Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK RADIOTERAPI EKSTERNA COBALT 60

PADA KASUS KANKER PAYUDARA DENGAN AXIAL FIELD


DI INSTALASI RADIOLOGI UNIT RADIOTERAPI
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Naskah Publikasi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma IV Teknik Radiologi

Diajukan oleh :

MEYDIANA LARASSATI SUMINTO


NIM. P1337430218178

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
TEKNIK RADIOTERAPI EKSTERNA COBALT 60 PADA KASUS KANKER PAYUDARA
DENGAN AXIAL FIELD DI INSTALASI RADIOLOGI UNIT RADIOTERAPI
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

EXTERNAL RADIOTHERAPY TECHNIQUE WITH COBALT 60 ON BREAST CANCER


USING AXIAL FIELD IN RADIOTHERAPY UNITOF RADIOLOGY DEPARTMENT OF
RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO

Meydiana Larassati Suminto1)Rini Indrati 2)Siti Daryati 3)


1)
Mahasiswa Prodi Diploma IV Teknik Radiologi Poltekkes Semarang
2) 3)
Dosen Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Semarang
Author Mail : mydlaras@gmail.com

INTISARI

Latar Belakang : Penyinaran radioterapi untuk kasus kanker payudara dapat menggunakan empat lapangan penyinaran yaitu dua lapangan
tangensial, supraklavikula, dan axilla. Penyinaran kanker payudara di Instalasi Radioterapi RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo dilakukan dengan
menggunakan satu lapangan penyinaran yaitu axial field. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui teknik penyinaran radioterapi dan alasan
penggunaan lapangan axial pada kasus kanker payudara.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data diperoleh melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian di analisis menggunakan interaktif model.
Hasil Penelitian : Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa teknik radioterapi eksterna Cobalt 60 pada kanker payudara dilakukan dengan
menggunakan satu lapangan penyinaran yaitu axial field dengan teknik SAD (Source Axis Distance) dengan sudut gantry axial 45 dan 315 derajat.
Alasan penggunaan axial field adalah karena lokasi tumor berada di permukaan dan pertengahan tubuh sehingga seluruh area tumor dan bekas
sayatan dapat diradiasi, serta untuk mendapatkan dosis maksimal pada tumor primer dan menghindari paparan radiasi pada organ at risk.
Kesimpulan : Penyinaran kanker payudara dengan axial field dilakukan sebanyak 35 x 2 Gy dengan dosis total 70 Gy dengan tujuan agar tumor
mendapatkan dosis maksimal 100% adekuat serta untuk melindungi organ at risk yaitu paru-paru dan jantung dari dosis radiasi yang berlebih.
Kata Kunci : Radioterapi, Axial Field, Kanker Payudara

PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan jumlah kasus baru yaitu sebanyak 30,9%. Prevalensi kanker
pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak payudara di Indonesia untuk kasus baru menempati urutan
terkontrol. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat pertama dengan angka prevalensi mencapai 16, 7% dan untuk
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematiannya mencapai 11,0%. Banyaknya jumlah penderita
kematian. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2015 terdapat 8,8 kanker payudara dan kasus kematian akibat kanker payudara di
juta kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker sedangkan Indonesia kemudian di tandai dengan berkembangnya
pada tahun 2016 diperkirakan 252. 710 kasus baru dari invasif pengobatan kanker. Dokter akan bekerjasama dengan pasien
kanker payudara didiagnosis di Amerika Serikat dan 63.410 untuk menentukan rencana pengobatan, meskipun pengobatan
kasus baru kanker payudara in situ (American Cancer Society, tiap pasien akan di sesuaikan oleh dokter. Pengobatan kanker
2017). Berdasarkan data riskesdas tahun 2013, prevalensi kanker payudara tergantung dari ukuran dan letak kanker, daerah
di Indonesia mencapai 1,4% atau sekitar 347.792 orang. penyebaran kanker dan kondisi kesehatan pasien secara
Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengobati kanker, keseluruhan. Salah satu metode terapi kanker payudara adalah
salah satunya dengan menggunakan terapi radiasi atau dengan melakukan terapi dengan menggunakan radiasi atau
radioterapi. Berdasarkan International Agency for Research on radioterapi.
Cancer (IARC), dari 10,9 juta orang yang didiagnosis menderita Modalitas penting dalam tatalaksana kanker payudara salah
kanker di seluruh dunia setiap tahun, sekitar 50% membutuhkan satunya adalah radioterapi yang dapat diberikan sebagai terapi
radioterapi. kuratif ajuvan dan paliatif (Komite Penanggulangan Kanker
Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2018 kanker Nasional). Pengobatan penyakit kanker menggunakan radiasi
payudara menduduki urutan pertama secara global dengan dapat dilakukan dengan radiasi eksterna dan brakhiterapi.

1
Radiasi eksterna pada umumnya diberikan dengan modalitas setiap fraksi dan dosis total sebesar 60–66 Gy untuk kasus
Linier Acelerator (Linac) atau Cobalt 60. Dimana radiasi lumpectomy atau operasi kanker payudara dengan pengangkatan
eksterna merupakan metode pemberian radiasi sumber radiasi tumor atau kanker.
terletak pada jarak tertentu dari tubuh pasien (Susworo,2007). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik
Pemberian radiasi eksterna pada kanker payudara perlu menyusun Tugas Akhir yang berjudul “Teknik Radioterapi
memperhatikan letak kanker atau daerah penyebaran kanker Eksterna Cobalt 60 pada Kasus Kanker Payudara dengan Axial
terhadap Organ At Risk (OAR). Menurut Barsoum, dkk (2014), Field di Instalasi Radiologi Unit Radioterapi RSUD Prof. DR.
mengatakan bahwa organ at risk pada penyinaran radiasi kanker Margono Soekarjo Purwokerto”.
payudara adalah paru-paru, jantung, spinal cord. Sedangkan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik
menurut Lamart, dkk (2013), esofagus juga menjadi organ yang radioterapi eksterna Cobalt 60 pada kasus kanker payudara
harus dihindarkan dari sinar radiasi ketika dilakukan penyinaran dengan axial field, untuk mengetahui alasan penggunaan axial
pada lapangan penyinaran supraklavikula dan mammaria field pada kasus kanker payudara.
interna.
Tahapan pelaksanaan penyinaran radioterapi menurut METODE
Beyzadeoglu (2010) adalah tahapan simulation (imobilisasi, Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
imaging, penentuan lokasi tumor dan organ at risk), pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk mengkaji dan
perencanaan penyinaran pada Treatment Planning System (TPS), menganalisa informasi tentang teknik radioterapi eksterna
set-up, penyinaran radiasi dan quality control. Tatalaksana Cobalt 60 pada kasus kanker payudara dengan axial field di
penyinaran radioterapi pada pesawat Cobalt 60 ada empat Instalasi Radiologi Unit Radioterapi RSUD Prof. Dr. Margono
lapangan yang terdiri dari lapangan I-II yaitu tangensial Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini melibatkan responden
terhadap dinding dada / payudara, lapangan III yaitu seluruh tenaga medis yang terkait dengan teknik radioterapi eksterna
fosa supraklavikula, dan lapangan IV aksila (Beyzadeoglu, Cobalt 60 pada kasus kanker payudara dengan axial field yaitu
2010). Lapangan anterior yang digunakan untuk memasukkan dokter onkologi radiasi, fisikawan medis dan radiografer
lapangan nodus pada aksila serta nodus supraklavikula dalam radioterapi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari
volume target dan lapangan anterior ini direkomendasikan untuk sampai bulan Juni 2019. Data yang diperoleh dalam penelitian
radioterapi adjuvant (Barret, 2009). Penyinaran radioterapi yang ini dianalisis secara deskriptif menggunakan interaktif model.
direkomendasikan pada kanker payudara yaitu penggunaan
lapangan opposing tangensial ke ipsilateral dari payudara. Jurnal
HASIL
yang ditulis oleh Stefanovski, dkk (2017), mengatakan bahwa
1. Tatalaksana Radioterapi Eksternal Cobalt 60 pada Kasus
penggunaan lapangan tangensial yang mencakup daerah
Kanker Payudara dengan Axial Fields di Instalasi Radiologi
payudara atau dinding toraks menghasilkan cakupan distribusi
Unit Radioterapi RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo
isodosis yang jauh lebih baik dan homogenitas dosis dalam
Purwokerto
target volume dan membatasi dosis ke paru-paru dan jantung.
a. Persiapan Pasien
Penyinaran radioterapi eksterna Cobalt 60 pada kanker
Pasien yang telah terjadwal untuk melakukan tindakan
payudara di Unit Radioterapi Instalasi Radiologi RSUD Prof.
simulator, sebelum proses simulator, pasien akan
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dilakukan pada empat
diberikan penjelasan secara detail oleh Radiografer
lapangan penyinaran yaitu supraklavikula, dua lapangan
radioterapi tentang tatalaksana radioterapi yang akan
tangensial, dan aksila. Namun, penulis menjumpai kasus kanker
dilakukan dan melakukan penandatangan informed
payudara dengan satu lapangan penyinaran yaitu axial field
consent sebagai persetujuan tindakan.
dengan arah penyinaran dari sudut gantry 315 derajat dan 45
Pasien dan keluarga pasien diberikan motivasi dan
derajat sehingga sinar membentuk sudut 90 derajat. Penggunaan
edukasi oleh radiografer radioterapi perihal tatalaksana
lapangan axial field pada kanker payudara di Unit Radioterapi
penyinaran radioterapi dari proses simulator hingga
Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
proses penyinaran, edukasi pasien dan keluarganya
Purwokerto termasuk kasus yang jarang ditemukan. Pasien
berupa instruksi untuk tetap menjaga kesehatan,
kanker payudara dengan axial field tersebut merupakan pasien
menjaga kondisi fisik dan menjaga asupan makanan
post lumpectomy dimana pernah menjalani operasi sebanyak tiga
yang bergizi, agar kondisi pasien baik selama menjalani
kali untuk pengangkatan payudara kiri namun kembali muncul
radioterapi, kemudian edukasi kepada pasien tentang
benjolan pada bagian medial payudara sebelah kiri atau berada
gambaran lapangan penyinaran pada bagian dada pasien
di anterior dari sternum. Dosis radiasi yang digunakan pada
sebagai acuan saat penyinaran untuk dijaga agar gambar
penyinaran kanker payudara dengan axial field ini diberikan
tidak mudah hilang. Edukasi selanjutnya tentang jadwal
dengan dosis total sebanyak 70 Gy atau sebanyak 35 x 2 Gy per
kontrol dengan dokter spesialis onkologi radiasi setiap
fraksi. Menurut Brady (2008) dosis total yang diberikan pada
lima kali penyinaran dan cek darah rutin setiap 10 kali
seluruh bagian payudara yaitu sebesar 50 Gy dengan 1, 8 - 2 Gy

2
penyinaran atau kondisional jika pasien mengalami 315 derajat sesuai dengan planning dokter. Setelah
keluhan ketika menjalani radioterapi. mendapatkan persetujuan dari dokter spesialis onkologi
b. Persiapan Alat dan Bahan radiasi, kemudian radiografer akan menggambar atau
Persiapan alat dan bahan dalam tatalaksana radioterapi menandai batas-batas penyinaran dan titik acuan dengan
Eksternal Cobalt 60 pada Kasus Kanker Payudara spidol dan plester pada bagian dada pasien. Hasil
dengan Axial Fields yaitu Pesawat Simulator, Pesawat radiograf dari simulator dicetak dan masukkan kedalam
Cobalt-60 Gammabeam 100-80, Breast board, Spidol status pasien untuk dilakukan perhitungan dosis di TPS.
dan plester, Kawat besi/ marker besi, dan Jangka sorong.
c. Teknik Simulator Payudara Axial Field
Sebelum memulai proses simulator, bantalan
payudara, tinol, spidol, plester, dan jangka sorong yang
akan digunakan disiapkan terlebih dahulu oleh
radiografer radioterapi sebelum melakukan proses
simulator. Kemudian pasien masuk ke dalam ruang
simulator dan disilahkan ganti baju kemudian tiduran ke
atas meja pemeriksaan simulator. Benjolan atau bekas
jahitan pada payudara pasien ditandai dengan besi
sebagai marker. Radiografer mengatur posisi pasien agar Gambar 2. Radiograf Simulator Lapangan Axial
nyaman dengan tangan kiri pasien memegang pegangan gantry 315 derajat
yang terdapat di bantalan payudara. Posisi pasien
kemudian di lokalisir dengan menggunakan pesawat
simulator konvensional untuk melihat bahwa posisi
pasien sudah true AP.
Menentukan daerah yang disinar untuk teknik
lapangan Axial adalah dengan menentukan teknik yang
akan digunakan yaitu SAD (Source Axis Distance).
Posisi objek di periksa kembali dengan melihat sinar
laser pada sumbu x, y, z dan melakukan fluoroskopi
untuk memastikan posisi tubuh lurus true AP. Pertama
radiografer mengatur sudut gantry pada 0 derajat untuk Gambar 3. Radiograf Simulator Lapangan Axial
menentukan titik referensinya dan luas lapangan gantry 45 derajat
penyinaran. Berdasarkan instruksi yang diberikan oleh
dokter spesialis onkolgi radiasi yang berupa gambar d. Treatment Planning System (TPS)
planning sebagai acuan, radiografer radioterapi Proses Treatment Planning System dilakukan secara
menentukan luas lapangan penyinaran dengan melihat 3D menggunakan data hasil citra CT Scan. Pasien
tenol yang telah ditandai pada benjolan pada payudara dibawa ke radiologi untuk dilakukan CT Scan polos.
pasien. Batas-batas dari lapangan axial ini adalah +/- 2 Hasil citra CT scan tersebut akan digunakan dokter
cm dari area benjolan atau tumor payudara tersebut. untuk melakukan contouring OAR, GTV, CTV, PTV.
Dari hasil contouring tersebut, fisikawan medis akan
melakukan perhitungan untuk menentukan treatment
time dengan menggunakan data field size sumbu x, y
kemudian dilakukan perhitungan equivalent lapangan.
Kemudian hasil ekuivalent luas lapangan penyinaran
beserta data-data hasil simulator seperti luas lapangan
penyinaran, teknik SAD, dan dosis per fraksi diinput ke
dalam komputer TPS sehingga dapat diketahui waktu
radiasi yang dibutuhkan dalam penyinaran.
e. Teknik Penyinaran Radioterapi Kanker Payudara Axial
Field
Gambar 1. Batas-batas lapangan Penyinaran axial
Sebelum melakukan proses penyinaran radioterapi
field
dengan pesawat Cobalt 60, radiografer radioterapi
menginput treatment time sesuai perhitungan pada TPS
Setelah menentuan titik sentrasi dan mengatur luas
yaitu 39 s untuk gantry 45 derajat. Pasien sebelumnya
lapangannya, gantry di atur pada sudut 45 derajat serta

3
disilahkan untuk ganti baju, kemudian tiduran ke atas untuk dilakukan penyinaran menggunakan dua lapangan
meja penyinaran dengan menggunakan bantalan penyinaran tangensial. Penggunaan tangensial tidak dapat
payudara dengan posisi tangan kiri pasien memegang mencakup seluruh bekas sayatan operasi sehingga jika luas
pegangan yang terdapat di bantalan payudara. Kemudian lapangan tangensial ditambah akan berdampak pada organ
radiografer mengatur field size sumbu x dan y pada sehat di sekitar tumor. Lapangan penyinaran axial field
pesawat cobalt yaitu 6,5 cm dan 7,0 cm dan setelah itu dapat mencakup seluruh bekas luka sayatan serta
gantry pesawat cobalt di putar pada sudut 45 derajat. menghindari organ at risk yaitu paru-paru dan jantung dari
paparan radiasi yang berlebih serta untuk mendapatkan dosis
maksimal pada tumor payudara tersebut.
Proses penyinaran radioterapi dengan menggunakan
lapangan axial field memberikan kemudahan bagi
radiografer radioterapi dalam melakukan proses penyinaran,
karena axial field ini membutuhkan waktu penyinaran yang
lebih singkat karena teknik yang digunakan adalah SAD
(Source Axis Distance) sehingga hanya butuh satu kali set up
pasien. Tidak hanya itu, beberapa keuntungan lainnya dari
penggunaan axial field ini adalah karena proses set up pasien
dan set up parameter penyinaran tidak membutuhkan waktu
Gambar 4. Pesawat Cobalt 60 dengan sudut gantry 45 yang lama sehingga petugas dan pasien tidak perlu berlama-
derajat lama dalam ruangan penyinaran pesawat cobalt 60 sehingga
mengurangi paparan radiasi. Dalam penyinaran radioterapi
Radiografer mengatur posisi pasien agar benar-benar dengan axial field ini hanya membutuhkan aksesoris berupa
lurus dengan melihat laser sumbu x dan y pada sinar bantalan payudara atau breast board sehingga petugas tidak
laser eksternal pesawat cobalt yang disesuaikan dengan perlu mengangkat beban berat untuk penggunaan blok dan
titik referensi yang telah digambar pada tubuh pasien wedge.
serta luas lapangan penyinaran axial field sudah sesuai
dengan luas kolimator. Setelah penyinaran pertama PEMBAHASAN
selesai, dilanjutkan dengan penyinaran kedua untuk 1. Teknik Radioterapi Eksterna Cobalt 60 pada Kasus Kanker
gantry sudut 315 derajat. Radiografer melakukan setting Payudara dengan Axial Field di RSUD Prof. Dr. Margono
ulang treatment time pada meja kontrol selama 41 s. Soekarjo Purwokerto
Posisi pasien dipastikan kembali tidak ada yang a. Persiapan Pasien
berubah, serta area penyinaran sesuai dengan laser dan Persiapan yang dilakukan pasien kanker payudara
luas lapangan penyinaran axial field. dengan axial field di Instalasi Radioterapi RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo sebelum proses simulator adalah
pemberikan edukasi oleh radiografer radioterapi kepada
pasien dan keluarganya tentang hal yang perlu
diperhatikan selama menjalani proses radioterapi seperti
harus menjaga kesehatan dan memperhatikan asupan gizi
pasien selama penyinaran, menjaga area penyinaran
radioterapi agar tidak terkena air, menjaga gambar pada
lapangan penyinaran agar tidak hilang, rutin kontrol
kepada dokter spesialis onkologi radiasi setiap lima kali
sinar, rutin cek darah setiap 10 kali sinar, serta
menginformasikan pada pasien dan keluarganya untuk
menandatangani informed consent sebagai bukti
Gambar 5. Pesawat Cobalt 60 dengan sudut gantry 315 persetujuan dilakukan penyinaran radioterapi.
derajat Menurut Barrette (2009), Mencuci kulit yang
diiradiasi selama terapi radiasi tidak dianjurkan karena
2. Alasan penggunaan satu lapangan penyinaran Axial Field akan berdampak pada intensitas toksisitas kulit akut
pada kasus kanker payudara sehingga pada saat mandi atau pada saat menggosok
Pada kasus kanker payudara ini, posisi tumor terletak di tubuh menggunakan sabun itu akan mengakibatkan abrasi
sekitar area Os. Sternum, dimana tumor berada pada pada kulit. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh
pertengahan tubuh pasien sehingga tidak memungkinkan radiografer radioterapi di Instalasi Radioterapi RSUD

4
Prof. Dr. Margono Soekarjo, dimana radiografer RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto masih
radioterapi meminta pasien agar area penyinaran tidak menggunakan simulator konvensional. Menurut Hoskin
terkena air adalah untuk menghindari terjadinya abrasi (2010), 30-80 persen dari pasien yang menjalani
kulit atau luka pada area penyinaran tersebut sehingga radioterapi mendapat manfaat dari meningkatnya akurasi
penjelasan tentang hal ini sangat penting dijelaskan oleh target delineasi volume dengan CT scan dibandingkan
radiografer radioterapi kepada pasien dan keluarganya. dengan simulator konvensional. Penggunaan simulator
Radiografer radioterapi juga harus mengingatkan kepada dengan berbasis CT Scan menghasilkan keuntungan
pasien untuk tidak menggunakan pakaian yang ketat agar dengan durasi akuisisi yang lebih pendek dan waktu
sebisa mungkin mengurangi gesekan dan abrasi pada rotasi pada gantry adalah 0,33 s, sehingga proses
kulit dan merekomendasikan untuk menggunakan simulator lebih cepat dan akurat. Keakuratan penggunaan
pakaian dengan bahan katun yang longgar (Barratte, simulator berbasis CT adalah menghasilkan simulasi
2009). secara virtual yang dilokalisasi secara digital untuk
b. Persiapan Alat dan Bahan mengetahui penggunaan teknik penyinaran terhadap
Persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam organ at risk dan tumor.
tatalaksana radioterapi pada pasien kasus kanker Data hasil simulator menggunakan pesawat simulator
payudara dengan axial field di Instalasi Radioterapi konvensional di Instalasi Radioterapi RSUD. Prof. Dr.
RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto meliputi Margono Soekarjo Purwokerto harus dicetak
pesawat simulator, pesawat teleterapi Cobalt-60, serta menggunakan printer sebelum dilakukan perhitungan
aksesoris lainnya berupa breast board atau bantalan TPS. Parameter yang diperoleh dicatat pada buku status
payudara, tinol, spidol, plester dan jangka sorong yang pasien untuk dibawa pada saat proses planning sehingga
digunakan pada saat proses simulator. bisa terjadi kesalahan dalam input data ke komputer TPS.
Menurut Barrette (2009), headrest, elbow dan Berbeda dengan penggunaan CT simulator, data
armrests, knee supports dan footboard akan memberikan berbentuk tiga dimensi dimana hasil proses simulator
stabilitas. Alat imobilisasi tersebut digunakan untuk dapat langsung di transfer ke komputer TPS untuk
menjaga agar posisi pasien nyaman dan stabil saat proses dilakukan planning sehingga data yang dikirim lebih
penyinaran radiasi, namun di Instalasi radioterapi RSUD akurat. Radiografer yang di dampingi oleh dokter
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto bantalan spesialis onkologi radiasi juga dapat memastikan bahwa
payudara tidak dilengkapi dengan elbow dan armrests, penggunaan lapangan axial dengan sudut 45 dan 315
knee supports dan footboard. Peralatan yang kurang akan derajat sudah tepat dan tidak mengganggu organ at risk
menyebabkan kesulitan dalam melakukan proses karena pada CT simulator dapat menampilkan secara
simulator dan proses penyinaran. Karena alat imobilisasi sederhana untuk imhomogenitas sementara pada organ
sangat penting perannya dalam proses radioterapi yang jantung dan paru-paru sebelum di tranfer ke proses TPS.
berhubungan dengan posisi pasien. Posisi pasien yang d. Treatment Planning System (TPS)
tepat akan berpengaruh pada ketepatan penyinaran. Proses perencanaan dan penghitungan dosis di
Selama ini di pasien kanker payudara sering mengalami Instalasi Radioterapi RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo
kesulitan pada saat meletakkan tangan pada pegangan di Purwokerto, dilakukan dengan planning menggunakan
bantalan payudara. Akibat menahan posisi tangan agar CT plan, dimana hasil citra CT scan tersebut akan
tidak bergerak dalam waktu yang cukup lama, digunakan dokter untuk melakukan contouring OAR,
menyebabkan tangan tidak stabil dan bergetar sehingga GTV, CTV, dan PTV kemudian dilakukan penghitungan
elbow dan armrests dibutuhkan sebagai salah satu alat ekuivalent luas lapangan. Hasil ekuivalent luas lapangan
fiksasi untuk kanker payudara. penyinaran beserta data-data hasil simulator seperti luas
c. Teknik Simulator lapangan penyinaran, teknik SAD (Source Axis
Teknik simulator dilakukan untuk mensimulasi dan Distance), dan dosis per fraksi diinput ke dalam
menentukan area/lapangan penyinaran radioterapi, proses komputer TPS (Treatment Planning System) sehingga
simulator juga berfungsi untuk menentukan aksesoris apa dapat diketahui waktu radiasi yang dibutuhkan dalam
saja yang digunakan serta dari proses simulasi ini penyinaran.
diperoleh parameter-parameter yang akan digunakan Menurut Beyzadeouglu, (2010) teknik radioterapi di
pada saat pasien melakukan penyinaran radioterapi, hasil mana volume dosis sesuai dengan target melalui
dari simulator juga akan berfungsi sebagai acuan penggunaan data anatomi tiga dimensi diperoleh dari
fisikawan medis dalam perhitungan di TPS. modalitas CT. Penggambaran target akan dihasilkan
Menurut Beyzadeouglu (2010), simulator bisa secara lebih akurat dengan serta mengatur kesesuaian
dilakukan dengan simulator konvensional atau bisa juga dosis dengan target yaitu memungkinkan perencanaan
menggunakan CT-Simulator. Instalasi Radioterapi untuk membentuk dosis di sekitar volume target untuk

5
menyinari tumor dengan dosis setinggi mungkin dan Radioterapi RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo
menyelamatkan jaringan normal. Purwokerto kurang portable untuk memposisikan alat
Proses perencanaan dan penghitungan dosis pada penyangga agar bisa sesuai arah lapangan penyinaran
kasus kanker payudara dengan axial field ini untuk teknik tangensial, lateral dan axial. Hal ini berbeda
menggunakan hasil citra CT scan dilihat berdasarkan dengan penggunaan pesawat linac dimana menggunakan
slice thickness. Proses contouring OAR, GTV, CTV, dan EPID yang langsung menempel pada beam stopper yang
PTV dengan menggunakan hasil CT scan tidak dapat mengikuti pergerakan gantry. Alasan kedua, spesifikasi
langsung dievaluasi ke komputer TPS (Treatment alat CR kurang mendukung untuk proses pembacaan
Planning System) dan hasilnya tidak 100% akurat jika hasil film gammagrafi dimana software pada CR
dibandingkan dengan CT simulator. Perbedaan parameter (computed radiografi) kurang sesuai sehingga
pesawat CT scan dengan CT Simulator yang menampilkan gambar dengan hasil yang kurang baik atau
menyebabkan contouring dilakukan secara manual terlalu hitam. Alasan ketiga, proses verifikasi ini
berdasarkan hasil CT scan saja tanpa bisa melihat dosis membutuhkan waktu pelaksanaan yang lebih lama serta
volume serta sebaran dosis pada tumor target dan organ kurangnya pemahaman petugas radiasi terhadap
sekitarnya. pentingnya proses verifikasi sehingga proses ini belum
Pemberian dosis pada pasien kanker payudara dengan dapat dilaksanakan dengan baik.
axial field dilakukan sebanyak 35 kali 2 Gy dengan dosis f. Teknik Penyinaran Radioterapi
total sebesar 70Gy. Susworo (2007), juga menyatakan Teknik penyinaran radioterapi pada pasien kasus
pembagian dosis atau dilakukan fraksinasi yang kanker payudara dilakukan menggunakan pesawat
diberikan antara 1,8 – 2 Gy per hari selama lima kali teleterapi eksterna Cobalt 60. Pasien kanker payudara
dalam seminggu merupakan dosis ideal yang dapat yang disinar menggunakan dua lapangan penyinaran
memberikan efek kurasi yang baik untuk sebagian besar axial berbeda dengan penyinaran kanker payudara yang
keganasan. menggunakan dua lapangan penyinaran tangensial.
e. Verifikasi Batas-batas lapangan penyinaran tangensial berbeda
Verifikasi merupakan bagian penting dalam dengan lapangan axial. Batas-batas lapangan axial
perencanaan radioterapi. Proses verifikasi dilakukan ditentukan dengan mengikuti area tumor primer serta
sebelum dilakukan penyinaran radiasi. Verifikasi bekas luka sayatan yang harus masuk pada area
radioterapi merupakan proses untuk memastikan bahwa penyinaran, sedangkan lapangan pada tangensial menurut
volume tumor yang diradiasi adalah sama seperti yang Beyzadeouglu (2010) yaitu batas superior 2 cm dari batas
direncakan (Hoskin, 2010). Verifikasi perlu dilakukan atas dari payudara, batas inferior 2 cm di bawah sulkus
terlebih dahulu sebelum dilakukan penyinaran, dengan inframammary, batas lateral yaitu pada garis midaxillary
tujuan untuk memastikan bahwa posisi pasien sebelum atau 2 cm lateral ke jaringan payudara serta batas medial
radiasi sama dengan posisi pasien saat perencanaan pada midsternum.
radiasi sehingga radiasi dapat diberikan secara akurat. Penyinaran axial field dilakukan dari dua arah sinar
Set-up systematic Error yang besar dan gross error yang yang berbeda yaitu dari sudut gantry 45 derajat dan 315
tidak dikoreksi dalam verifikasi dapat mengakibatkan derajat. Hasil penentuan sudut gantry dilihat dan
penurunan efektifitas terapi penyinaran pada tumor dan disesuaikan dengan perhitungan contouring di proses
meningkatkan komplikasi tindakan radioterapi terhadap TPS (Treatment Planning System). Penyinaran dengan
jaringan sehat disekitar tumor kanker payudara. axial field dilakukan menggunakan teknik SAD (Source
Verifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan Axis Distance),sementara pada dua lapangan tangensial,
pencitraan dua dimensi yaitu dengan film portal menggunakan dua lapangan penyinaran dengan dua arah
(gammagrafi) dan Elektronic Portal Imaging Devices penyinaran mediolateral dan lateromedial teknik yang
(EPID) dengan menggunakan energi megavolt. Instalasi digunakan yaitu SSD (Source Skin Distance).
Radioterapi RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Proses penyinaran dilakukan sama seperti proses
Purwokerto menggunakan pesawat teleterapi Cobalt 60 simulator, dimana dalam proses simulator dihasilkan
sehingga alat verifikasi yang digunakan adalah film parameter untuk penyinaran. Parameter-parameter yang
portal atau gammagrafi. dihasilkan seperti titik sentrasi untuk SAD dan luas
Teknik penyinaran radioterapi eksterna Cobalt 60 lapangan area yang disinar.
pada kanker payudara di Instalasi Radioterapi RSUD. Menurut Beyzadeouglu (2010), pada pasien kanker
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tidak melakukan payudara pasien tidur terlentang dengan menggunakan
proses verifikasi hal ini dikarenakan beberapa alasan. alat immobilisasi yang mengamankan kedua lengan
Alasan yang pertama yaitu, alat penyangga film portal diatas kepala atau salah satunya, karena akan
gammagrafi pada proses verifikasi di Instalasi mengangkat payudara ke arah superior serta posisi tangan

6
berfungsi untuk mengurangi paparan dosis pada jantung. membutuhkan blok atau wedge filter sehingga petugas tidak
Hal ini sudah sesuai dengan penyinaran radioterapi pada perlu mengangkat beban berat.
kasus kanker payudara dengan axial field di Instalasi Berdasarkan hasil evaluasi penyinaran radioterapi yang
Radioterapi RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo dimana telah dilakukan pasien kanker payudara dengan penggunaan
posisi pasien saat proses penyinaran yaitu tidur terlentang axial field di Instalasi Radioterapi RSUD. Prof. Dr.
dengan lengan kiri berada diatas kepala. Margono Soekarjo Purwokerto pasien kondisi pasien
dikatakan baik dan sehat hingga akhir penyinaran selesai.
2. Alasan penggunaan satu lapangan penyinaran Axial Field Benjolan pada tumor primer sebelum disinar terdapat nanah
pada kasus kanker payudara dan sering mengeluarkan cairan namun setelah proses
Penggunaan axial field pada kasus kanker payudara di penyinaran dilakukan, nanah dan cairan yang keluar
Instalasi Radioterapi RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo berkurang dan menyebabkan bagian tumor tersebut kering
Purwokerto merupakan hasil pertimbangan dokter spesialis serta ukuran benjolan sudah berkurang. Dokter dan
onkologi radiasi, dengan mempertimbangkan lokasi tumor radiografer harus memberitahu kepada pasien untuk selalu
dan organ at risk. Lokasi tumor pada kasus kanker melakukan perawatan pada bagian bekas sinar dan segera
payudara dengan axial field ini berada pada pertengahan periksa ke dokter apabila terjadi keluhan kembali.
dada pasien didaerah sekitar os. Sternum serta tumor berada
pada permukaan tubuh. Penggunaan axial field lebih tepat SIMPULAN
daripada penggunaan dua lapangan tangensial karena letak Teknik radioterapi eksterna Cobalt 60 pada kasus kanker
tumor yang dekat dengan paru kiri dan jantung. payudara dengan axial field di RSUD Prof. Dr. Margono
Sebagian besar kekambuhan lokal terjadi di dalam atau Soekarjo Purwokerto dilakukan menggunakan satu lapangan
dekat dengan jaringan bekas luka. Dengan demikian, penyinaran yaitu axial field dengan teknik SAD (Source Axis
seluruh mastektomi atau bekas luka sayatan harus diiradiasi. Distance). Tatalaksana radioterapinya dimulai dari konsultasi
Tidak disarankan untuk meningkatkan bidang tangensial dengan dokter spesialis onkologi radiasi, penjadwalan simulator,
untuk mencakup semua bekas luka karena peningkatan persiapan pasien berupa edukasi dan motivasi serta
risiko toksisitas paru-paru dan jantung (Beyzadeouglu, menandatangi informed consent, proses simulator dengan
2010), Berdasarkan pernyataan tersebut, axial field dapat pesawat floroskopi dan proses penyinaran eksterna
mencakup lokasi bekas sayatan berada di tengah tubuh menggunakan pesawat teleterapi Cobalt 60. Teknik penyinaran
tanpa membahayakan organ sehat seperti paru-paru dan dilakukan dengan total dosis yaitu 70 Gy yang diberikan total 35
jantung. Batas medial untuk lapangan tangensial berada kali penyinaran dengan dosis 2 Gy per fraksi.
pada midsternum, sedangkan posisi tumor berada di Alasan dilakukan penyinaran kanker payudara dengan
pertengahan os Sternum, sehingga tidak semua area tumor lapangan penyinaran yaitu axial field adalah karena lokasi tumor
dan bekas sayatan masuk dalam lapangan penyinaran berada pada pertengahan tubuh pasien disekitar area Os.
tangensial. Penggunaan pada lapangan tangential akan Sternum dan berada pada permukaan tubuh pasien, sehingga
terjadi penambahan luas lapangan penyinaran namun hal itu dengan penggunaan axial field ini tumor akan mendapatkan
akan berdampak pada organ sehat disekitar tumor tersebut. dosis maksimal 100% adekuat. Penggunaan axial field pada
Penggunaan axial field ini dirasa tepat untuk menghasilkan kasus kanker payudara adalah untuk melindungi organ at risk
dosis maksimal 100% adekuat untuk membunuh tumor yaitu paru-paru dan jantung dari dosis radiasi yang berlebihan.
serta melindungi organ sehat di area sekitar tumor.
Penggunaan axial field di Instalasi Radioterapi RSUD. DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto memberikan American Cancer Society. 2017. Cancer Fact and Figures. USA. Diambil dari :
kemudahan bagi radiografer radioterapi karena axial field http://www.cancer.org. Diakses pada tanggal 12 Desember 2018.
ini membutuhkan waktu penyinaran yang lebih singkat Barret, Ann. Dobbs, Jane. Morris, Stephen dan Roques, Tom. 2009. Practical
Radiotherapy Planning. Edisi 4. Itali : CRC Press.
karena teknik yang digunakan adalah SAD (Source Axis Barsoum, M. M, Mostafa. H, Hossieny. A, Nasr. M, Mahmoud. S, Fouda. 2014.
Distance) sehingga hanya butuh satu kali set up pasien. Dosimetric prospective study comparing 2D and 3D planning for
Tidak hanya itu, beberapa keuntungan lainnya dari irradiation of supraclavicular and infraclavicular regions in breast
penggunaan axial field ini adalah karena proses set up cancer patients. Cairo : Elsevier B.V.
Beyzadeoglu Murat, Ozyigit Gokhan, Ebruli Cuneyt. 2010. Basic Radiation
pasien dan set up parameter penyinaran tidak membutuhkan Oncology. Jerman : Springer.
waktu yang lama sehingga petugas dan pasien tidak perlu Brady, L,W. Heilmann, H, P. Molls, M. Nieder, C. 2008. Radiation Oncology :
berlama-lama dalam ruangan penyinaran pesawat Cobalt 60 An Evidence Based Approach. Jerman : Springer.
sehingga mengurangi paparan radiasi. Dalam penyinaran Faiz, Omar & David Moffat. 2003. Anatomy at a Glance. Jakarta : Erlangga.
Gray, et al. (2003). Lecture Notes Kardiologiedisi 4. Jakarta: Erlangga Medical
radioterapi dengan axial field, aksesoris yang digunakan Series.
yaitu bantalan payudara atau breast board dan tidak

7
Halperin, Edward C. Wazer, David E. Perez, Carlos A danBrady,Luther W.
2013. Principles and Practice of Radiation Oncology.Edisi 6.
LWW.
Hoskin, Peter. Goh, Vicky. 2010. Radiotherapy in Practice Imaging. Oxford
University.
Indrati, Rini. 2005. Faktor-faktor Resiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian
Kanker Payudara Wanita. Jurnal Epidemiologi. Semarang.
Universitas Diponegoro.
International Agency for Research on Cancer (IARC). 2018. GLOCOBAN :
Estimated cancer incidence, mortality, adn prevalence world wide
in 2018.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Kanker Payudara (Online)
http://kanker.kemenkes.go.id/guideslines/pnpkpayudara.pdf.
Diakses pada tanggal 2 Januari 2018, pukul 11.12 wib.
Lamart, S et al. 2013. Radiation dose to the esophagus from breast cancer
radiation therapy. National Cancer Institute, National Institutes of
Health, Bethesda, USA.
Podgorsak, E. 2005. Radiation Oncology (2nd ed). Vienna: IAEA.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis. Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Purwoastuti, Endang. 2008. Kanker Payudara Pencegah Deteksi Dini.
Yogyakarta: Kanisius.
User Manual IViewGT, 2016. Epid Electa Linac.
R, Susworo. 2007. Radioterapi : Dasar-dasar Radio terapi dan Tata Laksana
Radioterapi Penyakit Kanker. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Siti mulyani, Nina. 2013. Asi dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomy and physiology: an easy learner. Diterjemahkan
oleh: James Veldman. Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta.
Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh
Sugarto L. EGC: Jakarta.
Stefanovski, Zoran. Smichkoska, Snezana. Petrova, Deva. Emilija, Lazarova.
2017. Advantages of the Technique with Segmented Fields for
Tangential Breast Irradition. Macedonia : University Clinic of
Radiotherapy and Oncology Skopje.
Whelan, T, Olivotto I, Parulekar W,Ackerman I, Chua B, Nabid A, Vallis
K, White J, Rousseau P, Fortin A, Pierce L, Manchul L, Chafe
S, Nolan M, Craighead P, Bowen J, McCready D, Pritchard
K, Gelmon K, Murray Y, Chapman J, Chen B, Levine M. 2015.
Regional Nodal Irradiation in Early-Stage Breast Cancer. New
England Journal of Medicine. 373(4):307-316.
Wiley, John, Pam Cherry dan Angela Duxbury. 2009. Practical Radiotherapy :
Physics and Equipment. United Kingdom: Blackwell.
World Health Organization. 2015. Breast Cancer : Prevention and Control.
Diakses pada tanggal 3 Januari 2019.

Anda mungkin juga menyukai