ABSTRAK
Latar belakang Menurut World Health Organization (WHO) kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab kejadian kematian urutan kesebelas di seluruh dunia dan yang paling banyak terjadi pada
kecelakaan lalu lintas adalah cedera kepala yang menelan korban jiwa sekitar 1,25 juta manusia setiap
tahunnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan respiratory rate (RR) dengan oxygen saturation
(SpO2) pada pasien cedera kepala di Rumah Sakit PMI Kota Bogor tahun 2019.
Metode penelitian Observasional Analitik dengan pendekatan Retrospektif dengan menggunakan uji
statistik kendall’s Tau dilaksanakan di Rumah Sakit PMI Kota Bogor pada tanggal 18 Agustus – 03
September 2019 dengan responden 33. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
dengan total sampling, instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, yang memiliki RR normal 12 responden
(36%), dan yang mengalami takipneu 21 responden (64%), sedangkan yang memiliki SpO2 normal 17
responden (52%), hipoksia 16 responden (48%). Hasil penelitian menggunakan uji statistik Kendall’s
Tau menunjukkan hasil P value (0,000) < α (0,05) dan nilai OR 27.500.
Kesimpulan pada penelitian ini terdapat hubungan Respiratory Rate (RR) dengan Oxygen Saturation
(SpO2) pada pasien cedera kepala.
Saran penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Rumah Sakit sebagai bentuk peningkatan mutu
pelayanan keperawatan kegawatdaruratan dalam menangani kasus Respiratory Rate (RR) dengan
Oxygen Saturation (SpO2) pada pasien cedera kepala.
Kata Kunci : Respiratory Rate (RR), Oxygen Saturation (SpO2), cedera kepala
101
Jurnal Ilmiah Wijaya Volume 12 Nomor 1, Januari-Juni 2020
Hal 101-109; website : www.jurnalwijaya.com; ISSN : 2301-4113
independen didalam prognosa dan akan dan adanya hipoksemia (Budi, Maulana
terjadi peningkatan outcome buruk yang and Fitriyah, 2019).
bermakna pada usia >60 tahun, yang Adapun dampak jika tubuh
kedua yaitu mekanisme cedera yang kekurangan SpO2 yaitu nafas lebih
mempunyai beberapa pengaruh terhadap pendek (sesak nafas) sebagai respon paru-
prognosis, selanjutnya yaitu alkohol dan paru untuk meningkatkan kadar oksigen
efek obatnya kadar alkohol yang tinggi dalam darah, detak jantung lebih cepat
pada saat terjadi cedera kepala berat sebagai respon jantung untuk membantu
berhubungan dengan skor Skala Koma mengedarkan oksigen dalam darah
Glasgow (SKG) awal yang rendah dan keseluruh tubuh, nyeri dada karena tidak
memperburuk neuropsychologic menerima cukup oksigen, sakit kepala,
outcome dibandingkan dengan penderita hipoksebia yang lebih parah dapat
tanpa alkohol keadaan ini menunjukkan menyebabkan fungsi otak terganggu dapat
efek adiksi dari obat obatan terhadap membuat disorientasi detak jantung dan
neuropsychologic outcome, selanjutnya tekanan darah menurun dan dapat
yaitu skor Skala Koma Glasgow (SKG) menyebabkan koma atau kematian, dan
sebagai tolak ukur klinis yang yang terakhir pada sistem pernafasan
digunakan untuk menilai beratnya dapat menyebabkan frekuensi pernafasan
cedera. Dan yang terakhir yaitu atau disebut juga dengan respiratory rate
Hipotensi dan Hipoksia, hipotensi (RR) menjadi tidak teratur karena
biasanya disebabkan kehilangan darah kekurangan oksigen di dalam darah
karena cedera sistematik dan hipoksia (Ganz, 2011).
sistemik dapat terjadi karena apnea yang Respiratory Rate (RR) adalah jumlah
tiba-tiba atau karena pola pernafasan siklus pernafasan (inspirasi dan ekspirasi
abnormal lainnya,hipoksia disebut juga penuh) yang dihitung dalam waktu 1
suatu kondisi dimana jaringan tubuh menit atau 60 detik menurut Perry &
kekurangan oksigen dalam darah atau Potter. Frekuensi pernafasan merupakan
disebut juga saturasi oksigen (SpO2) salah satu komponen tanda vital, yang
(Ganz, 2011). bisa dijadikan indikator untuk mengetahui
Menurut Brooker (2015), SpO2 atau kondisi pasien, terutama kondisi pasien
oxygen saturation merupakan kritis. Frekuensi pernafasan merupakan
presentase hemoglobin (Hb) yang prediktor yang baik untuk mengetahui
mengalami saturasi oleh oksigen. outcome pasien cedera kepala, bersama
Observasi oxygen saturation dilakukan dengan tekanan darah sistolik. Namun,
untuk mencegah dan mengenali risiko hasil pengukuran RR dipengaruhi oleh
terjadinya hipoksia jaringan. Hipoksia banyak faktor, yaitu latihan atau olah
jaringan akan menyebabkan risiko raga, keadaan emosi (kecemasan/takut),
trauma sekunder pada jaringan otak polusi udara, ketinggian, obat-obatan
yang akan berakibat pada kematian (narkotik, amfetamin), suhu, gaya hidup,
pasien. Menurut Brooker, bacaan usia, jenis kelamin, dan nyeri akut(Ganz,
saturasi oksigen memiliki beberapa 2011).
faktor yang mempengaruhi, yaitu Tujuan penelitian ini adalah untuk
hemoglobin (Hb), sirkulasi, aktivitas, mengetahui hubungan Respiratory Rate
suhu tubuh, adanya hiperbilirubinemia, (RR) dengan Oxygen Saturation (SpO2)
103
Jurnal Ilmiah Wijaya Volume 12 Nomor 1, Januari-Juni 2020
Hal 101-109; website : www.jurnalwijaya.com; ISSN : 2301-4113
pada pasien cedera kepala di Rumah PMI Kota Bogor tahun 2019.
Sakit PMI Kota Bogor tahun 2019.
Rate (RR) yaitu : gaya hidup, status mengetahui saturasi oksigen di dalam
kesehatan, narkotika, ketinggian, dan tubuh yaitu pulse oximeter atau dikenal
polusi udara (Budi, Maulana and dengan pulse oximetry (Ganz, 2011).
Fitriyah, 2019). Hasil pengukuran saturasi oksigen
Hasil analisa yang dilakukan peneliti, dapat menunjukkan kondisi kesehatan
bahwa faktor yang dominan yaitu: Saturasi oksigen 95-100% normal,
mempengaruhi pengukuran Respiratory saturasi oksigen 90-94% hipoksia.
Rate (RR) pada pasien cedera kepala saturasi oksigen 85-89% hipoksia yang
yaitu suhu tubuh dan status kesehatan. serius, saturasi oksigen dibawah 85% atau
Pada pola pernafasannya sebagian ≤85% hipoksia kritis, saturasi oksigen
responden mengalami Takipneu 92% atau dibawah 92% pada pasien
(pernafasan yang cepat dan dangkal dengan penyakit pernafasan seperti
>20x/menit). Dari 33 responden influenza atau kesulitan pernafasan seperti
didapatkan 21 responden atau sebesar asma mengindikasikan dibutuhkannya
64% mengalami takipneu pada pasien oksigen tambahan, saturasi oksigen 92%
cedera kepala di RS PMI Kota Bogor. atau dibawah 92% pada pasien dengan
penyakit kronis seperti Penyakit Paru
b. Oxygen Saturation (SpO2) Obstruktif Kronik membutuhkan
Hasil penelitian menunjukkan pertimbangan lebih lanjut dari tenaga
bahwa dari 33 responden dapat medis untuk terapi oksigen jangka
diketahui 17 responden atau sebesar panjang (Budi, Maulana and Fitriyah,
52% memiliki SpO2 normal. Hal ini 2019).
sejalan dengan penelitian yang di Hasil analisa yang dilakukan peneliti,
lakukan oleh Dadang Supriadi Eka sebagian responden memiliki nilai
Putra “Hubungan antara SpO2 dengan SpO2 normal dengan nilai SpO2 95-
mortalitas pasien cedera kepala di RS 100%, dari 33 responden didapatkan 17
Saiful Anwar Malang tahun 2016”. responden atau sebesar 52% yang
hasil penelitian menunjukkan dari 96 memiliki nilai SpO2 normal.
responden yang memiliki nilai Oxygen
Saturation (SpO2) normal sebanyak c. Hubungan Respiratory Rate (RR)
73 responden (76%). dengan Oxygen Saturation (SpO2)
Menurut Brooker (2015), SpO2 atau Hasil analisa hubungan Respiratory
oxygen saturation merupakan Rate (RR) dengan Oxygen Saturation
presentase hemoglobin (Hb) yang (SpO2) pada pasien cedera kepala
mengalami saturasi oleh oksigen. didapatkan 33 responden, terdapat 15
Observasi oxygen saturation dilakukan responden (46%) mengalami takipneu dan
untuk mencegah dan mengenali risiko mengalami hipoksia pada pasien cedera
terjadinya hipoksia jaringan. Hipoksia kepala di Rumah Sakit PMI Kota Bogor
jaringan akan menyebabkan risiko tahun 2019.
trauma sekunder pada jaringan otak Hasil uji statistik dengan Kendall’s
yang akan berakibat pada kematian Tau, didapatkan nilai p value = 0,000
pasien (Budi, Maulana and Fitriyah, lebih kecil dari a (≤0,05) jadi hipotesis
2019). nol ditolak dan hipotesis peneliti diterima.
Alat ukur yang digunakan untuk Sehingga ada hubungan Respiratory Rate
106
Jurnal Ilmiah Wijaya Volume 12 Nomor 1, Januari-Juni 2020
Hal 101-109; website : www.jurnalwijaya.com; ISSN : 2301-4113