Pendamping:
dr. Pravita Tri Andrianti
Oleh:
dr. Tunggul Bagus Dewanta
Laporan Kasus Varicella telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter Internship
dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan Usaha Kesehatan Masyarakat
(UKM) di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Pasuruan, 2022
Mengetahui
Pendamping Dokter Internship
19921208 2020122017
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan ini.
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam
menempuh Program Dokter Internship Puskesmas Kandang Sapi Pasuruan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada:
1. drg. Nugroho Suharmanto selaku Kepala Puskesmas Kandang Sapi Kota Pasuruan
2. dr. Pravita T Andrianti selaku pendamping di Puskesmas Kandang Sapi Kota Pasuruan
3. Pasien Pada Kasus ini, Desa Mandaran Rejo Pasuruan
4. Semua rekan Dokter Internship dan Pegawai Puskesmas Kandang Sapi Kota Pasuruan yang
telah banyak membantu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya bidang
kesehatan masyarakat.
Wassalamualaikum Wr.wb
Pasuruan,
Dokter Internship
PENDAHULUAN
Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah infeksi primer virus
varicella zoster (VZV) yang umumnya menyerang anak dan merupakan penyakit yang sangat
menular, yang ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit serta mukosa. Dengan gejala demam dan
timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung air.
Epidemiologi Varicella dapat mengenai semua kelompok umur termasuk neonatus, tetapi
hampir sembilan puluh persen kasus mengenai anak dibawah umur 10 tahun dan terbanyak pada
umur 5-9 tahun.
Varicella, yang biasa dikenal di Amerika Serikat sebagai cacar air, disebabkan oleh virus
varicella-zoster. Penyakit ini umumnya dianggap sebagai penyakit virus ringan, membatasi diri
dengan komplikasi sesekali. Before vaccination for varicella became widespread in the United
States, this disease caused as many as 100 deaths annually. Sebelum vaksinasi varicella menjadi
luas di Amerika Serikat, penyakit ini menyebabkan sebanyak 100 kematian setiap tahunnya.
Since the varicella vaccine was introduced in the United States in 1995, disease incidence has
substantially decreased. Karena vaksin varicella diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun
1995, insiden penyakit telah secara substansial menurun.
Bahkan saat ini, varicella tidak benar-benar jinak. Satu studi menunjukkan bahwa hampir
1:50 kasus varicella yang terkait dengan komplikasi. Di antara sebagian besar komplikasi serius
varicella pneumonia dan ensefalitis, keduanya terkait dengan angka kematian yang tinggi. Selain
itu, kekhawatiran telah dikemukakan mengenai hubungan varicella dengan invasif parah
penyakit streptococcus grup A.
Amerika Serikat mengadopsi vaksinasi universal terhadap varicella pada tahun 1995,
yang mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas dari penyakit ini. Untuk alasan yang jelas,
anak yang tidak divaksinasi tetap rentan. Anak dengan varicella mengekspos kontak dewasa di
rumah tangga, sekolah, dan pusat penitipan anak dengan risiko berat, penyakit bahkan fatal.
Varicella adalah umum dan sangat menular dan mempengaruhi hampir semua anak-anak rentan
sebelum remaja.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah infeksi primer virus
varicella zoster (VZV) yang umumnya menyerang anak dan merupakan penyakit yang sangat
menular, yang ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit serta mukosa. Dengan gejala demam dan
timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung air.(Nelson WE,2002)
2.2 Epidemiologi
Epidemiologi Varicella dapat mengenai semua kelompok umur termasuk neonatus,
tetapi hampir sembilan puluh persen kasus mengenai anak dibawah umur 10 tahun dan terbanyak
pada umur 5-9 tahun. (Nelson WE,2002)
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin.
Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 - 6 tahun
dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi pada anak-
anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun dan di Jepang,
umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4 %. Namun di negara-
negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang
Varicella. Lima puluh persen kasus varicella terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian
semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varicella semakin bertambah berat.
(Nelson WE,2002)
2.3 Etiologi
Etiologi Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri dari
protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan
membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 juta yang disusun dari 162 capsomir dan sangat
infeksius. Patofisiologi Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata -
rata 14 - 17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari
14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi pernafasan
(droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat terjadi 2
hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit. VZV masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas, orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi
virus pertama terjadi pada hari ke 2 - 4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian
diikuti penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang
mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi
pertama).(Djuanda,2007)
Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat
mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan
siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya
viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai
epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya lesi dikulit. Gejala - Diawali
dengan gejala melemahnya kondisi tubuh. - Pusing - Demam dan kadang – kadang diiringi
batuk. - Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi. Kemudian menjadi
benjolan – benjolan kecil berisi cairan. (Djuanda,2007)
Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu: - Stadium Prodromal: 24 jam
sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah
(malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk
keringdiikuti eritema pada kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. Panas biasanya
menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau
gangguan imunitas. - Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam
beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu menjadi
vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated dengan dasar
eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih
dikenal sebagai “tetesan embun”/”air mata.(Lichenstein,2014)
Pemeriksaan Laboratorium Untuk pemeriksaanvirus varicella zoster (VZV) dapat
dilakukan beberapa test yaitu:
1. Tzanck smear Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun
Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant
cells.
2. Direct fluorescent assay (DFA) - Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila
sudah berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif. - Hasil pemeriksaan cepat. -
Membutuhkan mikroskop fluorescence. - Test ini dapat menemukan antigen virus varicella
zoster. - Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes simpleks virus.
3. Polymerase chain reaction (PCR) - Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat
sensitif. - Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar
vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat, dan CSF. -
Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%. - Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella
zoster
4. Biopsi kulit - Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya
lymphocytic infiltrate. (Mansjoer,2000)
Diagnosis Banding Herpes zoster Penatalaksanaan Pada anak imunokompeten, biasanya
tidak diperlukan pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis
yaitu: - Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah. - Vesikel
yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salep antibiotik untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder. - Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh
golongan salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya terjadi sindroma Reye. - Kuku jari
tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat garukan.
(Djuanda,2007)
Obat antivirus - Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat. - Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang
dari 48 - 72 jam setelah erupsi dikulit muncul. - Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu
asiklovir, valasiklovir dan famasiklovir. - Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan
herpes zoster Neonatus : Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari. Anak (2-12
tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oral selama 5 hari. Pubertas dan dewasa : - Asiklovir
5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari. - Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari. -
Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari. (Djuanda,2007)
2.3 Pencegahan
Pada anak imunokompeten yang telah menderita varicella tidak diperlukan tindakan
pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditujukan pada kelompok yang beresiko tinggi untuk
menderita varicella yang fatal seperti neonates, pubertas ataupun orang dewasa, dengan tujuan
mencegah ataupun mengurangi gejala varicella. Tindakan pencegahan yang dapat diberikan
yaitu:
2. Imunisasi aktif - Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus dan kekebalan yang
didapat dapat bertahan hingga 10 tahun. - Digunakan di Amerika sejak tahun 1995. - Daya
proteksi melawan varicella berkisar antara 71 -100%. - Vaksin efektif jika diberikan pada umur ≥
1 tahun dan direkomendasikan diberikan pada usia 12-18 bulan. - Anak yang berusia ≤ 13 tahun
yang tidak menderita varicella direkomendasikan diberikan dosis tunggal dan anak lebih tua
diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 4 - 8 minggu. - Pemberian secara subcutan. - Efek samping
: Kadang - kadang dapat timbul demam ataupun reaksi lokal seperti ruam makulopapular atau
vesikel, terjadi pada 3- 5% anak - anak dan timbul 10 - 21 hari setelah pemberian pada lokasi
penyuntikan. - Vaksin varicella : Varivax. - Tidak boleh diberikan pada wanita hamil oleh karena
dapat menyebabkan terjadinya kongenital varicella. (Martin,2009)
2.4 Komplikasi
Komplikasi Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang
dewasa.
1. Infeksi sekunder Infeksi sekunder disebabkan oleh Stafilokok atau Streptokok dan
menyebabkan selulitis, furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada kelompok umur di
bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5-10% anak. Adanya infeksi sekunder bila manifestasi sistemik
tidak menghilang dalam 3-4 hari atau bahkan memburuk
2. Otak Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. “Acute postinfectious
cerebellar ataxia” merupakan komplikasi pada otak yang paling ditemukan (1:4000 kasus
varisela). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya pada 2-3 minggu setelah varisela dan menetap selama
2 bulan. Klinis mulai dari yang ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun
ataxia berat. Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat mengalami inkoordinasi
atau dysarthria.“Ensefalitis” dijumpai 1 dari 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia
serebelar dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8 setelah timbulnya rash. Biasanya
bersifat fatal.
3. Pneumonitis Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan, neonatus,
imunodefisiensi, dan orang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi 13 hari dengan komplikasi
pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari. Gambaran klinis pneumonitis adalah panas yang
tetap tinggi, batuk, sesak napas, takipnu dan kadang-kadang sianosis serta hemoptoe. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran nodular yang radio-opak pada kedua paru.
4. Sindrom Reye Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut, yaitu
nausea dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
SPGT dan SGOT serta ammonia
5. Hepatitis PROGNOSIS Varicella pada anak imunokompeten tanpa disertai dengan komplikasi
prognosis biasanya sangat baik sedangkan pada anak imunokompromais angka morbiditas dan
mortalitasnya signifikan. (Martin,2009)
2.4 Kesimpulan
Infeksi VZV dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu varicella dan herpes zoster.
Varicella sering dijumpai pada anak-anak sedangkan herpes zoster lebih sering dijumpai pada
usia yang lebih tua. Penanganan yang tepat dari ke dua penyakit diatas dapat mencegah
timbulnya komplikasi yang berat pada anak-anak. Pemberian imunisasi pasif maupun aktif pada
anak-anak, dapat mencegah dan mengurangi gejala penyakit yang timbul. (Lichenstein,2014)
BAB 3
2.1.3 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Muncul bintik-bintik di dada, punggung, dan Sebagian muka
2. Keluhan Tambahan
Badan Panas
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Pembantu Mandaran Rejo pada tanggal 28
Juni 2022, dengan keluhan muncul bintik-bintik di seluruh tubuh khusus nya
dada, punggung, dan Sebagian muka. Bintik-bintik dikeluhkan sejak ± 2 hari
sebelum ke puskesmas.
Keluhan lain yang dirasakan pasien badan terasa panas. Keluhan ini baru
diderita pasien pertama kali, sebelumnya pasien belum pernah menderita
penyakit yang sama.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita: diare (+), panas (+), batuk (+), pilek
(+)
b. Riwayat mondok : belum pernah
c. Riwayat Operasi : belum pernah
d. Riwayat Kecelakaan : belum pernah
e. Riwayat Pengobatan : tidak ada
f. Riwayat Alergi makanan / obat : tidak ada
g. Riwayat Imunisasi Dasar:
Imunisasi BCG : lengkap
Imunisasi DPT : lengkap
Imunisasi Polio : lengkap
Imunisasi Campak : lengkap
Imunisasi Hepatitis B : lengkap
h. Riwayat Imunisasi Tambahan:
Tidak didapat
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama dengan orang tua :-
Keluhan yang sama dengan keluarga :-
8. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : Muncul bintik-bintik pada dada, punggung dan
Sebagian muka.
b. Kulit : Warna kulit sawo matang, kulit gatal (+),
gelembung bulat berisi air (+), kemerahan (+) di
muka dan seluruh tubuh, dan sedikit panas
c. Kepala : Simetris, ukuran normal, sakit kepala (-), pusing (-),
rambut kepala tidak rontok, berwarna hitam, luka
pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
d. Mata : Gatal (-), penglihatan kabur (-)
e. Hidung : Keluar cairan (-)
f. Telinga : Pendengaran jelas, keluar cairan (-)
g. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), mukosa merah
muda, bintik-bintik pada mukosa (-)
h. Tenggorokan : Sakit menelan (-)
i. Pernafasan : Sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-)
k. Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-) kembung (-), nyeri
perut (-) .
l. Sistem Muskuloskeletal : Lemas (-)
m.Sistem Genitourinaria : BAK (+) normal
n. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), pegal (-)
Bawah : bengkak (-), pegal (-)
2.1.4 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tampak baik, kesadaran compos mentis
2. Tanda Vital
a. Nadi : 105x /menit, regular
b. RR : 20x /menit
c. Suhu : 37,50 C
d. BB : 30 kg
e. TB : 135cm
3. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit menurun (>1 detik),
ikterus (-), keriput (-), vesikel (+), eritema (+), pustula (-)
di muka dan seluruh tubuh, vesikel mukosa (-)
4. Kepala : Bentuk kepala normal
5. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
6. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
7. Hidung : Napas cuping hidung (-), discharge (-/-)
8. Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
9. Tenggorokan : Radang (-)
10. Leher : Deviasi trakea (-), JVP meningkat (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
11. Thoraks : Bentuk simetris, datar, retraksi (-)
Jantung :
Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis
Palpasi : Teraba ictus cordis di SIC V LMCS
Perkusi : Batas kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
Batas kiri atas SIC II LMCS
Batas kanan atas SIC II LPSD
Batas kanan bawah SIC IV LPSD
Perkusi : S1> S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi : Dinding dada datar, retraksi (-), gerakan
paru simetris, benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), lesi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), retraksi (-), gerakan nafas simetris
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikular normal, wheezing (-), ronkhi -/-
12. Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
13. Abdomen :
Inspeksi : Datar, benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda radang (-), caput
medusae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan perut (-), benjolan (-)
Perkusi : Timpani normal
14. Genitalia : Tidak dilakukan
15. Anorektal : Tidak dilakukan
16. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
3.1 Penatalaksanaan
1. Personal
Terapi farmakologis :
1. Asiklovir 5 x 400 mg
2. CTM 3 x 2 mg
3. Paracetamol 3 x 300 mg prn
Terapi non farmakologis :
1. Istirahat
2. Jaga daya tahan tubuh, dengan makan makanan yang bergizi tinggi protein,
karbohidrat, dan serat
3. Menjaga kebersihan diri pasien dengan membiasakan mencuci tangan sebelum
makan, tidak bermain di tanah, mengganti baju minimal 2 kali sehari dan kebersihan
lingkungan rumah.
4. Tidak kontak dengan penderita yang memiliki gejala serupa
Patient Centre Management
a. Dukungan Psikologis
Suport psikologis perlu diberikan oleh keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan penyakit
cacar air yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar dapat benar-benar sembuh.
Pasien harus dimotivasi agar mau beristirahat total minimal selama satu minggu. Pasien
juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan
penyakit cacar air.
a. Kesimpulan
1. Varisela atau cacar air sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster yang
sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam
yang mendadak, malaise, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam
yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan
keropeng.
2. Obat antivirus dapat diberikan, pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit,
keparahan dan waktu penyembuhan akan lebih singkat.
3. Untuk menghindari penularan, tidak disarankan untuk tidur bersama dengan anak yang
sakit.
4. Pasien cacar air diupayakan beristirahat total di tempat tidur sampai demamnya turun.
Setelah demam turun, teruskan istirahat sampai suhu normal kembali.
b. Saran
Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :
1. Varisela merupakan penyakit infeksi yang masih sering terjadi di masyarakat, sehingga
perlu mendapatkan perhatian khusus.
2. Tidak jajan disembarang lagi. Pasien makan-makanan yang terjamin kebersihan dan
kesehatannya.
3. Meningkatkan gizi pasien yaitu dengan suplai makanan tinggi kalori tinggi protein.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 2000 :
(1): 561-3.
Martin K, Noberta D, Matheus T. Varisela Zoster Pada Anak. Universitas Pelita Harapan.
Jakarta. 2009. Vol. 3 No. 1.
Djuanda, Adhi; dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima. Jakarta : FKUI. 2007
Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Cetakan III. Medis Aesculapius. Jakarta. 2000