Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH TEKNIK RADIOGRAFI 3

Dosen pengampu : Rizki Amalia,S.ST,M.Tr.Kes

Disusun oleh: kelompok 2

Kelas 2B

1. Shehnaz Merinda (P1337430319008)

2. Syahdat Bintara Tanjung (P1337430319010)

3. Anggraeni Indri Silvianti (P1337430319016)

4. Selvy Ayu Wardana (P1337430319024)

5. Rizky Saputra (P1337430319046)

6. Harlan Putra Wibowo (P1337430319050)

7. Diky Candra (P1337430319054)

8. Marcel Rafli Pradana (P1337430319066)

9. Paras Aniqa Zulfa (P1337430319070)

10. Assajdah Putri Maharani (P1337430319076)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN


RADIOTERAPI PURWOKERTO

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


TEKNIK RADIOGRAFI CHOLECYSTOGRAPHY

1) Tujuan Pemeriksaan Cholecystography

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menggambarkan anatomi, fisiologi


dan patologi dari kandung empedu dan ductus ductusnya

2) Persiapan Pemeriksaan Cholecystography


 Persiapan Alat Pemeriksaan Cholecystography:
 Pesawat sinar-X
 Kaset dan film 24 x 30 
 Grid/lysolm
 Gonad shield
 Marker
 Persiapan Alat Steril Pemeriksaan Cholecystography:
 Kapas alkohol atau wipes
 Handuk atau spon untuk bantalan lengan
 Peralatan kegawat daruratan (tabung Oksigen, alat suction, dan lain-lain)
 Spuit
 Needle
 Media kontras
IVC : iodipamide (biligrafin forte) 50% atau biligrafin 30%
OCG : Telepaque (tablet/powder/liquid), Biliodyl (tablet) dan Orabilix
 Pemasukan Media Kontras dalam Pemeriksaan Cholecystography
Pada pemeriksaan Cholecystography, media kontras yang digunakan dapat
dimasukkan secara intravena (IV) dan Oral (mulut)
 Teknik Pemasukkan Media Kontras secara IV
1. Media kontras biasanya diinjeksi melalui vena cubiti yang
selanjutnya melalui jantung dan diedarkan melalui arterial
circulation.
2. Media kontras sampai ke liver melalui arteri hepatika dan vena porta.
3. Media kontras akan mengalami perubahan biokimia, kemudian
disekresikan dan ditampung di gall bladder
 Persiapan Pasien:
 24 jam sebelum pemeriksaan pasien diet makanan berlemak dan berserat
 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat kontras 6 tablet
 8 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar (urus urus),
selanjutnya puasa
 Jika diperlukan, 2 jam sebelum pemeriksaan diberikan pencahar
supositoria atau dilakukan klisma tinggi
 Sebelum pemeriksaan pasien minum obat kontras lagi 6 tablet
3) Prosedur Pemeriksaan Cholecystography

Teknik Radiografi Oral Cholecystography


1. Proyeksi PA (scout)
 Posisi Pasien: Prone, kepala diberi bantal, kedua tangan di samping
kepala, tungkai bawah lurus dengan suport pada ankle
 Posisi Obyek: setengah bagian tubuh berada pada pertengahan kaset
(sthenic type), gall blader lebih horizontal dan 5cm lebih tinggi dan
lebih lateral (hypersthenic), gall blader vertical 5cm lebih rendah dan
dekat midline (asthenic)
 Batas bawah SIAS
 Batas samping kanan tepi tubuh
 Batas atas dan kiri menyesuaikan
 CR: Vertikal/tegak lurus kaset
 CP: Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah
costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
 FFD: 100 cm
 Ekspose: Pasien tahan nafas saat ekspirasi

2. Proyeksi PA Oblik (LAO)


 Posisi Pasien: Prone
 Posisi Obyek:
1. Seperempat tubuh bagian kanan dipertengahan meja
2. Tangan kiri di samping tubuh dan tangan kanan ditekuk di kepala
3. Untuk sthenic/hypostenic penyudutan badan 20-25º dengan meja
pemeriksaan
4.Untuk hyperstenic penyudutan badan 15-20º dengan meja
pemeriksaan
5. Untuk asthenic penyudutan badan 35-40º dengan meja pemeriksaan
6. Batas bawah kaset pada SIAS dan batas atas kaset pada diafragma
 Batas bawah: SIAS
 Batas atas: diafragma dengan seperempat tubuh bagian kanan di
pertengahan meja
 Central Ray: Vertikal/tegak lurus
 Central Point: Kurang lebih 7,5 cm kearah kanan dari Lumbal ke-3
 FFD: 100 cm
 Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi

3. Right Lateral Decubitus (RLD)


 Posisi Pasien: Pasien tidur miring ke arah kanan 
 Posisi Objek:
1. Kepala pada bantal
2. Kedua lengan difleksikan di atas kepala
3. Kedua knee ditekuk semaksimal mungkin
4. Gallblader pada pertengahan kaset
5. Tidak ada rotasi pada pelvis
6. Pastikan shoulder dan hip true lateral
 Central Ray: Horizontal/tegak lurus
 Central Point: Setengah bagian kanan abdomen
 FFD: 100 cm
 Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi
 Jika gambaran kandung empedu terlihat (terisi kontras)
1. Pasien diberikan makanan lemak (susu, roti mentega dan telur)
2. 2 jam sesudah makan dibuat foto dengan posisi yang sama (PA,
LAO dan RLD)
3. Berikutnya dibuar spot foto dengan selang waktu setiap setengah
jam
4. Foto ini bertujuan untuk melihat pengosongan kandung empedu
Teknik Radiografi Intravena Cholecystography (IVC)

1. Proyeksi PA (scout)
 Posisi Pasien: Prone
 Posisi Obyek:
1. Kepala diberi bantal
2. Kedua tangan di samping kepala
3. Tungkai bawah lurus dengan suport pada ankle
4. Setengah bagian kanan tubuh berada pada pertengahan kaset
(sthenik) dan gallblader lebih horizontal, 5 cm lebih tinggi dan lateral
untuk hypersthenik, untuk asthenic gallblader vertikal dan 5 cm lebih
rendah dan dekat midline
5. Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis
 Central Ray: Vertikal/tegak lurus
 Central Point: Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin
terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
 FFD: 100 cm
 Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
 Injeksi: Informasikan pada pasien, kemungkinan adanya hot flush saat
media kontras diinjeksikan.
2. Post injeksi (AP Oblique (RPO)
 Posisi Pasien: Supine 
 Posisi Obyek:
1.Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh menempel di meja
pemeriksaan dan bagian kiri tubuh menyudut 10-20º dengan meja
pemeriksaan
2. Kedua lengan difleksikan di atas kepala
 Central Ray: Vertikal/tegak lurus
 Central Point: Sekitar 2 inchi superior dari prone oblique (sekitar 7,5
cm kearah kanan dari lumbal ke-3 dan 2 inchi superior)
 FFD: 100 cm
 Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi
TEKNIK RADIOGRAFI ESOPAGOGRAM (BARIUM SWALLOW)

1) Tujuan Pemeriksaan:
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menggambarkan anatomi, fisiologi
dan patologi dari esophagus dan pharynx
2) Persiapan Pemeriksaan:
 Persiapan Pasien:
 Prinsip tidak ada persiapan khusus, kecuali dilanjutkan untuk pemeriksaan
lambung & duodenum (terkadang disertai puasa 6 jam sebelum pemeriksaan
untuk mengurangi gas dan refluk)
 Penjelasan pada pasien
 Pasien mengisi informed concent
 Persiapan Alat dan Bahan:
 Pesawat + Flouroskopi
 Baju Pasien
 Gonad shield
 IR ukuran 30 x 40 cm, grid/ bucky table
 X-Ray marker
 Tissue/kertas pembersih
 Bahan kontras: Barium suspensi 250% w/v
 Air Hangat
 Sendok / sedotan
3) Prosedur Pemeriksaan:
1. Right Anterior Oblique (RAO)
 Faktor Teknik:
 SID 102 cm, 183 jika pasien erect
 Ukuran IR 30x40, w grid, portrait
 Proteksi: gonad shield, lindungi area radiosensitif di luar area px 
kolimasi secukupnya
 Posisi Pasien:
 Recumbent (+disarankan)  karena dpt mengisi penuh esofagus
 Erect  faktor gravitasi berpengaruh
 Oblik 35°-40° dr prone, sisi kanan menempel IR
 Posisi Obyek:
 Oblik 35°-40° dr prone, sisi kanan menempel IR
 IR diatur 5 cm di atas shoulder
 Arah Sinar:
 Tegak lurus IR
 CP setinggi Th-6 (5-8 cm di bawah jugular notch)
 Eksposi: setelah pasien menelan, tahan nafas
 Kriteria Radiograf:

2. Left Lateral
 Faktor Teknik:
 SID 102 cm, 183cm jika pasien erect
 Ukuran IR 30x40, w grid, portrait
 Proteksi: gonad shield, lindungi area radiosensitif di luar area px 
kolimasi secukupnya
 Posisi Pasien:
 Recumbent (+disarankan)  karena dpt mengisi penuh esofagus
 Erect  faktor gravitasi berpengaruh
 Posisi Obyek:
 Tidur miring kiri, kedua tangan dijauhkan dr obyek
 IR diatur 5 cm di atas shoulder
 Arah Sinar:
 Tegak lurus IR
 CP setinggi Th-6 (5-8 cm di bawah jugular notch)
 Eksposi: setelah pasien menelan,tahan nafas
 Kriteria Radiograf:

3. Antero Posterior (AP)


 Faktor Teknik:
 SID 102 cm, 183 jika pasien erect
 Ukuran IR 30x40, w grid, portrait
 Proteksi: gonad shield, lindungi area radiosensitif di luar area px 
kolimasi secukupnya
 Posisi Pasien:
 Recumbent (+disarankan)  karena dpt mengisi penuh esofagus
 Erect  faktor gravitasi berpengaruh
 Posisi Obyek:
 Supine, MSP tengah IR, shoulder dan hip no rotation
 IR diatur 5 cm di atas shoulder
 Arah Sinar:
 Tegak lurus IR
 CP setinggi Th-6 (5-8 cm di bawah jugular notch)
 Eksposi: setelah pasien menelan, tahan nafas
 Kriteria Radiograf:

4. Left Anterior Oblique (LAO)


 Faktor Teknik:
 SID 102 cm, 183 jika pasien erect
 Ukuran IR 30x40, w grid, portrait
 Proteksi: gonad shield, lindungi area radiosensitif di luar area px 
kolimasi secukupnya
 Posisi Pasien:
 Recumbent (+disarankan)  karena dpt mengisi penuh esofagus
 Erect  faktor gravitasi berpengaruh
 Posisi Obyek:
 Oblik 35°-40° dr prone, sisi kiri menempel IR
 IR diatur 5 cm di atas shoulder
 Arah Sinar:
 Tegak lurus IR
 CP setinggi Th-6 (5-8 cm di bawah jugular notch)
 Eksposi: setelah pasien menelan, tahan nafas
 Kriteria Radiograf:
Teknik Radiografi Upper Gastrointestinal Series (OMD)

1) Tujuan Pemeriksaan:
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menggambarkan anatomi, fisiologi
dan patologi saluran pencernaan atas (esophagus, lambung, duodenum)
2) Persiapan Pemeriksaan:
 Persiapan Alat dan Bahan:
 Pesawat + Flouroscopy
 Film + kaset + grid ukuran 24 X 30 cm, 30 x 40 cm
 Apron
 Sarung tangan Pb
 Baju pasien
 Gelas dan sendok
 Tissue
 Bengkok
 Marker
 Media kontras barium sulfat
 Obat emergensi : dexametason, delladryl, dll
 Barium Encer (air hangat) (BaSO4 : air = 1 : 4) ± 200cc
 Air minum
 Kontras negatif : tablet efferfecent, natrium sulfas, sprite dll
 Persiapan Pasien:
 Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yg akan dilakukan 
kooperatif
 2 hari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat untuk mencegah
pembentukan gas akibat fermentasi
 Lambung harus dlm kondisi kosong, untuk memastikan lambung kosong
dr makanan dan air pasien puasa 8 – 9 jam sebelum pemeriksaan
 Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yg menggandung
substansi radiopaque seperti steroid, pil kontrasepsi dll
 Sebaiknya kolon bebas dari fecal material dan udara bila perlu diberikan
zat laxative
 Tidak boleh merokok (nicotine merangsang sekresi saliva)
 Pasien diminta mengisi inform concent
3) Prosedur Pemeriksaan:
 Single contrast:
 Penjelasan pada pasien tentang prosedur Foto Polos abdomen
 Dibuat foto polos abdomen/dilakukan flouroskopi hepar, dada dan
abdomen
 Pasien diberikan Media Kontras ± 1 gelas/ 200 cc
 Jika memungkinkan pasien dalam posisi berdiri, jika pasien recumbent
pasien minum dengan sedotan
 Pasien diinstruksikan minum 2 – 3 teguk media kontrast, dilakukan
manipulasi agar seluruh mukosa terlapisi diikuti flouroskopi atau dibuat
foto yg dibutuhkan
 Setelah melihat rugae (lekukan yg ada di colon) pasien minum sisa barium
untuk melihat pengisian penuh dan duodenum
 Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan meja dp disudutkan shg
seluruh aspek oesophagus, lambung dan duodenum terlihat
 Double contrast:
 Setelah minum media kontras positif, pasien diberikan pil, bubuk carbonat
dsb untuk menghasilkan efek gas
 Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk berguling-guling 4
– 5 putaran sehingga seluruh mukosa terlapisi
 Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraski
lambung (lambung lebih relax)
 Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan
sama pada teknik single contrast
 Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah-daerah yang
diinginkan
 Barium Swallow adalah pemeriksaan radiologis oesophagus dgn cara
menelan media kontras
 Barium meal adalah pemeriksaan radiologis lambung dan duodenum dgn
cara meminum MK
 Barium Follow through pemeriksaan radiologis usus halus dgn meminum
MK, klanjutan dari pemeriksaan barium meal
 Proyeksi Pemrotetan:
 PA erect (film 30 x 40)  untuk melihat type dan posisi lambung
 Lateral erect  untuk melihat space retrogastric kiri
 PA recumbent  untuk melihat gastroduodenal surface
 PA Oblik (RAO)  untuk melihat pyloric canal dan duodenal bulb
 Right Lateral Decubitus  duodenal loop, duodenojujunal junction dan
retrograstric space
 AP recumbent  melihat bagian fundus terutama pada teknik double
kontrast, rotasi lateral untuk melihat lesi pada dinding anterior dan
posterior, retogastric portion dr jejunum dan illium
 Variasi supine dg mengatur kepala lebih rendah 25o – 30o untuk melihat
hernia hiatal dan 10o - 15o dan rotasi pasien ke depan (sisi kanan dekat
meja) untuk melihat gastroesophageal junction juga untuk melihat
regurgitasi
 Teknik Pemeriksaan:
1. RAO Position
 Posisi Pasien: Recumbent
 Posisi Obyek: Dari posisi recumbent putar 40-70 derajat dengan bagian
tubuh depan kanan menghadap IR atau meja, letakkan lengan kanan ke
bawah dan lengan kiri ditekuk di siku dan di atas kepala pasien,
fleksikan lutut kiri untuk menopang
 CR: Tegak lurus terhadap IR
Tipe Sthenic: CR dan IR tengah ke bulb duodenum setinggi L2
Sthenic: pusat sekitar 2 inchi atau 5 cm lebih rendah dari L2
Hypersthenic: pusat sekitar 2 inchi atau 5 cm di atas tingkat L2 dan
lebih dekat garis tengah
 SID: 100 cm
 Ekspose: pasien tahan nafas di akhir respirasi
 Struktur yang ditunjukan: seluruh perut dan C-loop duodenum terlihat

 Hasil Radiograf:

2. Proyeksi PA
 Posisi Pasien: Prone dengan tanagn di samping kepala
 Posisi Obyek: Sejajarkan bidang perut midsagital dengan garis tengah
ke CR, pastikan badan tidak rotasi
 CR: Tegak lurus terhadap IR
Tipe Sthenic: CR pusatdan IR ke level pylorus dan bulb duodenum
pada level L2
Asthenic: pusatkan sekitar 2 inchi atau 5 cm di bawah ketinggian L2
Hypersthenic: pusat sekitar 2 inchi atau 5 cm di atas tingkat L2 dan
lebih dekat garis tengah. Pusatkan kaset ke CR
 SID: 100cm
 Ekspose: pasien tahan nafas di akhir respirasi
 Struktur yang ditunjukkan: seluruh perut dan duodenum terlihat

 Hasil Radiograf:

3. Right Lateral Position


 Posisi Pasien: Recumbent dalam posisi menyamping kanan, sediakan
bantal untuk kepala dan letakkan lengan di atas kepala pasien dan
tekuk lutut
 Posisi Obyek: Pastikan bahu dan pinggul berada dalam posisi lateral
yang sebenarnya. Pusat IR pada CR (bagian bawah kaset kira-kira
setinggi puncak iliaca)
 CR: tegak lurus terhadap IR
Tipe sthenic: CR dan IR tengah ke bulb duodenum setinggi L1
Hypersthenic: pusat sekitar 2 inchi atau 5 cm di atas L1
Asthenic: pusatnya sekitar 2 inchi atau 5 cm di bawah L1
 SID: 100cm
 Ekspose: tahan nafas di akhir ekspirasi
 Struktur yang ditunjukkan: seluruh perut dan duodenum terlihat
 Hasil Radiograf:

4. LPO Position
 Posisi Pasien: recumbent, dengan tubuh diputar sebagian ke posisi
LAO
 Posisi Obyek: putar 30-60 derajat dari posisi terlentang, dengan
posterior kiri menghadao IR tau meja, fleksikan lutut kanan, retangkan
lengan kiri dari tubuh dan angkat lengan kanan tinggi di dada untuk
memegang ujung meja sebagai penyangga. Pusat IR di CR (bagian
bawah kaset kira-kira setinggi puncak iliaca)
 CR: tegak lurus terhadap IR
Tipe sthenic: CR tengah dan IR ke level L1
Asthenic: pusatkan sekitar 2 inchi atau 5 cm di bawah ketinggian L2
Hypersthenic: pusat sekitr 2 inchi atau 5 cm di atas tingkat L2 dan
lebih dekat garis tengah
 SID: 100cm
 Ekspose: tahan nafas di akhir ekspirasi
 Struktur yang ditunjukkan: seluruh perut dan C-loop duodenum terlihat
 Hasil Radiograf:

5. AP Projection
 Posisi Pasien: Supine, lengan di samping, bantalan untuk kepala
 Posisi Obyek: Sejajarkan bidang perut midsagital dengan garis tengah
ke meja, pastikan badan tidak rotasi. Pusatkan kaset ke CR (kaset harus
setinggi puncak iliaca)
 CR: tegak lurus terhadap IR
Tipe sthenic: CR tengah dan IR ke level L1
Hypersthenic: pusat sekitar 1 inchi atau 2,5 cm di atas L1
Asthenic: tengah sekitar 2 inchi atau 5 cm di bawah dan lebih dekat ke
garis tengah
 SID: 100cm
 Ekspose: tahan nafas di akhir ekspirasi
 Struktur yang ditunjukkan: seluruh perut dan duodenum terlihat,
diafragma dan bidang paru-paru bagian bawah dimasukkan untuk
menunjukkan kemungkinan hernia hiatus
 Hasil Radiograf:

Teknik Radiografi Lower Gastrointestinal Series


Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menggambarkan anatomi, fisiologi
dan patologi dari saluran pencernaan bawah (usus halus dan usus besar)

1. TR Usus Halus/Follow Through (Small Bowl Series)


1) Tujuan Pemeriksaan:
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menggambarkan patologi dari usus
halus
2) Persiapan Pemeriksaan:
 Persiapan Alat dan Bahan:
 Pesawat + Flouroscopy
 Film + kaset + grid ukuran 30 x 40 cm
 Apron
 Sarung tangan Pb
 Baju pasien
 Barium suspensi 100% w/v >300ml
 Persiapan Pasien:
 2 hari sebelum pemeriksaan pasien konsumsi makanan rendah serat
 Puasa sehari sebelum pemeriksaan atau 8 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan urus-urus
 Pasien tidak boleh merokok
 Tidak boleh makan/ngemil
3) Prosedur Pemeriksaan:
Follow Trough
 Pasien diberi minum Barium sulfat
 Dibuat Foto PA setelah 30 menit untuk melihat duodenum
 Dibuat spot foto pada daerah yg dicurigai terdapat kelainan
Pemeriksaan Usus Halus Secara Langsung
 Dibuat plain foto
 Pasien minum barium encer
 15 / 30 menit post minum BaSO4 dibuat foto
 Dibuat foto dengan interval 15 - 30 menit selama 2 jam
 Dibuat Foto dengan interval 1 jam sampai media kontras masuk ke dalam
secum / colon ascendens
 Kontras sampai ke daerah sekum ± 2 – 4 jam tergantung kondisi pasien
 Pada daerah yang dicurigai dibuat spot foto
Kriteria:
 Seluruh bagian usus halus tercover pada radiograf
 Lambung terlihat pada radiograf
 “Time Marker” terlihat pada radiograf
 Column Vertebral terlihat pada pertengahan
 Tidak ada rotasi dari pasien
 Pemeriksaan lengkap memperlihatkan barium mengisi sampai pada
sekum

A) Metode Enteroclysis (dengan double contrast)


 Media kontras masuk pada usus halus melalui kateter enteroclysis (selling
tube) yang dimasukkan melalui hidung menuju lambung & masuk pada
duodenoyeyunal junction
 Kateter masuk pada usus halus diikuti flouroskopi dengan guide wire
 Bagian luar dari selling tube dihubungkan dengan spuit yang berisi media
kontras
 Kolon harus bersih dari sisa makanan dan udara agar tidak mengganggu
gambaran usus halus
 Volume kontras I 100 ml/menit diikuti pembuatan foto baik dengan
melakukan kompresi maupun tidak
 Disuntikkan bahan kontras negatif melalui selling tube, yaitu udara atau
metil sellulosa saat media kontras sampai sekum
 Pada saat pemasukan media kontras, dibuat spot foto pada daerah-daerah
yang dicurigai kelainan
 Dibuat Full Foto proyeksi AP, PA, Oblik dan lateral
 Setelah selesai kateter dicabut, pasien minum banyak air / diurus-urus
agar kontras cepat keluar
 Pemeriksaan ini digunakan pd kasus ileus, enteritis atau sindrom
malabsorbsi

 Keuntungan Metode Enteroclysis:


a. Pemeriksaan usus kecil lebih cepat
b. Dapat menggunakan media kontras negatif
c. Pasien yang konsisinya lemah masih bisa dilakukan
d. Pasien dengan kondisi ileus masih dimungkinkan untuk dilakukan
pemeriksaan
 Kelemahan Metode Enteroclysis:
a. Pemasukan kateter selling tube sangat sulit
b. Pasien kurang nyaman pada saat pemasukan kateter
c. Kemungkinan terjadi goresan oleh kateter pada dinding mukosa usus
d. Pasien bisa muntah pada saat pemasukan kateter
B) Colon In Loop
1) Tujuan Pemeriksaan:
Untuk mempelajari secara radiografi bentuk dan fungsi usus besar serta untuk
mendeteksi adanya kondisi abnormal
2) Persiapan Pemeriksaan:
 Persiapan Alat dan Bahan:
 Pesawat sinar-x + fluoroscopy
 Kaset secukupnya
 Bahan kontras barium sulfat
 Irigator dengan standartnya termasuk selang dan kanula
 Kateter
 Klem
 Kantong barium disposible kalau ada
 Persiapan Pasien:
 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
 18 jam sebelum pemeriksaan (jam 3 sore) minum tablet dulkolak
 4 Jam sebelum pemeriksaan (jam 5 pagi) pasien diberi dulkolak kapsul
per-anus selanjutnya dilavement
 Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1
mg/oral untuk mengurangi lendir pada mukosa kolon
 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buskopan untuk
mengurangi peristaltik usus
 Persiapan Media Kontras:
 MK Barium sulfat dicampur air hangat (600–800 ml sesuai kebutuhan)
12-25 % W/V (Weight/Volume) untuk single-contrast
70-80% W/V (Weight/Volume) untuk double-contrast banyaknya sesuai
panjang kolon Vaselin/jelly
3) Prosedur Pemeriksaan:
 Teknik Memasukan Media Kontras:
 Metode Kontras Tunggal
- Pemeriksaan hanya menggunakan barium sulfat sbg media kontras
- Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum,
ascenden sampai daerah sekum
- Dilakukan pemotretan full filling
- Evaluasi  dibuat foto post evakuasi
 Metode Kontras Ganda Tingkat 1
- Kolon diisi barium sulfat sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk
mendorong barium melapisi kolon
- Selanjutnya dibuat foto full filling
 Metode Kontras Ganda Tingkat 2
- Tahap pengisian
Kolon diisi barium sulfat sampai kira-kira fleksura lienalis atau
pertengahan colon transversum
Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon
- Tahap pelapisan
Menunggu 1-2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon
- Tahap pengosongan
Pasien disuruh BAB
- Tahap pengembangan
Dipompakan udara ke dalam kolon : 1800 – 2000 ml, tidak boleh
berlebihan krn akan timbul komplikasi : reflek fagal ( wajah pucat,
bradikardi, keringat dingin dan pusing)
- Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang semua
Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta tempatnya
- Proyeksi PA, PA oblik lateral (rektum)
- Proyeksi AP, AP oblik ( kolon transversum termasuk fleksura)
- Proyeksi PA, PA oblik pasien berdiri ( fleksura liealis dan hepatika)
 Proyeksi Pemeriksaan:
1. Proyeksi PA/AP
 Posisi Pasien: prone atau supine, dengan bantal di kepala
 Posisi Obyek:
 Sejajarkan bidang midsagital dengan garis tengah table
 Pastikan tidak ada rotasi tubuh
 CR: tegak lurus dengan IR
 CP: ke tingkat puncak iliaka
 SID: 100 cm

 Struktur yang ditunjukkan:


 Kolon transversal harus diisi dengan barium terutama di PA dan diisi
udara di AP dengan studi kontras ganda
 Seluruh usus besar harus ditunjukkan termasuk fleksura calix kiri
2. RAO Position
 Posisi Pasien: Semiprone, diputar menjadi 35 – 45 derajat oblique anterior
kanan, dengan bantal untuk kepala
 Posisi Obyek:
 Sejajarkan bidang perut midsagital sepanjang sumbu tabel, dengan margin
perut kanan dan kiri berjarak sama dari garis tengah tabel dan / atau CR
 Letakkan lengan kiri di atas bantal, lengan kaku di belakang pasien, dan
lutut kiri tertekuk sebagian
 Periksa panggul dan batang posterior untuk rotasi 350 hingga 450
 CR:
 Langsung tegak lurus IR ke titik sekitar 2,5 cm di sebelah kiri bidang
perut bagian tengah
 Pusatkan CR dan IR ke level puncak illiac
 SID: 100 cm

 Kriteria Radiograf:
 Fleksura colic kanan dan kolon asendens dan sigmoid terlihat "terbuka"
tanpa superimposisi yang signifikan
 Seluruh usus besar dimasukkan, dengan kemungkinan pengecualian pada
fleksura colic kiri, yang paling baik ditunjukkan pada posisi LAO
 Ampula rektal harus dimasukkan pada margin bawah radiografi
3. LAO Position
 Posisi Pasien: Semiprone diputar 35 sampai 45 derajat miring ke kiri anterior,
dengan bantal untuk kepala.
 Posisi Obyek:
 Sejajarkan bidang perut midsagital sepanjang sumbu panjang tabel,
dengan margin kanan dan kiri perut berjarak sama dari garis tengah tabel
dan atau CR
 Letakkan lengan kanan di atas pilolw, letakkan lengan di belakang pasien
dan lutut kanan ditekuk sebagian
 Periksa panggul dan batang posterior untuk rotasi 350 hingga 450
 CR:
 Tegak lurus IR, diarahkan ke titik sekitar 2,5 cm di sebelah kanan bidang
midsagital
 Pusatkan CR & IR pada 2,5 hingga 5 cm di atas puncak iliaka
 SID: 100 cm

 Struktur yang ditunjukkan:


 Fleksura colic kiri harus terlihat terbuka tanpa superimposisi yang
signifikan
 Usus besar turun harus dibuktikan dengan baik
 Seluruh usus besar harus dimasukkan
4. LPO dan RPO Position
 Posisi Pasien: Semisupine, diputar 35 sampai 45 derajat ke arah oblik porterior
kanan dan kiri, dengan bantal sebagai kepala
 Posisi Obyek:
 Fleksikan siku samping yang ditinggikan dan letakkan di depan kepala,
letakkan lengan yang berlawanan di sisi pasien
 Lenturkan lutut samping yang ditinggikan sebagian untuk menopang
posisi ini
 Sejajarkan bidang mitsattal sepanjang sumbu panjang tabel dengan kanan
dan kiri margin abdomen yang sama dari garis tengah tabel
 CR:
 Mengarahkan CR perpendicular ke IR
 Sudut CR dan pusat IR sampai setinggi puncak iliaka dan sekitar 2,5 cm
lateral ke sisi yang ditinggikan dari bidang perut bagian tengah lihat
catatan
 SID: 100 cm

 Struktur yang ditunjukkan:


 LPO:
Fleksura colic kanan bagian hepatik dan menaik dan rekto sigmoid harus
tampak "terbuka" tanpa superimposisi yang signifikan
 RPO:
Fleksuracolic kiri dan bagian turun harus tampak "terbuka" tanpa
superimposisi yang signifikan

5. LATERAL RECTUM POSITION/VENTRAL DECUBITUS LATERAL


 Posisi pasien: Lateral recumbent dengan bantal sebagai kepala
 Posisi Obyek:
 Sejajarkan bidang ketiak tengah dengan garis tengah tabel dan atau IR
 Lenturkan dan letakkan lutut, letakkan lengan di depan kepala
 Pastikan tidak ada rotasi, letakkan bahu dan pinggul
 CR:
 Tegak lurus dengan IR
 Pusatkan CR ke level ASIS dan bidang midcoronal (pertengahan antara
ASIS dan sakrum posterior)

6. RIGHT LATERAL DECUBITUS POSITION (AP/PA)


 Posisi Pasien: Lateral Recumbent dengan bantal untuk kepala dan berbaring di
sisi kanan pada bantalan radiolusen, dengan kisi portabel ditempatkan di
belakang punggung pasien untuk Proyeksi AP
 Posisi Obyek:
 Posisikan pasien dan / atau IR sehingga krista iliaka berada di tengah IR
dan ke CR
 Letakkan lengan ke atas, dengan lutut fleksi
 Pastikan tidak ada rotasi, letakkan bahu dan pinggul dari atas
 CR:
 CR langsung horizontal, tegak lurus dengan IR
 Pusatkan CR ke level puncak iliaka dan MSP

 Struktur yang ditampilkan:


Seluruh usus besar ditumjukkan untuk menyertakan fleksura colic kiri berisi
udara dan colon desendens

7. LEFT LATERAL DECUBITUS POSITION (LLD)


 Posisi Pasien: Posisikan pasien dan / atau IR sedemikian sehingga iliac crist
berada di tengah IR dan ke CR
 Posisi Obyek:
 Posisikan pasien dan / IR sehingga krista iliaka berada di tengah IR dan ke
CR
 Angkat lengan, dengan lutut tertekuk
 Pastikan tidak ada rotasi, letakkan bahu dan pinggul dari atas
 CR:
 CR langsung horizontal, tegak lurus dengan IR
 Pusatkan CR ke ketinggian bidang iliaka dan midsagital
 Struktur yang ditampilkan:
 Seluruh usus besar ditunjukkan
 Dengan fleksura colic kanan berisi udara, colon asendens, dan secum

8. PA (AP) Projection Postevacuation


 Posisi Pasien: Prone atau supine, dengan bantal untuk kepala
 Posisi Obyek:
 Sejajarkan bidang MSP dengan garis tengah tabel dan / atau CR
 Pastikan tidak ada rotasi tubuh
 CR:
 CR tegak lurus dengan IR
 Pusat CR dan bagian tengah krista iliaka
 SID: 100 cm
 Struktur yang ditampilkan:
 Seluruh usus besar harus divisualisasikan, dengan hanya sejumlah sisa
media contras

9. AP AXIAL/AP AXIAL OBLIQUE (LPO)


 Posisi Pasien: Pasien supine atau diputar sebagian ke posisi LPO
 Posisi Obyek:
 Aksial AP: Posisikan pasien terlentang dan sejajarkan MSP ke garis
tengah table. Rentangkan kaki, letakkan lengan di sisi pasien atau di atas
dada, pastikan tidak ada rotasi
 LPO: Rotasikan pasien 30 – 40 derajat ke LPO. Angkat lengan kanan,
dengan lengan kiri terulur, dan lutut kanan ditekuk sebagian
 CR: Angle CR 30 – 40 derajat cephalad
 AP Axial: CR langsung 5 cm lebih rendah dari tingkat ASIS, dan ke MSP
 LPO: Langsung CR 5 cm inferior dan 5 cm medial ke ASIS kanan

10. PA AXIAL/PA AXIAL OBLIQUE (RAO)


 Posisi Pasien: Pasien supine atau diputar sebagian ke posisi LPO, dengan
kepala bantal
 Posisi Obyek:
 Aksial AP: Posisikan pasien terlentang dan sejajarkan MSP ke garis
tengah table. Rentangkan kaki, letakkan lengan di sisi pasien atau di atas
dada, pastikan tidak ada rotasi
 LPO: Rotasikan pasien 30 – 40 derajat ke LPO. Angkat lengan kanan,
dengan lengan kiri terulur, dan lutut kanan ditekuk sebagian
 CR: Angle CR 300 - 400 cephalad
 AP: CR langsung 5 cm lebih rendah dari tingkat ASIS, dan ke MSP
 LPO: Langsung CR 5 cm inferior dan 5 cm medial ke ASIS kanan
TEKNIK RADIOGRAFI COR ANALYSA

1) Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan secara radiologi untuk menilai kemungkinan kelainan pada
jantung dengan menggunakan media kontras positif
2) Persiapan Pemeriksaan:
 Persiapan Alat dan Bahan:
 Pesawat + Flouroskopi
 Baju Pasien
 Gonad shield
 Kaset + film ukuran 35 x 35 cm
 Grid
 X-Ray marker
 Tissue/kertas pembersih
 Bahan kontras
 Air Hangat
 Sendok / sedotan
 Persiapan Pasien:
 Prinsip tdk ada persiapan khusus,
 Penjelasan Pada pasien
 Proyeksi Pemotretan
Lateral
PA
Tambahan: RAO/ LAO
 PA dengan 6 feet = (teleroentgenogram)  maksimal magnification 5-
10%
 Pasien menelan Barium pekat pada oesophagus (BaSO4 250% w/v)
 Eksposi pada saat tahan nafas setelah inspirasi penuh
3) Teknik Pemeriksaan:
1. Proyeksi PA
 Posisi Pasien: Sedapat mungkin pasien erect
 Posisi Objek:
 Tepi IR pada jarak 5 cm di atas shoulder joint
 Kedua dorsum manus endorotasi diletakkan di atas SIAS
 Siku didorong kedepan
 CR: Tegak lurus terhadap IR
 CP: pada MSP setinggi Thoracal 6-7
 FFD : 180 cm
 Ekspose: pada saat tahan napas setelah menelan barium pekat
 Kriteria Radiograf:
 Tampak gambaran oesophagus terisi barium yg overlaping dengan
gambaran jantung
 Tidak ada rotasi dari tubuh, kedua sternoklavicular joint simetris
 Seluruh thorak tercover pada film
 Eksposi cukup mampu menunjukkan struktur oesophagus dan jantung
 Gambaran tajam pada tepi menunjukkan tidak ada pergerakan obyek

2. Proyeksi PA Oblique (RAO dan LAO)


 Posisi Pasien : Pasien sedapat mungkin dalam posisi erect
 Posisi Objek:
 Tepi atas IR pada jarak 5 cm diatas shoulder joint
 Tubuh diatur oblik dengan midaxillary plane membentuk sudut 45-55
derajat sisi tubuh kanan depan menempel pada film (RAO)
 Tubuh diatur oblik dengan midaxillary plane membentuk sudut 45-55
derajat sisi tubuh kiri depan menempel pada film (LAO)
 Tangan kanan di atur pada hip di belakang tubuh, tangan kiri berpegang
pada atas kaset, shoulder pada ketinggian yang sama (RAO)
 Tangan kiri di atur pada hip di belakang tubuh, tangan kanan berpegang
pada atas kaset, shoulder pada ketinggian yang sama (LAO)
 Tidak ada rotasi pada kepala
 CR: Tegak lurus terhadap IR
 CP: Pada jarak 7 cm lateral kiri MSP setinggi Thoracal 6-7
 FFD: 180 cm
 Ekspose: pada saat tahan napas setelah menelan barium pekat
 Kriteria Radiograf :
 Tampak gambaran oesophagus terisi barium berada di antara c. Vertebra
Thorakal dan jantung
 Seluruh thorak tercover pada film
 Eksposi cukup mampu menunjukkan struktur oesophagus dan jantung
 Gambaran tajam pada tepi menunjukkan tidak ada pergerakan obyek
3. Proyeksi Lateral
 Posisi Pasien: Pasien sedapat mungkin dalam posisi erect
 Posisi Obyek:
 Tepi atas IR berjarak 5 cm di atas shoulder joint
 Tubuh diatur true lateral, kedua tangan bertemu di atas kepala
 Tidak ada rotasi dari kepala
 CR: Tegak lurus terhadap IR
 CP: Pada midaxillary line setinggi Thoracal 6-7
 FFD: 180 cm
 Ekspose: pada saat tahan nafas setelah menelan barium pekat
 Kriteria Radiograf:
 Tampak gambaran oesophagus terisi barium berada di pertengahan
lapangan paru
 Seluruh thorax tercover pada film
 Eksposi cukup mampu menunjukkan struktur oesophagus dan jantung
 Gambaran tajam pada tepi menunjukkan tidak ada pergerakan obyek

Anda mungkin juga menyukai