ASESMEN PASIEN
RSUD KOTA PRABUMULIH
1
PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA PRABUMULIH
Jln. Lingkar Kel. Gunung Ibul Prabumulih Timur 31111
Telp : (0713) 3300400, Fax : (0713) 3300402 / (0713) 3300404
website : www.rsudprabumulih.co.id e-mail : office@rsudprabumulih.co.id
2
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438 tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008
tentang Rekam Medis;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 169 tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/ Men Kes/ SK/ II/ 1992 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit Umum;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/ Men Kes/ SK/ II/ 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
11. Surat Keputusan Walikota Prabumulih Nomor
101/KPTS/BKDSDM.III/2019 tentang Pengangkatan dan
pemberhentian pejabat struktural eselon II, III, IV dan V
pegawai nageri sipil dilingkungan pemerintah Kota
Prabumulih tahun 2019
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Kesatu : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih tentang
Kebijakan Asesmen Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih;
Kedua : Kebijakan asesmen pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih
sebagai mana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
3
Lampiran : Keputusan Direktur RSUD Kota Prabumulih Nomor :
07/AP/KPTS/RSUD-PBM/IV/ 2019
1. Semua pasien yang dilayani di RSUD Kota Prabumulih harus dilakukan proses
asesmen oleh PPA dengan metode IAR / SOAP
2. Asesmen dilakukan oleh PPA yang memiliki SPK, RKK, SIP dan standar
kompetensi
3. PPA meliputi dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, bidan dan profesi lain yang
memberikan asuhan pasien
4. Metode IAR/SOAP terdiri dari Informasi pasien (S-O : Subjektif-Objektif), Analisis
pasien, Rencana yang disusun (Plan)
5. Asesmen pasien merupakan proses yang berkelanjutan, dinamis, dan dilakukan di
IGD, rawat jalan dan rawat inap yang meliputi bio-psiko-sosial-kultural-eko-spiritual
dan perencanaan pemulangan pasien
6. Setiap asesmen diverifikasi oleh PPA yang terdiri dari tanda tangan dan nama,
akan lebih baik bila disertakan NIP, SIP
7. Asesmen awal pasien di IGD dilakukan bersamaan oleh medis dan PPA dan
diselesaikan dalam waktu 5 menit atau selambat-lambat nya 2 jam dan disesuaikan
dengan kondisi pasien.
8. Asesmen ulang pasien di IGD dilakukan bersamaan oleh medis dan PPA setiap 15
menit atau disesuaikan dengan kondisi pasien.
9. Asesmen awal pasien di rawat inap dilakukan terlebih dahulu oleh PPA yang
diselesaikan dalam waktu maksimal 1 shift (8 jam), dilanjutkan oleh medis yang
diselesaikan dalam waktu maksimal 24 jam
10. Asesmen ulang pasien di rawat inap dilakukan terlebih dahulu oleh PPA yang
diselesaikan dalam waktu maksimal 1 shift (8 jam), dilanjutkan oleh medis yang
diselesaikan dalam waktu maksimal 24 jam atau lebih cepat.
11. Asesmen awal pasien di rawat jalan dilakukan terlebih dahulu oleh PPA yang
diselesaikan dalam 10 menit dan dilanjutkan oleh medis yang diselesaikan dalam
30 menit, disesuaikan dengan kondisi pasien
12. Asesmen awal pasien di rawat jalan diperbaharui untuk kasus akut dalam waktu 1
bulan dan kasus kronis dalam waktu 3 bulan/ 6 kali kunjungan dalam bentuk profil
ringkas medis rawat jalan
4
13. Asesmen ulang pasien di rawat jalan dilakukan terlebih dahulu oleh PPA yang
diselesaikan dalam 5 menit dan dilanjutkan oleh medis yang diselesaikan dalam 15
menit, disesuaikan dengan kondisi pasien
14. Asesmen gizi dilakukan dirawat jalan dan rawat inap dilaksanakan oleh PPA yang
kompeten dan berwenang dengan metode Malnutrisi Skrining Tools (MST) dan
dilakukan dalam 24 jam
15. Asesmen ulang gizi dilakukan oleh PPA berdasarkan derajat nutrisi pasien (berat,
sedang, ringan).
16. Asesmen kebutuhan fungsional dan resiko jatuh pada pasien dilakukan oleh PPJA
yang kompeten dan berwenang menggunakan metode : Humpty Dumpty (Pasien
anak), Morse Fall Scale (Pasien Dewasa) , Ontario Medified Stratify-Sidney Scoring
(Pasien Geriatri), Get Up and Go (Asesmen jatuh untuk rawat jalan dan IGD)
17. Asesmen nyeri dilakukan oleh medis dan PPA dengan metode NIPS (Neonatal
Infant Pain Scale) untuk pasien neonatus dan infant, FLACC (Face, Leg, Activity,
Cry, Consolability) untuk anak usia < 3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif
atau untuk pasien-pasien anak yang tidak dapat dinilai dengan skala lain, Wong
Baker FACES Pain Scale untuk pasien dewasa dan anak > 3 tahun yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, CPOT (Critical-Care Pain
Observasion Tool) untuk pasien kritis yang tidak mampu untuk melaporkan rasa
nyeri.
18. Asesmen farmasi dilakukan oleh medis dan PPA.
19. Asesmen tambahan dengan populasi tertentu dilakukan pada kelompok neonatus,
anak, obstetrik ( maternitas ), geriatric, pasien dengan kebutuhan untuk P3
( perencanaan pemulangan pasien ), sakit terminal.
5
DAFTAR ISI
6
BAB I
PENDAHULUAN
Asesmen pasien adalah suatu tahapan proses dimana para PPA melakukan
pengkajian secara holistik yang akan menghasilkan keputusan tentang kebutuhan asuhan,
pengobatan pasien, intervensi dan evaluasi berkelanjutan, baik pada pasien emergency,
terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah. Proses asesmen pasien adalah proses
yang terus menerus dan dinamis yang digunakan pada sebagian besar unit kerja rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat.
7
skala nyeri, dan hasil pemeriksaan penunjang.
3. A ( Assesment ) adalah berisi diagnosa kerja, diagnosis banding, masalah pasien yang
didapatkan dari penggabungan penilaian subjektif (S) dan objektif (O).
4. P ( Plan ) adalah berisi reancana untuk menegakan diagnosis ( pemeriksaan penunjang
yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosa pasti ), rencana terapi ( tindakan, diet,
obat-obatan yang akan diberikan ), rencana monitoring ( tindakan monitoring yang akan
dilakukan, misalhkan pengukuran tensi, nadi, suhu, pengukuran keseimbangan cairan,
pengukuran skala rasa nyeri ) dan rencana pendidikan ( misalnya apa yang harus
dilakukan, makanan apa yang boleh dan tidak, posisi tubuh, dll).
Asesmen harus memperhatikan kondisi pasien, umur, kebutuhan kesehatan, dan
permintaan atau preferensinya. Kegiatan asesmen pasien dapat bervariasi sesuai
dengan tempat pelayanan. Asesmen ulang harus dilakukan selama asuhan, pengobatan
dan pelayanan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien. Asesmen ulang adalah
penting untuk memahami respon pasien terhadap pemberian asuhan, pengobatan dan
pelayanan, serta juga penting untuk menetapkan apakah keputusan asuhan memadai dan
efektif. Proses-proses ini paling efektif dilaksanakan bila berbagai profesional kesehatan
yang bertanggung jawab atas pasien bekerja sama.
1.2 Pengertian
Asesmen pasien adalah serangkaian proses yang berlangsung sejak dari fase
pre-rumah sakit hingga manajemen pasien di rumah sakit. Asesmen pasien sebagai
langkah untuk mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan,
keputusan jenis pelayanan yang paling tepat untuk pasien, bidang spesialisasi yang paling
tepat, penggunaan pemeriksaan penunjang diagnostik yang paling tepat, sampai
penanganan perawatan, gizi, psikologis dan aspek lain dalam penanganan pasien
berdasarkan asesmen :
1. Asesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi
yang mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilisasi leher dan
tulang belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
2. Asesmen ulang adalah proses pelayanan pasien secara terintegrasi pada interval
tertentu untuk menilai kemajuan signifikan kondisi pasien untuk memenuhi kebutuhan
dan rencana pelayanan sesuai kebijakan dan prosedur.
3. Asesmen Tambahan adalah asesmen yang diperlukan untuk melengkapi asesmen
awal dan asesmen ulang khususnya dilakukan pada populasi tertentu. Tambahan
Asesmen terhadap pasien diatas memperhatikan kebutuhan dan kondisi mereka dalam
kerangka kultural pasien. Proses asesmen disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan dan standar profesional dan diatur dalam regulasi asesmen tambahan
sesuai populasi.
8
BAB II
RUANG LINGKUP
Rumah sakit menentukan isi, jumlah dan jenis asesmen awal pada disiplin medis dan
keperawatan yang meliputi pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, pengkajian pasien dari
aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kultural dan spiritual pada pasien. Ruang
Lingkup pelaksanaan asesmen berdasarkan area pelayanan :
Adapun Ruang Lingkup penulisan asesmen pasien berdasarkan Isi minimal asesmen,
adalah :
1. Status fisik,
2. Psiko-sosio-spiritual,
3. Ekonomi,
4. Riwayat kesehatan pasien.
5. Riwayat alergi,
6. Asesmen nyeri,
7. Risiko jatuh,
8. Asesmen fungsional,
9. Risiko nutrisional,
10. Kebutuhan edukasi ,
11. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning).
Assesmen pasien yang dilakukan oleh dokter, perawat, gizi dan profesional pemberi
asuhan lainnya, harus terintegrasi sehingga kebutuhan dan permasalahan pasien dapat
teridentifikasi secara komprehensif.
9
BAB III
TATA LAKSANA
Tatalaksana RSUD Kora Prabumulih meliputi isi, jumlah dan jenis asesmen awal medis
dan keperawatan pasien di RSUD Kota Prabumulih sebagai berikut :
1.1. Asesmen Awal Medis dan Keperawatan Rawat Inap
1. Asesmen Awal Medis Rawat Inap
1. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus dilakukan asesmen awal
medis
2. Hanya PPA yang memiliki RKK, SPK, SIP dan Standar Kompetensi yang
melaksanakan asesmen sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
3. PPA melaksanakan proses asesmen terdiri dari 3 Proses utama dengan
metode SOAP :
1. S ( Subjective ) adalah mengumpulkan data keluhan pasien yang didapat
dengan autoanamnesa atau alloanamnesa.
2. O ( Objective ) adalah hasil pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan tanda-
tanda vital, skala nyeri, dan hasil pemeriksaan penunjang.
3. A ( Assesment ) adalah berisi diagnosa kerja, diagnosis banding, masalah
pasien yang didapatkan dari penggabungan penilaian subjektif (S) dan
objektif (O).
4. P ( Plan ) adalah berisi reancana untuk menegakan diagnosis ( pemeriksaan
penunjang yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosa pasti ),
rencana terapi ( tindakan, diet, obat-obatan yang akan diberikan ), rencana
monitoring ( tindakan monitoring yang akan dilakukan, misalhkan
pengukuran tensi, nadi, suhu, pengukuran keseimbangan cairan,
pengukuran skala rasa nyeri ) dan rencana pendidikan ( misalnya apa yang
harus dilakukan, makanan apa yang boleh dan tidak, posisi tubuh, dll).
4. DPJP melakukan asesmen awal medis rawat inap sekurang-kurangnya
meliputi:
1. Status fisik,
2. Psiko-sosial-spiritual,
3. Ekonomi,
4. Riwayat kesehatan Pasien,
5. Riwayat alergi,
6. Asesmen nyeri,
7. Resiko jatuh,
10
8. Asesmen fungsional,
9. Resiko nutrisional,
10. Kebutuhan edukasi,
11. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
5. DPJP membubuhkan tanda tangan dan nama yang jelas diakhir dari penulisan
asesmen awal rawat inap dalam formulir rekam medik.
6. Pelaksanaan asesmen medis awal rawat inap oleh DPJP maksimal dilakukan
1x24 jam atau lebih cepat .
2. Asesmen Awal Keperawatan Rawat Inap
2.1 Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus dilakukan asesmen awal
keperawatan.
2.2 PPJA melakukan asesmen awal keperawatan rawat inap sekurang-kurangnya
meliputi:
1. Status fisik,
2. Psiko-sosial-spiritual,
3. Ekonomi,
4. Riwayat kesehatan Pasien,
5. Riwayat alergi,
6. Asesmen nyeri,
7. Resiko jatuh,
8. Asesmen fungsional,
9. Resiko nutrisional,
10. Kebutuhan edukasi,
11. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
a) PPJA membubuhkan tanda tangan dan nama yang jelas diakhir dari
penulisan di asesmen awal rawat inap dalam formulir rekam medik.
b) Pelaksanaan asesmen awal keperawatan rawat inap oleh PPJA
dilaksanakan paling lama selesai dalam 1 shif atau 8 jam/ lebih cepat.
13
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) sekurang-kurangnya
meliputi ;
a) Tanggal dan jam,
b) Nama dan paraf/tanda tangan Profesional Pemberi Asuhan (PPA),
c) Hasil asesmen dan pemberian Pelayanan dalam bentuk (SOAP),
d) nstruksi PPA termasuk pasca bedah,
e) Review dan Verifikasi DPJP (Nama, paraf dan cap),
6. Asesmen Nutrisional
1. Rumah Sakit menetapkan kriteria resiko nutrisional yang dikembangkan
bersama staf yang kompeten dan berwenang.
2. Asesmen gizi di rawat jalan dan rawat inap dilaksanakan oleh PPJA yang
kompeten dan berwenang.
3. Asesmen awal gizi di Rawat Inap dilakukan oleh Perawat, berupa skrining gizi
metode Malnutrition Skrining Tools (MST) pada dewasa dan metode Strong
Kids pada anak.
4. Bila hasil skrinning gizi yang dilakukan perawat ditemukan MST > 2, maka
perawat menginformasikan ke ahli gizi untuk dilakukan asesmen awal gizi atau
pada pasien tertentu yang beresiko gangguan nutrisi dengan MST < 2.
5. Jika pada hasil skrining ditemukan pasien beresiko tinggi mengalami Protein
Energy Malnutrition (PEM), maka perawat atau ahli gizi yang melakukan
skrining melaporkan kepada dokter penanggung jawab pasien.
6. Asesmen ulang gizi di Rawat Inap dilakukan oleh PPJA terkait derajat malnutrisi
yang terbagi :
a) Berat; dilakukan setiap hari
b) Sedang; dilakukan setiap 3 hari atau disesuaikan dengan kondisi pasien;
c) Ringan; dilakukan setiap 7 hari atau disesuaikan dengan kondisi pasien
7. Hasil Asesmen status nutrisi dan aspek-aspek lain terkait pola makan pasien
pasien didokumentasikan dalam rekam medik.
8. Pendokumentasian juga meliputi diagnosis gizi serta rencana tindakan
terapeutik berkaitan dengan status gizi pasien.
9. Terkait dengan kepercayaan atau budaya yang dimiliki pasien, untuk pasien
rawat inap perlu ditanyakan apakah ada pantangan atau pola makan khusus
yang dimiliki pasien sebagai bagian dari Asesmen.
10. Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan di lembar terintegrasi
adalah ADIME menurut permenkes RI 2013 ( Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit )
14
7. Asesmen Kebutuhan Fungsional dan Asesmen Resiko Jatuh
1. Rumah Sakit menetapkan kriteria asesmen kebutuhan fungsional dan resiko
jatuh yang dikembangkan bersama staf yang kompeten dan berwenang.
2. Pasien diskrining oleh PPJA untuk kebutuhan fungsional termasuk resiko jatuh.
3. Pasien dengan kebutuhan fungsional lanjutan termasuk resiko jatuh
memperoleh asuhan yang sesuai dengan ketentuan Rumah Sakit.
4. Bila didapatkan pasien dengan hasil skrining berkebutuhan fungsional dan
resiko jatuh dilanjutkan dengan asesmen fungsional dan resiko jatuh lanjutan
oleh staf yang kompeten dan berwenang.
5. Assesmen resiko jatuh rawat inap menggunakan :
a) Risiko Jatuh Humpty Dumpty (Pasien anak)
Parameter Kriteria nilai skor
USIA 3 tahun 4
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
DIAGNOSIS Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi 3
(diagnosis respiratorik,
dehidrasi, anemia, anoreksia,
sinkop, pusing,) 2
Gangguan perilaku/psikiatri 1
Diagnosis lain
GANGGUAN Tidak menyadari keterbatasan 3
KOGNITIF dirinya
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri 1
sendiri
FAKTOR Riwayat jatuh / bayi diletakan 4
LINGKUNGAN tempat tidur dewasa
Pasien menggunakan alat bantu 3
/ bayi diletakan dalam tempat
tidur bayi/perabot rumah
Pasien diletakan di tempat tidur 2
Area di luar rumah sakit 2
15
Penggunaan pembedahan/sedasai/anestesi
medikamentosa penggunaan multiple sedasi, 3
obat hypnosis, barbiturate, anti
depresan, pencahar, diuretic,
narkose 2
penggunaan salah satu obat di 1
atas
penggunaan medikasi lainnya
Jenis Kelamin Laki-laki 2
perempuan 1
16
c) Risiko Jatuh Ontario Medified Stratify-Sidney Scoring (Pasien Geriatri)
N Parameter Skrining Jawaba Keterangan
o n Nilai
1. Riwayat Apakah pasien Ya / Salah satu
Jatuh datang ke RS tidak jawaban ya
karena jatuh? =6
Jika tidak, apakah Ya /
pasien mengalami Tidak
jatuhdalam 2 bulan
terakhir ini ?
2. Status Apakah pasien Ya / Salah satu
Mental delirium ? (Tidak Tidak jawaban ya
dapat membuat = 14
keputusan, pola pikir
tidak terorganisir,
ganguan daya ingat Ya /
) Tidak
Apakah pasien
disorientasi ? (salah
menyebutkan waktu,
Ya /
tempat atau orang )
Tidak
Apakah pasien
mengalami agitasi ?
(ketakutan, gelisah,
dan cemas)
3. Penglihatan Apakah pasien Ya / Salah satu
memakai kacamata Tidak jawaban ya
? =1
Apakah pasien Ya /
mengeluh adanya Tidak
penglihatan buram ?
Apakah pasien Ya /
mempunyai Tidak
glaukoma ?Katarak /
degenerasi makula ?
4. Kebiasaan Apakah terdapat Ya / Salah satu
Berkemih perubahan perilaku Tidak jawaban ya
berkemih? ( =2
frekuensi, urgensi,
inkontinensia,
nokturia)
5. Transfer ( Mandiri ( boleh 0 Jumlah nilai
dari tempat memakai alat bantu transfer
tidur ke kursi jalan ) dan
dan kembali mobilitas
Memerlukan sedikit 1
lagi
bantuan ( 1 orang ) /
ketempat jika nilai
dalam pengawasan
tidur ) total 0 – 3
Memerlukan 2 maka scor
bantuan yang nyata =0
( 2 orang ) 3
Tidak dapat duduk Jika nilai
dengan seimbang, total 4 – 6,
perlu bantuan total maka skor
=7
6. Mobilitas Mandiri ( boleh 0
memakai alat bantu
jalan )
17
Berjalan dengan 1
bantuan 1 orang (
verbal / fisik )
Menggunakan kursi 2
roda
Imobilisasi 3
Keterangan skor :
0-5 = resiko rendah
6-16 = resiko sedang
17-30 = resiko tinggi
6. Asesmen jatuh untuk rawat jalan dan IGD menggunakan metode Get Up and
Go
1. Pengkajian
No Penilaian / pengkajian Ya Tidak
a. Cara berjalan pasien (salah satu atu lebih)
1. Tidak seimbang / sempoyongan
2. Jalan dengan menggunakan alat bantu (kruk, tripot,
kursi roda, orang lain)
b. Menopang saat akan duduk : tampak memegang
pinggiran kursi atau meja / benda lain sebagai
penopang saat akan duduk
Hasil Ket
Tidak beresiko : Tidak ditemukan a & b Tidak ada tindakan
Resiko rendah : Ditemukan salah satu dari a & b Edukasi
Resiko tinggi : Ditemukan a & b Pasang pita kuning,
Edukasi
b. FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability) untuk anak usia < 3 tahun
atau anak dengan gangguan kognitif atau untuk pasien-pasien anak yang
tidak dapat dinilai dengan skala lain.
0 1 2
ace=wajah Tidak ada Menyering Menyeringai
perubahan ai, lebih sering,
ekspresi berkerut, tangan
(senyum) menarik mengepal,
diri, tidak menggigil,
tertarik gemetar.
c. Wong Baker FACES Pain Scale untuk pasien dewasa dan anak > 3 tahun yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka
Keterangan :
0 – 1 : tidak nyeri
2 – 3 : sedikit nyeri
4 – 5 : cukup nyeri
6 – 7 : lumayan nyeri
8 – 9 : sangat nyeri
10 : amat sangat nyeri ( tak tertahankan )
d. CPOT (Critical-Care Pain Observasion Tool) untuk pasien kritis yang tidak
mampu untuk melaporkan rasa nyeri.
Indikator Kondisi Skor Keterangan
Ekspresi Tidak ada ketegangan
Rilek 0
wajah otot
Mengerutkan kening,
mengangkat alis, orbit
menegang (misalnya
Kaku 1
membuka mata atau
menangis selama
prosefur nosiseptif)
Semua gerakan wajah
sebelumnya ditambah
kelopak mata tertutup
Meringis 2
rapat (Pasien dapat
mengalami mulut terbuka,
mengigit selang ETT)
Gerakan Tidak bergerak (tidak
tubuh Tidak ada
kesakitan) atau posisi
gerakan 0
normal (tidak ada gerakan
abnormal
lokalisasi nyeri)
Gerakan hati-hati,
Lokalisasi menyentuh lokasi nyeri,
1
nyeri mencari perhatian melalui
gerakan
20
Mencabut ETT, mencoba
untuk duduk, tidak
Gelisah 2 mengikuti perintah,
mencoba keluar dari
tempat tidur
Aktivasi Pasien
alarm kooperatif
ventilator terhadap
0 Alarm tidak berbunyi
mekanik kerja
(Pasien ventilator
diintubasi mekanik
) Alarm aktif Batuk, alarm berbunyi
tapi mati 1 tetapi berhenti secara
sendiri spontan
Alarm
2 Alarm sering berbunyi
selalu aktif
Berbicara Berbicara
jika dalam
pasien nada
0 Bicara dengan nada pelan
diekstuba normal
si atau tidak
ada suara
Mendesah
, 1 Mendesah, mengerang
mengeran
Menangis 2 Menangis, berteriak
Ketegang Tidak ada
Tidak ada ketegangan
an otot keteganga 0
otot
n otot
Tegang,
1 Gerakan otot pasif
kaku
Sangat
tegang 2 Gerakan sangat kuat
atau kaku
Total
21
9. Asesmen Awal Farmasi.
1. Asesmen Awal Farmasi di RSUD Kota Prabumulih adalah berupa rekonsiliasi
obat di IGD dilaksanakan oleh dokter dan rawat inap dilaksanakan oleh
Apoteker yang kompeten dan berwenang.
2. Rekonsiliasi obat bertujuan membandingkan obat yang dikonsumsi pasien
sebelum masuk rumah sakit dengan obat yang diberikan DPJP pada saat
masuk rawat inap.
3. Dokumen bukti rekonsiliasi obat dilakukan dengan menuliskan tanggal, nama
obat, dosis/ frekuensi, berapa lama, alasan makan obat, dilanjutkan saat rawat
inap atau tidak.
4. Rekonsiliasi obat lanjutan dilakukan setiap hari bagi pasien yang menerima
antibiotik, HD, obat yang lebih dari dua (2) macam.
5. Semua hasil rekonsiliasi ulang dituliskan di CPPT rekam medis dan dibubuhkan
tanda tangan.
23
Tambahan Asesmen terhadap pasien diatas memperhatikan kebutuhan dan
kondisi mereka dalam kerangka kultural pasien. Proses asesmen disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan dan standar profesional dan diatur dalam regulasi
asesmen tambahan sesuai populasi.
24
BAB IV
DOKUMENTASI
25