Anda di halaman 1dari 111

ILMU BIOMEDIK

DASAR
STIKES KESEHATAN BARU PRODI D III
KEPERAWATAN DOLOKSANGGUL TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

MODUL

METODOLOGI KEPERAWATAN

Penanggung Jawab :
WINTA M BATUBARA, S.KEP,NS,MKM

Tim Penyusun :
Winta M. Batubara S.Kep,Ns MKM
Lidia E Silaban, S.Kep, Ns

Disahkan pada tanggal : 20 Feberuari

2020 Mengetahui;

KA. PRODI D3 KEPERAWATANSTIKES


KESEHATAN BARU

Winta M Batubara, S.Kep, Ns, MKM


i

DAFTAR ISI
Daftar i

BAB I tinjauan mata kuliah 1


A. Deskripsi mata kuliah 1
B. Tujuan pembelajaran 1
C. Capaian pembelajaran 1
D. Bahan kajian 2
E. Petunjuk penggunaan modul 2
F. Pengalaman belajar mahasiswa 3
G. Norma akademik 4

BAB III MATERI PEMBELAJARAN 6


MODUL I Konsep Berpikir Kritis dan Pengambilan keputusan 6
A. Konsep berpikir Kritis 6
1.d e f i n i s i 6
2. Tujuan dan hasil akhir 6
B. Eksper Thinking 6
C. Pengembangan Clinical Judgment 7
F. Latihan 8
G. Ringkasan 8
H. Tes 9
Modul 2 Konsep Berpikir Kritis dan Pengambilan keputusan 11
1. Langkah-langkah metode ilmiah 11
2. Peran Perawat dalam riset keperawatan 11
3. Penelitian dalam praktik keperawatan 12
c. Latihan 20
d. Ringkasan 20
MODUL 3 Konsep Proses Keperawatan 23
1. Pengertian Proses Keperawatan 24
2. Tahapan Proses Keperawatan 24
a. Latihan 30
b. Ringkasan 31
MODUL 4 Konsep Proses Keperawatan 34
1. Manfaat Proses Keperawatan 34
2. Proses keperawatan sebagai metode penyelesaian masalah 34
3. perbandingan metode ilmiah dan proses keperawatan 34
a. Ringkasan 46
b. Latihan 46
MODUL 5 KonsepTeori Memiliki dan dimiliki 50
1. Konsep memiliki dan dimiliki 51
2. Konsep teori septic dan aseptic 51
e. Latihan 53
f. Ringkasan 53
MODUL 6 Konsep Kebutuhan Harga Diri 54
1. Konsep Kebutuhan harga diri 54
2. SOP Mengganti baju pasien 54
7. Ringkasan 57
MODUL 7 KONSEP KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI 60
1. Konsep kebutuhan aktualisasi diri 61
2. SOP Kateter 67
3. Ringkasan 67
MODUL 8 Faktor Yang Mempengengaruhi pemenuhan Kebutuhan Nutrisi 70
1. faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi 71
2. SOP pemasangninfus infus dan perbolus 73
3. Ringkasan 74
4. Latihan 75
MODUL 9 Konsep Kebutuhan Cinta Mencintai 75
1. Konsep Kebutuhan Cinta Mencintai 76
2. SOP Pengumpulan Sputum 76
3. Ringkasan 78
MODUL 10 Konsep Stress dan Adaptasi 78
1. Konsep Stress dan adaptasi 79
2. SOP Latihan Fisik 80
3. Latihan 80

MODUL 11 Tehnik Pemberian Obat 81

1.Tehnik Pemberian Obat 81

2. SOP memberikan Obat 84

MODUL 12 Konsep Dasar EKG, RJP 90

1.Konsep Dasar EKG, RJP 93

2.SOP Pemasangan EKG 95

MODUL 13Konsep Kebutuhan Oksigen 100

1.Konsep Kebutuhan Oksigen 101

2.SOP Menghitung Pernafasan 105


1

BAB I
TINJAUAN MATA KULIAH
A. Deskpripsi mata kuliah
Mata kuliah ini adalah dasar program studi yang setelah menyelesaikan
mata kuliah ini mahasiswa akan mampu mengetahui tentang konsep
keperawatan dasar dan bagaimana SOP dari tindakan keperawatan
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini adalah untuk mencapai:
a.Aspek hars skills
kognitif:
Mengingat,Memahami, Mengaplikasikan,Menganalisis
PSikomotor :
Mengamati, Mempraktekkan, Memodifikasi
b. Aspek soft skills
berpikir kreatis, berpikir kritis, berpikir analitis, berpikir inovatif,
mampu mengatur waktu, berargumen logis, mandiri, dapat mengatasi
stress, Memahami Keterbatasan diri, Kepemimpinan,Kerja dalam tim,
komunikasi lisan,memasarkan diri, sinergi negosiasi,
fleksibel,adaptasi,tanggung jawab, berbiara di depan umum,
memilikisensitivtas budaya.
C. Bahan Kajian
1. Konsep Berpikir Kritis I
2. Konsep Berpikir kritis II
3. Konsep Proses Keperawatan I
4. Konsep Proses Keperawatan II
5. Konsep Proses Keperawatan III
6. Pengkajian Keperawatan
7. Diagnosa Keperawatan
8. Perencanaan Keperawatan I
9. Perencanaan KeperawatanII
10. Implementasi Keperawata
11. Evaluasi Asuhan Keperawatan
12. Aplikasi Proses Keperawatan sebagai metode ilmiah dalam
asuhan keperawtan
13. Aplikasi proses keperawatan sebgai metode ilmiah dalam
asuhan keperawatan I
14. Aplikasi proses keperawatan sebgai metode ilmiah dalam
asuhan keperawatan II
D. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Bagi Mahasiswa
Petunjuk Bagi Mahasiswa untuk memperoleh hasil belajar seara
maksimal, dalam menggunakan modul ini maka langkah-langkah yang
perlu dilaksanakan antara lain:
a. Baalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang
ada pada masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang
kurag jelas, mahasiswa dapat bertanya pada dosen atau
instruktu yang mengampu kegiatan belajar.
b. Kerjakan setiap tugas formatis (soal latihan) untuk mengetahui
seberapa besar peahaman yang telah dimiliki terhadap materi-
materi yang dibahas dalam setiap kegiatan belajar.

Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari terori dan praktik, perhatikanlah
hal-hal berikut ini :1)perhatikan pentunjuk-petunjuk keselamatan kerja
yang berlaku. 2)pahami setiap langkah kerja (prosedur praktikum) dengan
baik.3) sebelum melaksanakan praktikum, identifikasi (tentukan) peralatan
dan bahan yang diperlukan dengan cermat. 4). Gunakan alat sesuai
prosedur pemakaian yang benar. 5). Untuk melakukan kegiatan praktikum
yang belum jelas, harus meminta ijin dosen atau instruktur terlebih dahulu.
6). Setelah selesai, kembalikan alat dan bahan ke tempat semula
a. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan
belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada dosen atau instruktur yang
mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.
2. Petunjuk Bagi Dosen
Dalam setiap kegiatan belajar dosen atau instruktur berperan untuk :
a. Membantu mahasiswa dalam merencanakan proses belajar
b. Membimbing mahasiswa melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam
tahap belajar
c. Membantu mahasiswa dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab
pertanyaan mahasiswa mengenai proses belajar mahasiswa
d. Membantu mahasiswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan
f. Merencanakan seorang ahli / pendamping dosen dari tempat kerja untuk
membantu jika diperlukan.
A. Pengalaman Belajar Mahasiswa
Pengalaman Belajar Mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugas
yang harus dikerjakan oleh mahasiswa dalam RTM adalah bentuk kegiatan
belajar mahasiswa yang dipilih agar mahasiswa mampu mencapai
kemampuan yang diharapkan disetiap tahapan pembelajaran.
Proses ini termasuk didalamnya kegiatan asesmen proses dan hasil
belajar mahasiswa. Deskripsi Tugas :
▪ Tugas mandiri dari hasil tutorial
▪ Tugas Pleno
▪ Tugas Skills Lab
▪ Tugas Diskusi topik
▪ Tugas
Kuliah
Pengantar
Asesmen
Proses :
▪ Penilaian Diskusi Pleno
▪ Penilaian Proses Tutorial
▪ Penilaian hasil diskusi kelompok/topik
▪ Penilaian Tugas Skills Lab
▪ Penilaian
Tugas Kuliah
Pengantar Asesmen
hasil Belajar :
▪ Ujian UTS DAN UAS
▪ Ujian keterampilan/Skills Lab
▪ Ujian OSCE
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian tulis/praktikum harus mengikuti
persyaratan berikut
:
a. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi tutorial 85%
b. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi pleno 85%
c. Minimal kehadiran dalam kegiatan keterampilan klinik 85%
d. Minimal kehadiran dalam kegiatan praktikum 85%
e. Minimal kehadiran dalam kegiatan Kuliah Pengantar 80%
Apabila tidak lulus dalam ujian tulis, mahasiswa mendapat kesempatan
untuk ujian remedial satu kali pada akhir tahun akademik yang
bersangkutan. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus
mengulang mata kuliah
B. Norma Akademik
1. Kehadiran mahasiswa dalam kuliah tatap muka minimal 85% dari total
pertemuan kuliah yang terlaksana.
2. Kegiatan pembelajaran sesuai jadwal resmi dan jika terjadi perubahan
ditetapkan bersama antara dosen dan mahasiswa.
3. Toleransi keterlambatan 10 menit.
4. Selama proses pembelajaran berlangsung laptop dimatikan. Kecuali, atas ijin
dosen pengajar.
5. Pengumpulan tugas ditetapkan sesuai jadwal
6. Yang berhalangan hadir karena sakit (harus ada keterangan sakit/surat
pemberitahuan sakit) dan halangan lainnya harus menghubungi dosen sebelum
perkuliahan atau ijin disampaikan oleh wali.
7. Memakai seragam dan bersepatu dalam perkuliahan (dilarang menggunakan kaos
kaki berwarna saat perkuliahan).
8. Kecurangan dalam ujian, nilai mata kuliah yang bersangkutan nol.
Topik 1

Konsep Dasar Metabolisme Tubuh, Metabolisme Karbohidrat, Metabolisme


Protein, Metabolisme Lipid, Metabolisme Asam Amino, Metabolisme Mineral
A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, mahasiswa mampu memahami konsep dasar


metabolisme tubuh, metabolisme karbohidrat, metabolisme protein, metabolisme lipid,
metabolisme asam amino, metabolisme mineral.

2. Khusus

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :

Menjelaskan konsep dasar metabolisme tubuh, metabolisme karbohidrat, metabolisme


protein, metabolisme lipid, metabolisme asam amino, metabolisme mineral.

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 1 ini adalah :
Defenisi konsep dasar metabolisme tubuh, metabolisme karbohidrat, metabolisme
protein, metabolisme lipid, metabolisme asam amino, metabolisme mineral.

C. URAIAN MATERI

1. Definisi Konsep Dasar Metabolisme Tubuh

Metabolisme tubuh merupakan proses kimia yang terjadi di dalam


sel tubuh untuk mengubah makanan dan minuman yang Anda konsumsi
menjadi energi. Energi dibutuhkan oleh tubuh agar sel dan jaringan
tubuh tetap sehat, tumbuh dan berkembang, serta fungsinya berjalan
dengan baik.

Metabolisme tubuh bekerja melalui dua proses, yaitu katabolisme dan


anabolisme, yang berlangsung secara bersamaan. Berikut ini adalah
penjelasannya:
 Katabolisme
Katabolisme adalah proses pengolahan dan pemecahan nutrisi serta pembakaran kalori
dari makanan untuk kemudian digunakan oleh tubuh sebagai energi. Melalui proses
metabolisme, kandungan protein di dalam makanan dan minuman diubah menjadi asam
amino, lemak diubah menjadi asam lemak, dan karbohidrat diubah menjadi gula
sederhana (glukosa).
Selanjutnya, tubuh akan menggunakan gula, asam amino, dan asam lemak sebagai
sumber energi saat dibutuhkan. Zat-zat tersebut diserap dari sistem pencernaan ke
dalam darah dan didistribusikan ke sel-sel tubuh. Proses metabolisme gula menjadi
energi disebut glikolisis.

 Anabolisme
Anabolisme merupakan proses memperbarui dan memperbaiki sel-sel tubuh melaui
pembakaran kalori menggunakan energi yang dihasilkan tubuh melalui proses
katabolisme.
Jika Anda mengonsumsi lebih banyak kalori dari makanan atau minuman, maka tubuh
akan menyimpan kelebihan energi yang dihasilkan sebagai jaringan lemak.

Hal-Hal yang Memengaruhi Metabolisme Tubuh


Tingkat metabolisme atau seberapa banyak kalori yang dibakar oleh tubuh untuk
menghasilkan energi umumnya berbeda-beda pada setiap orang. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:

2. Defenisi Metabolisme Karbohidrat

3. Defenisi Metabolisme Protein


Proses penguraian protein dalam tubuh meliputi reaksi deaminasi, dekarboksilasi
dan transaminasi. Proses ini juga berkaitan dengan siklus urea, beberapa biosintesis
asam-asam amino dan bagaimana keterkaitan antara metabolisme protein dengan
metabolisme karbohidrat dan lipid ( Murray, 2001).

Hati merupakan organ tubuh di mana terjadi reaksi katabolisme maupun


anabolisme protein. Asam-asam amino yang terbentuk dibawa oleh darah ke dalam
jaringan untuk digunakan. Proses anabolik maupun katabolik juga terjadi dalam
jaringan di luar hati. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber
yaitu absorpsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel, dan hasil
sintesis asam amino dalam sel. Banyaknya asam amino dalam darah tergantung pada
keseimbangan antara pembentukan asam amino dan penggunaannya. Bila  kelebihan
asam amino dari jumlah yang digunakan untuk biosintesis protein, maka kelebihan
asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat masuk ke dalam siklus asam
sitrat atau diubah menjadi urea. Hati berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam
amino dalam darah (Stryer, 2000)

Dalam tubuh kita, protein mengalami perubahan-perubahan tertentu dengan


kecepatan yang berbeda untuk tiap protein. Protein dalam darah, hati dan organ tubuh
lain mempunyai waktu paruh (half-life) antara 2,5 sampai 10 hari. Protein yang terdapat
pada jaringan otot mempunyai waktu paruh = 120 hari. Rata-rata tiap hari  1,2 gram
protein per kilogram berat badan diubah menjadi senyawa lain.
Ada tiga kemungkinan mekanisme pengubahan protein yaitu (Stryer,2000) :

 Sel-sel mati, lalu komponennya mengalami proses penguraian atau katabolisme


dan dibentuk sel-sel baru.
 Masing-masing protein mengalami proses penguraian dan terjadi sintesis protein
baru, tanpa ada sel yang mati.
 Protein dikeluarkan dari dalam sel diganti dengan sintesis protein baru.

4. Defenisi Metabolisme Lipid


5. Defenisi Metabolisme Asam Amino
6. Metabolisme Mineral

D. PENUTUP
1. Ringkasan
2. Pertanyaan

percaya
Topik 2

Konsep Dasar Sterilisasi dan Desinfeksi

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami


konsep dasar sterilisasi dan desinfeksi
2. Khusus

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Menjelaskan pengertian sterilisasi dan desinfeksi
b. Menjelaskan peralatan yang dapat di sterilkan
c. Menjelaskan tujuan sterilisasi dan desinfeksi
d. Menjelaskan metode sterilisasi

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 2 ini adalah :

1. Pengertian sterilisasi dan desinfeksi


2. Peralatan yang dapat di sterilkan
3. Tujuan sterilasasi dan desinfeksi
4. Metode sterilisasi

1. Pengertian Sterilisasi

Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun
yang pathogen atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari
semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan
tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat
menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi
digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau
sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
2. Jenis Peralatan yang dapat Disterilkan
1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
2. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
3. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung, drain
dan lain-lain.
4. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
5. Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
6. Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
7. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-lain.
8. Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju, sprei,
sarung bantal dan lain-lain.

3. Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi


Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mencegah makanan menjadi rusak
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4. Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni.

4. Metode Sterilisasi

1. Metode Sterilisasi Fisik


a. Sterilisasi Panas
Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling dapat dipercaya dan banyak
digunakan. Metode sterilisasi ini digunakan untuk bahan yang tahan panas. Metode
sterilisasi panas tanpa kelembaban (tanpa penggunaan uap air) disebut metode sterilisasi
panas kering atau sterilisasi kering.
Umumnya untuk bahan yang sensitif terhadap kelembaban digunakan metode
sterilisasi panas kering pada temperatur 160-180oC, sedangkan untuk bahan yang resisten
kelembaban digunakan metode sterilisasi panas basah pada temperatur 115-134 oC.
Macam-macam cara sterilisasi dengan pemanasan
1) Pemanasan dengan Nyala Api
Di laboratorium mikrobiologi cara ini dipakai untuk membuat steril jarum
inokulasi, pipet dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-sehari, misalnya membakar
peniti sebelum dipakai mengeluarkan duri atau nanah. Cara ini juga dapat digunakan
untuk mensterilkan  pisau operasi dalam keadaan darurat.
2) Pemanasan dengan Udara Panas  (Dry Heat Oven)/Panas Kering
Cara ini dipakai untuk membuat steril alat-alat dari gelas seperti tabung reaksi,
petridish, botol dan alat-alat dari katun. Dengan cara ini pemanasan dilakukan sampai
suhu 170oC selama 1 jam atau 140oC selama dua jam. Bila ada bahan dari katun, suhu
jangan lebih dari 180oC karena akan terbakar. Juga pada pendinginannya, bila suhu
belum mencapai 100oC, oven jangan dibuka dulu sebab alat-alat dari gelas akan pecah
karena pendinginan yang mendadak (Indan Endjang, 2003: 43).
Kelebihan menggunakan sterilisasi ini diantaranya, hasil kering  dapat digunakan
untuk bahan termostabil, seperti alat-alat gelas dan mudah dilaksanakan. Kekurangan:
waktu yang dihabiskan cukup lama, penetrasi panas terbatas pada lapisan tertentu, dan
dibutuhkan tenaga listrik besar.

3) Merendam dalam Air Mendidih (Menggodok)


Merendam  dalam air mendidih (menggodok) adalah cara yang mudah, murah,
dan cukup efektif sebagai tindakan desinfeksi.
Air mendidih pada tekanan 1 atmosfer, suhunya 100oC dengan menggodok
bentuk vegetatif akan mati dalam waktu 5-15 menit sedangkan bentuk spora akan mati
dalam waktu 1-6 jam. Cara ini bayak digunakan untuk membuat steril jarum dan pompa
suntik atau alat-alat operasi asalkan dipastikan bahwa alat-alat tersebut tidak
berhubungan dengan sumber-sumber spora seperti debu tanah. Lama penggodokan
dengan cara ini adalah 15-30 menit dan akan lebih baik ditambahkan 1-3% Na2CO3
karena mempunyai daya untuk menghancurkan dinding spora. Dengan cara ini, mungkin
masih terdapat spora. Dalam kehidupan sehari-hari dipakai untuk desinfeksi botol susu
dan dot bayi.
4) Sterilisasi dengan Uap Air yang Ditekan/ Sterilisasi Panas Basah (Uap)
Proses sterilisasi termal meggunakan uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di
suatu bejana yang disebut autoclave. Metode yang paling sering digunakan. Suhu 1210C
selama 15-20 menit tergantung bahan/prosedur sterilisasi. Prinsip: Udara di dalam bejana
diganti dengan uap jenuh.
Fase Siklus Sterilisasi
 Pemanasan/Vakum (Conditioning)
 Fase Pemaparan Uap (Exposure)
132°C 2’
121°C 12’
116°C 30’
 Pembuangan Uap (Exhaust)
 Fase Pengeringan (Drying)
Metode ini paling banyak digunakan karena hampir 80% alat dan bahan dapat
disterilkan dengan metode ini, seperti karet. Biaya operasional cukup rendah
dibanding metode lain. Temperatur merata pada setiap tempat selama proses. Cepat
dan hasil kering (Indan Endjang, 2003: 44).
5) Pemanasan dengan Uap yang Mengalir
Prinsipnya sama dengan dandang untuk menanak nasi. Cara ini pertama kali
dilakukan oleh Robert Kock suhu uap air pada tekanan barometer 76 cm Hg adalah 100o
C. Dengan cara ini hanya membunuh bakteri bentuk vegetatif. Di laboratorium cara ini
dipakai untuk mematikan mikroba pathogen, sebelum alat-alat tersebut dicuci agar tidak
membahayakan. Lamanya pemanasan adalah 1 jam, sedangkan membunuh bentuk spora
perlu waktu 2-16 jam (Indan Endjang, 2003: 44).
6) Cara sterilisasi Benda-benda yang Tidak Tahan Suhu Tinggi
a) Pasteurisasi
Dengan pasteurisasi  tidak membuat steril, tetapi hanya membunuh mikroba tertentu
saja. Pasteurisasi dilakukan terhadap air susu juga pada pembuatan anggur. Suhu
yang diberikan bergantung pada mikroba yang akan dibunuhnya.
b) Tyndalisasi
Dengan pasteurisasi kita membuat steril suatu benda secara fraksi (sebagian-sebagian).
Cara ini dilakukan untuk membuat steril benda-benda yang tidak tahan suhu lebih
dari 100oC.
Caranya:
Hari pertama, benda yang akan disterilkan dipanaskan dengan uap air yang
mengalir dengan 100oC selama 30 menit. Kemudian, dimasukkan inkubator (lemari
pengeram) selama 24 jam.
Hari kedua, pemanasan dan pengeraman diulang lagi. Hari ketiga diulangi
untuk ketiga kalinya dan sterilisasi dianggap selesai (Indan Endjang, 2003: 46).
b. Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi)
Metode sterilisasi dengan pengeringan digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap
panas misalnya enzim. Pada proses ini digunakan membran filter yang terbuat dari selulosa
asetat. Kerugian prosedur ini adalah biaya yang mahal serta filter yang mudah mampat
akibat filtrat tertinggal pada saringan sehingga harus sering diganti. Kerugian yang lain
adalah meskipun memiliki pori-pori yang halus, membram filter tidak dapat digunakan
untuk menyaring virus. Jenis filter yang sering digunakan adalah filter HEPA (High
Efficiency  Particulate Air) (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 140).
c. Dengan Pengeringan
Pengeringan akan menyebabkan larutan di sekeliling mikroba menjadi hipertonis,
sehingga air keluar dari sel mikroba dan mikroba mati. Gangguan tekanan osmotik ini akan
diperhebat bila ditambahkan garam dan bumbu-bumbu, seperti halnya pada pembuatan ikan
asin atau dendeng. Cara ini bukanlah tindakan sterilisasi, melainkan pengawetan, karena
dengan pengeringan ini hanya menyebabkan berhentinya pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba (Indan Endjang, 2003: 47).
d. Sterilisasi dengan Radiasi
Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar
UV ataupun dengan metode ionisasi. Sinar UV dengan panjang gelomabang 260 nm
memiliki daya penetrasi yang rendah sehingga tidak mematikan mikroorganisme namun
dapat mempenetrasi gelas, air, dan substansi lainnya. Sinar UV ini bereaksi dengan asam
nukleat sel mikroorganisme dan menyebabkan ikatan antara molekul-molekul timin yang
bersebelahan dan menyebabkan terbentuknya diimer timin. Dimer timin dapat menghalangi
replikasi DNA normal dengan menutup jalan enzim replikasi. Penggunaan sterilisasi dengan
sinar UV antara lain untuk sterilisasi kabinet dan ruangan. Endospora bakteri resisten
terhadap sinar UV. Metode sterilisasi dengan ionisasi sebesar 2,5 Mrad dapat mempenetrasi
jauh ke dalam objek. Penggunaan teknik ini, misalnya dengan radiasi gamma dari kobalt-60,
lebih kuat daya tembusnya dibandingkan dengan cahaya UV dan tidak dilakukan dalam
laboratorium. Metode sterilisasi ini ditujukan untuk merusak asam nukleat mikroorganisme
dan digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat disterilisasi menggunakan panas,
contohnya bahan plastik sekali pakai (disposable plasticware), antibiotik, hormon, dan jarum
suntik (syrnge) (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 140-141).
e. Pendinginan
Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba terhenti.
Cara ini dipakai untuk mengawetkan bahan makanan yang mudah membusuk, misalnya
daging, karena pada suhu rendah ini, bahan makanan itu tidak akan dirombaknya. Pada suhu
-20oC (minus dua puluh derajat Celcius) (suhu lemari pendingin pada umumnya) mikroba
tidak bisa merombak makanan sehingga tidak terjadi pembusukan. Beberapa bakteri mati
pada suhu 0oC misalnya Neisseria gonorrhoea, Treponema pallida (Indan Endjang, 2003:
41-42).
2. Metode Sterilisasi Kimia
Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan-bahan rusak bila disterilkan pada
suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari plastik). Kekuatan agen antimikroba kimiawi
diklasifikasikan atas dasar efisiensinya dalam membunuh mikroorganisme. Seluruh
gremisida diklasifikasikan sebagai kategori tingkat tinggi karena efektif terhadap seluruh
bentuk kehidupan termasuk endospora bakteri (Sylvia T. Pratiwi, 2008:  141-142).
Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan  menggunakan gas (dengan cara fumigasi
atau pengasapan) atau radiasi. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi
gas adalah etilen oksida, gas formaldehid, asam parasetat, dan glurtaradehid  alkalin.
Sterilisasi kimia dapat juga dilakukan dengan penggunaan cairan desinfektan berupa
senyawa aldehid, hipoklorit, fenolik, alkohol (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 142).

5 . Macam-Macam Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau
secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan
dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan
sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris
organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Macam-macam desinfektan yang digunakan:
1. Alkoho
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang
dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi
permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi
permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
2. Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan,
diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan
akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa,
operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan
glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus
akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen
digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air
digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2%
digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+)
maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya
pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
4. Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah
dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan
organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
C. PENUTUP

1. Ringkasan
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besaar bagi
dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa
ilmuan besar.  Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga
kesehatan dapat menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses
penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah
terjadinya infeksi.
Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien
yang beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaiman terjadinya
infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi
dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang
terkandung pada ilmu mikrobiologi.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas
tentang bagaimana penerapan sterilisasi dan desinfeksi dalam makalah ini. Juga bagaimana
aplikasinya dalam keseharian dunia keperawatan.

2. Pertanyaan
Topik 3

Konsep Dasar Keseimbangan Asam Basa Dan Mekanisme Kerja Hormon

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, mahasiswa mampu memeahami konsep


dasar keseimbangan asam basa dan mekanisme kerja hormon

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Menjelaskan konsep dasar keseimbangan asam basa
b. Menjelaskan mekanisme kerja hormon

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 2 ini adalah :

1. Keseimbangan Asam Basa

2. Mekanisme Kerja Hormon

C. URAIAN MATERI

1. Kesseimbangan Asam Basa


Sebagian besar keseimbangan asam basa diatur oleh ginjal. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresi
ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
Keseimbangan asam basa sebenarnya mengacu pada pengaturan ketat konsentrasi ion
hidrogen [H+] bebas di dalam cairan tubuh. Tubuh manusia memiliki mekanisme
pengatur untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dan untuk beradaptasi
terhadap perubahan konsentrasi ion hidrogen jangka pendek. perubahan tersebut terjadi
selama melakukan olahraga fisik, mengalami tingkat kecemasan yang berat, dan
gangguan saluran cerna.

Keseimbangan asam-basa tercapai jika kecepatan total tubuh yang memproduksi


asam atau basa sama dengan kecepatan tubuh mengekresikan asam atau basa tersebut.
Keseimbangan ini menghasilkan stabilnya konsentrasi ion hydrogen di dalam cairan
tubuh. Konsentrasi ion hidrogen di dalam cairan tubuh dinyatakan sebagai nilai pH. pH
merupakan skala untuk mengukur keasaman atau alkalinitas (basa) suatu cairan. pH
H2O murni adalah 7,0 yang dianggap sebagai larutan netral. Larutan yang memiliki pH
kurang dari 7,0 mengandung [H+] yang lebih tinggi dari pada H2O murni dan dianggap
sebagai asam. Sebaliknya, larutan yang memiliki pH lebih besar dari 7,0 mengandung
[H+] yang lebih rendah dianggap sebagai basa atau alkali. pH darah arteri normal
adalah 7,35 dan pH darah vena adalah 7,45, untuk pH rata-rata adalah 7,4.

Tubuh dapat membuat penyesuaian (kompensasi) untuk perubahan pH yang bersifat


sementara. Jenis-jenis regulator asam-basa didalam tubuh merupakan system buffer
kimia, biologis dan fisiologis. Buffer adalah suatu subtansi atau sekelompok subtansi
yang dapat mengabsorbsi atau melepaskan ion-ion hydrogen untuk memperbaiki
adanya ketidakseimbangan asam-basa.

a. Pengaturan kimiawi
Bufer kimia yang paling banyak di dalam cairan ekstrasel adalah system buffer asam
karbonat-bikarbonat. Sistem ini berespon dalam beberapa detik untuk mengubah pH,
sehingga system tersebut menjadi system buffer tercepat. Sistem ini merupakan system
yang adaptif dan memiliki efek yang relative singkat. System ini disajikan dalam
bentuk persamaan seperti berikut ini:

H+ + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O

Eksresi karbondioksida yang dihasilkan dari proses metabolism, terutama dikendalikan


oleh paru-paru. Ekresi ion hydrogen dan bikarbonat dikendalikan oleh ginjal. Reaksi
dari subtansi hydrogen dan bikarbonat ini akan menjadi buffer asam yang kuat atau
basa yang kuat untuk mempertahankan pH yang secara relative konstan.

Sistem buffer kimia yang kedua melibatkan protein plasma (albumin, fibrinogen dan
protombin) dan gama globulin yang membentuk sekitar 6-7% plasma darah. Protein ini
dapat melepaskan atau berikatan dengan ion hydrogen untuk memperbaiki asidosis atau
alkalosis. Namun, kapasitas protein plasma untuk mempertahankan keseimbangan
asam-basa cairan ekstrasel terbatas, dan protein tidak mampu memperbaiki
ketidakseimbangan asam-basa yang berlangsung dalam jangka panjang.

b. Pengaturan biologis
Bufer biologis terjadi jika ion hydrogen diabsorpsi atau dilepaskan oleh sel-sel tubuh.
Ion hydrogen memiliki muatan positif yang harus ditukar dengan ion lain yang
bermuatan positif, seringkali ion yang digunakan adalah kalium. Pada kondisi kelebihan
asam, ion hydrogen memasuki sel, dan ion kalium meninggalkan sel kemudian
memasuki cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel kemudian menjadi kurang asam karena ion
hydrogen berkurang. Walaupun begitu, pertukaran ini menyebabkan tingginya
kandungan kalium dalam serum. Setelah asidosis diperbaiki, kalium kembali memasuki
sel dan kadar kalium kembali normal. Bufer biologis ini terjadi setelah buffer kimiawi
jangka pendek, dan berlangsung selama 2-4 jam.

Tipe buffer biologis yang kedua adalah system hemoglobin-oksihemoglobin.


Karbondioksida berdifusi dalam SDM yang membentuk asam karbonat. Asam karbonat
membelah menjadi ion hydrogen dan bikarbonat. Ion hydrogen terikat pada
hemoglobin, dan ion bikarbonat dapat digunakan untuk mewlakukan buffer dengan cara
menukarnya dengan klorida yang berada di eksrtasel (Kokko dan Tannen, 1990).

c. Pengaturan fisiologis

Paru-paru
Bufer fisiologis di dalam tubuh adalah paru-paru dan ginjal. Paru-paru dapat
beradaptasi dengan cepat terhadap adanya ketidakseimbangan asam-basa. Pada
kenyataannya, paru-paru dapat melakukan upaya untuk mengembalikan pH ke nilai
normal sebelum buffer biologis dapat melakukannya.

Ion hydrogen dan karbondioksida biasanya memberikan stimulus untuk pernapasan.


Apabila konsentrasi ion hydrogen berubah, paru-paru bereaksi untuk memperbaiki
ketidakseimbangan tersebut dengan mengubah frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Pada alkalosis, frekuensi pernapasan diturunkan sehingga individu dapat
mempertahankan karbondioksida. Karbondioksida berkombinasi dengan air di dalam
darah untuk memperbaiki asam karbonat, yang membantu meningkatkan komponen
asam dan menyeimbangkan kelebihan basa. Apabila terjadi kelebihan asam, frekuensi
pernapasan ditingkatkan dan paru-paru mengekresi karbondioksida dalam jumlah yang
lebih besar. Dengan demikian, karbondioksida yang tersedia untuk berkombinasi
dengan air dan menghasilkan asam karbonat menjadi lebih sedikit.

Ginjal
Ginjal dapat membutuhkan beberapa jam sampai beberapa hari untuk mengatur
gangguan asam-basa. Ginjal menggunakan tiga mekanisme untuk mengatur konsentrasi
ion hydrogen. Ginjal dapat mengabsorpsi bikarbonat selama terjadi kelebihan asam dan
mengekresikannya selam terjadi kekurangan asam. Ginjal menggunakan ion fosfat
(PO43-) untuk membawa ion hydrogen dengan mengekresikan asam fosfat (H 3PO4) dan
membentuk asam-basa. Ginjal juga mengubah ammonia (NH 3) menjadi ammonium
(NH4-) dengan mengikatnya pada sebuah ion hidrogen.
2. Mekanisme Kerja Hormon
Langkah pertama adalah mengaktivasi reseptor hormon. Pengikatan hormon pada
reseptor spesifik di sel target. Sel yang tidak memiliki reseptor untuk hormon tersebut
tidak akan memberi respons. Beberapa reseptor terletak di membran sel (protein,
peptida, dan hormon katekolamin), sedangkan yang lain terletak di sitoplasma (hormon
steroid) dan nukleus (hormon tiroid). Reseptor hormon merupakan protein yang
berukuran besar, dan setiap sel yang distimulasi biasanya berisi sekitar 2000 sampai
100.000 reseptor. Jumlah reseptor biasanya tidak konstan dari hari ke hari, bahkan dari
menit ke menit. Reseptor juga sering kali dinonaktifkan atau dihancurkan, pada lain
waktu akan kembali di aktifkan atau dibuat baru dengan mekanisme pembentukan
protein.

Penghantaran sinyal intrasel setelah aktivasi reseptor hormon. Hormon akan


membentuk komplek reseptor-hormon untuk mempengaruhi jaringan targetnya. Hal ini
mengubah fungsi reseptor tersebut, dan reseptor yang teraktivasi akan mengawali
terjadinya efek hormonal.contohnya seperti ; reseptor terkait-kanal ion; reseptor
hormon terkait- protein G; dan reseptor hormon terkait-enzim.

Stuktur Kimia dan sintesis Hormon

Terdapat tiga golongan hormon:


- Protein dan polipeptida, mencakup hormon yang disekresikan oleh kelenjar
hipofisis posterior dan anterior, pankreas(insulin dan glukagon), kelenjar paratiroid,
kelenjar hipotalamus (kecuali PIF), plasenta ( HCG dan human somatomammotropin),
ginjal ( renin dan eritropoietin), jantung, lambung,usus halus, dan adiposit.
- Steroid, yang disekresikan korteks adrenal (kortisol dan aldosteron), ovarium
(estrogen dan progesteron), testis (testostero), dan plasenta (estrogen dan progesteron),
serta ginjal (1,25- dihidroksikolekalsiferol).
- Turunan asam amino tirosin, yang disekresi oleh kelenjar tiroid (tiroksin dan
triidotironim), dan medula adrenal (epinefrin dan norepinefrin).

D. PENUTUP

1. Ringkasan
2. Pertanyaan
Topik 4

Mekanisme Kerja Enzim

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami


mekanisme kerja enzim

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Pengertian enzim
b. Struktur enzim
c. Mekanisme kerja enzim
d. Faktor yang mempengaruhi kerja enzim

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 4 ini adalah :

1. Pengertian enzim

2. Struktur enzim

3. Mekanisme kerja enzim


4. Faktor yang mempengaruhi kerja enzim

C. URAIAN MATERI

1. Pengertian Enzim

Enzim adalah protein yang berperan sebagai pemercepat proses reaksi kimia (katalis)dalam
metabolisme makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim berperan secara
lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan dengan
katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan tidak menghasilkan produk
sampingan yang beracun.
2. Struktur Enzim

Enzim berdasarkan strukturnya dapat kita bedakan menjadi dua yaitu: 1) enzim sederhana,
yang tersusun atas protein saja; 2) enzim yang bersifat kompleks, yaitu strukturnya tersusun dari
protein dan nonprotein.
Enzim yang kompleks terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian
enzim yang tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tersusun atas
nonprotein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari
bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik) gambar a.

Enzim

Komplek (protein + non-protein)


Sederhana (protein)
Prostetik (protein)

Apoenzim (protein)
Co-enzim (organik) Co-faktor (anorganik)

Gambar 1. Diagram pembagian Struktur Enzim

Selanjutnya setelah kita mengetahui struktur penyusun enzim, struktur enzim juga dapat kita
ketahui dengan bagian permukaan yang aktif. Artinya jika ada gugus enzim maka tidak semua
permukaannya dapat sebagai tempat penempelan substrat namun substrat hanya dapat menempel pada
sisi yang aktif saja (gambar b).
3. Mekanisme Kerja Enzim

Seperti yang kita ketahui, enzim  merupakan sebuah kelompok protein yang
menjalankan dan mengatur perubahan - perubahan kimia dalam sistem biologi. Cara kerja
enzim akan berhubungan dengan sifat enzim sebagai protein sehingga cara kerja enzim akan
sangat dipengaruhi oleh suhu, derajat keasaman, hasil akhir produk, konsentrasi enzim itu
sendiri, konsentrasi substrat, zat penghambat, dan kadar air. Enzim bertindak sebagai katalis
di dalam tubuh mahluk hidup sehingga terkadang enzim disebut sebagai biokatalisator.
Karena bertindak sebagai katalis, maka enzim bisa meningkatkan kecepatan reaksi kimia
tetapi tidak ikut berubah dalam reaksi kimia tersebut.
 

Berikut ini adalah teori yang menjelaskan tentang cara kerja enzim:
1. Lock and Key Theory
Sesuai dengan namanya, cara kerja enzim menurut teori ini mirip dengan mekanisme kunci
dan anak kunci. Dalam hal ini, enzim diibaratkan sebagai kunci gembok yang bersifat aktif,
sedangkan substrat diibaratkan sebagai anak kuncinya. Substrat akan memasuki enzim
seperti layaknya anak kunci yang memasuki kunci gembok. Pada proses selanjutnya,
substrat akan diubah menjadi produk. Pada tahap selanjutnya, sisi aktif enzim akan
melepaskan produk dan siap menerima substrat baru yang lain.
Sisi aktif enzim pada dasarnya mengandung sejumlah kecil asam amino sehingga hanya
molekul dengan bentuk tertentulah yang bisa menjadi substrat bagi enzim.
2. Induced Fit Theory

Pada teori ini, cara kerja enzim adalah dengan cara melakukan penyesuaian bentuk supaya
bisa berikatan dengan substrat. Tujuan dari penyesuaian bentuk ini adalah untuk
meningkatkan kecocokan dengan substrat sehingga membuat ikatan enzim dan substrat
menjadi lebih reaktif. Sisi aktif molekul enzim akan menjadi tempat melekatnya substrat
sehingga bisa membentuk molekul kompleks enzim - substrat. Molekul enzim akan berubah
ke bentuk semula setelah produk dihasilkan dan siap untuk menerima substrat baru yang lain
lagi.
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 sampai 11 kali lebih cepat
daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Berfungsi sebagai katalis yang
sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis
lainya, enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia.
Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan adapula yang
menghasilkan energi atau mengeluarkan energi (eksergonik). Misalnya pembentukkan
ikatan antara senyawa A dengan senyawa B menjadi senyawa AB akan mengeluarkan
energi. Terjadinya senyawa AB dari A dan B membutuhkan energi sebesar P, yaitu selisih
energi antara A dan B dengan AB. Sebaliknya penguraian senyawa AB menjadi A dan B
mengeluarkan energi sebesar P pula. Terurainya senyawa AB tidak dapat berjalan dengan
sendirinya tetapi harus terbentuk dulu senyawa AB aktif. Energi yang dibutuhkan pada
pembentukan AB aktif disebut energi aktivasi (a) makin besar harga a, makin sukar
terjadinya suatu reaksi. Dengan adanya katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil
atau diturunkan, dengan demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat terjadinya
suatu reaksi.

Proses terbentuknya kompleks enzim substrat sebagai berikut:


1. Mula-mula substrat melakukan kontak dengan enzim yang aktif.
2. Bila bentuk subtract sesuai dengan bentuk yang aktif dari enzim maka enzim dan
substrat melakukan penyatuan.
3. Penyatuan substrat dengan enzim membentuk kompleks enzim substrat

4. Faktor Yang Memepengaruhi Kerja Enzim


Di awal tadi kita sudah mengetahui bersama bahwa struktur dasar enzim adalah
protein, sehingga dalam bekerjanya sangat di pengaruhi beberapa hal yang akan kita bahas
berikut ini.
a. Enzim terdiri atas molekul-molekul protein. Oleh karena itu, enzim masih tetap
mempunyai sifat protein yang kerjanya dipengaruhi oleh suhu. Enzim dapat bekerja
optimum pada kisaran suhu tertentu, yaitu sekitar suhu 400 C. Pada suhu 00 C, enzim
tidak aktif. Jika suhunya dinaikkan, enzim akan mulai aktif. Jika suhunya dinaikkan
lebih tinggi lagi sampai batas sekitar 40-500 C, enzim akan bekerja lebih aktif lagi.
Namun, pemanasan lebih lanjut membuat enzim akan terurai atau terdenaturasi seperti
halnya protein lainnya. Pada keadaan ini enzim tidak dapat bekerja. 1) Enzim tidak aktif
pada suhu kurang dari 0oC. 2) Kemampuan aktivitas enzim meningkat dua kali lipat
pada setiap kenaikan suhu 10oC. 3) Kemampuan aktivitas enzim paling optimum pada
suhu 37oC.
b. Derajat Keasaman (pH)
Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada pH netral, kecuali beberapa jenis enzim
yang bekerja pada suasana asam atau suasana basa. Jika enzim yang bekerja optimum
pada suasana netral ditempatkan pada suasana basa ataupun asam, enzim tersebut tidak
akan bekerja atau bahkan rusak. Begitu juga sebaliknya, jika suatu enzim bekerja
optimal pada suasana basa atau asam tetapi ditempatkan pada keadaan asam atau bas,
enzim tersebut akan rusak. Sebagai contohnya, enzim pepsin yang terdapat di dalam
lambung, efektif bekerja pada pH rendah. 1) Setiap enzim bertindak paling cekap pada
nilai pH tertentu yang disebut sebagai pH optimum. 2) pH optimum bagi kebanyakan
enzim ialah pH 7. 3) Terdapat beberapa pengecualian, misalnya enzim pepsin di dalam
perut bertindak balas paling cekap pada pH 2, sementara enzim tripsin di dalam usus
kecil bertindak paling cekap pada pH 8.
c. Inhibitor
Hal lain yang mempengaruhi kerja enzim adalah hambat respons balik feed back
inhibitor. Feed back inhibitor adalah keadaan pada saat substansi hasil (produk) kerja
enzim yang terakumulasi dalam jumlah yang berlebihan akan menghambat kerja enzim
yang bersangkutan. Inhibitor kompetisi terjadi penambahan substrat dapat mengurangi
daya hambatnya, karena inhibitor bersaing dengan substrat untuk mengikat bagian aktif
enzim. Misalnya enzim suksinat dehidrogenase yang berfungsi mengkatalisis reaksi
oksidasi asam suksinat menjadi fumarat, jika dalam proses ini ditambahkan asam
malonat, maka enzim suksinat dehidrogenase akan menurun aktivitasnya. Tetapi jika
diberikan lagi asam suksinat sebagai substrat reaksi akan normal kembali. Sehingga
aktivitas inhibitor ini sangat bergantung pada konsentrasi inhibitor, konsentrasi substrat,
dan aktivitas enzim inhibitor dan substrat.
Inhibitor nonkompetisi pengaruhnya tidak dapat dihilangkan dengan adanya
penambahan substrat lain, di mana inhibitor ini akan berikatan dengan permukaan
enzim tanpa lepas dan lokasinya tidak dapat diganti oleh substrat. Sehingga daya kerja
inhibitor sangat tergantung dari konsentrasi inhibitor dan aktivitas inhibitor terhadap
enzim.
d. Konsentrasi Substrat
Mekanisme kerja enzim juga ditentukan oleh jumlah atau konsentrasi substrat yang
tersedia. Jika jumlah substratnya sedikit, kecepatan kerja enzim juga rendah.
Sebaliknya, jika jumlah substrat yang tersedia banyak, kerja enzim juga cepat. Pada
keadaan substrat berlebih, kerja enzim tidak sampai menurun tetapi konstan. Pada
kepekatan substrat rendah, jumlah molekul enzim melebihi jumlah molekul substrat.
1) Sehingga hanya sebagian kecil molekul enzim bereaksi dengan molekul substrat.
2) Apabila kepekatan substrat bertambah, maka molekul enzim dapat bereaksi lebih
banyak dengan molekul substrat sehingga dapat mencapai kadar maksimal reaksi
enzim.
3) Penambahan kepekatan substrat selanjutnya tidak akan meningkatkan aktivitas
enzim karena kepekatan enzim sudah jenuh.
e. Konsentrasi Enzim
Agar reaksi berjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan substrat
harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak reaksi akan
berjalan lambat bahkan ada substrat yang tidak terkatalisasi. semakin banyak enzim,
reaksi akan semakin cepat.

E. PENUTUP
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai
katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan
dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan
energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi.
Berdasarkan strukturnya, enzim terdiri atas komponen yang disebut apoenzim yang
berupa protein dan komponen lain yang disebut gugus prostetik yang berupa nonprotein. Gugus
prostetik dibedakan menjadi koenzim dan kofaktor. Koenzim berupa gugus organik yang pada
umumnya merupakan vitamin, seperti vitamin B1, B2, NAD + (Nicotinamide Adenine
Dinucleotide). Kofaktor berupa gugus anorganik yang biasanya berupa ion-ion logam, seperti
Cu2+, Mg2+, dan Fe2+. Beberapa jenis vitamin seperti kelompok vitamin B merupakan koenzim.
Jadi, enzim yang utuh tersusun atas bagian protein yang aktif yang disebut apoenzim dan
koenzim, yang bersatu dan kemudian disebut holoenzim.

2.Pertanyaan
1. Jelaskan yang dimaksud dengan enzim!
2. Jelaskan struktur penyusunan enzim dengan menggunakan pendekatan struktur
diagram!
3. Jelaskan macam-macam enzim berdasarkan reaksinya!
4. Jelaskan mekanisme kerja enzim
5. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim!
Topik 5

Konsep Dasar Fluida

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, mahasiswa


diharapkan mampu memahami konsep dasar fluida

Setelah selesai mempelajari materi ini, Mahasiswa diharapkan


mampu :
a. Mengetahui apa itu Fluida
b. Mengetahui Konsep Teori Dasar Fluida

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di


atas, maka pokok- pokok materi yang akan dibahas
dalam Topik 2 ini adalah :

1. Pengertian Fluida

2. Konsep Teori dasar fluida

C. URAIAN MATERI

1. Pengertian Fluida

Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida
mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara
dapat mengalir. Zat padat seperti batu dan besi tidak dapat mengalir sehingga
tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air, minyak pelumas, dan susu merupakan
contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena
sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair,
zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke
tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh udara yang berpindah dari satu

30
tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-
hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam
di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut
mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau
melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga
bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering tidak disadari.
Fluida dibagi menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan
fluida dinamis (fluida bergerak). Fluida statis ditinjau ketika fluida yang sedang
diam atau berada dalam keadaan setimbang. Fluida dinamis ditinjau ketika fluida
ketika sedang dalam keadaan bergerak).
Fluida statis erat kaitannya dengan hidraustatika dan tekanan.
Hidraustatika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gaya maupun tekanan di
dalam zat cair yang diam. Sedangkan tekanan didefinisikan sebagai gaya normal
per satuan luas permukaan.

2. Teori Dasar Konsep Fluida


Hukum Pascal
Pengertian Hukum Pascal
Bila ditinjau dari zat cair yang berada dalam suatu wadah, tekanan zat cair
pada dasar wadah tentu saja lebih besar dari tekanan zat cair pada bagian di
atasnya. Semakin ke bawah, semakin besar tekanan zat cair tersebut. Sebaliknya,
semakin mendekati permukaan atas wadah, semakin kecil tekanan zat cair
tersebut. Besarnya tekanan sebanding dengan pgh (p = massa jenis, g = percepatan
gravitasi dan h = ketinggian/kedalaman).
Setiap titik pada kedalaman yang sama memiliki besar tekanan yang sama.
Hal ini berlaku untuk semua zat cair dalam wadah apapun dan tidak bergantung
pada bentuk wadah tersebut. Apabila ditambahkan tekanan luar misalnya dengan
menekan permukaan zat cair tersebut, pertambahan tekanan dalam zat cair adalah
sama di segala arah. Jadi, jika diberikan tekanan luar, setiap bagian zat cair
mendapat jatah tekanan yang sama.
Jika seseorang memeras ujung kantong plastik berisi air
yang memiliki banyak lubang maka air akan memancar dari

31
setiap lubang dengan sama kuat. Blaise Pascal (1623-1662) menyimpulkannya
dalam hukum Pascal yang berbunyi, “tekanan yang diberikan pada zat cair dalam
ruang tertutup diteruskan sama besar ke segala arah”.
Blaise Pascal (1623-1662) adalah fisikawan Prancis yang lahir di
Clermount pada 19 Juli 1623. Pada usia 18 tahun, ia menciptakan kalkulator
digital pertama di dunia. Ia menghabiskan waktunya dengan bermain dan
melakukan eksperimen terus-menerus selama pengobatan kanker yang
dideritanya. Ia menemukan teori hukum Pascal dengan eksperimenya bermain-
main dengan air.
Persamaan Hukum Pascal
Jika suatu fluida yang dilengkapi dengan sebuah penghisap yang dapat
bergerak maka tekanan di suatu titik tertentu tidak
hanya ditentukan oleh berat fluida di atas permukaan
air tetapi juga oleh gaya yang dikerahkan oleh
penghisap. Berikut ini adalah gambar fluida yang
dilengkapi oleh dua penghisap dengan luas
penampang berbeda. Penghisap pertama memiliki luas penampang yang kecil
(diameter kecil) dan penghisap yang kedua memiliki luas penampang yang besar
(diameter besar).
Gambar : Fluida yang Dilengkapi Penghisap dengan Luas Permukaan Berbeda
(Sumber: 4.bp.blogspot.com)
Sesuai dengan hukum Pascal bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair
dalam ruang tertutup akan diteruskan sama besar ke segala arah, maka tekanan
yang masuk pada penghisap pertama sama dengan tekanan pada penghisap kedua.
Tekanan dalam fluida dapat dirumuskan dengan persamaan di bawah ini.
P = F : A sehingga persamaan hukum Pascal bisa ditulis sebagai berikut.
P1 = P2
F1 : A1 = F2 : A2
dengan P = tekanan (pascal), F = gaya (newton), dan A = luas permukaan
penampang (m2).
Ada berbagai macam satuan tekanan. Satuan SI untuk tekanan adalah
newton per meter persegi (N/m2) yang dinamakan pascal (Pa). Satu pascal sama

32
dengan satu newton per meter persegi. Dalam sistem satuan Amerika sehari-hari,
tekanan biasanya diberikan dalam satuan pound per inci persegi (lb/in 2). Satuan
tekanan lain yang biasa digunakan adalah atmosfer (atm) yang mendekati tekanan
udara pada ketinggian laut. Satu atmosfer didefisinikan sebagai 101,325
kilopascal yang hampir sama dengan 14,70 lb/in2. Selain itu, masih ada beberapa
satuan lain diantaranya cmHg, mmHg, dan milibar (mb).
1 mb = 0.01 bar
1 bar = 105 Pa
1 atm = 76 cm Hg = 1,01 x 10 5 Pa= 0,01
bar
1 atm = 101,325 kPa = 14,70 lb/in2

33
Untuk menghormati Torricelli, fisikawan Italia penemu barometer (alat pengukur tekanan),
ditetapkan satuan dalam torr, dimana 1 torr = 1 mmHg

Penerapan Hukum Pascal


Hidraulika adalah ilmu yang mempelajari berbagai gerak dan keseimbangan zat cair.
Hidraulika merupakan sebuah ilmu yang mengkaji arus zat cair melalui pipa-pipa dan pembuluh–
pembuluh yang tertutup maupun yang terbuka. Kata hidraulika berasal dari bahasa Yunani yang
berarti air. Dalam teknik, hidraulika berarti pergerakan-pergerakan, pengaturan-pengaturan, dan
pengendalian-pengendalian berbagai gaya dan gerakan dengan bantuan tekanan suatu zat cair.
Semua instalasi hidraulika pada sistem fluida statis (tertutup) bekerja dengan prinsip
hidraustatis. Dua hukum terpenting yang berhubungan dengan hidraustatistika adalah
1. Dalam sebuah ruang tertutup (sebuah bejana atau reservoir), tekanan yang dikenakan
terhadap zat cair akan merambat secara merata ke semua arah.
2. Besarnya tekanan dalam zat cair (air atau minyak) adalah sama dengan gaya (F) dibagi
oleh besarnya bidang tekan (A).
Dari hukum Pascal diketahui bahwa dengan memberikan gaya yang kecil pada penghisap
dengan luas penampang kecil dapat menghasilkan gaya yang besar pada penghisap dengan luas
penampang yang besar. Prinsi inilah yang dimanfaatkan pada peralatan teknik yang banyak
dimanfaatkan manusia dalam kehidupan misalnya dongkrak hidraulik, pompa hidraulik, dan rem
hidraulik.
 Prinsip Kerja Dongkrak Hidraulik
Prinsip kerja dongkrak hidraulik adalah dengan memanfaatkan hukum Pascal. Dongkrak
hidraulik terdiri dari dua tabung yang berhubungan yang memiliki
diameter yang berbeda ukurannya. Masing- masig ditutup dan diisi air.
Mobil diletakkan di atas tutup tabung yang berdiameter besar. Jika kita
memberikan gaya yang kecil pada tabung yang berdiameter kecil,
tekanan akan disebarkan secara merata ke segala arah termasuk ke
tabung besar tempat diletakkan mobil. Jika gaya F1 diberikan pada
penghisap yang kecil, tekanan dalam cairan akan bertambah dengan F 1/A1. Gaya ke atas yang
diberikan oleh cairan pada penghisap yang lebih besar adalah penambahan tekanan ini kali luas
A2. Jika gaya ini disebut F2, didapatkan
F2 = (F : A1) x A2
Jika A2 jauh lebih besar dari A1, sebuah gaya yang lebih kecil (F1) dapat digunakan untuk
menghasilkan gaya yang jauh lebih besar (F2) untuk mengangkat sebuah beban yang ditempatkan
di penghisap yang lebih besar.
Berikut ini contoh perhitungan tekanan pada sebuah dongkrak hidraulik. Misalnya, sebuah
dongkrak hidraulik mempunyai dua buah penghisap dengan luas penampang melintang A 1 = 5,0
cm2 dan luas penampang melintang A2 = 200 cm2. Bila diberikan suatu gaya F1 sebesar 200
newton, pada penghisap dengan luas penampang A2 akan dihasilkan gaya F2 = (F1 : A1) x A2 =
(200 : 5) x 200 = 8000 newton.
 Prinsip Kerja Rem Hidraulik
Dasar kerja pengereman adalah pemanfaatan gaya gesek dan
hukum Pascal. Tenaga gerak kendaraan akan dilawan oleh tenaga
gesek ini sehingga kendaraan dapat berhenti. Rem hidraulik paling
banyak digunakan pada mobil-mobil penumpang dan truk ringan.
Rem hidraulik memakai prinsip hukum Pascal dengan tekanan pada
piston kecil akan diteruskan pada piston besar yang menahan gerak
cakram. Cairan dalam piston bisa diganti apa saja. Pada rem
hidraulik biasa dipakai minyak rem karena dengan minyak bisa sekaligus berfungsi melumasi
piston sehingga tidak macet (segera kembali ke posisi semula jika rem dilepaskan). Bila dipakai
air, dikhawatirkan akan terjadi perkaratan.
Gambar Gaya Gesekan pada Prinsip Kerja Rem Hidraulik (Sumber: www.yanto-
triyanto.co.cc)
 Prinsip Kerja Pompa Hidraulik
Dalam menjalankan suatu sistem tertentu atau untuk membantu operasional dari sebuah
sistem, tidak jarang kita menggunakan rangkaian hidraulik. Sebagai contoh, untuk mengangkat
satu rangkaian kontainer yang memiliki beban beribu–ribu ton, untuk memermudah itu
digunakanlah sistem hidraulik.
Sistem hidraulik adalah teknologi yang memanfaatkan zat cair, biasanya oli, untuk
melakukan suatu gerakan segaris atau putaran. Sistem ini bekerja berdasarkan prinsip Pascal,
yaitu jika suatu zat cair dikenakan tekanan, tekanan itu akan merambat ke segala arah dengan
tidak bertambah atau berkurang kekuatannya. Prinsip dalam rangkaian hidraulik adalah
menggunakan fluida kerja berupa zat cair yang dipindahkan dengan pompa hidraulik untuk
menjalankan suatu sistem tertentu.
Pompa hidraulik menggunakan kinetik energi dari cairan yang dipompakan pada suatu
kolom dan energi tersebut diberikan pukulan yang tiba-tiba menjadi energi yang berbentuk lain
(energi tekan). Pompa ini berfungsi untuk mentransfer energi mekanik menjadi energi hidraulik.
Pompa hidraulik bekerja dengan cara menghisap oli dari tangki hidraulik dan mendorongnya
kedalam sistem hidraulik dalam bentuk aliran (flow). Aliran ini yang dimanfaatkan dengan cara
merubahnya menjadi tekanan. Tekanan dihasilkan dengan cara menghambat aliran oli dalam
sistem hidraulik. Hambatan ini dapat disebabkan oleh orifice, silinder, motor hidraulik, dan
aktuator. Pompa hidraulik yang biasa digunakan ada dua macam yaitu positive dan nonpositive
displacement pump. Ada dua macam peralatan yang biasanya digunakan dalam merubah energi
hidraulik menjadi energi mekanik yaitu motor hidraulik dan aktuator. Motor hidraulik mentransfer
energi hidraulik menjadi energi mekanik dengan cara memanfaatkan aliran oli dalam sistem
merubahnya menjadi energi putaran yang dimanfaatkan untuk menggerakan roda, transmisi,
pompa dan lain-lain.

Hukum Archimedes
Pernahkah melihat kapal laut ? jika belum pernah melihat kapal laut secara langsung,
mudah-mudahan pernah melihat kapal laut melalui televise. Coba bayangkan, kapal yang
massanya sangat besar tidak tenggelam, sedangkan sebuah batu yang ukurannya kecil dan terasa
ringan bisa tenggelam. Aneh bukan? Mengapa bisa demikian ?
Jawabannya sangat mudah jika memahami konsep pengapungan dan prinsip Archimedes.
Pada kesempatan ini kami ingin membimbing untuk memahami apa sesungguhnya prinsip
archimedes.
Sebelum membahas prinsip Archimedes lebih jauh, kami ingin mengajak kalian untuk
melakukan percobaan berikut ini.

D. PENUTUP
Jadi dapat kita simpulkan bahwa fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau
tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung
di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang
diminum dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun
sering tidak disadari.
Topik 6

Konsep Dasar Bio-Optik

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, mahasiswa mampu mengetahui materi


tentang Bio-Optik

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 2 ini adalah :

1. Pengertian Bio-Optik
2. Jenis-jenis Optik
3. Yang termasuk instrumen optik

C. URAIAN MATERI

1. Pengertian Bio-Optik
Biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk
hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari   makhluk hidup, Sedangkan optik dikenal
sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
Secara spesifik ada klasifikasi Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama
dibiooptik adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata.Mata menjadi
alat optik yang paling penting pada manusia atau makhluk hidup.

2. Jenis-jenis Optik
1. Optik Geometri
Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus, berkas-berkas cahaya
di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus. Dengan cara pendekatan ini dapatlah
melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk matematika.
Misalnya untuk rumus cermin dan lensa : 1/f = 1/s + 1/s’
Dimana: f = focus = titik api
s= jarak benda
s’= jarak bayangan
2. Optik Fisik
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di jelaskan malui
metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat dijelaskan dengan menghitung ciri-
ciri fisik dari cahaya tersebut.
Teori kwantum  (Plank (1858-1947).Cahaya itu terdiri atas kwanta atau foton-foton,
tampaknya agak mirip dengan teori Newton yang lama itu. Dengan menggunakan teori
Max Plank dapat menjelaskan mengapa benda itu panas apabila terkena sinar.
Huygens (1690)Menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari sebuah sumber
cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan. Setiap titik dari ruangan yang
bergetar olehnya dapat dianggap sebagai sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip dari
Huygens yang belum bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium ke medium
lainnya.

3. Yang termasuk instrumen optik


Banyak instrumen yang digunakan saat ini sangat canggih. Prinsip kerjanya sering sangat
sederhana, tetapi penggunaan imajinatif prinsip-prinsip ini telah melipatgandakan kemampuan
kita untuk melihat dan memahami dunia yang melingkupi kita.

1. Mata
Mata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan merupakan sistem optik yang
paling penting.
 Bagian-bagian Mata
Mata memiliki bagian-bagian yang memiliki fungsi-fungsi tertentu sebagai alat optik,
yaitu:
a)      Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan berfungsi sebagai
pelindung bagian dalam bola mata. Kornea memiliki inervasi saraf tetapi avaskuler
(tidak memiliki suplai darah).
b)     Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan mata dapat
membedakan warna.  Iris adalah diafragma yang melingkar dan berpigmen dengan
lubang yang agak di tengah yakni pupil. Iris terletak sebagian dibagian depan lensa
dan sebagian di depan badan siliaris. Iris terdiri dari serat otot polos. Fungsi iris
yakni mengendalikan jumlah cahaya yang masuk.
c)      Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh iris,
berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
d)     Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan bening, berserat
dan kenyal, berfungsi mengatur pembiasan cahaya.
e)      Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang sangat peka
terhadap cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap bayangan yang dibentuk oleh
lensa mata. Retina merupakan bagian saraf  pada mata, tersusun oleh sel saraf dan
serat-seratnya. Retina berperan sebagai reseptor rangsang cahaya. Retina tersusun
dari sel kerucut yang bertanggung jawab untuk penglihatan warna dan sel batang
yang bertanggung jawab untuk penglihatan di tempat gelap.
f)       Aquaeuos humor, merupakan cairan mata.
g)      Saraf optic, merupakan saraf yang menyampaikan informasi tentang kuat cahaya
dan warna ke otak.
Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan :
*   Mata memfokuskan bayangan pada retina,
*   System syaraf mata yang memberi informasi ke otak,
*   Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa
penglihatantersebut.
 Pembentukan Bayangan Pada Mata
Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai pada mata
dengan cukup, kemudian lensa mata akan membentuk bayangan yang bersifat nyata,
terbalik dan diperkecil pada retina.
Ada tiga komponen penginderaan penglihatan, yaitu:
1.Mata memfokuskan bayangan pada retina
2.Sistem saraf mata yang member informasi ke otak
3.Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatanTersebut
 Proses akomodasi
Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat saraf yang
menutupi permukaan belakangnya. Retina berisi struktur indra-cahaya yang sangat luas
yang disebut batang (rod)dan kerucut (cone) yang menerima dan memancarkan informasi
di sepanjang serat saraf optic ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh
kerja otot siliari. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan
sistem lensa kornea berada pada panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2 cm, jarak dari
kornea ke retina. Apabila benda didekatkan, otot siliari akan meningkatkan kelengkungan
lensa, yang dengan demikian akan mengurangi panjang fokusnya sehingga bayangan akan
difokuskan ke retinaDalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang
peranan penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tepat, demikian
pula bola mata yang berdiameter 20-23 mm.
 Kemampuan lensa mata untuk memfokuskan objek disebut daya akomodasi.
Selama mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat,
semakin kuat mata/lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia
semakin tua daya akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan kekenyalan/elastisitas
lensa semakin berkurang.Jika benda terlalu dekat ke mata, lensa mata tidak dapat
memfokuskan cahaya pada retina dan bayangannya menjadi kabur. Titik terdekat di mana
lensa mata memfokuskan suatu bayangan pada retina disebut titik dekat (punctum
proksimum).Jarak dari mata ke titik dekat ini sangat beragam pada tiap orang dan berubah
dengan meningkatnya usia. Pada usia 10 tahun, titik dekat dapat sedekat 7 cm, sementara
pada usia 60 tahun titik dekat ini telah menjauh ke 200 cm karena kehilangan keluwesan
lensa akibat elastisitas lensa semakin berkurang, disebut mata presbyop atau mata tua dan
bukan merupakan cacat mata. Nilai standar yang diambil untuk titik dekat ini adalah 25 cm,
dan dianggap sebagai mata normal.
Jarak terjauh benda agar dapat dilihat dengan jelas, dikatakan benda terletak pada titik jauh
(punctum remotum). Pada saat ini mata tidak berakomodasi.lepas akomodasi.
 Jenis-jenis Mata dan Teknik Koreksi
a)   Mata Normal
Sering disebut juga mata emetrop. Mata normal memiliki titik dekat 25
cm dan titik jauh tak terhingga. Apabila mata memiliki titik dekat tidak sama
dnegan 25 cm dan titik jauh tidak sama dengan tak terhingga, maka dikatakan
sebagai cacat mata. Hal ini mengakibatkan mata sulit melihat benda yang jauh
maupun dekat karena bayangan tidak jatuh tepat pada retina.
b)     Rabun Jauh (Miopi)
Disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25 cm (<
25 cm) dan titik jauh pada jarak tertentu. Orang yang menderita miopi dapat
melihat dengan jelas benda pada jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda
jauh dengan jelas.
Hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi piph sebagaimana
mestinya sehingga bayangan benda jatuh di depan retina, disebabkan karena mata
dibiasakan melihat benda dengan jarak dekat atau kurang dari 25 cm. cacat mata
ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa cekung (minus).
c)      Rabun Dekat (Hipermetropi)
Rabun dekat memiliki titik dekat lebih dari 25 cm (> 25 cm), dan titik
jauhnya pada jarak tak terhingga. Penderita rabun dekat dapat melihat jelas
benda-benda yang sangat jauh tetapi tidak dapat melihat benda-benda dekat
dnegan jelas. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi cembung
sebagaimana mestinya sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina,
disebabkan karena mata dibiasakan melihat benda yang jaraknya jauh. Cacat
mata ini dapat diatasi dengan kacamata berlensa cembung (plus).
d)     Mata Tua (Presbiopi)
Jenis mata ini bukan termasuk cacat mata, disebabkan oleh daya
akomodasi yang berkurang akibat bertambah usia. Letak titik dekat maupun titik
jauh telah bergeser. Titik dekatnya lebih dari 25 cm dan titik jauhnya hanya pada
jarak tertentu. Pada penderita presbiopi tidak dapat melihat benda jauh dengan
jelas serta tidak dapat membaca pada jarak baca normal. Jenis mata ini dapat
ditolong dengan kacamata berlensa rangkap (minus di atas dan plus di bawah)
yang disebut kacamata bifocal.

e)      Astigmatisma
Cacat mata ini disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis,
tapi lebih melengkung pada satu sisi daripada sisi yang lain. Akibatnya sebuah
titik akan difokuskan sebagai garis pendek. Penderita astagmatisma, dengan satu
mata akan melihat garis dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah yang
berlawanan. Penderita astagmatisma dapat diatasi dnegan
menggunakan kacamata berlensa silindris.

f)     Mata Campuran
Penderita yang matanya sekaligus mengalami prsesbiopi dan miopi, maka
memiliki titik dekat yang letaknya terlalu jauh dan titik jauh terlalu kecil, dapat
ditolong dengan kacamata berlensa rangkap atau bifocal (negatif di atas dan
positif di bawah).

D. Penutup
Biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk
hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari   makhluk hidup, Sedangkan optik dikenal
sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
Jenis-jenis optik ada dua yaitu: optik geometri dan optik fisik.
Macam-macam yaitu: Lensa Cembung/Konvergen. Lensa
Cekung/Divergen/Negatif, Lensa yang mempunyai permukaan silinder.Kesesatan
Lensaberdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak bayangan , jarak
focus, radius kelengkungan lensa seerta sinar-sinar yang dating paraksial akan
kemungkinan adanya kesesatan lensa (aberasi lensa).
untuk menilai kopetensinya, maka individu tersebut akan melakukan usaha yang
maksimal untuk berhasil di bidang keperawatan. Aspek-aspek harga diri terdiri
dari keberartian diri, kekuatan individu, kompetensi, ketaatan individu dan
kemampuan memberi contoh.

2.Pertanyaan
Topik 7

Konsep Dasar Bio-Akustik

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami


makna dan maksud dari konsep Teori Memiliki dan Dimiliki, serta untuk
mengetahui penerapan Teori Memiliki dan Dimiliki dalam keperawatan.

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Mengetahui Konsep Kebutuhan Aktualisasi Diri

b. Mengetahui SOP Pemasangan Kateter

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 7 ini adalah :

1. Konsep Kebutuhan Aktualisasi Diri

2. Konsep SOP Pemasangan Kateter

C. URAIAN MATERI

1. Konsep Kebutuhan Aktualisasi Diri

D.PENUTUP

2.Pertanyaan
1.
Topik 8
Konsep Dasar Siklus Mikro Organisme dan Cara Penularanya

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami


makna dan maksud dari konsep Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan
Kebutuhan, serta untuk mengetahui penerapan Teori Memiliki dan Dimiliki
dalam keperawatan.

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Mengetahui pengertian Mikroorganisme
b. Mengetahui Siklus hidup mikroorganisme
c. Mengetahui cara penularan Mikroorganisme
B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 2 ini adalah :
1. Pengertian Mikroorganisme
2. Siklus hidup Mikroorganisme
3. Cara penularan Mikroorganisme

C. URAIAN MATERI
1. Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil
(biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniselular) meskipun beberapa protista bersel
tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat
mata telanjang. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang
bekerja dibidang ini disebut mikrobiolog (Anonymousc, 2009).
Mikroorganisme adalah organisme hidup yang sangat kecil, yang tidak dapat
dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Untuk menghindari berkembangnya mikroorgaisme
dalam lingkungan kerja, seorang karyawan harus tahu bagaimana sebuah mikroorganisme
itu hidup, tumbuh, dan berkembang menjadi banyak dan bagaimana mikroorganisme ini
bertransformasi. (Knight dan Kotschevar, 2000 : 289).

2. Jenis-jenis Mikroorganisme
Menurut Knight dan Kotschevar (2000 : 277 ) mikroorganisme dibagi menjadi:
1. Bakteri

Bakteri biasanya menyebabkan penyakit pada manusia. Dalam perkembangannya bakteri


membutuhkan makanan, udara yang lembab, dan pada temperatur yang tepat. Contoh :
Salmonella, Eccerecia Coli, Staphylococcus dan Diphtheria bacilus.

2. Virus

Organisme hidup yang paling kecil adalah virus. Ada beberapa virus yang tidak bisa
dilihat, walaupun sudah menggunakan mikroskop. Biasanya virus ini menyebar lewat media air
dan makanan. Sebagai contoh, virus hepatitis. Sedangkan virus polio, menyebar lewat makanan
atau susu.
3. Parasit

Sebagai contoh Endamoeba histolytica adalah parasit yang hidup di air, minyak, buah atau
sayuran dan makanan yang lain.
4. Jamur

Jamur di sini dimaksudkan adalah jamur dengan kategori fungi. Biasanya jamur ini tidak
menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan kerusakan pada makanan. Sebagai contoh, jamur
yang ditemukan pada permukaan daging, bisa dibuang bagian daging tersebut tanpa harus
membuang semua daging.
5. Ragi

Sama dengan jamur, ragi juga tidak menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan
kerusakan pada makanan. Ragi biasanya bereaksi jika ada karbondioksida. Ragi biasanya
digunakan dalam pembuatan minuman alcohol dan pembuatan roti.

3. Siklus Hidup Mikroorganisme

 Fase Lag (Lag Phase)


Pada fase ini, bakteri tidak mengalami pertumbuhan. Namun, mereka melakukan adaptasi
dengan lingkungan baru mereka dan bermetabolisme, dengan cara, menghasilkan vitamin dan
asam amino yang dibutuhkan untuk untuk pembelahan. Selanjutnya, bakteri memulai proses
penyalinan DNA mereka, dan jika lingkungan baru mereka memiliki pasokan nutrisi yang
sesuai dan banyak, fase lag dapat terjadi dengan singkat. Kemudian bakteri akan melanjutkan
ke fase berikutnya dalam siklus hidup mereka.
 Fase eksponensial (Log or Exponential Phase)
Selama fase log atau eksponensial, bakteri berkembang biak dengan sangat cepat, bahkan
secara eksponensial.Waktu yang dibutuhkan Kultur untuk menggandakan diri disebut
"Generation Time," dan apabila berada pada kondisi terbaik, bakteri dapat
menggandakandirinya dalam waktu sekitar 15 menit. Ada juga bakteri lain yang membutuhkan
waktu berhari-hari.
Dalam bakteri, salinan DNA melayang ke sisi berlawanan dari membran. ujung dari bakteri
kemudian tertarik untuk berpisah, yang menciptakan dua "sel anak," yang identik dan siap
memulai kehidupan baru. Proses ini disebut pembelahan biner (binary fission).
 Fase stasioner (Stationary Phase)
Selama fase stasioner, pertumbuhan bakteri sedikit datar. Karena banyaknya zat sisa dan
semakin menyempitnya ruang hidup, bakteri tidak dapat mempertahankan wilayah yang
terbentuk pada fase sebelumnya. Jika bakteri mampu bergerak menuju kultur yang lain, maka
pertumbuhannya dapat dilanjutkan.
 Fase Kematian (Death Phase)
Selama fase kematian, bakteri kehilangan semua kemampuan untuk mereproduksi, yang
seolah-olah menjadi “lonceng kematian” mereka. Seperti pada fase log atau fase eksponensial,
kematian bakteri dapat terjadi secepat pertumbuhan mereka.

4. Cara penularan Mikroorganisme

Proses penyebaran mikroorganisme kedalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan,dapat
melalui berbagai cara, diantaranya :
1. Kontak tubuh
Kuman masuk kedalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung maupun tidak
langsung,penyebaran secara lamgsung melalui sentuhan dengan kulit,sedangkan tidak langsung
dapat melalui benda yang terkontaminasi kuman.
2. Makanan dan minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi,seperti
pada penyakit tifus abdominalis,penyakit infeksi cacing dan lain lain.
3. Serangga
Contoh proses penyebaran kuman melalui serannga adalah penyebaran penyakit malaria oleh
plasmodium pada nyamuk aedes dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat 
ditularkan melalui lalat.
4. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit sistem
pernapasan (penyebaran kuman tuberkolosis) atau sejenisnya.
D. Penutup
Mikroorganisme adalah organisme hidup yang sangat kecil, yang tidak dapat
dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Jenis mikroorganisme yang paling banyak
menginfeksi tubuh manusia yaitu bakteri. Siklus hidup bakteri terdiri dari beberapa fase
yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Cara penularan
bakteri pada tubuh manusia berupa kontak tubuh, makanan/minuman, serangga dan
udara.
b.mineral
c.karbohidrat
b.oksigen
Topik 9
Pemeriksaan Sputum, Pemeriksaan Protein Urine

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, Mahasiswa diharapkan mampu


memeahami pemeriksaan sputum dan pemeriksaan protein urine.

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Mengetahui pemeriksaan sputum
b. Mengetahui SOP Pengumpulan Sputum
c. Mengetahui pemeriksaan protein urine
d. Mengetahui SOP pemeriksaan protein urine

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 9 ini adalah :

1. Pemeriksaan Sputum
2. SOP Pengumpulan Sputum
3. Pemeriksaan Protein Urine
4. SOP pemeriksaan protein urine

C. URAIAN MATERI

1. Pemeriksaan Sputum
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui  mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992).
Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal
dari tenggorokan, hidung atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada
pasien  yang dahaknya akan diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru.
Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan
keluaran sekresi yang sering mengandung organisme penyebab. Perhatikan dan catat
volume, konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan sputum mencakup
pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram
biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang organisme yang
cukup untuk menegakkan diagnose presumtif.
2. Kultur Sputum
Untuk mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnose definitif.
Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan terapi
antibiotic dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
3. Basil Tahan Asam (BTA)
menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang setelah dilakukan
pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.
Jenis Pemeriksaan Sputum
1. Pewarna gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis
mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2. Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna
menegakkan diagnosis definitif.
3. Sensitifitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam
sputum.
4. Basil tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa, yang
setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol
asam
5. Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma)
pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial;
sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya
karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang
terdapat tidak meruntuhkan sel.
6. Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus sering
dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan.
Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi
parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif, klien diberikan wadah khusus
untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter
isinya dicatat dan diuraikan.

2. SOP Pengumpulan Sputum


PENGERTIAN :
Pengambilan sampel sputum pada saluran pernapasan pasien yang dicurigai
mengandung kuman Mycobacterium Tuberculosa dengan cara dibatukkan.
TUJUAN :
1. Untuk mengetahui apakah didalam sputum pasien terdapat kuman
Mycobacterium Tuberculosa
Untuk menegakkan diagnosis TB Paru dan pemberian OAT
INDIKASI :
Pasien dengan dicurigai menderita TBC paru
KEBIJAKAN:
1. Pengambilan sampel sputum dilakukan pada tempat khusus yang telah
ditentukan(Tempat
terbuka, Teras, tempet khusus dengan sirkulasi udara yang baik)

2. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan


untuk
mendapat sputum bagian dalam lebih besar, atau juga bisa diambil sputum sewaktu.
3. Pengambilan sputum juga harus dilakukan sebelum pasien menyikat gigi
4. Agar sputum mudah dikeluarkan, pasien dianjurkan mengkonsumsi air yang banyak
pada malam hari sebelum pengambilan sputum
5. Dalam pengambilan sputum untuk bakteri tahan asam(BTA) diperlukan 3 kali
pengambilan sputum yang disebut sputum SPS (Sewaktu pemeriksaan awal hari
pertama malam jam 23.00), Pagi hari sesaat bangun tidur sebelum makan dan
minum, Sewaktu yang ketiga saat pasien mau mengantar sampel sputum ke
laboratorium

ALAT:
Tempat pot sputum sebanyak tiga buah yg telah diberikan etiket pada sisi luarnya
(jangan pada tutupnya)
Blanko permintaan pemeriksaan sputum BTA disertai dengan blanko TB 05
Tissue
Tempat khusus penempatan pot sputum yang sudah diambil Blanko permintaan
pemeriksaan sputum BTA
Air minum.

PROSEDUR KEPERAWATAN PENGAMBILAN SAMPEL SPUTUM

NO LANGKAH – LANGKAH NILAI


0 1 2
A TAHAP PRA-INTERAKSI

1 Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien


2 Kaji dan cek keadaan dan kebutuhan pasien
3 Siapkan peralatan
4 Kaji inspirasi dan validasi serta eksplorasi perasaan pasien
B TAHAP ORIENTASI
1 Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang ia sukai
2 Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada
pasien.
3 Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilakukan. Berikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk bertanya sebelum tindakan
dimulai.
4 Mintalah persetujuan pasien sebelum memulai tindakan
C TAHAP KERJA
1 Cuci tangan
2 Menjaga privasi pasien
3 S Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh
berkumur-kumur dengan air, lepaskan gigi palsu jika ada
4 Klien dipersilakan ke tempat khusus pengambilan
sputum
3. Sputum diambil dari batukkan yang pertama

5 Ajarkan cara batuk efektif.


6 In Cara membatukkan sputum dengan menarik napas dalam
dan kuat (pernapasan dada) à kemudian batukkan sputum
dari bronchus à trakea à mulut à pot penampung
7 Bila sudah, periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata
yang dibatukkan adalah air liur (saliva), maka pasien harus
mengulang membatukkan sputum

8 B Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen


dan kontraksi dari otot
S Sebaiknya pilih sputum yang mengandung unsur-unsur
khusus seperti butir keju, darah dan unsur-unsur lain

Bila sputum susah keluar, dapat diberikan obat glyseril


gulaykolat (ekspektoran) 200 mg atau dengan minum ait teh
manis saat malam sebelum pengambilan sputum
Pot penampung sputum diletakkan ditempat khusus yang
telah ditentukan, dilengkapi data-datanya dan siap dikirim
ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksa
9 A Merapikan pasien
Cara pengiriman sputum
Sampel sputum yang dikirim ke laboratorium pemeriksaan
harus disertai dengan data sebagai berikut :
1. a.Pot sputum diberi label dengan menulis
/menempelkan label pada dinding luar pot. Proses directing
labeling yang berisi data nama, umur, jenis kelamin, jenis
specimen, jenis test yang diminta dan tanggal pengambilan.
2.
3. b.Formulir/ kertas/ buku yang berisi data
keterangan klinis: dokter yang mengirim, riwayat
anamnesis, riwayat pemberian antibiotik terakhir
(minimal l3 hari harus dihentikan sebelum pengambilan
spesimen), waktu pengambilan spesimen, dan keterangan
lebih lanjut mengenai biodata pasien.
4.
c. Antar specimen dengan blanko permintaan ke
laboratorium.

D TAHAP TERMINASI
1 Observasi respon/ evaluasi pasien setelah tindakan
2 Cuci tangan
3 Dokumentasikan hasil dan tindakan yang dilakukan
E TOTAL NILAI
3. Pemeriksaan Protein Urine
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi
urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Urine disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra.

4. SOP Pemeriksaan Protein Urine

D.PENUTUP

2.Pertanyaan
Topik 10
Pemeriksaan HB, Pemeriksaan Gula Darah

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami


makna dan maksud dari konsep Stress dan Adaptasi, serta untuk mengetahui
penerapan Teori Memiliki dan Dimiliki dalam keperawatan.

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Mengetahui Konsep Teori Stress dan Adaptasi
b. Mengetahui SOP Pengumpulan Sputum

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 2 ini adalah :

1. Konsep Teori Stress dan Adaptasi

2. Konsep SOP Pengumpulan Sputum

C. URAIAN MATERI

1. Teori Stres dan Adaptasi

a. Stres

a) Pengertian Stres

Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar


terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni
perubahan fisiologis dan psikogis yakni bagaimana seseorang
merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik dan
psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang menginduksi
respon stres) (Pinel, 2009).
Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh
menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie K., 2005).
Sedangkan menurut WHO (2003) Stres adalah reaksi/respons tubuh
terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres
dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai
stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons
fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang
membuat stres semua sebagai suatu sistem.
b) Klasifikasi Stres

Stuart dan Sundeen (2005) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:

1) Stres ringan

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari


dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan
bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi Stres
sedang

Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting


saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit
lahan persepsinya.
2) Stres berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan


cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba
memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak
pengarahan.
c) Sumber Stres (Stresor)

Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan


menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis
nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stres
reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang
muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang
jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat,
biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan
kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan
dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sunaryo, 2002).
Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih
macam-macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik,
yaitu :
1) Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih
satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja
seseorang yang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan
karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya
kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis
konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
2) Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada
dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda
yang hamil diluar pernikahan, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi
disisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk
membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan
dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk
menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memiliki
konsekuensi yang tidak menyenangkan
3) Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu
merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari
seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang
berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya
tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa
rokok.
Tekanan timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan
dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma
yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya
orang tua menuntut anaknya agar disekolah selalu rangking satu, atau
istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.

d) Penggolongan Stres

Menurut Selye (2005) dalam menggolongkan stres menjadi dua


golongan yang didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang
dialaminya yaitu :
1) Distres (stres negatif)

Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak


menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana
individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah.
Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif,
menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
2) Eustres (stres positif)

Eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman


yang memuaskan, frase joy of stres untuk mengungkapkan hal-hal
yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustres dapat
meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan
performansi kehidupan. Eustres juga dapat meningkatkan motivasi
individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya
seni.

b. Adaptasi

a) Pengertian adapatasi

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban lingkungan


agar organisme dapat bertahan hidup (Sarafino, 2005). Sedangkan
menurut Gerungan (2006) menyebutkan bahwa adapatasi atau
penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri).

b) Macam-Macam Adaptasi

1) Adaptasi fisiologis

Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk


mempertahankan fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal
dan internal, respons dapat dari sebagian tubuh atau seluruh tubuh
serta setiap tahap perkembangan punya stresor tertentu.
Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam
menghadapi stressor dikontrol oleh medula oblongata, formasi
retikuler dan hipofisis.
Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976)
telah mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stres, yaitu:
a) LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome)

Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres,


responnya berjangka pendek
Karakteristik dari LAS:

(1) Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua
sistem.
(2) Respons bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk
menstimulasikannya.

(3) Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.

(4) Respons bersifat restorative.


2) Adaptasi psikologis

Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang


untuk menghadapi stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres dan
didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan
pengidentifikasian perilaku yang dapat diterima dan berhasil.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme
koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang
mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah secara langsung
untuk menghadapi ancaman atau dapat juga mekanisme pertahanan
ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distres emosional dan
dengan demikian memberikan perlindungan individu terhadap
ansietas dan stres. Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping
terhadap stres secara tidak langsung.
a) Task oriented behavior

Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan


kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan masalah,
menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan (Stuart &
Sundeen, 2005).
Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi tugas adalah:

(1) Perilaku menyerang

Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu


stresor.
(2) Perilaku menarik diri

Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stresor.


60

(3) Perilaku kompromi

Adalah mengubah metode yang biasa digunakan,


mengganti tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap
kebutuhan untuk memenuhi lain atau untuk menghindari
stres.
b) Ego Dependen Mekanism

Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan


psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan (Sigmund
Frued). Mekanisme ini sering kali diaktifkan oleh stressor
jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan gangguan
psikiatrik.
D.PENUTUP
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar
terhadap bahaya ancaman. Perubahan keadaan fisik dan psikologis ini
disebut sebagai stresor . Stres adalah suatu reaksi tubuh yang
dipaksa, di mana ia boleh menganggu equilibrium fisiologi
normal . Sedangkan menurut WHO Stres adalah reaksi/respons tubuh
terhadap stresor psikososial .
2. Pertanyaan
1. sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap
bahaya ancaman merupakan pengertian dari
a.stress
b.mekanisme koping
c.stressor
d.eustress
2.stress yang bersifat menyenangkan
adalah a.distress
b.eustress
d.depresi
b.mekanisme koping
3.stress yang tidak menyenangkan dan merugikan diri adalah
a.distress
b.eustress
d.depresi
b.mekanisme koping
4. mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti tujuan atau
menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi lain
atau untuk menghindari stress merupakan
a.perilaku menyerang
b.perilaku menarik diri
c.perilaku kompromi
d.perilaku halusinasi
Topik 11

Symbol Silsilah

Keluarga

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami


makna dan maksud dari Teknik Pemberian Obat, serta untuk mengetahui
penerapan Teori Teknik Pemberia Obat dalam keperawatan.

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Mengetahui Teknik Pemberian Obat
b. Mengetahui SOP Memberikan Obat

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok-


pokok materi yang akan dibahas dalam Topik 2 ini adalah :

1. Teknik Pemberian Obat

2. SOP Memberikan Obat

C. URAIAN MATERI

1. Pemberian obat secara Oral

a) Definisi oral
Oral adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara
pemberian obat iniOral, adalah rute pemberian yang paling umum dan
paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman.
Oral merupakan suatu tindakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan sesuai dengan
program pengobatan dari dokter. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.. Kelemahan dari
pemberian obat secara oral adalah efek yang tibul biasanya lambat, tidak
efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak
kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak enak).
Gambar 1.1 gambar pemberian obat melalui oral

Gambar 1.2 gambar pemberian obat dengan usia beberapa tahun

b) Tujuan pemberian
Tujuan dari pengobatan ini yaitu agar suatu obat dapat mencapai
tujuan kesembuhan, molekul obat harus dapat diabsorpsi pada saluran
pencernaan dan masuk ke dalam sistem sirkulasi dalam jumlah yang
diinginkan. Karenanya pemberian obat yang paling menyenangkan adalah
pemberian secara oral. Hal tersebut dikatakan Guru Besar Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara (USU) Prof. Matheus Timbul Simanjutak.
Dalam pidato yang disampaikan pada pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar
Tetap Bidang Biofarmasi pada Fakultas Farmasi USU, belum belum lama ini,
Prof.Matheus mengatakan, untuk alasan itu pengertian dan antisipasi mekanisme
dan faktor yang mempengaruhi absorpsi dan metabolisme pada usus halus
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam penemuan obat baru.
Dari berbagai hasil penelitian memperlihatkan keberhasilan strategi
untuk meningkatkan absorpsi obat dengan pemberian melalui oral dengan
merancang struktur molekul berdasarkan mekanisme transpor obat melalui
membran usus halus, ujarnya
Persiapan alat
a. Baki berisi obat
b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c. Pemotong obat (bila diperlukan)
d. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e. Gelas pengukur (bila diperlukan)
f. Gelas dan air minum
g. Sedotan
h. Sendok
i. Pipet
j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
Prosedur kerja
a. Siapkan peralatan dan cuci tangan
b. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual,
muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan
pengisapan lambung dll)
c. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat,
waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada
kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang
berwenang atau dokter yang meminta.
d. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil
obat yang diperlukan)Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan
jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa
mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan
obat).
1) Tablet atau kapsul
a) Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh
obat.
b) Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai
dengan dosis yang diperlukan.
Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan
menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat,
karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya
kerjanya.
Gambar 1.4 kapsul dan tablet

2) Obat dalam bentuk cair


a) Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum
dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
b) Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari
kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
c) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan
tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat
tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
d) Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
e) Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan
kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat
yang mengering pada tutup botol.
f) Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka
gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.

Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.


1) Identifikasi klien dengan tepat.
2) Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh klien.
3) Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral.
Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
4) Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan
klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum.
Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
5) Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap
keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau
dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
6) Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat
disposibel kemudian cuci tangan.
7) Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.

Gambar 1.5 obat cair

2. Pemberian obat secara Sublingual

a) Definisi sublingual
Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah
lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena
pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari
cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih
cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding
usus dan hati dapat dihindari.

Gambar 1.6 Rute pemberian obat secara sublingual


Gambar 1.7 pemberian obat secara sublingual

Gambar 1.8 infeksi yang membutuhkan pengobatan sublingual

b) Persiapan
Cek perencanaan Keperawatan klien
Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan Persiapan
Alat
Obat yang sudah ditentukan
Tongspatel (bila perlu )
Kasa untuk membungkus tongspatel

c) Pelaksanaan
Perawat cuci tangan
Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien
untuk mengangkat lidahnya
Meletakan obat dibawah lidah
Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt
Perawat cuci tangan
Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat

3. Pemberian obat secara parentral

a) Definisi parenteral
Parenteral adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui
mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh
darah. Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang
dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau
pembuluh darah dengan menggunakan spuit. Tujuannya adalah agar dapat
langsung menuju sasara. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar,
sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat
dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh
tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.

b) Tujuan
a. Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara
yang lain
b. Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
c. Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)
d. Memberikan zat imunologi

Gambar 1.9 Pemberian obat secara parentral


Gambar 2.0 Perawatan pemberian obat secara parentral

Gambar 2.1 Lokasi injeksi

c) Jenis pemberian obat secara parenteral:


o Intra cutan: menyuntikkan obat ke jaringan dermis dibawah epidermis
o Sub cutan : menyuntikkan obat ke jaringan di bawah lapisan dermis
o Intra muscular: menyuntikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh
o Intra vena: menyuntikkan obat ke dalam vena

Keuntungan:
Bisa diberikan pada klien yang tak sadar/ tak kooperatif
Bisa diberikan bila obat tidak dapat diabsorpsi melalui gastrointestinal
Obat dapat diabsorpsi lebih cepat

Kerugian:
Klien terutama anak merasa takut/ cemas
Menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit
Dapat menyebabkan infeksi, perlu teknik steril

INJEKSI INTRA CUTAN


Tujuan:
Mendapatkan reaksi setempat
Memberikan kekebalan/ imunisasi
Tempat Penyuntikkan:
Lengan atas : 3 jari dibawah sendi bahu, ditengah musculus deltoideus.
ex: bcg
Lengan bawah: bagian depan 1/3 dari lekukan siku, di kulit yang sehat
jauh dari pembuluh darah
Alat2 yang diperlukan:
Spuit + obat
Kom
Kapas alkohol
Bak
instrumen
Bengkok

Gambar 2.2 Injeksi Intra Kutan

Gambar 2.3 Injeksi intra kutan


Cara Kerja
1. Tahap orientasi
Beri salam, panggil klien
Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2. Tahap Kerja
Cuci
tangan
Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
Jaga privasi klien
Pilih tempat penusukkan
Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang
dipilih
Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
Desinfeksi daerah penyuntikkan
Tegangkan kulit dengan tangan non dominan
Masukkan jarum dengan sudut 15-20 derajat, posisi jarum menghadap ke
atas
Masukkan obat sampai terjadi gelembung berwarna putih pada kulit,tarik
jarum
Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
Lingkari daerah penyuntikkan
Buang spuit ke bengkok
Rapikan klien
Bereskan alat

3. Tahap terminasi
Evaluasi kegiatan
Akhiri kegiatan
Cuci tangan
Dokumentasi

INJEKSI SUB CUTAN


Tempat penyuntikan
Lengan atas sebelah luar 1/3 dari bahu
Paha sebelah luar 1/3 dari sendi
panggul Perut sekitar umbilikal
Alat2 yang diperlukan:
Spuit + obat
Kom
Kapas alkohol
Bak instrumen
Bengkok
Cara Kerja
1. Tahap orientasi
Beri salam, panggil klien
Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat

2. Tahap Kerja
Cuci tangan
Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
Jaga privasi klien
Pilih tempat penusukkan
Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang
dipilih
Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
Desinfeksi daerah penyuntikkan
Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan tangan non dominan
Lakukan penyuntikkan dgn tangan dominan posisi jarum membentuk
sudut 45 derajat,
Tarik plunger, observasi adanya darah bila tak ada masukkan obat
Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penyuntikkan
Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
Buang spuit ke bengkok
Rapikan klien
Bereskan alat
3. Tahap terminasi
Evaluasi kegiatan
Akhiri kegiatan
Cuci tangan
Dokumentasi

Gambar 2.4 Injeksi Sub kutan


Gambar 2.5 Letak pemberian subkutan

INJEKSI INTRA MUSCULAR


Tempat Penyuntikkan:
Musculus gluteus maximus kanan/kiri, 1/3 SIAS ke tulang ekor
Otot paha
Otot pangkal lengan
Alat2 yang diperlukan:
Spuit + obat
Kom
Kapas alkohol
Bak
instrumen
Bengkok
Cara Kerja
1. Tahap orientasi
Beri salam, panggil klien
Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat

2. Tahap Kerja
Cuci tangan
Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
Jaga privasi klien
Pilih tempat penusukkan
Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang
dipilih
Bebaskan daerah penyuntikkan dari
pakaian Desinfeksi daerah penyuntikkan
Tegangkan kulit pada otot yang akan disuntik dengan ibu jari dan tangan
non dominan
Lakukan penyuntikkan dgn tangan dominan posisi jarum membentuk
sudut 90 derajat,
Tarik plunger, observasi adanya darah bila tak ada masukkan obat
Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penyuntikan
Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
Lingkari daerah penyuntikkan
Buang spuit ke bengkok
Rapikan klien
Bereskan alat
3. Tahap terminasi
Evaluasi kegiatan
Akhiri kegiatan
Cuci tangan
Dokumentasi

Gambar 2.6 Injeksi Intar muscular


INJEKSI INTRA VENA
Tempat penyuntikkan
Lengan: vena mediana cubiti
Tungkai: vena Xapheneus
Leher : vena jugularis
Kepala: vena frontalis, vena
temporalis Alat2 yang diperlukan:
Spuit + obat
Kom
Kapas alkohol
Bak instrumen
75

Bengkok
torniquet
perlak
Cara Kerja
1. Tahap orientasi
Beri salam, panggil klien
Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2. Tahap Kerja
Cuci tangan
Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
Jaga privasi klien
Pilih tempat penusukkan
Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang
dipilih
Letakkan alas /perlak di bawah bagian tubuh yang akan disuntik
Pasang torniquet, anjurkan klien untuk mengepalkan tangan
Desinfeksi daerah penyuntikkan
Tegangkan kulit dengan tangan non dominan, tusukkan jarum ke dalam
vena sejajar dengan vena, jarum menghadap ke atas
Anjurkan klien membuka kepalan sambil membuka torniquet, secara
perlahan masukkan obat
Meletakkan kapas alkohol di atas jarum suntik, tarik spuit jika perlu beri
plester
Buang spuit ke bengkok
Rapikan klien
Bereskan alat
3. Tahap terminasi
Evaluasi kegiatan
Akhiri kegiatan
Cuci tangan
Dokumentasi
Gambar 2.7 Injeksi intra vena

2.4 Pemberian Obat Secara Anus/Rektum


A. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui
anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada
daerah feses dan merangsang buang air besar.

Gambar Pemberian Obat melalui anus.


Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat
dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan
defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan
berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan
tepat pada dinding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi
pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Pemberian Obat yang dilakukan melalui anus atau rektum dengan
tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini
disebut juga pemberian obat supositorium. Contoh pemberian yang
memiliki efek lokal seperti pada obat dulkolak supositoria yang berfungsi
secara lokal untuk meningkatkan defekasi. Contoh efek sistemik adalah
pemberian obat aminofilin supositoria dengan fungsi mendilatasi bronkial.
Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding mukosa rektal
yang melewati sfingter anus interna. Kontra indikasi pada pasien yang
mengalami pembedahan rektal. Suppositoria adalah sediaan padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui anus atau rektum.
Umumnya berbentuk torpedo dapat meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan
setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau sistematik.
(Farmakope Indonesia Edisi IV).
Suppositoria merupakan obat luar karena penggunaannya tidak
melewati mulut dan tidak menuju ke arah lambung, hanya dimetabolisme
dalam darah dan dinding usus.
Salep (cream) adalah sediaan yang digunakan untuk pemberian
topikal ke area perianal. Sebagian besar digunakan untuk terapi kondisi
lokal pruritis anorektal, inflamasi dan nyeri atau ketidaknyamanan akibat
wasir.
Contohnya:
Astrigents (Zinc oxide)
Pelindung dan pelicin (cocoa butter dan
lanolin) Anestesi lokal (Pramoxine HCl)
Antipruritis serta agen antiinflamasi (Hidrokortisone)
Beberapa produk rectal cream, gel, dan ointment komersial yaitu :
ANUSOL ointment, TRONOLANE cream, ANALPRAM-HC cream, dan
DIASTAT Gel.
Cair (larutan) Rektal adalah sediaan rektal yang sangat sedikit
digunakan, karena tidak menyenangkan dan kepatuhan pasien rendah.
Dalam banyak kasus, sediaan ini digunakan untuk memasukkan media atau
agen untuk rontgen saluran pencernaan bagian bawah. Walaupun absorpsi
obat dari larutan lebih baik daripada dari suppositoria solid, tetapi
penggunaan jarang sekali. Contoh : ROWASA rectal suspension enema
(mesalamine), ASACOL rectal suspension enema (mesalazine).
Rektal aerosol atau busa rektal aerosol disertai dengan aplikator
untuk memudahkan penggunaannya.
Aplikator dimasukkan ke dalam wadah berisi produk, serta terdapat alat
pengatur dosis obat aerosol. Aplikator dimasukkan ke dalam anus dan obat
dapat diberikan melalui rektal.
Beberapa contoh rektal aerosol : PROCTOFOAM HC
(Hidrocortisone dan Pramoxine), CORTIFOAM (Hidrocortisone).
B. Tujuan
Memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk
melunakkan faeces dan merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik
untuk dilatasi bronkus.
C. Alat Dan Bahan :
1. Obat supositorium dalam tempatnya
2. Sarung tangan
3. Kain kasa
4. Vaselin/pelicin/pelumas
5. Kertas tisu

D. Prosedur Kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
5. Olesi ujung obat supositorium dengan pelicin
6. Minta pasien mengambil posisi tidur miring (sims) lalu regangkan bokong
dengan tangan kiri. Kemudian masukkan supositoria dengan perlahan
melalui anus, sfingter interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10
cm pada orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm untuk anak/bayi
7. Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan
tisu
8. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih
15 menit
9. Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakkan di bengkok
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
11. Catat prosedur dan respons pasien
E. Penyakit yang biasa terjadi pada rectum
Proktitis (radang lapisan rektum) DEFINISI Proktitis adalah peradangan
pada lapisan rektum (mukosa rektum). Pada proktitis ulserativa, ulkus
(luka) muncul pada lapisan rektum yang meradang. Hal ini bisa mengenai
rektum bagian bawah selebar 2,5-10 cm. Beberapa kasus sudah
memberikan respon terhadap pengobatan; yang lainnya menetap atau
kambuh dan membutuhkan pengobatan jangka panjang. Beberapa kasus
akhirnya berkembang menjadi kolitis ulserativa.

Gambar Radang Pada lapisan rectum

F. Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatan


Penyebab
Proktitis memiliki beberapa penyebab :
1. Penyakit Crohn atau kolitis ulserativa
2. Penyakit menular seksual (gonore, sifilis, infeksi Chlamydia trachomatis,
herpessimpleks, infeksi sitomegalovirus), terutama pada laki-laki
homoseksual.
3. Bakteri spesifik seperti Salmonella
4. Penggunaan antibiotik tertentu yang merusak bakteri usus normal dan
memungkinkan bakteri lainnya tumbuh
5. Terapi penyinaran pada rektum atau di sekitar rektum.
Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan memiliki resiko
tinggi terhadap terjadinya proktitis, terutama pada infeksi yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks atau sitomegalovirus.
D. PENUTUP
Oral adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara
pemberian obat iniOral, adalah rute pemberian yang paling umum dan
paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman.
Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah
lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena
pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari
cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih
cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding
usus dan hati dapat dihindari.
Parenteral adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut
(tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah.
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan
dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah
dengan menggunakan spuit. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju
sasara.
Pemberian obat melalui rectum Merupakan cara memberikan obat
dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan
memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut
pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi
obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
2. Pertanyaan
1. Obat yang dimasukkan melalui mulut
merupakan a.sublingual
b.oral
c.rektum
d.parenteral
2. Obat yang dimasukkan melalui anus/bokong
merupakan a.sublingual
b.oral
c.rektum
d.parenteral
3. Obat yang dimasukkan langsung ke vena
merupakan a.sublingual
b.oral
c.rektum
d.parenteral
4. Obat yang dimasukkan melalui bawah mulut merupakan
a.sublingual
b.oral
c.rektum
d.parenteral
5. Obat yang dimasukkan melalui mulut
merupakan a.sublingual
b.oral
c.rektum
d.parenteral
Topik 12

Konsep Dasar Termofisika

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami


makna dan maksud dari konsep dasar EKG,RJP.

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Mengetahui Konsep dasar EKG dan RJP
b. Mengetahui SOP Pemasangan EKG

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok-


pokok materi yang akan dibahas dalam Topik 2 ini adalah :

1. Konsep dasar EKG dan RJP

2. SOP Pemasangan EKG

C. URAIAN MATERI

1. EKG
a) Pengertian Elektrokardiogram(EKG)

Elektrokardiografi (EKG) atau Electrocardiography (ECG) merupakan suatu


alat yang digunakan untuk merekam sinyal biologi yang terbentuk sebagai hasil
dari aktivitas listrik jantung . Sinyal ini diambil dengan cara memasangkan
elektroda pada titik tertentu pada bagian tubuh pasien. Hasil rekaman EKG
mempunyai bentuk yang spesifik sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk
menentukan kondisi kesehatan jantung seseorang oleh dokter ahli jantung. Sinyal
EKG mempunyai tegangan sampai 0,3mV dan rentang frekuensi antara 0,03 – 100
Hz. Sinyal ini dideteksi dan direkam menggunakan perangkat elektrokardiografi.
Pada dasarnya EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombang
mewakilkan
satu denyut jantung (satu kali aktifitas listrik jantung). Lihat gambar 3 gelombang
EKG.

Sumber gambar : The Respiratory System and the Cardiovascular System.[13]

Gambar 1 Gelombang sinyal EKG

Dalam satu gelombang EKG terdiri dari beberapa titik gelombang ada yang
disebut interval dan segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang
sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR
interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan
ST segmen.
Sumber Tabel : The Respiratory System and the Cardiovascular System[13]

Tabel 1 Parameter Elektrokardiografi

Gelombang EKG Amplitudo EKG Interval Durasi


P <0.3 mV P-R 0.12-0.20 dtk
R 1.6 – 3 mV Q-T 0.35-0.44 dtk
Q 25% dari R S-T 0.05-0.15 dtk
T 0.1 – 0.5 mV Q-R-S 0.06 – 0.10 dtk

Interval antara R-R menandakan periode dari detak jantung yang dapat
dikonversikan menjadi Heart Rate:
HR = 60 / R-R (S)

R – R = adalah interval antara sinyal R dengan sinyal R yang diukur dalam detik.
Interval R-R relatif konstan dari detak ke detak.Perubahan pada interval R-R
menandakan adanya kecepatan jantungyang tidak wajar. Dalam pengambilan
sinyal
elektrokardiografi terdapat berbagai metode yang bisa dilakukan yaitu :

1. Standard Clinical EKG

Menggunakan 10 elektroda (12 lead) digunakan untuk menganalisis kondisi


kesehatan jantung pasien.
2. Vectorcardiogram/ Standart Monitoring

Pemodelan potensial tubuh sebagai vektor 3 dimensi dengan menggunakan


sadapan bipolar (Einthoven) atau Unipolar. Pengambilan sinyal jantung melalui 3
titik tertentu pada tubuh, yang digunakan untuk memantau kondisi kesehatan
jantung pasien dalam jangka waktu tertentu.

2. Sadapan (lokasi penempatan lead) EKG

Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda di kulit pada


tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan,
karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
Terdapat 3 jenis sadapan (lead) pada EKG, yaitu :
A. Sadapan Prekordial

Merupakan sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 yang ditempatkan secara
langsung di dada.

Sumber gambar : The Respiratory System and the Cardiovascular System[13]

Gambar 2 Sadapan Prekordial

1. Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.

2. Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.


3. Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.

4. Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak


apeks berpindah).
5. Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris
anterior.
6. Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea
midaxillaris.

B. Sadapan Unipolar

Sumber gambar : The Respiratory System and the Cardiovascular System[13]

Gambar 3 Sadapan Unipolar

1. aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang bermuatan
(+),dan elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda
indifiren.
2. aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+),
dan muatan (-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda
indifiren.
3. aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) dan
elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda
indifiren.
C. Sadapan Bipolar (Einthoven)

Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, yang ditandai dengan angka


romawi I, II dan III.

Sumber gambar : The Respiratory System and the Cardiovascular System

Gambar 4 Sadapan Bipolar

1. Sadapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) yang


bermuatan negatif (-) tangan kiri bermuatan positif (+).
2. Sadapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan kaki kiri
(LF) yang bermuatan (+).
3. Sadapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) yang bermuatan(-)
dan kaki kiri (+).

3. Irama Jantung

Irama jantung terdiri dari 3 macam yaitu Irama Sinus, Irama Junction, dan Irama
Ventrikel. Masing-masing irama dinamai sesuai dengan asal impuls listrik yang

86
keluar. Bila pencetus impuls listrik keluar dari SA Node maka irama yang muncul
disebut Irama Sinus, dari SA Node muncul Irama Junction dan dari Ventrikel disebut
Irama Idioventrikuler [1]. Untuk irama sinus yaitu irama jantung yang sumber
pacemakernya berasal dari SA Node atau impulsnya berasal dari SANode, ada
beberapa irama yang impulsnya berasal dari SA Node diantaranya :
1. Sinus Normal

Sumber gambar : Satu-satunya Buku EKG Yang Anda Perlukan (Edisi 7) [1]

Gambar 5 Ritme Sinus Normal

Ciri-ciri irama jantung normal :

a. Gelombang P(+) membentuk gambar cembung seperti bukit.

b. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak.

2. Sinus Bradikardia

2. Resusitasi Jantung Paru

a) Pengertian
Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan suatu cara dan tindakan darurat
yang dilakukan untuk menghidupkan serta memulihkan kembali keadaan henti
nafas dan atau henti jantung agar kembali dapat berfungsi secara optimal dan
dapat menghindarkan dari kematian. Kematian yang dimaksudkan di sini
adalah kematian klinis yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya
nadi arteri karotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung dan
pembuluh darah, terhentinya pernafasan, serta terjadi gangguan atau
penurunan kesadaran yang selanjutnya akan diikuti oleh terjadinya kematian
biologis yaitu terjadinya kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki, empat

87
menit setelah terjadinya kematian klinis (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al.,
2004).

a. Teknik Resusitasi Jantung Paru


Tindakan resusitasi jantung paru menurut Alkatiri dan Bakri (2007) dan
Muhiman (2004) dibagi dalam tiga fase, pada tiap fase terdapat tindakan
pokok yang harus dilakukan yang tersusun sesuai dengan abjad, yaitu:
1) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)

a) Airway control: pembebasan jalan nafas agar tetap terbuka

b) Breathing support : mempertahankan ventilasi dan oksidasi paru


c) Circulation support : mempertahankan sirkulasi darah dengan mengadakan
bantuan sirkulasi buatan dengan melakukan pijat jantung
2) Bantuan Hidup Lanjut (Advance Life Support)

a) Drug and fluid : dilakukan pemberian obat dan cairan

b) Electrocardiography : dilakukan segera setelah pijat jantunguntuk penentuan


irama jantung
c) Fibrilation treatment : dilakukan untuk mengatasi keadaan
fibrilasi ventrikel
Penjelasan dari ketiga fase tindakan resusitasi jantung paru tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)
Bantuan hidup dasar merupakan tindakan pertolongan dasar pertama
setelah terjadinya henti jantung yang dilakukan untuk membebaskan jalan
nafas, membantu pernafasan, serta mempertahankan sirkulasi darah pada
penderita yang dilakukan tanpa menggunakan alat bantu. Tujuan dari tindakan
ini adalah pemberian oksigenisasi darurat secara efektif pada organ vital untuk
mempertahankan ventilasi paru serta distribusi darah oksigenisasi ke jaringan
dalam tubuh. Indikasi dilakukannya tindakan ini adalah henti nafas dan henti
jantung, pasien dapat ditemukan dalam keadaan, yaitu: tidak dapat ditemukan

88
denyut nadi tetapi masih ada pernafasan, denyut nadi ada tetapi pernafasan
tidak didapatkan, atau keadaaan tidak didapatkan baik denyut nadi maupun
pernafasan (Alkatiri et al., 2007; Latief et al., 2007).

a) Airway control
Pada saat pertolongan pertama sangat penting untuk mengetahui ada
tidaknya gangguan jalan nafas pada pasien yang dapat mengganggu aliran
nafas sehingga menimbulkan terjadinya henti nafas. Penyebab utama obstruksi
pada jalan nafas adalah terjadinya penurunan atau hilangnya tonus otot
tenggorokan sehingga lidah akan jatuh ke belakang dan menyumbat faring
sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesadaran, dimana keadaan
ini sering terjadi pada pasien dengan trauma kepala. Selain itu obstruksi pada
jalan nafas juga dapat disebabkan oleh adanya bekuan darah, muntahan,
edema, dan trauma (fraktur pada tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila,
fraktur laring atau trakea).
Pada beberapa kasus, ditemukan pasien yang tersedak dan berada dalam
keadaan tidak sadar yang disertai dengan henti nafas, maka harus dilakukan
pemeriksaan pada saluran nafas dengan membuka mulut pasien untuk
mengetahui ada tidaknya benda asing yang harus segera dikeluarkan dengan
menggunakan jari penolong. Apabila sumbatan berupa cairan maka dapat
dibersihkan dengan menggunakan jari telunjuk atau jari tengah

penolong yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan apabila sumbatan


berupa benda keras maka dapat diambil dengan menggunakan jari telunjuk
penolong yang dibengkokkan. Pasien yang masih dapat berbicara dianggap
tidak memiliki gangguan pada jalan nafas, tetapi tetap harus dilakukan
penilaian ulang terhadap jalan nafas (Achyar et al., 2011; Alkatiri et al., 2007;
Dobson, 1994; IKABI 2004; Purwoko, 2012).
Apabila masih terjadi henti nafas dan denyut nadi tidak teraba, maka akan
diberikan 2 kali ventilasi setelah dilakukan kompresi atau pijat jantung.
1) Mulut ke mulut
Dengan cara ini pemberian ventilasi dianggap paling efektif dan cepat.
Penolong harus mempertahankan posisi kepala dan leher pasien untuk
mempertahankan jalan nafas, menutup hidung pasien, serta mulut pasien harus

89
tertutup oleh mulut penolong sepenuhnya untuk menghindarkan terjadinya
kebocoran. Sebelum melakukan ventilasi, penolong harus mengambil nafas
terlebih dahulu. Pemberian volume udara harus sesuai karena volume dan
laju udara yang berlebihan akan menyebabkan udara memasuki lambung
sehingga terjadidistensi lambung.
2) Mulut ke hidung
Ventilasi dengan cara ini dilakukan pada pasien dengan keadaan tidak
dimungkinkannya ventilasi melalui mulut ke mulut, seperti keadaan trismus
atau adanya luka berat pada daerah mulut. Dengan teknik ini, udara akan
dihembuskan dari mulut penolong ke hidung pasien dan mulut pasien harus
tertutup untuk mencegah kebocoran udara.
3) Mulut ke stoma
Ventilasi dengan cara ini dilakukan pada pasien dengan laringotomi yang akan
menghubungkan langsung trakhea ke kulit (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et
al., 2004; Purwoko, 2012).
b) Circulation support
Tindakan ini dilakukan untuk mempertahankan sirkulasi darah dalam
tubuh agar sel-sel saraf dalam otak tetap dapat hidup dengan melakukan
kompresi atau pijat jantung. Bantuan sirkulasi dapat dilakukan melalui pijat
jantung luar yang dilakukan secara teratur pada akhir inspirasi (Alkatiri et al.,
2007).

Tindakan resusitasi dapat dihentikan apabila terdapat tanda- tanda:


1) Pasien yang tidak bergerak, pupil berdilatasi, dan pernafasannya terhenti yang
diakibatkan adanya cedera kepala.
2) Pasien yang telah mendapatkan resusitasi selama 30 menit tetapi menunjukkan
prognosis yang buruk, seperti: tidak bergerak dengan pupil berdilatasi, nadi
femoralis dan karotis yang tidak teraba, dan tidak didapatkannya pernafasan
(Dobson, 1994).

4. SOP PEMASANGAN EKG

Pengertian :
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahab

90
potensial atau perubahan voltase yang terdapat dalam jantung.
Elekrokardiogram adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik
jantung yang dihubungkan dengan waktu.

Kegunaan EKG :
1. Mengetahui kelainan-kelainan irama Jantung.
2. Mengetahui kelainan- kelainan miokardium.
3. Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung.
4. Mengetahui adanya gangguan elektrolit.
5. Mengetahui adanya gangguan perikarditis.

Cara merekam EKG :

Persiapan Alat :
1. Mesin EKG yang DIlengkapi 2 kabel :
 Satu kabel untuk listrik (power)
 Satu kabel untuk grount
 Satu kabel untuk pasien
2. Plat electrode
Yaitu plat electrode ekstremitas diikatkan dengan ban pengikat khusus dan
electrode dada dengan balon penghisap.
3. Jelly electrode / air
4. Kertas EKG
5. Kertas tissue

Orientasi :
1. Mengucapkan salam pada pasien.
2. Menjelaskan jenis pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan pada pasien.
3. Menjelaskan langkah dan prosedur pemeriksaan pada pasien.
4. Menanyakan kesediaan pasien.

Fase Kerja :
1. Periksa kelengkapan alat.

91
2. Cuci tangan.
3. Posisikan pasien pada posisi berbaring tenang di bed, tangan dan kaki
pasien tidak saling. bersentuhan denga anggota tubuh lain atau benda-benda
yang terbuat dari logam selain electrode.
4. Pastikan tidak ada alat elektronik dan logam lain yang bersentuhan
dengan pasien.
5. Bersihkan dada dan kedua tangan dan kaki pasien dengan kapas kapas alcohol.
6. Berikan sedikit jeli pada setiap tempat pemasangan elektoda di tubuh pasien.
7. Pasang Elektrode ekstremitas atas pada pergelangan tangan searah
dengan telapak tangan.

Merah : dipasang pada tangan kanan

Kuning : dipasang pada tangan kiri


8. Elektrode ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki sebelah
dalam Hitam : dipasang pada kaki kanan
Hijau : dipasang pada kaki kiri

9. Pasang Elektode dada ( perikordial)

V1 : dipasang pada spatium interkostal (SIC) ke 4 pinggir kanan sternum.

V2 : dipasang pada spatium interkostal (SIC) ke 4 pinggir kiri sternum.

V3 : dipasang ditengah antara V2 dan V4.

V4 : dipasang pada spatium interkostal (SIC) ke 5 pinggir kiri sternum.

V5 : dipasang sejajar V4 garis aksilaris kiri.

V6 : Sejajar V4 garis mid aksilaris kiri.


10. Nyalakan Mesin EKG.
11. Lihat Monitor EKG, apabila grafik EKG sudah terlihat dengan
jelas, rekam/print setiap lead 3-4 beat (setelan otomatis).
12. Apabila hasil print EKG sudah dapat dibaca dengan jelas lepaskan
seluruh electrode.
13. Bersihkan tubuh pasien dan rapikan kembali posisi pasien.
14. Beritahukan pada pasien bahwa perekaman telah selesai.

92
Terminasi
1. Informasikan hasil perekaman pada pasien.
2. Beri reinforcement terhadap sikap kooperatif.
3. Beritahukan / diskusikan rencana tindak lanjut pada pasien.
4. Ucapkan salam penutup terhadap pasien.

E. PENUTUP
Elektrokardiografi (EKG) atau Electrocardiography (ECG) merupakan suatu alat yang
digunakan untuk merekam sinyal biologi yang terbentuk sebagai hasil dari aktivitas
listrik jantung .
Dalam satu gelombang EKG terdiri dari beberapa titik gelombang ada
yang disebut interval dan segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U
(kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval
terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari
PR segmen, dan STsegmen.
Tindakan resusitasi jantung paru menurut Alkatiri dan Bakri (2007) dan
Muhiman (2004) dibagi dalam tiga fase, pada tiap fase terdapat tindakan
pokok yang harus dilakukan yang tersusun sesuai dengan abjad.
2.pertanyaan
1. merupakan suatu alat yang digunakan untuk merekam sinyal biologi yang
terbentuk sebagai hasil dariaktivitas listrik jantung merupakan

a.ECG
b.EKG
c.RJP
d.Heimlich
2. merupakan suatu alat yang digunakan untuk merekam sinyal biologi yang
terbentuk sebagai hasil dariaktivitas listrik jantung merupakan

a.ECG
b.EKG
c.RJP
d.Heimlich
3. ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum

93
a.V1
b.V2
c.V3
d.V6
4. ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
a.V1
b.V2
c.V3
d.V6
5. pembebasan jalan nafas agar tetap terbuka
a.Airway Control
b.Breathing
c.Circulation
d.Drug and Fluid

94
Topik 13
Penerapan Fisika Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami


makna dan maksud dari konsep Gangguan Kebutuhan Oksigen.

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :


a. Mengetahui Konsep Gangguan Kebutuhan Oksigen
b. Mengetahui SOP Menghitung penafasan

B. POKOK-POKOK MATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 2 ini adalah :

1. Konsep Gangguan Kebutuhan Oksigen

2. SOP Menghitung Pernafasan

C. URAIAN MATERI

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Abraham Maslow (2015) (dalam buku Mubarak, 2017) manusia


mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan
melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun
kebutuhan merupakan suatu hal yang penting, bermanfaat, atau diperlukan
untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Banyak ahli filsafat,
psikologis, dan fisiologis menguraikan kebutuhan manusia dan membahasnya
dari berbagai segi.Orang pertama yang menguraikan kebutuhan manusia

95
adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham maslow seorang psikolog
dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang
lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow.
Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar yaitu sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)

Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat


fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang
ditandai oleh kekurangan (defisit) sesuatu dalam tubuh yang bersangkutan.
Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basicneeds) yang jika tidak
dipenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrem (misalnya kelaparan) manusia
yang bersangkutan kehilangan kendali atasperilakunya sendiri karena seluruh
kapasitas manusia tersebut dikerahkandan dipusatkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relative sudah
tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa
aman (safety needs). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam
hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan
yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya
dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang
kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha
memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi kebutuhan akan
cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia
untuk bertahan hidup.Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu
sebagai berikut.
a) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.

b) Kebutuhan cairan dan elektrolit.

c) Kebutuhan makanan.

d) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi.

e) Kebutuhan istirahat dan tidur.

f) Kebutuhan aktivitas

g) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh.

h) Kebutuhan seksual.

96
Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup
seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat manusia.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)

Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan,


stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan,
bebas dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya. Oleh karena adanya
kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang,
mengembangkan kepercayaan, membuat system, asuransi, pension, dan
sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu
lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan sesorang tentang
dunianya dapat terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakuknya akan
cenderung kearah yang makin negativ. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman
yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun
psikologis. Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut.

a) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, daninfeksi.


b) Bebas dari rasa takut dan kecemasan.

c) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan asing.

c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging


Needs)

Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relative sudah terpenuhi, maka
timbul kebutuhan akan harga diri (self-Esteem Needs). Ada dua macam
kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan
kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri, dan kemandirian. Sementara
yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status,
ketenaran, dominasi, kebanggan, dianggap penting, dan

apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akanharga


diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak bergantung pada orang
lain, dan selalu siap untuk berkembang terus untukselanjutnya meraih
kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan
ini meliputi sebagai berikut.
1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain.

97
2) Kompeten.

3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

d. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhanyang


tidak tersusun secara hierarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta
kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologiseperti apatisme,
kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi,keterasingan,
mementingkan diri sendiri, kehilangan selera, dan sebagainya. Kebutuhan ini
meliputi sebagai berikut
1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri).
2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri.

3) Tidak emosional.

4) Mempunyai dedikasi yang tinggi.

5) Kreatif.

6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya

2. Konsep Kebutuhan Oksigenasi

Mubarak, Chayatin (2008) mengungkapkan oksigen merupakan kebutuhan


dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan
penting dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaanya, pemenuhan
kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam bidang garapan perawat.
Karenanya, setiap perawat harus faham dengan

manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klien nya serta mampu mengatasi
berbagai masalah yang terkait dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Karena
itu, perawat perlu memahami secara mendalam konsep oksigen pada manusia.
3. Pengertian oksigenasi

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan

98
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme
sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berarti bagi
tubuh, salah satunya adalah kematian. Karena nya berbagai upaya perlu
dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler secara fungsional. Bila
ada gangguan pada salah satu organsistem respirasi dan kardiovaskuler, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan (Haswita, Sulistyowati, 2017).
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia dan
fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak berbau, yang mutlak
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
tidak tetap, dalam waktu tertentu membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak
karena suatu sebab. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
dalam tubuh antara lain lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup, dan status
kesehatan ( Sutanto, Fitriana, 2017)
4. Proses oksigenasi

Proses oksigenasi melibatkan sistem pernafasan dan kardiovaskuler.

Prosesnya terdiri dari 3 tahapan yaitu:

a) Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dan alveoli.


Masuknya O2 atmosfir ke dalam alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi
(inspirasi-ekspirasi).

b) Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida


antara alveoli dengan darah pada membran kepiler alveolar paru.
c) Transportasi gas merupakan perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah) (Haswita, Sulistyowati,
2017).

5. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi

a. Faktor fisiologi

1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.

2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran


napas bagian atas, penyakit asma.
99
10

3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2


terganggu seperti pada hipertensi, syok, dan dehidrasi.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan penyakit hipertiroid.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB
paru.
b. Faktor perkembangan

1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukansurfaktan.


2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.

3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan
stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansiparu menurun.
c. Faktor perilaku

1) Nutrisi: seperti gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
2) Latihan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen karena
meningkatnya metabolisme.
3) Merokok

4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan)

5) Kecemasaan

d. Faktor lingkungan

1) Tempat kerja

2) Temperatur lingkungan

3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.

6. Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh

Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), masalah keperawatan masalah


kebutuhan oksigen terdiri dari:

10
a. Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri. Pada keadaan hipoksemia tubuh, akanmelakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke
volume, vasodilatasi pembuluh darah, danpeningkatan nadi.
b. Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen
yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Hipoksia
tejadi diakibatkan oleh menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi
oksigen, ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, menurunnya difusi
oksigen dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, kerusakan
atau gangguan ventilasi.
c. Perubahan pola nafas

Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar 12-
20X/menit, dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernapasan normal disebut eupnea.

D. PENUTUP

Menurut Abraham Maslow (2015) (dalam buku Mubarak, 2017) manusia


mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan
melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Ada 5
kebutuhan menurut Abraham maslow yang pertama fisiologis merupakan
kebutuhan dasar seperti pemenuhan oksigen, makanan, dan oksigen. Oksigen
merupakan hal yang paling penting bagi mahluk hidup.

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,


dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh.
Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berarti bagi tubuh,
salah satunya adalah kematian. Karena nya berbagai upaya perlu dilakukan
untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi
dengan baik
2. Pertanyaan
1. Obat yang dimasukkan melalui mulut
merupakan a.sublingual
b.oral

10
c.rektum
d.parenteral
2. Obat yang dimasukkan melalui anus/bokong
merupakan a.sublingual
b.oral
c.rektum
d.parenteral
3. Obat yang dimasukkan langsung ke vena
merupakan a.sublingual
b.oral
c.rektum
d.parenteral
4. Obat yang dimasukkan melalui bawah mulut merupakan
a.sublingual
b.oral
c.rektum
d.parenteral
5. Obat yang dimasukkan melalui mulut
merupakan a.sublingual
b.oral
c.rektum
d.parenteral

10

Anda mungkin juga menyukai