Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radioterapi merupakan suatu metode pengobatan kasus keganasan

(kanker) dengan memanfaatkan radiasi pengion untuk membunuh dan

menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Dengan menggunakan radiasi

sinar yang dapat menimbulkan ionisasi dalam jaringan. Sinar dibagi atas

gelombang elektromaknetik dan partikel. Jenis sinar yang digunakan dalam

dunia medis adalah sinar x, sinar gamma, dan elektron (Susworo, 2007).

Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel yang tidak terkontrol.

Hal ini dapat mempengaruhi hampir semua bagian tubuh. Pertumbuhan

sering menyerang jaringan sekitarnya dan bisa bermetastasis ke tempat yang

jauh. Banyak kanker dapat dicegah dengan menghindari paparan faktor risiko

umum, seperti asap rokok. Selain itu, sejumlah besar kanker dapat

disembuhkan, dengan operasi, radioterapi atau kemoterapi, terutama jika

terdeteksi dini (WHO, 2017).

Metastasis otak adalah manifestasi umum keganasan yang menyebar.

Pada orang dewasa, paru-paru, (36-40%), kanker payudara (15-25%) dan

melanoma kulit (5-20%) merupakan sumber metastasis otak yang paling

umum. Dan yang jarang terjadi pada kolon, dubur, ginjal, prostat, testis,

kanker ovarium dan sarkoma. Lesi serebral, terutama terletak di belahan otak

(80%) besar, serebelum (15%), di batang otak (5%), sangat jarang terjadi di

ganglia basal, kelenjar pineal atau hipofisis (G Biswas, 2006).

1
2

Tingkat kejadian metastasis otak dalam penelitian berbasis populasi

berkisar antara 8,3 sampai 14,3 per 100.000 orang. Telah terjadi peningkatan

kejadian metastase otak dari waktu ke waktu, kemungkinan sebagai akibat

peningkatan masa bertahan pasien kanker secara keseluruhan, metode

diagnostik yang lebih sensitif, dan peningkatan kejadian kanker yang relatif

sebagai populasi (Pekmezci M, 2013).

Pengobatan penyakit kanker dilakukan antara lain dengan

pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Radiasi eksterna pada umumnya

diberikan dengan modalitas Linier Acelerator (Linac). Dimana radiasi

eksternal merupakan metode pemberian radiasi dengan sumber radiasi

terletak pada jarak tertentu dari tubuh pasien (Susworo, 2007).

Radioterapi pada metastasis otak merupakan pengobatan paliatif

terpilih karena dinilai kurang invasif, kemoterapi juga salah satu pengobatan

pada matastasis otak namun seringkali terhambat akibat penembusan yang

rendah untuk menembus sawar darah otak (PNPK, 2015). Sebelum radiasi

dimulai pemberian kortikosteroid dianjurkan untuk mengurangi sembab

sehingga dapat menurunkan gejala peningkatan tekanan intracranial. Whole

Brain Radioterapy (WBRT) merupakan satu-satunya metode pengobatan

radiasi pada metastasis otak (Susworo, 2017).

Kemajuan teknologi memungkinkan penggunaan teknik seperti “Three

dimensional Conformal Radiotherapy” (3D-CRT) dimana penggunaannya

memberikan keuntungan dalam pemberian dosis optimal pada tumor dengan

toksisitas minimal pada jaringan normal disekitarnya. Penggunaan teknik 3D-

CRT mengharuskan akurasi yang tinggi dalam pelaksanaannya. Sesuai

dengan panduan International Commission on Radiation Units and


3

Measurements-50 (ICRU), tumor primer atau Gross Tumor Volume (GTV)

dan daerah yang potensial terdapat ekstensi tumor secara mikroskopis atau

Clinical Target Volume (CTV) harus mendapatkan dosis yang optimal.

Penggunaan teknologi Linac untuk pengobatan kanker di Indonesia

mulai bertambah jumlahnya seiring dengan kebutuhan pelayanan radiasi

eksternal dan bertambahnya fasilitas radioterapi baru. Berbagai jenis

kelengkapan utama pesawat Linac antara lain, jumlah energi photon dan

elektron, Multileaf Collimator (MLC), komputer control treatment planning

system (TPS). MLC dan TPS dapat mengoptimalkan aplikasi radiasi

eksternal, karena dengan MLC dapat membentuk ukuran sesuai bentuk

tumor, conformal yang akan di radiasi dan melindungi organ at risk (OAR)

(Suhartono, 2014).

Teknik penyinaran untuk kasus Metastasis Otak di Rumah Sakit Ken

Saras pada umumnya mengunakan teknik 3D-CRT dengan radiasi seluruh

otak/whole brain radiation therapy (WBRT) dalam penyinarannya. Teknik

tersebut menggunakan 2 lapangan radiasi yang berlawanan dari sisi kanan

dan kiri pasien, dengan menghindari radiasi pada mata. Dosis radiasi 3000

cGy diberikan dalam 10 fraksi atau dosis radiasi 4000 cGy yang diberikan

dalam 20 fraksi, 5 fraksi perminggu dan jeda waktu dua hari diperbolehkan

untuk pemulihan jaringan sehat (Budiyono, 2016).

Namun beberapa kasus metastasis otak di Instalasi Radioterapi Rumah

Sakit Ken Saras dalam penyinarannya dengan menggunakan teknik 3DCRT

tanpa menggunakan MLC sesuai dengan ketersediaan modalitas.


4

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mangkaji suatu judul

yakni, “Tatalaksana Penyinaran Radiasi Eksterna Pada Metastasis Otak

dengan Teknik 3D-CRT tanpa menggunakan MLC Di Instalasi

Radioterapi Rumah Sakit Ken Saras”.

A. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan proposal ini,

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga akan terfokus

pada pokok pembahasan yakni:

1. Bagaimana tatalaksana penyinaran radiasi eksterna pada metastasis

otak dengan teknik 3D-CRT tanpa menggunakan MLC di Instalasi

Radioterapi Rumah Sakit Ken Saras?

2. Bagaimana optimalisasi penyinaran metastasis otak dengan teknik 3D-

CRT tanpa menggunakan MLC di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit

Ken Saras?

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tatalaksana penyinaran radiasi eksterna pada

metastasis otak dengan teknik 3D-CRT tanpa menggunakan MLC di

Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Ken Saras.

2. Untuk mengetahui optimalisasi penyinaran metastasis otak dengan

teknik 3D-CRT tanpa menggunakan MLC di Instalasi Radioterapi

Rumah Sakit Ken Saras.


5

C. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan wawasan tentang penatalaksanaan

penyinaran radiasi eksterna pada metastasis otak dengan teknik 3D-

CRT tanpa menggunakan MLC di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit

Ken Saras serta sebagai referensi bagi penulis lainnya dengan tema

yang sama.

2. Manfaat Praktis

Memberi masukkan informasi mengenai optimalisasi penyinaran

metastasis otak dengan teknik 3D-CRT tanpa menggunakan MLC,

sehingga dapat meningkatakan kualitas harapan hidup penderita

metastasis otak.

D. Keaslian Penelitian

Kajian serupa yang pernah di lakukan:

1. Budiyono (2016) “Treatment planning systems for external whole

brain radiation therapy: With and without MLC (multi leaf collimator)

optimization”. Penelitian yang dilakukan Budiyono yakni

membandingkan TPS untuk radiasi seluruh otak dengan penggunaan

MLC dan tanpa MLC. Perbedaan penelitian yang penulis lakukan,

dimana penulis lebih mengarah ke tatalaksana penyinarannya.

2. A Tanyi, A dkk. (2011) “Impact of the high-definition multileaf

collimator on linear accelerator based intracranial stereotactic

radiosurgery”. Penelitian tersebut membahas dampak MLC pada


6

dosimetri dan menggunakan teknik stereotactic radiosurgery

sedangkan penulis menggunakan teknik 3D-CRT, persamaannya

penelitian terletak pada MLC di pesawat eksterna linear accelerator.

Anda mungkin juga menyukai