Anda di halaman 1dari 34

BAGIAN II

LANGKAH DALAM PROSES MANAJEMEN RISIKO

1
Kerangka Manajemen Risiko: Langkah 1
INISIASI

Tujuan dari langkah Inisiasi adalah untuk menentukan masalah kesehatan lingkungan tertentu
dan masalah risiko terkait dalam konteks pengambilan keputusan yang sesuai. Dalam langkah
ini, masalah risiko utama harus didefinisikan, tim manajemen risiko dibentuk, dan calon
pemangku kepentingan diidentifikasi.

Tujuan Langkah Inisiasi

Mendefinisikan masalah kesehatan lingkungan adalah tugas pertama dan terpenting dalam
Langkah Inisiasi. Mengidentifikasi risiko biasanya melibatkan tujuan berikut:

1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan lingkungan yang disebabkan oleh


bahan berbahaya
2. menempatkan masalah keputusan ke dalam konteks utama masalah dan risiko kesehatan
lingkungan
3. menentukan tujuan yang ditetapkan untuk proses manajemen risiko
4. mengidentifikasi manajer risiko dan pengambil keputusan dengan otoritas, tanggung
jawab, dan sumber daya untuk mengambil tindakan yang sesuai
5. memulai proses untuk melibatkan pemangku kepentingan
6. menetapkan prioritas untuk melakukan review manajemen risiko

Selain itu, langkah Inisiasi harus menetapkan pengaturan administratif yang diperlukan agar
proses manajemen risiko dapat bergerak maju. Langkah Inisiasi menentukan hubungan diantara
pemangku kepentingan, pakar ilmiah dan teknis, pejabat pemerintah, dan pembuat keputusan.
Faktor administrasi penting untuk merencanakan proses manajemen risiko akan mencakup
kerangka waktu yang diharapkan, persyaratan pelaporan, sumber daya kelembagaan yang

2
diperlukan untuk melaksanakan tugas manajemen risiko, dan strategi komunikasi risiko untuk
menjaga hubungan yang berkelanjutan antara semua pemangku kepentingan terkait.

Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah

Perumusan masalah adalah tahap pertama dari proses manajemen risiko, di mana tujuan dan
fokus utama ditetapkan, pelingkupan awal dilakukan, kesenjangan data diidentifikasi, dan
mengembangkan strategi untuk melakukan penilaian risiko. Perumusan masalah adalah proses
berulang, dan dapat diperbarui bila diperlukan sebagaimana informasi tambahan dikumpulkan
selama penilaian. Untuk menentukan bagaimana suatu zat memasuki lingkungan di Kanada,
dilakukan analisis jalur. Informasi tentang jumlah zat yang diproduksi, diimpor, diekspor,
digunakan, dan dilepaskan ditinjau untuk memprediksi distribusi geografis zat dan proses
masuknya ke berbagai media lingkungan, seperti air, udara, tanah, dan sedimen.

Masalah kesehatan lingkungan dapat terungkap tergantung keadaan — penemuan bahaya baru;
keprihatinan publik tentang bahaya yang ada; keadaan darurat atau insiden yang menyebabkan
peningkatan paparan bahaya; peninjauan berkala dari program pengendalian bahaya; pengenalan
peraturan baru; informasi terkini dari program pemantauan; atau temuan ilmiah dan teknis baru
tentang bahaya tertentu. Sumber perhatian mana yang menjadi alasan utama untuk memulai
proses manajemen risiko akan sangat menentukan konteks masalah risiko. Namun, seiring
dengan berlanjutnya proses manajemen risiko, konteks sebelumnya dapat berubah saat muncul
informasi baru, atau ketika kekhawatiran pemangku kepentingan menciptakan perubahan dalam
definisi masalah. Setelah draf pertama dari rumusan masalah selesai, ilmuwan dari akademisi,
industri, pemerintah federal, provinsi dan teritori, kelompok lingkungan dan pihak
berkepentingan lainnya dapat diundang untuk mengomentari hasil draf tersebut.

Perumusan masalah membutuhkan pemeriksaan kritis terhadap penyebab yang berkontribusi


pada risiko kesehatan lingkungan, dan potensi konsekuensi dalam kaitannya dengan paparan
manusia dan efek kesehatan. Rumusan masalah untuk penilaian paparan dan efek kesehatan
mungkin memerlukan beberapa upaya perbaikan saat informasi baru tersedia. Biasanya,
pemangku kepentingan yang bergabung dalam proses memberikan wawasan penting sebagi
saran tambahan untuk merumuskan masalah, terutama informasi yang memerlukan keahlian
khusus, seperti kemungkinan sumber polusi dan solusi teknis potensial.

3
Jika masalah dirumuskan terlalu sempit, atau salah, manajer risiko dan pemangku kepentingan
akan menginvestasi sumber daya mereka dalam mengeksplorasi dan menerapkan strategi
pengendalian yang tidak sesuai, kurang efektif, atau lebih mahal untuk mengurangi risiko dari
yang semestinya. Jika suatu masalah dirumuskan terlalu luas, kompleksitas masalah kesehatan
yang terkait dapat melampaui kemampuan manajer risiko untuk menilai dan mengevaluasi
sejumlah besar informasi, sehingga kapasitas pemangku kepentingan dan pengambil keputusan
untuk mencapai keputusan dapat terhambat. Dokumentasi ilmiah, teknis, dan ekonomi yang
diberikan kepada manajer risiko dalam bentuk dokumen kriteria (atau dokumen ringkasan)
merupakan dasar untuk pengambilan keputusan risiko. Namun dalam beberapa tahun terakhir,
volume informasi yang berlebihan telah dikritik oleh banyak badan penasihat dan pembuat
keputusan karena tidak dapat dibaca, dan dalam banyak kasus, tidak diperlukan.

Masalah Kesehatan Lingkungan

Untuk menghindari kebingungan, masalah risiko yang terkait dengan masalah kesehatan
lingkungan harus diidentifikasi dan didefinisikan dengan cermat. Upaya yang sesuai harus
dilakukan untuk memastikan bahwa semua masalah utama telah diidentifikasi. Idealnya, masalah
manajemen risiko mencakup hanya sejumlah kecil masalah, dan masalah ini harus ditangani satu
per satu bila memungkinkan. Oleh karena itu, sering kali perlu untuk memprioritaskan masalah
sesuai dengan tingkat kepentingan atau relevansinya dengan masalah yang dihadapi.

Mendefinisikan ruang lingkup masalah manajemen risiko yang tepat adalah tugas yang sangat
penting dan tak jarang juga sulit. Jika masalah lingkungan dicakup terlalu sempit, seperti yang
sering terjadi dalam pelaksanaan yang sebelumnya, hal ini dapat menyebabkan proses
manajemen risiko yang gagal mencerminkan masalah dalam keadaan sebenarnya. Misalnya,
sering kali tidak masuk akal untuk mencoba melakukan manajemen risiko pada setiap bahan
kimia satu per satu, jika faktanya bahan kimia di lingkungan merupakan campuran yang
kompleks. Demikian pula, mungkin tidak logis untuk berfokus secara eksklusif pada satu media
yang terkontaminasi, seperti air, jika zat yang sama juga mencemari media lingkungan lain
seperti udara dan tanah.

4
Pada masalah kesehatan lainnya, yang dapat dengan mudah terabaikan ketika masalah risiko
didefinisikan terlalu sempit, berkaitan dengan potensi risiko yang timbul dari penggunaan produk
alternatif, atau dari dampak negatif dari perbaikan lingkungan tertentu. Misalnya, penggantian
produk dengan agen lain akan menjadi kontraproduktif jika penggantinya memiliki sifat
berbahaya yang menghasilkan risiko kesehatan lebih besar daripada bahan aslinya. Demikian
pula, kegiatan perbaikan seperti upaya menghilangkan kontaminan berbahaya dari lokasi limbah
dapat menghasilkan risiko paparan manusia yang lebih besar dibandingkan meninggalkan
kontaminan di lokasi dengan upaya penampungan yang lebih baik.

Tujuan Manajemen Risiko

Tujuan dari proses manajemen risiko bervariasi, dan solusi pengendalian bergantung pada jenis
tujuan yang dirumuskan dalam langkah Inisiasi. Tujuan yang terkait dengan risiko biasanya akan
berusaha mengurangi atau menghilangkan paparan zat berbahaya, atau mengurangi kemungkinan
dan keparahan efek kesehatan yang berbahaya. Tujuan yang mencakup komponen ekonomi akan
berusaha untuk mengurangi risiko sambil meminimalkan biaya pengendalian atau dampak
ekonomi dari tindakan pengendalian. Tujuan yang melibatkan nilai-nilai publik mungkin
bertujuan untuk melindungi kelompok berisiko, atau mencegah bahaya pada anak-anak dan
orang tua.

Tujuan untuk memastikan kesehatan lingkungan sering ditentukan dalam undang-undang,


peraturan pemerintah, dan ketentuan undang-undang yang serupa. Tujuan manajemen risiko
semakin ditentukan oleh kesepakatan yang mengikat antara pemerintah dan industri yang terkena
dampak, atau dengan inisiatif sukarela yang dilakukan oleh sektor bisnis tertentu di Kanada.

Lebih luas lagi, tujuan untuk setiap aktivitas manajemen risiko harus dipertimbangkan dalam
kaitannya dengan tujuan utama lainnya yang dipandang masyarakat sebagai kontributor yang
berharga bagi kesejahteraan masyarakat. Sejauh pengeluaran masyarakat untuk memastikan
perlindungan terhadap kontaminan lingkungan adalah sumber daya yang terbatas, tujuan dari
keputusan manajemen risiko tunggal harus ditempatkan dalam konteks tujuan kesehatan
lingkungan lainnya yang bersaing, mungkin lebih hemat biaya. Karena banyak program
kesehatan lingkungan memerlukan solusi yang mahal, dan seringkali menghasilkan pengurangan

5
risiko dalam jumlah yang relatif kecil untuk pengeluaran yang besar dalam sumber daya yang
tersedia, proses manajemen risiko tidak boleh dilakukan dalam 'kekosongan peraturan'.
Sebaliknya, ini harus dilakukan dalam kerangka risiko yang lebih besar yang berusaha untuk
mengidentifikasi pilihan manajemen risiko yang paling hemat biaya di seluruh spektrum masalah
kesehatan lingkungan, berusaha untuk memaksimalkan dampak menguntungkan secara
keseluruhan pada kesehatan masyarakat yang dapat diberikan oleh solusi optimal.

6
Kerangka Manajemen Risiko: Langkah 2
ANALISIS PENDAHULUAN/ IDENTIFIKASI RISIKO

Tujuan dari Analisis Pendahuluan adalah untuk menentukan dimensi dasar dari masalah risiko,
dan kemudian melakukan tinjauan terhadap potensi risiko. Langkah Analisis Pendahuluan /
Identifikasi Risiko melibatkan pengumpulan, pengorganisasian, dan penilaian informasi ilmiah
dan teknis yang diperlukan untuk memutuskan apakah kontaminan lingkungan kemungkinan
besar merupakan bahaya yang signifikan bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, semua
informasi yang relevan tentang bahaya harus dikumpulkan dalam kumpulan informasi risiko,
yang dapat diperbarui kapan pun diperlukan, seiring dengan berlanjutnya proses manajemen
risiko.

Identifikasi Risiko merupakan jenis analisis risiko kualitatif. Pada prinsipnya berkaitan dengan
penilaian bobot-bukti untuk menyimpulkan bahwa bahaya lingkungan mungkin ada atau tidak
ada, tetapi tidak untuk mengukur tingkat risiko kesehatan dalam masyarakat. Ini melibatkan
tinjauan sistematis dari semua bukti yang relevan dari para ahli ilmiah, pembuat keputusan, dan
pemangku kepentingan, untuk memutuskan apakah proses manajemen risiko harus terus maju ke
arah langkah-langkah selanjutnya dalam kerangka risiko yang menangani ukuran kuantitatif
risiko.

Tujuan Identifikasi Risiko

Langkah Identifikasi Risiko terdiri dari tiga aktivitas utama, yang masing-masing memiliki
tujuan tertentu:

 Metodologi penyaringan risiko, digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang baru


ditemukan yang memiliki potensi bahaya yang signifikan — aktivitas ini berfungsi
sebagai sistem 'peringatan dini' untuk mendeteksi zat berbahaya di lingkungan;
 Skema penetapan prioritas, sering digunakan untuk membuat peringkat bahaya yang
ada menurut kemungkinan sifat potensi bahayanya;

7
 Metode untuk klasifikasi setiap kontaminan beracun, diterapkan secara sistematis,
sesuai dengan bobot keseluruhan bukti yang menunjukkan bahwa hal itu dapat
menimbulkan bahaya kesehatan yang signifikan pada masyarakat yang terpapar

Karena penghitungan tingkat toksisitas dan jumlah paparan manusia terhadap suatu zat tidak
dilakukan dalam langkah ini, langkah Identifikasi Risiko tidak dapat memberikan perkiraan
numerik yang bermakna dari tingkat risiko kesehatan yang sebenarnya.

Sumber Bukti dalam Identifikasi Risiko

Bukti yang diperlukan untuk mengevaluasi dugaan bahaya kesehatan dapat diperoleh dari
beberapa sumber informasi ilmiah. Ada dua sumber utama sebagai bukti, yaitu:

 studi toksikologi
yang mengukur produksi efek berbahaya pada hewan uji yang terpapar pada tingkat
kontaminan lingkungan yang telah ditentukan
 studi epidemiologi
yang mengukur terjadinya pola penyakit pada masyarakat yang secara tidak sengaja
terpapar kontaminan lingkungan.

Jika memungkinkan, proses identifikasi risiko berusaha menggabungkan semua kemungkinan


sumber bukti ilmiah yang relevan tentang potensi bahaya suatu agen lingkungan. Selain temuan
utama studi toksisitas jangka panjang dan temuan epidemiologi, beberapa jenis bukti pendukung
juga dapat dipertimbangkan dalam identifikasi risiko.

Di antara teknik ilmiah yang sering digunakan untuk mendapatkan bukti pendukung potensi
bahaya adalah pendekatan berikut:

• Sifat fisika-kimia, memeriksa hubungan struktur-aktivitas suatu bahan kimia mengenai efek
toksiknya

8
• Sifat farmakokinetik, menjelaskan pola biotransformasi dan pengendapan suatu bahan kimia di
dalam tubuh

• Tes Jangka Pendek, tes skrining toksisitas laboratorium menggunakan sel mamalia, sel
tumbuhan dan serangga, atau bakteri

• Faktor PBT — mengevaluasi faktor persistensi, bioakumulasi, dan toksisitas suatu bahan kimia.

Identifikasi Risiko Menggunakan Studi Epidemiologi

Studi epidemiologi lingkungan meneliti hubungan antara paparan kontaminan lingkungan pada
manusia dan kejadian penyakit pada populasi yang terpapar. Jika satu atau lebih penyakit
spesifik terdeteksi pada tingkat-yang-lebih-tinggi-dari-yang-diharapkan pada individu yang
terpapar berat, maka kesimpulan yang dapat dibuat bahwa keterpaparan dan penyakit tersebut
saling terkait secara statistik.

Metode epidemiologi sering kali terhambat oleh terbatasnya kapasitas peneliti yang untuk
mengatasi beberapa masalah; ada kesulitan dalam menilai paparan agen tertentu ketika manusia
secara bersamaan terpapar banyak bahan kimia yang berbeda; kemungkinan tidak sesuai untuk
dijadikan pembanding terhadap kelompok studi; penilaian paparan yang akurat dan tidak bias
atau penentuan penyakit bisa jadi tidak mungkin dilakukan.

Identifikasi Risiko Menggunakan Studi Toksikologi

Keuntungan utama studi toksisitas hewan adalah kemampuannya mendeteksi potensi efek
berbahaya bahan kimia dengan tingkat sensitivitas tinggi, dalam kondisi eksperimental yang
terkontrol dengan baik. Selain itu, kemampuan untuk mengontrol dan memanipulasi faktor
eksperimental yang mengarah pada respons toksik memungkinkan para peneliti untuk secara
ketat menetapkan adanya hubungan kausal (kausalitas) antara paparan kontaminan dan terjadinya
efek kesehatan yang berbahaya pada hewan uji.

Kelemahan ilmiah utama dari pendekatan toksikologi adalah umur hewan uji yang pendek, dosis
tinggi yang diperlukan untuk menghasilkan efek yang dapat dideteksi dalam waktu singkat, dan
9
pengujian pemberian banyak bahan kimia uji yang tidak wajar. Lebih mendasar, toksisitas hewan
yang diamati merupakan ukuran tidak langsung potensi toksisitas pada manusia. Oleh karena itu,
perbedaan antarspesies antara hewan dan manusia harus dipertimbangkan dengan cermat dalam
proses penilaian risiko.

10
Kerangka Manajemen Risiko: Langkah 3
ESTIMASI RISIKO

Estimasi Risiko adalah langkah dalam kerangka manajemen risiko yang merupakan suatu upaya
untuk memprediksi tingkat risiko kesehatan yang timbul dari paparan kontaminan lingkungan
pada tingkat tertentu. Langkah estimasi risiko terdiri dari tiga jenis aktivitas:

 penilaian dosis-respons
 penilaian paparan
 karakterisasi risiko

Penilaian dosis-respons dan penilaian paparan biasanya dilakukan sebagai aktivitas terpisah,
karena yang pertama sangat ditentukan oleh eksperimen laboratorium, sedangkan yang terakhir
bergantung pada studi observasi seperti survei lingkungan dan pengambilan sampel di
masyarakat. Karakterisasi risiko menggabungkan hasil temuan kritis yang diperoleh dari
penilaian dosis-respons dan penilaian paparan sebagai kesimpulan akhir dari langkah estimasi
risiko.

Penilaian Dosis-Respon

Kita mungkin menduga bahwa paparan kecil terhadap jenis zat beracun tertentu akan
menghasilkan sedikit atau tidak ada efek berbahaya, karena diketahui bahwa tubuh terkadang
dapat mentolerir sejumlah kecil bahan kimia melalui kapasitas alami untuk detoksifikasi atau
adaptasi fisiologis.

Sebagian besar, pada pengukuran dosis-respon diperoleh dari penelitian hewan percobaan.
Dalam studi toksisitas jangka panjang dengan durasi beberapa bulan atau tahun, batas bawah
kisaran dosis dianggap paling penting untuk estimasi risiko, karena manusia kemungkinan besar
akan terpapar kontaminan lingkungan dengan konsentrasi rendah selama periode waktu yang
lama.

11
Hasil penelitian tersebut mendefinisikan hubungan dosis-respons untuk setiap zat di berbagai
tingkat dosis, dari dosis tinggi di mana perubahan patologis sering terjadi hingga dosis rendah di
mana perubahan jarang atau tidak ada. Studi epidemiologi pada populasi manusia, yang bersifat
observasional daripada eksperimental, mencoba untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit
yang timbul dari keterpaparan yang tidak disengaja oleh sekelompok orang terhadap berbagai
jumlah kontaminan lingkungan.

Namun, studi epidemiologi lingkungan lebih umum menghadapi situasi di mana terdapat terlalu
sedikit subjek, tingkat keterpaparan yang relatif rendah, dan pengukuran keterpaparan individu
yang tidak memadai untuk mendukung pengembangan tindakan pengendalian risiko yang hanya
berdasarkan pada data manusia. Meskipun peran penting mereka dalam identifikasi risiko, studi
epidemiologi oleh karena itu telah memainkan peran yang relatif lebih kecil dalam
mengkarakterisasi hubungan respon dosis yang diperlukan untuk estimasi risiko.

Dalam studi toksisitas jangka panjang dengan durasi beberapa bulan atau tahun, batas bawah
kisaran dosis dianggap paling penting untuk estimasi risiko, karena populasi manusia
kemungkinan besar akan terpapar kontaminan lingkungan dengan konsentrasi rendah selama
periode yang lama. waktu.

untuk menggunakan pemodelan respons-dosis, memilih salah satu dari dua pendekatan alternatif
yang biasa digunakan untuk mencirikan perilaku respons-dosis: (1) ekstrapolasi dosis rendah ;
(2) faktor ketidakpastian.

Penilaian Paparan

Penilaian eksposur adalah proses mengukur atau memperkirakan intensitas, frekuensi, dan durasi
paparan manusia terhadap kontaminan yang ada di lingkungan, atau memperkirakan paparan
hipotetis yang mungkin timbul dari pelepasan bahan kimia baru ke lingkungan. Tidak seperti
penilaian dosis-respons, penilaian paparan tidak dapat bergantung pada beberapa laboratorium
atau studi epidemiologi, hal ini memerlukan pertimbangan yang cermat tentang paparan berbeda
pada manusia yang tidak dapat segera digeneralisasikan dari satu atau dua pengamatan acak.
Sebaliknya, penilaian keterpaparan memerlukan penelitian berbasis komunitas yang ekstensif

12
untuk mengukur jumlah aktual kontaminan di berbagai media lingkungan — udara, air minum,
tanah, dan berbagai jenis makanan.

1. Kelompok Yang Sangat Terpapar


Jelas masalah kesehatan terbesar akan berfokus pada individu atau subkelompok yang
paling terpapar paling tinggi — mereka yang terkena paparan kontaminan tertinggi,
paling sering, atau paling lama akan dianggap memiliki risiko terbesar untuk efek
kesehatan yang berbahaya. Jumlah individu dalam subkelompok yang terpapar tinggi
mungkin tidak besar jika dibandingkan dengan keseluruhan populasi, tetapi mengingat
bahwa risiko kesehatan adalah perhatian pribadi dengan konsekuensi yang besar,
sejumlah kecil individu yang berisiko tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk
tindakan yang tidak semestinya. penundaan atau kelambanan oleh manajer risiko.
Misalnya, masyarakat Aborigin sering mengalami paparan tinggi terhadap logam berat,
seperti merkuri dan kadmium, serta polutan organik yang persisten, seperti dioksin dan
PCB, karena konsumsi ikan, hewan buruan, dan satwa liar lainnya dalam jumlah besar.
Sejauh sumber 'makanan pedesaan' ini mungkin sangat terkontaminasi dengan zat
beracun, penilaian paparan subkelompok perlu dilakukan pada individu ini, untuk
menentukan pola konsumsi makanan dan asupan yang sesuai dari kontaminan beracun
yang diidentifikasi.

2. Kelompok Rentan
Selain itu, populasi manusia di Kanada dan di tempat lain jelas tidak homogen, tetapi
terdiri dari berbagai kelompok orang yang berbeda dalam kerentanan individu mereka
terhadap kontaminan tertentu sesuai dengan usia, jenis kelamin, ras atau kelompok etnis,
kondisi medis yang ada, dan berbagai. faktor genetik, nutrisi, dan gaya hidup. Mereka
yang sangat rentan terhadap efek racun dari suatu kontaminan juga akan dipandang
sebagai kelompok dengan potensi risiko kesehatan yang lebih tinggi dari biasanya —
misalnya, bayi dan anak-anak, wanita usia subur, orang tua, orang sakit dan lemah , ras
atau etnis tertentu, dan sebagainya. Informasi tentang keterpaparan diferensial kemudian
harus digabungkan dengan informasi tentang kerentanan untuk mengidentifikasi individu

13
berisiko tinggi yang paling rentan. Dalam bentuk yang paling lengkap, penilaian
keterpaparan akan berusaha untuk menggambarkan besaran, durasi, jadwal, dan rute
pemaparan; ukuran, sifat, dan kelas populasi manusia yang terpapar, dan ketidakpastian
dalam semua perkiraan.

3. Studi Populasi Umum


Selain kelompok yang sangat terpapar, paparan rata-rata yang dialami oleh populasi
umum adalah ukuran paparan lain yang harus dipertimbangkan. Meskipun rata-rata
tingkat keterpaparan seluruh populasi biasanya jauh lebih rendah daripada yang ditemui
di kelompok yang sangat terpapar, dampak kesehatan keseluruhan dari suatu kontaminan
mungkin lebih besar pada populasi umum karena lebih banyak orang yang berisiko.

Banyak dari kontaminan lingkungan yang masuk kedalam tubuh kita setiap hari dicerna
dalam makanan yang kita makan. Polutan lingkungan yang persisten dapat menumpuk di
vegetasi dan memberi makan biji-bijian yang dikonsumsi hewan ternak sebagai pasokan
makanan mereka, dan kita pada gilirannya mengonsumsi kontaminan ini dalam produk
hewan seperti daging, ikan, produk susu, dan telur. Dengan asumsi bahwa masyarakat
umum mengkonsumsi sebagian besar makanannya dengan berbelanja di toko grosir dan
pasar, pola asupan bahan makanan dapat diperkirakan dari volume penjualan berbagai
produk melalui distributor eceran.

Penilaian paparan merupakan komponen penting dari proses estimasi risiko. Tanpa
pengukuran atau perkiraan tingkat paparan kontaminan lingkungan pada manusia,
penilaian respons-dosis tidak akan banyak berarti terkait dengan potensi efek kesehatan
manusia. Zat dengan paparan lingkungan manusia yang sangat kecil, betapapun kuatnya
efeknya, tidak mungkin menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. Sebaliknya,
kontaminan dengan karakteristik respons dosis yang relatif lemah dapat menimbulkan
risiko kesehatan yang signifikan jika tingkat paparan cukup tinggi atau berkepanjangan
untuk melebihi tingkat asupan yang dapat ditoleransi. Risiko kesehatan untuk suatu
kontaminan hanya dapat dinilai secara bermakna dengan memeriksa tingkat paparan

14
lingkungan yang diamati atau dihitung sehubungan dengan tingkat dosis yang terkait
dengan efek berbahaya dalam studi respons-dosis.

Karakterisasi Risiko

Sebagai kesimpulan akhir dalam langkah estimasi risiko, karakterisasi risiko menggabungkan
hasil penting yang diperoleh dari penilaian dosis-respons dan penilaian paparan, memberikan
deskripsi sifat bahaya dan penghitungan eksplisit perkiraan tingkat risiko kesehatan. Proses
karakterisasi risiko harus meringkas dan menjelaskan metode yang digunakan untuk menghitung
estimasi risiko kesehatan dalam langkah estimasi risiko. Laporan karakterisasi risiko pada
dasarnya terdiri dari dua aspek:

 perkiraan risiko numerik, dan ketidakpastian yang menyertainya


 ringkasan naratif untuk menilai signifikansi praktis dari risiko

Karena laporan karakterisasi risiko merupakan kesimpulan akhir dari sumber bukti, metode
analisis, dan hasil yang diperoleh dari langkah estimasi risiko, laporan tersebut dianggap sebagai
interaksi penting untuk pertukaran informasi antara komunitas ilmiah penilai risiko dan
komunitas non-ilmiah dari manajer risiko dan pemangku kepentingan.

4.

15
Kerangka Manajemen Risiko: Langkah 4

EVALUASI RISIKO

Langkah Evaluasi Risiko memeriksa masalah ekonomi dan sosial yang mempengaruhi pemilihan
opsi pengendalian untuk memastikan tingkat risiko yang dapat diterima atau aman. Pertimbangan
ini berhubungan dengan nilai-nilai individu dan masyarakat, dengan demikian hasil
pertimbangan lebih dari sekedar pengertian ilmiah analisis objektif dari kuantitas fisik yang
'empiris' (terukur). Sebaliknya, teknik evaluasi risiko berfokus pada eksplorasi masalah 'normatif'
yang terkait dengan apa yang 'seharusnya terjadi' dalam masyarakat, berupaya memberikan
perlindungan yang efektif bagi kesehatan bagi masyarakat dengan cara yang adil, tetapi
terjangkau.

Kerumitan dalam menangani risiko kesehatan lingkungan berarti bahwa perkiraan risiko ilmiah
memiliki sedikit makna intuitif bagi non-ahli seperti kita, sebagian karena kita cenderung
berfokus pada keparahan konsekuensi untuk risiko tertentu daripada probabilitas numerik
terjadinya risiko tersebut. Kita sering mengevaluasi risiko menurut persepsi subjektif kita tentang
karakteristik ancaman dari bahaya tertentu yang paling menonjol di benak kita. Untuk
mengimbangi penyimpangan persepsi publik tentang risiko, pengambil keputusan dan pemangku
kepentingan harus mengandalkan, tinjauan sistematis mengenai risiko dari aspek ekonomi dan
sosial untuk memberikan pendekatan yang lebih realistis untuk identifikasi dan pemilihan
strategi pengurangan risiko yang efektif..

Dua aspek utama masalah kemasyarakatan yang dipertimbangkan dalam langkah Evaluasi Risiko
adalah:

Evaluasi ekonomi — memperkirakan manfaat kesehatan yang diharapkan dan biaya


pengendalian yang diantisipasi terkait dengan berbagai tingkat pengurangan risiko,
menggunakan kriteria keuangan yang sesuai dengan analisis ekonomi kuantitatif

Evaluasi sosial — menggolongkan isu-isu sosial yang mencerminkan penilaian dan preferensi
masyarakat yang tidak sesuai dengan analisis ekonomi formal, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi politik tentang keadilan dan kesetaraan.

16
Evaluasi Ekonomi

Evaluasi ekonomi mempertimbangkan biaya yang diproyeksikan untuk melaksanakan program


perbaikan lingkungan, bersamaan dengan manfaat yang sesuai dari perbaikan kesehatan
masyarakat di masa depan. Pendekatan ini memberikan manajer risiko kemampuan untuk
mengevaluasi dan memilih strategi pengendalian lingkungan terbaik dari berbagai opsi yang
diusulkan. Seperti istilahnya, evaluasi ekonomi melibatkan penetapan nilai subyektif, biasanya
dinyatakan sebagai nilai uang, untuk mengukur manfaat kesehatan yang diperoleh dari
penurunan insiden penyakit (morbiditas) dan penurunan risiko kematian dini (mortalitas).

Beberapa jenis teknik analisis ekonomi dapat digunakan pada langkah evaluasi risiko. Di antara
metode yang paling umum digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Efektivitas Biaya


Pendekatan analisis ekonomi yang paling mudah yaitu analisis efektivitas biaya, metode
ini membandingkan biaya yang diproyeksikan untuk berbagai pilihan pengendalian risiko
yang diusulkan, semua dimaksudkan untuk memenuhi tujuan yang sama.

2. Analisis Manfaat-Biaya
Pendekatan analisis biaya-manfaat (juga disebut analisis biaya-manfaat atau analisis
risiko-biaya-manfaat) membandingkan perkiraan biaya pengendalian lingkungan yang
lebih baik dengan manfaat yang diharapkan yaitu berkurangnya kemungkinan penyakit
yang terkait dengan berbagai skenario pengurangan paparan.

3. Analisis Risiko-Manfaat
Analisis risiko-manfaat berjalan dengan prinsip dasar yang sama dengan analisis biaya-
manfaat, kecuali bahwa ukuran manfaat kesehatan dihitung sebagai pengurangan risiko
kesehatan yang diperkirakan, dan tidak diubah menjadi unit moneter.

4. Analisis Dampak Sosial Ekonomi

17
Metode evaluasi risiko yang paling komprehensif dan paling kompleks disebut analisis
dampak sosial-ekonomi. Penerapannya dalam evaluasi risiko biasanya hanya pada
evaluasi dampak tindakan awal yang diusulkan oleh suatu badan pemerintah, namun
tidak perlu dilakukan setiap kali ada usulan perubahan dalam standar peraturan
pemerintah yang ada. Analisis ini menentukan efek alokatif, yaitu efek yang berkaitan
langsung dengan produksi dan konsumsi. Efek non-alokatif dapat mencakup dampak
yang diantisipasi dari peraturan pemerintah baru yang diusulkan terhadap sejumlah
masalah ekonomi dan bisnis:
 distribusi pendapatan (antar individu dan antar daerah)
 perkembangan teknologi
 struktur pasar dan persaingan
 pekerjaan
 perdagangan internasional
 neraca pembayaran
 tingkat inflasi
Efek non-alokatif, menurut sifatnya, sulit untuk dikarakterisasi dan akan mencakup
banyak ketidakpastian. Meskipun demikian, jenis masalah ini memerlukan pertimbangan
serius setiap kali peraturan yang direncanakan dianggap memiliki potensi dampak yang
cukup besar untuk secara material mempengaruhi beberapa segmen penting ekonomi
nasional atau provinsi.

Evaluasi Sosial

Pengertian risiko yang dapat diterima atau aman adalah nilai subjektif yang sangat dipengaruhi
oleh norma dan harapan masyarakat tentang keselamatan. Oleh karena itu, keselamatan tidak
menunjukkan tidak adanya risiko, tetapi lebih merupakan penerimaan risiko dalam kondisi
tertentu yang ditentukan oleh pengaruh sosial. Risiko yang dapat diterima sedikit ditentukan oleh
tingkat obyektif risiko daripada toleransi risiko subjektif dari individu yang terpapar. Ada
pepatah lama dalam manajemen risiko lingkungan bahwa “Persepsi adalah kenyataan.” Terlepas
dari upaya terbaik para ilmuwan dan ekonom untuk menjelaskan dan mempertahankan perkiraan

18
risiko dan rasio biaya-manfaat yang telah mereka hitung, penerimaan masyarakat atas risiko
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak terkait dengan sains atau ekonomi.

Banyak dari faktor tersebut merupakan faktor sosial, yang meliputi berikut ini:

1. Persepsi risiko
Risiko kesehatan lingkungan muncul dengan tiga faktor persepsi risiko yang membuatnya
secara inheren sulit untuk dikelola secara sosial.
 Ketidaktahuan
Risiko kesehatan lingkungan sering dianggap tidak dapat diketahui pada tingkat
tertentu, dan oleh karena itu masyarakat cenderung memperlakukannya dengan
cara hitam-putih alias dengan penerimaan tanpa syarat (ketidakpedulian), atau
dengan menolak secara mtlak untuk tingkat paparan apa pun.

 Ketidaksengajaan
Paparan agen berbahaya terhadap kita sebagian besar tidak dapat dihindari dengan
tindakan pencegahan pribadi. Selain itu, kita tidak dapat mengisolasi diri kita dari
kontak dengan lingkungan alam — udara yang kita hirup, air yang kita minum,
tanah tempat kita berjalan, dan makanan yang kita konsumsi.

 Ketidakbermanfaatan
Risiko kesehatan lingkungan umumnya dianggap tidak bermanfaat, karena kita
merasa bahwa kita dapat secara subjektif merasakan risiko kesehatan pribadi kita,
tetapi tidak dapat mengevaluasi secara memadai manfaat ekonomi kita secara
kolektif.

2. Bahaya Yang Disebabkan Ulah Manusia (Antropogenik)


Karena banyak polutan lingkungan dihasilkan baik oleh aktivitas manusia maupun proses
alami, perbedaan antara kontaminan sintetis dan alami terkadang membingungkan.
Terminologi yang disukai membedakan antara sumber bahaya alam di lingkungan dan
sumber antropogenik yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Perbedaan yang tepat
19
kemudian dapat dibuat sehubungan dengan sumber produksi dan kontribusi relatif dari
sumber alam dan sumber antropogenik.
Perbedaan ini tidak menjelaskan apa pun tentang toksisitas yang timbul, tetapi
memungkinkan pertimbangan beban relatif yang dibuat sumber antropogenik sehubungan
dengan tingkat polusi secara keseluruhan. Manajer risiko menyadari bahwa aktivitas
pencemaran manusia biasanya lebih dapat dikendalikan dan diperbaiki daripada sumber
polusi alam.

3. Toleransi Risiko
Toleransi risiko memeriksa perbedaan dalam risiko yang diperbolehkan untuk zat tertentu
dalam satu peraturan, berbeda dengan tolok ukur risiko di peraturan lainnya.
 Konsistensi
Bahkan dalam organisasi yang sama, konsistensi batas paparan untuk bahan kimia
tertentu di berbagai media seringkali kurang, karena penggunaan metode penilaian
risiko yang berbeda, atau karena kriteria ekonomi dan sosial yang berbeda telah
mempengaruhi pengembangan standar paparan yang memungkinkan tingkat risiko
juga yang berbeda. Konsistensi antara badan pengatur yang berbeda dan organisasi
pengaturan standar mengenai perkiraan risiko dan perkiraan paparan sangat penting
dengan munculnya kebijakan perdagangan bebas, karena 'harmonisasi' standar
peraturan berusaha untuk menghilangkan divergensi antara batas paparan lingkungan
melintasi batas regional dan nasional.

 Relevansi
Perkiraan risiko tidak boleh berdiri sendiri tanpa dibandingkan dengan perkiraan
risiko lainnya. Batasan pajanan hanya dapat bermakna jika mampu mengurangi
risiko kesehatan dalam menghadapi risiko dari lingkungan alam atau dari aktivitas
manusia lainnya. Misalnya, tidak masuk akal untuk mencoba mengendalikan polusi
air dari herbisida kimia secara eksklusif melalui pembatasan yang ketat pada
pertanian dan industri, jika herbisida juga digunakan secara tidak terkendali untuk
perumahan, sipil, dan rekreasi.

20
 Dampak
Dampak yang diharapkan dari berbagai pilihan pengurangan risiko biasanya akan
dievaluasi sesuai dengan kriteria berikut — tingkat keparahan dan tingkat kepulihan
penyakit, kelompok khusus yang harus dilindungi pada tingkat risiko yang lebih ketat
(misalnya bayi dan anak-anak untuk bahaya neurologis), dan perubahan pada beban
tubuh yang ada pada kelompok yang sebelumnya terpapar (misalnya kelompok asli
yang memakan hewan buruan dan 'makanan pedesaan' lainnya).

4. Ekuitas risiko
Pertimbangan ekuitas risiko dan keadilan lingkungan dalam pengendalian kontaminan
berbahaya menjadi isu yang semakin penting dalam evaluasi risiko. Distribusi manfaat
ekonomi yang tidak merata dan beban risiko kesehatan harus diperiksa dengan cermat,
terutama ketika kelompok rentan atau kelompok minoritas yang kurang beruntung
terpapar secara tidak proporsional. Kekhawatiran ini sering kali diterjemahkan ke dalam
arena politik sebagai pertanyaan tentang keadilan.
Masalah ini lebih baik ditangani dengan partisipasi pemangku kepentingan yang efektif,
termasuk konsultasi berkelanjutan dengan kelompok warga dan organisasi advokasi
lingkungan. Masalah tersebut dapat diatasi secara efektif dengan pertimbangan yang
cermat atas masalah ekuitas risiko, sebagai salah satu aspek dari proses Komunikasi
Risiko.

21
Kerangka Manajemen Risiko: Langkah 5
PENGENDALIAN RISIKO

Langkah Pengendalian Risiko berfokus pada pemilihan tindakan pencegahan atau perbaikan
tertentu dari serangkaian pilihan pengendalian yang memungkinkan, semuanya dimaksudkan
untuk mengurangi risiko kesehatan melalui berbagai strategi yang diidentifikasi oleh pemangku
kepentingan dan tim manajemen risiko.

Berbeda dengan objektivitas yang tampak dari langkah-langkah analitis sebelumnya, langkah
Pengendalian Risiko perlu mempertimbangkan banyak sekali masalah ekonomi, sosial, dan
politik secara inheren, serta secara cermat meninjau temuan ilmiah penting yang terkandung
dalam laporan karakterisasi risiko. Oleh karena itu, pertimbangan Pengendalian Risiko harus
dilakukan dalam proses partisipatif yang terbuka dan transparan yang melibatkan konsultasi
berkelanjutan dengan semua kelompok pemangku kepentingan, serta masyarakat umum,
menggunakan komunikasi risiko sepenuhnya dan pembangunan kesepakatan.

Tujuan Pengendalian Risiko

Keseluruhan proses Pengendalian Risiko dapat direpresentasikan sebagai rangkaian aktivitas


yang pertama mengkaji penilaian risiko dan informasi evaluasi risiko, dan kemudian
mengembangkan rencana pengurangan risiko berdasarkan sejumlah pilihan pengendalian
tertentu. Hasil utama dari Estimasi Risiko, dirangkum oleh penilai risiko dalam dokumen
kriteria, menggolongkan dampak kesehatan saat ini dan masa depan dari suatu kontaminan
lingkungan, dan juga memberikan proyeksi tingkat pengurangan risiko yang sesuai dengan
berbagai tingkat pengurangan paparan setelah pengantar pengukuran pengendalian. Langkah
Evaluasi Risiko mengidentifikasi beberapa kemungkinan tingkat paparan yang berbeda untuk
memhasilkan risiko yang diproyeksikan sejalan dengan nilai-nilai masyarakat yang dapat
diterima, dan memberikan analisis ekonomi kepada para pembuat keputusan mengenai risiko
yang diproyeksikan, biaya, dan manfaat dari tindakan perbaikan yang diusulkan.

22
Tujuan dasar dari langkah Pengendalian Risiko akan mencakup pertimbangan masalah utama
berikut:

 menentukan apakah suatu bahaya mewakili tingkat risiko kesehatan yang lebih besar
daripada yang dapat diterima masyarakat, sebagaimana diwakili oleh pemangku
kepentingan yang berpartisipasi.
 mengembangkan dan mempertimbangkan tindakan pengurangan risiko apa yang tersedia.
 memilih tindakan yang efektif dan layak untuk mengurangi atau menghilangkan risiko
kesehatan yang tidak dapat diterima.

Strategi alternatif untuk mengendalikan risiko diidentifikasi sebagai opsi pengendalian risiko —
semua akan dievaluasi mengenai keefektifannya dalam mengurangi efek kesehatan yang
berbahaya, biaya penerapan, dan antisipasi dampak dari tindakan pengendalian yang diusulkan
pemangku kepentingan lainnya, termasuk kemungkinan pengenalan risiko kesehatan baru atau
masalah sosial-ekonomi baru. Sampai opsi pengendalian benar-benar diterapkan, dan hasil yang
diamati, perkiraan keefektifannya sebagian besar masih bersifat dugaan.

Evaluasi opsi pengendalian alternatif dapat didasarkan pada metode formal — seperti analisis
data historis pada teknologi pengendalian risiko yang sudah ada, teknik analisis keputusan, atau
pemodelan ilmiah terperinci dari karakteristik emisi, dispersi, dan pernyataan karakteristik
kontaminan. Seperti estimasi lainnya, semua asumsi dan ketidakpastian terkait harus
diidentifikasi dan didokumentasikan. Alternatifnya, banyak masalah teknis dan sosial dalam
mengevaluasi opsi pengendalian risiko akan memerlukan pertimbangan faktor-faktor yang tidak
dapat diukur, di mana informasi harus disediakan oleh pemangku kepentingan yang memiliki
sumber pengetahuan dan keahlian khusus.

Secara umum, opsi pengendalian risiko yang dipilih adalah yang biayanya paling murah,
menghasilkan penurunan risiko kesehatan terbesar, dan menciptakan dampak buruk yang paling
sedikit. Beberapa opsi pengendalian juga dapat menyebabkan dampak yang menguntungkan
pada proses industri, seperti meningkatnya pemulihan produk komersial yang bernilai, atau
peningkatan efisiensi energi. Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa pemangku
kepentingan industri terkadang melebih-lebihkan biaya pengendalian, dan sebagian besar

23
dampak yang menguntungkan diabaikan atau diremehkan. Setiap dampak yang menguntungkan
akan cenderung mengurangi biaya pengendalian secara keseluruhan, dan oleh karena itu harus
dimasukkan dalam proyeksi perhitungan biaya.

Pendekatan Reduksi Paparan

Kriteria berbasis paparan mengasumsikan bahwa bahaya lingkungan akan menghasilkan dampak
kesehatan yang berbahaya hanya dalam kasus di mana tingkat pemaparan melebihi tingkat
pemaparan kritis. Kepatuhan terhadap standar pemaparan dimaksudkan untuk memastikan tidak
adanya risiko secara virtual, sedangkan pelampauan terhadap standar pemaparan dianggap
menghasilkan risiko kesehatan yang signifikan, yang umumnya tetap tidak terukur.

Beberapa jenis opsi pengendalian yang berbeda dapat dipilih dari kriteria berbasis keterpaparan,
tergantung pada masalah dan tujuan pengendalian yang diinginkan. Termasuk di bawah ini
adalah opsi pengendalian risiko dengan pendekatan reduksi paparan:

1. Pelarangan
Keamanan mutlak adalah tujuan yang paling apik untuk pengendalian risiko, tetapi hanya
dapat dicapai dengan menghilangkan bahaya dari lingkungan secara komplit. Beberapa
produk berbahaya yang memiliki dampak kesehatan serius dan nilai komersial yang kecil
dapat dicegah agar tidak mencemari lingkungan dengan menerapkan larangan
menyeluruh terhadap produksi dan distribusi bahan tersebut.

2. Penghentian
Opsi penghentian mengacu pada strategi pengendalian yang menerapkan pelarangan
secara bertahap, di mana produksi bahan berbahaya dihapus secara bertahap melalui
penggantian dengan alternatif baru yang lebih aman. Opsi pelarangan atau penghentian
paling cocok untuk produk kimia lama atau produk sampingan non-komersial beracun
dari manufaktur, terutama yang dapat hilang dengan cepat dari lingkungan oleh proses
alami.

24
3. Eliminasi Virtual
Banyaknya bahan kimia dan pestisida yang bertahan lama di lingkungan setelah
penghentian produksi menunjukkan bahwa pelarangan produksi terkadang merupakan
cara yang tidak memadai untuk memastikan penghapusan bahaya. Banyak organisasi
lingkungan menganjurkan strategi eliminasi virtual, di mana pelepasan besar bahan kimia
persisten dilarang segera, dan pelepasan yang lebih kecil secara bertahap dikurangi
menjadi jumlah yang dapat diabaikan melalui penegakan tindakan pengendalian yang
ketat. Selain itu, strategi eliminasi virtual sering kali memerlukan pembersihan ekstensif
dari sumber kontaminan yang ada, seperti tempat pembuangan limbah beracun, untuk
mencegah kontaminasi berkelanjutan terhadap lingkungan dari sisa produk limbah.
Kerugian utama dari pendekatan ini adalah kecenderungannya untuk memaksakan
regulasi yang berlebihan terhadap bahan kimia berisiko rendah — dalam banyak kasus,
biaya pengendaliannya tinggi, emisi industri sudah sangat berkurang, dan manfaat
kesehatan yang diharapkan dari pengurangan paparan lebih lanjut tidak pasti dan
cenderung kecil.

4. Standar kepatuhan
Standar berbasis kepatuhan umumnya mengasumsikan bahwa tingkat paparan manusia di
bawah dosis referensi yang ditentukan harus mengandung sedikit atau tidak ada risiko
kesehatan, selama konsentrasi paparan rata-rata tetap jauh di bawah kisaran efek toksik
yang dapat diamati zat tersebut. Industri yang diatur biasanya akan dianggap patuh ketika
paparan lingkungan yang diukur karena sumber emisi dari fasilitas yang ditunjuk tetap
pada tingkat di bawah batas paparan manusia yang ditentukan oleh dosis referensi,
termasuk margin keselamatan yang substansial.

5. Pencegahan Yang Hati-Hati


Pencegahan dengan hati-hati melibatkan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau
menghilangkan paparan lingkungan dalam situasi di mana bahayanya relatif tidak
diketahui dan sifat toksiknya kurang dipahami. Pencegahan yang hati-hati bergantung
25
pada kemampuan industri untuk mengurangi tingkat paparan melalui perubahan metode
produksi dan distribusi. Perubahan ini diharapkan dapat mengurangi paparan terhadap
manusia secara kasar sebanding dengan pengurangan emisi industri, meskipun seringkali
tidak ada cara untuk membenarkan asumsi ini.

Pendekatan Reduksi Risiko

Pendekatan pengurangan risiko mensyaratkan bahwa penilai risiko memberikan estimasi risiko
yang andal untuk setiap opsi pengendalian yang dipertimbangkan. Beberapa jenis opsi
pengendalian yang berbeda dapat dipilih dari kriteria berbasis risiko, tergantung pada sifat
masalah dan tujuan pengendalian yang diinginkan.

1. Proteksi Yang Setara


Tujuan dari strategi perlindungan yang setara adalah untuk memastikan minimalisasi
risiko yang optimal pada individu, bukan hanya kepatuhan formal terhadap standar
paparan/ baku mutu. Mendefinisikan perlindungan yang setara memerlukan penggunaan
metode penilaian risiko untuk memperkirakan risiko kesehatan untuk orang yang berbeda
di bawah paparan yang berbeda. Penilaian risiko harus dapat memperhitungkan tingkat
paparan, durasi paparan, potensi racun agen, tingkat tanpa efek, kerentanan individu yang
terpapar, efek paparan campuran, dan faktor lain yang mempengaruhi risiko individu.
Setelah risiko kesehatan individu telah dihitung untuk tingkat paparan tertentu, penilai
risiko dapat memperkirakan apakah paparan yang lebih tinggi pada beberapa individu
menghasilkan jumlah risiko yang sama dengan paparan yang lebih rendah pada individu
lain. Jika beberapa orang memiliki durasi paparan yang lebih pendek atau kurang rentan
terhadap efek toksik tertentu dibandingkan yang lain, maka tingkat paparan yang lebih
tinggi dapat ditoleransi dengan syarat bahwa risiko populasi secara keseluruhan setara
dalam jangka panjang. Pendekatan ini dapat mengatasi efek kesehatan dari paparan
campuran dan pola paparan kompleks, dan menjanjikan perlindungan kesehatan yang
lebih baik dengan biaya kepatuhan yang lebih rendah.

2. Penyeimbangan Risiko

26
Penyeimbangan risiko melibatkan penggunaan analisis risiko-risiko untuk
membandingkan risiko kesehatan yang dievaluasi dengan risiko kesehatan lain yang
dianggap sebanding oleh penilai, atau yang menjadi tanggung jawab manajer risiko.
Perbandingan risiko-risiko dapat dibuat dari tiga kriteria utama:
 risiko dasar dalam kondisi normal dibandingkan dengan peningkatan risiko yang
ditimbulkan oleh paparan zat beracun. Misalnya, tingkat kanker hati pada pekerja
yang terpapar vinil klorida, karsinogen hati, dibandingkan dengan tingkat
keseluruhan kanker hati pada populasi umum;
 risiko kesehatan yang terkait dengan bahaya serupa dianggap dapat diterima atau
aman. Misalnya, risiko kanker kandung kemih dari kontaminan nitrosamin dalam
persediaan air minum dibandingkan dengan risiko kanker kontaminan nitrosamin
yang dihasilkan dari daging babi asap;
 risiko substitusi suatu produk yang dimaksudkan untuk menggantikan bahaya
yang ada. Misalnya, pengurangan produk sampingan klorinasi yang berpotensi
karsinogenik dalam air minum, dengan menghilangkan pengolahan klorin pada
pasokan air, dengan adanya peningkatan risiko terbawa infeksi mikroba melalui
air seperti kolera.

Identifikasi Opsi

Proses Identifikasi Opsi memerlukan manajer risiko untuk mengembangkan berbagai


kemungkinan opsi Pengendalian Risiko, dengan mengandalkan beragam sumber informasi dari
berbagai disiplin ilmu. Idealnya, ada sejumlah cara berbeda yang dapat meminimalisir risiko
kesehatan yang ditimbulkan oleh pencemar lingkungan. Saat informasi ekonomi, sosial, dan
politik dikedepankan, satu atau lebih kelompok ahli mungkin diperlukan untuk membantu
mengembangkan pilihan, untuk mengevaluasi kelayakan opsi, dan untuk menilai keefektifan opsi
dalam memenuhi tujuan para pemangku kepentingan.

Analisis Opsi

27
Setelah berbagai opsi potensial diidentifikasi, setiap opsi harus dinilai menurut keefektifannya,
kelayakannya, biaya yang diproyeksikan, dan manfaatnya. Ada beberapa pertanyaan utama yang
akan dijawab ketika pemangku kepentingan menilai setiap opsi yang memungkinkan selama
proses Analisis Opsi:

- Apa manfaat yang diharapkan dari opsi tersebut?


- Berapa biaya yang diharapkan dari opsi tersebut?
- Siapa yang mendapatkan keuntungan dan siapa yang menanggung biayanya? Apa
pertimbangan kesetaraan dan keadilan lingkungan?
- Seberapa layakkah opsi dengan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk
implementasinya? Apa batasan hukum, politik, ekonomi, dan teknologinya?
- Apakah opsi meningkatkan risiko tertentu saat mengurangi risiko lainnya?

Kelayakan opsi akan bergantung pada sejumlah faktor yang tidak dapat diukur, yaitu:

- identifikasi sumber emisi mana yang harus dikendalikan dan pada tingkat apa
- ketersediaan peralatan pengendali emisi atau teknologi remediasi yang sesuai
- modal yang diproyeksikan dan biaya operasi yang terkait dengan penerapan teknologi
pengendalian yang baru
- pengaruh tindakan pengendalian polusi terhadap kualitas dan efisiensi produksi
- dampak pada daya saing nasional dan internasional bagi industri Kanada yang harus
membayar setiap peningkatan biaya pengendalian polusi
- dampak ekonomi pada komunitas, termasuk kehilangan pekerjaan atau berkurangnya nilai
properti
- merugikan tatanan sosial komunitas atau kelompok dengan merelokasi orang-orang dari
sumber kontaminasi.

Dalam analisis opsi penting untuk menyertakan pemangku kepentingan dari sektor penelitian
industri dan akademis yang paling akrab dengan kemajuan teknologi baru.

Dan sangatlah penting untuk meninjau kemungkinan dampak dari berbagai opsi pengendalian
pada kelompok tertentu (mereka yang memiliki paparan lingkungan yang tidak proporsional,
kebutuhan makanan dan gizi khusus, riwayat penyakit, kerentanan genetik dan konstitusional,
atau kewajiban sosial-ekonomi yang dapat diidentifikasi).

28
Kerangka Manajemen Risiko: Langkah 6
IMPLEMENTASI DAN PEMANTAUAN

Langkah Implementasi dan Pemantauan (juga disebut langkah Pelaksanaan) mengacu pada
pengembangan rencana dan pengambilan tindakan yang diperlukan untuk mengkomunikasikan
dan menerapkan keputusan manajemen risiko. Keterlibatan pemangku kepentingan dari tahap
Inisiasi hingga tahap Implementasi dan Pemantauan akan menghasilkan rencana pelaksanaan
manajemen risiko yang dilaksanakan secara efektif, efisien dan fleksibel.

Idealnya, tanggung jawab untuk implementasi harus dipegang oleh mereka yang paling mampu
mengendalikan risiko. Penentuan peran, tanggung jawab dan akuntabilitas harus disepakati di
awal proses. Pengembangan dan pendokumentasian rencana implementasi akan berdampak besar
terhadap efektivitas keputusan manajemen risiko. Rencana tersebut harus mencakup:

 bagaimana dan kapan strategi manajemen risiko akan dilakukan


 peran, tanggung jawab, dan akuntabilitas individu dan organisasi
 rencana komunikasi dan keterlibatan pihak yang berkepentingan dan berpengaruh
 kriteria yang akan digunakan untuk monitoring dan evaluasi
 persyaratan pelatihan, staf, dan pembiayaan

Pemantauan dan peninjauan merupakan langkah penting dan integral dalam proses manajemen
risiko. Melalui pemantauan, dampak sebenarnya, manfaat, dan biaya dari strategi manajemen
risiko dapat dibandingkan dengan perkiraan yang dibuat sebelumnya dalam proses manajemen
risiko. Kajian berkelanjutan penting untuk memastikan bahwa keadaan yang berubah tidak
mengubah prioritas risiko dan bahwa rencana pengelolaan relevan. Faktor-faktor yang
memengaruhi kemungkinan dan konsekuensi dari suatu hasil dapat berubah, begitu juga faktor-
faktor yang memengaruhi kesesuaian atau biaya dari berbagai opsi manajemen risiko.

Manfaat dari langkah Pemantauan dalam manajemen risiko meliputi:

29
 identifikasi risiko baru atau risiko yang berubah;
 akumulasi bukti untuk mendukung asumsi dan hasil analisis;
 pengembangan potret risiko yang lebih akurat; dan
 reduksi biaya yang terkait dengan penerapan pelaksanaan pengendalian risiko yang tidak
tepat atau berlebihan

Standar kinerja atau kriteria efektivitas yang ditetapkan sebagai bagian dari rencana kerja
menjadi dasar pengambilan keputusan tentang perlunya penyesuaian strategi manajemen risiko
atau rencana implementasi. Metode pemantauan meliputi audit internal, audit eksternal, inspeksi
fisik, evaluasi program dan peninjauan aspek kebijakan, strategi dan proses dalam organisasi.
Beberapa pertanyaan utama yang akan dibahas dalam langkah pemantauan meliputi:

 Apakah opsi manajemen risiko efektif dalam meminimalkan risiko?


 Apakah ukuran atau indikator kinerja mencerminkan hasil utama?
 Apakah asumsi, termasuk yang dibuat terkait dengan lingkungan, teknologi, dan sumber
daya, masih valid?
 Apakah opsi manajemen risiko relatif efisien / hemat biaya?
 Apakah opsi manajemen risiko sesuai dengan persyaratan hukum, kebijakan pemerintah
dan organisasi, termasuk akses, ekuitas, etika, dan akuntabilitas?
 Bagaimana perbaikan bisa dilakukan?

Fungsi pemantauan harus menjadi tanggung jawab berkelanjutan untuk tim manajemen risiko,
memberikan perbaikan berkelanjutan dalam program manajemen risiko dan proses pengambilan
keputusan.

30
Kerangka Manajemen Risiko: Semua Langkah
KOMUNIKASI RISIKO

Komunikasi risiko didefinisikan sebagai komunikasi dua arah antara pemangku kepentingan
tentang keberadaan, sifat, bentuk, keparahan, atau penerimaan risiko. Sangat penting untuk
memahami konsep dasar komunikasi risiko dan untuk memastikan bahwa komunikasi antar
pemangku kepentingan merupakan bagian integral dari proses manajemen risiko. Fokus
komunikasi risiko telah berkembang sejak pertengahan 1980-an, dari kekhawatiran tentang apa
cara terbaik untuk menginformasikan masyarakat tentang aspek teknis penilaian risiko hingga
bagaimana proses dialog awal dan berkelanjutan di antara para pemangku kepentingan.
Meskipun pedoman untuk komunikasi risiko telah disiapkan oleh berbagai lembaga,
mempraktikkannya merupakan proses jangka panjang yang membutuhkan banyak sumber daya,
waktu, dan upaya.

Peran Komunikasi Risiko dalam Proses Manajemen Risiko

Langkah Manajemen Risiko Peran Komunikasi Risiko


 Mengidentifikasi pemangku kepentingan
Inisiasi  Berkonsultasi dengan pemangku kepentingan dalam menentukan
ruang lingkup masalah
Analisis Pendahuluan/  Mengembangkan analisis pemangku kepentingan untuk verifikasi
Identifikasi Risiko dan penyempurnaan yang berkelanjutan
 Diskusi tentang sumber, masalah paparan
 Mengkomunikasikan hasil dengan pemangku kepentingan
Estimasi Risiko
 Menilai perubahan dalam pengetahuan/ persepsi sehubungan
dengan informasi baru
 Menimbulkan persepsi pemangku kepentingan tentang risiko dan
Evaluasi Risiko manfaat, dan alasannya, jika memungkinkan
 Penilaian penerimaan risiko oleh pemangku kepentingan
Pengendalian Risiko  Berkonsultasi dengan pemangku kepentingan untuk mendapatkan
masukan dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi opsi
31
pengendalian
 Menginformasikan pemangku kepentingan tentang pengendalian
risiko dan strategi pembiayaan yang dipilih;
 Menginformasikan pemangku kepentingan tentang manfaat,
biaya, dan risiko baru yang terkait dengan opsi pengendalian yang
diusulkan;
 Mengevaluasi penerimaan opsi pengendalian dan risiko residual;
 Menentukan apakah pertukaran risiko mungkin dilakukan
 Mengkomunikasikan keputusan dan implementasi pengendalian
Implementasi (Pelaksanaan)
risiko
 Memastikan penerapan strategi komunikasi
Pemantauan  Memantau perubahan dalam kebutuhan, masalah, kekhawatiran
pemangku kepentingan

Inisiasi
Selama langkah Inisiasi, peran Komunikasi Risiko termasuk mengidentifikasi pemangku
kepentingan dan menilai perspektif pemangku kepentingan tentang masalah risiko dengan tujuan
menentukan ruang lingkup masalah yang akan ditangani. Pemangku kepentingan termasuk
kelompok yang terpengaruh atau berpotensi terkena risiko, manajer risiko, dan kelompok yang
akan terpengaruh oleh setiap upaya untuk mengelola sumber risiko. Pemangku kepentingan
dapat mencakup pembuat keputusan, kelompok masyarakat, pemerintah daerah, badan kesehatan
masyarakat, bisnis, serikat pekerja, media, individu dan kelompok, organisasi penasihat
lingkungan, dan lembaga pemerintah provinsi dan federal. Tingkat keterlibatan pemangku
kepentingan tergantung pada situasi tertentu.

Identifikasi Risiko

32
Kegiatan komunikasi risiko dari langkah Identifikasi Risiko (atau Analisis Pendahuluan) dari
manajemen risiko berfokus pada pengembangan analisis pemangku kepentingan. Analisis
pemangku kepentingan memberi pembuat keputusan profil pemangku kepentingan potensial
untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan proses komunikasi. Analisis
pemangku kepentingan mencakup informasi profil tentang pemangku kepentingan: kebutuhan,
masalah dan perhatian serta nilai-nilai yang mendasarinya; persepsi risiko; tingkat minat dan
pengetahuan tentang masalah; kesenjangan pengetahuan dan kesalahpahaman; sumber informasi
tepercaya dan preferensi komunikasi. Profil tersebut diverifikasi dan diperbarui melalui dialog
dengan pemangku kepentingan selama proses manajemen risiko (misalnya melalui pertemuan
kelompok, forum, dan wawancara telepon).

Estimasi Risiko

Selama langkah Estimasi Risiko dalam manajemen risiko, frekuensi dan konsekuensi yang
terkait dengan risiko diestimasi dan dikomunikasikan dengan pemangku kepentingan. Pemangku
kepentingan mungkin memiliki pengetahuan penting tentang sumber dan pola paparan yang
perlu diintegrasikan oleh analis ke dalam penilaian risiko. Namun konflik kemungkinan besar
akan muncul pada langkah ini karena pemangku kepentingan biasanya tidak dilibatkan dalam
proses estimasi risiko, dan ketidakpastian serta asumsi yang terkait dengan metode tersebut
mungkin tidak dikomunikasikan dengan jelas.

Selama langkah Estimasi Risiko, pengetahuan dan persepsi pemangku kepentingan dinilai
sehubungan dengan penerimaan informasi baru yang dihasilkan dari langkah estimasi risiko dan
analisis pemangku kepentingan diperbarui.

Evaluasi Risiko

Komunikasi adalah inti dari langkah Evaluasi Risiko, di mana risiko, biaya dan manfaat dari
pelaksanaan diperkirakan dan diintegrasikan untuk menentukan penerimaan pemangku
kepentingan atas risiko yang terkait dengan pelaksanaan tersebut. Di sinilah pemahaman
pemangku kepentingan tentang persepsi risiko dan manfaat dan pengaruhnya sangat penting.

33
Pengendalian Risiko

Tujuan komunikasi risiko selama langkah Pengendalian Risiko adalah untuk mengevaluasi opsi
pengendalian risiko yang diusulkan dan menilai penerimaan pemangku kepentingan atas risiko
yang ada.

Implementasi dan Pemantauan

Peran komunikasi risiko dari langkah Pelaksanaan terkait dengan penjangkauan pemangku
kepentingan untuk mengkomunikasikan keputusan pengendalian risiko dan implementasinya
dengan melibatkan kontak yang dikembangkan melalui proses manajemen risiko. Program
Pemantauan mencakup memastikan penerapan strategi komunikasi, dan pemantauan perubahan
kebutuhan, masalah dan perhatian pemangku kepentingan.

34

Anda mungkin juga menyukai