BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit Inflamasi pelvis atau Pelvic Inflammatory Disease (PID) salah satu penyakit
yang terjadi pada alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba fallopi (salpingitis) dan ovarium
(ooforitis). Dan tertinggi pada wanita muda yang aktif secara seksual, biasanya disebabkan
oleh bakteri tetapi disebabkan oleh virus, jamur, atau parasit. Organisme klamidia dan
gonorea adalah penyebab yang paling mungkin dan kondisi ini dapat menyebabkan
kehamilan ektopik, infertilitas, nyeri pelvis kambuhan.
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk
memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran
lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul.
Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak
melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang
mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul adalah 10%. Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu
20%. Jika wanita ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung
menjadi 55%. Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang
pelvis menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap
tahun. Oleh karena itu untuk mengurangi angka kejadian infeksi pelvis setiap tahunnya maka
perlu di informasikan kepada masyarakat tentang pentingnya mengetahui penyakit infeksi
pelvis tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari Infeksi pelvis ?
2. Bagaimana etiologi dari Infeksi pelvis ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Infeksi pelvis ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Infeksi pelvis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari Infeksi pelvis ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi pelvis ?
1.3 Tujuan dan manfaat
1. Mengetahui pengertian dari Infeksi pelvis
2. Mengetahui penyebab-penyebabnya Infeksi pelvis
3. Mengetahui patofisiologi serta pathway dari Infeksi pelvis
4. Mengetahui manifestasi klinis dari Infeksi pelvis
5. Mengetahui penatalaksanaan Infeksi pelvis
6. Mengetahui diagnosa apa saja yang muncul dari penderita Infeksi pelvis
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi pelvis
2.2. Definisi
Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital
bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,
ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun
sebagai akibat hubungan seksual. (widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)
Infeksi pelvis meruakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan atau kondisi dimana organ-organ pelvis (uters, tuba fallopi atau
ovarium) diserang oleh mikroorganisme pathogen. Organism-organisme ini biasanya
bakteri,mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan. (Ben-zion
Taber, 1994).
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrum (otot rahim), parametrium dan rngga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari penyakit menular seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia 16-25 tahun.Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital
yang telah menyebar kedalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita,
seperti rahim, tuba fallopi dan/atau ovarium.
2.3. Etiologi
Mekanisme infeksi menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginekologi,
disebab kan oleh bakteri :
a. GO (Gonorhoe)
b. Kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococus.
c. Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit. (widyastuti, rahmawati,
& purnamaningrum, 2009)
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar keatas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau
minggu untuk seorang wania menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah Neisseria Gonorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan
dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun
vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta umenyediakan medium yang baik
untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).(widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum,
2009)
2.4. Tanda dan gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual dan muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur da kemandulan.
Infeksi menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan fibrosa yang abnormal dan diantara organ-organ perut serta menyebabkn nyeri
menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan
nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk
dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi kedalam
darah sehingga terjadi sepsis. (Nugroho & Utama, 2014)
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :
a. Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal.
b. Demam
c. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di
celana dalam)
d. Kram Karena menstruasi
e. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
f. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
g. Nyeri punggung bagian bawah
h. Kelelahan
i. Nafsu makan berkurang
j. Sering berkemih
k. Nyeri ketika berkemih
(Nugroho & Utama, 2014)
2.5. Klasifikasi PID
Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics &
Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi :
Derajat I : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium ), dengan
atau tanpa pelvio – peritonitis.
Derajat II : Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada
kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
Derajat III : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal
adanya abses tubo ovarial.
a. Endometritis adalah peradangan dari endometrium, lapisan mukosa bagian dalam uterus,
disebabkan oleh invasi bakteri. Endometrisis adalah suatu peradangan pada endometrium
yang biasanya disebakan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis paling serring
ditemukan terutama :
1. Setelah seksio sesarea
2. Partus lama atau pecah ketuban yang lama.
Penatalaksanaan pada endomettritis :
1. Pemberian antibiotia dan drainase yang memadai.
2. Pemberian cairan intra vena dan cairan elektrolit
3. Penggantia darah
4. Tirah baring dan analgesia
5. Tindakan bedah
Endometritis terdapat dua jenis yakni endometritis akut dan endometritis kronica.
a. Endometritis akut
Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi terutama terjadi pada
post partum dan post abortus.
Penyebab:
1. Infeksi gonorhoe dan infeksi pada abortus dan partus.
2. Tindakan yang dilakukan didalam uterus seperti pemasangan IUD, kuretase.
Gejala:
1. Demam
2. Lochia berbau
3. Lochia lama berdarah bahkan metrorhagia
4. Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak nyeri.
Penatalaksanaan:
Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah aga
infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya adalah :
1. Uterotonik
2. Istirahat, leta fowler
3. Antibiotika
b. Endometritis kronica
Endometritis kronica tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan microscopic ditemukan
banyak sel-sel plasma dan limfosit.
Gejala :
1. Leukorea
2. Kelainan haid seperti menorhagie dan metrorhagie.
Pengobatnnya terantung pada penyebabnya endomtritis kronika ditemukan :
1. Pada tuberculosis
2. Pada sisa-sisa abortus atau partus yang tertinggal
3. Terdapat corpus alineum di kavum uteri.
4. Pada polip uterus denga infeksi
5. Pada tumor ganas uterus.
6. Pada salpingo ooforitis dan selulitis pelvic
c. Parametrisis (cellulitis pelvis) adalah peradangan parametrium, jaringan penyambung
pelvis yang mengelilingi uterus.
d. Salpingitis adalah peradangan tuba fallopi.
e. Ooforitis adalah peradangan ovarium
f. Myometrisis
Biasanya tidak bediri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, ,maka gejala-gejala dan
terapinya sama dengan endometritis. Diagnose hanya dapat dibuat secara patologi anatomis.
g. Pelvioperitonitis (perimetritis)
Biasanya terjadi sbagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang-kadang terjadi
dari endometritis atau parametritis.
Etiologi :
1. Gonore
2. Sepsis (pot partum dan post abortus)
3. Dari appendicitis
Pelvioperitonitis dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-alat dalam rongga
panggul dengan akibat perasaan nyeri atau ileus. Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
1. Bentuk yang dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.
2. Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses
2.7. Patofisiologi
Terjadinya radang panggul dipengaruhi beberapa factor yang memegang peranan, yaitu :
1. Tergangunya barier fisiologik.
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia interna, akan mengalami
hambatan :
a. Di ostium uteri eksternum.
b. Di kornu tuba.
c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-kuman pada
endometrium turut terbuang. Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-
kuman dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik. Pada keadaan tertentu barier
fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada
kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam ..
2. Adanya organisme yang berperan sebagai vektor.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba falopii.
Kuman-kuman sebagai penyebab infeksi dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang
berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba Falopii dan menimbulkan peradangan
ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk kuman-kuman
N.gonore, Ureaplasma ureoltik, C.trakomatis dan banyak kuman-kuman aerobik dan
anaerobik lainnya.
3. Aktivitas seksual.
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.
4. Peristiwa haid.
Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid
yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore. Periode yang paling
rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan
jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-kuman N.
gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-gejala salpingitis akut disertai panas
badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai “ Febrile Menses ”.
2.8. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan
pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah lengkaph lengkap untuk mengetahui adanya
peningkatan leukosit darah yang merupakan indikator dari infeksi. Leukosit normaal 5.000-
15.000/mm3, mengetahui Hb, Ht, dan jenisnya
b. Pemeriksaan cairan dari serviks untuk
c. Kuldosintesis
Untuk mengetahui bahwa perdarahan yang terjadi diakibatkan oleh hemoperitoneum
(berasal dari KET yag rupture atau kista hemoragik) dapat menyebabkan sepsis pelvis
(salpingitis,abses pelvis rupture, atau appendiks yang rupture)
d. Laparaskopi
Adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan)
kecil di perut untuk melihat secra langsung organ didalam panggul apabila terdapat kelainan.
e. USG panggul
Merupakan tindakan non invasif, guna mengetahui keadaan didalam panggul meleiputi
keadaan rahim, adanya pembesaran dan abses pada saluran tuba valopi,
2.9. Penatalaksanaan
Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
a. Terapi
Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul atau tuba-ovarium,
seringkali membutuhkan perawatan duduk rendam dengan air hangat dapat menurunkan nyeri
dan meningkatkan kenyamanan serta penyembuhan. Klien sebaiknya ditidurkan pada posisi
semi Fowler untuk memungkinkan pengeluaran cairan rambas mukopurulen.
b. Pengobatan rawat jalan.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
Obat yang diberikan ialah :
1) Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1
hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
2) Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama
1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau Tiamfenikol 3,5 g/sekali
sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
a) Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
b) Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
c) Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
3) Analgesik dan antipiretik.
1. Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
2. Metampiron 3 x 500 mg/hari.
c. Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III. Obat
yang diberikan ialah :
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
a. Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB
im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari
atau, Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 ghx sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g
rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.
b. Analgesik dan antipiretik.
2.10.Komplikasi
Peritonitis pelvis atau peritonitis merata, abses, strikur, obstruksi tuba fallopi dapat
terjadi. Obstruksi dapat menyebabkan kehamilan ektopik dimasa mendatang jika telur yang
dibuahi tidak dapat melewati tuba yang mengalami trikur. Perlekatan umum sering
menyebabkan nyeri pelvis kronis yang akhirnya memerlukan pengangkatan uterus , tuba
fallopi, dan ovarium. Komplikasi lainnya termasuk bakterimia disertai syok septik
dan tromboflebitis dengan kemungkinan embolisasi. (Brunner & Suddarth, 2002)
Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera ditangani atau penderita
tidak menyelesaikan periode pengobatan yang diwajibkan. Jenis komplikasi yang bisa timbul
adalah sakit panggul jangka panjang, munculnya abses, berulangnya penyakit radang panggul
pada penderita, infertilitas, dan terjadinya kehamilan ektopik.
Radang panggul yang kembali dan menginfeksi area yang sama membuat kondisi organ
reproduksi tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa penderita radang panggul harus
menyelesaikan masa pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadi infertilitas
dan sakit panggul yang sangat mengganggu aktivitas. Infeksi berulang khususnya pada tuba
fallopi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik. Infeksi ini menyebabkan luka dan
menyempitnya tuba fallopi hingga sel telur menjadi tersangkut kemudian berkembang di
dalam tuba fallopi. Jika hal ini terus berlanjut, dapat terjadi pendarahan dalam yang
mengancam nyawa penderitanya sehingga tindakan operasi harus segera dilakukan.
2.11. Pencegahan Radang Panggul
Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual, seperti penyakit
klamidia (chlamydia) yang kasusnya umum menimpa kalangan pria muda serta memiliki
gejala yang tidak terlihat. Infeksi ini dapat dihindari dengan menerapkan kebiasaan yang
aman saat berhubungan seksual. Kebiasaan ini dapat dimulai dengan tidak berganti-ganti
pasangan seksual dan menggunakan alat kontrasepsi kondom, spiral, dan/atau spermisida tiap
berhubungan seks. Hindari alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim jika Anda
melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan. Selain memulai kebiasaan
seksual yang sehat, Anda juga dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti
berikut:
a. Pemeriksaan kesehatan rutin pada diri Anda dan pasangan, lakukan pemeriksaan
ginekologi maupun tes infeksi menular seksual untuk mendeteksi gejala penyakit radang
panggul atau penyakit lainnya. Makin cepat penyakit dapat terdiagnosis, maka makin besar
pula tingkat kesuksesan pengobatan.
b. Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala radang panggul atau infeksi menular
yang tidak biasa, seperti sakit panggul berat atau perdarahan di antara periode menstruasi.
c. Saling terbuka mengenai sejarah infeksi menular seksual dengan pasangan Anda adalah
salah satu tindakan pencegahan yang dapat menyelamatkan kesehatan bersama.
d. Pertahankan kebiasaan kebersihan yang sehat, hindari mencuci vagina (vaginal douching)
dan bilaslah alat kelamin dari arah depan ke belakang seusai buang air untuk mencegah
bakteri masuk melalui vagina.
e. Hindari atau pantang berhubungan seksual beberapa saat khususnya setelah persalinan,
keguguran, aborsi, atau setelah melalui prosedur ginekologi lain untuk menjaga agar kondisi
rahim tetap aman dari infeksi bakteri.
Pencegahan radang panggul, atau pelvic inflammatory disease, akan lebih mudah
dilakukan bersama pasangan. Saling mengetahui sejarah infeksi menular seksual, informasi
penyakit menular seksual terkini, dan saling mendukung selama proses pengobatan dapat
memperlancar proses penyembuhan. Pemeriksaan dan konsultasi dokter yang rutin sangat
disarankan jika Anda sedang mengidap penyakit lain di saat bersamaan.
3.1 Pengkajian
A.Data Subyektif
1. Biodata :
a. Umur : biasanyaa terjadi pada usia produktif yaitu pada usia dibawah 16 tahun
b. Pekerjaan : sering terjadi pada wanita yang berganti-ganti pasangan (PSK)
2. Keluhan Utama : Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur,
kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada perut bagian bawah,
lelah, nyeri punggung bagian bawah, nafsu makan berkurang.
3. Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.Menderita penyakit kelamin,
keputihan, menggunakan alat kontrasepsi spiral.
4. Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.Pernah menderita
penyakit kelamin, abortus, pernah kuret, aktivitas seksual pada masa remaja, berganti-ganti
pasangan seksual, pernah mengunakan AKDR.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Disminore, Fluor albus.
7. Riwayat obstetric dan KB: Pernah abortus, kuretase, keguguran,Pernah atau sedang
menggunakan AKDR
8. Riwayat menstruasi :Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar,
dismenorea,dan HPHT.
9. Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan organ
reproduksi, berapa lama keluhan ibu rasakan, ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk
mengatasi keluhan itu. Seperti menanyakan apakah ibu pernah mengalami keputihan yang
berbau dan gatal, operasi yang dialami.
10. Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami, dan keluarga
baik dari ibu maupun suami seperti : penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji
apakah ibu pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis.
B. Pemeriksaan fisik
1. Suhu tinggi disertai takikardia
2. Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas abdomen.
Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan
sulit dirtegakkan.
3. Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness”, nyeri tekan
dan kekakuan otot sebelah bawah.
4. Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai
gejala ileus paralitik.
5. Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
6. Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan bilateral)
7. Daerah adneksa teraba kaku
8. Teraba massa dengan fluktuasi
B. Data Obyektif
Pemeriksaan sistematis dan Ginekologis
Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dan hasil
pemeriksaan dengan tehnik palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi . Pemeriksaan sistematis
ini meliputi:
1. Pemeriksaan Kepala dan Wajah
Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu
2. Pemeriksaan pada leher
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe, tiroin atau
pelebaran pembluh vena.
3. Pemeriksaan Dada dan Payudara:
Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris), warna (kemerahan atau normal),
pengeluaran, puting susu (menonjol, datar, masuk), retraksi.
4. Pemeriksaan Abdomen:
Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen, jaringan parut , bekas luka
operasi.
5. Pemeriksaan Anogenital
Kaji pengeluaran pervaginam : jumlah, warna, konsistensi dan bau kaji adanya tanda-tanda
infeksi pada daerah genital, perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada genetalia,
inspikulo, dinding vagina (rugae vagina less), karsinoma. Portio.Lakukan pemeriksaan
adneksa dengan menekan daerah shympisis , apakah terasa nyeri atau tidak .
6. Pemeriksaan Genitalia
1) Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan
2) Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan bimanual.
3) Terdapat masa iflamatoris daerah pelvis
C. Pemeriksaan penunjang
1. Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.
2. Urinalisis
3. Tes kehamilan
4. USG panggul
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,perubahan
pada reagulasi temperatur.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat
infeksi.
c. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
d. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
e. Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontaak dengan
mikroorganisme
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
Berdasarkan diagnoksa yang telah ditemukan berikut ini adalah Definisi, Batasan
karakteristik dan faktor yang berhubungan :
Hipertermia b/d efek langsung sirkulasi
Definisi : Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
Batasan Karakteristik :
1) Kulit merah
2) Peningkatan suhu tubuh diatas normal
3) Konvulsi
4) Kejang
5) Takikardi
6) Kulit terasa hangat
7) Takipnea
Faktor-faktor yg berhubungan
1) Anastesia
2) Penurunan respirasi
3) Dehidrasi
4) penyakit
5) aktivitas berlebihan
6) trauma
Nyeri akut b/d proses infeksi
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yg tidak menyenangkan yg muncul akibat
kerusakan jaringan yg aktual/potensial
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan TD
2) Perubahan frekwensi jantung dan pernafasan
3) Perilaku distraksi
4) Gangguan tidur
5) Dilatasi pupil
6) Melaporkan nyeri verbal
7) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
8) Sikap tubh melindungi
Faktor yg berhubungan :
agen cidera
Disfungsi seksual b/d kesehatan seksua
Definisi : adalah suatu kondisi yang ditandaidengan individu mengalami perubahan
fungsi seksual selama fase respon seksual hasrat,terangsangdan atau orgasmeyang dipandanf
tidak memuaskan.
Batasan karakteristik:
1) Keterbatasan aktual akibat penyakit
2) Persepsi keterbatan akibat penyakit
3) Perubahan terhadap persepsi sek
Faktor yang berhubungan :
Perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit
Gangguan rasa nyaman b/d TIK meningkat
Definisi : merasa kurang senang,lega,dan sepurna dlm dimensi
fisik,psikososial,lingkungan,sosial
Batasan Karakteristik :
1) Ansietas
2) Menangis
3) Gangguan pola tidur
4) Takut
5) Iritabilitas
6) Melaporkan perasaan tidak nyaman
7) Gelisah
Faktor yg berhubngan :
1) Gejala terkait penyakit
2) Kurang privasi
3) Kurang kontrol situasi
4) Kurang pengendalian lingkungan
3.4. Intervensi NOC-NIC
3.4. Evaluasi Keperawatan
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna, yang
disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium
parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya,
secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina
dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh
bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia,
gonare, mikroplasma, stafilokokous, streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah.
Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan
terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ
perut serta menyebabkan nyeri menahun.
4.2. Saran
Jauhi seks bebas karena itu sangat berpotensi pada PMS. Jadi lindungi diri kita sendiri
karena masa depan yang cerah sedang menanti kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
nugroho, t., & utama, b. i. (2014). masalah kesehatan reproduksi. yogyakarta: nuha medika.
taber, b.-z. (1994). kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. jakarta: buku
kedokteran EGC.
Widyastuti, y., & Rahmawati, a. (2009). Kesehatan Reproduksi. yogyakarta: Fitramaya.
Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
Gloria, M. B., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheryl, M. W. (2013). Nursing Interventions
Classification (NIC). United States of America: ISBN:978-0-323-10011-3.
Moorhead, S., Johnson, M., Meridean, L. M., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: ISBN:978-0-323-10010-6.
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke
dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi
dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat
membahayakan jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah
menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap
tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada Division of Gynegology
Oncology, University of Florida di Jacksonville.
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk
memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran
lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri yang menyerang menembus tuba falopi, mereka
dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya
(atau tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr. Benrubi
menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang
bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang
mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul adalah 10%.
Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini
mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%. Secara
keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan
kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.
Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat
meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam
kali lipat. Alasannya: karena tuba falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul
karena infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba.
Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar kandung per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh
infeksi seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar
kandungan, demikian katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu dengan
prosentase sebesar 15% dan dengan segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling
sering terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1
wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke
dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti rahim, tuba
falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan
sangat membahayakan jiwa.
B. Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah,
yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu
untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah
N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan
jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik
untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Faktor Risiko:
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat
penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-
ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita
berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim).
Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti
gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:
1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulaN
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko
tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila
sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.
C. Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas
endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium
(ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis
(peritonitis). Organisme dapat menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima
cara.
1. Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%) terjadi akibat
masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar
ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang
diketahui menyebar dengan mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis,
Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.
2. Limfatik
Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan denngan IUD
menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma non purpuralis.
3. Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu (misalnya
tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.
4. Intraperitoneum
Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan intra abdomen
(misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat menyebabkan infeksi yang mengenai
sistem genetalia interna.
5. Kontak langsung
Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi setempat dari daerah
infeksi dan nekrosis jaringan.
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu:
1. Terganggunya barier fisiologik
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami
hambatan.
2. Diostium uteri internum di kornu tuba Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi
endometrium maka kuman-kuman pada endometrium turut terbuang.
3. Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara :
mekanik, biokemik dan imunologik.
Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan,
abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR):
1. Adanya organisme yang berperang sebagai vector.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba fallopi.
Beberapa kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang
berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di
tempat tersebut. Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman – kuman N
gonerea, ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman – kuman aerobik dan
anaerobik lainnya.
2. Aktivitas seksual
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi utrerus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman – kuman memasuki kanalis servikalis.
3. Peristiwa Haid
Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid
yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang panggul gonore.
Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah
haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya
kuman – kuman N gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis
akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril
Menses”.
A. Pengkajian
a. Biodata
b. Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.
c. Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.
d. Pemeriksaan fisik
1. Suhu tinggi disertai takikardia
2. Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas abdomen.
Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan
sulit dirtegakkan.
3. Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness”, nyeri tekan
dan kekakuan otot sebelah bawah.
4. Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai
gejala ileus paralitik.
5. Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.
2. Urinalisis
3. Tes kehamilan
4. USG panggul
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan
pada reagulasi temperatur.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.
3. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
4. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
5. Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi
1. Diagnosa : Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,
perubahan pada reagulasi temperatur.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan. Tidak
mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi Rasional
- Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil/diaforesis Suhu 38,9° -
41,1° C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak
suhu.
- Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi. Suhu
ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol. Dapat membantu mengurangi
demam.
- Kolaborasi
Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol). Digunakan untuk
mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin
dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.
Berikan selimut pendingin Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari
39,5°–40° C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak.
2. Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital stabil,
nadi perifer jelas, kulit hangat dan kering, tingkat kesadaran umum, haluaran urinarius
individu yang sesuai dan bising usus aktif.
Intervensi Rasional
- Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan. Menurunkan beban kerja
miokard dan konsumsi O2, maksimalkan efektivitas dari perfusi jaringan.
- Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi,dan
perubahan pada tekanan denyut. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan
mikroorganisme menyerang aliran darah, menstimulasi pelepasan, atau aktivasi dari substansi
hormonal maupun kimiawi yang umumnya menghasilkan vasodilatasi perifer, penurunan
tahapan vaskuler sistemik dan hipovolemia relatif.
- Pantau frekuensi dan irama jantung. Bila terjadi takikardi, mengacu pada stimulasi
sekunder sistem saraf simpatis untuk menekankan respon dan untuk menggantikan kerusakan
pada hipovolumia relatif dan hipertensi.
- Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer Pada awal nadi cepat/kuat karena
peningkatan curah jantung. Nadi dapat menjadi lemah/lambat karena hipotensi terus menerus,
penurunan curah jantung, vasokonstriksi perifer jika terjadi status syok.
- Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.
Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari endotoksin
pada pusat pernafasan di dalam otak, dan juga perkembangan hipoksia, stres dan demam.
Pernafasan dapat menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko
kegagalan pernafasan akut.
Catat haluaran urin setiap jam dan bertat jenisnya. Penurunan haluara urin dengan
peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal yang dihubungkan
dengan perpindahan cairan dan vasokonstriksi selektif.
- Evaluasi kaki dan tangan bagian bawah untuk pembengkakan jaringan lokal, eritema.
Stasis vena dan proses infeksi dapat menyebabkan perkembangan trombosis.
- Catat efek obat-obatan, dan pantau tanda-tanda keracunan Dosis antibiotik masif
sering dipesankan. Hal ini memiliki efek toksik berlebihan bila perfusi hepar/ ginjal
terganggu.
- Kolaborasi
Berikan cairan parenteral Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan
mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.
- Pantau pemeriksaan laboratorium. Perkembangan asidosis respiratorik dan metabolik
merefleksikan kehilangan mekanisme kompensasi, misalnya penurunan perfusi ginjal dan
akumulasi asam laktat.
3. Diagnosa : Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
Kriteria hasil : Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan
peningkatan kepuasan dengan pola seksual. Melaporkan keinginan untuk melanjutkan
aktivitas seksual.
Intervensi Rasional
- Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan seksual, masalah
seksual Mengetahui masalah-masalah seksual yang dialami.
- Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual. Menemukan
permasalahan seksual yang sebenarnya.
- Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual. Memberikan
konseling aktivitas seksual yang baik dan benar.
4. Diagnosa : Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
Kriteria hasil : Mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri dapat
mengidentifikasi dan menurunan sumber-sumber nyeri.
Intervensi Rasiona
- Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal. Obat-obat analgesik untuk mengurangi
rasa nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi. Bisa untuk mengontrol rasa nyeri.
- Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi klien. Usaha terapeutik,
memotivasi semangat klien.
- Berikan privasi selama prosedur tindakan. Menjaga harga diri klien.
5. Diagnosa : Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.
Kriteria hasil : Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang benar, bebas dari
proses infeksi nasokomial selama perawatan dan memperlihatkan pengetahuan tentang fakor
resiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan pencegahan yang tepat.
Intervensi Rasional
- Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia. Mengurangi resiko infeksi.
- Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi Mengetahui tanda-tanda komplikasi yang
terjadi.
- Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab, resiko-resiko pada
kekuatan penularan dari infeksi. Mengurangi infeksi silang (nosokomial).
- Terafi antimikroba sesuai order dokter. Obat-obat antimikroba dengan dosis yang
sesuai dan sesuai dengan indikasi.
6. Diagnosa : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria hasil : Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis, mampu
menunjukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan rasional dari tindakan dan pasien ikut
serta dalam program pengobatan.
Intervensi Rasional
- Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan. Mengetahui kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi.
- Berikan informasi mengenai terafi obat-obatan, interaksi, efek samping dan
pentingnya pada program.
- Klien bisa mengerti dan mau melakukan sesuai dengan anjuran demi keberhasilan
pengobatan.
- Tinjau faktor-faktor resiko individual dan bentuk penularan/tempat masuk infeksi.
Mengurangi infeksi nosokomial.
- Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan. Mengurangi komplikasi penyakit.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna, yang
disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium
parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya,
secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual. Peradangan biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke dalam
rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga
menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonare,
mikroplasma, stafilokokous, streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ
perut serta menyebabkan nyeri menahun.
DAFTAR PUSTAKA
Glasier, Anna, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC, 2005.
Scott, R. James, Danford, Buku Saku Obstetri dan Genetalia. Jakarta : Widya Medika, 2002