Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324136218

Self Disclosure dan Peningkatan Kualitas Komunikasi di antara Lansia


(Pengabdian Masyarakat & Studi Komunikasi Pribadi di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulya 4)

Article · September 2013

CITATIONS READS

0 925

2 authors:

Lestari Nurhajati Nurul Robbi Sepang


London School of Public Relations Jakarta Universitas Al Azhar Indonesia
45 PUBLICATIONS   34 CITATIONS    4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Komunikasi Media Online Pengusaha Milenial dalam Membangun Personal Branding di Era Digital View project

Panti GLAMOUR - Rumah Lansia View project

All content following this page was uploaded by Lestari Nurhajati on 01 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


133 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013

Self Disclosure dan Peningkatan Kualitas Komunikasi di


antara Lansia (Pengabdian Masyarakat & Studi Komunikasi
Pribadi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 4)
Lestari Nurhajati, Nurul Robbi Sepang

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Al Azhar Indonesia, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta 12110

E-mail : lestarin@yahoo.com

Abstrak – Penelitian dan Pengabdian diri, juga dilakukan kegiatan pengabdian


Masyarakat ini dilatarbelakangi oleh masyarakat di panti jompo tersebut dengan
ketertarikan peneliti pada fenomena pola cara kegiatan kunjungan dan berbincang santai
komunikasi yang dilakukan oleh kelompok di antara pengunjung dan para penghuni panti
lanjut usia (lansia) di antara mereka, satu sama jompo.
lain, maupun kepada pihak lain. Lebih
menarik lagi apabila kemudian kita melakukan Keywords - self disclosure, lansia
kajian sekaligus pengabdian masyarakat pada
kelompok lansia yang berada di panti werda I. PENDAHULUAN
ataupun panti jompo, karena proses
komunikasi yang mereka lakukan menjadi
lebih rutin dan lebih meluas. Termasuk dengan
para pengurus pantinya. Ada penelitian
D alam kehidupannya manusia tidak dapat
berdiri sendiri, oleh sebab itu manusia
dikategorikan sebagai mahluk sosial yang perlu
terdahulu yang mendeskripsikan peranan yang mengadakan komunikasi dengan manusia lainnya,
dilakukan petugas panti dalam pelayanan ataupun menyatakan pendapat, perasaan, kemauan
terhadap lansia dan mengetahui hambatan dan keinginan agar orang lain dapat memahami
yang ditemui oleh Pekerja Sosial sebagai bagian keinginan kita begitupula kita dapat memahami
dari pelayanan sosial untuk memenuhi keinginan orang lain. Dengan kodratnya demikian
kebutuhan lansia yang ada di panti (Atun, secara tidak langsung manusia akan membuat
2004). Hal lain yang menarik dalam kajian suatu komunitas yang lebih besar yang disebut
komunikasi antar pribadi di panti jompo masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok
adalah adanya pengungkapan diri (self terkecil masyarakat yaitu keluarga. Sehingga dapat
disclosure). Dalam berbagai penelitian lainnya dikatakan keluarga merupakan sistem sosial
secara umum, pengungkapan diri memberikan terkecil yang ada di dalam masyarakat. Hal ini
banyak manfaat, diantaranya memberi orang terjadi, sebab di dalam keluarga terjalin hubungan
kesempatan untuk berbagi cerita tentang diri yang kontinyu dan penuh keakraban, sehingga jika
dan masalah yang sedang dihadapi. Bagi para diantara anggota keluarga itu mengalami peristiwa
lansia yang tinggal di sebuah panti jompo, tertentu maka, anggota keluarga yang lain biasanya
barangkali komunikasi dengan pengungkapan ikut merasakan peristiwa itu. Kondisi ini tentu
diri ini akan memberi peluang komunikasi menarik ketika kemudian hubungan dan
yang lebih efektif disebabkan oleh pertemuan komunikasi antara anggota keluarga mengalami
dan komunikasi yang intens. Dengan begitu perubahan ketika orang tua yang menuju masa
mereka bisa berbagi dengan teman-teman lanjut usia (lansia) memutuskan atau diputuskan
sebaya yang lain melalui pengungkapan diri oleh anggota keluarga untuk pindah/ditempatkan
sehingga berbagai masalah yang ada dapat ke panti jompo.
teratasi. Tentu saja hal ini perlu diperlukan
sebuah kajian mendalam, dengan metode Proses komunikasi secara umum merupakan
penelitian kualitatif, melalui wawancara proses yang cukup kompleks, dan dapat menjadi
mendalam. Para informan makin membuka lebih rumit lagi karena perubahan usia.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013 134

Komunikasi juga dapat terhambat oleh proses 3. The Unbalanced Split Pattern
penuaan yang normal, yang mungkin melibatkan Hubungan interpersonal yang tidak seimbang,
ketidak normalan sensorik, penurunan memori, dimana salah satu pihak mendominasi pihak
pengolahan lebih lambat pada proses informasi, lain karena dinilai lebih memiliki kemampuan.
berkurangnya kekuasaan dan terjadi post power Kemampuan inilah yang pada akhirnya
syndrom, pension dari pekerjaan, dan juga menyebabkan pihak tersebut memiliki kontrol
pemisahan dari keluarga maupun teman sebaya. terhadap pihak lain. Adapun kemampuan lebih
Kondisi inilah yang makin membuat bentuk yang dimiliki salah satu pihak dapat berupa
komunikasi di kalangan lansia makin menjadi unik kepandaian, pengetahuan yang dimiliki,
dan kompleks. menarik dari segi fisik, atau yang memiliki
kemampuan secara finansial.
Berdasarkan pendahuluan dan latar belakang di 4. The Monopoly Pattern
atas, penelitian ini hendak memahami bagaimana Dari istilahnya telah tampak adanya dominasi
pola komunikasi yang dilakukan oleh para lansia dalam hubungan interpersonal yang terjalin.
di panti werdha sebagai salah satu tempat mereka Perbedaannya dengan pola the unbalanced split
berkumpul dengan orang-orang seusianya, dan adalah, pada pengakuan akan kemampuan lebih
tempat mereka membangun sebuah “keluarga yang dimiliki sehingga dapat mendominasi
baru”. pihak lainnya. Dalam pola jenis ini, pihak yang
mendominasi menggunakan kekuasaan yang
dimiliki untuk mengatur apa yang boleh dan
II. TINJAUAN PUSTAKA tidak boleh dilakukan oleh pihak lainnya. Pola
komunikasi jenis ini menyimpan potensi
Komunikasi Interpersonal konflik yang cukup tinggi.
Secara umum dalam sebuah hubungan
interpersonal, tidak terkecuali dalam hal ini Self Disclosure
hubungan antara anggota keluarga, memiliki pola Dalam komunikasi antarpribadi, ada empat unsur
pola tersendiri dalam berkomunikasi satu dengan pokok yang terlibat. Keempat unsur tersebut
yang lain. Terdapat empat pola komunikasi yang mencakup (a) konsep diri, (b) self-disclosure, (c)
dapat teridentifikasi (Littlejohn, 2002) yaitu: menyimak, (d) mengatasi perasaan marah.

1. The Equality Pattern Bagaimana orang lain memandang diri kita untuk
Pola komunikasi jenis ini barangkali sifatnya sebagian ditentukan oleh bagaimana kita
hanya teoritis dan tidak ada dalam praktik memandang diri kita sendiri. Itulah konsep diri.
kenyataannya, karena menurut pola jenis ini, Secara sederhana, konsep diri adalah bagaimana
masing-masing pihak yang terlibat dalam cara kita memandang diri kita sendiri, yang akan
komunikasi memiliki peran yang sama persis, mempengaruhi kita dalam melakukan kontak
sehingga tidak ada pimpinan dan tidak ada komunikasi atau interaksi dengan orang lain.
pengikut. Peran yang sama tersebut Dalam konsep diri itu terkadang gambaran dan
dilatarbelakangi karena masing-masing pihak penilaian kita pada diri kita sendiri.
memiliki kredibilitas yang sama dan sama-sama
terbuka terhadap ide, opini, kepercayaan pihak Dalam kegiatan komunikasi antarpribadi, kita
lain, termasuk dalam hal pengambilan biasa menilai lawan komunikasi kita. Kita
keputusan. mempersepsi orang lain, kemudian berusaha
2. The Balanced Split Pattern memberikan penilaian. Apakah orang tersebut
Hubungan interpersonal dipelihara dalam termasuk, misalnya orang yang bisa dipercaya,
kondisi yang seimbang, tetapi masing-masing orang yang teguh pendirian, orang cerdas atau
pihak memiliki otoritas pada domain yang orang yang menyebalkan. Kita memiliki
berbeda. Sehingga pengambil keputusan seperangkat standar dalam diri kita untuk menilai
disesuaikan pihak yang memiliki otoritas orang lain. Sehingga kemudian kita memberi
terhadap domain tersebut. Konflik tidak kesimpulan seperti yang dicontohkan tadi.
dipandang sebagai ancaman bagi masing-
masing pihak, karena masing-masing memiliki Kebalikan dari persepsi dan menilai orang lain itu
kemampuan yang diakui secara bersama. adalah mempersepsi dan menilai diri kita sendiri.
135 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013

Inilah yang kemudian membuat kita merumuskan bahwa apakah benar bahwa panti werdha tempat
siapa sebenarnya diri kita. Bagaimana kita para lansia itu berkumpul merupakan sebuah
memandang diri kita ini tentu saja akan bentuk “keluarga baru” bagi para penghuninya.
mempengaruhi komunikasi antarpribadi yang kita Jika nantinya demikian, maka akan dilihat lebih
lakukan. Konsep diri ini sesungguhnya tidak bisa lanjut pola komunikasinya yang terbangun.
dipandang sebagai satu hal yang tetap, melainkan
sesuatu yang berkembang. Oleh karena konsep diri Komunikasi keluarga pun memiliki tingkat
terbentuk dari hasil interaksi dan pengalaman kita ketergantungan yang sangat tinggi dan sekaligus
bersama orang lain sehingga konsep diri tersebut sangat komplek (Ruben, 2006). Seperti telah
berkembang, berubah, dan disesuaikan. diuraikan sebelumnya bahwa keluarga adalah
Ringkasnya, konsep diri itu bukan “kata benda” termasuk kelompok primer sehingga dalam
melainkan lebih tepat disebut sebagai “kata kerja”. komunikasi kelompok menurut Charles Horton
Cooley dalam Devito (2001); komunikasi pada
Oleh karena komunikasi antarpribadi hanya akan kelompok primer memiliki karakteristik sebagai
berlangsung bila pihak-pihak yang berkomunikasi berikut :
saling membuka diri. Termasuk komunikasi dalam
keluarga, karena keluarga merupakan bagian Pertama, kualitas komunikasi pada kelompok
terdekat dalam kehidupan seseorang. primer bersifat dalam dan meluas, dalam arti
menembus kepribadian kita yang paling dalam dan
Individu tumbuh dan berkembang dari sebuah tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage.
keluarga. Selanjutnya masyarakat akan terbentuk Sedangkan meluas artinya sedikit sekali kendala
dari komponen keluarga. Keluarga seperti menurut yang menentukan rintangan dan cara
kamus Umum Bahasa Indonesia adalah: berkomunikasi. Pada kelompok primer, kita
Kelompok orang yang ada mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi
hubungan darah atau dengan menggunakan berbagai lambang verbal
perkawinan. Orang-orang yang maupun nonverbal.
termasuk keluarga ialah ibu,
bapak dan anak-anaknya. Kedua, pada kelompok primer bersifat personal.
Sekelompok manusia (ibu, bapak Dalam komunikasi primer, yang penting buat kita
dan anaka-anaknya) disebut adalah siapa dia, bukan apakah dia. Hubungan
keluarga nuklir atau keluarga dengan kelompok primer sangat unik dan tidak
inti. dapat digantikan. Misalnya hubungan antara ibu
dan anak.
Sedangkan definisi lain dari keluarga adalah :
Jaringan orang-orang yang Ketiga, pada kelompok primer, komunikasi lebih
berbagi kehidupan mereka dalam menekankan pada aspek hubungan, daripada aspek
jangka waktu yang lama, yang isi. Komunikasi dilakukan untuk memelihara
terikat oleh perkawinan, darah, hubungan baik, dan isi komunikasi bukan sesuatu
atau komitmen, legal atau tidak, yang amat penting. Berbeda dengan kelompok
yang menganggap diri mereka sekunder yang lebih dipentingkan adalah aspek
sebagai keluarga, dan yang isinya bukan pada aspek hubungan.
berbagi pengharapan-
pengharapan masa depan Keempat, pada kelompok primer pesan yang
mengenai hubungan yang disampaikan cenderung lebih bersifat ekspresif,
berkaitan (Galvin and Bromel dan berlangsung secara informal.
dalam Moss & Tubbs; 2005).
Dalam berkomunikasi dengan sesamanya, manusia
Dari definisi tersebut maka keluarga adalah pada dasarnya melakukan pengungkapan diri.
kelompok orang yang secara bersama saling Namun, pengungkapan diri tersebut, mungkin saja
berbagi kehidupan dalam jangka waktu yang lama baru sampai pada sisi terluar dari dirinya. Ketika
baik dalam ikatan perkawinan maupun tidak dan situasi komunikasi antarpribadi terbentuk dan
saling berbagi harapan tentang masa depan perilaku komunikasi berkeinginan mempengaruhi
mereka. Sehingga bentuk keluarga dalam definisi jalannya komunikasi, self-disclosure berlangsung.
tersebut ini tidak selalu dalam bentuk ikatan Apalagi apabila komunikasi antarpribadi itu
perkawinan. Dalam penelitian ini akan dilihat merupakan komunikasi di antara dua oarang
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013 136

(dyadic) yang sudah akrab maka self-disclosure itu Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa self-
akan berlangsung hingga bisa tersingkapkan disclosure merupakan salah satu bagian penting
bagian-bagian diri yang terdalam. dalam membangun komunikasi antarpribadi.
Dengan self-disclosure orang bisa saling
Seperti sudah diungkapkan sebelumnya, self- mengokohkan keakraban dan membangun saling
disclosure itu bersifat timbal balik atau ada juga percaya. Keakraban dan saling percaya itu, sangat
yang menyatakan, dalam komunikasi, self- penting dalam memberikan manfaat positif bagi
disclosure itu bersifat simetris. Masing-masing pihak-pihak yang berkomunikasi.
orang yang terlibat dalam komunikasi itu akan
saling menyingkapkan dirinya. Apabila saja salah Peningkatan Mutu Komunikasi
satu pihak yang berkomunikasi itu tidak membuka Mutu ataupun kualitas komunikasi mengacu pada
dirinya maka self-disclosure tidak akan bisa aspek kualitas komunikasi dari pemikiran Lasswell
berlangsung. (1987), yaitu (1) keterbukaan; (2) kejujuran; (3)
kepercayaan; (4) empati; dan (5) mendengarkan.
Berkaitan dengan situasi komunikasi antarpribadi Hal ini pun berlaku pada komunikasi yang
yang berlangsung karena keakraban dan self- dilakukan oleh sebuah keluarga. Dengan
disclosure pun berlangsung karena keakraban melakukan proses keterbukaan diri (self
diantara pihak-pihak yang terlibat, dengan disclosure), maka di harapkan adanya peningkatan
sendirinya self-disclosure pun tak mungkin kualitas komunikasi.
berlangsung di antara orang yang saling
bermusuhan, saling mencurigai atau sedang Perkembangan keluarga terbentuk dari siklus yang
berkonflik. Dalam situasi bermusuhan atau saling dialami oleh anggotanya. Siklus hidup keluarga
mencurigai, orang yang saling menutup diri. dimulai dengan masa ketika seseorang menikah,
Begitu juga dalam situasi konflik akan bertahan memiliki anak, membesarkan anak, anak-anak
pada posisinya masing-nasing sehingga tidak pindah, orang tua sendiri tanpa anak, dan pasangan
memungkinkan terjadinya self-disclosure. tua. Memahami siklus keluarga juga membawa
implikasi penting bagi pemahaman terhadap pola
Oleh karena itu, banyak yang menggunakan komunikasi dalam keluarga dan bagaimana suatu
pendekatan self-disclosure untuk membangun keluarga mengambil keputusan.
keakraban dalam kelompok atau dalam upaya
mengatasi konflik. Salah satu pihak yang terlibat Bentuk komunikasi keluarga akan berubah pada
konflik berusaha melakukan self-disclosure dan saat anak mulai beranjak besar. Anak biasanya
mengajak lawan konfliknya untuk melakukan hal mulai memiliki pendapat sendiri dan bahkan bisa
yang serupa. Dengan cara demikian, bisa dibangun memberikan saran pada orang tuanya. Konsep
saling percaya dan akhirnya saling membuka diri keterbukaan dalam satu keluarga dengan keluarga
sehingga komunikasi bisa berlangsung. Terjadilah lainnya bisa berbeda. Pada beberapa keluarga
pertukaran kata, pertukaran pikiran dan pertukaran ditemukan bahwa orang tua tidak melibatkan anak
hati. Terbangunnya relasi yang positif diantar dalam keputusan besar seperti pembelian mobil
pihak-pihak yang terlibat menjadi dasar atau rumah. Sebaliknya pada beberapa keluarga
terbangunnya komunikasi antarpribadi yang positif tertentu, orang tua melibatkan anak dalam
pula melalui self-disclosure. penentuan pembelian produk atau jasa yang
nilainya besar.
Hal penting lain yang perlu diperhatikan, self-
disclosure itu tidak akan pernah terjadi begitu saja Bentuk komunikasi keluarga juga akan
atau mendadak terjadi. Ada proses dan tahapan menentukan tingkat kepuasan anggota keluarga.
yang dilalui. Katakanlah mirip dengan cara kita Pasangan atau anak yang dilibatkan dalam
membuka kulit bawang. Secara bertahap orang pengambilan keputusan biasanya merasa lebih
memasuki kondisi self-disclosure yang lebih nyaman dan lebih puas dengan lingkungan
mendalam. Apabila hubungan diantara orang yang keluarganya.
berkomunikasi berlangsung stabil maka self-
disclosure pun akan mengarah pada kondisi yang Dalam penelitian lain terdahulu, didapatkan data
stabil. Perkembangan tersebut berlangsung secara bahwa kondisi kelompok lansia yang berkumpul di
bertahap. panti werdha ini akan merasakan nyaman apabila
137 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013

tidak sekedar terpenuhi tempat tinggal yang Dalam pemilihan informan, penelitian ini
terhubung dengan fasilitas kesehatan dan menggunakan teknik purposeful. Hal ini
pelananan sosial, tetapi juga tetap harus ada unsur didasarkan atas pertimbangan akan kapasitas
pendidikan, sosialisasi, rekreasi, dan kehadiran informan menjelaskan dan menggambarkan secara
maupun kunjungan para volunter di organisasi mendalam tentang proses komunikasi yang dia
tersebut (Bedney, 2010). lakukan. Informan terdiri atas para lansia yang
tinggal di panti werdha. Data dikumpulkan melalui
Penelitian lainnya menunjukkan pentingnya wawancara mendalam (indepth interview) dengan
komunikasi yang dilakukan oleh para lansia dan teknik interview guide approach serta studi
pengurus panti, khususnya para perawat. kepustakaan.
Komunikasi dianggap sebagai kunci bagi
hubungan interpersonal, yang akan meningkatkan Pada proses wawancara mendalam ada 3 orang
fungsi perawatan dan kesejahteraan para lansia. informan penghuni panti yang menjadi nara
Para perawat diharapkan memiliki ketrampilan sumber dalam penelitian ini, yakni: Nafiatun
komunikasi baik yang bersifat verbal maupun non (perempuan, 70 tahun), Nur (perempuan, 63
verbal, agar para lansia yang dirawatnya tahun), dan Muchtar (laki-laki, 61 tahun). Ketiga
mendapatkan kepuasan. Komunikasi bisa bersifat informan ini dipilih berdasarkan karakteristiknya,
positif maupun negatif ketika mengurus para yakni mampu memberikan jawaban yang
lansia. Komunikasi bisa menjadi salah satu kunci dibutuhkan, serta dalam kondisi sehat secara
untuk peningkatan perawatan, namun juga bisa mental dan fisik.
menimbulkan persoalan tersendiri, baik itu rasa
lelah, depresi, kesalah pahaman, maupun tidak Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 4,
adanya harapan pada para lansia (Valentina, 2012). Margaguna, Radio Dalam, Jakarta Selatan ini
. tercatat penghuni lansianya 150 orang (100 orang
nenek/perempuan dan 50 orang kakek/laki-laki).
Dari kedua penelitian terdahulu, maka penelitian Usia minimal untuk masuk ke panti ini adalah 65
dan pengabdian masyarakat yang hendak peneliti tahun. Dari 150 orang penghuni, yang masih
lakukan kali ini mencoba menggali lebih lanjut benar-benar sanggup beraktifitas olahraga maupun
bagaimana komunikasi itu sendiri dilakukan oleh bermain hanya 40-an orang, sisanya lebih banyak
para lansia, tidak saja pada pihak di kamar dan di tempat tidur. Panti ini merupakan
pengelola/perawat, namun juga pada sesama, panti di bawah pengelolaan Dinas Sosial Propinsi
keluarga, dan para pengunjung panti werdha DKI Jakarta.
tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


III. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini didapatkan gambaran secara
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif umum bahwa makna memiliki keluarga bagi
dengan paradigma konstruktivisme karena anggota panti selama hidup di panti jompo tersebut
penelitian ini berusaha melihat latar belakang tidaklah terlalu dirasakan. Meskipun makna
proses komunikasi yang terjadi dan melihat keluarga adalah kelompok orang yang secara
bagaimana self disclosure (keterbukaan diri) akan bersama saling berbagi kehidupan dalam jangka
mampu mendukung peningkatan mutu komunikasi waktu yang lama baik dalam ikatan perkawinan
antara satu pihak dengan pihak lainnya, dalam hal maupun tidak dan saling berbagi harapan tentang
ini yang terjadi pada para lansia. Strategi masa depan mereka. Namun dalam kenyataannya
penelitian yaitu Phenomenology yang memberikan tidak semua informan yang diwawancarai di panti
penekanan pada persoalan pengalaman pribadi werdha tersebut, merasakan bahwa kehadiran
(personal experience) dari komunikasi para lansia, mereka di panti tersebut membentuk “keluarga
baik kepada satu sama lain, juga pada anggota baru”, seperti yang diungkapkan para informan
keluarga mereka yang mengunjungi (anak, cucu), berikut :
maupun pada tamu ataupun pengunjung lainnya,
serta pada para anggota pengelola/pengurus “ Ya, saya di sini cuma sementara, keluarga saya
yayasan lansia. ada di Pasuruan, ada cucu dan anak saya. Nanti
kalau saya sudah sembuh, saya akan pulang ke
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013 138

Pasuruan. Saya akan hubungi cucu atau anak saya” nguasain’, ya biarin saja. Yang penting kan
(Nafiatun, 70 tahun) ruangan tetap rapi”

Agak berbeda dengan pandangan Nur (63 tahun) : Di sisi lain, apabila berhubungan dengan pihak
“Keluarga ibu sekarang ya teman-teman sekamar pengasuh panti, tampak terbangun pola
ibu ini, ada ibu nita, ibu siti, banyak temen ibu komunikasi The Monopoly Pattern, yakni adanya
mah disini. Habis gimana lagi, sudah gak ada dominasi dalam hubungan interpersonal yang
suami, gak ada anak. Kalau ingat soal itu, soal terjalin. Perbedaannya dengan pola the unbalanced
keluarga yang sudah tidak ada ya agak sedih juga”. split adalah, pada pengakuan akan kemampuan
Tampak bahwa Nur, meskipun mengadopsi lebih yang dimiliki sehingga dapat mendominasi
pemikiran bahwa panti memberikan bentuk pihak lainnya. Dalam pola jenis ini, pihak yang
“keluarga” baru baginya, namun keluarga dalam mendominasi menggunakan power/ kekuasaan
konsep sedarah masih dirinya pikirkan. yang dimiliki untuk mengatur apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan oleh pihak lainnya.
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga
diungkapkan oleh Muchtar (61 tahun),yaitu : “Ya kalau mau keluar, misalnya main ke PT
(perusahaan pengiriman TKI), ya harus ijin ke ibu
“Sekarang ini sih kalau ngomongin keluarga ya pengurus. Lalu ga boleh nginep. Juga kalau mau
masih ada, keponakan saya, tinggalnya di daerah berbincang-bincang dengan para kakek di panti ini
Klaten, kalau yang di sini yang ada teman-teman cuma bisa pas ada acara. Kalau gak ya gak boleh
saja. Saya sampai sekarang masih nunggu hehehehehe”.
keponakan saya jemput. Akhir tahun lalu
keponakan saya itu datang, katanya saya mau Pola komunikasi dengan pihak pengelola panti
dijemput tahun ini.” yang masuk dalam kategori dominasi hubungan
personal, juga diakui oleh Nur :
Seperti Nur, pendapat Muchtar tentang keluarga
masih berupa orang yang memiliki hubungan “Kalau disini yang harus diturutin ya si ibu panti
darah dengan dirinya. Sehingga dapat dikatakan dik, kan dia ketua yang mengurusi kami
bahwa berdasarkan pendapat informan yang ada, disini.Jadwal juga diatur rutin, kalau subuh bangun
dapat dikatakan bahwa dalam hal memaknai sarapan, siang jam 12 makan siang terus tidur
keluarga, informan tetap menganggap hubungan siang. Ya senang-senang aja kalo ibu mah”
sedarah sebagai keluarganya, walaupun bukan
keluarga inti, namun tetap diakui sebagai Sementara itu, untuk Muchtar, ketika ia bersama
keluarganya. teman-temannya sesama penghuni Panti Asuhan,
ia mengalami pola komunikasi yang dapat
Pola Komunikasi dikatakan hubungan yang tidak seimbang (The
Sementara itu apabila melihat pola komunikasi Unbalanced Split Pattern), dimana dalam hal ini
yang dilakukan ada beberapa tipe. Misalnya saja Muchtar menjadi orang yang didominasi oleh
yang dialami oleh Nafiatun berada pada dua pola, temannya (bernama Sadi). Hal ini seperti uraian
di satu sisi apabila dihadapkan pada ke 13 orang berikut yang diungkapkan oleh Muchtar :
yang berada dalam satu ruangan dengan dirinya,
dia menganggap dirinya adalah yang paling “Kalau di antara laki-laki di sini, saya lebih banyak
mampu mengawasi, menjaga, dan memimpin diamnya kalau lagi ngumpul. Yang paling sering
teman lainnya. Hubungan interpersonal yang tidak ngomong itu ada tuh, namanya Sadi. Dia itu yang
seimbang (The Unbalanced Split Pattern), di mana sering ngasih tau ke kita tentang ini itu, kita semua
Nafiatun mendominasi pihak lain karena dinilai juga lumayan dengerin dia.”
lebih memiliki kemampuan. Kemampuan inilah
yang pada akhirnya menyebabkan pihak tersebut Pola komunikasi yang juga dialami oleh Muchtar
memiliki kontrol terhadap pihak lain. adalah pola komunikasi The Monopoly Pattern,
Yakni ketika Mochtar berhubungan dengan pihak
“Ya dalam kamar ini saya satu-satunya yang pengelola atau pengawas, seperti urainnya:
ngawasin, melototin. Tapi ya gitu kalo ada yang
protes.......ini itu, ya bodo amat. Termasuk kalau “Tiap hari itu jadwal kita harus nurut ama
ada yang ngatain: ‘mentang-mentang kamu yang pengawas. Bahkan sampai mau nonton tv aja,
139 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013

remote control-nya dipegang sama dia “Saya di sini gak banyak temennya. Kita ini jarang
(pengawas)..” untuk cerita-cerita, saya ini kalau sehari-hari
paling kalau cerita cuma ama Anto sama itu tuh
Berdasarkan uraian para informan dapat diketahui (sambil menunjuk), si pak Roy. Itu juga karena
bahwa terjadi dua macam pola komunikasi dalam kita waktu nyampe di sini bareng dulu. Sama yang
Panti Asuhan yaitu The Unbalanced Split Pattern lain jarang ngobrolnya, apalagi sama itu tuh
dan The Monopoly Pattern. Untuk pola (menunjuk ke pengawas).”
komunikasi The Unbalanced Split Pattern dialami
oleh informan ketika berhubungan dengan sesama Dapat dikatakan bahwa untuk Muchtar, ia hanya
penghuni Panti Asuhan, sedangkan pola membuka diri pada sebagian kecil saja yang
komunikasi The Monopoly Pattern dialami oleh dianggap sebagai temannya. Untuk orang lain
informan ketika berhubungan dengan pihak Muchtar merasa tidak mengenal dan tidak pernah
pengelola Panti Asuhan. membuka dirinya.

Keterbukaan Diri Melalui uraian dari para informan, dapat dikatakan


Pengungkapan diri, self-disclosure itu bersifat bahwa para penghuni Panti tidak terlalu terbuka
timbal balik atau ada juga yang menyatakan, satu sama lain. Keterbukaan hanya dapat dilakukan
dalam komunikasi, self-disclosure itu bersifat oleh sebagian kelompok yang memang satu sama
simetris. Masing-masing orang yang terlibat dalam lain telah mengenal cukup lama.
komunikasi itu akan saling menyingkapkan
dirinya. Apabila salah satu pihak yang Konsep Diri
berkomunikasi itu tidak membuka dirinya maka Dari konteks pengungkapan diri atau self-
self-disclosure tidak akan bisa berlangsung. disclosure di atas tampak bahwa pertukaran kata,
pertukaran pikiran dan pertukaran hati, dilakukan
Tampak dari pengakuan informan Nafiatun, oleh para penghuni panti, meski dengan tingkat
dirinya cukup membuka diri dengan teman- pengungkapan yang beragam. Terbangunnya relasi
temannya, pengurus panti, maupun para tamu. yang positif di antara pihak-pihak yang terlibat
menjadi dasar terbangunnya komunikasi
“Ya di sini kan macem-macem nenek-neneknya, antarpribadi yang positif pula melalui self-
ada juga yang gila, mungkin 5 atau 6 orang. Ya disclosure.
sulit diajak ngobrol. Malah mereka ngomong-
ngomong sendiri. Kalau saya ya suka ngobrol Hal penting lain yang perlu diperhatikan, self-
sama siapa aja. Sama pengasuh atau perawat juga. disclosure itu tidak akan pernah terjadi begitu saja
Kalau ada acara, ada tamu juga suka, bisa atau mendadak terjadi. Ada proses dan tahapan
bermain-main, ada nyanyi-nyanyi” yang dilalui. Katakanlah mirip dengan cara kita
membuka kulit bawang. Secara bertahap orang
Hal senada juga disampaikan Nur, meski secara memasuki kondisi self-disclosure yang lebih
jelas Nur juga menggambarkan dirinya tidak mendalam. Apabila hubungan diantara orang yang
banyak berteman: berkomunikasi berlangsung stabil maka self-
disclosure pun akan mengarah pada kondisi yang
“Tidak semua penghuni panti saya kenal, paling stabil. Perkembangan tersebut berlangsung secara
yang di kamar ibu saja dan yang dekat-dekat. bertahap. Dari sini tampak bahwa lamanya waktu
Seperti Ibu Nita dan Ibu Siti ini, kalau ngobrol ya seseorang tinggal di panti, selain kepribadian
tidak ada yang khusus paling ketawa-ketawa aslinya, juga mempengaruhi proses pengungkapan
bercanda saja. Kalau ama ketua panti ya hampir diri masing-masing. Misalnya saja dalam kasus
gak pernah, ya paling kadang-kadang saya ngobrol Nafiatun yang baru 2 tahun tampak lebih terbuka,
sama perawat disini, paling sering ya sama teman- dibandingkan dengan Nur yang lebih terbatas
teman sekamar saya dik” jumlah temannya, meskipun tinggal lebih lama
yakni 3 tahun.
Kemudian, pendapat yang cukup sama juga
diungkapkan oleh Muchtar, yang melihat bahwa Kepribadian asli tersebut juga berkaitan dengan
temannya di Panti hanya ada 2 orang, seperti yang konsep diri. Yakni bagaimana cara kita
diungkapkan : memandang diri kita sendiri, yang akan
mempengaruhi kita dalam melakukan kontak
komunikasi atau interaksi dengan orang lain. Di
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013 140

sinilah perbedaan nyata dari Nafiatun dengan Nur. “Ya saya sendiri, nenek ini lucu amat. Nyanyi-
Sebagai gambaran, Nafiatun merupakan satu- nyanyi, begitu orang bilang. Saya juga yang satu-
satunya orang di panti tersebut yang datang karena satunya bisa nyetel TV, lainnya mah gak bisa”
kesadaran dirinya. Sebelumnya dia pernah bekerja Sementara itu Nur justru bersikap terbalik ketika
menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Arab. ditanya siapa yang paling suka bercanda, maupun
Kemampuannya masak masakan Arab juga salah menonjol dalam kelompoknya :
satu yang selalu dibanggakan diri oleh Nafiatun.
“Di kamar saya mah semua suka ketawa semua
“Saya sudah 7 tahunan di Arab. Bolak-balik dik, sambil ngobrol sambil ketawa-ketawa”.
pulang tapi selalu dipanggil lagi apa PT
(perusahaan pemberangkatan TKWI), karena saya Terlihat bahwa Nur tidak memiliki sisi kepribadian
pintar masak Arab. Pertama kerja 4 taun, terus yang cukup kuat, percaya diri, maupun menonjol.
balik lagi 2 taun ..yang 1 taun di Mekkah.. Di Sementara bagi Muchtar, dia mengakui bahwa
Ryadh 4 taun.,.2 taun di Abbudhabi. Saya kesini kalau yang paling menonjol bukan dia, namun
karena sayanya yang pengen, karena sakit-sakitan. untuk satu hal yaitu, jika menyangkut memainkan
Jadi saya gak pernah kabur kayak lainnya. Lha alat musik dia yang paling piawai dan sering
wong saya kesadaran sendiri kok ke sini. Kalau tampil. Seperti uraian Mochtar berikut :
lainnya kan suka pada kabur. Disini sebenernya
enak, tapi banyak yang mau kabur, soalnya mau “Di sini yang sering tampil itu ya pak Sadi itu,
minta-minta lagi, pada lewat belakang, kalo gak tapi kalau yang paling lucu ya pak Roy. Dia suka
dijaga pada kabur semua” komentar-komentarin orang sambil ngelucu..kalau
saya biasanya cuma pas lagi ada urusan maen
Sementara Nur, seperti kebanyak juga anggota musik gitu, maen gitar gitu deh, tapi kalau nyanyi
panti di sini adalah orang yang masuk dalam juga biasanya pas Sadi itu tu yang sering”
kategori terlunta-lunta, gelandangan yang
ditemukan oleh dinas sosial dan ditempatkan di Dapat dikatakan bahwa Muchtar tidak terlalu kuat
panti ini. Tampak bahwa konsep diri Nur terlihat dan menonjol namun juga tidak terlalu rendah diri.
tidak terlalu bersemangat, tidak antusias ketika
ditanyakan latar belakangnya: Dengan melihat uraian para informan yang ada di
atas, dapat dikatakan bahwa pengungkapan diri
“Ibu sudah 3 tahun disini dik, sebelumnya ibu dari memang menjadi bagaian yang tidak bisa
Cirebon. Tapi lahirnya mah di Surabaya tapi dilepaskan dari konsep diri dan bagaimana seorang
pindah-pindah sampai ketemu suami ibu. Tapi pas individu bisa berperan. Dalam hal ini, para
suami ibu meninggal, anak meninggal ya dibawa informan memperlihatkan bahwa semakin individu
ke sini” mampu membentuk karakternya yang kuat maka
kemungkinan individu itu makin mengungkapkan
Kondisi serupa juga ada pada Muchtar, yang juga dirinya kepada individu lainnya.
masuk dalam Panti asuhan karena hidupnya
terlunta-lunta, seperti uraiannya : Dengan demikian, bisa kita nyatakan self-
disclosure merupakan salah satu bagian penting
“ Saya di sini sudah sekitar 2 tahun lah. Saya itu dalam membangun komunikasi antarpribadi.
dulunya jualin alat musik di toko di Klaten, tapi Dengan self-disclosure orang bisa saling
karena pengennya jadi pemain musik, saya keluar mengokohkan keakraban dan membangun saling
dari kerjaan, trus saya ngamen deh, sejak saya percaya. Keakraban dan saling percaya itu, sangat
ngamen itu saya diusir sama istri saya. Nah waktu penting dalam memberikan manfaat positif bagi
lagi ngamen di Blok M situ saya dibawa sama pihak-pihak yang berkomunikasi.
petugas ke sini.”
Mutu Komunikasi dan Kenyamanan
Selain itu konsep diri lainnya yang tampak Lingkungan
menonjol adalah tentang bagaimana mereka Mutu ataupun kualitas komunikasi mengacu pada
menjalankan peran dalam panti tersebut, misalnya aspek kualitas komunikasi, yitu : (1) keterbukaan;
saja berkaitan dengan pertanyaan siapa yang (2) kejujuran; (3) kepercayaan; (4) empati; dan (5)
paling suka bercanda maupun menonjol dalam mendengarkan. Sehingga dengan melakukan
kelompok mereka, maka dengan penuh optimisme proses keterbukaan diri (self disclosure), maka di
Nafiatun menjawab: harapkan adanya peningkatan kualitas komunikasi.
141 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013

Namun selain keterbukaan diri menjadi sangat Soal sosialisasi dengan anggota panti lainnya,
penting, ada hal lain yang perlu menjadi perhatian tampak kalau Nafiatun sangat menonjol, sebagai
agar mutu komunikasi itu terjadi. Yakni dengan ketua kelompok ruangan Mawar, dan dia juga
tersedianya tempat tinggal dan lingkungan yang mengaku kenal semua orang di panti, dan juga
nyaman bagi anggota yang berkomunikasi. Dalam menikmati kegiatan yang dilakukan di panti :
penelitian ini, maka tempat tinggal tidak hanya
terhubung dengan fasilitas kesehatan dan “Ini 4 ruangan, masing-masing namanya Mawar,
pelayanan sosial, tetapi juga tetap harus ada unsur Kenanga, Cempaka, Melati, saya ya kenal semua..
pendidikan, sosialisasi, rekreasi, dan kehadiran Tambah kerasan lagi karena ada kegiatan senam
maupun kunjungan para volunter di organisasi dan pengajian. Senin pengajian, lalu seminggu
tersebut. Kenyamanan akan lingkungan, sekali ada senam, hari Selasa dan Jumat. Senang
sosialisasi, rekreasi maupun kunjungan tamu kalau berkegiatan” papar Nafiatun semangat.
tampak jelas menjadi hal penting bagi Nafiatun Berbeda dengan Nur yang tidak melihat kegiatan
untuk menunjang mutu komunikasi dari rutin senam maupun mengaji sebagai hal yang
keterbukaan diri yang sudah dia miliki : menyenangkan, tetapi lebih kepada rutinitas,
bukan hal penting dari kegiatan rekreasi maupun
“Saya kan kesadaran sendiri ke sini, jadi saya suka sosialisasi :
tinggal di sini. Ada tempat tidur masing-masing,
lalu dapat lemari, kebon juga rapi. Saya juga selalu “Yah gitu deh, ada kegiatan yang biasa dilakukan,
dapat ijin kalau mau main ke PT (PJTKI) di senam ama ngaji. Yah biasa saja, diatur ama
Condet. Apalagi setiap tahun sekali selalu ada pengurus”
piknik. Tahun ini mau ke Ancol, ke Vihara orang
Budha. Bulan depan nih. kalo ke vihara orang Pendapat Muchtar sejalan dengan yang diutarakan
Buddha itu, dapet bingkisan dapet uang, tapi klo oleh Nafiatun dalam hal sosialisasi antar penghuni.
jalan-jalan biasa engga.. Tapi jalan-jalan biasa ada Adapun pendapat Mochtar adalah :
artisnya..naik bus, 2 bus” ungkap Nafiatun
menuturkan dengan mimik muka penuh bahagia. “Di sini emang kegiatan harian udah ada
Hal agak berbeda diungkapkan oleh Nur yang jadwalnya..kita gak dibiarinin kosong.. pagi-pagi
tidak merasa terlalu mendapat sesuatu yang kita sholat bersama terus dilanjutin ngaji sama
istimewa dari panti tersebut : olahraga.. nah mulai dari pagi itu kita jadi sering
ketemu sama yang lain.. kalau malam pun kita
“Ya kalau soal fasilitas panti ini, ibu mah cukup- nonton tv bareng-bareng walaupun gantia-gantian..
cukup saja dik, soalnya kan ibu sudah tua, jadi kalau lagi acaranya sinetron itu biasanya yang ibu-
mau apa lagi…ibu sih jarang ya keluar dari panti, ibu, kalau udah ada bola (pertandingan sepak bola
paling kalau ada acara jalan-jalan saja, baru deh di televisi ) itu bapak-bapaknya yang kumpul..”
keluar”
Dengan demikian dari uraian para informan, dapat
Menurut Muchtar fasilitas dan kenyamanan di dilihat bahwa para penghuni cenderung menyukai
Panti cukup baik karena ia sudah terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pengelola.
masuk ke panti lain sebelumnya, hal ini seperti Walaupun mungkin merasa sebagai rutinitas
yang diuraikan oleh Mochtar : namun para penghuni menilai tetap ada manfaat
dari kegiatan tersebut.
“ Sejak saya di sini saya cukup sering kok rekreasi
ke luar, tapi itu juga harus ada yang ngawasin. Sementara itu berkaitan dengan kunjungan para
Kalau untuk fasilitas, di sini bagus, dan cukup tamu maupun volunter ke Panti, ketiga informan
banyak, kalau dibandingin di tempat saya dulu di memiliki gambaran senada, mereka merasa senang
Cipayung. Kalau di sana (Cipayung) saya gak bisa dengan kunjungan tersebut, termasuk ketika
ngapa-ngapain. Kalau di sini selain fasilitas, berbincang-bincang dengan para tamunya.
pengurusnya juga buatin kita kegiatan harian.”
Nafiatun mengungkapkan : “Senang kalau ada
Berdasarkan informasi dari informan di atas, dapat yang kesini, trus ada acara di Aula, bisa nyanyi-
dilihat bahwa para penghuni Panti cukup merasa nyanyi, joget, ada bingkisan, seru lah pokoknya.
puas dengan fasilitas dan kenyamanan yanga ada Mahasiswa juga sering datang, itu yang dari
di Panti. sekolah keperawatan, sering ngajak ngobrol-
ngobrol. Enak”
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013 142

Nur pun mengungkapkan hal serupa : “Seneng Nur juga menjelaskan kondisi serupa : “Kalau
kalau ada acara di Aula, ramai, nyanyi segala. disini sih kebanyakan teman saya orang Jawa
Kalau mahasiswa juga sering datang, tuk ngobrol, semua sih ya, jadi ya pake bahasa jawa oke, pake
seneng juga” bahasa Indonesia oke. Jadi gak masalah”

Muhtar menggambarkan hal tidak jauh beda, Mochtar dalam hal ini melihat tidak ada masalah
bahwa ia sangat senang bila ada kunjungan tamu, dengan perbedaan suku dan bahsa karena asalnya
seperti yang ia uraikan : “ Kita yang tinggal di sini emang beda-beda. Hal ini sejalan dengan
paling seneng kalau ada yang tengok kita.. syukur- uraiannya : “ Disini itu kita semua kan bukan
syukur kalau keluarga, tapi kalau ada tamu yang orang asli sini. Saya aja misalnya dari Klaten, ini
dateng yang bukan siapa-siapa kita juga sangat pak Roy (teman akrab informan) asalnya dari
senang.. apalagi kalau pake acara kumpul bareng, Medan sana..emang gak ada yang asli sini..tapi
nyanyi...” kita semua jadinya ya temen aja..”

Sementara dari sisi kondisi kesehatan, dan Dari kondisi tersebut tampak persoalan sosialisasi
bagaimana mereka memperhatikan kesehatan antar anggota panti yang terdiri dari beragam suku
teman yang lain, tampak rata-rata mereka peduli tidak menjadi persoalan besar. Semua menjadi hal
dan memperhatikan satu sama lain, meski diri yang menyenangkan bagi mereka dalam upaya
mereka sendiri juga memiliki kelemahan maupun peningkatan mutu komunikasi mereka.
penyakit. Seperti yang diungkapkan Nafiatun :
“Di sini kalau ada yang sakit pasti saling
cerita. Lalu paling ya ke klinik, diobatin. Dianter V. KESIMPULAN
ke pengasuh.. Kalo ada suster..suster..kan nanti
suster, ditensi, ditanya keluahannya apa, baru Terdapat beberapa kesimpulan yang didapat dalam
diobatin. Masing-masing ya penyakitnya karena penelitian ini, yaitu : (1). Bagi penghuni panti
orang tua. Ada yang mag, suka pusing, atau ya asuhan, seseorang yang dipanggil sebagai
karena emosi saja....” keluarga masih merupakan orang yang memiliki
hubungan darah dengan penghuni (2). Terdapat
Nur mengungkapkan juga tentang pemahaman soal dua pola komunikasi yang ada dalam panti asuhan,
temannya yang memiliki masalah kesehatan : “ yaitu The Unbalanced Split Pattern dan The
Yang sering mengeluh sakit itu si Ibu Siti tuh, Monopoly Pattern. Untuk pola komunikasi The
sering pusing katanya, saya suruh rebahan aja Unbalanced Split Pattern dialami oleh informan
kalau udah pusing gitu kalo ibu mah ini nih, apa ketika berhubungan dengan sesama penghuni Panti
tuh mata ibu kaya kurang jelas gitu kalau ngeliat. Asuhan, sedangkan pola komunikasi The
Rabun dikit mungkin ya dik.” Monopoly Pattern dialami oleh informan ketika
berhubungan dengan pihak pengelola Panti
Secara umum, pendapat Mochtar tidak jauh Asuhan. (3). Dalam institusi seperti Panti Asuhan,
berbeda dengan lainnya, ia berpendapat : “ sesama penghuni sulit tercipta keterbukaan diri.
Karena kita di sini barengan tidurnya, jadi kita Proses keterbukaan diri ini dapat terjadi jika antara
sering liatin temen kita, siapa aja yang lagi sakit, penghuni sudah bersama-sama dalam waktu yang
siapa aja yang lagi sedih. Emang sih gak semuanya cukup lama dan penghuni panti memiliki konsep
kita bisa tau. Paling nggak yang temen akrab kita diri yang positif maupun menonjol. (4). Kegiatan
aja.. kalau saya ya si Pak Roy itu, dia yang sering sosialisasi antar penghuni, rekreasi di dalam dan
sakit..” luar panti, serta kehadiran maupun kunjungan para
volunter, menjadi hal yang mendukung
Serupa dengan hal memperhatikan teman lain, peningkatan mutu komunikasi para lansia.
diantara mereka meski beragam suku bangsa dan
bahasa, tetapi tetap saling menghargai dan mampu
berkomunikasi dengan baik, seperti disampaikan DAFTAR PUSTAKA
Nafiatun : “ Di sini banyak dan beragam sukunya,
banyak.. Ada dari Kalimantan, Sumatra, NTT. [1] Devito, Joseph A., 2001. The Interpersonal
Tapi kita ngobrol pake bahasa Indonesia. Engga, Communication Book. New York : Longman.
gak ada masalah, di sini bahasa apa aja ada cuma [2] Griffin, EM. 2006. A First Look at Communication
bahasa Madura gak ada..hehehehe karena saya Theory. Sixth Edition. New York : McGraw-Hill.
orang Madura.”
143 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 2, September 2013

[3] Lasswell, N & Lasswell, T. 1987. Marriage and [7] S. L., &Moss, S. 2003. Human communication:
The Family. California : Publishing Company Principles and contexts (9th Ed.). New York :
[4] Littlejohn, Stephen W. 2002. Theories of Human McGraw-Hill
Communication. Seventh Edition, USA : [8] Bedney, Barbara Joyce. , Robert Bruce Goldberg a
Wadsworth Group & Kate Josephson. 2010. Aging in Place in
[5] Ruben, Brent D., Lea P. Stewart. 2006. Naturally Occurring Retirement Communities:
Communication And Human Behavior. Fifth Transforming Aging Through Supportive Service
Edition. USA: Pearson Education, Inc. Programs; Journal of Housing For the Elderly,
[6] Segrin, Chris. 2005. Family Communi-cation. December 3, 2010. UK: Routledge
USA: Lawrence Erlbaum Associates , Inc., [9] Valentina, Njuguna and David Kariuki. 2012. Role
Publishers Tubbs, of Communication Competence in elderly care : A
carers’ perspective. Arcada Publication, 24 April
2012. Finland: Arcada University.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai