Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemeriksaan radiografi Toraks saat ini merupakan pemeriksaan utama

untuk pencitraan diagnostik rongga dada, karena memiliki beberapa

keunggulan. Foto toraks merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam

waktu relatif singkat dan cepat dalam interpretasi, biaya relatif murah dan

paparan radiasinya juga rendah. Foto toraks posteroanterior dengan posisi

berdiri masih memegang peran penting dalam diagnosa secara cepat kelainan di

rongga dada dan jantung, serta untuk memonitor respon terhadap tindakan

pengobatan. Pemeriksaan ini berjumlah sekitar 30-40% dari seluruh

pemeriksaan radiografi yang dilakukan1. Diperkirakan selama setahun, 68 juta

pemeriksaan radiografi toraks di Amerika Serikat, dan termasuk pemeriksaan

yang sering diulang2.

Sebagai gambaran, satu contoh peran penting foto toraks adalah

membantu penegakan diagnosis penyakit tuberkulosis. Tuberkulosis

merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. India, Indonesia dan China

merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut

23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di dunia. Pada tahun 2015, di

Indonesia ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 330.910 kasus,

meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada

tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan

1
2

terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa

Timur dan Jawa Tengah3. Ada potensi paparan radiasi yang lebih pada pasien

tuberkulosis, mengingat pemeriksaan foto toraks ini akan berulang untuk

monitoring perkembangan penyakit pada pasien tuberkulosis.

Radiografi digital merupakan teknologi yang saat ini lazim digunakan

dalam pemeriksaan radiodiagnostik. Modalitas ini utamanya menggantikan

sistem analog yang berbasis kaset-intensifying screen dan film. Ada beberapa

teknologi digital radiografi, yakni penggunaan bahan lain untuk pengganti film,

seperti imaging plate pada computed radiography atau CR (berbasis fosfor),

flat-panel detector pada direct digital radiography (DDR) dan Charge-coupled

Device (CCD) detectors. Pemakaian teknologi digital radiografi ini bukan

hanya merevolusi komunikasi antara dokter radiologi dan dokter pengirim,

tetapi juga meningkatkan kualitas citra dan upaya mereduksi paparan radiasi

pasien dibandingkan dengan sistem kombinasi film-screen1. Pengurangan dosis

pemeriksaan CR dapat secara langsung dan secara tidak langsung, karena tidak

ada pengulangan pemeriksaan akibat penolakan hasil citra, pengurangan dosis

pada beberapa pemeriksaan dapat menghasilkan citra radiografi yang dapat

memberikan informasi diagnosa4.

Kuantitas radiasi yang dikeluarkan oleh pesawat sinar-X saat

pemeriksaan radiografi dapat diukur dengan Entrance Skin Air Kerma (ESAK)

atau Entrance Surface Dose (ESD). Kedua istilah tersebut dapat dipakai untuk

menentukan Diagnostic Reference Levels (DRL)1. Nilai DRL di Indonesia

adalah rekomendasi nilai panduan dosis sesuai organ anatomi yang diperiksa
3

sebagaimana ditetapkan oleh Bapeten melalui Perka Bapeten Nomor 8 tahun

2011. Sebagai contoh, pemeriksaan toraks proyeksi posteroanterior memiliki

nilai panduan dosis radiografi diagnostik pada orang dewasa sebesar 0,4 mGy5.

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Entrance Surface Dose pada

pemeriksaan radiografi dada di Indonesia, sudah pernah dilakukan, baik dengan

metode langsung maupun tidak langsung (menggunakan phantom dosimetri)6,7.

Hal ini menjadi penting untuk dilakukan dan perlu dikembangkan demi

keselamatan radiasi, baik bagi pasien, maupun bagi pekerja radiasi.

Bapeten sebagai lembaga yang berwenang mengatur regulasi terkait

dosis radiasi yang diterima oleh pasien, telah menetapkan Perka Bapeten nomor

9 tahun 2011 tentang uji kesesuaian pesawat sinar-X sinar-X radiologi

diagnostik dan intervensional, dimana salah satu uji yang dilakukan adalah

mengukur dosis yang diterima pasien berdasarkan estimasi paparan radiasi pada

pemeriksaan toraks dan abdomen8. Namun demikian, instalasi radiologi perlu

memastikan bahwa paparan radiasi terhadap pasien, pada setiap jenis pesawat

dan setiap jenis pemeriksaan, masih dalam rentang yang dipersyaratkan

Bapeten.

Nilai panduan dosis dan prosedur pengukuran dosis radiasi saat ini

masih jarang diperhatikan oleh radiografer saat melakukan pemeriksaan

radiografi. Diantara penyebabnya adalah tidak memiliki alat ukur dan phantom,

dan ketidaktahuan tentang metode pengukuran. Namun demikian, sebagai

radiografer yang memiliki perhatian dan kepekaan terhadap keselamatan

pasien, khususnya keselamatan radiasi, perlu memiliki metode yang dapat


4

digunakan untuk mengestimasi dosis radiasi yang diterima pasien, sehingga

pasien tidak terpapar radiasi berlebih yang tidak perlu.

B. Perumusan Masalah

Radiografer wajib menjamin keselamatan radiasi pasien, salah satunya

dengan memperhatikan dosis radiasi yang diterima oleh pasien, sesuai dengan

prinsip As Low As Reasonably Achievable (ALARA). Setiap pemeriksaan

radiografi harus memenuhi nilai panduan dosis sesuai organ anatomi yang

diperiksa, termasuk pemeriksaan radiografi toraks, karena pemeriksaan ini

relatif sering digunakan untuk diagnosis kelainan di daerah dada. Anatomi

tubuh pasien dapat direpresentasikan dengan baik menggunakan

anthropomorphic phantom. Penggunaan phantom ini memudahkan untuk

mengamati efek yang dihasilkan dari pengaturan parameter eksposi dan teknik

pascaprosesing pada radiografi digital. Adapun jenis phantom lain yang

digunakan dalam dosimetri, yakni patient equivalent phantom (PEP).

Penggunaan patient equivalent phantom dimaksudkan untuk merepresentasikan

hamburan dan atenuasi dari jaringan tubuh sehingga dapat diterapkan pada

kondisi paparan radiasi yang serupa dengan pemeriksaan klinis. Akan tetapi,

tingginya biaya pengadaan phantom tersebut, menjadi kendala tersendiri bagi

rumah sakit. Perlu upaya efisiensi untuk menggantikan phantom tersebut

dengan jenis phantom lain, seperti penggunaan tumpukan atenuator sederhana

atau phantom ANSI9.


5

Phantom ANSI dapat menjadi obyek paparan radiasi sebagai salah satu

metode dalam estimasi dosis radiasi pasien. Peneliti melakukan modifikasi

ketebalan ANSI chest phantom, sebagai representasi perbedaan atenuasi dan

hamburan, pada pemeriksaan toraks dengan menggunakan Computed

Radiography (CR). Penelitian ini dilakukan dengan menambahkan ketebalan

pada phantom dengan lembar akrilik sebesar 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3 dan 3,5 cm.

Penambahan ketebalan phantom diharapkan menjadi representasi perbedaan

atenuasi dan hamburan pada obyek yang semakin tebal, sehingga dapat

digunakan untuk melihat profil dosis radiasi (Entrance Surface Dose). Adapun

pemakaian Computed Radiography sebagai media perekam citra, selain karena

populasi CR yang semakin banyak digunakan menggantikan sistem film-screen,

juga agar mendapat informasi yang akurat terkait parameter Exposure Index

(EI) pada CR yang selama ini belum banyak dioptimalkan penggunaannya.

Nilai piksel citra digunakan sebagai representasi pembentukan citra digital pada

pemeriksaan radiografi Toraks menggunakan CR.

C. Rumusan Masalah Umum

Bagaimana profil dosis radiasi berdasarkan informasi nilai Exposure

Index dan nilai piksel citra yang dihasilkan dari variasi ketebalan modifikasi

“ANSI chest phantom” pada radiografi Toraks proyeksi posteroanterior?

D. Rumusan Masalah Khusus

Rumusan masalah khusus yang dibahas dalam tesis ini adalah:


6

1. Bagaimana pembuatan phantom modifikasi “ANSI chest phantom” dengan

variasi ketebalan?

2. Bagaimana korelasi variasi ketebalan phantom dengan Entrance Surface

Dose hasil paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”?

3. Bagaimana korelasi variasi ketebalan phantom dengan Exposure Index hasil

paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”?

4. Bagaimana korelasi variasi ketebalan phantom dengan nilai piksel citra hasil

paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”?

5. Bagaimana korelasi Exposure Index dengan Entrance Surface Dose hasil

paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”?

6. Bagaimana korelasi nilai piksel citra dengan Entrance Surface Dose hasil

paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”?

7. Bagaimana korelasi Exposure Index dengan nilai piksel citra hasil paparan

sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”?

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian Umum

Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk memperoleh profil dosis

radiasi berdasarkan informasi nilai Exposure Index dan nilai piksel citra

yang dihasilkan dari variasi ketebalan modifikasi “ANSI chest phantom”

pada radiografi Toraks proyeksi posteroanterior.


7

2. Tujuan Penelitian Khusus

a. Mendapatkan phantom modifikasi “ANSI chest phantom” dengan

variasi ketebalan, yang dapat dimanfaatkan untuk estimasi pengukuran

dosis radiasi pada radiografi Toraks proyeksi posteroanterior.

b. Mendapatkan korelasi variasi ketebalan phantom dengan Entrance

Surface Dose hasil paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest

phantom”.

c. Mendapatkan korelasi variasi ketebalan phantom dengan Exposure

Index hasil paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”.

d. Mendapatkan korelasi variasi ketebalan phantom dengan nilai piksel

citra hasil paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”.

e. Mendapatkan korelasi Entrance Surface Dose dengan Exposure Index

hasil paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”.

f. Mendapatkan korelasi Entrance Surface Dose dengan nilai piksel citra

hasil paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”.

g. Mendapatkan korelasi Exposure Index dengan nilai piksel citra hasil

paparan sinar-X pada modifikasi “ANSI chest phantom”.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. Menghasilkan phantom modifikasi “ANSI chest phantom” dengan

variasi ketebalan phantom, sehingga dapat dimanfaatkan untuk


8

pengukuran estimasi dosis radiasi pada radiografi Toraks proyeksi

posteroanterior.

b. Menghasilkan data hubungan keterkaitan antara ketebalan phantom dan

Entrance Surface Dose, Exposure Index serta nilai piksel citra pada

pada modifikasi “ANSI chest phantom”.

c. Sebagai referensi penelitian lebih lanjut tentang modifikasi “ANSI chest

phantom”, Entrance Surface Dose, Exposure Index dan nilai piksel citra

pada Computed Radiography.

2. Manfaat bagi Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Radiografer dapat menggunakan metode pemilihan faktor eksposi

pada paparan “ANSI chest phantom” untuk optimalisasi dosis radiasi pasien

radiografi Toraks proyeksi posteroanterior.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui informasi estimasi dosis radiasi pada

pemakaian “ANSI chest phantom” dari beberapa nilai ketebalan dengan

menggunakan Computed Radiography.

G. Keaslian Penelitian

Pembuatan “ANSI chest phantom” pernah dilakukan oleh Nyathi,

dalam desertasi Doktoralnya. Penelitiannya berupa optimasi dosis pemeriksaan

radiologi diagnostik di Afrika Selatan, yang salah satu bagiannya mencakup


9

pembuatan phantom yang digunakan untuk menguji nilai dosis radiasi pasien10.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah, peneliti melakukan modifikasi phantom

ANSI dengan variasi ketebalan dan metode analisis Exposure Index dan nilai

piksel citra dengan CR.

Penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan CR sebagai estimator

dosis radiasi pasien pernah dilakukan oleh Silva, dkk dengan menggunakan

Agfa CR dan Rando-phantom. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa

dengan kalibrasi yang cukup, CR dapat digunakan untuk mengevaluasi dosis

serap pasien11. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada jenis phantom, CR,

dan metode analisis, dimana peneliti menggunakan CR merek Carestream

(dahulu Kodak), ANSI phantom dan ImageJ untuk analisis nilai piksel citra,

serta pengukuran dosis menggunakan multi-function dosimeter RaySafe.

Penelitian terkait Dose Reference Level (DRL) menggunakan metode

pengukuran estimated ESD dengan memakai Piranha (salah satu dosimeter

yang menggunakan detektor solid state) telah dilakukan oleh Sharma, dkk12.

Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama meneliti ESD dan salah satu jenis

pemeriksaannya juga radiografi toraks posteroanterior, serta penggunaan

detektor solid state untuk pengukuran dosis. Sedangkan perbedaannya, Sharma,

dkk menerapkan pengukuran dosis pada pasien sesungguhnya, dengan

menghitung estimated ESD menggunakan dosimeter Piranha, serta peneliti

menambahkan parameter Exposure Index dan nilai piksel citra.

Metode pengukuran ESD radiografi toraks menggunakan phantom dan

pasien langsung sudah pernah dilakukan penelitian oleh Manuaba6, dengan


10

ESD hasil perhitungan tidak berbeda signifikan dengan ESD pasien dengan

penyimpangan maksimum sebesar ± 12 %. Sedangkan Winarno7 meneliti

optimasi citra radiografi dengan phantom rando laki-laki menggunakan sistem

CR Fuji, dan memperoleh hasil pada pemeriksaan radiografi toraks dengan

teknik kVp standar, optimasi terjadi pada 50 kVp 10 mAs dan ESD 2.24 mGy,

sedangkan untuk teknik kVp tinggi optimasi terjadi pada eksposi 100 kVp 1

mAs dan ESD 1.75 mGy.

Kebaruan dalam penelitian ini adalah modifikasi pada ketebalan “ANSI

chest phantom” yang dihubungkan dengan nilai Entrance Surface Dose (ESD)

sebagai profil dosis radiasi, serta hubungan ESD dengan Exposure Index dan

nilai piksel, sebagai komponen yang berkaitan erat dengan kualitas citra CR.

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagaimana

tercantum pada Tabel 1.1.


11

Tabel 1.1. Matriks Penelitian Terdahulu

No Judul dan Nama Peneliti Tujuan Variabel Metode Hasil


1. Dose Optimization In Untuk mengukur dosis pasien Var bebas: faktor Salah satu studinya, membuat • Berhasil membuat phantom
Diagnostic Radiology. pemeriksaan diagnostik dan eksposi 6 patient equivalent phantom yang relatif lebih murah
Nyathi10. fluoroskopi, memberikan edukasi yang digunakan dalam daripada buatan pabrik,
terhadap radiografer procedures, Var terikat: dosis memperkirakan DRL. dengan menggunakan
educate radiation mengenai dosis radiasi material lokal
radiasi pasien, membangun • Hasil nilai DRL: 0,10 mGy
untuk chest PA.
sistem kendali mutu pemeriksaan
• Berbeda pada penambahan
radiografi dan fluoroskopi,
ketebalan “ANSI chest
khususnya dengan teknologi phantom”, variabel EI dan
radiografi digital di Afrika nilai piksel citra serta
Selatan. pemakaian CR
2. Patient dose, gray level Untuk meneliti apakah citra CR Var. Bebas: Variasi Alat: CR Agfa, Rando • Relasi linier EI-ESD
and exposure index with dapat dimanfaatkan sebagai faktor eksposi phantom (male), TLD 100 • Log relasi ESD-SAL di
a computed radiography evaluator dosis serap pasien LiF image center (rerata gray
system. Silva TR, (meneliti hubungan ESD dan EI Var Terikat: nilai Pengukuran: ESD dan XSD level)
Yoshimura EM11. atau skala keabuan citra pada EI, ESD, skala Faktor eksposi: 80-120 kV; 4- • Penggunaan teknologi
citra CR). keabuan citra 20 mAs digital radiografi
menurunkan dosis pasien
• CR dapat dipakai utk
menilai dosis serap pasien,
setelah dikalibrasi
• Berbeda pada jenis
phantom, dan CR system
3. Radiation dose to Mengestimasi ESD dari pasien, Var Bebas: variasi Menggunakan 1.875 pasien, • Nilai ESD pada beberapa
patients from X-ray dengan karakter usia, BB, TB, pemeriksaan dengan 21 jenis pemeriksaan pemeriksaan radiografi
radiographic IMT, object to image distance radiografi, Variasi termasuk toraks PA. lebih kecil dari DRL
examinations using faktor eksposi Memakai alat Si PIN nasional/internasional
computed radiography photodiode based radiation
No Judul dan Nama Peneliti Tujuan Variabel Metode Hasil
imaging system. Sharma (OID) dan spesifikasi alat (kVp, Var. Terikat: dosimeter (Piranha) untuk • Berbeda pada nilai ESD,
R, Sharma S, Pawar S, mAs, jarak dan luas kolimasi). estimated ESD mengukur Estimated ESD. yang diperoleh dari metode
Chaubey A, Kantharia S, Fuji CR. pengukuran, dengan obyek
Babu DAR12. Untuk menentukan DRL. Faktor eksposi : 52-76 kV “ANSI chest phantom”
dan 11-140 mAs
4. An assessment of Untuk mengetahui apakah Penelitian Analisis retrospektif nilai EI • Studi retrospektif: terdapat
exposure indices in radiografer telah membuat citra retrospektif: Var. selama 18 bulan pada potensi menurunkan nilai
computed radiography dengan EI sesuai rentang Bebas : faktor pemeriksaan Toraks rujukan pabrikan dan
for the posterior– rekomendasi pabrikan, fenomena eksposi (kV) posteroanterior (PA) dan mengoptimalkan dosis
anterior chest and the exposure creep, dan hubungan lateral (LAT) lumbal, dengan pasien.
lateral lumbar spine. antara EI dan dosis radiasi. Var. Terikat: EI Kodak 800 and 850 CR • EI bukan indikator dosis
Warren-Forward, dkk13 systems. pasien yang reliabel.
Studi phantom, Studi phantom meneliti kaitan • Menyarankan pentingnya
Var. bebas: kV EI dan ESD pada variasi kV training kepada radiografer
mengenai sistem
Var. terikat: EI dan pemanfaatan EI yang baru.
ESD • Berbeda pada jenis phantom
dan nilai standar EI yang
menjadi rujukan
5. Quality assurance: using Untuk mengevaluasi dan Var bebas: faktor Agfa CR menampilkan nilai • EI merupakan alat yang baik
the exposure index and mendeskripsikan metode eksposi EI dan DI dari 1.884 dalam memonitor
the deviation index to jaminan mutu yang baru, simpel pemeriksaan neonatus, dan konsistensi paparan radiasi
monitor radiation dalam memonitor paparan Var. terikat: EI dan menggunakan EI dan DI dari terhadap pasien
exposure for portable terhadap pasien, yakni dengan DI phantom dada neonatus • EI tidak mengindikasikan
chest radiographs in exposure index dan deviation sebagai pembanding nilai paparan yang diterima,
neonates. tapi sebagai indeks yang
index.
Cohen, dkk14. menandai keseuaian dengan
paparan yang ditargetkan.
• Berbeda pada jenis phantom
dan CR system
11

H. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Waktu


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2016 – Februari

2017.

2. Ruang Lingkup Tempat


Penelitian ini dilaksanakan dengan lokasi penelitian di

Laboratorium Radiografi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi,

Poltekkes Kemenkes Semarang.

3. Ruang Lingkup Materi


Penelitian ini mencakup materi tentang modifikasi “ANSI chest

phantom” phantom sesuai dengan laporan AAPM nomor 31, berupa

penambahan variasi ketebalan. Studi berupa analisis variasi ketebalan

phantom yang digunakan sebagai obyek penyinaran pada radiografi toraks

proyeksi posteroanterior dengan Computed Radiography (CR) merek

Carestream, untuk pengukuran nilai dosis radiasi atau nilai Entrance

Surface Dose (ESD), Exposure Index dan piksel citra.

Anda mungkin juga menyukai