Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah melakukan observasi mengenai reiradiasi pada kasus kanker

serviks rekuren lokal pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi

Semarang didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Ilustrasi Kasus

a. Identitas Pasien

Nama pasien : Ny. Y

Umur : 55 th

Alamat : Kudus

No. Rekam medis : Cxxx

Diagnosa : Kanker serviks rekuren lokal

Stadium : IIIB (Rekuren)

Ukuran tumor : 4.69 x 4.47 cm (Hasil USG)

b. Riwayat Pasien

Sebelumnya pada tahun 2016 pasien pernah dilakukan

penyinaran radiasi eksterna dan brakhiterapi, dilakukan radiasi

eksterna menggunakan pesawat Cobalt 60 dengan dosis yang

digunakan 25 X 2 Gy. Pada tahun 2017 pasien mengalami rekuren

lokal pasien melakukan pengobatan kemoterapi, pada tahun ini

dengan pertimbangan dokter memutuskan melakukan penyinaran

kembali. Pasien dijadwalkan pada tanggal 14 Juni 2019 dilakukan

simulator menggunakan CT Simulator. Kemudian, selanjutnya data

dikirim untuk dilakukan conturing dan dihitung di TPS (Treatment

46
47

Planning System), Pada tanggal 21 Juni 2019 pasien dilakukan

verifikasi dan penyinaran menggunakan pesawat LINAC dengan

Teknik IMRT, dilakukan persiapan pasien kandung kemih penuh dan

dosis yang digunakan 20 x 2Gy.

2. Reiradiasi pada kasus kanker serviks rekuren lokal pasca radioterapi di

Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

a. Konsultasi Dokter Spesialis Onkologi Radiasi

Pasien datang ke Unit Radioterapi RSUP Dr. Kariadi Semarang

untuk melakukan konsultasi dengan dokter spesialis onkologi radiasi.

Kondisi umum pasien akan diperiksa oleh dokter spesialis onkologi

radiasi berupa hasil klinis dan laboratorium, dokter juga akan

menentukan tindakan radiasi yang akan direncanakan untuk pasien.

Selanjutnya dokter akan melakukan edukasi tentang tindakan radiasi

yang akan direncanakan terhadap pasien, pasien dilakukan radiasi

menggunakan teknik IMRT dengan kandung kemih penuh selama

radiasi dengan dosis total 40 Gy atau 20 x 2 Gy.

Meskipun telah dilakukan terapi lengkap radiasi eksterna dan

brakhiterapi pada tahun 2016, walau sudah dilakukan usaha terapi

maksimal namun pasien tetap mengalami rekuren. Di RSUP Dr

Kariadi protokol dilakukan reiradiasi pada kasus kanker serviks

rekuren minimal satu tahun apabila pasien rekuren namun kurang dari

satu tahun pasca radiasi eksterna dan brakhiterapi maka tidak

dilakukan reiradiasi. Pada tahun ini dengan pertimbangan dokter

untuk melakukan reiradiasi pada kasus kanker serviks rekuren lokal

pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.


48

“Protokol di sini satu tahun mengalami kekambuhan baru bisa


dilakukan radiasi ulang” (R1)

Pada catatan pasien kontrol pasien tidak mengalami adanya efek

samping yang terjadi, adapun efek samping yang dapat terjadi di

sekitar serviks ada kandung kemih dan rektum, maka efek

sampingnya dapat terjadi cystisis dan proktitis. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan responden sebagai berikut:

Efek samping yang dapat terjadi di sekitar serviks ada kandung kemih
dan rektum, maka efek sampingnya dapat terjadi cystisis dan proktitis”
(R1)

b. Persiapan pasien reiradiasi pada kasus kanker serviks rekuren lokal

pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang

Pasien diminta untuk miksi 1 jam sebelum pemeriksaan dan

minum air mineral sebanyak 500 ml ditahan hingga dilakukan CT

Simulator. Tujuan dilakukan kandung kemih penuh pada saat

penyinaran yaitu untuk mengurangi efek samping kandung kemih dan

rektum, untuk mengurangi volume kandung kemih yang terkena

radiasi, secara persentase volume yang terkena radiasi lebih sedikit,

dan untuk lebih terlihat serta membedakan densitas kandung kemih

pada gambaran hasil CT Simulator. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan responden sebagai berikut:

“kandung kemih tidak dikosongkan jadi ada isinya untuk mengurangi


efek samping pada kandung kemih dan rektum” (R1)

“kandung kemih penuh agar volume kandung kemih yang terkena itu
sekecil mungkin dan secara persentase volume yang terkena radiasi
lebih sedikit.” (R2)

“Kandung kemih penuh supaya dapat lebih terlihat membedakan


densitas pada gambaran CT Simulator” (R3)
49

c. Pemeriksaan CT Simulator pada kasus kanker serviks rekuren lokal

pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang

CT Simulator merupakan simulasi yang didilakukan oleh tim

terapi radiasi untuk menentukan lokasi, bentuk dan ukuran tumor

yang tepat. Hasil yang diperoleh berupa citra atau gambar.

1) Persiapan pasien

Pasien diminta untuk miksi 1 jam sebelum pemeriksaan dan

minum air mineral sebanyak 500 ml, ditahan hingga dilakukan CT

Simulator.

2) Persiapan Alat dan Bahan

Spesifikasi pesawat CT Simulator

Merk Pesawat : GE Optima CT 580 2374681-14

Tipe X-ray : Fan Beam, Spiral

Jumlah Detektor : 16 Detektor

Gambar 4.1 CT Simulator RSUP Dr Kariadi


50

Gambar 4.2 Breast Holder

Alasan menggunakan Breast holder sebagai alat

fiksasi yaitu karena tidak ada alat fiksasi seperti footrest

atau penyangga lutut atau masker termoplastik, maka

mengunakan breast holder sebagai alat bantu fiksasi. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan responden sebagai

berikut:

“menggunakan Breast holder karena tidak ada alat fiksasi


seperti footrest atau penyangga lutut atau masker
termoplastik, maka mengunakan breast holder sebagai alat
bantu fiksasi” (R1)

“Karena tidak ada masker thermoplastik untuk alat fiksasi,


maka menggunakan breast holder” (R3)

Spidol dan Hypafix digunakan untuk memberi tanda

sebagai titik referen pada kulit pasien. Marker digunakan

untuk memberi tanda pada titik referen dan memberikan

gambaran pada pada hasil CT simulator.

Gambar 4.3 Marker


51

3) Teknik CT Simulator Pelvis

Pasien diminta untuk mengganti pakaian dengan baju pasien

Posisi pasien : Pasien supine diatas breast holder dengan kedua

tangan ke atas berpegangan pada breast holder

nomor III

Posisi Objek : Dilakukan penggambaran pada tiga titik referen

pada pertemuan laser setinggi kaput femur

menggunakan spidol, hypafix dan diberi marker

Lakukan scanning pada Abdomen

Parameter yang digunakan:

kV : 120 kV

mA : 186 mA

s : 0,8 s

FOV : 50 cm

Sliceticnes : 5 mm

Gambar 4.4 Scanogram AP Ny. Y

Batas atas CT simulator pada diagfragma dan batas bawah CT

simulator simpisis pubis dapat dilihat dari hasil scanogram.


52

Gambar 4.5 Scanogram Lateral Ny. Y

Gambar 4.6 Titik referen Setinggi Kaput Femur Ny. Y

4) Hasil CT Simulator Ny. Y

Gambar 4.7 Hasil CT Simulator Ny. Y

Hasil CT Simulator dikirim ke Treatment Planning System, Citra

atau gambar hasil CT Simulator akan dilakukan conturing oleh dokter

spesialis onkologi radiasi. Kemudian hasil conturing tersebut akan

dikirim ke komputer TPS untuk dihitung oleh fisika medis.


53

d. Treatment Planning System pada kasus kanker serviks rekuren lokal

pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang

Citra atau gambar hasil CT Simulator akan dilakukan conturing

oleh dokter spesialis onkologi radiasi. Kemudian hasil conturing

tersebut akan dikirim ke TPS untuk dihitung oleh fisika medis.

Gambar 4.8 Proyeksi 3D Ny. Y

Gambar 4.9 Potongan Aksial Ny. Y

Untuk kanker serviks fisika medis menggunakan lima arah sinar dari

3500 dibagi menjadi arah sinar yaitu 00, 720, 1440, 2160, 2880

kemudian di input dosis target dan organ at risk dihitung,

menggunakan teknik IMRT sifatnya invers planning.


54

Gambar 4.10 Potongan Koronal Ny. Y

Gambar 4.11 Potongan Sagital Ny. Y

Untuk menentukan target pada serviks untuk mendapatkan dosis

maksimal dan organ at risk di sekitar serviks yaitu kandung kemih,

rektum dan kaput femur untuk mendapatkan dosis seminimal

mungkin.

Yang dilakukan oleh TPS menentukan arah sinar tujuan dari TPS

bagaimana bisa untuk mendelivery dosis yang dideskripsikan oleh

dokter agar dosis yang diterima pasien itu maksimal atau seoptimal

mungkin namun dosis pada OAR serendah mungkin di bawah dosis

toleransinya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan responden

sebagai berikut:

“Yang dilakukan oleh TPS menentukan arah sinar tujuan dari TPS
bagaimana bisa untuk mendelivery dosis yang dideskripsikan oleh
dokter agar dosis yang diterima pasien itu maksimal atau seoptimal
mungkin namun dosis pada OAR serendah mungkin di bawah dosis
toleransinya” (R2)
55

Untuk mengetahui dosis yang diterima target dan OAR dapat

dilihat secara statistik dan dapat dianalisa menggunakan Dose Volume

Histogram (DVH) berapa dosis yang diterima tumor dan OAR serta

volumenya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan responden

sebagai berikut:

“Untuk mengetahui dosis yang diterima target dan OAR dapat dilihat
secara statistik dan dapat dianalisa menggunakan DVH berapa dosis
yang diterima tumor dan OAR serta volumenya” (R2)

Tabel 4.1 Dosis Aktual pada Target Penyinaran

Target Penyinaran Dosis Toleransi Dosis Aktual Keterangan

PTV V95 ≥ 95% 99,8674 % Memenuhi

Tabel 4.2 Dosis Aktual pada Organ At Risk

Organ At Risk Dosis Toleransi Dosis Aktual Keterangan

Rektum V50<50% 0% Dalam Batas Toleransi

Kandung Kemih V65<50% 0% Dalam Batas Toleransi

Kaput Femoralis Kanan V50<5% 0% Dalam Batas Toleransi

Kaput Femoralis Kiri V50<5% 0% Dalam Batas Toleransi

Alasan dilakukan dengan teknik IMRT untuk mengurangi efek

samping yang terjadi, pada penyinaran sebelumnya menggunakan 2D

kemudian direiradiasi menggunakan IMRT dan Karena pada sinar

pertama tidak tahu dosis yang diterima OAR dengan teknik IMRT ini

diharapkan dosis di OAR nya itu bisa sekecil mungkin, maka efek

sampingnya kecil. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan responden

sebagai berikut:
56

“…. untuk mengurangi efek samping yang terjadi, sebelunya 2D


direiradiasi lagi menngunakan 3D atau yang lebih canggih lagi IMRT”
(R1)

“tujuannya karena sebelumnya sudah pernah sinar dan tidak tahu sinar
pertama pada OAR nya itu mendapatkan dosis berapa dengan teknik
IMRT ini diharapkan dosis di OAR nya itu bisa sekecil mungkin, maka
efek sampingnya bisa kecil” (R2)

Hasil planning TPS

Dosis : 20 x 2 Gy

Treatment orientation : Head first supine

User Origin : (0,00 cm, 0,00 cm, 0,00 cm)

Arah Sinar : (00, 720, 1440, 2160, 2880)

e. Verifikasi pada kasus kanker serviks rekuren lokal pasca radioterapi di

Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang

Verifikasi dilakukan dua kali yang pertama setelah lapangan

penyinaran dihitung di TPS oleh fisika medis atau sebelum sinar

pertama biasa disebut verif satu, tujuan dilakukan verifikasi untuk

memastikan bahwa lapangan radiasi sesuai dengan rencana

penyinaran, yang kedua dilakukan setelah penyinaran ketiga atau

sebelum penyinaran keempat atau verif empat. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan responden sebagai berikut:

“Verifikasi dilakukan dua kali yang pertama setelah lapangan


penyinaran dihitung di TPS oleh fisika medis atau sebelum sinar
pertama biasa disebut verif satu, hal tersebut dilakukan untuk
memastikan bahwa lapangan radiasi sesuai dengan rencana
penyinaran, yang kedua dilakukan setelah penyinaran ketiga atau
sebelum penyinaran keempat atau verif empat” (R4)
57

1) Persiapan pasien

Pasien diminta untuk miksi 1 jam sebelum pemeriksaan dan

minum air mineral sebanyak 500 ml ditahan hingga dilakukan

verifikasi.

2) Persiapan Alat dan Bahan

LINAC

Breast holder

3) Teknik Verifikasi pasien

Pasien diminta untuk mengganti pakaian dengan baju pasien

Posisi pasien : Pasien supine di atas breast holder dengan

kedua tangan ke atas berpegangan pada breast

holder nomor III

Posisi Objek : Atur pertemuan tiga titik laser tepat pada gambar

tubuh pasien

Membuat treatment kalender untuk transfer data pasien dari

komputer TPS ke workstastion untuk penyinaran

Membuka epid pada pesawat Linac

Melakukan eksposi sesuai dengan lapangan penyinaran

Melakukan eksposi full field 15 x 15

membandingkan radiograf yang direkonstruksi secara digital

(DRR) dengan gambar verifikasi lapangan yang diambil dengan

Elektronic Portal Imaging Device (EPID).

Konsultasikan dengan dokter spesialis onkologi radiasi untuk

mendapatkan persetujuan hasil verifikasi


58

Gambar 4.12 Hasil Verifikasi Ny. Y

Gambar 4.13 Hasil Verifikasi Ny. Y

Setelah mendapatkan persetujuan hasil verifikasi dari dokter dilakukan

penyinaran sesuai dengan dosis yang sudah di tentukan 20 x 2 Gy,

Namun karena kondisi umum pasien tidak baik dilihat dari klinis dan

laboratorium menjadikan pasien tidak melanjutkan penyinaran sesuai

dosis yang ditentukan.

f. Penyinaran pada kasus kanker serviks rekuren lokal pasca radioterapi

di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang

1) Persiapan pasien

Pasien diminta untuk miksi 1 jam sebelum pemeriksaan dan

minum air mineral sebanyak 500 ml ditahan hingga dilakukan

penyinaran.

2) Persiapan Alat dan Bahan


59

LINAC

Breast holder

3) Posisi pasien : Pasien supine di atas breast holder dengan

kedua tangan ke atas berpegangan pada breast

holder nomor III

4) Posisi Objek : Atur pertemuan tiga titik laser tepat pada gambar

tubuh pasien

5) Lakukan Beam on

Gambar 4.14 Pasien Reiradiasi Kanker Serviks Rekuren Lokal

Karena kondisi umum pasien tidak baik dilihat dari klinis dan

laboratorium menjadikan pasien tidak melanjutkan penyinaran sesuai

dosis yang ditentukan.

3. Faktor penyebab rekuren lokal kasus kanker serviks pasca radioterapi di

Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

Kemungkinan penyebab rekuren lokal pada kasus kanker serviks

pasca radiasi eksterna dan brakhiterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr

Kariadi Semarang karena overall treatment time lebih dari 8 minggu, pada

penyinaran sebelumnya seperti kepatuhan pasien saat melakukan

penyinaran rutin sebelumnya terjadi interupsi, pasien tidak berangkat

sinar rutin, karena kondisi umum tidak baik, yang menjadikan OTT lebih
60

dari 8 minggu. Untuk mengetahui faktor penyebab rekuren perlu

dilakukan penelitian bivariat case control untuk mencari faktor penyebab

rekuren lokal pada kasus kanker serviks pasca radiasi eksterna dan

brakhiterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan responden sebagai berikut:

“Kemungkinan penyebab dilakukannya reiradiasi karena overall treatment


time lebih dari 8 minggu. pada penyinaran sebelumnya seperti kepatuhan
pasien saat melakukan penyinaran rutin sebelumnya terjadi interupsi,
pasien tidak berangkat sinar rutin karena kondisi umum tidak baik, pasien
tidak berangkat karena suatu acara. Untuk mengetahui faktor penyebab
rekuren perlu dilakukan penelitian bivariat case control untuk mencari
faktor penyebab rekuren” (R1)

4. Faktor penyebab dilakukannya reiradiasi kasus kanker serviks rekuren

lokal pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

Faktor penyebab dilakukan reiradiasi karena dokter kandungan

tidak melakukan tindakan operasi, Unit Radioterapi di RSUP Dr. Kariadi

ini belum mampu secara fasilitas dan sumber daya manusia untuk

melakukan radiasi intraoperatif atau pemberian radiasi dengan dosis

besar pada saat operasi, karena tatalaksana yang sesuai dengan

guideline NCCN tersebut yaitu operasi dan IORT tidak mampu

dilaksanakan, maka akhirnya dilakukan tatalaksana sesuai dengan

pertimbangan klinisi dokter yaitu radiasi lokal tumor dengan teknik IMRT

untuk memaksimalkan dosis pada tumor dan meminimalisasikan efek

samping organ sekitar, maka dilakukan tatalaksana yang mampu

dilaksanakan di RSUP Dr Kariadi walaupun hasilnya tidak seoptimal

operasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan responden sebagai

berikut:

“pertama karena dokter kandungan kita tidak melakukan tindakan


operasi, kedua unit radioterapi di RSUP Dr. Kariadi ini belum mampu
61

secara fasilitas dan sumber daya manusia untuk melakukan radiasi


intraoperatif, ketiga karena tatalaksana yang sesuai dengan guideline
NCCN tersebut operasi dan IORT tidak mampu laksana dilakukan ya
akhirnya kita melakukan tatalaksana sesuai dengan pertimbangan klinisi
yaitu radiasi lokal tumor dengan teknik IMRT untuk memaksimalkan dosis
pada tumor dan meminimalisasikan efek samping organ sekitar. Jadi kita
memilih tatalaksana yang memang kita mampu lakukan di RSUP Dr
Kariadi walaupun hasilnya tidak seoptimal operasi” (R1)
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Reiradiasi pada kasus kanker

serviks rekuren lokal pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr. Kariadi

Semarang”, maka peneliti akan membahas rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Reiradiasi pada kasus kanker serviks rekuren lokal pasca radioterapi di

Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

a. Persiapan pasien

Menurut Eminowicz, (2016) Persiapan pasien dalam penggunaan

IMRT Pasien diminta untuk miksi terlebih dahulu sebelum dilakukan

penyinaran, karena akan berpengaruh pada margin diterapkan pada

volume target klinis (CTV) bertujuan untuk memperhitungkan

ketidakpastian adanya tumor 2cm di luar area tumor, termasuk

gerakan organ. Kandung kemih penuh dapat mendorong usus keluar

dari lapangan radiasi. Namun, kandung kemih penuh menyebabkan

kesalahan pengaturan yang sangat besar.

Menurut Perez, (2008) Kandung kemih dan rektum penuh dapat

mempengaruhi perubahan perencanaan maka memerlukan definisi

margin yang akurat untuk PTV dapat menyebabkan perubahan

maksimum dalam pusat serviks.


62

Menurut Ye lan, (2017) Rencana IMRT dikirimkan kepada

pasien dengan kandung kemih penuh membuat usus terdorong

keatas keluar lapangan radiasi sehingga dapat mengurangi

persentase volume radiasi di usus kecil. kandung kemih mengembang

agar efek samping radiasi pada usus lebih kecil.

Di RSUP Dr Kariadi Semarang pasien diminta untuk miksi 1 jam

sebelum pemeriksaan dan minum air mineral sebanyak 500 ml

ditahan hingga dilakukan penyinaran. Tujuan dilakukan kandung

kemih penuh pada saat penyinaran yaitu untuk mengurangi efek

samping kandung kemih dan rektum, selain itu juga untuk mengurangi

volume kandung kemih yang terkena radiasi secara persentase

volume kandung kemih yang terkena radiasi lebih sedikit dan supaya

dapat lebih terlihat sehingga dapat membedakan densitas pada

gambaran CT Simulator.

Menurut peneliti, persiapan pasien kandung kemih penuh

membuat usus terdorong ke atas keluar lapangan radiasi sehingga

dapat mengurangi persentase volume radiasi di usus kecil, kandung

kemih mengembang agar efek samping radiasi pada usus lebih kecil.

b. CT Simulator abdomen pada kasus kanker serviks rekuren lokal

pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

Menurut Beyzadeouglu (2010), bahwa pada simulator bisa

dilakukan dengan simulator konvensional atau bisa juga

menggunakan CT Simulator. Pasien diposisikan di meja CT

Simulator, diposisikan sedemikian rupa sehingga nyaman untuk

pasien. Laser pada CT Simulator dinyalakan, posisi pasien diatur


63

sedemikian rupa sehingga garis tengah laser atau midline lurus pada

tubuh pasien pada organ yang diperiksa. Titik referensi ditandai

dengan marker radioopaque dan diposisikan pada titik persimpangan

laser. Titik referensi berguna untuk menentukan posisi bagian dari

organ yang diperiksa. Terdapat tiga lokasi titik referensi satu dibagian

atas kulit pasien, dan dua di bagian samping kanan dan kiri pasien.

Kemudian dilakukan scanning yang dimulai dengan topogram atau

scout view yang berguna untuk menentukan posisi organ yang mau di

periksa, kemudian dilakukan scanning sehingga diperoleh irisan-irisan

gambar CT Simulator. Irisan gambar CT-Simulator dikirim ke ruang

perencanaan penyinaran Treatment Planning System (TPS), melalui

system jaringan informasi radioterapi. Jika CT-Simulator tanpa

menggunakan masker, maka titik referensi harus dibuat secara

permanen (tattoo) pada permukaan kulit.

Perangkat immobilisasi atau alat fiksasi yang digunakan pada

penyinaran atau radioterapi kanker serviks uteri antara lain: base

plate, thermoplastic, vacum fix. (Menurut Lennard dan Thurstan

2008). Base Plate berfungi sebagai pelat dasar yang mensejajarkan

posisi pasien selama pemeriksaan serta berfungsi juga sebagai

pengait kunci pada termoplastik, Imobilisasi ini merupakan alat

immobilisasi yang sangat umum digunakan. Bluebag vacum

merupakan salah satu teknologi vacum cushion terkini yang

meberikan kenyamanan, kestabilan, dan tepat pada saat

memposisikan pasien, mulai dari simulator sampai penyinaran serta

penyinaran fraksi berikutnya, namun fiksasi ini jarang dijumpai di


64

instalasi radioterapi karena modalitas serta dana yang tidak memadai.

Termoplastik masker merupakan salah satu alat bantu untuk pasien

agar tidak bergerak saat dilakukan terapi radiasi. Alat fiksasi

termoplastik masker berbentuk lembaran, yang dapat dilenturkan

dengan cara dipanaskan di dalam air bersuhu 400 C, kemudian

setelah melunak akan dipasangkan ke bagian tubuh pasien yang

sesuai dengan letak target tumor. Masker termoplastik ini semakin

lama akan semakin mengeras dan mengikuti bentuk tubuh pasien

(Lennard dan Thurstan, 2008).

Di RSUP Dr Kariadi Semarang, pasien diminta untuk mengganti

pakaian dengan baju pasien, pasien supine di atas breast holder

dengan kedua tangan ke atas berpegangan pada breast holder nomor

III untuk imobilisasi, dilakukan penggambaran pada tiga titik referen

pada pertemuan laser setinggi kaput femur menggunakan spidol,

hypafix dan diberi marker. Lakukan scanning pada Abdomen. Alasan

menggunakan Breast holder sebagai alat fiksasi yaitu karena tidak

ada alat fiksasi seperti footrest atau penyangga lutut dan masker

termoplastik, maka mengunakan breast holder sebagai alat bantu

fiksasi.

Menurut penulis, peneliti setuju dengan pendapat responden

mengunakan breast holder dapat membantu sebagai alat fiksasi pada

saat penyinaran karena tidak adanya footrest dan masker

termoplastik.
65

c. Treatment Planning System pada kasus kanker serviks rekuren lokal

pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

Menurut Joseph, (2010) Sangat disarankan untuk menggunakan

teknik terbaru seperti radiasi konformal 3 dimensi (3DCRT) atau

Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT)

Di RSUP Dr Kariadi Semarang alasan dilakukan dengan teknik

IMRT untuk mengurangi efek samping yang terjadi, pada penyinaran

sebelumnya menggunakan 2D kemudian direiradiasi menggunakan

IMRT, dan karena pada sinar pertama tidak tahu dosis yang diterima

OAR dengan teknik IMRT ini diharapkan dosis di OAR bisa sekecil

mungkin, maka efek sampingnya bisa kecil.

Menurut peneliti, penggunaan teknik IMRT sudah sesuai dengan

kepustakaan yang ada dengan tujuan untuk mengurangi dosis pada

Organ At Risk dan mengurangi efek samping yang terjadi.

d. Verifikasi pada kasus kanker serviks rekuren lokal pasca radioterapi di

Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

Menurut Beyzadeouglu (2010), verifikasi lapangan penyinaran

bertujuan untuk mengecek ketepatan luas lapangan penyinaran yang

akan dilakukan pada sistem perencanaan penyinaran TPS

menampilkan radiograf yang direkonstruksi secara digital DRR dan

dapat diperbandingkan dengan gambar verifikasi lapangan yang

diambil dengan Elektronic Portal Imaging Device (EPID). Apabila

posisi pengaturan pasien saat akan dilakukan penyinaran kurang

tepat, maka dapat diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

simulator.
66

Di RSUP Dr Kariadi Semarang tujuan dilakukan verifikasi untuk

memastikan bahwa lapangan radiasi sesuai dengan rencana

penyinaran yang akan dilakukan, pada sistem perencanaan

penyinaran (TPS) menampilkan radiograf yang direkonstruksi secara

digital (DRR) dan dapat diperbandingkan dengan gambar verifikasi

lapangan yang diambil dengan Elektronic Portal Imaging Device

(EPID).

Menurut peneliti, verifikasi di RSUP Dr Kariadi Semarang sudah

sesuai dengan kepustakaan yang ada.

2. Faktor penyebab rekuren lokal pada kasus kanker serviks pasca

radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

Menurut Karlsson, (2016) Faktor yang menentukan Keberhasilan

terapi yaitu Pemilihan pengobatan primer FIGO stadium IA treatment

dengan pembedahan, stadium IA - IIA dengan pembedahan atau terapi

radiasi, dan stadium IIB - IVA diobati dengan radiasi dan kemoterapi,

Intregrasi antara radiasi eksterna dan brakhiterapi sebagai komponen

pengobatan yang definitif, Overall treatment time (OTT) kurang dari 8

minggu.

Menurut Ng BH, (2015) Overall treatment time (OTT) kurang dari 8

minggu mengurangi risiko kematian sebesar 81% (HR = 0,19), Menurut

Lin, (2017) tingkat Overall Survival (OS) 5 tahun untuk waktu treatment ≤

56 hari pada pasien FIGO stadium I-IIB adalah 70% stadium III-IV 65%.

Dengan > 56 hari pada pasien dengan FIGO stadium I-II B adalah 43%

dan III-IV A adalah 42%


67

Kemungkinan penyebab rekuren lokal pada kasus kanker serviks

pasca radiasi eksterna dan brakhiterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr

Kariadi Semarang karena Overall treatment time lebih dari 8 minggu,

pada penyinaran sebelumnya seperti kepatuhan pasien saat melakukan

penyinaran rutin sebelumnya terjadi interupsi, Pasien tidak berangkat

sinar rutin karena kondisi umum tidak baik yang menjadikan OTT lebih

dari 8 minggu. Untuk mengetahui faktor penyebab rekuren lokal perlu

dilakukan penelitian bivariat case control untuk mencari faktor penyebab

rekuren lokal kanker serviks pasca radiasi eksterna dan brakhiterapi di

Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

Menurut peneliti, penelitian ini bukan penelitian bivariat case control

yang mencari faktor penyebab tetapi peneliti berharap ini dapat menjadi

langkah awal untuk menumbuhkan penelitian selanjutnya untuk mencari

faktor resiko penyebab. Untuk mengatasi kondisi umum pasien agar

dalam menjalani penyinaran tetap bagus maka sebaiknya kondisi umum

dibaguskan terlebih dahulu daripada terburu-buru dalam melakukan

penyinaran yang dapat membuat kondisi umum rendah saat menjalani

penyinaran, motivasi selalu pasien untuk menjaga kondisi dengan makan

banyak dan istirahat cukup, dan infokan kepada keluarga pasien agar

selalu mengawasi dan memotivasi pasien agar selalu jaga kondisi, karena

keluargalah yang selalu mendampingi pasien.


68

3. Faktor yang menyebabkan reiradiasi kasus kanker serviks rekuren lokal

pasca radioterapi di Unit Radioterapi RSUP Dr Kariadi Semarang.

Menurut NCCN, (2019) pengobatan kanker serviks lokal maupun

regional rekuren pasca radiasi eksterna dan brakhiterapi yaitu eksenterasi

pelvis dan Intraoperatif Radioterapi (IORT). Pada tumor yang berukuran

kurang 2 cm dapat dilakukan radikal histerektomi atau brakhiterapi.

Sedangkan pada mestastasis jauh dapat dilakukan radiasi eksterna

disertai kemoterapi atau reseksi disertai IORT atau Sistemik terapi.

Pasien dengan kekambuhan lokal maupun regional dan tanpa bukti

metastasis jauh dapat berpotensi diselamatkan oleh histerektomi radikal

atau eksenterasi pelvis (Perez, 2008)

Gambar 4.15 NCCN Guideline 2019

Menurut Ariani, (2013) Penatalaksanaan reiradiasi merupakan salah

satu pilihan terapi yang cukup baik pada kasus keganasan rekuren.

Namun, banyak hal mendasar yang harus dijadikan pertimbangan

sebelum memutuskan untuk melakukan reiradiasi, berkaitan dengan

efektivitas, kualitas hidup pasien, serta kemungkinan efek samping pada

jaringan normal. Berbagai literatur memberikan hasil yang bervariasi

terhadap efektivitas reiradiasi, tetapi secara umum menyebutkan bahwa


69

reiradiasi mampu laksana pada berbagai keganasan rekuren dengan efek

samping jaringan sehat yang bisa ditoleransi.

Di RSUP Dr Kariadi Faktor penyebab dilakukan reiradiasi karena

dokter kandungan tidak melakukan tindakan operasi, Unit Radioterapi di

RSUP Dr. Kariadi ini belum mampu secara fasilitas dan sumber daya

manusia untuk melakukan radiasi intraoperatif atau pemberian radiasi

dengan dosis besar pada saat operasi, karena tatalaksana yang sesuai

dengan guideline NCCN tersebut yaitu operasi dan IORT tidak mampu

dilaksanakan maka akhirnya dilakukan tatalaksana sesuai dengan

pertimbangan klinisi dokter yaitu radiasi lokal tumor dengan teknik IMRT

untuk memaksimalkan dosis pada tumor dan meminimalisasikan efek

samping organ sekitar. maka dilakukan tatalaksana yang mampu

dilaksanakan di RSUP Dr Kariadi walaupun hasilnya tidak seoptimal

operasi.

Menurut peneliti, dilakukan reiradiasi dengan tatalaksana sesuai

dengan pertimbangan klinisi dokter yaitu radiasi lokal tumor dengan teknik

IMRT untuk memaksimalkan dosis pada tumor dan meminimalisasikan

efek samping organ sekitar.

Anda mungkin juga menyukai