Anda di halaman 1dari 22

Mata Kuliah : EPIDEMIOLOGI KLINIK

Dosen Pengampu : Noviani Munsir, S.KM.,M.,KM

MAKALAH

Penyakit Cacar Air dan Kanker Payudara

DI SUSUN OLEH :

NUR INAYA TUSSALAM ( NIM : PA20.019 )

DITRA YUNIAR ( NIM : PA20.020 )

PRODI STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

STIKES PELITA IBU KENDARI

TAHUN AJARAN 2022 / 2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah – Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Epidemiologi Klinik yang membahas
tentang “RADIOAKTIF”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan Makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan apengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan Makalah ini.

Kendari, 20 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Cacar Air
2.1.1.
2.2. Kanker Payudara

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut data WHO, di Amerika Serikat balita yang terserang penyakit
varicella (cacar air) per tahun sekitar 200 ribu orang. Setiap tahun
diperkirakan sekitar 25%–45% ibu membawa anaknya ke rumah sakit untuk
berobat karena penyakit vericella dan sekitar 15% balita mengalami penyakit
varicella yang serius. Prevalensi penyakit varicella pada balita cukup tinggi
yaitu sekitar 58 % pada tahun 2010 (World Health Organization, 2010).

Menurut data Depkes RI, balita yang terserang penyakit varicella


(cacar air) sekitar 750 ribu orang. Setiap tahun diperkirakan sekitar 35%–40%
ibu melaporkan anaknya untuk mendapatkan vaksin ke rumah sakit karena
penyakit vericella dan sekitar 20% balita mengalami penyakit varicella yang
serius. Prevalensi penyakit varicella pada balita cukup tinggi yaitu sekitar
69% pada tahun 2010 (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari


12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan
jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta
pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia
sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes RI, 2014a).
Prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk, Provinsi Bali
merupakan provinsi dengan prevalensi kanker tertinggi ketiga setelah DI
Yogyakarta dan Jawa Tengah sebesar 2 per 1000 penduduk.

Dilihat dari karakteristik jenis kelamin penderita kanker di Indonesia,


perempuan sebesar 2,2 per 1.000 penduduk dan laki – laki sebesar 0,6 per
1.000 penduduk. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for

1
Research on Cancer (IARC) tahun 2012 dalam Kemenkes RI (2014a), kanker
payudara adalah jenis kanker dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3%)
dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker
payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat
inap mencapai 12.014 orang (28,7%) (Kemenkes RI, 2014b). Prevalensi
kanker payudara di Indonesia yaitu 0,5 per 1000 perempuan, sedangkan
prevalensi kanker payudara di Provinsi Bali mencapai 0,6 per 1000
perempuan (Kemenkes RI, 2015).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana penyebaran Penyakit Cacar Air dan penatalaksanaanya ?
2. Bagaimana penyebab Penyakit Kanker Payudara dan seperti apa
penatalaksaannya?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Penyebaran Penyakit Cacar Air dan
penatalaksanaanya.
2. Untuk mengetahui Penyebab Penyakit Kanker Payudara dan seperti
apa penatalaksanaanya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Cacar Air
Menurut data WHO, di Amerika Serikat balita yang terserang penyakit
varicella (cacar air) per tahun sekitar 200 ribu orang. Setiap tahun
diperkirakan sekitar 25%–45% ibu membawa anaknya ke rumah sakit untuk
berobat karena penyakit vericella dan sekitar 15% balita mengalami penyakit
varicella yang serius. Prevalensi penyakit varicella pada balita cukup tinggi
yaitu sekitar 58 % pada tahun 2010 (World Health Organization, 2010).

Menurut data Depkes RI, balita yang terserang penyakit varicella


(cacar air) sekitar 750 ribu orang. Setiap tahun diperkirakan sekitar 35%–40%
ibu melaporkan anaknya untuk mendapatkan vaksin ke rumah sakit karena
penyakit vericella dan sekitar 20% balita mengalami penyakit varicella yang
serius. Prevalensi penyakit varicella pada balita cukup tinggi yaitu sekitar
69% pada tahun 2010 (Depkes RI, 2010).

Varicella atau sering disebut cacar air, merupakan infeksi akibat virus
varicellazoster (VZV) atau human herpes virus-3 (HHV-3). Varicella
memberikan gambaran khas munculnya lesi dikulit yang bersifat
makulopapuler, berkembang menjadi vesikel, pustula, dan akhirnya menjadi
krusta atau keropeng. Penyakit – ini menyerang semua umur, dewasa dan
terutama anak-anak. Ibu hamil termasuk dalam kelompok orang dewasa yang
rentan terhadap penyakit varicella apabila dimasa mudanya belum pernah
mengalaminya (Varicella, 2010).

Varicella ditandai dengan adanya ruam merah dan gatal dengan lepuh
berisi cairan disekujur tubuh. Gejala seperti pilek dan demam ringan sebelum
munculnya ruam. Lelah, sakit kepala serta kelenjar leher membengkak.

3
Umumnya ruam membutuhkan sekitar 7 – 14 hari untuk sembuh. Dimulai dari
badan menyebar ke wajah. Bila terjadi infeksi sekunder, cairan vesikula yang
jernih akan berubah menjadi nanah (Satyanegara, 2008)

Menurut penelitian yang dilakukan Abdullah di Rumah Sakit Umum


Pusat Haji Adam Malik Medan, balita yang mengalami penyakit vericella
(cacar air) sekitar 500 orang pada tahun 2009, pada tahun 2010 didapatkan
590 balita yang terserang penyakit vericella (cacar air). Keadaan ini akan
meningkat pada tahun 2011 apabila ibu-ibu hamil tidak mendapatkan vaksin
saat hamil (Nasir, 2011).

Varicella dapat dicegah dengan beberapa cara vaksinasi, yaitu vaksin


hidup yang dilemahkan memberi perlindungan 85% dan aman terutama
menyebabkan nyeri ringan dan dapat digunakan secara selektif untuk
melindungi individu yang rentan terhadap cacar air berat (Mandal, 2008).
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai Cacar Air yaitu :

2.1.1. Penyebab Cacar Air


Cacar air disebabkan oleh virus Varicella yang bisa menular
dengan sangat mudah dan cepat. Infeksi virus ini bisa menyebar
melalui udara saat penderita batuk atau bersin, dan kontak langsung
dari lendir, air ludah, atau cairan dari luka lepuh. Penularan ini terjadi
pada dua hari sebelum ruam muncul hingga seluruh kerak kering pada
luka hilang.
Sejumlah kondisi dapat menyebabkan seseorang rentan
mengalami cacar air. Di antaranya adalah :
1. Belum pernah terkena cacar air.
2. Belum menerima vaksin cacar air, terutama ibu hamil.

4
3. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena
menderita HIV, menggunakan obat kotikosteroid, atau menjalani
kemoterapi.
4. Bekerja di tempat umum, seperti di sekolah atau rumah sakit.
5. Bayi yang baru lahir dari ibu yang yang belum divaksinasi cacar
air.
6. Berusia di bawah 12 tahun.

2.1.2. Epidemiologi Cacar Air


Varicella terdapat di seluruh dunia tanpa ada perbedaan ras
atau penularan seksual dan perbandingan antara wanita dgn pria
biasanya sama. Manusia di ketahui satu – satunya reservoar virus
varicella zoster dan tidak ada indikasi bahwa vektor antrophoda tidak
berperan dalam tranmisi.

Di lingkungan metropolitan dgn iklim bertemperatur varicella


endemik dan sering terjadi teratur setiap musim semi dan musim
dingin dan periode epidemi terjadi tergantung dari jumlah orang-orang
yg mudah terinfeksi.

Di daerah maju Amerika Serikat. Varicella sering terjadi pada


anak-anak 90% kasus terjadi pada anak – anak di bawah 10 thn dan
kurang dari 5% terdapat pada usia di atas 15 thn. Di negara tropis dan
subtropis infeksi jarang terjadi varicella sering terlihat, lebih sering
pada orang dewasa.

Pada proses survei serologi wanita di New York, hanya 4,5%


mereka yg lahir d Amerika kekurangan antibodi VZV, dimana 16%
dari penduduk Amerika Latin serum negatif.

5
Komposisi penderita dewasa yg mudah tertular, tertinggi di
Asia, Afrika dan Timur Tengah. Ini penting karena pertimbangan
kesehatan lingkungan imigran dan mengontrol infeksi nosokomial
varicella di rumah sakit terhadap pasien dan staff rumah sakit.

2.1.3. Gejala – Gejala Cacar Air


Gejala cacar air muncul setelah 10 hingga 21 hari tubuh
terpapar virus Varicella. Gejala cacar air ditandai dengan :
 Demam
 Pusing
 Lemas
 Nyeri tenggorokan
 Selera makan menurun.
 Ruam merah, yang biasanya berawal dari perut, punggung, atau
wajah, dan dapat menyebar ke seluruh tubuh.

Terdapat 3 (tiga) tahap perkembangan ruam sebelum mencapai


tahap penyembuhan. Tahap tersebut berupa :

 Ruam merah menonjol.


 Ruam mejadi seperti luka lepuh berisi cairan (vesikel), yang
dapat pecah dalam beberapa hari.
 Luka lepuh yang pecah menjadi kerak kering, dan dapat hilang
dalam waktu beberapa hari.

Ketiga tahap perkembangan ruam cacar air dalam tubuh tidak


berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Ruam baru bermunculan
secara terus – menerus selama masih terjadi infeksi, dan baru mereda
hingga hilang sepenuhnya dalam waktu 14 hari, namun perlu
memperhatikan tanda – tanda terjadinya komplikasi, di antaranya :

6
 Ruam menyebar pada satu atau kedua belah mata.
 Warna ruam menjadi sangat merah dan hangat, yang
menunjukkan terjadi infeksi bakteri sekunder.
 Ruam diikuti keluhan pusing, disorientasi, detak jantung yang
cepat, napas pendek, tremor, kehilangan koordinasi otot, muntah,
batuk yang semakin parah, leher kaku, atau demam melebihi
390C.

2.1.4. Penanganan Cacar Air


Penanganan cacar air bertujuan untuk mengurangi keparahan
gejala yang dialami oleh pasien, baik dengan atau tanpa bantuan obat
dari dokter. Umumnya, penderita cacar air hanya perlu penanganan di
rumah. Hal yang perlu diperhatikan adalah istirahat yang cukup dan
melakukan upaya agar sistem kekebalan tubuh meningkat. Caranya
adalah dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Selain
itu perlu juga untuk menjaga kebersihan kulit dengan tetap mandi dan
mengeringkan tubuh perlahan dengan menggunakan handuk.

Selanjutnya, pastikan Anda merawat dengan seksama luka


cacar air untuk mengurangi risiko infeksi bakteri. Langkah-langkah
yang bisa dilakukan antara lain :

1) Bersihkan kulit dengan air dan sabun yang lembut.


2) Selalu jaga kebersihan tangan dengan rutin mencucinya.
3) Potong kuku agar tidak melukai kulit saat tidak sengaja
menggaruk.
4) Jaga agar pakaian tetap kering dan bersih.

Untuk mencegah penyebaran cacar air, jangan beraktivitas di


luar rumah dahulu sampai semua bintil mengering dan mengelupas.

7
2.1.5. Diagnosis Cacar Air
Dokter umumnya akan mendiagnosis cacar air berdasarkan
karakteristik ruam yang muncul. Jika terdapat keraguan tentang
diagnosis, maka dokter akan menjalani tes laboratorium, seperti tes
darah atau kultur virus. Berikut adalah penjabaran dari kedua tes
tersebut, yaitu:

1. Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mendeteksi apakah seseorang
memiliki infeksi cacar air aktif atau menguji kekebalan tubuh
seseorang terhadap penyakit tersebut. Pemeriksaan ini akan
dilakukan melalui pengambilan sejumlah sampel darah yang
akan diperiksa di laboratorium.
2. Tes Kultur Virus
Kultur virus merupakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan cara mengambil sampel cairan dari ruam di tubuh pasien.
Sampel tersebut kemudian akan diteliti di laboratorium untuk
mendeteksi keberadaan virus Varicella.

2.1.6. Pengobatan Cacar Air


Hingga kini belum ditemukan langkah pengobatan yang efektif
untuk mengatasi cacar air. Sejauh ini pengobatan dilakukan untuk
meredakan gejala yang dialami oleh pengidap. Dokter biasanya
meresepkan obat penurun panas untuk meredakan demam atau obat-
obatan antihistamine untuk meredakan rasa gatal pada kulit.

Selain itu, berikut ini beberapa langkah perawatan rumahan


yang dapat menunjang proses pengobatan cacar air rumahan:

8
 Konsumsi banyak cairan. Jika anak kurang suka air putih, ibu
bisa memberikan jus atau es krim untuk mencegah dehidrasi.
 Pakaikan celana panjang, kaos tangan panjang, dan kaos kaki
untuk mencegah anak menggaruk kulit.
 Memotong kuku anak agar tidak melukai lepuhan ruam.
 Menggunakan krim atau gel pendingin dari apotek.
 Mandi dengan air dingin untuk meredakan gatal.
 Menggunakan pakaian longgar dengan bahan yang lembut.

9
2.2. Kanker
Berdasarkan data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari
12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan
jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta
pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia
sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes RI, 2014a).
Prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk, Provinsi Bali
merupakan provinsi dengan prevalensi kanker tertinggi ketiga setelah DI
Yogyakarta dan Jawa Tengah sebesar 2 per 1000 penduduk.

Dilihat dari karakteristik jenis kelamin penderita kanker di Indonesia,


perempuan sebesar 2,2 per 1.000 penduduk dan laki – laki sebesar 0,6 per
1.000 penduduk. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for
Research on Cancer (IARC) tahun 2012 dalam Kemenkes RI (2014a), kanker
payudara adalah jenis kanker dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3%)
dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker
payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat
inap mencapai 12.014 orang (28,7%) (Kemenkes RI, 2014b). Prevalensi
kanker payudara di Indonesia yaitu 0,5 per 1000 perempuan, sedangkan
prevalensi kanker payudara di Provinsi Bali mencapai 0,6 per 1000
perempuan (Kemenkes RI, 2015).

Presentase kasus baru dan kematian akibat kanker hati, kanker perut,
dan kanker paru memiliki presentase yang hampir sebanding, sedangkan
kanker payudara memiliki presentase kematian rendah dibandingkan
presentase kasus baru. Hal ini menunjukan bahwa semakin dini penyakit
kanker payudara dapat dideteksi serta mendapatkan serangkaian pengobatan
tepat maka tingkat kesembuhan akan semakin tinggi. Kejadian keterlambatan
penderita kanker payudara dalam pemeriksaan pertama kali ke pelayanan

10
kesehatan di Indonesia mencapai lebih dari 80% sehingga ditemukan pada
kondisi stadium lanjut. Berdasarkan hasil penelitian di RSU Dokter Soedarso
Pontianak, 95,24% pasien kanker payudara tidak percaya terhadap diagnosis
atau menganggap benjolan bukan kanker (Isdamayanti, 2013). Hasil
penelitian Hartaningsih dan Sudarsa (2014) di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar, menunjukkan presentase penderita kanker payudara
stadium lanjut pada wanita usia muda ( <40 tahun ) tahun 2002 – 2012 sebesar
79,5% (158 orang) dan bila dilihat dari keseluruhan kelompok umur
terbanyak yaitu 40 – 50 tahun sebasar 45,2% (396 orang).

2.2.1. Penyebab Kanker Payudara


Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel-
sel pada payudara. Pertumbuhan abnormal tersebut diduga disebabkan
oleh mutasi gen yang diturunkan secara genetik.

Sejumlah gen bermutasi yang diturunkan yang dapat


meningkatkan kemungkinan kondisi ini telah diidentifikasi. Yang
paling terkenal adalah gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen
kanker payudara 2 (BRCA2), keduanya secara signifikan
meningkatkan risiko penyakit ini dan ovarium.

11
2.2.2. Faktor Risiko Kanker Payudara
Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang diduga menjadi
pemicu kondisi ini, yaitu:

 Jenis kelamin wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria.


 Usia yang bertambah, paling banyak pada usia di atas 50 tahun.
 Belum pernah hamil sebelumnya.
 Memiliki payudara yang padat dengan jaringan ikat yang lebih
banyak daripada jaringan ikat.
 Mulai menopause pada usia lebih tua, yaitu setelah usia 55
tahun.
 Mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun.
 Penggunaan alat kontrasepsi hormon dan terapi hormon setelah
menopause.
 Riwayat kanker payudara pada diri sendiri pada salah satu
payudara.
 Riwayat kanker payudara pada nenek, ibu, tante, adik, kakak,
atau anak sekandung.
 Pernah terpapar dengan radiasi.
 Kebiasaan merokok atau minum minuman beralkohol.
 Kelebihan berat badan atau obesitas.

2.2.3. Gejala Kanker Payudara


Pada stadium dini, penyakit ini dapat tidak menunjukkan gejala
tertentu. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan sadari atau
periksa payudara sendiri setiap bulan, 10 hari setelah masa haid
berakhir. Raba dengan teliti searah jarum jam payudara untuk
mendeteksi adanya benjolan atau perubahan pada payudara.

12
Beberapa gejala kanker payudara yang bisa dialami
pengidapnya, yaitu:

 Benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari


jaringan sekitar.
 Darah keluar dari putting payudara.
 Kemerahan atau pembesaran pori – pori kulit payudara yang
menyerupai kulit jeruk.
 Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
 Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara.
 Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan.
 Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.
 Puting tertarik masuk (retraksi atau inversi) ke dalam.
 Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.

2.2.4. Diagnosis Kanker Payudara


Dokter akan melakukan diagnosis dengan melakukan
wawancara medis lengkap. Dokter juga akan melalukan pemeriksaan
fisik langsung untuk mendeteksi perubahan pada payudara serta
kelenjar getah bening pada ketiak, serta pemeriksaan penunjang
seperti:

 Memprogram atau foto payudara, untuk mendeteksi kelainan


pada payudara.
 Ultrasonografi (USG) payudara, untuk menentukan benjolan
payudara berupa massa padat atau kista yang berisi cairan.
 Biopsi dengan pengambilan sampel jaringan, untuk diperiksa
di laboratorium dan menentukan sel yang diperiksa bersifat
jinak atau ganas.

13
 Computerized Tomography scan (CT scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI), untuk menentukan ukuran serta
penyebaran dari kanker payudara.

2.2.5. Pencegahan Kanker Payudara


Beberapa upaya pencegahan kanker payudara, antara lain:

 Berolahraga secara rutin.


 Cukup istirahat.
 Menyusui anak hingga berusia dua tahun.
 Pemeriksaan rutin dan teliti dengan sadari.
 Pengelolaan stres yang baik.
 Pola makan gizi seimbang.
 Tidak merokok atau minum minuman beralkohol.

2.2.6. Komplikasi Kanker Payudara


Komplikasi kanker payudara biasanya terjadi akibat
pengobatan yang diberikan, baik kemoterapi, radiasi, terapi hormonal,
maupun pembedahan.

Komplikasi pembedahan antara lain:

 Infeksi.
 Rasa sakit.
 Berdarah.
 Jaringan parut permanen.
 Perubahan atau hilangnya sensasi di area dada dan payudara
yang direkonstruksi.

14
Sementara kemoterapi bisa menyebabkan komplikasi berupa
mual / muntah, rambut rontok, kehilangan memori, vagina kering,
gejala menopause atau masalah kesuburan, dan sakit saraf.

Sedangkan komplikasi terapi hormonal meliputi hot flash,


keputihan kering, kelelahan, mual dan impotensi pada pengidap
kanker payudara pria. Ada juga komplikasi akibat radioterapi, antara
lain nyeri dan perubahan kulit, kelelahan, mual, rambut rontok,
masalah jantung dan paru-paru, sakit saraf.

2.2.7. Pengobatan Kanker Payudara


Penanganan untuk penyakit ini bergantung pada jenis kanker
yang dialami, stadium kanker, ukuran massa, serta sensitivitas sel
kanker terhadap hormon. Dokter akan menentukan terapi yang paling
sesuai dengan keadaan penderita berdasarkan hal-hal tersebut.
Beberapa pilihan pengobatan pada kanker payudara, antara lain:

 Pembedahan, yang meliputi pengangkatan kanker atau


benjolan (lumpektomi), pengangkatan seluruh payudara
(mastektomi), pengangkatan jumlah terbatas dari kelenjar limfe
(sentinel node biopsy), atau pengangkatan beberapa kelenjar
limfe (axillary lymph node dissection).
 Radioterapi, yang dilakukan dengan menggunakan energi
sinar X dan proton untuk mematikan sel – sel kanker.
 Kemoterapi, yang dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan tertentu untuk mematikan sel kanker.
 Terapi Hormonal, untuk menghalangi sel kanker untuk
mendapatkan hormon yang mereka butuhkan untuk tumbuh.

15
 Terapi Biologis, bekerja dengan sistem kekebalan tubuh
pengidap untuk membantu melawan sel kanker, atau untuk
mengontrol efek samping dari perawatan kanker lainnya.
 Terapi Radiasi, menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel kanker.

Umumnya, pengidap akan menjalani prosedur pembedahan


untuk kanker payudara dan mendapatkan penanganan lain sebelum
dan/atau sesudah pembedahan, seperti kemoterapi, terapi hormonal,
atau terapi radiasi.

16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Cacar Air
Varicella atau sering disebut cacar air, merupakan infeksi akibat
virus varicellazoster (VZV) atau human herpes virus-3 (HHV-3). Varicella
memberikan gambaran khas munculnya lesi dikulit yang bersifat
makulopapuler, berkembang menjadi vesikel, pustula, dan akhirnya
menjadi krusta atau keropeng. Penyakit – ini menyerang semua umur,
dewasa dan terutama anak-anak. Ibu hamil termasuk dalam kelompok
orang dewasa yang rentan terhadap penyakit varicella apabila dimasa
mudanya belum pernah mengalaminya (Varicella, 2010).

Varicella ditandai dengan adanya ruam merah dan gatal dengan


lepuh berisi cairan disekujur tubuh. Gejala seperti pilek dan demam ringan
sebelum munculnya ruam. Lelah, sakit kepala serta kelenjar leher
membengkak. Umumnya ruam membutuhkan sekitar 7 – 14 hari untuk
sembuh. Dimulai dari badan menyebar ke wajah. Bila terjadi infeksi
sekunder, cairan vesikula yang jernih akan berubah menjadi nanah
(Satyanegara, 2008)

2. Kanker Payudara
Berdasarkan data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari
12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan
jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2
juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di
dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes RI,
2014a). Prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk,
Provinsi Bali merupakan provinsi dengan prevalensi kanker tertinggi

17
ketiga setelah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah sebesar 2 per 1000
penduduk.

Dilihat dari karakteristik jenis kelamin penderita kanker di


Indonesia, perempuan sebesar 2,2 per 1.000 penduduk dan laki – laki
sebesar 0,6 per 1.000 penduduk. Berdasarkan estimasi Globocan,
International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 dalam
Kemenkes RI (2014a), kanker payudara adalah jenis kanker dengan
presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi
(12,9%) pada perempuan di dunia. Berdasarkan data dari Sistem Informasi
Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi
pada pasien rawat jalan maupun rawat inap mencapai 12.014 orang
(28,7%) (Kemenkes RI, 2014b). Prevalensi kanker payudara di Indonesia
yaitu 0,5 per 1000 perempuan, sedangkan prevalensi kanker payudara di
Provinsi Bali mencapai 0,6 per 1000 perempuan (Kemenkes RI, 2015).

3.2. Saran
Selain Cacar Air dan Kanker Payudara masih banyak lagi jenis
penyakit yag menular dan penyakit tidak menular. Meskipun demikian
Penyakit Cacar Air dan Penyakit Kanker Payudara merupakan penyakit yang
sering di temukan dikalangan masyarakat. oleh karena itu diperlukannya
tindakan pencegahan sejak dini.

18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai