Anda di halaman 1dari 6

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOKOK DENGAN


KEPARAHAN DEFISIT NEUROLOGIS DI RUANG SARAF RS
BINA SEHAT KABUPATEN JEMBER

Oleh:
HASTUTI ANANDA WINDARI

NIM : 2022035209

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

2022
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan gangguan fungsi neurologis yang timbul secara mendadak

dan terjadi karena adanya gangguan aliran darah ke otak, sehingga terjadi

hambatan penyaluran zat makanan serta oksigen yang mengakibatkan kematian

sel dalam waktu singkat (Perdani & Rahayu, 2021). Menurut WHO stroke

merupakan penyebab kematian terbanyak secara global, diperkirakan 17,7 juta

orang meninggal karena stroke pada tahun 2015. Lebih dari tiga perempat

kematian stroke terjadi pada Negara dengan pendapatan rendah dan menengah

termasuk Indonesia (World Health Organization, 2018).

Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2018 melaporkan bahwa prevalensi

stroke 10,9 per mil dan tertinggi berada di provinsi Kalimantan Timur sebesar

14,7 mil. Penderita stroke di provinsi Jawa Timur pada tahun 2018 mencapai

21.120 jiwa dan menduduki peringkat ke 8 di Indonesia (Kemenkes, 2018).

Angka kejadian stroke di dunia kira-kira 200 per 100.000 penduduk dalam 1

tahun (Pudiastuti dalam Hanum dkk, 2018). Angka diagonosis stroke di Indonesia

pertahun mencapai 500.000, diantara mereka 125.000 atau 25% meninggal dan

sisanya mengalami kecacatan partial dan atau permanen (Hanum, 2018). Menurut

Riskesdas (2013), prevalensi stroke Indonesia tertinggi terjadi di provinsi

Sulawesi Selatan (17,9%), Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), dan

Jawa Timur (16%) (Mutiasari, 2019).

Prevalensi stroke di Kabupaten Jember menduduki peringkat ke-10 dari 38

Kabupaten di Jawa Timur dengan prevalensi 0,9 % (Dinkes Jember, 2007). Data
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember pada tahun 2010 menunjukan bahwa

jumlah kasus stroke di Jember mencapai 972 kasus (Dinkes Jember, 2011).

Penyakit stroke diklasifikasikan menjadi 2 yaitu stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi karena adanya

kebocoran atau pecahnya bembuluh darah di otak. Ada beberapa kondisi

penyebab pembuluh darah di otak pecah dan mengalami perdarahan antara lain

Hipertensi, aneurisma, pengencer darah (Haryono Rudi, 2019). Stroke iskemik

terjadi karena adanya kerusakan jaringan otak karena tidak adekuatnya aliran

darah sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen pada jaringan otak.

Mekanisme terbanyak yang menyebabkan stroke iskemik adalah emboli,

penurunan tekanan perfusi, dan trombosis (Satyanegara, 2014).

Menentukan tingkat keparahan dan tipe stroke dapat dilakukan dengan

pemeriksaan laboratorium atau pencitraan. Alat ukur yang dapat digunakan untuk

menentukan derajat stroke pada pasien stroke adalah National Institutes of Health

Stroke Scale (NIHSS). National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) adalah

alat penilaian sistematis yang mengukur kuantitatif stroke yang terkait dengan

defisit neurologik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jojang, dkk 2016,

menyatakan bahwa NIHSS juga banyak digunakan untuk menilai tingkat

keparahan pada pasien yang mengalami stroke iskemik akut (Jojang, dkk, 2016).

Faktor penyebab terjadinya stroke dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu

faktor yang tidak dapat dirubah dan faktor yang dapat diubah. Menurut Feigin,

2014 menyatakan bahwa faktor yang tidak dapat dirubah berupa umur, jenis

kelamin, faktor keturunan, dan kelainan. Sedangkan menurut Riskesdas, 2018


menyatakan bahwa stroke dapat terjadi karena adanya gaya hidup yang tidak baik

seperti perilaku merokok, mengkonsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, dan pola

makan yang buruk.

Perilaku merokok merupakan salah satu faktor resiko penyakit stroke karena

terjadi peningkatan tekanan darah akibat pemekatan komponen darah dan

penyemitan pembuluh darah (Latifah & Supatmi, 2015). Menurut Wahyu, 2010

menyatakan bahwa rokok yang beredar di pasaran mengandung 4000 racun dan

200 diantaranya berbahaya bagi tubuh. Asap rokok mengandung zat erbahaya

berupa karbon monoksida yang sering disebut zat oksidator. Zat oksidator dapat

menimbulkan kerusakan pada dinding arteri yang menjadi tempat penimbunan

lemak, sel trombosit, kolesterol, dan terjadi penebalan dinding otot arteri. Kondisi

tersebut disebut aterotrombolitik. Kejadian aterotromboitik yang terjadi di otak

menyebabkan ada sumbatan pada pembuluh darah otak yang berakibat pada

kejadian stroke.

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, banyak yang telah membahas

mengenai hubungan merokok dengan angka kejadian stroke iskemik, namun

belum banyak penelitian yang menghubungkan antara kebiasaan merokok dengan

derajat keparahan strokey yang diderita oleh pasien, khususnya di lokasi tempat

penulis melakukan penelitian. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membahas

lebih dalam mengenai hubungan merokok dengan keparahan defisit neurologis di

Ruang Saraf Rumah Sakit Bina Sehat Jember.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan antara perilaku merokok dengan keparahan defisit
neurologis di Ruang Saraf Rumah Sakit Bina Sehat Jember?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan perilaku merokok dengan fungsi

neurologis di Ruang Saraf Rumah Sakit Bina Sehat Jember

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui perilaku merokok pada pasien stroke di Ruang Saraf Rumah

Sakit Bina Sehat Jember

b. Mengetahui fungsi neurologis pada pasien stroke di Ruang Saraf Rumah

Sakit Bina Sehat Jember

c. Mengetahui hubungan perilaku merokok dengan fungsi neurologis di

Ruang Saraf Rumah Sakit Bina Sehat Jember

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian

selanjutnya dan dapat diaplikasikan demi perkembangan ilmu

keperawatan di masa mendatang.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang hubungan

perilaku merokok dengan keparahan defisit neurologis pada pasien

stroke.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menambah literatur dan sebagai dasar


serta pengembangan penelitian di Institusi Pendidikan

c. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan dalam

perawatan pasien stroke di rumah sakit

d. Bagi Pelayanan Keperawatan

Meningkatkan dalam pelayanan, dan memberikan pengetahuan

terhadap peneliti dan responden tentang perilaku merokok dengan

keparahan defisit neurologis pada pasien stroke.

e. Bagi Responden

Menjadi wawasan bagi responden tentang perilaku merokok yang dapat

menimbulkan defisit neurologis pada pasien stroke.

Anda mungkin juga menyukai