Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MEMANDIKAN PASIEN DAN CUCI TANGAN


Di Ruang 26 IPD IRNA I
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang






PKRS
RSU Dr. Saiful Anwar Malang
2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MEMANDIKAN PASIEN DAN CUCI TANGAN
Di Ruang 26 IPD IRNA I
RSU Dr. Saiful Anwar Malang




OLEH
KELOMPOK 5

Maqhviroh N.R 105070200111045
Ima Safitri P.U. 105070201111001
Exsa Wahyuningtyas 105070201111005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN
MEMANDIKAN PASIEN DAN CUCI TANGAN
DI RUANG 26 IPD IRNA I
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG



Oleh:
KELOMPOK 5

Maqhviroh N.R 105070200111045
Ima Safitri P.U. 105070201111001
Exsa Wahyuningtyas 105070201111005



Mengetahui.
Pembimbing Lahan



(____________________)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Cytomegalo Virus
Tempat : Ruang 7B Rumah Sakit Saiful Anwar Malang
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Juli 2014
Sasaran : Keluarga Pasien Ruang 7B
Waktu : 1x40 menit

I. Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang Cytomegalovirus

II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan peserta dapat :
1. Menyebutkan pengertian Cytomegalovirus
2. Menyebutkan cara penularan Cytomegalovirus
3. Menyebutkan gejala terkena Cytomegalovirus
4. Menyebutkan bahaya Cytomegalovirus
5. Menyebutkan pengobatan Cytomegalovirus
6. Menyebutkan pencegahan Cytomegalovirus
III. Materi Terlampir
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Media
Power Point dan LCD
Leaflet
VI. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Peserta hadir di tempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang 7B RSSA
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan
sebelumnya
2. Evaluasi proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang
diberikan secara benar

3. Evaluasi hasil
Peserta mengerti tentang pengertian, gejala, bahaya, pengobatan,
pencegahan Cytomegalovirus

VII. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan:
- Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
- Menyebutkan materi yang
akan diberikan


- Menjawab salam

- Mendengarkan


- Memperhatikan
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan pengertian
Cytomegalovirus
2. Cara penularan
Cytomegalovirus
3. Menjelaskan gejala terkena
Cytomegalovirus
4. Menjelaskan bahaya
Cytomegalovirus
5. Menjelaskan pengobatan
Cytomegalovirus
6. Menjelaskan pencegahan
Cytomegalovirus


- Mendengarkan dan
memperhatikan
3. 10 menit Menanyakan kepada peserta
tentang materi yang sudah
diberikan, dan reinforcement
kepada peserta penyuluhan
yang dapat menjawab
Menjawab pertanyaan dan
bertanya jika ada yang belum
dimengerti
pertanyaan
4. 5 menit Terminasi :
- mengucapkan terima kasih
atas partisipasi peserta
- Mengucapkan salam penutup

- Mendengarkan

- Menjawab salam

Referensi
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta : EGC
Hopper D.P & William S. L. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing third edition.
Philadelphia : F.A Davis Company
Smeltzer C.S & Bare Brenda. 2003. Brunner & Suddarths Textbook of Medical surgical
Nursing 10 th Edition. Philadelphia : Lippincott















Lampiran :
1. Pengertian Cytomegalovirus
Cytomegalovirus (CMV) adalah salah satu anggota kelompok virus herpes,
yang meliputi virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, virus varicela zoster (penyebab
cacar air), menginfeksi dan virus Epstein Barr (penyebab mononukleosis yang
menular).
Virus Cytomegalovirus (CMV) termasuk keluarga virus Herpes. Sekitar
50% sampai 80% orang dewasa memiliki antibodi anti CMV. Infeksi primer virus ini
terjadi pada usia bayi, anak - anak, dan remaja yang sedang dalam kegiatan
seksual aktif. Penderita infeksi primer tidak menunjukkan gejala yang khusus, tetapi
virus terus hidup dengan status laten dalam tubuh penderita selama bertahun
tahun (Karger, 2001).
2. Cara Penularan Cytomegalovirus
Tidak ada vektor yang menjadi perantara. Penularan transmisi atau
penularan. Transmisi dari satu individu ke individu lain dapat terjadi melalui
berbagai cara sebagai berikut :
a. Transmisi intrauterus terjadi karena virus yang beredar dalam sirkulasi (viremia)
ibu menular ke janin. Kejadian transmisi seperti ini dijumpai pada kurang lebih 0,5
1% dari kasus yang mengalami reinfeksi atau rekuren ( Erli IC, 2002). Viremia pada
ibu hamil dapat menyebar melalui aliran darah (per hematogen), menembus
plasenta, menuju ke fetus baik pada infeksi primer eksogen maupun pada
reaktivasi, infeksi rekuren endogen yang mungkin akan menimbulkan risiko tinggi
untuk kerusakan jaringan prenatal yang serius (Lisyani Bs, 2004). Risiko pada
infeksi primer lebih tinggi daripada reaktivasi atau ibu terinfeksi sebelum konsepsi.
b. Infeksi transplasenta juga dapat terjadi, karena sel terinfeksi membawa virus
dengan muatan tinggi. Transmisi tersebut dapat terjadi setiap saat sepanjang
kehamilan, namun infeksi yang terjadi sampai 16 minggu pertama, akan
menimbulkan penyakit yang lebih berat. Transmisi perinatal terjadi karena sekresi
melalui saluran genital atau air susu ibu. Kira-kira 2% 28% wanita hamil dengan
CMV seropositif, melepaskan CMV ke sekret serviks uteri dan vagina saat
melahirkan, sehingga menyebabkan kurang lebih 50% kejadian infeksi perinatal.
c. Transmisi melalui air susu ibu dapat terjadi, karena 9% - 88% wanita seropositif
yang mengalami reaktivasi biasanya melepaskan CMV ke ASI. Kurang lebih 50% -
60% bayi yang menyusu terinfeksi asimtomatik, bila selama kehidupan fetus telah
cukup memperoleh imunitas IgG spesifik dari ibu melalui plasenta.8 Kondisi yang
jelek mungkin dijumpai pada neonatus yang lahir prematur atau dengan berat
badan lahir rendah.
d. Transmisi postnatal dapat terjadi melalui saliva, mainan anak-anak misalnya karena
terkontaminasi dari vomitus. Transmisi juga dapat terjadi melalui kontak langsung
atau tidak langsung, kontak seksual, transfusi darah, transplantasi organ.
e. Penyebaran endogen di dalam diri individu dapat terjadi dari sel ke sel melalui
desmosom yaitu celah di antara 2 membran atau dinding sel yang berdekatan. Di
samping itu, apabila terdapat pelepasan virus dari sel terinfeksi, maka virus akan
beredar dalam sirkulasi (viremia), dan terjadi penyebaran per hematogen ke sel lain
yang berjauhan, atau dari satu organ ke organ lainnya.
3. Gejala terkena Cytomegalovirus
Gejala klinis yang umum dijumpai adalah berat badan rendah,
hepatomegali, splenomegali, kulit kuning (ikterik), radang paru - paru, dan
kerusakan sel pada jaringan syaraf pusat. Gejala non syaraf akan muncul pada
beberapa minggu pertama, cacat pada jaringan syaraf yang akan berlanjut menjadi
kemunduran mental, gangguan pendengaran, dan gangguan penglihatan (Karger,
2001).
CMV lebih sering menyerang mata yang dapat dengan cepat
menyebabkan kebutaan. Bila tidak diobati CMV dapat menyebar ke seluruh tubuh
dan menginfeksi ke beberapa organ lain sekaligus. Risiko infeksi CMV paling tinggi
terjadi bila sel CD4 kurang dari 100 (Karger, 2001).

4. Bahaya Cytomegalovirus
Dampak Pada Janin
a. Resiko penularan lebih tinggi, bila ibu tertular virus pada trimester 3 kehamilan.
Resiko menjadi 44% bila ibu terinfeksi virus pada trimester kedua dan 36% resiko
janin dalam kandungan tertular, bila ibu mendapat infeksi virus pada trimester
pertama. Laporan peneliti lain, resiko janin tertular paling tinggi, apabila ibu hamil
tertular virus pada umur kehamilan di bawah 20 minggu.
b. Lebih dari 90% bayi lahir tanpa gejala namun 5-15% akan mengalami kerusakan
visual atau auditory, biasanya dalam 2 tahun. Gejalanya meliputi restriksi
pertumbuhan intrauterine, hepatitis, dengan atau tanpa ikterus, trombositopenia
dan meningoensefalitis. Untuk bayi-bayi ini, kematian karena penyebaran
koagulasi intravascular, sepsis atau masalah hati adalah 20-30%. Sebagian besar
sisa bayi yang bertahan akan mengalami morbiditas nerologis yang hebat. Bayi-
bayi ini masih akan infeksius selama beberapa bulan, mengeluarkan virus melalui
urinenya, dan dapat beresiko bagi ibu hamil.
Bahaya cytomegalovirus pada ibu hamil
Janin mengalami keguguran
Janin lahir cacad
Janin lahir premature
Janin lahir dengan berat badan rendah
Janin mengalami gangguan perkembangan motorik
Kulit berwarna kuning
Pembesaran hati dan limpa
Kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak dan
telinga
Gangguan mental

5. Pengobatan Cytomegalovirus
Penanganan Pada bayi
a. Gancyclovir 6 mg/KgBB/dosis IV drip dalam 1 jam, diberikan setiap 12 jam
selama 6 minggu. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi asimptomatik karena
resiko ESO, antara lain supresi sumsum tulang dan atrofi testis
b. Evaluasi bayi dengan infeksi CMV kongenital meliputi:
Klinis: Tinggi badan, Berat Badan, Lingkar Kepala, Hepar dan lien, Mata
Laboratorium: darah lengkap, hapusan darah tepi, trombosit, SGPT/SGOT,
bilirubin direk/indirek, CMV urine dan CSS
Lainnya: CT Scan kepala dan BERA

Penanganan
Perawatan medis Perawatan medis sitomegalovirus (CMV) terdiri dari dukungan
nutrisi yang baik, perawatan dukungan kuat sindromorgan tertentu terutama
pneumonia pada pasien immunocompromised, dan terapi antivirus dalam
keadaan tertentu.
Perawatan Bedah Beberapa anak dengan sitomegalovirus kongenital
memerlukan intervensi ortopedi (cerebral palsy) dan penempatan gastrostomy
untuk nutrisi enteral.
Konsultasi Tergantung pada pasien dan faktor risiko terkait, penyakit
sitomegalovirus ditemui oleh dokter kandungan, dokter anak, spesialis penyakit
infeksi, onkologi, dokter perawatan kritis, dan penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Konsultasi yang tepat dengan dokter bedah, spesialis perkembangan,
patolog, otolaryngologists, dokter mata, ahli saraf, dan ahli Pencernaan mungkin
diperlukan.
Penanganan Pada Anak
Pengalaman pemberian obat antivirus untuk sitomegalovirus (CMV)
profilaksis dan terapi sitomegalovirus dalam anak-anak masih belum banyak dan
sangat terbatas. Pemberian terapi anti sitomegalovirus diberikan hanya setelah
berkonsultasi dengan seorang ahli yang berpengalaman dengan dosis dan efek
samping. Obat antivirus dapat diberikan terapi untuk penyakit
sitomegalovirus sevagai profilaktik (terapi preemptive) ketika risiko pengembangan
penyakit sitomegalovirus tinggi misalnya, dalam penerima transplantasi.
Antivirus
Nukleosida adalah agen antivirus hanya benar aktif terhadap cytomegalovirus,
meskipun imunoglobulin dapat memberikan beberapa efek antivirus, khususnya
dalam kombinasi dengan agen-agen. Agen ini berbagi target molekul umum, yaitu
polimerase DNA virus. Biokimiawi, gansiklovir adalah analog nukleosida asiklik
sedangkan sidofovir adalah fosfonat nukleosida asiklik. Masing-masing senyawa
harus terfosforilasi ke bentuk trifosfat sebelum dapat menghambat polimerase
sitomegalovirus. Sebuah produk virus gen, UL97 phosphotransferase, memediasi
langkah monophosphorylation untuk gansiklovir. Berbeda dengan 2 agen,
foskarnet bukan analog nukleosida benar tetapi juga bisa langsung menghambat
polimerase virus.
Gansiklovir umumnya digunakan sebagai terapi pencegahan pada penerima
transplantasi pada risiko tinggi penyakit berkembang misalnya, penerima
sitomegalovirus-negatif dari transplantasi organ dari donor seropositif virus
sitomegalo. Oral dan intravena asiklovir juga telah berhasil digunakan sebagai
profilaksis untuk transplantasi organ padat (penerima seronegatif), namun, tidak
pernah menggunakan asiklovir untuk terapi sitomegalovirus pada penyakit aktif.
Formulasi oral telah disetujui untuk digunakan pada pasien dewasa terinfeksi HIV
yang memiliki sitomegalovirus retinitis, namun, bioavailabilitas yang miskin, dan
tidak ada dukungan data penggunaan pada anak.
Gansiklovir (Cytovene) Senyawa pertama lisensi untuk pengobatan infeksi CMV.
Sebuah asiklik sintetis nukleotida struktural mirip dengan guanin. Strukturnya
mirip dengan asiklovir, seperti asiklovir, memerlukan fosforilasi untuk aktivitas
antivirus. Enzim bertanggung jawab untuk fosforilasi adalah produk dari gen UL97
virus, kinase protein. Resistensi dapat terjadi dengan penggunaan jangka
panjang, biasanya karena mutasi pada UL97. Dinyatakan pada anak-anak
immunocompromised (misalnya, infeksi HIV, posttransplant, negara
immunocompromised lainnya) ketika bukti klinis dan virologi yang spesifik organ
akhir penyakit (misalnya, pneumonitis, enteritis) hadir. Pada bayi, terapi antivirus
dengan gansiklovir mungkin bermanfaat dalam mengurangi prevalensi gejala sisa
perkembangan saraf, dalam gangguan pendengaran sensorineural tertentu.
Sebuah penelitian yang disponsori oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit
Infeksi menunjukkan perbaikan pendengaran yang berhubungan dengan hasil
pada bayi dengan CMV bawaan gejala diobati dengan gansiklovir (Kimberlin,
2003). Oleh karena itu, terapi pada bayi baru lahir dengan infeksi
didokumentasikan harus dipertimbangkan, namun, hubungi ahli.
Sidofovir (Vistide) Nukleotida analog yang selektif menghambat produksi DNA
virus di CMV dan herpes virus lainnya.Lihat informasi obat penuhFoskarnet
(Foscavir) Organik analog pirofosfat anorganik yang menghambat replikasi virus
herpes dikenal, termasuk CMV, HSV-1, dan HSV-2. Menghambat replikasi virus
pada situs-pirofosfat mengikat spesifik virus DNA polymerase.
Imunoglobulin Obat ini digunakan sebagai imunisasi pasif untuk pencegahan
penyakit sitomegalovirus gejala. Strategi ini telah berguna dalam pengendalian
penyakit sitomegalovirus pada pasien immunocompromised di era antivirus
prenucleoside. Bukti dalam kehamilan menunjukkan bahwa infus globulin
sitomegalovirus kekebalan pada wanita dengan bukti infeksi sitomegalovirus
primer dapat mencegah penularan dan memperbaiki hasil pada bayi baru lahir.
Immune globulin intravena (Carimune, Gamimune, Gammagard S / D,
Gammar-P, Polygam S / D) Pengamatan secara acak donor IVIG tampaknya
sama efektifnya dengan hyperimmunoglobulin CMV menunjukkan bahwa manfaat
yang mungkin berasal dari efek imunomodulator tidak terkait dengan netralisasi
virus.Lihat informasi obat penuhCMV Ig (CytoGam) Sebuah hyperimmunoglobulin
CMV telah terbukti menurunkan prevalensi penyakit CMV bila diberikan
posttransplant untuk berisiko tinggi penerima transplantasi bila diberikan sendiri
atau dalam kombinasi dengan antivirus nukleosida. Dapat diberikan terapi untuk
penyakit CMV dalam kombinasi dengan gansiklovir.
6. Pencegahan Cytomegalovirus
- Konseling & Vaksinasi
- Jangan mencium anak2 usia dibawah 6 thn pada mulut dan pipi,
- Jangan makan/minum pada piring/gelas yang sama atau menggunakan sikat
gigi yang sama dgn anak kecil,
- Cucilah tangan dgn sabun dan air setelah mengganti popok bayi atau setelah
kontak dgn air liur anak,
- Petugas di pusat perawatan/penitipan bayi sebaiknya menggunakan sarung
tangan saat mengganti popok, dan
- Cucilah mainan anak dengan sabun dan air

Anda mungkin juga menyukai