VARICELLA
VARICELLA
1. Allah SWT yang selalu bersama dalam segala hal dan atas petunjuk serta restu-
Nyalah laporan Makalah ini bisa terselesaikan.
4. Ayah dan Ibu yang tak pernah lelah mendoakan, memberikan support dan materi
untuk serta mencurahkan kasih sayangnya.
6. Dan yang terakhir, untuk seseorang yang selalu menemani dan mendukung dalam
proses penyelesaian Makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Sistem Integumen. Kami
menyusun sebagai bahan ajar yang diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
perhatian serta kemampuan terhadap ilmu pengetahuan tentang “Laporan Pendahuluan
dan Asuhan Keperawatan tentang Varicella”.
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
manfaat bagi pembaca. kami sadar dalam makalah kami memiliki kekurangan. Oleh
karena itu kami akan memperbaiki makalah ini, kami mengharapkan masukan saran dan
kritik untuk lebih dapat menyempurnakan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Varisela disebabkan oleh virus Herpes Varicella atau disebut juga varicella-zoster virus
(VZV). Varisela terkenal dengan nama chickenpox atau cacar air adalah penyakit primer
VZV, yang pada umum menyerang anak. Sedangkan herpes zoster atau shingles merupakan
suatu reaktivitas infeksi endogen pada peidelaten VZV, umumnya menyerang orang dewasa
atau anak yang menderita defisiensi imun. Varisela sebagai penyakit virus pada anak sangat
menular, lebih menular daripada perotitis, tetapi kurang menular bila dibandingkan dengan
campak. (Sumarmo, 2002).
Di Indonesia penyakit varicella dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri
terkenal dengan nama Chicken – pox. Varicella adalah Penyakit Infeksi Menular yang
disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varicella adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala
konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
(Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varicella merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan
selaput lendir yang disebabkan oleh virus varicella. Varicella adalah infeksi akut prime yang
menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita
Selekta, 2000).
2.2 Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk 8 jenis Herpes
Virus dari family herpesviridae. Virus ini masuk tubuh melalui mukosa saluran nafas bagian
atas atau orofaring dan menyebar ke pembuluh darah dan limfe (viremia pertama). Satu
minggu kemudian virus kembali menyebar melalui pembuluh darah (viremia 2) dan timbul
gejala demam dan malaise. Penyebaran keseluruh tubuh terutama kulit dan mukosa. Lesi
kulit muncul tidak bersamaan, sesuai dengan siklus viremia. Pada keadaan normal siklus ini
berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan hormonal dan selular spesifik.
1. Stadium Prodromal
Gejala timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi dengan timbulnya ruam kulit disertai
demam, malaise. Pada anak lebih besar-besar dan dewasa didahului oleh demam selama
2-3 hari sebelumnya, menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan
pada beberapa kasus nyeri tenggorok dan batuk.
2. Stadium Erupsi
Ruam kulit muncul dimuka dan kulit kepala, badan dan ekstremitas. Penyebaran lesi
varisela menjadi krusta 8-12 jam dan akan lepas dalam waktu 1-3 minggu tergantung
kepada dalamnya kelainan kulit.
Masa inkubasi varicella bervariasi antara 10-21 hari, rata-rata 10-14 hari. Penyebaran
varicella terutama secara langsung melalui udara dengan perantara percikan liur. Pada
umumnya tertular dalam keluarga atau sekolah. (Rampengan, 2008). Stadium Erupsi :
a. Dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil, yang berubah menjadi vesikel yang
berisi cairan jernih dan mempunyai dasar eritematous, bentuk khas ini disebut tetesan
embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul kemudian krusta..
Permukaan vesikel tidak memperlihatkan cekungan di tengah.
b. Isi vesikel berubah menjadi keruh dalam waktu 24 jam.
c. Biasanya vesikel akan menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh. Dalam 3-4 hari
erupsi tersebar, mula-mula di dada lalu ke muka, bahu dan anggota gerak. Erupsi ini
disertai perasaan gatal.
d. Vesikel tidak hanya terdapat dikulit melainkan juga terdapat diselaput lendir mata,
mulut, dan saluran napas atas. Pada infeksi sekunder kelenjar getah bening regional
membesar.
2.4 Patofisiologi
Latency Reactivation
Imun menurun
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis
sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital
sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita
varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi
pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui
apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum
sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita
varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG),
kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau
dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat
antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain
ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG
pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir.
Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan
VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis
pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela
maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk
memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan
varisela maternal.
2.6 Komplikasi
Resiko komplikasi varicella bervariasi berdasarkan umur. Komplikasi jarang tertjadi
pada anak-anak yang sehat, namun sering mengenai orang-orang dewasa diatas 15 tahun
dan bayi dibawah 1 tahun (CDC, 2005)
1. Infeksi bakteri sekunder
Varicella menyebapkan pasien lebih mudah menderita infeksi bakteri sekunder.
Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada kelompok umur di bawah 5 tahun.
Dijumpai pada 5-10% anak. Adanya infeksi sekunder bila manifestasi sistemik tidak
menghilang dalam 3-4 hari atau bahkan lebih memburuk.
2. Komplikasi pada otak
Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. “Acute postinfectious
cerebellar ataxia” merupakan komplikasi pada otak yang paling ditemukan. Ataxia
timbul tiba-tiba biasanya pada 2-3 minggu setelah varicella dan menetap selama 2
bulan. Klinis mulai dari yang ringan sampai yang berat, sedang sensorium tetap
normal walaupun ataxia berat.
Ensefalitis memberikan gejala ataxia serebelar dan biasanya timbul antara hari ke 3-8
setelah timbulnya rash.
3. Penumonitis
Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada imunodefisiensi wanita hamil atau orang
dewasa. Gambaran klinis adalah panas yang tetap tinggi, batuk,sesak nafas, takipnea,
dan kadang-kadang sianosis muncul 3-4 hari setelah onset dari ruam.
4. Syndrome reye
Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala seperti nausea dan vomitus,
hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SPGT dan
SGOT serta ammonia.
5. Hepatitis
Hepatitis berat dengan manifestasi klinis jarang terjadi pada anak-anaksehat dengan
varicella.
6. Herpes zoster
Merupakan komplikasi yang lambat terjadi pada varicella, yaitu beberapa bulan
sampai tahun setelah infeksi primer. Terjadi pada 15% pasien varicella. Disebapkan
oleh adanya virus yang menetap dibagian sensoris. Gejalanya rash vesicular
unilateral, terbatas pada 1-3 dermatom. Rash ini menimbulkan rasa nyeri pada anak-
anak yang lebih tua dan dewasa.
2. PCR
3. ELISA
4. FAMA
3. Pemeriksaan Radiologi
Foto toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnya
dilakukan foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.
4. Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan membuat sediaan hapus yang diwarnai
dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan
akan didapati sel-sel raksasa (giant cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel
berisi Acidophilic Inclusion Bodies atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan
pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat antigen virus intrasel.
5. Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation
Test, Neurailization Test, FAMA, ELISA.
6. Pada pemeriksaa darah tidak memberikan gambaran spesifik. Namun dapat ditemukan
leukopenia khas selama 72 jam pertama, dan selanjutnya lekositosis menunjukkan terjadi
viremia sekunder. Lekositosis yang sangat berlebihan dapat merupakan pertanda adanya
infeksi sekunder serta disertai dengan limfositosis relatif dan absolut.
7. Pemeriksaan foto roentgen thorax. Bila ada demam yang sangat tinggi dan ada gangguan
pernapasan curiga terjadi komplikasi pneumonia
8. Pemeriksaan lainnya yaitu punksi lumbal bila ada gejala gangguan saraf
2.8 Penatalaksanaan
1. Umum
Varicella dan Herpes Zoster pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan
yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu :
a. lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah
b. vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salep antibiotik untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder
c. dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat (aspirin) untuk
menghindari terjadinya terjadi syndroma Reye
d. kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat garukan
e. Nyeri diberikan analgetik.
f. Terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotic.
g. Defisiensi imunitas diberikan antiviral/imunostrimulator.
h. Sejak lesi muncul dalam 3 hari pertama diberikan asiklovir.
i. Untuk mencegah fibrosis ganglion diberikan kortikosteroid.
j. Pengobatan tropical tergantung pada stadium, pada 5 stadium besikal diberikan bedak untuk
mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infekel sekunder. (Arif Mansjoer, 2000 : 129)
2. Obat Antivirus
a. pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu penyembuhan akan
lebih singkat
b. pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam setelah erupsi
dikulit muncul
c. golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir, dan famasiklovir
- Pubertas dan dewasa : Asiklovir 5 × 800 mg / hari / oral selama 7 hari atau Valasiklovir 3 × 1
gr / hari / oral selama 7 hari atau Famasiklovir 3 × 500 mg / hari / oral selama 7 hari
2.9 Pencegahan
2. Pemberian Vaksinasi
Pada saat ini telah tersedia vaksin untuk varisela, yaitu Live, Attenuated Varicella Virus
Vaccine. Vaksin ini diberikan pada anak usia di atas 12 bulan. Pada anak usia 12 bulan –
12 tahun vaksin dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Secara rutin
vaksinasi ini dianjurkan pada usia 12-18 bulan. Pemberian dapat dilakukan bersamaan
dengan pemberian vaksinasi lain, seperti vaksinasi MMR (Measles Mumps-Rubella).
Sedangkan pada anak usia = 3 tahun diberikan dosis 0,5 ml, s.c dengan dua dosis. Jarak
pemberian adalah 4-8 minggu.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.2.1 Pengkajian
A. Identitas klien
Nama :-
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Madura
Pekerjaan : Mahasiswa
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien datang ke pusat kesehatan dengan keluhan badanya terasa demam seperti
akan flu dan terdapat ruam yang berisi air di sekitar tubuhnya.
b. Riwayat penyakit sekarang
Saat ini klien merasa badanya terasa panas seperti akan flu dan terdapat ruam
merah pada bagian tubuhnya dan terasa gatal-gatal. Klien mengonsumsi obat
dari warung berupa obat flu karena klien menyangka dirinya akan terkena flu.
Karena tidak kunjung sembuh dan ruam berisi air semakin banyak, klien
datang ke rumah sakit.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya.
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6 dan klien tampak lemah.
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 39 0C
Nadi : 88x/menit.
TD : 120/80 mmHg.
RR : 20x/menit
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Vesikuler pada kedua lapang paru, tidak ada suara napas
tambahan ronchi dan wheezing
2. Blood (B2)
Inspeksi : Tidak terlihat distensi vena jugularis,
3. Brain (B3)
Inspeksi : composmentis, GCS 4-5-6
4. Bladder (B4)
Inspeksi : tidak terpasang kateter
5. Bowel (B5)
Inspeksi : Simetris, tidak ada luka bekas post-op, porsi makan klien
tidak dihabiskan.
Auskultasi: Bising usus 8x/menit,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan abdomen
Perkusi : Suara timpani abdomen.
6. Bone (B6)
Inspeksi : pada kulit muncul ruam berwarna merah, berisi air.
Intervensi Rasional
Monitor suhu tubuh pasien Peningkatan suhu tubuh yang
berkelanjutan pada pasien
varisela akan memberikan
komplikasi pada kondisi
penyakit yang lebih parah
(seperti ensefalitis pasca
varisela dan pnemunia pasca
varisela) efek sekunder dari
peningkatan tingkat
metabolisme umum dan
dehidrasi akibat dari hipertermi
Beri kompres dingin dikepala Memberikan respon dingin
dan axiala pada pusat pengatur panas dan
pada pembulu darah besar
Pertahankan tirah baring total Mengurangi peningkatan
selama fase akut metabolisme umum
Pertahankan asupan cairan Selain sebagai pemenuhan
minimal 2500 ml sehari hidrasi tubuh, juga akan
meningkatkan pengeluaran
panas tubuh melalui system
perkemihan, maka panas tubuh
akan keluar melalui urine
Kolaborasi pemberian Analgetik diperlukan untuk
analgesik-antipiretik menurunkan respons nyeri.
Antipiretik diperlukan untuk
menurunkan panas tubuh dan
memberika perasaan nyaman
pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.
Nurarif,A. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC jilid 3. Jogjakarta : Media Action
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.
Varisela . http://www.aventispasteur.co.id/news.asp?id7
Varisela Klinikku. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varisela-klinis.html
Cacar Air. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk_php?id=&iddtl