Anda di halaman 1dari 39

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi,

1. 1. No Kode : Keperawatan / WAT 3.04/4/2013 KEPERAWATAN MATERNITAS I


Asuhan Keperawatan Pasien dengan Masalah Kesehatan Reproduksi Penulis: Dra
Atin Karjatin M.Kes PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI
KESEHATAN Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia 2013 Hak cipta © Pusdiklatnakes Badan PPSDM
Kesehatan,Kemkes RI, 2013
2. 2. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 1
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas II Setelah mempelajari
kegiatan belajar 2, mahasiswa dapat menje- laskan asuhan keperawatan pada pasein
dengan masalah keseha- tan reproduksi :Infeksi, gangguan fertilitas dan klimakterium
TUJUANPembelajaran Umum TUJUANPembelajaran Khusus Setelah mempelajari
kegiatan belajat 2, mahasiswa dapat menjelaskan: a. Asuhan keperawatan pada pasien
dengan infeksi b. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan fertilitas c.
Asuhan keperawatan pada pasein dengan masa klimakterium Pokok-Pokok Materi a.
Konsep infeksi dan askep pada pasien dengan infeksi b. Konsep gangguan fertilitas
dan askep pada pasien dengan gang- guan fertilitas c. Konsep masa klimakterium dan
askep pada pasien pada masa kli- makterium Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Masalah Kesehatan Re- produksi: Infeksi, Gangguan Fertilitas dan Klimakterium
3. 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas a. Infeksi Infeksi vagina
yang umum terjadi seperti vaginitis bakterial, Trichomonas vagi- nalis dan kandidiasis
vulvovaginalis dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita. Infeksi klamidia Chlamydia
trachomatis, patogen bakteri yang palimg umum ditularkan melalui hubungan
seksual.Wanita dan pria yang memliki pasangan seksual lebih dari satu merupakan
kelompok berisiko tinggi. Gonore Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae,
suatu bakteri jenis di- polokokus. Meskipun gonore merupakan suatu PMS, penyakit
ini juga ditular- kan melalui kontak langsung dengan lesi terinfeksi dan secara tidak
langsung melalui benda mati atau fomites. Penularan sendiri sering terjadi melalui
tan- gan yang terkontaminasi. Gonore seringkali muncul hanya menimbulkan gejala
ringan dan muncul secara tak terduga di traktus genitalia bagian bawah. Periode
inkubasi dua sampai lima hari. Gejala infeksi pada traktus genitalia bagian bawah
mencakup disuria, sering berkemih, rabas purulen hijau kuning dalam jumlah banyak
di os servikalis, nyeri tekan di servikal, vulvovaginitis, bartolinitis, dispareunia dan
perdarahan setelah koitus. Bengkak dan nyeri pada kelenjar bartolin dan nyeri tekan
pada kelenjar getah bening di lipat paha biasanya menyettai infeksi. Wanita dan pria
yang memliki pasangan seksual lebih dari satu merupakan kelompok berisiko
tinggi.Pengobatan ceftriakson dosis tunggal .Semua pa- sangan seksual harus diobati
dan penggunaan kondom dianjurkan saat mel- akukan hubungan seksual oral dan
hubungan seksual genital. Sifilis Sifilis disebabkan oleh spirokaeta Treponema
pallidum dengan masa inkubasi beberapa minggu. Beberapa metode pengkajian klinis
sifilis , setiap pemeriksaan antibodi dapat menjadi reaktif jika individu sedang
terinfeksi Uraian Materi
4. 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 3
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas karena sistem tubuh
memerlukan waktu untuk membentuk antibodi untuk setiap antigen. Hasil
pemeriksaan VDRL positif baru dapat dilihat pada hari ke 10 sampai ke 90 setelah
terinfeksi. Dengan demikian infeksi mungkin sudah terjadi walaupun hasil tes VDRL
negatif. Penisilin lebih dipilih untuk pengbatan sifilis . Pada individu yang alergi
terhadap penisilin, pilihan lain tertrasiklin atau tetrasisiklin, eritromisin dan
seftriakson. Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency
Syndrome Tranmisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) suatu retrovirus, terjadi
ter- utama pertukaran cairan tubuh ( darah, semen ). Depresi berat pada sistem imun
seluler menandai sindrom imnudefisiensi didapat (AIDS).Begitu HIV me- masuki
tubuh, serum HIV menjadi positif dalam 10 minggu pertama pema- paran. Walaupun
perubahan serum secara total asimptomatik, perubahan ini diertai viremia, respons
tipe influenza terhadap infeksi HIV awal. Gejala meli- puti demam, malaise, mialgia,
mual, diare, nyeri tenggorokan, ruam dan dapat menetap selama dua sampai tiga
minggu. Hasil laboratorium menunjukkan leukopenia, trombositopenia, anemia dan
peningkatan laju endap darah.Pen- yalahgunaan alkohol atau obat – obatan lain
menganggu sitem imun tubuh dan meningkatkan resiko AIDS dan kondisi terkait : 1).
Sistem imun tubuh harus rusak dulu sebelum HIV dapat menimbulkan penyakit, 2).
Alkohol dan obat – obat menganggu banyak terapi medis dan terapi alternatif untuk
AIDS, 3).alkohol dan obat – obatan mempengaruhi per- timbangan pengguna yang
menjadi lebih cenderung terlihat dalam aktivitas yang membuatnya berisiko mengidap
AIDS atau meningkatkan pemaparan- nya terhadap HIV. 4). Alkohol dan
penyalahgunaan obat menyebabkan stres, termasuk masalah tidur yang
membahayakan fungsi sistem imun.Terapi far- makologi untuk infeksi HIV
berkembang pesat sejak awal virus ditemukan. Obat primer yang disetujui untuk
terapi infeksi ialah azido - 3ꞌ - deositimidin (zidovudin, AZT (Retrovir). Asuhan
keperawatan Pengkajian : • Riwayat PMS • Jumlah pasangan seksual
5. 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 4
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas • Frekuensi hubungan
seksual dalam satu minggu • Penggunaan obat – obatan IV (pasangan) • Merokok •
Mengkomsumsi alkohol • Gizi buruk • Stress • Keletihan yang sangat tinggi • Riwayat
infeksi saluran kemih Pemeriksaan fisik : • Rabas vagina • Vesikel atau luka • Demam
• Nyeri Pemeriksaan laboratorim Infeksi bakteri dapat diketahui dengan mudah dari
pemeriksaan traktus genitalia urin dan darah. Hitung darah putih yang tinggi bisa
membantu diag- nosis, pemeriksaan laboratorium lainnya tergantung pada agens
infeksi yang dicurigai. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan diperoleh
setelah menganalisis dengan seksama temuan pengkajian dan petunjuk
penatalaksanaan medis. Diagnosa keper- awatan untuk pasien berisiko infeksi sebagai
berikut : • Nyeri / kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan  Pengaruh
proses infeksi  Garukan pada daerah pruritis  Kurang kebersihan diri
6. 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 5
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas • Kurang pengetahuan
yang berhubungan dengan  Transmisi / pencegahan infeksi / infeksi ulang  Prilaku
seks yang aman  Penatalaksanaan dan penyebab infeksi • Kecemasan / harga diri
rendah /gangguan citra diri yang berhubungan dengan  Efek yang dipersepsikan pada
hubungan seksual dan proses keluarga  Akibat infeksi jangka panjang • Perubahan
pola eliminasi urine yang berhubungan dengan  Adanya edema dan nyeri 
Gangguan fungsi urinarius Hasil yang diharapkan Suatu rencana perawatan
dirumuskan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial ibu.
Tujuan perawatan disusun bersama. Hasil akhir perawatan yang diharapkan adalah
sebagai berikut : • Infeksi ibu akan sembuh • Penurunan nyeri atau nyeri hilang •
Edema hilng • Daerah yang terkelupas memulih • Fungsi kemih kembali normal •
Pola eliminasi tanpa infeksi ulang • Kecemasan berkurang • Pengetahuan bertambah
tentang infeksi dan pencegahannya • Dukungan keluarga positif
7. 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 6
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan proses yang berkesinambungan. Agar efektif,
evaluasi didasarkan pada tujuan yang berpusat pada pasien, yang diidentifikasikan
saat merencanakan tahapan asuhan keperawatan. Perawat dapat cukup yakin bahwa
perawatan yang diberikan efektif, dalam arti dihasil yang diharapkan telah terpenuhi.
b. Penyakit radang panggul Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease )
PID merupakan suatu infeksi umum pada organ pelvis dan struktur penyokong vagina
atau bahkan mengenai tuba falopii, yang pada kasus tertentu disebut salpingi- tis.
Salpingitis sinonim dengan PID akut dalam penggunaan istilah umum. PID paling
sering disebabkan oleh organisme yang ditrasmisi melalui hubungan seksual, yaitu
Neisseria, gonorrhoeae, Chlamydia dan Myco- plasma dan penyebab lain yang jarang
ialah Escherichia coli, Streptococ- cus, Haemophilus dan organisme lain. Patogen ini
biasanya menyerang serviks saat terjadi hubungan seksual, selama atau setelah ibu
melahirkan anak, setelah suatu proses aborsi. PID sering terjadi pada akhir periode
menstruasi karena darah merupakan media yang kaya untuk pertumbuhan bakteri.
Kadangkala PID timbul akibat penyebaran infeksi sekunder dari struktur yang terkait
seperti perforasi apendiks atau abses intraabdomen, yang menyebabkan peritonitis
pelvis. Wanita yang banyak memiliki banyak pasangan seksual memiliki resiko tinggi
untuk mengalami PID. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita yang
menggunakan IUD daripada yang menggunakan metoda kontrasepsi lain.PID juga di-
alami oleh wanita terinfeksi yang terinfeksi HIV. Gejala akut PID meliputi nyeri dan
nyeri tekan berat pada abdomen bagian bawah. Juga bisa dite- mukan discharge
vaginal purulen, demam dan disuria. Terapi terdiri dari pemberian antibiotik spesifik
dan analgesia, bergan- tung pada tingkat keparahan gejala. Apabila di RS dapat
diberikan antibio- tik selama 4 sampai 5 hari, diikuti pemberian terapi oral selama 7
sampai 10 hari. Upaya menghilangkan nyeri tanpa pemberian obat – obatan mela- lui
rendam duduk dan kompres panas pada abdomen bagian bawah atau punggung. Tirah
baring dengan posisi semi Fowler untuk meningkatkan drainase dan rasa nyaman.
Beberapa wanita yang tidak berespons terha-
8. 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 7
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas dapterapi akan
memerlukan laparoskopi melalui insisi kecil subumbilikus untuk mengangkat abses
atau masa pelvis. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian • Riwayat aktivitas seksual •
Penggunaan kontrasepsi • Penyakit menular seksual (PMS) sebelumnya • Gejala yang
timbul • Pemeriksaan fisik • Uji laboratorum • Dukungan keluarga • Pengetahuan PID
klein dan faktor resikonya 2. Tindakan keperawatan • Pendidikan kesehatan tentang
informasi tentang PID • Pendidikan kesehatan tentang resiko PID pada yang berganti
pasan- gan • Penggunaan IUD dapat terjadi PID, kontrol sangat diharapkan •
Mengganti pembalut pada waktu menstruasi sering • Membersihkan perineum , dari
bagian depan ke belakang untuk mencegah kontaminasi rektum pada vagina. • Bila
terkena PID segera mencari pertolongan medis • Klein dengan PID harus mencegah
tidak terjadi PMS • Hindari hubungan seksual selama menstruasi • Hindari kecemasan
• Dukungan keluarga dan perawat sangat dibutuhkan
9. 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 8
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas • Informasi kesuburan
sangat berarti Hasil yang diharapkan Klein dapat menjelaskan pengetahuan tentang
PID ( gejala, tanda,terapi dan hasil akhir yang ingin dicapai). • Menunjukkan
perhatian terhadap upaya mengurangi resiko infeksi • Hidup sehat • Lebih nyaman
dan rasa cemas berkurang • Mencari informasi tentang kesuburan. c. Gangguan
fertilitas Ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak secara menge- jukan
dialami oleh 15% sampai 20 % orang dewasa sehat. Definisi tradi- sional gangguan
fertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung setelah sekurang – kurangnya
satu tahun melakukan hubungan sek- sual tanpa perlindungan. Suatu definisi
kontemporer tidak mempertim- bangkan batasan waktu. Definisi ini mengandung arti
suatu ketidak- mampuan untuk hamil atau mengandung anak sampai anak tersebut
lahir hidup pada saat pasangan memutuskan untuk memperoleh anak. Gangguan
fertilitas bersifat primer jika wanita tersebut belum pernah hamil atau jika pria belum
pernah membuat seorang wanita hamil. Gangguan bersifat sekunder jika wanita
pernah mengandung sekurang – kurangnya satu kali, tetapi tidak pernah berhasil
hamil lagi atau tidak pernah berhasil mempertahankan kandungan. Insiden gangguan
fertilitas tampaknya meningkat, diperkirakan satu dari enam pasangan . Sebab – sebab
yang mungkin meliputi tren men- unda kehamilan sampai usia tertentu, dimana pada
usia tersebut fertili- sas telah menurun secara alamiah. Sebab – sebab lain ialah
peningkatan penyakit radang panggul dan peningkatan penyalahgunaan subtansi.
Lingkungan seperti pestisida dan timbal secara negatif mempengaruhi sistem
reproduksi wanita dan pria.Diagnosis dan terapi gangguan fertil- itas membutuhkan
pemeriksaan fisik, emosi dan finansial selama suatu periode yang panjang.
10. 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 9
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas Sikap menghormati dan
menjaga privasi, sensitivitas dan kepedulian anggota tim kesehatan yang terlibat
dalam pengkajian gangguan fer- tilitas menjadi fondasi kemampuan pasien untuk
menjalani terapi dan penatalaksanaan berikutnya, Faktor terkait infertilitas Pasangan
merupakan unit biologis reproduksi, banyak faktor yang berkenaan dengan wanita
atau pria mengontribusi pada suatu fertili- tas normal.Rentang hidup sperma dan
ovum pendek, walaupun sperma tetap hidup didalam traktus reproduksi wanita selama
48 jam atau lebih, mungkin hanya beberapa yang berpotensi melakukan fertilisasi
selama 24 jam lebih. Ovum tetap hidup selama sekitar 24 jam, tetapi waktu yang
optimal untuk fertilisasi mungkin tidak lebih dari satu sampai dua jam. Sperma yang
hidup perlu berada di tuba uterina pada saat ovulasi supaya fertilisasi berlangsung
optimal. Perubahan satu atau lebih struktur, fungsi atau proses ini menyebab- kan
gangguan fertilitas dalam derajat tertentu. Sebab – sebab gang- guan fertilitas kadang
sulit diketahui, baik wanita maupun pria. Fak- tor pada pria mungkin hanya
bertanggungjawab sebesar 30 % pada pasangan yang tidak fertil. Faktor tuba
diidentifikasi pada sekitar 25% pasangan infertil, gangguan ovulasi pada sekitar 20 %
pasangan inferti atau faktor serviks pada sekitar 15% pasangan infertil. Faktor lain 5
% atau faktor yang tidak dapat dijelaskan 5 % bertanggungjawab sebagai penyebab
sisanya Asuhan keperawatan 1. Pengkajian Memperoleh data yang berhubungan
dengan fertilitas melalui wawancara dan pemeriksaan fisik, data dasar mencakup : •
Mengidentifikasi infertilitas primer atau sekunder • Data etnis, budaya dan agama •
Tes dan pemeriksaan dapat menimbulkan nyeri dan menggang- gu hubungan seksual
tidak harmonis (berikan motivasi)
11. 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
10 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas • Pengalaman
mencari kesuburan • Pengetahuan tentang kesuburan Diagnosa keperawatan 1.
Ansietas yang berhubungan dengan ketidaktahuan tentang hasil akhir proses
diagnostik 2. Gangguan citra tubuh atau harga diri yang berhubungan dengan gang-
guan fertifilitas 3. Resiko tinggi gangguan koping individu / keluarga yang
berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas 4.
Konflik pengambilan keputusan yang berhubungan dengan terapi un- tuk menangani
gangguan fertilitas atau alternatif untuk terapi hidup tanpa anak atau adopsi 5.
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan harapan yang tidak terpenuhi
hamil 6. Berduka antisipasi yang berhubungan dengan prognosis yang buruk 7. Nyeri
akut yang berhubungan dengan efek tes diagnostik (atau pem- bedahan) 8.
Ketidakberdayaan yang berhubungan kurang kontrol terhadap prog- nosis 9.
Perubahan pola seksulitas yang berhubungan dengan kehilangan libido akibat restriksi
medis yang diprogramkan. 10. Resiko tinggi isolasi sosial yang berhubungan dengan
gangguan fertili- sas, investigasinya dan penatalaksanaannya. Intervensi keperawatan
berdasarkan kesiapan wanita atau pasangan untuk belajar tentang gangguan fertilitas.
Hasil yang diharapkan : 1. Pasangan akan memahami anatomi dan fisiologi sistem
reproduksi 2. Pasangan akan mengungkapkan pemahaman tentang terapi untuk
12. 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
11 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas setiap kelainan yang
diidentifikasi melalui berbagai tes dan pemerik- saan serta akan mampu membuat
keputusan informal tentang terapi 3. Pasangan akan mengungkapkan pemahaman
tentang potensi mereka untuk hamil 4. Pasangan akan menghilangkan rasa bersalah
dan dan tidak akan perlu berfokus berfokus menyalahkan diri 5. Pasangan akan
menghasilkan kehamilan atau gagal menghasilkan ke- hamilan, memutuskan suatu
alternatif yang dapat mereka berdua terima 6. Pasangan akan mendemonstrasikan
metoda yang dapat diterima untuk mengatasi tekanan yang mereka rasakan dari teman
sejawat dan kera- bat tentang status tidak punya anak. d. Klimakterium Normal dan
Pasca Klimaterium Klimakterium mengacu pada periode kehidupan seorang wanita
saat ia berpindah dari tahap reproduktif ke tahap tidak reproduktif, disertai regresi
fungsi ovarium Pramenopause adalah fase pertama klimakterium saat fertilitas
menurun dan menstruasi menjadi tidak teratur. Fase ini berlangsung beberapa bulan
atau beberapa tahun. Gejala – gejala yang menganggu : • Ketidakstabilan vasomotor •
Keletihan • Nyeri kepala • Gangguan emosi Menopause adalah titik dimana
menstruasi berhenti. Usia rata – rata menopause ialah 51,4 , tetapi 10% wanita
berhenti pada usia 40 dan 5% tidak berhenti menstruasi sampai usia 60. Menopause
bedah terjadi akibat histerektomi dan ooforektomi bilateral. Perimenopause yang
secara kasar merupakan periode yang sama dengan klimakterium, meliputi ;
pramenopause, menopause serta
13. 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
12 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas sekurang – kurangnya
satu tahun setelah menopause. Pascamenopause adalah fase setelah menopause ketika
gejala – ge- jala yang terkait dengan penurunan hormon ovarium, seperti atrofi va-
gina dan osteoporosis dapat terjadi. Gejala Klimakterium Sekitar 20 % wanita tidak
mengalami gejala, kebanyakan wanita mengalami gejala ringan sampai sedang dan
jarang memerlukan per- hatian medis dan beberapa wanita mengalami gejala berat.
Ketidakstabilan Vasomotor Ketidakstabilan vasomotor merupakan gangguan yang
paling umum pada klimakterium. Wanita mengalami vasodilatasi dan vasokontriksi
yang berubah – ubah, seperti warna kemerahan akibat panas (flashes) dan keringat
malam. Kemerahan akibat panas merupakan sensasi rasa hangat yang muncul tiba –
tiba dengan durasi dan intensitas yang ber- variasi di kepala, leher dan dada.
Kemerahan ringan tidak menganggu aktivitas sehari – hari. Kemerahan sedang
menyebabkan rasa tidak ny- aman disertai peningkatan suhu yang dapat diukur dan
pengeluaran keringat.Kemerahan berat menimbulkan rasa tidak nyaman yang eks-
trem dan mengganggu aktivitas sehari – hari. Kemerahan akibat panas dapat berlanjut
selama beberapa bulan dan tahun. Beberapa faktor da- pat mempresipitasi suatu
episode meliputi ruangan yang hangat atau padat, komsumsi alkohol, minuman panas,
makanan berbumbu dan dekat ke sumber panas. Keringat malam merupakan bentuk
lain ketidakstabilan vasomotor yang dialami oleh banyak wanita. Tidur dapat
terganggu setiap malam karena penutup tempat tidur dan linen menjadi basah dan
banyak wan- ita mengeluh tidak mampu kembali tidur. Terapi pengganti estrogen
(estrogen replacement therapy) (ERT) direkomendasikan untuk mereda- kan gejala.
Gangguan Emosi Perubahan mood, iritabilitas, ansietas dan depresi seringkali di-
hubungkan dengan perimenopause. Wanita secara emosional merasa lebih labil,
gugup atau gelisah.Stres kehidupan dapat memperburuk
14. 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
13 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas menopause.
Menghadapi anak remaja, membantu orang tua yang lan- jut usia, menjadi janda atau
bercerai dan berduka karena teman dan keluarga sakit atau menjelang ajal adalah
beberapa bentuk stres yang meningkatkan risiko masalah emosional serius.
Kemampuan untuk mengatasi setiap stres melibatkan sekurang – kurangnya tiga
faktor: persepsi individu atau pemahaman terhadap ke- jadian, sistem pendukung,
serta mekanisme koping. Dengan demikian , perawat harus mengkaji seberapa banyak
informasi tentang klimak- terium yang dimiliki wanita tersebut, persepsinya tentang
pengalaman stres, siapa yang dapat diandalkan untuk tempat bergantung dan me-
minta bantuan serta jenis – jenis ketrampilan kopingnya. Pesan budaya juga
mempengaruhi status emoasi selama perimeno- pause. Banyak wanita
mempersepsikan ketidakmampuan untuk men- gandung sebagai suatu kehilangan
yang bermakna. Orang lain meli- hat menapause sebagai langkah pertama untuk
masuk ke usia tua dan menghubungkannya hilangnya kecantikan fisik. Sementara
orang tua menderita kehilangan status, fungsi dan peran. Wanita yang mem-
persepsikan menopause sebagai waktu kehilangan kemungkinan akan mengalami
depresi. Untuk wanita lain, menopause bukanlah suatu kehilangan, tetapi suatu
kebebasan dari rasa takut terhadap menstruasi yang merepot- kan dan rasa tidak
nyaman akibat kontrasepsi. Terlepas dari pesan bu- daya yang kuat bahwa masa muda
dihargai melebihi usia, wanita yang menghargai dirinya sendiri akan menyesuaikan
diri dengan baik terha- dap keadaan menopause. Gejala pada periode
pascaklimakterium Gejala – gejala yang terjadi pada fase pascamenopause dihubung-
kan dengan atrofi genitalia dan osteoporosis. Atrofi genitalia dan perubahan
seksualitas Seiring dengan penurunan kadar estrogen, epitel vagina menipis
15. 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
14 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas dan PH vagina
meningkat timbul kekeringan, rasa terbakar, iritasi dan dispareunia. Pada beberapa
wanita, penyusutan uterus, vulva dan ba- gian distal uretra menimbulkan gejala –
gejala yang mengganggu meli- puti sering berkemih, disuria, prolaps uterus , stres
inkontinensia dan konstipasi. Rasa gatal disekitar vulva timbul karena vulva menjadi
lebih tipis, kurang elastis dan lebih rentan terhadap peradangan. Dispareunia
(hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri) da- pat terjadi karena vagina
menjadi lebih kecil, dinding vagina menjadi lebih tipis dan lebih kering dan lubrikasi
selama stimulasi seksual ber- langsung lebih lama. Hubungan seksual dapat
menyebabkan perdara- han pascakoitus dan wanita mungkin memutuskan untuk
mengelak melakukan hubungan seksual. Aktivitas seksual tidak berakhir karena
menopause, namun wanita dan pasangannya mungkin mengubah cara mereka
mengungkapkan seksualitas selama dan setelah menopause. Hal ini bergantung
kepada perubahan fisik , perubahan pada pasangan dan mitos serta pesan
budaya.Karena peningkatan usia pria membutuh- kan waktu lebih lama untuk
mencapai organisme, ereksi memerlukan waktu lebih lama dan ketegangan berkurang.
Wanita mungkin merasa pasangannya tidak lagi tertarik pada mereka.Pasangan ini
membutuh- kan konseling untuk memahami perubahan ini. Osteoporosis Osteoporosis
adalah penurunan massa tulang seiring peningkatan umur, yang dihubungkan dengan
peningkatan umur, yang dihubung- kan dengan peningkatan kerentanan fraktur. Kadar
estrogen yang berkurang menyebabkan tulang yang tua lebih cepat rapuh dari pada
tulang paru yang dibentuk. Estrogen diperlukan untuk mengubah vi- tamin D menjadi
kalsitonin yang esensial dalam absorpsi kalsium oleh usus halus. Penurunan absorpsi
kalsium, juga penipisan tulang, mem- buat wanita pascamenopause berisiko
mengalami masalah yang ber- hubungan dengan osteoporosis. Kurang lebih satu dari
empat orang wanita mengalami osteoporosis. Selama lima sampai enam tahun setelah
menopause , wanita kehilan- gan tulang enam kali lebih cepat daripada pria. Saat
wanita berusia 80 tahun, mereka sudah kehilangan 47 % tulang trabekuler, yang
terkosen-
16. 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
15 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas trasi di
verterbra,pelvis dan tulang pipih serta di epifisis. Asupan kalsium yang rendah
merupakan faktor risiko, khususnya selama masa remaja. Asupan tinggi protein atau
kefein meningkatkan ekskresi kalsium. Merokok, asupan alkohol berlebih serta
asupan fosfor yang melebihi kalsium merupakan faktor risiko lain. Tanda pertama
osteoporosis seringkali adalah penurunan tinggi badan akibat fraktur sera kolaps
tulang belakang. Nyeri punggung dapat timbul, tetapi dapat juga tidak timbul. Tanda
– tanda selanjutnya meliputi munculnya bongkol di punggung, yang membuat tulang
belakang tidak dapat lagi menopang tubuh bagian atas serta fraktur pinggul. Fraktur
seringkali timbul karena individu jatuh. Penyakit Jantung Koroner Wanita
pascamenopause berisiko menderita penyakit arteri koroner karena wanita mengalami
penurunan kadar kolesterol lipoprotein den- sitas tinggi (high density lipoprotein/
HDL) dalam serum sekaligus pen- ingkatan kadar lipoprotein densitas rendah (low
density lipoprotein/ LDL). Terapi penggantian estrogen (estrogen replacement
therapy/ERT) memperlambat proses ini.
17. 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
16 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas Asuhan Keperawatan
Pengkajian • Kaji riwayat kesehatan • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan laboratorium
status klimakterium • Riwayat terakhir menstruasi • Persepsi tentang kesehatan •
Faktor budaya dan suku • Kecemasan Rencana Keperawatan • Terapi mengganti
estrogen (ERT) • Latihan menahan beban • Pemberian suplemen • Libatkan pasangan
dan keluarga • Informasikan pengetahuan tentang gejala/tanda klimakterium •
Tindakan yang memberikan rasa nyaman • Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan •
Tindakan kolaboratif (endokrinologi, radiologi, psikososil, fisiologi, latihan fisik serta
nutrisi) Terapi pengganti hormon ERT meningkatkan kadar kalsitonin dalam serum
yang mencegah resorpsi tulang, mempertahankan densitas tulang, serta mengurangi
risiko fraktur. ERT mulai diberikan sesegera mungkin setelah menopause dan diterus-
kan sepanjang umur bila terapi dapat diterima oleh wanita tersebut. Dosis yang
dibutuhkan untuk mencegah osteoporosis ialah 0,625 mg estrogen yang
terkonyugasi.Setiap obat memiliki rasio manfaat terhadap risiko, ERT masih
kontroversial, tetapi banyak pihak berwenang merekomendasikan
18. 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
17 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas terapi untuk semua
wanita tanpa kontraindikasi pada saat menopause. ERT tidak menyebabkan
hipertensi, penyakit pada kandung empedu atau peningkatan insiden tromboflebitis
atau tromboembolisme pada wanita menopause. ERT pascamenopause diasosiasikan
dengan penurunan mor- biditas serta mortalitas, bahkan pada wanita merokok. Efek
Neoplastik Payudara dan endometrium merupakan jaringan target estrogen. Estrogen
dikontraindikasikan untuk wanita yang memiliki riwayat keganasan pay- udara dan
endometrium. Karsinoma payudara dapat berlangsung selama 8 tahun sebelum
akhirnya dapat dipalpasi.Oleh karena itu suatu pemerik- saan mamogram harus
dilakukan pada semua wanita sebelum HRT diberi- kan dan pentingnya SADARI
(periksa payudara sendiri) dan tindak lanjut . Metoda alternatif penatalaksanaan
Tonus otot sekitar organ reproduksi menurun setelah menopause. Latihan Kegel s
menguatkan otot – otot ini dan bila dipraktikkan secara teratur membantu pencegahan
prolaps uterus dan inkontinensia stres. K – Y Lubricating Jelly dan minyak kelapa
adalah dua contoh pelumas larut air yang meredakan nyeri akibat hubungan seksual.
Pelumas mengandung minyak, seperti jeli petroleum (Vaseline) tidak boleh digunakan
karena dapat menyumbat kelenjar vagina, yang kemudian dapat menjadi tempat
infeksi bakteri. Akibat lain atrofi vagina ialah sering berkemih dan disuria, seringkali
dikait- kan dengan bakteriuria asimptomatik. Asupan harian, sedikitnya delapan gelas
air untuk menurunkan kosentrasi urine dan pertumbuhan bakteri da- pat mencegah
infeksi yang serius. Kebanyakan infeksi saluran kemih ter- batas pada uretra dan
kandung kemih, tetapi kadang – kadang mengenai ginjal. Tanda infeksi meliputi ;
demam, menggigil, muntah, dan nyeri tekan pada sudut kostovertebra ( nyeri pada
punggung diatas ginjal). Mencegah keluhan terkait osteoporosis Suplementasi
Kalsium Peran suplementasi kalsium dalam mengobati kalsium masih kontraversial,
tetapi tampaknya bermanfaat menghambat kehilangan tulang dari tulang
19. 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
18 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas kortikal serta untuk
mengurangi insiden fraktur. Walaupun kalsium tidak dapat menghambat kehilangan
massa tulang atau mencegah fraktur, su- plementasi kalsium dapat menghambat
terjadinya osteoporosis setelah menopause. Kalsium oral dikomsumsi sedini mungkin
setiap hari pada masa pramenopause. Dosis kalsium yang direkomendasikan ialah
satu sampai 1,5 gram setiap hari, biasanya dikomsumsi sebelum tidur. Namun
suplemen kalsium paling baik bila dikomsumsi bersama makanan kare- na pada saat
makan sekresi asam meningkat dan waktu kalsium berada didalam lambung
meningkat. Sekurang – kurangnya 240 cc air direkomen- dasikan untuk meningkatkan
daya larut kalsium. Latihan dan keamanan Latihan fisik saja tidak dapat mencegah
atau menghambat osteoporosis, tetapi latihan menahan berat, seperti berjalan dan
manaiki tangga selama 30 sampai 60 menit setiap hari dapat bermanfaat. Fraktur
terkait osteoporosis seringkali terjadi akibat jatuh. Mencegah ke- celakaan, termasuk
menyimpan barang – barang di tempat yang benar dan upaya memperbaiki
pencahayaan yang buruk serta karpet yang long- gar harus didiskusikan dengan
wanita lansia.
20. 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
19 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas Rangkuman Infeksi
vagina yang umum terjadi seperti vaginitis bakterial, Trichomonas vagi- nalis dan
kandidiasis vulvovaginalis dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita. patogen bakteri
yang palimg umum ditularkan melalui hubungan seksual.Wanita dan pria yang
memliki pasangan seksual lebih dari satu merupakan kelompok berisiko tinggi.
Tranmisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) suatu retrovirus, terjadi teru- tama
pertukaran cairan tubuh ( darah, semen ). Depresi berat pada sistem imun seluler
menandai sindrom imnudefisiensi didapat (AIDS).Begitu HIV memasuki tubuh,
serum HIV menjadi positif dalam 10 minggu pertama pemaparan PID paling sering
disebabkan oleh organisme yang ditrasmisi melalui hubun- gan seksual, yaitu
Neisseria, gonorrhoeae, Chlamydia dan Mycoplasma dan pe- nyebab lain yang jarang
ialah Escherichia coli, Streptococcus, Haemophilus dan organisme lain.
Ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak secara mengejukan diala- mi oleh
15% sampai 20 % orang dewasa sehat. Definisi tradisional gangguan fer- tilitas
adalah ketidakmampuan untuk mengandung setelah sekurang – kurangn- ya satu
tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan. Diagnosis dan terapi
gangguan fertilitas membutuhkan pemeriksaan fisik, emosi dan finansial selama suatu
periode yang panjang. Klimakterium mengacu pada periode ke- hidupan seorang
wanita saat ia berpindah dari tahap reproduktif ke tahap tidak reproduktif, disertai
regresi fungsi ovarium Pramenopause adalah fase pertama klimakterium saat fertilitas
menurun dan menstruasi menjadi tidak teratur. Fase ini berlangsung beberapa bulan
atau be- berapa tahun. Gejala – gejala yang menganggu : • Ketidakstabilan vasomotor
• Keletihan • Nyeri kepal • Gangguan emosi Menopause adalah titik dimana
menstruasi berhenti. Usia rata – rata
21. 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
20 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas menopause ialah 51
tahu tetapi 10% wanita berhenti pada usia 40 dan 5% tidak berhenti menstruasi
sampai usia 60. Gejala – gejala yang terjadi pada fase pascamenopause dihubungkan
dengan atrofi genitalia dan osteopo- rosis. Dispareunia (hubungan seksual yang
menimbulkan rasa nyeri) da- pat terjadi karena vagina menjadi lebih kecil, dinding
vagina menjadi lebih tipis dan lebih kering dan lubrikasi selama stimulasi seksual
berlangsung lebih lama. Kadar estrogen yang berkurang menyebabkan tulang yang
tua lebih cepat rapuh dari pada tulang paru yang dibentuk. Peran suplemen- tasi
kalsium dalam mengobati kalsium masih kontraversial, tetapi tampa- knya bermanfaat
menghambat kehilangan tulang dari tulang kortikal serta untuk mengurangi insiden
fraktur. Latihan fisik saja tidak dapat mencegah atau menghambat osteoporosis, tetapi
latihan menahan berat, seperti ber- jalan dan manaiki tangga selama 30 sampai 60
menit setiap hari dapat bermanfaat.
22. 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
21 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas Pilih jawaban yang
paling tepat 1. Apakah gejala akut penyakit radang panggul (PID) yang merupakan
sua- tu infeksi pada organ wanita? (Kecuali) a. Nyeri tekan bagian bawah abdomen b.
Demam c. Disuria d. Discharge vagina purulen e. Gangguan BAB 2. Tindakan
keperawatan apa yang anda akan berikan kepada pasein yang mengalami gejala akut
PID? a. Untuk menghilangkan nyeri dengan rendam duduk b. Kompres dingin pada
abdomen bagian bawah c. Tirah baring dengan kedua kaki dirapatkan d.
Membersihkan daerah vagina dari bawah ke atas e. Mengganti pembalut sesuai
keinginan 3. Ketidakstabilan vasomotor merupakan gangguan pada klimakterium ,
gejala apa yang biasa muncul ? a. Kulit kemerahan akibat panas (flashes) b. Keringat
pada pagi hari c. Perasaan tidak nyaman d. Gangguan tidur e. Nafsu makan berkurang
4. Gejala yang dirasakan pada fase pasca menopause timbul kekeringan, Test
Formatif
23. 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
22 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas rasa terbakar dan
dispareunia, mengapa terjadi ? a. Penurunan kadar estrogen, b. Epitel vagina menebal
c. pH vagina menurun d. Terlalu banyak aktivitas e. Kurang cairan 5. Tindakan
keperawatan apa yang anda akan berikan kepada klein yang mengalami kekeringan,
rasa terbakar dan dispareunia? a. Banyak minum b. Berikan Vaseline pada vulva dan
penis c. Anjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual d. Latihan kegelꞌs secara
atur e. Istirahat yang cukup Kunci jawaban.1.E, 2.A, 3.A, 4,A, 5.D Pelajari latihan
fisik untuk mencegah dan mengurangi osteoporosis pada (Gambar 30 -7 )selain
menganjurkan berjalan dan memaiki tangga selama 30 sampai 60 menit setiap
hari.Agar anda dapat memberikan pendidikan keseha- tan kepada usia lanjut untuk
mencegah atau mengurangi osteoporosis. 

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
       Penyakit Inflamasi pelvis atau Pelvic Inflammatory Disease (PID) salah satu penyakit
yang terjadi pada alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba fallopi (salpingitis) dan ovarium
(ooforitis). Dan tertinggi pada wanita muda yang aktif secara seksual, biasanya disebabkan
oleh bakteri tetapi disebabkan oleh virus, jamur, atau parasit. Organisme klamidia dan
gonorea adalah penyebab yang paling mungkin dan kondisi ini dapat menyebabkan
kehamilan ektopik, infertilitas, nyeri pelvis kambuhan.
       Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk
memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran
lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul.
       Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak
melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang
mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul adalah 10%. Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu
20%. Jika wanita ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung
menjadi 55%. Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang
pelvis menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap
tahun. Oleh karena itu untuk mengurangi angka kejadian infeksi pelvis setiap tahunnya maka
perlu di informasikan kepada masyarakat tentang pentingnya mengetahui penyakit infeksi
pelvis tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian dari Infeksi pelvis ?
2.      Bagaimana etiologi dari Infeksi pelvis ?
3.      Bagaimana patofisiologi dari  Infeksi pelvis ?
4.      Bagaimana manifestasi klinis dari Infeksi pelvis ?
5.      Bagaimana penatalaksanaan dari Infeksi pelvis ?
6.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi pelvis ?
1.3              Tujuan dan manfaat
1.                Mengetahui pengertian dari  Infeksi pelvis 
2.                Mengetahui penyebab-penyebabnya Infeksi pelvis
3.                Mengetahui patofisiologi serta pathway dari Infeksi pelvis
4.                Mengetahui manifestasi klinis dari Infeksi pelvis
5.                Mengetahui penatalaksanaan Infeksi pelvis
6.                Mengetahui diagnosa apa saja yang muncul dari penderita Infeksi pelvis

 BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi pelvis
            
2.2.  Definisi
      Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital
bagian atas oleh berbagai  organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,
ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun
sebagai akibat hubungan seksual. (widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)
      Infeksi pelvis meruakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan atau kondisi dimana organ-organ pelvis (uters, tuba fallopi atau
ovarium) diserang oleh mikroorganisme pathogen. Organism-organisme ini biasanya
bakteri,mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan. (Ben-zion
Taber, 1994).
      Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput  dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrum (otot rahim), parametrium dan rngga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari penyakit menular seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia 16-25 tahun.Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital
yang telah menyebar kedalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita,
seperti rahim, tuba fallopi dan/atau ovarium.
2.3. Etiologi
      Mekanisme infeksi menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginekologi,
disebab kan oleh bakteri :
a.       GO (Gonorhoe)
b.      Kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococus.
c.       Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit. (widyastuti, rahmawati,
& purnamaningrum, 2009)
      Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar keatas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau
minggu untuk seorang wania menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah Neisseria Gonorhoeae dan Chlamydia  trachomatis yang menyebabkan peradangan
dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun
vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta umenyediakan medium yang baik
untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).(widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum,
2009)
2.4. Tanda dan gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual dan muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur da kemandulan.  
      Infeksi menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan fibrosa yang abnormal dan diantara organ-organ perut  serta menyebabkn nyeri
menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan
nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk
dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi kedalam
darah sehingga terjadi sepsis. (Nugroho & Utama, 2014)
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :
a.       Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal.
b.      Demam
c.       Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di
celana dalam)
d.      Kram Karena menstruasi
e.       Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
f.       Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
g.      Nyeri punggung bagian bawah
h.      Kelelahan
i.        Nafsu makan berkurang
j.        Sering berkemih
k.      Nyeri ketika berkemih
(Nugroho & Utama, 2014)
2.5. Klasifikasi PID
        Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics &
Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi :
Derajat I           : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan    ovarium ), dengan
atau tanpa pelvio – peritonitis.
Derajat II           :  Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada
kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa  pelvio – peritonitis.
Derajat III          : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal
adanya abses tubo ovarial.
a. Endometritis adalah peradangan dari endometrium, lapisan mukosa bagian dalam uterus,
disebabkan oleh invasi bakteri. Endometrisis adalah suatu peradangan pada endometrium
yang biasanya disebakan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis paling serring
ditemukan terutama :
1.      Setelah seksio sesarea
2.      Partus lama atau pecah ketuban yang lama.
Penatalaksanaan pada endomettritis :
1.      Pemberian antibiotia dan drainase yang memadai.
2.      Pemberian cairan intra vena dan cairan elektrolit
3.      Penggantia darah
4.      Tirah baring dan analgesia
5.      Tindakan bedah
 Endometritis terdapat dua jenis yakni endometritis akut dan endometritis kronica.
a.       Endometritis akut
Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi terutama terjadi pada
post partum dan post abortus.
Penyebab:
1.      Infeksi gonorhoe dan infeksi pada abortus dan partus.
2.      Tindakan yang dilakukan didalam uterus seperti pemasangan IUD, kuretase.
Gejala:
1.      Demam
2.      Lochia berbau
3.      Lochia lama berdarah bahkan metrorhagia
4.      Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak nyeri.
Penatalaksanaan:
Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah aga
infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya adalah :
1.      Uterotonik
2.      Istirahat, leta fowler
3.      Antibiotika
b.      Endometritis kronica
Endometritis kronica tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan microscopic ditemukan
banyak sel-sel plasma dan limfosit.
Gejala :
1.      Leukorea
2.      Kelainan haid seperti menorhagie dan metrorhagie.
Pengobatnnya terantung pada penyebabnya endomtritis kronika ditemukan :
1.      Pada tuberculosis
2.      Pada sisa-sisa abortus atau partus yang tertinggal
3.      Terdapat corpus alineum di kavum uteri.
4.      Pada polip uterus denga infeksi
5.      Pada tumor ganas uterus.
6.      Pada salpingo ooforitis dan selulitis pelvic
c.       Parametrisis (cellulitis pelvis) adalah peradangan parametrium, jaringan penyambung
pelvis yang mengelilingi uterus.
d.       Salpingitis adalah peradangan tuba fallopi.
e.        Ooforitis adalah peradangan ovarium
f.        Myometrisis
Biasanya tidak bediri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, ,maka gejala-gejala dan
terapinya sama dengan endometritis. Diagnose hanya dapat dibuat secara patologi anatomis.
g.       Pelvioperitonitis (perimetritis)
Biasanya terjadi sbagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang-kadang terjadi
dari  endometritis atau parametritis.
Etiologi :
1.    Gonore
2.    Sepsis (pot partum dan post abortus)
3.    Dari appendicitis
      Pelvioperitonitis dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-alat dalam rongga
panggul dengan akibat perasaan nyeri atau ileus. Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
1.    Bentuk yang dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.
2.    Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses
2.7. Patofisiologi
       Terjadinya radang panggul dipengaruhi beberapa factor yang memegang peranan, yaitu :
1.         Tergangunya barier fisiologik.
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia interna, akan mengalami
hambatan :
a. Di ostium uteri eksternum.
b. Di kornu tuba.
c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-kuman pada
endometrium turut terbuang. Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-
kuman dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik. Pada keadaan tertentu barier
fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada
kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam ..
2.   Adanya organisme yang berperan sebagai vektor.
      Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba falopii.
Kuman-kuman sebagai penyebab infeksi dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang
berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba Falopii dan menimbulkan peradangan
ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk kuman-kuman
N.gonore, Ureaplasma ureoltik, C.trakomatis dan banyak kuman-kuman aerobik dan
anaerobik lainnya.
3.      Aktivitas seksual.
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.
4.      Peristiwa haid.
Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid
yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore. Periode yang paling
rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan
jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-kuman N.
gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-gejala salpingitis akut disertai panas
badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai “ Febrile Menses ”.
2.8. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan
pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan adalah:
a.    Pemeriksaan darah lengkaph lengkap untuk mengetahui adanya
peningkatan leukosit darah yang merupakan indikator dari infeksi. Leukosit normaal 5.000-
15.000/mm3, mengetahui Hb, Ht, dan jenisnya
b.    Pemeriksaan cairan dari serviks untuk
c.    Kuldosintesis
          Untuk mengetahui bahwa perdarahan yang terjadi diakibatkan oleh hemoperitoneum
(berasal dari KET yag rupture atau kista hemoragik) dapat menyebabkan sepsis pelvis
(salpingitis,abses pelvis rupture, atau appendiks yang rupture)
d.    Laparaskopi
      Adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan)
kecil di perut untuk melihat secra langsung organ didalam panggul apabila terdapat kelainan. 
e.    USG panggul
       Merupakan tindakan non invasif, guna mengetahui keadaan didalam panggul meleiputi
keadaan rahim, adanya pembesaran dan abses pada saluran tuba valopi,
2.9. Penatalaksanaan
     Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
a.    Terapi
       Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul atau tuba-ovarium,
seringkali membutuhkan perawatan duduk rendam dengan air hangat dapat menurunkan nyeri
dan meningkatkan kenyamanan serta penyembuhan. Klien sebaiknya ditidurkan pada posisi
semi Fowler untuk memungkinkan pengeluaran cairan rambas mukopurulen.
b.   Pengobatan rawat jalan.
          Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
             Obat yang diberikan ialah :
1)      Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1
hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
2)      Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama
1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau Tiamfenikol 3,5 g/sekali
sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
a)         Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
b)         Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
c)         Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
3)        Analgesik dan antipiretik.
1.          Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
2.          Metampiron 3 x 500 mg/hari.
c.   Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III. Obat
yang diberikan ialah :
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
a.         Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB
im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari
atau, Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 ghx sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g
rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.
b.      Analgesik dan antipiretik.
2.10.Komplikasi
       Peritonitis pelvis atau peritonitis merata, abses, strikur, obstruksi tuba fallopi dapat
terjadi. Obstruksi dapat menyebabkan kehamilan ektopik dimasa mendatang jika telur yang
dibuahi tidak dapat melewati tuba yang mengalami trikur. Perlekatan umum sering
menyebabkan nyeri pelvis  kronis yang akhirnya memerlukan pengangkatan uterus , tuba
fallopi, dan ovarium. Komplikasi lainnya termasuk bakterimia disertai syok septik
dan tromboflebitis dengan kemungkinan embolisasi. (Brunner & Suddarth, 2002)
      Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera ditangani atau penderita
tidak menyelesaikan periode pengobatan yang diwajibkan. Jenis komplikasi yang bisa timbul
adalah sakit panggul jangka panjang, munculnya abses, berulangnya penyakit radang panggul
pada penderita, infertilitas, dan terjadinya kehamilan ektopik.
      Radang panggul yang kembali dan menginfeksi area yang sama membuat kondisi organ
reproduksi tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa penderita radang panggul harus
menyelesaikan masa pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadi infertilitas
dan sakit panggul yang sangat mengganggu aktivitas. Infeksi berulang khususnya pada tuba
fallopi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik. Infeksi ini menyebabkan luka dan
menyempitnya tuba fallopi hingga sel telur menjadi tersangkut kemudian berkembang di
dalam tuba fallopi. Jika hal ini terus berlanjut, dapat terjadi pendarahan dalam yang
mengancam nyawa penderitanya sehingga tindakan operasi harus segera dilakukan.
2.11. Pencegahan Radang Panggul
       Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual, seperti penyakit
klamidia (chlamydia) yang kasusnya umum menimpa kalangan pria muda serta memiliki
gejala yang tidak terlihat. Infeksi ini dapat dihindari dengan menerapkan kebiasaan yang
aman saat berhubungan seksual. Kebiasaan ini dapat dimulai dengan tidak berganti-ganti
pasangan seksual dan menggunakan alat kontrasepsi kondom, spiral, dan/atau spermisida tiap
berhubungan seks. Hindari alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim jika Anda
melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan. Selain memulai kebiasaan
seksual yang sehat, Anda juga dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti
berikut:
a.  Pemeriksaan kesehatan rutin pada diri Anda dan pasangan, lakukan pemeriksaan
ginekologi maupun tes infeksi menular seksual untuk mendeteksi gejala penyakit radang
panggul atau penyakit lainnya. Makin cepat penyakit dapat terdiagnosis, maka makin besar
pula tingkat kesuksesan pengobatan.
b.  Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala radang panggul atau infeksi menular
yang tidak biasa, seperti sakit panggul berat atau perdarahan di antara periode menstruasi.
c.   Saling terbuka mengenai sejarah infeksi menular seksual dengan pasangan Anda adalah
salah satu tindakan pencegahan yang dapat menyelamatkan kesehatan bersama.
d.  Pertahankan kebiasaan kebersihan yang sehat, hindari mencuci vagina (vaginal douching)
dan bilaslah alat kelamin dari arah depan ke belakang seusai buang air untuk mencegah
bakteri masuk melalui vagina.
e.   Hindari atau pantang berhubungan seksual beberapa saat khususnya setelah persalinan,
keguguran, aborsi, atau setelah melalui prosedur ginekologi lain untuk menjaga agar kondisi
rahim tetap aman dari infeksi bakteri.
      Pencegahan radang panggul, atau pelvic inflammatory disease, akan lebih mudah
dilakukan bersama pasangan. Saling mengetahui sejarah infeksi menular seksual, informasi
penyakit menular seksual terkini, dan saling mendukung selama proses pengobatan dapat
memperlancar proses penyembuhan. Pemeriksaan dan konsultasi dokter yang rutin sangat
disarankan jika Anda sedang mengidap penyakit lain di saat bersamaan.

2.11.Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul


a.    Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan
pada regulasi temperatur
b.    Gangguan perfusi jaringan b/d sepsis akibat infeksi
c.    Disfungsi seksual b/d kesehatan seksual
d.   Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis
e.    Kurang pengetahuan b/d  kurangnya informasi
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
   A.Data Subyektif
1.    Biodata :
  a. Umur             : biasanyaa  terjadi pada usia produktif yaitu pada usia dibawah 16  tahun
b. Pekerjaan      : sering terjadi pada wanita yang berganti-ganti pasangan   (PSK)
2.      Keluhan Utama :  Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur,
kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada perut bagian bawah,
lelah, nyeri punggung bagian bawah, nafsu makan berkurang.
3.      Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.Menderita penyakit kelamin,
keputihan, menggunakan alat kontrasepsi spiral.
4.      Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.Pernah menderita
penyakit kelamin, abortus, pernah kuret, aktivitas seksual pada masa remaja, berganti-ganti
pasangan seksual, pernah mengunakan AKDR.
5.      Riwayat Kesehatan Keluarga
6.      Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Disminore, Fluor albus.
7.      Riwayat obstetric dan KB: Pernah abortus, kuretase, keguguran,Pernah atau sedang
menggunakan AKDR
8.      Riwayat menstruasi :Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar,
dismenorea,dan HPHT.                             
9.      Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan organ
reproduksi, berapa lama keluhan ibu rasakan, ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk
mengatasi keluhan itu. Seperti menanyakan apakah ibu pernah mengalami keputihan yang
berbau dan gatal, operasi yang dialami.
10.  Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami, dan keluarga
baik dari ibu maupun suami seperti : penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji
apakah ibu pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis.
B. Pemeriksaan fisik
1.      Suhu tinggi disertai takikardia
2.      Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas abdomen.
Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan
sulit dirtegakkan.
3.      Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness”, nyeri tekan
dan kekakuan otot sebelah bawah.
4.      Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai
gejala ileus paralitik.
5.      Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
6.      Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan bilateral)
7.      Daerah adneksa teraba kaku
8.      Teraba massa dengan fluktuasi
B. Data Obyektif
Pemeriksaan sistematis dan Ginekologis
      Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dan hasil
pemeriksaan dengan tehnik palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi . Pemeriksaan sistematis
ini meliputi:
1.      Pemeriksaan Kepala dan Wajah
     Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu
2.      Pemeriksaan pada leher
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe, tiroin atau
pelebaran pembluh vena.
3.      Pemeriksaan Dada dan Payudara:
Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris), warna (kemerahan atau normal),
pengeluaran, puting susu (menonjol, datar, masuk), retraksi.
4.      Pemeriksaan Abdomen:
Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen,  jaringan parut , bekas luka
operasi.
5.      Pemeriksaan Anogenital
Kaji pengeluaran pervaginam : jumlah, warna, konsistensi dan bau kaji adanya tanda-tanda
infeksi pada daerah genital, perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada genetalia,
inspikulo, dinding vagina (rugae vagina less), karsinoma. Portio.Lakukan pemeriksaan
adneksa dengan menekan daerah shympisis , apakah terasa nyeri atau tidak .
6.       Pemeriksaan Genitalia
1)   Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan
2)   Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan bimanual.
3)   Terdapat masa iflamatoris daerah pelvis
 C. Pemeriksaan penunjang
1.    Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.
2.    Urinalisis
3.    Tes kehamilan
4.    USG panggul
3.2  Diagnosa Keperawatan
a.    Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,perubahan
pada reagulasi temperatur.
b.                                          Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat
infeksi.
c.                                           Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
d.                                          Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
e.                                           Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontaak dengan
mikroorganisme
f.                                           Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
       Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
Berdasarkan diagnoksa yang telah ditemukan berikut ini adalah Definisi, Batasan
karakteristik dan faktor yang berhubungan :
Hipertermia b/d efek langsung sirkulasi
      Definisi : Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
      Batasan Karakteristik :
1)      Kulit merah
2)      Peningkatan suhu tubuh diatas normal
3)      Konvulsi
4)      Kejang
5)      Takikardi
6)      Kulit terasa hangat
7)      Takipnea
      Faktor-faktor yg berhubungan
1)                Anastesia
2)                Penurunan respirasi
3)                Dehidrasi
4)                penyakit
5)                aktivitas berlebihan
6)                trauma
Nyeri akut b/d proses infeksi
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yg tidak menyenangkan yg   muncul akibat
kerusakan jaringan yg aktual/potensial
         Batasan Karakteristik :
1)   Perubahan TD
2)   Perubahan frekwensi jantung dan pernafasan
3)   Perilaku distraksi
4)   Gangguan tidur
5)   Dilatasi pupil
6)   Melaporkan nyeri verbal
7)   Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
8)   Sikap tubh melindungi 
   Faktor yg berhubungan :
agen cidera
Disfungsi seksual b/d kesehatan seksua
       Definisi : adalah suatu kondisi yang ditandaidengan individu mengalami perubahan
fungsi seksual selama fase respon seksual hasrat,terangsangdan atau orgasmeyang dipandanf
tidak memuaskan.
Batasan karakteristik:
1)      Keterbatasan aktual akibat penyakit
2)      Persepsi keterbatan akibat penyakit
3)      Perubahan terhadap persepsi sek
Faktor yang berhubungan :
Perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit
Gangguan rasa nyaman b/d TIK meningkat
Definisi : merasa kurang senang,lega,dan sepurna dlm dimensi
fisik,psikososial,lingkungan,sosial
Batasan Karakteristik :
1)      Ansietas
2)      Menangis
3)      Gangguan pola tidur
4)      Takut
5)      Iritabilitas
6)      Melaporkan perasaan tidak nyaman
7)      Gelisah
Faktor yg berhubngan :
1)      Gejala terkait penyakit
2)      Kurang privasi
3)      Kurang kontrol situasi
4)      Kurang pengendalian lingkungan

3.4.            Intervensi NOC-NIC

No Dx.Keperawata Tujuan NOC NIC


n
1 Hipertermi b/d Setelah Thermoregulation Fever Treatment
efek langsung dilakukan
1.    monitor suhu
sirkulasi  tindakan
minimal setiap 2 jam
keperawatan a.    Suhu kulit turu
selama 1x24 (5) 2.    monitor warna
jam diharapkan dan suhu kulit
suhu pasien b.    Perubahan warna
akan turun atau kulit (5) 3.    monitor
normal TD,N,RR,dan tingkat
c.    Radang (4)
kesadaran
d.   Dehidrasi (4)
4.    monitor intake
b.    Denyut nadi dan output
radial (4)
5.    berikan
c.    Melaporkan pengobatan untuk
ketidaknyamanan mengatasi demam
panas(5)
6.    tingkatkan
sirkulasi udara
7.    kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
8.    kolaborasi
pemberian cairan
intravena dan anti
piretik

2 Nyeri akut b/d Setelah Pain Control Pain Management


proses infeksi dilakukan
asuhan
keperawatan a.    Mengenali 1.    observasi reaksi
selama 2x24 serangan nyeri (5) nonverbal dari
jam diharapkan ketidaknymanan
nyeri menurun b.    Menggambarkan
sebab akibat (5) 2.    lakukan
pengkajian nyeri
a.    Gunakan tindakan
secara komprehensif
pencegahan (5)
3.    gunakan teknik
c.    Gunakan non
komunikasi terapeutik
analgesik (5)
4.    kaji yg
a.    Laporkan
mempengaruhi nyeri
perubahan nyeri (5)
5.    ajarkan teknik
d.   Laporkan
non farmakologi
pengonntrolan nyeri
(5) 6.    tingkatkan
istirahat
7.    kontrol
lingkungan yg dapat
mempengaruhi nyeri
8.    pilih dan lakukan
penanganan nyeri
9.    kolaborasi dg
dokter jika ada
keluhan
 3 Gangguan rasa Setelah  Anxiety Level Anxiety Reduction
nyaman b/d TIK dilakukan
meningkat asuhan
keperawatan a.    Kegelisahan (5) 1.     Gunakan
selama 1x24 pendekatan yang
jam di b.    Kelelahan (5)
menenangkan
harapkan c.    Kesulitan (5)
2.     Jelaskan semua
d.   Kecemasan verbal prosedur dan apa yang
(5) dirasakan selama
prosedur
e.    Gangguan tidur
(5) 3.     Temani pasien
untuk memberikan
f.     Pusing (4)
keamanan dan
mengurangi takut
4.     Identifikasi
tingkat kecemasan
5.     Bantu pasin
mengenali situasi yg
menimbulkan
kecemasan
6.     Instruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi
7.     Kolaorasi obat
untuk mengurangi
kecemasan
4. Disfungsi Setelah Sexuality Pattern, Sexuality counseling
seksual b/d dilakukan Ineffektif
1.    membangun
kesehatan asuhan
Kriteria hasil: hubungan terapeutik
seksual keperawatan
selama 2x24 a.    Mengetahui 2.    memberikan
jam diharapkan masalah reproduksi informasi tentang
fungsi seksual
b.    kontrol resiko
penyakit mmenular 3.    diskusikan efek
dari perubahan
seksualitas pada orang
lain yang signifikan
4.    diskusikan tingkat
pengetahuan pasien
tentang seksualitas
pada umumnya..
5.        Resiko infeksi Setelah a.    Immune status Infecction Control
(sepsis) b/d dilakukan (Kontrol Infeksi)
b.   Knowledge:
hubugan dengan asuhan
infection control 1.    Cuci tangan setiap
mikroorganisme keperawatan
sebelum dan sesudah
selama 2x24 Kriteria hasil :
tindakan keperawatan
jam diharapkan
1.    Klien bebas dari
2.    Gunakan baju,
tanda dan gejala
sarung tangan sebagai
infeksi
2.    Jumlah leukosit alat pelindung
dalam batas normal
3.    Barikan terapi
3.    Menunjukkan antibiotik bila perlu
perilaku hidup sehat Infection Protection
4.    Tingkatklan
intake nutrisi
5.    Monitor hitung
granulosit, WBC
6.    Ajarkan cara
menghindari infeksi

3.4.  Evaluasi Keperawatan

1.    Klien dapat meningkatkan kesehatan di buktikan dengan bertambahnya kemampuan dan


pemahaman klien dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
2.    klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
3.    Klien memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam menigkatkan kemampuannya
dalam memelihara kesehatan.

BAB 4
PENUTUP

4.1.     Kesimpulan
Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna, yang
disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium
parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya,
secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina
dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh
bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia,
gonare, mikroplasma, stafilokokous, streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah.
Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan
terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ
perut serta menyebabkan nyeri menahun.
4.2.       Saran
Jauhi seks bebas karena itu sangat berpotensi pada PMS. Jadi lindungi diri kita  sendiri
karena masa depan yang cerah sedang menanti kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
nugroho, t., & utama, b. i. (2014). masalah kesehatan reproduksi. yogyakarta: nuha medika.
taber, b.-z. (1994). kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. jakarta: buku
kedokteran EGC.
Widyastuti, y., & Rahmawati, a. (2009). Kesehatan Reproduksi. yogyakarta: Fitramaya.
Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
Gloria, M. B., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheryl, M. W. (2013). Nursing Interventions
Classification (NIC). United States of America: ISBN:978-0-323-10011-3.
Moorhead, S., Johnson, M., Meridean, L. M., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: ISBN:978-0-323-10010-6.
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke
dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi
dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat
membahayakan jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah
menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap
tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada Division of Gynegology
Oncology, University of Florida di Jacksonville.
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk
memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran
lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri yang menyerang menembus tuba falopi, mereka
dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya
(atau tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr. Benrubi
menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang
bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang
mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul adalah 10%.
Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini
mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%. Secara
keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan
kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.
Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat
meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam
kali lipat. Alasannya: karena tuba falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul
karena infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba.
Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar kandung per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh
infeksi seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar
kandungan, demikian katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu dengan
prosentase sebesar 15% dan dengan segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling
sering terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1
wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke
dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti rahim, tuba
falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan
sangat membahayakan jiwa.

B.     Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah,
yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu
untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah
N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan
jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik
untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

Faktor Risiko:
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat
penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-
ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita
berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim).
Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti
gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:
1.      Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2.      Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
3.      Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4.      Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulaN
5.      Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko
tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila
sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.

C.    Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas
endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium
(ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis
(peritonitis). Organisme dapat menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima
cara.
1.      Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%) terjadi akibat
masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar
ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang
diketahui menyebar dengan mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis,
Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.
2.      Limfatik
Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan denngan IUD
menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma non purpuralis.
3.      Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu (misalnya
tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.
4.      Intraperitoneum
Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan intra abdomen
(misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat menyebabkan infeksi yang mengenai
sistem genetalia interna.
5.      Kontak langsung
Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi setempat dari daerah
infeksi dan nekrosis jaringan.
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu:
1.      Terganggunya barier fisiologik
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami
hambatan.
2.      Diostium uteri internum di kornu tuba Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi
endometrium maka kuman-kuman pada endometrium turut terbuang.
3.      Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara :
mekanik, biokemik dan imunologik.
Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan,
abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR):
1.      Adanya organisme yang berperang sebagai vector.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba fallopi.
Beberapa kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang
berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di
tempat tersebut. Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman – kuman N
gonerea, ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman – kuman aerobik dan
anaerobik lainnya.
2.      Aktivitas seksual
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi utrerus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman – kuman memasuki kanalis servikalis.
3.      Peristiwa Haid
Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid
yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang panggul gonore.
Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah
haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya
kuman – kuman N gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis
akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril
Menses”.

D.    Tanda dan gejala


Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini umumnya nyeri
tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah
dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari
7 hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali.
Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam,
nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu makan
berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, dan sekret vagina yang purulen.
Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi. Tuba yang tersumbat biasa membengkak dan
terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ
perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika
abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita
bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah
sehingga terjadi sepsis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
a.       Biodata
b.      Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.
c.       Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.
d.      Pemeriksaan fisik
1.      Suhu tinggi disertai takikardia
2.      Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas abdomen.
Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan
sulit dirtegakkan.
3.      Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness”, nyeri tekan
dan kekakuan otot sebelah bawah.
4.      Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai
gejala ileus paralitik.
5.      Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
e.       Pemeriksaan penunjang
1.      Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.
2.      Urinalisis
3.      Tes kehamilan
4.      USG panggul

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan
pada reagulasi temperatur.
2.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.
3.      Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
4.      Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
5.      Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.
6.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
C.    Intervensi
1.      Diagnosa : Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,
perubahan pada reagulasi temperatur.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan. Tidak
mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi Rasional
-          Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil/diaforesis Suhu 38,9° -
41,1° C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak
suhu.
-          Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi. Suhu
ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol. Dapat membantu mengurangi
demam.
-          Kolaborasi
Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol). Digunakan untuk
mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin
dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.
Berikan selimut pendingin Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari
39,5°–40° C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak.
2.      Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital stabil,
nadi perifer jelas, kulit hangat dan kering, tingkat kesadaran umum, haluaran urinarius
individu yang sesuai dan bising usus aktif.

Intervensi Rasional
-          Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan. Menurunkan beban kerja
miokard dan konsumsi O2, maksimalkan efektivitas dari perfusi jaringan.
-          Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi,dan
perubahan pada tekanan denyut. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan
mikroorganisme menyerang aliran darah, menstimulasi pelepasan, atau aktivasi dari substansi
hormonal maupun kimiawi yang umumnya menghasilkan vasodilatasi perifer, penurunan
tahapan vaskuler sistemik dan hipovolemia relatif.
-          Pantau frekuensi dan irama jantung. Bila terjadi takikardi, mengacu pada stimulasi
sekunder sistem saraf simpatis untuk menekankan respon dan untuk menggantikan kerusakan
pada hipovolumia relatif dan hipertensi.
-          Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer Pada awal nadi cepat/kuat karena
peningkatan curah jantung. Nadi dapat menjadi lemah/lambat karena hipotensi terus menerus,
penurunan curah jantung, vasokonstriksi perifer jika terjadi status syok.
-          Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.
Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari endotoksin
pada pusat pernafasan di dalam otak, dan juga perkembangan hipoksia, stres dan demam.
Pernafasan dapat menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko
kegagalan pernafasan akut.
Catat haluaran urin setiap jam dan bertat jenisnya. Penurunan haluara urin dengan
peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal yang dihubungkan
dengan perpindahan cairan dan vasokonstriksi selektif.
-          Evaluasi kaki dan tangan bagian bawah untuk pembengkakan jaringan lokal, eritema.
Stasis vena dan proses infeksi dapat menyebabkan perkembangan trombosis.
-          Catat efek obat-obatan, dan pantau tanda-tanda keracunan Dosis antibiotik masif
sering dipesankan. Hal ini memiliki efek toksik berlebihan bila perfusi hepar/ ginjal
terganggu.
-          Kolaborasi
Berikan cairan parenteral Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan
mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.
-          Pantau pemeriksaan laboratorium. Perkembangan asidosis respiratorik dan metabolik
merefleksikan kehilangan mekanisme kompensasi, misalnya penurunan perfusi ginjal dan
akumulasi asam laktat.
3.      Diagnosa : Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
Kriteria hasil : Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan
peningkatan kepuasan dengan pola seksual. Melaporkan keinginan untuk melanjutkan
aktivitas seksual.
Intervensi Rasional
-          Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan seksual, masalah
seksual Mengetahui masalah-masalah seksual yang dialami.
-          Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual. Menemukan
permasalahan seksual yang sebenarnya.
-          Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual. Memberikan
konseling aktivitas seksual yang baik dan benar.
4.      Diagnosa : Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
Kriteria hasil : Mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri dapat
mengidentifikasi dan menurunan sumber-sumber nyeri.
Intervensi Rasiona
-          Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal. Obat-obat analgesik untuk mengurangi
rasa nyeri.
-          Ajarkan teknik relaksasi. Bisa untuk mengontrol rasa nyeri.
-          Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi klien. Usaha terapeutik,
memotivasi semangat klien.
-          Berikan privasi selama prosedur tindakan. Menjaga harga diri klien.
5.      Diagnosa : Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.
Kriteria hasil : Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang benar, bebas dari
proses infeksi nasokomial selama perawatan dan memperlihatkan pengetahuan tentang fakor
resiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan pencegahan yang tepat.
Intervensi Rasional
-          Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia. Mengurangi resiko infeksi.
-          Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi Mengetahui tanda-tanda komplikasi yang
terjadi.
-          Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab, resiko-resiko pada
kekuatan penularan dari infeksi. Mengurangi infeksi silang (nosokomial).
-          Terafi antimikroba sesuai order dokter. Obat-obat antimikroba dengan dosis yang
sesuai dan sesuai dengan indikasi.
6.      Diagnosa : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria hasil : Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis, mampu
menunjukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan rasional dari tindakan dan pasien ikut
serta dalam program pengobatan.
Intervensi Rasional
-          Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan. Mengetahui kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi.
-          Berikan informasi mengenai terafi obat-obatan, interaksi, efek samping dan
pentingnya pada program.
-          Klien bisa mengerti dan mau melakukan sesuai dengan anjuran demi keberhasilan
pengobatan.
-          Tinjau faktor-faktor resiko individual dan bentuk penularan/tempat masuk infeksi.
Mengurangi infeksi nosokomial.
-          Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan. Mengurangi komplikasi penyakit.
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna, yang
disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium
parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya,
secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual. Peradangan biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke dalam
rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga
menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonare,
mikroplasma, stafilokokous, streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ
perut serta menyebabkan nyeri menahun.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Genekologi, 1981. Genekologi. Bandung: fakultas Kedokteran


Universitas Padjadjaran Bandung.

Bobak, 2005. Buku ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta: 

Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.

Glasier, Anna, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC, 2005.

Rustam, 1976. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Scott, R. James, Danford, Buku Saku Obstetri dan Genetalia. Jakarta : Widya Medika, 2002

Anda mungkin juga menyukai