Anda di halaman 1dari 23

PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

MAKALAH PERENCANAAN RADIOTERAPI

Anggota Kelompok :
Diah Rochmawati (081013090)

Primasari Cahya Wardhani (081113008)

Inganatul Islamiyah (081211331012)

Ahmad Haries Firmansyah (081211331136)

Erlin Nasocha (081211331149)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
1
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir saat ini, telah membawa
manusia pada suatu bidang baru yaitu radiasi. Prinsip dasar terapi radiasi adalah menimbulkan
kerusakan pada jaringan tumor sebesar mungkin, dengan kerusakan jaringan normal disekitar
tumor seminimal mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan penyinaran langsung pada tumor dari
berbagai arah, sehingga diperoleh dosis maksimum pada tumor tersebut.

Dalam perencanaan terapi radiasi, ada beberapa faktor yang perlu kita perhatikan, yaitu :
menetapkan letak dan luas lapangan tumor, menentukan teknik penyinaran dan distribusi dosis,
dan memperhitungkan toleransi jaringan sehat. Penentuan letak dan luas tumor dapat dilakukan
menggunakan CT,MRI dan patologi, sedangakn untuk teknik penyinaran dan distribusi dosis
dapat dilakukan dengan beberapa macam teknik.

Berdasarkan letak tumor, teknik penyinaran dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1. Teknik
penyinaran menggunakan satu lapangan, 2. Teknik penyiraran menggunakan beberapa lapangan
atau dengan teknik rotasi. Berdasarkan distribusi dosis yang akan dicapai, teknik penyinaran
dibagi menjadi dua macam, yaitu 1. Teknik terapi lapangan tetap, 2. Teknik rotasi. Pada teknik
penyinaran dan distribusi dosis ini, perlu memperhatikan toleransi jaringan sehat.

Batas toleransi jaringan sehat pada penyinaran ini, untuk menghindari terjadinya dosis
yang berlebihan atau radionekrosis (kematian sel karena sinar radiologi) pada jaringan sehat.
Semakin kecil lapangan penyinaran, maka toleransi jaringan semakin tinggi, dan sebalinya. Luas
lapangan radiasi harus sesuai dengan besar kecilnya tumor. Dari pembahasan di atas, dapat
diketahui bahwa prosentase maupun distribusi radiasi sangat tergantung pada ukuran lapangan
penyinaran, besar sudut rotasi, dan bentuk permukaan bagian tubuh yang mendapat penyinaran.

1.2 TUJUAN
1. Menentukan target volume radiasi.
2. Mengetahui simulasi pada perencanaan radioterapi.
3. Bagaimana prinsip kerja pesawat MRI dan CT Scan.
4. Bagaimana menentukan dosis pada linac, Cobalt 60 dan Brchyterapy.

2
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara menentukan target volume radiasi.
2. Bagaimana teknik penyinaran dan distribusi dosis yang tepat untuk mendapatkan dosis
maksimum pada tumor.
3. Bagaimana prinsip kerja pesawat MRI dan CT Scan.
4. Bagaimana menentukan dosis pada linac, Cobalt 60 dan Brchyterapy.

1.4 MANFAAT
1. Dengan menentukan target volume radiasi,kita dapat mengetahui letak dan luas tumor
secara tepat.
2. Dengan menggunakan teknik penyinaran dan distribusi dosis yang tepat kita bisa
mendapatkan dosis maksimum untuk tumor.
3. Dengan mempertimbangkan faktor faktor tertentu dalam terapi radioterapi kita dapat
meminimalkan dampak radiasi terhadap jaringan sehat.
4. Mengetahui perhitungan dosis serap pada Linac,Cobalt 60 dan Brachyterapy sehingga diperoleh
hasil terapi yang efektif.
5. Dengan mengetahui prinsip kerja MRI dan CT scan, kita dapat menyesuaikan penggunaan alat
tersebut untuk mendiagnosa bagian tubuh secara tepat dan sesuai.

BAB II

PEMBAHASAN

3
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Radioterapi adalah tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan menggunakan radiasi
pengion untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan pada sel normal
sekecil mungkin. Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila
mengenai sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya electron keluar dari orbit electron
tersebut. Pancaran energi berupa gelombang elektromagnetik seperti sinar gamma atau sinar X.
Sebelum melakukan tindakan radioterapi terlebih dahulu kita melakukan perencanaan radioterapi
seperti menentukan volume,melakukan simulasi dan menentukan teknik penyinaran dan
distribusi dosis.

1. Definisi volume.

Volume dalam istilah radioterapi menunjukkan bagian jaringan tumor dan jaringan
disekitar tumor tersebut. Dalam radioterapi dikenal beberapa jenis volume yaitu :
1.1 GTV (gross tumor volume) gross tumor volume terlihat sejauh dan terlokasi di
pertumbuhan sel ganas. GTV dapat dideteksi dari
1. Imaging modalities :CT, MRI, ultrasound,dll
2. Diagnostic modalities : pathology dan histological report
3. Tes klinis

1.2 CTV (clinical target volume). Adalah volume sub clinical pada penyakit ganas
mikroskopis. Letaknya diluar/sekitar GTV dan harus dihilangkan. CTV harus cukup diterapi
untuk tujuan radioterapi penyembuhan. CTV berada disekitar GTV secara langsung,
Mengandung penyakit mikroskopik dan area yang dianggap beresiko dan butuh diterapi.
Contohnya nodus limfa positif. CTV merupakan volume anatomi klinis,biasanya di tentukan
oleh onkologi radiologist dan konsultasi para ahli dengan radiologist dan pathologist. CTV
dinyatakan dengan batas dari GTV. Contoh CTV = GTV + 1 cm. kadang GTV dan CTV
dijadikan satu misalnya pada peningkatan prostat ke kelenjar.

1.3 ITV (internal target volume). Batas adalah bagian penting dalam terapi radioterapi.
Bergantung pada gerakan organ (batas internal),pengaturan pasien dan keselarasan
berkas(batas eksternal ). ITV terdiri atas CTV dan batas internal.batas internal dirancang
untuk mengambil variasi di posisi.ukuran dari CTV bergantung pada referensi pasien
biasanya oleh bony anatomy. Variasi dikarenakan gerakan organ misalnya bernapas,bunyi
dari rectal dan bladder.
4
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.4 PTV (planning target volume). PTV termasuk batas target internal batas tambahan untuk:
ketidakpastian pengaturan,toleransi mesin,variasi terapi intra.PTV terhubung pada bingkai
referensi mesin terapi. PTV = CTV +1 Cm.

1.5 Organ at risk (OAR) adalah organ yang sensitive terhadap radiasi yang terletak disekitar
tumor dan merupakan organ sehat.

Gambar a: Volume pada terapi prostat Gambar b : Model Volume

2. Perolehan data pasien dan simulasi.

Simulasi memberikan kemampuan untuk meniru sebagian geometri pengobatan dan


memvisualisasikan hasilnya. Dalam proses simulasi untuk seluruh terapi menggunakan
sistem perencanaan terapi terkomputerisasi,anatomi pasien dan target tumor dapat

5
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

digambarkan sebagai model 3D. Perolehan data pasien untuk membuat model pasien adalah
langkah awal pada simulasi proses ini. Pertimbangan umum perolehan data pasien:

1. Dimensi pasien selalu dibutuhkan untuk waktu terapi atau perhitungan unit monitor,baik
dibaca oleh caliper,oleh CT slices, atau dengan cara lain
2. Tipe evaluasi dosis juga menentukan jumlah data pasien yang dibutuhkan.
3. Tanda seperti bertulang atau tanda acuan dibutuhkan untuk mencocokkan posisi rencana
terapi dengan posisi pasien.
4. Informasi pasien dibutuhkan dalam bermacam perencanaan terapi dari yg belum
sempurna hingga perolehan data yang kompleks.
Bacaan jarak pada kulit
Penentuan manual kontur
Perolehan informasi CT atas volume yg luas.
Citra gambar (disebut gambar co-registration) menggunakan bermacam
teknik penggambaran seperti MRI CT dan PET.
5. Informasi pasien dibutuhkan pada perencanaan terapi khususnya bergantung pada sistem
apa yang harus dipakai. Misalnya2D atau 3D.

6. Perencanaan terapi 2D :
kontur pasien tunggal, diperoleh menggunakan timah kawat atau plester stribs,
ditranskripsi pada selembar kertas grafik, dengan titik referensi diidentifikasi
simulasi radiografi diambil untuk membandingkan dengan prt fil selama terapi.
Untuk perhitungan bidang yang tidak biasa,tempat tujuan dapat diidentifikasi pada
simulasi radiografi dan SSD sebaik kedalaman tujuan dapat ditentukan pada
siimulasi.
OAR dapat dikenali dan kedalamannya dapat ditentukan pada simulasi radiografi.

7. Perencanaan terapi 3D :
Dataset CT pada wilayah yang akan diterapi dibutuhkan dengan sebuah irisan tempat
yang cocok.
Sebuah kontur luar (digambarkan pada kulit atau immobilization mask) harus
digambarkan pada setiap CT slice yg digunakan untuk rencana terapi.
Tumor dan volume target biasanya digambarkan pada CT slices
OAR dan struktur penting yg lainnya harus digambarkan secara keseluruhan.jika
dosis volume histogram ingin dihitung.

6
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar : sistem 2 dimensi Gambar : 3 dimensi

Gambar c : CT simulator Gambar d: CT images

3. Prinsip kerja MRI dan CT scan.

3.1 Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran dibidang


pemeriksaan diagnostik radiologi, yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang
tubuh atau organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064
1,5 Tesla (1 Tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.
(Mulyono ; 2004)

Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai
arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakan dalam alat
MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet demekian juga arah
spinning dan preccesing akan sejajar dengan arah medan magnet. Saat diberikan frekuensi
radio maka atom H akan mengabsorbsi energi dari frekuensi radio tersebut akibatnya dengan

7
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

bertambahnya energi, atom H akan mengalami pembelokan sedangkan besarnya pembelokan


arah, dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi radio frekuensi yang diberikan. Sewaktu
radio frekuensi dihentikan maka atom H akan disejajarkan kembali dengan arah medan
magnet pada saat kembali inilah atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya.
Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan
diperkuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekkonstruksi citra berdasarkan
sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan. (Barry R ; 1988).

Secara garis besar instrumen MRI terdiri dari: a. Sistem magnet yang berfungsi
membentuk medan magnet. Agar dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu
mengetahui tentang : tipe magnet, efek medan magnet, magnet shielding ; shimming coil
dari pesawat MRI tersebut ; b. Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari
tiga buah kumparan koil, yaitu : 1.Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagittal.
2 . Gardien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal. 3. Gradien koil Z untuk membuat
citra potongan aksial . Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan
terbentuk potongan oblik; c. Sistem frequensi radio berfungsi membangkitkan dan
memberikan radio frequensi serta mendeteksi sinyal ; d. Sistem komputer berfungsi untuk
membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan menyimpan
memori beberapa citra; e. Sistem pencetakan citra, berfungsinya untuk mencetak gambar
pada film rongent atau untuk menyimpan citra.

Pasien ditempatkan dalam medan magnet, dan gelombang elektromagnet pulsa


diterapkan untuk membangkitkan objective nuclide di dalam tubuh. Nuclide yang
dibangkitkan akan kembali ke dalam energi semula dan akan melepaskan energi yang diserap
sebagai gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet yang dilepas ini adalah sinyal
MR. Sinyal ini dideteksi dengan kumparan (coil) untuk membentuk suatu gambar (image).

Yang perlu diperhatikan dengan memakai MR adalah nucleus (proton di dalam


tubuh). Nucleus mempunyai massa dan muatan positif serta berputar pada sumbunya.
Nucleus yang berputar ini dianggap sebagai suatu magnet batang kecil (small bar magnet).
Karena nucleus ditempatkan di dalam medan magnet statis, maka akan berputar (precession).
Ketika suatu pulsa RF yang mempunyai frekuensi sama dengan kecepatan/frekuensi dari
putaran diberikan, nucleus menyerap energi dari pulsa (yang disebut gejala resonansi). Pulsa

8
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

RF adalah gelombang elektromagnet dan disebut pulsa RF (Radio Frequency) karena band
frekuensinya. Ketika pulsa RF dimatikan, nucleus kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi yang diserap (yang disebut relaxation). Dengan membuat nucleus
memancarkan sinyal ketika melepaskan energi yang diserap, suatu gambar (image)
dihasilkan.

Permanent magnet (generating a constant static magnetic field)


Gradient magnetic field coil (providing MR signal with positional information)
Transmitter coil (applying an RF pulse)
Receiver coil (receiving MR signal)

Display

Image Processing system


Nc

Rf Signal

Gambar model cara kerja MRI

Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi, ukuran,


bentuk, perluasan dan lain-lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh
dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh aksial, sagittal, koronal
atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya. Adapun jenis
pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :

1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada: kelenjar pituitary, lobang telinga
dalam, rongga mata, sinus.

2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak,


pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti
aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi.

3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor,


infeksi, trauma, kelainan bawaan.

9
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

4. Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan tangan,


pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen,
tumor, infeksi/abses dan lain lain.

5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu,
pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli.

6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru paru, jantung.

Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu :

1. MRI lebihunggul untuk mendeteksi beberapa kelainan padajaringan lunak seperti otak,
sumsum tulang serta muskuloskeletal.

2. Mampu memberi gambarandetail anatomi dengan lebih jelas.

3. Mampumelakukan pemeriksaan fungsional sepertipemeriksaan difusi, perfusi dan


spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.

4. Mampu membuat gambaran potongan melintang,tegak, dan miring tanpa merubah posisi
pasien.

5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.

3.2 CT Scan

CT Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu prosedur yang digunakan


untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.CT-
Scan merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal utk
pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan,
rongga perut.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara
suatu kelainan, yaitu :

10
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

1. Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.

2. Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.

3. Brain contusion.

4. Brain atrofi.

5. Hydrocephalus.

6. Inflamasi.

Peralatan sistem CT Scan terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1. Sistem Pemroses Citra.

2. Sistem Komputer dan Kendali.

3. Stasiun Operasi dan Stasiun Pengamat.

11
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.2.1 Sistem Pemroses Citra (Scanner)

Sistem pemroses citra terdapat dalam frame pipa dari mesin dan merupakan bagian
sistem yang langsung berhadapan dengan objek/pasien. Scanner terdiri atas sumber sinar-x,
collimator, detektor, dan bagian akuisisi data. Diagram blok dari scanner mesin CT Scan
dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber sinar-x (x-ray tube dalam gambar di atas) menembakkan sinar-x ke arah
pasien. Collimator adalah penghalang sinar radiasi dan berfungsi memfokuskan sinar-x
yang ditembakkan oleh x-ray tube pada satu slice (potongan) saja. Detektor radiasi
biasanya berupa detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ditembus oleh radiasa
maka akan terjadi ionisasi gas-gas di dalamnya. Ionisasi tersebut menimbulkan arus listrik
pada keluaran detektor yang sebanding dengan intensitas sinar radiasi yang mengenai
receiver detektor. Keluaran detektor kemudian dikirim ke bagian akuisisi data yang

12
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

berfungsi mengubah besaran-besaran listrik dari detektor menjadi sinyal analog yang
kemudian akan melalui konversi Analog-to-Digital. Hasil pengkonversian A/D itu dikirim
ke bagian komputer dan kendali untuk di-compile oleh komputer.

3.2.2 Sistem Komputer dan Kendali

Bagian komputer bertanggung jawab atas rekonstruksi gambar dan sistem kendali
seluruh sistem CT Scan. Sistem Komputer dan Kendali ini terdiri atas prosesor, sistem I/O,
dan hard disk.

Processor atau CPU (unit pemroses pusat) mempunyai fungsi untuk membaca dan
menginterprestasikan instruksi, melakukan penghitungan, dan menyimpan hasil-hasil
dalam memory. CPU yang digunakan mempunyai bus data 16,32 atau 64 bit. Tipe
komputer yang digunakan bisa mikro komputer dan bisa mini komputer, namun harus
memenuhi unjuk kerja dan kebutuhan sistem CT Scanner. Harddisk mempunyai fungsi
untuk menyimpan data dan software.

3.2.3 Stasiun Operator dan Stasiun Pengamat

CT Scanner pada umumnya dilengkapi dengan dua buah monitor dan keyboard.
Masing-masing sebagai operator station dan viewer station dan keduanya mempunyai tugas
yang berbeda. Operation Station mempunyai fungsi sebagai operator kontrol untuk
mengontrol beberapa parameter scan seperti tegangan anoda, waktu scan dan besarnya arus
filamen. Sedangkan viewer station mempunyai fungsi untuk memanipulasi sistem
pemroses citra. Bagian ini mempunyai sistem kontrol yang dihubungkan dengan sistem
keluaran seperti hard copy film, magnetic tape, dan paper print out. Dari bagian ini dapat
dilakukan pekerjaan untuk menganalisa hasil scanning.

Manfaat dari penggunaan CT Scanner antara lain:

1. CT scan tidak menimbulkan rasa sakit, non-invasif dan akurat.

2. Keuntungan utama dari CT Scan adalah kemampuannya untuk pencitraan tulang,


jaringan lunak dan pembuluh darah, semua pada waktu yang sama.

13
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. CT scan memberikan gambar sangat rinci dari banyak jenis jaringan seperti paru-paru,
tulang, dan pembuluh darah.

4. Pemeriksaan CT Scan cepat dan sederhana dan dalam kasus-kasus darurat dapat
menunjukkan luka atau pendarahan dengan cukup cepat untuk membantu menyelamatkan
nyawa.

5. Diagnosis dengan CT scan dapat menghilangkan kebutuhan untuk eksplorasi operasi dan
biopsi bedah.

6. Tidak ada radiasi yang masih berada dalam tubuh pasien setelah pemeriksaan dan Sinar-
X yang digunakan dalam CT scan biasanya tidak memiliki efek samping.

Selain itu terdapat beberapa resiko dari penggunaan CT Scan, antara lain:

1. Ada sedikit kemungkinan timbulnya kanker dari paparan radiasi yang berlebihan.
Namun, manfaat dari diagnosis yang akurat jauh melampaui risiko.

2. CT scan tidak dianjurkan untuk wanita hamil, kecuali jika secara medis diperlukan karena
potensi resiko bagi bayi sedangkan pemeriksaan pada ibu yang sedang dalam masa
menyusui harus menunggu selama 24 jam setelah injeksi bahan kontras sebelum
melanjutkan menyusui.

4 Menentukan teknik penyinaran dan distribusi dosis radiasi.

4.1 Teknik penyinaran dan distribusi dosis.


Dalam perencanaan Terapi Radiasi, sebelum dilakukan terapi radiasi perlu adanya perencanaan
yang baik sehingga dalam pelaksanaan terapi radiasi dapat memberikan hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan terapi radiasi adalah:
menetapkan letak dan luas tumor, teknik penyinaran dan distribusi dosis, toleransi jaringan.

4.2 Menetapkan Letak dan Luas Tumor.


Tumor yang dangkal dapat diraba sehingga mudah menentukan luas tumor. Untuk tumor

14
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang letaknya di dalam tubuh perlu dibuat foto Rontgen agar dapat menentukan letak dan luas
tumor sehingga arah penyinaran dapat ditentukan. Penentuan letak tumor ini sangat menentukan
jenis energi radiasi yang akan digunakan. Tumor yang letaknya pada kulit dapat disinari dengan
voltage rendah atau menengah, sedangkan yang terletak di bawah kulit menggunakan voltage
tinggi dan yang terletak jauh dibawah kulit seperti ovarium, bronchus dan oesafogus perlu
melakukan terapi super voltage.
Klasifikasi radioterapi sebagai berikut:
1. Terapi voltage rendah: 50 KV

2. Terapi voltage menengah: 100-140 KV

3. Terapi voltage tinggi: 200-400 KV

4. Terapi super voltage: >>1000KV

Energi radiasi berbanding langsung dengan voltage, makin tinggi energi suatu radiasi makin
besar pula daya tembusnya.

4.3 Teknik penyinaran dan distribusi dosis.


Teknik penyinaran sangat penting oleh karena sangat berkaitan dengan distribusi
dosis pada tumor. Melalui teknik penyinaran yang baik, distribusi dosis pada tumor dapat
merata dan lebih tinggi daripada dosis jaringan sekitarnya.Melalui teknik penyinaran yang
baik, distribusi dosis pada tumor dapat merata dan lebih tinggi daripada dosis jaringan
sekitarnya.

4.3.1 Berdasarkan letak tumor maka teknik penyinaran terbagi dalam:

Menggunakan satu lapangan, digunakan untuk tumor yang tidak dalam, kira-kira
2-3 cm di bawah kulit.

15
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.2 Teknik penyinaran menggunakan satu lapangan

Menggunakan beberapa lapangan atau dengan teknik rotasi.Pada teknik


penyinaran biasanya dikerjakan pada tumor yang letaknya dalam dibawah kulit.

Gambar 2.3 Teknik penyinaran menggunakan beberapa lapangan

4.3.2 Berdasarkan distribusi dosis yang hendak dicapai maka teknik penyinaran beberapa
lapangan dibagi dalam :
Teknik terapi lapangan tetap (Ficed Field Therapy), digunakan agar tumor dapat
dosis yang merata dan lebih tinggi daripada jaringan tumor.
Yang tergolong dalam teknik lapangan tetap adalah :

a. Satu lapangan

16
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

b. Dua lapangan dengan mempergunakan Cross Fire Technic dan Teknik Tangensial.

c. Tiga lapangan berhadap-hadapan (opposing field).

Untuk dua lapangan dengan menggunakan:


1. Cross fire technic, sinar difokuskan pada suatu titik di bawah tumor agar dosis
maksimum jatuh pada tumor karena dosis maksimum terletak di atas titik tersebut.

Gambar :4.1.b Teknik penyinaran menggunakan Cross fire technic

Distribusi dosis dari 2 lapangan dengan Cross fire technic asal sinar ditunjukkan pada
suatu titik dibawah tumor dan dosis maksimum jatuh pada tumor. Jarak letak titik
dibawah tumor dimana arah sinar ditunjukkan tergantung sudut besar kecilnya
lapangan yang dipakai.

17
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Teknik tangensial, dipakai pada penyinaran suatu tumor dengan tujuan agar jaringan
di bawah tumor mendapat radiasi sedikit mungkin. Misalnya penyinaran karsinoma
(kanker mamma), jaringan paru di bawahnya sedikit mendapatkan radiasi.

3. Tiga lapangan berhadap-hadapan (opposing field), digunakan untuk mendapatkan


dosis maksiumum pada tumor dengan mempergunakan tiga lapangan yang
berhadapan. Misalnya penyinaran terhadap karsinoma.(kanker oesofagus)

4.3.3 Teknik rotasi, dapat dikerjakan pada sudut 120 derajat, 180 derajat dan 360 derajat.
Untuk sudut kurang dari 360 derajat prosentase dosis maksmimumnya tidak dapat lagi
terdapat pada titik pusat rotasi melaikan akan berpindah ke arah sinar datang dan terletak di
sebelah atas titik pusat rotasi, sehingga tumor harus berada di sebelah atas titik pusat rotasi.

Gambar :4.1.c Teknik penyinaran Rotasi

Gambar 4.1.d : Wedge filters Gambar 4.1.e : Radioterapi


18
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Perhitungan Dosis.
Dosis serap adalah adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan
tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy) . pada dasarnya prinsip dasar
untuk menghitung dosis serap suatu radioterapi adalah sama tetapi pada aplikasinya
untuk masing-masing alat radioterapi akan berbeda. Hal ini karena teknik yang digunakan
berbeda sehingga parameter dan nilainya juga akan berbeda untuk setiap alat radioterapi
tersebut.
5.1 Kalkulasi dosis radiasi dari LINAC menggunakan teknik 4 lapangan

AP 60%

L 40% R40%

30 30

PA 60%
Foton energi 6 MV metode SAD dengan nilai TDnw 200 cGy, Depth AP/PA =10 Cm,
Depth R/L 17 Cm, Weight Factor 30 = 0.75, % Tar 10 Cm =0.7, % Tar 17 Cm= 0.59.
Luas lapangan pada AP/PA dan R/L adalah 10X10 Cm 2, maka dosis yang harus
diberikan dari AP/PA dan R/L adalah sebagai berikut :

AP
GAP = x TDnw
Dosis total

60
= x 200
200

= 60

G AP
MU =
%Depth Dose x OF x Weight Factor

19
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

60
=
0.7 x 1 x 1

= 85.7142

PA
GPA = x TDnw
Dosis total

60
= x 200
200

= 60

GPA
MU =
%Depth Dose x OF x Weight Factor

60
=
0.7 x 1 x 1

= 85.7142

R
GR = x TDnw
Dosis total

40
= x 200
200

= 40

GR
MU =
%Depth Dose x OF x Weight Factor

40
=
0.59 x 1 x 0.75

= 9 0.3954

L
GL = x TDnw
Dosis total

40
= x 200
200

= 40

20
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

GR
MU =
%Depth Dose x OF x Weight Factor

40
=
0.59 x 1 x 0.75

= 9 0.3954

Jadi dosis yang harus diberikan dari AP dan PA adalah sebesar 85.7142 MU ,
sedangkan dosis yang harus diberikan dari R dan L adalah sebesar 9 0.3954 MU .

5.2 Contoh kalkulasi pada Brachyterapy

Suatu bahan radioaktif memiliki Aktivitas radioaktif 100 mCi Iodine-125 (energi-g =
0.03 MeV) digunakan untuk meradiasi jaringan gondok yang massanya 20g yang
hanya diserap 35%.

Aktivitas Radioaktifnya sebesar : 0.35 x 100 mCi = 35 mCi


Aktivitas tersebut akan sama dengan : 35 x 3.7 x 107 = 129.5 x 107 foton/detik.
Energi yang akan dilepas ke kelenjar gondok : 129.5 x 107 x 0.03 MeV/detik =
3,885 x 107 MeV x 1.602 x 10-13 J/MeV = 6.22377 x 10-6 J
Dosis yang diterima kelenjar gondok = 6.22377 x 10-6 J/0.02 Kg = 3.11 x 10-4
J/Kg.

21
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

1. Volume adalah bagian yang menunjukkan jaringan yang terkena tumor dan jaringan
sekitar tumor tersebut.Volume dalam radioterapi terdiri atas GTV,CTV, ITV dan PTV.
2. Dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa prosentase maupun distribusi radiasi
sangat tergantung pada ukuran lapangan penyinaran, besar sudut rotasi, dan bentuk
permukaan bagian tubuh yang mendapat penyinaran.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran dibidang pemeriksaan
diagnostik radiologi, yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh
atau organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 1,5
Tesla (1 Tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.
4. CT Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.CT-Scan
merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal utk
pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot dan tulang,
tenggorokan, rongga perut.
5. Keunggulan MRI dari radiodiagnostik yang lain antara lain, MRI lebih unggul untuk
mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang serta
muskuloskeletal.Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas. Dapat
melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi
yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan. Mampu membuat gambaran potongan
melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien. Selain itu pada MRI tidak
menggunakan radiasi pengion.
6. Perhitungan dosis serap untuk pesawat teleterapi Linac, Cobalt 60 dan Brachyterapy akan
berbeda cara perhitungannya meskipun pada dasarnya memiliki prinsip perhitungan dosis
yang sama.

22
PERENCANAAN RADIOTERAPI UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.2 SARAN
1. Untuk menentukan target volume diharapkan seakurat mungkin untuk menghindari
dampak negative pada jaringan sehat atau normal disekitarnya.
2. Teknik penyinaran harus dilakukan secara epat agar mendapatkan hasil terapi yang
maksimal dan kerusakan jaringan sehat yang minimal.
3. Agar menyesuaikan penggunaan alat radiodiagnosis yang dengan keadaan pasien
agar hasilnya tepat dan efisien biayanya.

23

Anda mungkin juga menyukai