Anda di halaman 1dari 8

PENATALAKSANAAN TEKNIK PENYINARAAN KANKER PARU

MENGGUNAKAN TEKNIK 3D-CRT DI RSUP PERSAHABATAN

Deliza Wahyuni 1, Anton Suhendar 2 , Eka Syarif Putra 3

1
Mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes
Jakarta II
Jl. Hang Jebat III/F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12120
2
Instruktur Instalasi Radioterapi RSUP Persahabatan
Jl. Persahabatan Raya No.1, Pulo Gadung, Jakarta Timur, 13230
3
Dosen Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Jl. Hang Jebat III/F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12120

Email : delizawahyuni21@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan : Perkembangan teknik radioterapi terus berkembang, salah satunya adalah teknik 3
Dimensional Radiatioan Therapy (3D-CRT), dimana lapangan radiasi dibentuk irregular sesuai
bentuk tumor. Di Instalasi Radioterapi RSUP Persahabatan untuk kasus kanker paru penyinaran
radiasi menggunakan teknik 3D-CRT.
Tujuan : Mendeskripsikan prosedur teknik radioterapi 3 Dimensional Radiation Therapy pada
kasus kanker paru di Instalasi Radioterapi RSUP Persahabatan.
Metode dan Material : Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif di Instalasi Radioterapi
RSUP Persahabatan pada bulan Maret 2019 dengan satu sampel kasus kanker paru teknik 3D-
CRT. Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi yaitu dengan melakukan
pengamatan secara langsung dan mencatat hasil pengamatan tersebut pada lembar kerja.
Hasil : Prosedur penatalaksanaan radiasi eksterna kasus kanker paru yang dilakukan meliputi
prosedur persiapan pasien, persiapan alat dan bahan yang digunakan selama proses radiasi, proses
di CT-Simulator, proses perencanaan penyinaran di Treatment Planning System (TPS), dan
terakhir proses positioning, set-up, verifikasi dan treatment delivery dilakukan oleh radioterapis
diruang penyinaran.
Kesimpulan : Prosedur teknik radioterapi 3D-CRT pada kasus kanker paru di Instalasi
Radioterapi RSUP Persahabatan sudah sesuai SOP yang berlaku di instalasi radioterapi tersebut.
Prosedur dimulai dengan konsultasi kedokter onkologi radiasi, pembuatan alat immobilisasi,
dilakukannya CT Simulasi, planning radiasidi ruang Treatment Planning System, proses verifikasi,
dan treatment delivery.

Kata Kunci : Radioterapi, Kanker Paru, Teknik Dimensional Radiation Therapy


ABSTRACT
Introduction : The development of radiotherapy techniques continues to develop, which one is
the technique of irradiation of 3 Dimensional Radiation Therapy (3D-CRT), where the radiation
field is formed irregularly according to the shape of the tumor. In Radiotherapy Installation of
RSUP Persahabatan, in the case of lung cancer irradiation using 3D-CRT technique.
Objective : This research aims to find and describe radiotherapy techniques of 3 Dimensional
Radiation Therapy in cases of lung cancer in Radiotherapy Installation of RSUP Persahabatan.
Methods and Materials: The design of this study was qualitative descriptive in Radiotherapy
Installation of RSUP Persahabatan on March 2019 with one sample of lung cancer cases using 3D-
CRT technique. The method of collecting data by making observations is by making direct
observations and checking the results of the examination on the worksheet.
Results: The procedures for managing external radiation for lung cancer cases include patient
preparation procedures, preparation of tools and materials used during the radiation process, CT-
Simulator process, irradiation planning process in the Treatment Planning System (TPS), and
finally the positioning process, set-up, verification and treatment delivery is carried out by the
radiotherapist in the irradiation room
Conclusion : The procedure for 3D-CRT radiotherapy in lung cancer cases in Radiotherapy
Installation in RSUP Persahabatan is in accordance with the SOP that applies in the radiotherapy
installation. The procedure starts with consulting a radiation oncology doctor, making
immobilization equipment, doing CT Simulation, planning radias in the Treatment Planning
System room, verification process, and treatment delivery.

Keywords : Radiotherapy, Lung Cancer, 3 Dimentional Radiation Therapy Technique

PENDAHULUAN

Kanker paru merupakan tumor ganas yang berkembang pada sistem


pernapasan bagian bawah, termasuk sel-sel di dinding Bronkus dan Bronkiolus.
Kanker paru tetap menjadi penyebab utama timbulnya kanker dan kematian,
dengan 2,1 juta kasus kanker paru-paru baru dan 1,8 juta kematian diperkirakan
pada 2018 mewakili hampir 1 dari 5 (18,4%) kematian akibat kanker. Kanker ini
lebih rentan terjadi pada pria dibandingkan wanita. (1).

Radioterapi berperan cukup besar pada penatalaksanaan kanker paru


sebagai kombinasi dengan pembedahan dan kemoterapi. Radioterapi merupakan
salah satu modalitas utama dalam penatalaksanaan berbagai kasus kanker dengan
menggunakan sinar pengion(2). Prinsip radioterapi adalah memberikan dosis
radiasi maksimal pada tumor dan minimal pada organ sehat atau sensitif disekitar
tumor(3). Radioterapi menjadi salah satu metode pengobatan penting untuk
membunuh kanker dan merupakan terapi non-bedah terpenting untuk pengobatan
kuratif kanker(4). Ada dua teknik pemberian radiasi, pertama sumber radiasi
berasal dari luar tubuh pasien dengan menggunakan mesin khusus, yang dikenal
dengan radioterapi eksternal (External Beam Radiation Therapy-EBRT) dan yang
kedua dengan menempatkan sumber radioaktif dalam tubuh pasien
(Brachytherapy)(5). Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif
atau paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi
neoadjuvan untuk stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak
jarang menjadi alternatif terapi kuratif.

Dengan perkembangan teknologi, teknik radioterapi terus berkembang. Di


RSUP Persahabatan relatif menggunakan teknik 3D-CRT untuk melakukan
penyinaran. Teknik Three-Dimensional Conformal Radiation Therapy (3D-CRT)
merupakan teknik yang dimana lapangan radiasi dibentuk iregular sesuai bentuk
tumor dengan penggunaan CT Scan pada TPS (Treatment Planning System)
sehingga bentuk tumor dapat ditentukan secara 3 dimensi. Teknik 3D-CRT
memperbaiki berbagai macam kelemahan teknik 2D-ERT. Keuntungan teknik
3D-CRT ini adalah dapat memberikan dosis hantaran sinar radiasi tepat dan
akurat pada volume target masa kanker dengan paparan radiasi yang relatif rendah
pada jaringan normal di sekitar masa kankernya. Namun demikian teknik 3D-
CRT ini memerlukan interpretasi pencitraan yang baik, imobilisasi pasien, serta
keakuratan perencanaan pada saat pemberian dosis penyinarannya.(5)

Berdasarkan uraian di atas perlu dikaji ulang mengenai penalaksanaan


terapi radiasi eksterna kasus kanker paru menggunakan teknik 3D-CRT di
Instalasi Radioterapi RSUP Persahabatan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian laporan kasus ini bersifat deskriptif kualitatif yang


mendeskripsikan serta pengamatan tentang penatalaksaan yang diteliti dan
disajikan berupa penjelasan maupun gambaran radioterapi pada kasus kanker
paru. Tempat penelitian dilakukan di Instalasi Radioterapi RSUP Persahabatan
pada bulan Maret 2019. Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien kanker
paru di Instalasi Radioterapi RSUP Persahabatan. Sampel yang digunakan yaitu
satu pasien kasus kanker paru dengan teknik 3D-CRT pada bulan Maret 2019.
Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi yaitu dengan melakukan
pengamatan secara langsung dan mencatat hasil pengamatan tersebut pada lembar
kerja. Pengolahan data dalam penelitian ini dengan mendeskripsikan prosedur
pelaksanaan terapi radiasi eksterna pada pasien kasus kanker paru dengan teknik
3D-CRT di Instalasi RSUP Persahabatan.

Adapun alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah pesawat CT


Simulator merk CT Toshiba Aquilion 16 Slice dengan spesifikasi : Kondisi
maksimal 135 kV dan 500 mAs, memiliki gantry, meja CT Simulator datar (flat),
control panel, laser field positioning (3 point) dengan moving laser, kaca Pb pada
ruang control, dan hole diameter gantry 90 cm. Pesawat LINAC (Linear
accelelator) merk Elekta type Precise dengan spesifikasi memiliki energi elektron (6
MeV, 9 MeV, 12 MeV, 15 MeV, 18 MeV, 20 MeV); Energi Foton (6 MV dan
10MV); Memiliki perlengkapan verifikasi 3D (3 dimesi) yaitu EPID (Electric
Portal Image Device). Perangkat Treatment Planning System, serta alat
imobilisasi berupa bantal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di Instalasi RSUP Persahabatan pada pasien


Sdr.K usia 20 tahun dengan kasus Karsinoma paru, jenis pengobatan dengan
tujuan kuratif, rencana radiasi 30 x 200 cGy, menggunakan energi foton 10 mV
dan teknik penyinaran 3D-CRT.

Persiapan pasien yang dilakukan pasien datang pertama kali ke loket


administrasi sebagai pasien baru untuk dibuatkan kartu pasien RSUP
Persahabatan. Setelah melakukan pendaftaran, pasien diarahkan menuju ruang
Radioterapi. Pasien datang ke ruang Radioterapi dengan membawa surat
pengantar/rujukan radioterapi dari RS internal maupun eksternal. Pasien harus
membawa data pendukung : hasil Patologi Anatomi (PA), hasil pemeriksaan
laboratorium, hasil pemeriksaan penunjang di radiologi (MRI, CT-Scan, PET-
Scan, bone scan, USG, dll). Setelah data-data penunjang diagnosis lengkap, lalu
perawat radioterapi mengintruksikan pasien untuk diarahkan untuk ke ruang
poliklinik untuk konsultasi dengan dokter onkologi radiasi. Di poliklinik, dokter
onkologi radiasi melakukan anamnesa terhadap pasien, dilakukan evaluasi dari
hasil pemeriksaan penunjang, status rekam medis pasien, mengkaji ulang stadium
(staging) dengan melakukan pemeriksaan fisik disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan penunjang yang ada, menentukan tujuan pengobatan
(kuratif/paliatif), melakukan penandatanganan surat persetujuan untuk dilakukan
penyinaran radiasi, kemudian pasien dijadwalkan untuk dilakukan simulasi dan
penyinaran.
Pasien datang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan untuk
melakukan simulasi penyinaran dengan CT- Simulator. Di CT Simulator Pasien
dibuatkan alat fiksasi/imobilisasi, lokalisasi target penyinaran. Radioterapis
menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan selama proses simulasi berlangsung,
diantaranya adalah alat fiksasi bantal AP, lockbar, micropore, dan spidol.

Gambar 1. CT-Simulator Gambar 2. Micropore

Gambar 3. Bantal Fiksasi Gambar 4. Spidol permanent merah


dan biru

Radioterapis / petugas CT-Simulator memberikan intruksi kepada pasien


agar tidur berbaring / supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi kepala
berada di atas bantal Fiksasi untuk memberikan kenyamanan dan mengurangi
pergerakan pasien. Atur Laser Horizontal pada Mid Coronal Line (MCL) kepala
pasien. Atur Laser Vertikal pada Mid Sagital Line (MSL) kepala pasien. Gambar
titik reference sesuai pada pertemuan ke tiga titik laser dengan spidol warna biru
di tubuh pasien. Letakkan marker tembaga di tiga titik referensi sebagai panduan
pada saat pergeseran titik isosenter yang sebenarnya (titik isosenter lapangan
radiasi setelah virtual simulasi oleh Fisikawan Medis dan Dokter Onkologi).
Lakukan scanning dengan mengatur batas atas dan batas bawah scanning. Batas
atas adalah Symphysis menti dan batas bawah adalah Lumbal 3. Setelah selesai
scanning, ambil marker yang menempel pada tubuh pasien, meja pemeriksaan
diturunkan, pasien diperbolehkan pulang dan kembali saat penjadwalan
penyinaran. Pada lembar simulasi, petugas Radioterapis menuliskan posisi pasien
dan alat bantu yang digunakan. Kemudian status pasien dan hasil scanning CT-
Simulator dikirim ke TPS dengan menggunakan software DICOM.
Di ruang Treatment Planning System (TPS), Dokter Onkologi melakukan
proses contouring target GTV, CTV, PTV dan Organ at Risk (OAR) disekitar
area target. Hasil TPS akan disesuaikan dari simulasi hanya berupa instruksi
perpindahan posisi laser pada titik reference ke posisi isosenter. Posisi isosenter
beam ini yang akan dijadikan acuan set up di ruang penyinaran Linac. Setelah itu
Fisikawan Medis membuat planning penyinaran dengan forward planning,
dimana komputer melakukan perhitungan setelah memasukan dose constrain
(dosis yang diminta) untuk target (GTV, CTV, PTV) & dosis untuk organ yang
dilindungi (OAR) dalam bentuk kurva isodosis, kemudian algoritma TPS akan
mencari field planning yang sesuai dengan batas dosis yang ditentukan. Fisikawan
medis menentukan sudut gantry, sudut kolimator, lapangan penyinaran, besarnya
nilai Monitor Unit perlapangan, energi tiap lapangan penyinaran, kalkulasi dan
analisis Dose Volume Hystogram (DVH).
Setelah planning di TPS selesai dibuat, data hasil planning dikirim ke
ruang penyinaran. Di ruang penyinaran ada beberapa tahapan yang dilakukan
dimulai dari set-up, verfikasi dan treatment delivery. Sebelum dilakukan
penyinaran cari nama pasien pada komputer yang terhubung oleh pesawat Linac
dan komputer yang berada di ruang Linac. Lalu cek nama pasien, No RM dan
tanggal lahir pasien terlebih dahulu apakah sama atau tidak yang di status pasien.
Radioterapis terlebih dahulu mempersiapkan alat fiksasi apa saja yang digunakan
pada Set-up note. Setelah semuanya sudah dipersiapkan, pasien diinstruksikan
memasuki ruangan Linac.
Gambar 5. Pesawat Linac Elekta Gambar 6. Posisi pasien di ruang Linac

Pasien diposisikan sama seperti pada saat simulasi, posisi pasien supine di
atas meja pemeriksaan dengan tangan di atas kepala. Atur posisi meja lateral,
longitudinal dan vertical sesuaikan set up laser dengan tanda yang ada pada tubuh
pasien yang sudah dibuat saat simulasi. Untuk penyinaran pertama dilakukan
verifikasi terlebih dahulu menggunakan EPID (Elektronic Portal Image Device)
pada posisi AP dan Lateral untuk memastikan posisi target tumor yang sudah
ditentukan yang dilakukan oleh Dokter Onkologi. Setelah selesai verifikasi, hasil
verifikasi yang dilakukan oleh dokter akan menghasilkan nilai berupa nilai dari
posisi awal meja pemeriksaan (couch), selanjutnya Radiotherapist akan
menggeser arah vertikal, longitudinal, maupun lateral. Apabila semua telah
selesai, pemberian terapi radiasi dapat dilakukan dengan teknik 3D-CRT
menggunakan 5 lapangan penyinaran yaitu pada sudut gantry 0°, 87.9°, 170°,
270°, 347°.
KESIMPULAN

Dari penelitian penatalaksanaan terapi radiasi eksterna kasus kanker paru


dengan teknik 3D-CRT di Instalasi Radioterapi RSUP Persahabatan prosedur
persiapan pasien sebelum dan sesudah penyinaran sesuai dengan SOP dan teori.
Prosedur saat berada di Poliklinik, CT Simulator, TPS, dan di ruang penyinaran
sudah sesuai dengan teori dan SOP RSUP Persahabatan. Saat proses penyinaran
pertama tidak terdapat perbedaan, sudah sesuai dengan teori dan SOP di Instalasi
Radioterapi RSUP Persahabatan dan prosedur saat proses penyinaran pasien pun
sesuai SOP Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, karena
semua hasil data yang telah dihitung di ruang TPS dengan proses di ruang
penyinaran Linac telah sesuai, gambaran lapangan yang didapatkan tepat
dengan letak tumor yang di sinar, dan terhindar dari hotspot sehingga sesuai
dengan prinsip radioterapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bray F, Ferlay J, Soerjomataram I. Global Cancer Statistics 2018 :


GLOBOCAN Estimates of Incidence and Mortality Worldwide for 36
Cancers in 185 Countries. 2018;394–424.
2. Mayles P, Nahum A, Rosenwald JC. Handbook of Radiotherapy Physics.
2007. 1425 p.
3. Susworo R, Kodrat H. Dasar-dasar Radioterapi Tata Laksana Radioterapi
Penyakit Kanker. 2017. 342 p.
4. Fitriatuzzakiyyah N, Sinuraya RK, Puspitasari IM. Terapi Kanker dengan
Radiasi : Konsep Dasar Radioterapi dan Perkembangannya di Indonesia.
2017;6(4):311–20.
5. Dwikuntari L, Setijadi AR, Hendrik. External Beam Radiation Therapy
Pada Kanker Paru. 2017;02(02).

Anda mungkin juga menyukai