Anggota Kelompok :
Diah Rochmawati (081013090)
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam perencanaan terapi radiasi, ada beberapa faktor yang perlu kita perhatikan, yaitu :
menetapkan letak dan luas lapangan tumor, menentukan teknik penyinaran dan distribusi dosis,
dan memperhitungkan toleransi jaringan sehat. Penentuan letak dan luas tumor dapat dilakukan
menggunakan CT,MRI dan patologi, sedangakn untuk teknik penyinaran dan distribusi dosis
dapat dilakukan dengan beberapa macam teknik.
Berdasarkan letak tumor, teknik penyinaran dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1. Teknik
penyinaran menggunakan satu lapangan, 2. Teknik penyiraran menggunakan beberapa lapangan
atau dengan teknik rotasi. Berdasarkan distribusi dosis yang akan dicapai, teknik penyinaran
dibagi menjadi dua macam, yaitu 1. Teknik terapi lapangan tetap, 2. Teknik rotasi. Pada teknik
penyinaran dan distribusi dosis ini, perlu memperhatikan toleransi jaringan sehat.
Batas toleransi jaringan sehat pada penyinaran ini, untuk menghindari terjadinya dosis
yang berlebihan atau radionekrosis (kematian sel karena sinar radiologi) pada jaringan sehat.
Semakin kecil lapangan penyinaran, maka toleransi jaringan semakin tinggi, dan sebalinya. Luas
lapangan radiasi harus sesuai dengan besar kecilnya tumor. Dari pembahasan di atas, dapat
diketahui bahwa prosentase maupun distribusi radiasi sangat tergantung pada ukuran lapangan
penyinaran, besar sudut rotasi, dan bentuk permukaan bagian tubuh yang mendapat penyinaran.
1.2 TUJUAN
1. Menentukan target volume radiasi.
2. Mengetahui simulasi pada perencanaan radioterapi.
3. Bagaimana prinsip kerja pesawat MRI dan CT Scan.
4. Bagaimana menentukan dosis pada linac, Cobalt 60 dan Brchyterapy.
2
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.4 MANFAAT
1. Dengan menentukan target volume radiasi,kita dapat mengetahui letak dan luas tumor
secara tepat.
2. Dengan menggunakan teknik penyinaran dan distribusi dosis yang tepat kita bisa
mendapatkan dosis maksimum untuk tumor.
3. Dengan mempertimbangkan faktor faktor tertentu dalam terapi radioterapi kita dapat
meminimalkan dampak radiasi terhadap jaringan sehat.
4. Mengetahui perhitungan dosis serap pada Linac,Cobalt 60 dan Brachyterapy sehingga diperoleh
hasil terapi yang efektif.
5. Dengan mengetahui prinsip kerja MRI dan CT scan, kita dapat menyesuaikan penggunaan alat
tersebut untuk mendiagnosa bagian tubuh secara tepat dan sesuai.
BAB II
PEMBAHASAN
3
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
Radioterapi adalah tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan menggunakan radiasi
pengion untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan pada sel normal
sekecil mungkin. Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila
mengenai sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya electron keluar dari orbit electron
tersebut. Pancaran energi berupa gelombang elektromagnetik seperti sinar gamma atau sinar X.
Sebelum melakukan tindakan radioterapi terlebih dahulu kita melakukan perencanaan radioterapi
seperti menentukan volume,melakukan simulasi dan menentukan teknik penyinaran dan
distribusi dosis.
1. Definisi volume.
Volume dalam istilah radioterapi menunjukkan bagian jaringan tumor dan jaringan
disekitar tumor tersebut. Dalam radioterapi dikenal beberapa jenis volume yaitu :
1.1 GTV (gross tumor volume) gross tumor volume terlihat sejauh dan terlokasi di
pertumbuhan sel ganas. GTV dapat dideteksi dari
1. Imaging modalities :CT, MRI, ultrasound,dll
2. Diagnostic modalities : pathology dan histological report
3. Tes klinis
1.2 CTV (clinical target volume). Adalah volume sub clinical pada penyakit ganas
mikroskopis. Letaknya diluar/sekitar GTV dan harus dihilangkan. CTV harus cukup diterapi
untuk tujuan radioterapi penyembuhan. CTV berada disekitar GTV secara langsung,
Mengandung penyakit mikroskopik dan area yang dianggap beresiko dan butuh diterapi.
Contohnya nodus limfa positif. CTV merupakan volume anatomi klinis,biasanya di tentukan
oleh onkologi radiologist dan konsultasi para ahli dengan radiologist dan pathologist. CTV
dinyatakan dengan batas dari GTV. Contoh CTV = GTV + 1 cm. kadang GTV dan CTV
dijadikan satu misalnya pada peningkatan prostat ke kelenjar.
1.3 ITV (internal target volume). Batas adalah bagian penting dalam terapi radioterapi.
Bergantung pada gerakan organ (batas internal),pengaturan pasien dan keselarasan
berkas(batas eksternal ). ITV terdiri atas CTV dan batas internal.batas internal dirancang
untuk mengambil variasi di posisi.ukuran dari CTV bergantung pada referensi pasien
biasanya oleh bony anatomy. Variasi dikarenakan gerakan organ misalnya bernapas,bunyi
dari rectal dan bladder.
4
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.4 PTV (planning target volume). PTV termasuk batas target internal batas tambahan untuk:
ketidakpastian pengaturan,toleransi mesin,variasi terapi intra.PTV terhubung pada bingkai
referensi mesin terapi. PTV = CTV +1 Cm.
1.5 Organ at risk (OAR) adalah organ yang sensitive terhadap radiasi yang terletak disekitar
tumor dan merupakan organ sehat.
5
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
digambarkan sebagai model 3D. Perolehan data pasien untuk membuat model pasien adalah
langkah awal pada simulasi proses ini. Pertimbangan umum perolehan data pasien:
1. Dimensi pasien selalu dibutuhkan untuk waktu terapi atau perhitungan unit monitor,baik
dibaca oleh caliper,oleh CT slices, atau dengan cara lain
2. Tipe evaluasi dosis juga menentukan jumlah data pasien yang dibutuhkan.
3. Tanda seperti bertulang atau tanda acuan dibutuhkan untuk mencocokkan posisi rencana
terapi dengan posisi pasien.
4. Informasi pasien dibutuhkan dalam bermacam perencanaan terapi dari yg belum
sempurna hingga perolehan data yang kompleks.
Bacaan jarak pada kulit
Penentuan manual kontur
Perolehan informasi CT atas volume yg luas.
Citra gambar (disebut gambar co-registration) menggunakan bermacam
teknik penggambaran seperti MRI CT dan PET.
5. Informasi pasien dibutuhkan pada perencanaan terapi khususnya bergantung pada sistem
apa yang harus dipakai. Misalnya2D atau 3D.
6. Perencanaan terapi 2D :
kontur pasien tunggal, diperoleh menggunakan timah kawat atau plester stribs,
ditranskripsi pada selembar kertas grafik, dengan titik referensi diidentifikasi
simulasi radiografi diambil untuk membandingkan dengan prt fil selama terapi.
Untuk perhitungan bidang yang tidak biasa,tempat tujuan dapat diidentifikasi pada
simulasi radiografi dan SSD sebaik kedalaman tujuan dapat ditentukan pada
siimulasi.
OAR dapat dikenali dan kedalamannya dapat ditentukan pada simulasi radiografi.
7. Perencanaan terapi 3D :
Dataset CT pada wilayah yang akan diterapi dibutuhkan dengan sebuah irisan tempat
yang cocok.
Sebuah kontur luar (digambarkan pada kulit atau immobilization mask) harus
digambarkan pada setiap CT slice yg digunakan untuk rencana terapi.
Tumor dan volume target biasanya digambarkan pada CT slices
OAR dan struktur penting yg lainnya harus digambarkan secara keseluruhan.jika
dosis volume histogram ingin dihitung.
6
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai
arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakan dalam alat
MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet demekian juga arah
spinning dan preccesing akan sejajar dengan arah medan magnet. Saat diberikan frekuensi
radio maka atom H akan mengabsorbsi energi dari frekuensi radio tersebut akibatnya dengan
7
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
Secara garis besar instrumen MRI terdiri dari: a. Sistem magnet yang berfungsi
membentuk medan magnet. Agar dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu
mengetahui tentang : tipe magnet, efek medan magnet, magnet shielding ; shimming coil
dari pesawat MRI tersebut ; b. Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari
tiga buah kumparan koil, yaitu : 1.Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagittal.
2 . Gardien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal. 3. Gradien koil Z untuk membuat
citra potongan aksial . Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan
terbentuk potongan oblik; c. Sistem frequensi radio berfungsi membangkitkan dan
memberikan radio frequensi serta mendeteksi sinyal ; d. Sistem komputer berfungsi untuk
membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan menyimpan
memori beberapa citra; e. Sistem pencetakan citra, berfungsinya untuk mencetak gambar
pada film rongent atau untuk menyimpan citra.
8
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
RF adalah gelombang elektromagnet dan disebut pulsa RF (Radio Frequency) karena band
frekuensinya. Ketika pulsa RF dimatikan, nucleus kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi yang diserap (yang disebut relaxation). Dengan membuat nucleus
memancarkan sinyal ketika melepaskan energi yang diserap, suatu gambar (image)
dihasilkan.
Display
Rf Signal
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada: kelenjar pituitary, lobang telinga
dalam, rongga mata, sinus.
9
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu,
pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli.
1. MRI lebihunggul untuk mendeteksi beberapa kelainan padajaringan lunak seperti otak,
sumsum tulang serta muskuloskeletal.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang,tegak, dan miring tanpa merubah posisi
pasien.
3.2 CT Scan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara
suatu kelainan, yaitu :
10
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Brain contusion.
4. Brain atrofi.
5. Hydrocephalus.
6. Inflamasi.
11
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sistem pemroses citra terdapat dalam frame pipa dari mesin dan merupakan bagian
sistem yang langsung berhadapan dengan objek/pasien. Scanner terdiri atas sumber sinar-x,
collimator, detektor, dan bagian akuisisi data. Diagram blok dari scanner mesin CT Scan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber sinar-x (x-ray tube dalam gambar di atas) menembakkan sinar-x ke arah
pasien. Collimator adalah penghalang sinar radiasi dan berfungsi memfokuskan sinar-x
yang ditembakkan oleh x-ray tube pada satu slice (potongan) saja. Detektor radiasi
biasanya berupa detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ditembus oleh radiasa
maka akan terjadi ionisasi gas-gas di dalamnya. Ionisasi tersebut menimbulkan arus listrik
pada keluaran detektor yang sebanding dengan intensitas sinar radiasi yang mengenai
receiver detektor. Keluaran detektor kemudian dikirim ke bagian akuisisi data yang
12
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
berfungsi mengubah besaran-besaran listrik dari detektor menjadi sinyal analog yang
kemudian akan melalui konversi Analog-to-Digital. Hasil pengkonversian A/D itu dikirim
ke bagian komputer dan kendali untuk di-compile oleh komputer.
Bagian komputer bertanggung jawab atas rekonstruksi gambar dan sistem kendali
seluruh sistem CT Scan. Sistem Komputer dan Kendali ini terdiri atas prosesor, sistem I/O,
dan hard disk.
Processor atau CPU (unit pemroses pusat) mempunyai fungsi untuk membaca dan
menginterprestasikan instruksi, melakukan penghitungan, dan menyimpan hasil-hasil
dalam memory. CPU yang digunakan mempunyai bus data 16,32 atau 64 bit. Tipe
komputer yang digunakan bisa mikro komputer dan bisa mini komputer, namun harus
memenuhi unjuk kerja dan kebutuhan sistem CT Scanner. Harddisk mempunyai fungsi
untuk menyimpan data dan software.
CT Scanner pada umumnya dilengkapi dengan dua buah monitor dan keyboard.
Masing-masing sebagai operator station dan viewer station dan keduanya mempunyai tugas
yang berbeda. Operation Station mempunyai fungsi sebagai operator kontrol untuk
mengontrol beberapa parameter scan seperti tegangan anoda, waktu scan dan besarnya arus
filamen. Sedangkan viewer station mempunyai fungsi untuk memanipulasi sistem
pemroses citra. Bagian ini mempunyai sistem kontrol yang dihubungkan dengan sistem
keluaran seperti hard copy film, magnetic tape, dan paper print out. Dari bagian ini dapat
dilakukan pekerjaan untuk menganalisa hasil scanning.
13
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. CT scan memberikan gambar sangat rinci dari banyak jenis jaringan seperti paru-paru,
tulang, dan pembuluh darah.
4. Pemeriksaan CT Scan cepat dan sederhana dan dalam kasus-kasus darurat dapat
menunjukkan luka atau pendarahan dengan cukup cepat untuk membantu menyelamatkan
nyawa.
5. Diagnosis dengan CT scan dapat menghilangkan kebutuhan untuk eksplorasi operasi dan
biopsi bedah.
6. Tidak ada radiasi yang masih berada dalam tubuh pasien setelah pemeriksaan dan Sinar-
X yang digunakan dalam CT scan biasanya tidak memiliki efek samping.
Selain itu terdapat beberapa resiko dari penggunaan CT Scan, antara lain:
1. Ada sedikit kemungkinan timbulnya kanker dari paparan radiasi yang berlebihan.
Namun, manfaat dari diagnosis yang akurat jauh melampaui risiko.
2. CT scan tidak dianjurkan untuk wanita hamil, kecuali jika secara medis diperlukan karena
potensi resiko bagi bayi sedangkan pemeriksaan pada ibu yang sedang dalam masa
menyusui harus menunggu selama 24 jam setelah injeksi bahan kontras sebelum
melanjutkan menyusui.
14
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang letaknya di dalam tubuh perlu dibuat foto Rontgen agar dapat menentukan letak dan luas
tumor sehingga arah penyinaran dapat ditentukan. Penentuan letak tumor ini sangat menentukan
jenis energi radiasi yang akan digunakan. Tumor yang letaknya pada kulit dapat disinari dengan
voltage rendah atau menengah, sedangkan yang terletak di bawah kulit menggunakan voltage
tinggi dan yang terletak jauh dibawah kulit seperti ovarium, bronchus dan oesafogus perlu
melakukan terapi super voltage.
Klasifikasi radioterapi sebagai berikut:
1. Terapi voltage rendah: 50 KV
Energi radiasi berbanding langsung dengan voltage, makin tinggi energi suatu radiasi makin
besar pula daya tembusnya.
Menggunakan satu lapangan, digunakan untuk tumor yang tidak dalam, kira-kira
2-3 cm di bawah kulit.
15
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.3.2 Berdasarkan distribusi dosis yang hendak dicapai maka teknik penyinaran beberapa
lapangan dibagi dalam :
Teknik terapi lapangan tetap (Ficed Field Therapy), digunakan agar tumor dapat
dosis yang merata dan lebih tinggi daripada jaringan tumor.
Yang tergolong dalam teknik lapangan tetap adalah :
a. Satu lapangan
16
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
b. Dua lapangan dengan mempergunakan Cross Fire Technic dan Teknik Tangensial.
Distribusi dosis dari 2 lapangan dengan Cross fire technic asal sinar ditunjukkan pada
suatu titik dibawah tumor dan dosis maksimum jatuh pada tumor. Jarak letak titik
dibawah tumor dimana arah sinar ditunjukkan tergantung sudut besar kecilnya
lapangan yang dipakai.
17
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Teknik tangensial, dipakai pada penyinaran suatu tumor dengan tujuan agar jaringan
di bawah tumor mendapat radiasi sedikit mungkin. Misalnya penyinaran karsinoma
(kanker mamma), jaringan paru di bawahnya sedikit mendapatkan radiasi.
4.3.3 Teknik rotasi, dapat dikerjakan pada sudut 120 derajat, 180 derajat dan 360 derajat.
Untuk sudut kurang dari 360 derajat prosentase dosis maksmimumnya tidak dapat lagi
terdapat pada titik pusat rotasi melaikan akan berpindah ke arah sinar datang dan terletak di
sebelah atas titik pusat rotasi, sehingga tumor harus berada di sebelah atas titik pusat rotasi.
5. Perhitungan Dosis.
Dosis serap adalah adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan
tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy) . pada dasarnya prinsip dasar
untuk menghitung dosis serap suatu radioterapi adalah sama tetapi pada aplikasinya
untuk masing-masing alat radioterapi akan berbeda. Hal ini karena teknik yang digunakan
berbeda sehingga parameter dan nilainya juga akan berbeda untuk setiap alat radioterapi
tersebut.
5.1 Kalkulasi dosis radiasi dari LINAC menggunakan teknik 4 lapangan
AP 60%
L 40% R40%
30 30
PA 60%
Foton energi 6 MV metode SAD dengan nilai TDnw 200 cGy, Depth AP/PA =10 Cm,
Depth R/L 17 Cm, Weight Factor 30 = 0.75, % Tar 10 Cm =0.7, % Tar 17 Cm= 0.59.
Luas lapangan pada AP/PA dan R/L adalah 10X10 Cm 2, maka dosis yang harus
diberikan dari AP/PA dan R/L adalah sebagai berikut :
AP
GAP = x TDnw
Dosis total
60
= x 200
200
= 60
G AP
MU =
%Depth Dose x OF x Weight Factor
19
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
=
0.7 x 1 x 1
= 85.7142
PA
GPA = x TDnw
Dosis total
60
= x 200
200
= 60
GPA
MU =
%Depth Dose x OF x Weight Factor
60
=
0.7 x 1 x 1
= 85.7142
R
GR = x TDnw
Dosis total
40
= x 200
200
= 40
GR
MU =
%Depth Dose x OF x Weight Factor
40
=
0.59 x 1 x 0.75
= 9 0.3954
L
GL = x TDnw
Dosis total
40
= x 200
200
= 40
20
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
GR
MU =
%Depth Dose x OF x Weight Factor
40
=
0.59 x 1 x 0.75
= 9 0.3954
Jadi dosis yang harus diberikan dari AP dan PA adalah sebesar 85.7142 MU ,
sedangkan dosis yang harus diberikan dari R dan L adalah sebesar 9 0.3954 MU .
Suatu bahan radioaktif memiliki Aktivitas radioaktif 100 mCi Iodine-125 (energi-g =
0.03 MeV) digunakan untuk meradiasi jaringan gondok yang massanya 20g yang
hanya diserap 35%.
21
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III
3.1 KESIMPULAN
1. Volume adalah bagian yang menunjukkan jaringan yang terkena tumor dan jaringan
sekitar tumor tersebut.Volume dalam radioterapi terdiri atas GTV,CTV, ITV dan PTV.
2. Dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa prosentase maupun distribusi radiasi
sangat tergantung pada ukuran lapangan penyinaran, besar sudut rotasi, dan bentuk
permukaan bagian tubuh yang mendapat penyinaran.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran dibidang pemeriksaan
diagnostik radiologi, yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh
atau organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 1,5
Tesla (1 Tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.
4. CT Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.CT-Scan
merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal utk
pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot dan tulang,
tenggorokan, rongga perut.
5. Keunggulan MRI dari radiodiagnostik yang lain antara lain, MRI lebih unggul untuk
mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang serta
muskuloskeletal.Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas. Dapat
melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi
yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan. Mampu membuat gambaran potongan
melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien. Selain itu pada MRI tidak
menggunakan radiasi pengion.
6. Perhitungan dosis serap untuk pesawat teleterapi Linac, Cobalt 60 dan Brachyterapy akan
berbeda cara perhitungannya meskipun pada dasarnya memiliki prinsip perhitungan dosis
yang sama.
22
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.2 SARAN
1. Untuk menentukan target volume diharapkan seakurat mungkin untuk menghindari
dampak negative pada jaringan sehat atau normal disekitarnya.
2. Teknik penyinaran harus dilakukan secara epat agar mendapatkan hasil terapi yang
maksimal dan kerusakan jaringan sehat yang minimal.
3. Agar menyesuaikan penggunaan alat radiodiagnosis yang dengan keadaan pasien
agar hasilnya tepat dan efisien biayanya.
23