Anda di halaman 1dari 5

TUMOR OTAK

Dosen Pengampuh : Ns. Riskan Djafar S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh
Tiara Riska Dilapanga 1901024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH MANADO
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020-2021
Penyakit tumor otak adalah pertumbuhan sel otak yang abnormal di dalam atau di sekitar
otak secara tidak wajar dan tidak terkendali. Glioma merupakan jenis tumor yang paling banyak
ditemui dan memiliki tingkat kematian yang tinggi, sekitar 6 kasus per 100.000 pasien setiap
tahunnya menderita glioma. Tumor otak menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan,
salah satu jenis yang paling banyak ditemukan adalah glioma sekitar 6 dari 100.000 pasien adalah
penderita glioma. Citra digital melalui Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan salah
satu metode untuk membantu dokter dalam menganalisa dan mengklasifikasikan jenis tumor
otak. Namun, klasifikasi secara manual membutuhkan waktu yang lama dan memiliki resiko
kesalahan yang tinggi, untuk itu dibutuhkan suatu cara otomatis dan akurat dalam melakukan
klasifikasi citra MRI. Convolutional Neural Network (CNN) menjadi salah satu solusi dalam
melakukan klasifikasi otomatis dalam citra MRI. CNN merupakan algoritma deep learning yang
memiliki kemampuan untuk belajar sendiri dari kasus kasus sebelumnya. Dan dari penelitian
yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa CNN mampu dalam mengenali jenis tumor otak
dengan tingkat keberhasilan rata-rata diatas 90%. Peningkatan akurasi diperoleh dengan
mengembangkan algoritma CNN baik melalui menentukan nilai kernel dan/atau fungsi aktivasi.1
Pada penelitan sebelumnya yang dilakukan oleh Yeni Lestari Nst, dkk yang berjudul
Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Tumor Otak Menggunakan Metode Certainty
Factor(CF) telah dilakukan atau dibuat sebuah sistem yang sama yaitu sistem pakar diagnosis
tumor otak dengan menggunakan metode yang sama yaitu Certainty Factor. Pada jurnal tersebut,
penulis menyebutkan mengenai jenis – jenis dari tumor otak, akan tetapi sistem yang dibangun
belum bisa menjawab mengenai jenis tumor otak apa yang dialami oleh pasien tersebut. Akan
tetapi, pada contoh kasus yang diambil telah membantu pembaca untuk mengetahui proses
perhitungan CF yang dilakukan (Yeni Lestari Nst, 2017). Selain itu pada penelitian lain dengan
menggunakan metode yang sama yang dilakukan oleh Hartatik, pada jurnalnya yang berjudul
Diagnosa Penyakit Pulmonary Tuberculosis dan Extrapulmonary Tuberculosis Menggunakan
Algoritma Certainty Factor(CF) telah menerapkan CF dalam penentuan jenis TBC yang dialami
oleh seorang pasien.2

1
Ida Bagus Leo Mahadya Suta, Rukmi Sari Hartati, and Yoga Divayana, “Diagnosa Tumor Otak Berdasarkan Citra
MRI (Magnetic Resonance Imaging),” Majalah Ilmiah Teknologi Elektro 18, no. 2 (2019): 149–53.
2
Kiki Dwi Prebiana and Luh Gede Astuti, “Penerapan Metode Certainty Factor (CF) Dalam Pembuatan Sistem Pakar
Diagnosis Penyakit Tumor Otak,” Jurnal Elektronik Ilmu Komputer Udayana P-ISSN 2301 (n.d.): 5373.
Perpindahan cairan melewati sawar darah otak (blood brain barrier/BBB) ditentukan oleh
perbedaan osmolaritas total. Bila osmolalitas plasma berkurang, perubahan osmotik akan
mendorong air ke jaringan otak. Bahkan, perubahan osmolalitas plasma yang kecil (kurang dari
5%) meningkatkan kandungan air otak dan tekanan intrakranial. Cairan yang mengandung
natrium bebas yang lebih kecil dari natrium plasma, ketika diberikan dalam jumlah banyak, akan
mengurangi osmolalitas plasma, mendorong air melewati BBB ke dalam jaringan otak, dan
meningkatkan kandungan air dalam otak serta tekanan intrakranial. Banyak peneliti yang
mengemukakan fakta bahwa Ringer Laktat (RL) yang digunakan sebagai larutan intravena, tidak
betul-betul isotonik. Pemberian RL pada pasien bedah saraf dibatasi karena hipoosmoler bila
dibandingkan dengan osmolaritas plasma. Oleh karena itu, pasien dengan gangguan otak
biasanya mendapatkan cairan yang mengandung NaCl 0,9% dengan osmolaritas 308 mOsm/L
sebagai cairan dasar dan penggantian puasa. Penting untuk diingat bahwa pemberian NaCl 0,9%
dalam jumlah besar dapat menginduksi asidosis metabolik hiperkloremik tergantung dosisnya.3-
5 Untuk mengurangi terjadinya hal tersebut di RSUP. Dr. Hasan Sadikin digunakan kombinasi 3
NaCl 0,9%: 1 RL. NaCl 0,9% mempunyai osmolaritas 308 mOsm/l dan RL mempunyai
osmolaritas 274 mOsm/l. Penggunaan kombinasi kedua larutan kristaloid tersebut dengan
perbandingan tiga banding satu secara perhitungan matematis akan didapatkan osmolaritas 299
mOsm/l, dengan kandungan elektrolit natrium 148 mmol/L dan klorida 142,5 mmol/L.3
Tumor otak terus mengalami peningkatan insidensi selama satu dekade terakhir di
beberapa negara.Angka harapan hidup penderita tumor otak seperti glioma dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu usia, stadium, jenis histo PA, ada atau tidaknya defisit neurologi dan modalitas
terapi.4
Aplikasi Nuclear Magnetic Resonance (NMR) dalam bidang biomedis dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu Magnetic Resonance Imaging dan Magnetic Resonance
Spectroscopy. Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan prosedur atau metode
pemeriksaan non invasive menggunakan resonansi magnetik untuk mengetahui lokasi secara
anatomis dari suatu kelainan patologis, Sedangkan Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS)
adalah suatu prosedur pemeriksaan non invasif menggunakan resonansi magnetik untuk
3
Fardian Martinus, Iwan Fuadi, and Tatang Bisri, “Perbandingan Osmolaritas, Kadar Natrium Dan Klorida Plasma
Setelah Pemberian NaCl–RL (3: 1) Dengan Ringerfundin Pada Pasien Tumor Otak,” Jurnal Neuroanestesi Indonesia
3, no. 1 (2014): 1–7.
4
Ellysabet Dian YVS, Indri Windarti, and Ari Wahyuni, “Karakteristik Klinik Dan Histopatologi Tumor Otak Di
Dua Rumah Sakit Di Kota Bandar Lampung,” Jurnal Majority 3, no. 4 (2014).
membandingkan komposisi kimiawi antara jaringan normal dan jaringan yang tidak normal.
Pemeriksaan MRS dilakukan untuk mendiagnosa kelainan berupa tumor, epilepsi dan perubahan
jaringan yang mungkin terjadi pada pasien-pasien stroke. 5

5
Putri Susilowati and Widya Nurmayanti, “Analisis Prosedur Pemeriksaan Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS)
Pada Kasus Tumor Otak,” Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD) 6, no. 2 (2020): 86–90.
DAFTAR PUSTAKA

Martinus, Fardian, Iwan Fuadi, and Tatang Bisri. “Perbandingan Osmolaritas, Kadar Natrium
Dan Klorida Plasma Setelah Pemberian NaCl–RL (3: 1) Dengan Ringerfundin Pada
Pasien Tumor Otak.” Jurnal Neuroanestesi Indonesia 3, no. 1 (2014): 1–7.
Prebiana, Kiki Dwi, and Luh Gede Astuti. “Penerapan Metode Certainty Factor (CF) Dalam
Pembuatan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Tumor Otak.” Jurnal Elektronik Ilmu
Komputer Udayana P-ISSN 2301 (n.d.): 5373.
Susilowati, Putri, and Widya Nurmayanti. “Analisis Prosedur Pemeriksaan Magnetic Resonance
Spectroscopy (MRS) Pada Kasus Tumor Otak.” Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD) 6, no.
2 (2020): 86–90.
Suta, Ida Bagus Leo Mahadya, Rukmi Sari Hartati, and Yoga Divayana. “Diagnosa Tumor Otak
Berdasarkan Citra MRI (Magnetic Resonance Imaging).” Majalah Ilmiah Teknologi
Elektro 18, no. 2 (2019): 149–53.
YVS, Ellysabet Dian, Indri Windarti, and Ari Wahyuni. “Karakteristik Klinik Dan Histopatologi
Tumor Otak Di Dua Rumah Sakit Di Kota Bandar Lampung.” Jurnal Majority 3, no. 4
(2014).

Anda mungkin juga menyukai