jelaska pada klien 1 dan 2 sesuai dengan intervensi
pada klien dan keluarga tentang tehnik yang ada dalam standart intervensi
ambulasi, ajarkan klien tentang tehnik keperawatan yang tertulis dalam kamus
ambulasi, kaji kemampuan klien dalam Nursing Interventions Classification (NIC),
mobiilisasi, latih klien dalam pemenuhan serta ada tambahan impelementasi pada
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai saat di lapangan yang tidak tercantum
kebutuhan, dampingi dan bantu klien saat dalam intervensi yang direncanakan, tetapi
memenuhi kebutuhan ADLs, lakukan memang harus dilaksanakan karena
ROM pasif pada klien sesuai kebutuhan bersifat wajib yaitu membina hubungan
indikasi, monitor vital sign ( Iskandar, saling percaya terhadap keluarga dan klien.
2015).
Evaluasi Klien 1 hari pertama: keadaan
Buku yang berjudul Asuhan Keperawatan umum lemah, hanya berbaring ditempat
Medikal Bedah Penyakit Dalam, pada bab tidur tanpa melakukan aktivitas apapun,
yang membahas mengenai asuhan semua aktivitas dibantu sepenuhnya oleh
keperawatan pasien stroke dengan keluarga dan perawat karena terjadi
diagnosa keperawatan hambatan mobilitas hemiparesis, tonus otot ekstermitas kiri
fisik, intervensi keperawatan yang untuk tangan dan kaki : 3, makan minum
diberikan adalah mobilitas sendi, dan dibantu sepenuhnya oleh keluarga dan
terapi latihan.( Clevo dan Margareth, perawat, berpindah tempat dibantu
2014). Menurut peneliti, intervensi sepenuhnya oleh keluarga dan perawat,
keperawatan yang dipilih sudah tepat,
kebutuhan ADLs juga dibantu
intervensi keperawatan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan
sepenuhnya oleh keluarga dan perawat,
TTV tekanan darah 180/90 mmHg, nadi:
klien dengan diagnosa keperawatan
100x/menit, suhu: 36,9◦C, respirasi
hambatan mobilitas fisik pada diagnosa
27x/menit. Klien 2 hari pertama: keadaan
medis stroke non hemoragik.
umum lemah, hanya berbaring ditempat
tidur tanpa melakukan aktivitas apapun,
Implementasi keperawatan yang diberikan
semua aktivitas dibantu sepenuhnya oleh
kepada klien 1 dan 2 sesuai dengan
keluarga dan perawat karena terjadi
intervensi yang telah ditetapkan
hemiparesis, tonus otot ekstermitas kanan
sebelumnya yaitu : menentukan batasan
pergerakan sendi dan efeknya sendi, untuk tangan dan kaki: 3, makan minum
berkolaborasi dengan tim medis dalam dibantu sepenuhnya oleh keluarga dan
pemberian terapi, menjelaskan pada klien perawat, berpindah tempat dibantu
dan keluarga tentang tehnik ambulasi, sepenuhnya oleh keluarga dan perawat,
mengajarkan klien tentang tehnik kebutuhan ADLs juga dibantu
ambulasi, mengkaji kemampua klien sepenuhnya oleh keluarga dan perawat,
dalam mobilisasi, melatih klien dalam TTV tekanan darah 160/90 mmHg, nadi:
pemenuhan kebutuhan ADLs secara 98x/menit, suhu: 36,5◦C, respirasi:
mandiri sesuai kemampuan, mendamping 24x/menit. Klien 1 hari kedua: keadaan
dan dbantu klien saat memenuhi kebutuhan umum lemah, hanya berbaring ditempat
ADLs, melakukan ROM pasif pada klien tidur tanpa melakukan aktivitas apapun,
sesuai kebutuhan indikasi, memonitor vital semua aktivitas dibantu sepenuhnya oleh
sign. Menurut Rohman (2012) keluarga dan perawat karena terjadi
implementasi merupakan realisasi dari hemiparesis ekstermitas, tonus otot
rencana tindakan untuk mencapai tujuan ekstermitas kiri untuk tangan dan kaki: 3,
yang telah ditetapkan.Yang meliputi makan minum dibantu sepenuhnya oleh
kegiatan pengumpulan data berkelanjutan, keluarga dan perawat, berpindah
mengobservasi respon klien selama dan tempat dibantu sepenuhnya oleh
setelah pelaksanaan tindakan, serta menilai keluarga dan perawat, kebutuhan ADLs
data baru yang muncul dari klien. Menurut

6
juga dibantu sepenuhnya oleh keluarga tercapai. Menurut peneliti dari hasil
dan perawat, TTV tekanan darah: 160/80 evaluasi keperawatan mulai hari pertama
mmHg, nadi: 96x/menit, suhu: 36,5◦C, sampai hari ketiga, keluhan utama dan data
respirasi: 24x/menit. Klien 2 hari kedua: objektif yang didapatkan dari kedua klien
keadaan umum lemah, hanya berbaring masalah belum teratasi karena memang
ditempat tidur tanpa melakukan aktivitas pemulihan atau rehabilitasi gangguan
apapun, semua aktivitas dibantu mobilitas pada klien stroke membutuhkan
sepenuhnya oleh keluarga dan perawat ketekunan, intensitas latihan ROM yang
karena terjadi hemiparesis ekstermitas, rutin dan tidak bias sembuh total dalam
tonus otot ekstermitas kanan untuk tangan waktu yang singkat.
dan kaki: 3, makan minum dibantu
sepenuhnya oleh keluarga dan perawat, SIMPULAN DAN SARAN
berpindah tempat dibantu sepenuhnya
oleh keluarga dan perawat, kebutuhan Simpulan
ADLs juga dibantu sepenuhnya oleh
keluarga dan perawat, TTV tekanan Penulis telah melaksanakan penelitian
darah: 150/90 mmHg, nadi: 94x/menit, pada klien 1 dan 2 dengan diagnosa medis
suhu: 36,2◦C, respirasi: 24x/menit Klien 1 stroke non hemoragik selama 3 hari,
hari ketiga: keadaan umum cukup, hanya dimulai tanggal 15 April sampai dengan 17
berbaring ditempat tidur tanpa melakukan April 2019 di ruang rawat inap krissan
aktivitas apapun, semua aktivitas dibantu RSUD Bangil Pasuruan khususnya di
sepenuhnya oleh keluarga dan perawat ruang bangsal. Maka penulis mengambil
karena terjadi hemiparesis, tonus otot kesimpulan:
ekstermitas kiri untuk tangan dan kaki: 3,
makan minum dibantu sepenuhnya oleh 1. Pengkajian yang dilakukan pada klien 1
keluarga dan perawat, berpindah Tn. S, secara subyektif mengatakan
tempat dibantu sepenuhnya oleh tangan dan kaki kiri terasa lemas untuk
keluarga dan perawat, kebutuhan ADLs digerakkan. Didapat data obyektif
terjadi hemiparesis ekstermitas kiri,
juga dibantu sepenuhnya oleh keluarga
tonus otot bagian hemiparesis: 3,
dan perawat, TTV tekanan darah 150/90 kesulitan dalam mobilisasi pada bagian
mmHg, nadi: 91x/menit, suhu: 36◦C, hemiparesis, dan aktivitas bergantung
respirasi: 22x/menit. Klien 2 hari ketiga: pada keluarga dan perawat. Begitupun
keadaan umum cukup, hanya berbaring dengan klien 2 Ny. S secara subyektif
ditempat tidur tanpa melakukan aktivitas mengatakan tangan dan kaki kanan
apapun, semua aktivitas dibantu terasa lemas untuk digerakkan. Hasil
sepenuhnya oleh keluarga dan perawat dari data obyektif yaitu terjadi
karena terjadi hemiparesis, tonus otot hemiparesis ekstermitas kanan, tonus
ekstermitas kanan untuk tangan dan kaki: otot bagian hemiparesis: 3, kesulitan
3, makan minum dibantu sepenuhnya dalam mobilisasi pada bagian
oleh keluarga dan perawat, berpindah hemiparesis, dan aktivitas bergantung
tempat dibantu sepenuhnya oleh pada keluarga dan perawat.
keluarga dan perawat, kebutuhan ADLs 2. Diagnosa keperawatan yang muncul
juga dibantu sepenuhnya oleh keluarga dari pengkajian pada klien 1 dan 2 yang
dan perawat, TTV tekanan darah: 150/80 digunakan dalam asuhan keperawatan
mmHg, nadi: 91x/menit, suhu: 36,1◦C, Stroke Non Hemoragic adalah
respirasi: 21x/menit. Menurut Padila hambatan mobilitas fisik berhubungan
(2012) evaluasi adalah langkah akhir dengan penurunan kekuatan otot.
dalam proses keperawatan yang bertujuan 3. Intervensi atau perencanaan yang
untuk menilai apakah tujuan dalam diambil oleh penulis adalah pertama
rencana keperawatan tercapai atau tidak. latihan: mobilitas sendi, karena dengan
Dan untuk dikaji ulang jika tujuan belum klien stroke perlu dilakukan ROM atau

7
tehnik ambulasi sesegera mungkin Batticaca Fransisca, B. 2014. Asuhan
setelah kondisi stabil gunanya untuk Keperawatan pada Klien dengan
mencegah atropi pada tulang dan Gangguan Sistem Persarafan .
kekakuan pada sendi-sendi, intervensi Jakarta: Salemba Medika
kedua yang dipilih yaitu perawatan
tirah baring, mengapa ini dipilih, karena Junaidi, Iskandar. 2011. STROKE,
klien stroke mobilitasnya terganggu, Waspadai Ancamannya.
klien hanya bisa bed rest jadi perlu Yogyakarta: ANDI
dilakukan perawatan tirah baring untuk
mencegah komplikasi seperti atropi dan Mubarak, W. I. 2008. Buku Ajar
resiko dekubitus. Keperawatan Dasar Manusia.
4. Implementasi yang dilakukan pada Jakarta: EGC.
klien 1 dan 2 tidak semua dari NANDA International. 2015. NANDA
intervensi 1 dan 2 dilaksanakan, hanya International Inc. Diagnosa
intervensi yang tepat dilaksanakan pada Keperawatan: Definisi
klien. &Klasifikasi 2015-2017 (Budi
5. Dari hasil evaluasi selama 3 hari yang Anna Keliat, et al, Penerjemah).
dilakukan pada kedua klien dengan data Jakarta: EGC.
subyektif dan obyektif yang didapat
data disimpulkan masalah hambatan Pugh, S., Mathiesen C., Meighan M, et al.
mobilitas fisik belum teratasi. (2009) Guide to the care of the
Hospitalized Patient With
Saran Ischemic Stroke 2 Edition,
Revised: AANN Clinical
1. Bagi klien dan keluarga Practice Guideline Series.
Diharapkan keluarga klien ikut American Association of
berpartisipasi dalam perawatan dan Neuroscience Nurses.
pengobatan dalam upaya mempercepat
proses penyembuhan serta mau Wijaya & Putri. 2013 . Keperawatan
menerima dan melaksanakan peraturan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
yang telah ditetapkan oleh ruangan. Medika
2. Bagi institusi pendidikan
Institusi pendidikan sebagai tempat World Health Organization. (2016).
menempuh ilmu keperawatan Tobacco & Stroke. Geneva: Rorld
diharapkan hasil penelitian ini dijadikan Health Organization.
sebagai acuhan dalam penelitian yang
World Health Organization. (2017).
selanjutnya, yang terkait dengan
Stroke. Geneva: Rorld Health
masalah hambatan mobilitas fisik
Organization.
dengan kasus stroke.
3. Bagi RSUD Bangil Pasuruan
Diupayakan dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik lagi dan
mempertahankan kolaborasi yang
mapan antara medis serta klien yang
berguna untuk meningkatkan pelayanan
asuhan keperawatan secara optimal.

KEPUSTAKAAN

Ariani,T.A. (2012).Sistem Neurobehavior.


Jakarta. Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai