(PSPD)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
TAHUN 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
HAL
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Pendidikan 2
1.2.1. Tujuan Umum 2
1.2.2. Tujuan Khusus 2
1.3. Kompetensi Penyakit 4
1.4. Kompetensi Keterampilan 6
1.5. Tata Tertib 9
1.6 Lokasi Pendidikan 10
1.7 Proses Penerimaan 10
Assalamualaikum wr.wb,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga
Buku Panduan Program Studi Profesi Dokter (PSPD) Departemen Ilmu Kesehatan Mata ini
telah selesai dan dapat dipakai untuk semua peserta didik dalam Program Studi Profesi
Dokter (PSPD) di Departemen Ilmu Kesehatan Mata.
Penyusunan Buku Panduan Program Studi Profesi Dokter (PSPD) di Departemen Ilmu
Kesehatan Mata ini dimaksudkan untuk membantu memberi pemahaman yang jelas dari
materi yang diberikan selama mengikuti Program Studi Profesi Dokter (PSPD) di
Departemen Ilmu Kesehatan Mata, yang telah disesuaikan dengan Standar Kompetensi
Kedokteran Indonesia (SKDI).
Buku Panduan ini berisi materi yang diperlukan selama mengikuti Program Studi Profesi
Dokter (PSPD) di Departemen Ilmu Kesehatan Mata.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak dan teman sejawat
yang ikut membantu sampai buku ini bisa diselesaikan.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi peserta didik Program
Studi Profesi Dokter (PSPD) di Departemen Ilmu Kesehatan Mata.
Wassalam,
Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Pengertian profesi sendiri adalah suatu bidang pekerjaan yang memberikan penghasilan dan
menuntut keterampilan dan atau suatu keahlian, etika dan sikap kerja tertentu yang dihasilkan
dari suatu proses pendidikan. Pendidikan ini diharapkan dapat menghasilkan peserta didik
yang mampu mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
Pendidikan kedokteran merupakan salah satu pendidikan program profesi yang bertujuan
untuk menghasilkan dokter yang mampu melaksanakan tugas profesinya dan senantiasa
memiliki keinginan untuk meningkatkan dan mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan
profesionalitas seorang dokter.
Melalui pendidikan kedokteran yang paripurna diharapkan dokter yang dihasilkan dapat
memiliki sikap dan dapat mengembangkan kepribadian yang diperlukan untuk menjalankan
profesinya dengan integritas tinggi, rasa tanggung jawab, dapat dipercaya sesuai dengan
tuntutan etika profesinya yang universal.
Ilmu Kesehatan Mata adalah ilmu yang mempelajari anatomi, fisiologi, patologi, patofisiologi
dan kesehatan mata. Dalam pendidikan kepaniteraan di Departemen Ilmu Kesehatan mata
peserta didik diharapkan mampu untuk mempelajari segala aspek yang penting diketahui di
bidang ilmu kesehatan mata bagi dokter umum sehingga dapat bekerja secara mandiri dan
menangani kasus-kasus sesuai dengan kompetensinya dan dapat merujuk kasus kasus yang
tidak dapat ditangannya ke pusat pelayanan yang lebih tinggi.
1
Pada masa pendidikan kepaniteraan ini peserta didik akan belajar keterampilan khusus di
bidang mata yang dianggap penting untuk dokter umum, serta dibekali keterampilan analisis
kognitif terhadap kasus-kasus mata yang umum serta terampil dalam penatalaksanaannya.
Keaktifan, ketrampilan, dan daya analisis peserta didik lebih diutamakan dalam pendidikan ini
dengan berpedoman kepada dasar-dasar competence- based training (CBT) dan Kurikulum
Inti Pendidikan Dokter Indonesia (SKDI) sebagai acuan utama.
3
1.3. Kompetensi Penyakit yang harus dicapai
4
5
1.4 Kompetensi Keterampilan Yang Harus Dicapai
6
7
8
1.5. Tata Tertib
1. Mahasiswa mengikuti kegiatan PSPD sesuai dengan jadwal waktu dan kelompok
yang telah ditentukan oleh Sub Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran UNPAD.
2. Mahasiswa diharuskan melapor kepada Koordinator PSPD untuk mendapatkan
penjelasan mengenai tata tertib, mendapatkan pembimbing (preceptor),
mendapatkan buku pedoman kerja kepaniteraan (buku log) dan data login dan
penjelasan mengenai sistem pendidikan serta cara penilaian.
3. Kegiatan PSPD di Ilmu Kesehatan Mata berlangsung selama 3 (tiga) minggu dari
hari Senin – Jumat.
4. Jam kerja sehari-hari : 07.30 – 15.30 WIB.
5. Pada setiap awal bekerja di Ruangan/Poliklinik/Emergensi, peserta PSPD
diharuskan melapor kepada dokter dan Kepala Ruangan/Poliklinik/Emergensi.
6. Setiap hari diadakan absensi minimal 2 (dua) kali yaitu waktu datang dan selesai
menjalankan kegiatan PSPD.
7. Meninggalkan tugas PSPD harus dengan sepengetahuan/persetujuaan perceptor,
Koordinator PSPD dan Kepala Departemen.
8. Ketidakhadiran dalam mengikuti kegiatan di IK Mata harus disertai surat dari ketua
Program Studi PSPD dan Fakultas Kedokteran Unpad
9. Jika karena alasan tertentu/sakit sehingga peserta PSPD tidak dapat mengikuti
kegiatan,maka diwajibkan kepada yang bersangkutan untuk memberi surat
keterangan/membawa surat sakit. Surat keterangan tersebut harus diserahkan
kepada koordinator kepaniteraan saat yang bersangkutan tidak hadir. Sebagai
konsekuensi akan dibebankan tugas tambahan untuk membuat sari kepustakaan
(referat) atau tugas lain dari Preseptor.
Surat sakit hanya berlaku apabila berasal dari Poliklinik Rumah Sakit Hasan
Sadikin.
10. Jika peserta tidak hadir dalam kegiatan PSPD selama kurang dari atau sama dengan
1 (satu) hari dengan surat keterangan resmi, peserta tetap dapat mengikuti kegiatan
hingga menjalani ujian. Hal ini berlaku setelah selesai membuat tugas yang sudah
ditentukan.
11. Jika ketidakhadiran lebih dari 1 (satu) hari dengan alasan apapun, maka peserta
PSPD tidak dapat mengikuti ujian dan diharuskan mengulang rotasi penuh selama
3 (tiga) minggu dengan jadwal yang diatur oleh SBP.
9
12. Seluruh kegiatan di Departemen Ilmu Kesehatan Mata baik dalam bidang
pendidikan, pelayanan maupun administratif, ditulis dalam buku kegiatan (buku
log) dan ditandatangani oleh dokter pembimbing (Preseptor)
13. Ujian dilakukan pada minggu ke-3, apabila peserta di PSPD telah memenuhi
persyaratan kehadiran
14. Bila peserta PSPD dinyatakan tidak lulus pada saat judisium diakhir rotasi,
sebelum remedial pertama peserta didik wajib mengikuti rotasi kembali selama 1
minggu dan ujian dilakukan pada akhir minggu ke -3 sesuai jadwal rotasi kegiatan
kelompok terkait
15. Bila peserta didik tidak lulus kembali setelah remedial pertama maka peserta didik
harus mengulang rotasi secara penuh yang dilakukan setelah judisium besar oleh
pihak fakultas
Kegiatan PSPD Ilmu Kesehatan Mata dilaksanakan di Pusat Mata Nasional Rumah
Sakit Mata Cicendo, yang merupakan Rumah Sakit Mata Rujukan Nasional.
10
BAB II
ORGANISASI DEPARTEMEN DAN PENGELOLA PSPD
11
PANDUAN PROSES PEMBELAJARAN JARAK JAUH (DARING)
PSPD DI ILMU KESEHATAN MATA
Menyikapi proses pembelajaran yang harus tetap berjalan dalam keadaan pandemic
COVID 19, maka proses belajar mengajar PSPD harus dilakukan dengan sistem DARING.
Hal ini merupakan antisipasi untuk mencegah dan memutus rantai penularan covid 19,
sehingga panduan proses pembelajaran DARING PSPD ini dibuat untuk memudahkan sistem
belajar mengajajar selama masa pandemic COVID 19 dan new normal masa pandemik.
B. TEKNIS PEMBELAJARAN
A. Setiap group PSPD akan didampingi oleh satu orang residen (LO) dan 2 orang
preceptor yang merupakan Konsultan di IK MATA
B. Setelah penerimaan, maka LO akan membuat whats app group yang terdiri dari satu
kelompok PSPD, 1 LO dan 2 orang preceptor untuk memudahkan system komunikasi
selama DARING.
C. Penilaian BST, CRS dan CSS akan dilakukan online dengan cara mengisi google sheet
yang sudah disediakan oleh team PSPD
D. BST dan CSS dapat dilakukan dengan menshare kasus yang sudah disediakan oleh
team PSPD melalui gambar-gambar pasien, hasil pemeriksaan dan kelengkapan
lainnya, atau menggunakan gambar pasien atau video jika preceptor ingin
menggunakan gambar atau kasus selain yang disediakan oleh team PSPD.
12
E. Setiap pertemuan dilakukan secara daring menggunakan zoom, google meet atau
aplikasi lain sesuai kesepakatan preseptor dengan mahasiswa.
F. RPS akan diberikan oleh staff IK Mata sesuai dengan materi yang telah kepada
mahasiswa PSPD.
G. Tutor akan diberikan oleh residen menggunakan video dan link yang sudah disiapkan.
C. MINI CEX
Mini cex dapat dilakukan dengan beberapa pilihan cara yang bisa dipilih oleh preseptor
yang bersangkutan, diantaranya :
1. Setiap koass mendapatkan satu kasus random online yang diberikan oleh preseptor.
2. Memberikan satu kasus sulit untuk diskusi Bersama (mini cex Bersama) yang
dipimpin oleh preceptor dengan membahas satu kasus yang kompleks dan sulit.
D. MODIFIED SOCA
Ujian akhir akan dilakukan dengan system modified SOCA, yang dilakukan melalui
virtual dengan memberikan kasus kepada setiap mahasiswa PSPD dengan mencatat
nilainya melalui link google sheet yang akan diberikan oleh bagian pendidikan.
13
PANDUAN MATRIKULASI PSPD
ILMU KESEHATAN MATA
Sebagai proses pemenuhan kompetensi keterampilan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata,
maka mahasiswa yang menjalankan pembelajaran jarak jauh sebagai adaptasi Pandemik
Covid-19 akan menjalankan Matrikulasi selama 1 minggu.
B. Kegiatan Matrikulasi
Selama menjalankan matrikulasi, 1 kelompok mahasiswa akan didampingi oleh 1 LO dan 2
preseptor. Kegiatan pembelajaran matrikulasi adalah sebagai berikut:
Video Session LO
14
Diskusi Preseptor
Diskusi Preseptor
Diskusi Preseptor
Evaluasi Preseptor
5 Evaluasi Preseptor
Keterangan:
- Observasi poliklinik dilakukan bergantian (2 orang mahasiswa setiap poliklinik)
- Poliklinik yang diobservasi adalah Refraksi, Infeksi dan Imunologi, Rekonstruksi
Okuloplasi dan Onkologi
- Setiap mahasiswa wajib memakai Alat Pelindung Diri dan tetap memperhatikan
prinsip physical distancing
- Proses diskusi dapat dilaksanakan secara daring
15
BAB III
16
3.1 Materi Pokok Bahasan
17
pendahuluan uveitis Ophthalmology
Mampu merujuk ke SpM
Konjungtiva Konjungtivitis Memahami patogenesis 4 BST OSCE Vaughan
alergi konjungtivitis alergi CRS Ophthalmology
Mampu mengenali gejala AAO: External
dan tanda konjungtivitis Disease & Cornea
alergi Kanski JJ: Clinical
Mampu menegakkan Ophtahlmology
diagnosis konjungtivitis
alergi
Mampu memberikan
penatalaksanaan/terapi
konjungtivitis alergi
Konjungtivitis Memahami patogenesis 4 BST OSCE Vaughan
viral konjungtivitis viral CRS Ophthalmology
Mampu mengenali gejala AAO: External
dan tanda konjungtivitis Disease &
viral Cornea
Mampu menegakkan Kanski JJ:
diagnosis konjungtivitis Clinical
viral Ophtahlmology
Mampu memberikan
penatalaksanaan/terapi
konjungtivitis viral
18
konjungtivitis bakteri
19
diagnosis pterygium Cornea
Mampu memberikan Kanski JJ:
terapi pendahuluan Clinical
Mampu memutuskan Ophtahlmology
untuk merujuk pasien
pterygium
20
Rekonstruksi Palpebra Hordeolum& Memahami patofisiologi 4A & 3A BST OSCE Vaughan
hordeolum & chalazion Ophthalmology
, Okuloplasti Chalazion Mampu mengenali gejala dan
dan AAO Orbit,
tanda hordeolum & chalazion Eyelids, and
Onkologi Mampu menegakkan diagnosis Lacrimal System
hordeolum & chalazion
Kanski : Clinical
Mampu memberikan terapi Ophthalmology
pendahuluan hordeolum &
chalazion
Mampu merujuk ke SpM
Refraksi Kelainan Miopia Memahami mekanisme 4A BST/CRS OSCE Vaughan
Hipermetropia gangguan penglihatan pada Ophthalmology
refraksi
Presbiopia miopia, hipermetropia, dan AAO Clinical
presbiopia
Optics
Mampu mengenali gejala dan
tanda miopia, hipermetropia, Kanski : Clinical
dan presbiopia Ophthalmology
Mampu menegakkan diagnosis
miopia, hipermetropia, dan
presbiopia
Mampu memberikan saran
terap miopia, hipermetropia,
dan presbiopia
Mampu merujuk ke SpM
21
3.2 Kewenangan Klinis
Departemen : Ilmu Kesehatan Mata
Program Studi : Program Studi Profesi Dokter
Conjuntival/ Mampu mengenali gejala dan tanda klinis benda asing pada 4A
corneal foreign konjungtiva/kornea
body Mampu menegakkan diagnosis benda asing pada
konjungtiva/kornea
Mampu melakukan tindakan pendahuluan (spooling/ekstirpasi √
sederhana) benda asing pada konjungtiva
Mampu memberikan terapi pendahuluan
Mampu memutuskan untuk merujuk pasien
23
Episkleritis Mampu mengenali tanda dan gejala skleritis/episkleritis
Mampu memberikan keputusan untuk merujuk pasien
skleritis/episkleritis
Neuro- Neuropati Neuritis Optik Memahami jaras penglihatan, dan gangguan penglihatan yang terjadi pada 2
Ophthalmology neuritis optik
Optik
Mampu mengenali gejala neuritis optik
Mampu menegakkan diagnosis neuritis optik
Mampu merujuk ke SpM
Memahami patofisiologi optik atrofi dan penyebab dari optik atrofi √
Neuro- Optik Atrofi Mampu mengenali gejala dan tanda optik atrofi
Neuropati
Ophthalmology
Optik Mampu menegakkan diagnosis optik atrofi
2
24
Mampu merujuk ke SpM
Mampu mengenali gejala dan tanda glaucoma kongenital, simple, akut dan
Glaukoma Glaukoma sekunder
Glaukoma Kongenital,
Simple, Akut, Mampu menegakkan diagnosis glaukoma kongenital, simple, akut dan sekunder
Sekunder 3B
Mampu merujuk ke SpM
25
BAB IV
BENTUK KEGIATAN
4.1. Materi
Selama menjalani PSPD di Bagian Ilmu Kesehatan Mata, mahasiswa diharapkan dapat
menguasai materi sebagai berikut :
1. Ketrampilan pemeriksaan dasar dan penunjang mata
2. Penggunaan alat diagnostik
3. Ketrampilan tindakan diruang tindakan
4. Penegakan diagnosis dan perencanaan pengelolaan
4.2. Modul
Modul pembelajaran berupa Course Study Guide dibagikan kepada peserta PSPD sebelum
menjalani kegiatan di Bagian Ilmu Kesehatan Mata.
26
v. Tutorial : 2 X 1 Jam / Minggu
vi. Video session
Sehingga secara keseluruhan terdapat 9 kali BSt, 3 kali CPS, 3 kali CSS, 5 kali
RPS dan Tutorial
2. Kegiatan lain yang dijalankan peserta PSPD adalah :
i. Orientasi Rumah sakit dan Membuat resume kasus baru atau lama di ruang
perawatan atau poliklinik
ii. Referat
iii. Tutorial
27
BAB V
PENILAIAN DAN EVALUASI
5.1. Evaluasi
Evaluasi terhadap peserta PSPD terdiri dari evaluasi harian, evaluasi tengah periode dan
evaluasi akhir.
Evaluasi harian dan evaluasi tengah periode dilakukan oleh preseptor, sedangkan ujian
akhir oleh penguji yang ditunjuk oleh Koordinator PSPD Departemen
Evaluasi harian dilakukan melalui buku log, diskusi bedside teaching, case presentation
dan clinical scince session
Ujian akhir dilakukan dengan metoda modifikasi OSCE pada hari Jum’at akhir minggu
ke 3.
Tidak dilakukan remedial pada waktu tersebut, peserta PSPD yang tidak lulus diberi
kesempatan untuk ujian setelah mengulang selama 1 minggu pada kesempatan berikutnya
(masa Spacing)
28
Konversi angka menjadi huruf mutu adalah sebagai berikut :
- Peserta PSPD dinyatakan lulus jika mendapat nilai akhir lebih dari atau sama dengan
68 (huruf mutu B)
- Bagi peserta dengan nilai tertinggi akan diumumkan dan disebutkan namanya secara
langsung pada saat yudisum
5.3 Remedial
Remedial ujian hanya dilakukan 1 (satu) kali. Apabila saat remedial tidak lulus, maka peserta
didik diwajibkan mengulang satu rotasi setelah yudisium besar
29
BAB VI
REFERENSI
1. Paul Riordan - Eva, Jhon P.Whitcher. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology edisi
ke 17 New York : lange medical books / Mc Graw-Hill; 2008.
2. Jack J Konski, Clinical Ophthalmology Edisi ke-6 Edinbur g : Butterworth Heinemann
Elsevier ; 2007
3. American Academy of Ophthalmology Basic and Clinical science course 2010-2011
30
LAMPIRAN
1. Modul
2. Logbook
3. Contoh Soal Modifikasi OSCE dan lembar Penilaian
4. Course Study Guide
5. Jadwal Kegiatan PSPD
6. Daftar Aktivitas Mahasiswa PSPD
7. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
8. Patien Safety
31
LAMPIRAN 1
MODUL
32
PEMERIKSAAN DASAR MATA
PENUNTUN BELAJAR
1. ANAMNESIS
33
3. Pemeriksaan Low Visual Acuity.
6. Tes Hirschberg.
7. Pemeriksaan Eksternal.
34
Pemeriksaan Konjungtiva dan Forniks Inferior
(eversi palpebra)
1. Pasien diminta melihat ke bawah.
2. Tekan kulit di bawah kelopak mata bawah
dengan ibu jari atau telunjuk terhadap tulang
maksilaris.
3. Minta pasien melihat ke atas, sehingga forniks
inferior prolaps dan terlihatlah sebagian besar
konjungtiva tarsalis inferior.
Pemeriksaan Konjungtiva and Forniks Superior
(kelompok palpebra metoda 2 tangan)
1. Minta pasien untuk menutup mata.
2. Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang
beberapa helai bulu mata dan tepi kelopak mata
atas.
3. Letakkan tangkai aplikator horizontal di lipatan
kelopak mata atas di sepanjang tepi atas tarsus.
4. Pegang tangkai aplikator di bagian temporal.
5. Balikkan kelopak mata atas, di atas tangkai
aplikator.
6. Ambil tangkai aplikator dan tahan tepi kelopak
mata di tempatnya untuk melihat forniks
superior.
Pemeriksaan Konjungtiva Bulbi
1. Duduk di depan pasien.
2. Sinari kornea di daerah tepi limbus temporal.
Gerakkan cahaya menuju hidung, sejajar
dengan bidang iris.
3. Perhatikan aspek medial iris.
Pemeriksaan Reflek Cahaya Pupil.
1. Pasien diminta fiksasi objel jauh, runagan
cahaya redup.
2. Sinari cahaya ke mata kanan dari samping atau
agak ke bawah.
3. Catat respon pupil terhadap cahaya, termasuk
kecepatannya.
4. Ulangi langkah 1-3 untuk mata kiri.
5. Ulangi langkah 1-2, perhatikan reflek pupil mata
yang tidak disinari untuk melihat reflek
konsensuial.
6. Ulangi langkah 1,2 dan 5 untuk mata kiri.
Pemeriksaan Iris dan Lensa
1. Duduk di depan pasien
2. Sinari mata dengan cahaya oblique.
3. Dengan lup binokular, perhatikan keadaan iris,
bentuk, warna, adanya sinekia.
4. Kemudian perhatikan bentuk dan transparansi
lensa.
35
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENUNTUN BELAJAR
1. Tes Fluoresin
2. Tes Fistel
4. Tes Tutup.
36
6. Mengukur Jarak Pupil untuk penglihatan jauh.
8. Tes Konfrontasi.
37
pemeriksa.
3. Duduk di depan pasien dengan jarak 60 cm
untuk menilai reflek fundus.
4. Pemeriksa mendekati pasien tanpa
berekomendasi.
5. Oftalmoskop didekatkan ke mata pasien, buku
jari tangan pemeriksa bersandar di pipi pasien.
6. Buku kelopak mata pasien, dan putar lensa
hingga gambaran fundus terfokus.
7. Temukan papil dengan menelusuri pembuluh
darah retina.
8. Periksa daerah inferomasal, inferotemporal,
superonasal dan terakhir daerah makula.
38
13. Pemeriksaan Refraksi Untuk Koreksi Presbiop.
PENUNTUN BELAJAR
39
4. Perhatikan adakah benda asing di forniks. Bila
kecil ambil dengan aplikator kapas, bila besar
ambil dengan pinset.
5. Bila benda asing ada di konjungtiva tarsalis
superior, lakukan eversi kelopak mata atas.
Cari benda asing, ambil dengan aplikator
kapas.
40
LAMPIRAN 2
LOGBOOK
41
LAPORAN KEGIATAN RPS, TUTORIAL
I. Tutorial
NO Materi Tutor
1 Anatomi & Pemeriksaan
2 Refraksi
3 Lensa
4 Glaukoma
5 Palpebra
6
7
8
9
II. RPS
42
LAPORAN KEGIATAN
1
Pretest
2
Mini Cex
3
Modified SOCA
43
Lampiran lembar penilaian kegiatan dan evaluasi mahasiswa PSPD
44
LAPORAN KEGIATAN MANDIRI
45
LAMPIRAN 3
46
CONTOH SOAL
Seorang wanita 53 tahun datang dengan keluhan mata kanan tidak dapat melihat,
sedangkan mata kirim buram. Kedua mata berangsur-angsur buram sejak kurang lebih 5
tahun yang lalu. Riwayat gangguan penglihatan sebelumnya disangkal. Penderita tidak pernah
menggunakan kacamata sebelumnya kecuali kacamata baca. Penderita menderita kencing
manis sejak 10 tahun yang lalu.
Form Evaluasi
Penguji 1
Nama:
Tanda Tangan
Anamnesis 10
- Mata buram seperti melihat asap? (Ya) 2
- Riwayat penglihatan lebih jelas ditempat redup
dibandingkan di tempat terang sebelumnya? (Ya) 1
- Apakah selama ini kencing manis terkontrol? (berobat
ke dr IPD teratur?) (Tidak) 1
- Penglihatan menurun disertai mata. merah? (Tidak) 1
- Riwayat membaca tidak memerlukan kacamata
baca (myopic shift)? (Ya) 1
- Riwayat trauma mata sebelumnya? (Tidak) 1
- Riwayat pemakaian obat tetes atau obat sistemik
dalam waktu panjang (steroid, amiodarone)? (Tidak) 1
- Riwayat penyakit sistemik lainnya (hipertensi) (Tidak) 1
- Riwayat operasi mata sebelumnya? (Tidak) 1
47
Pemeriksaan Penunjang 6
- Laboratorium: Darah rutin, GD, reduksi urin 2
- USG OD 2
- Biometri 2
Diagnosis Banding 10
- KSM OD + KSI OS + Diabetik Retinopati
- Katarak komplikata akibat DM + Diabetik Retinopati
Diagnosis 5
- KSM OD + KSI OS +Diabetik Retinopati
Dasar diagnosis 15
- Penglihatan buram berangsur-angsur seperti melihat asap 3
- Usia 53 tahun 1
- Riwayat mata merah 1
- Riwayat trauma (-) 1
- Riwayat pemakaian obat jangka panjang 1
- Riwayat kencing manis (+) 1
- Tajam penglihatan menurun 2
VOD= 1/300, VOS= 5/60 ph tetap
- Lensa keruh dengan shadow test (-) OD, (+) OS 3
- Funduskopi: tanda-tanda DR 2
7. Penatalaksanaan 10
- Merujuk dr SpM untuk rencana ekstraksi lensa
dengan pemasangan LIO dan penatalaksanaan DR 5
- Regulasi kadar gula darah (bekerja sama dengan IPD) 5
8. Menyebutkan komplikasi 10
9. Prognosis 4
Quo ad vitam: dubia ad malam 2
Quo ad functionam: dubia 2
10.Penampilan (performance) 6
- Ketrampilan komunikasi 2
- Sistematika presentasi 2
- Sikap dan kepribadian 2
NBL : 70
48
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Formulir Penilaian
Evaluasi Akhir Kepanitraan PSPD ( Modifikasi SOCA )
Penguji
( ………………………….. )
Tanda Tangan dan Nama Jelas
49
LAMPIRAN 4
50
COURSE STUDY GUIDE
HYPHEMA
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
HYPHEMA
DEFINISI Kumpulan darah pada bilik mata depan yang dapat mengisi
sebagian atau seluruh bilik mata depan
ANAMNESIS Gejala: Nyeri, penurunan tajam penglihatan, riwayat trauma
tumpul pada mata
Mekanisme trauma, apakah menggunakan pelindung mata, Waktu
terjadinya trauma, penggunaan obat-obatan antikoagulan, tanda-
tanda koagulopati, riwayat keluarga dengan sickle cells disease
PEMERIKSAAN FISIK Tajam penglihatan dapat 6/6 atau lebih rendah
Tekanan bola mata dapat normal atau tinggi
Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
Bilik mata depan terdapat darah pada sebagian atau seluruh bilik
mata depan
Bila darah mengisi seluruh bilik mata depan, struktur lain pada
mata sulit dinilai
Bila darah mengisi seluruh bilik mata depan dan berwarna merah
kehitaman, disebuk black ball hyphema
PEMERIKSAAN Bila darah mengisi seluruh bilik mata depan, dilakukan
PENUNJANG Ultrasonografi untuk meneliti struktur bola mata
DIAGNOSIS Tidak ada
BANDING
PENATALAKSANAAN - Rawat inap diindikasikan untuk pasien hyphema
1. Kepatuhan pasien terhadap penatalaksanaan tidak baik
2. Pasien dengan kelainan koagulopati
3. Pasien dengan multiple trauma
4. Pasien dengan peningkatan tekanan bola mata
5. Anak-anak
- Bed rest dan head up
- Cycloplegic (atropine 1% 2-3x1 atau scopolamine 0.25% 2-
3x1)
- Topical steroid (prednisolone acetate 1% 4x1 sampai per jam
bila diperlukan)
- Bila terjadi peningkatan tekanan bola mata, dapat diberikan
Timolol maleat 0.5% 2x1
Acetazolamide topical 3x1
51
Acetazolamide oral 3x250 mg
- Parasintesis dilakukan bila
Terdapat tanda-tanda corneal staining
Penurunan tajam penglihatan yang sangat signifikan
Hyphema tidak terdapat perbaikan lebih sama dengan 50%
dalam 8 hari pemantauan
Tekanan bola mata ≥ 60 mmHg dalam 48 jam setelah
diberikan obat-obatan maksimal
Tekanan bola mata ≥ 25 mmHg dengan total hyphema
dalam 5 hari pemantauan
Tekanan bola mata 24 mmHg pada pasien dengan sickle
cells disease
Anak-anak dengan risiko ambliopia
Prognosis Dubia tergantung tingkat keparahan trauma dan hyphema
52
COURSE STUDY GUIDE
REKONSTRUKSI OKULOPLASTI & ONKOLOGI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
HORDEOLUM
DEFINISI Merupakan suatu infeksi pada kelopak mata yang bersifat akut yang
terjadi pda kelenjar sebaseus yang biasanya disebabkan ileh
staphylococcus
ANAMNESIS Nyeri pada kelopak mata
Nyeri saat mengedip dan menunduk
Bengkak dan merah pada kelopak mata
PEMERIKSAAN FISIK Kemerahan pada kelopak mata
Benjolan pada kelopak mata
DIAGNOSIS BANDING Chalazion
Tumor kelopak mata lain
Abses Kelopak mata
PENATALAKSANAAN Kompres hangat
Topical salep antibiotic
Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan dilakukan eksisi
hordeolum
PROGNOSIS Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
KHALAZION
DEFINISI Suatu inflamasi pada kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh
obstruksi kelenjar meibom, dan biasanya berhubungan dengan
blepharitis kronis dan infeksi rosacea.
ANAMNESIS Benjolan pada kelopak mata
Benjolan tidak terasa nyeri
Benjolan tidak merah
PEMERIKSAAN FISIK Benjolan pada kelopak mata
DIAGNOSIS BANDING Hordeolum
Tumor kelopak mata lain
PENATALAKSANAAN Pada fase akut dapat diberikan kompres hangat dan hygiene
kelopak mata, dapat juga diberikan topical antibiotic, dan anti
inflamasi.
Pada fase kronik dan sudah berbentuk seperti kista, maka perlu
dilakukan insisi dari khalazion melalui tarsus dan konjungtiva.
PROGNOSIS Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
53
LASERASI KELOPAK MATA
DEFINISI Luka yang terjadi pada kelopak mata
TRIKHIASIS
DEFINISI Merupakan suatu kelainan yang didapat dimana bulu mata tumbuh ke
arah yang salah sehingga sering kali menyebabkan iritasi pada bola mata
bahkan dapat melukai kornea
ANAMNESIS Mata merah/tidak
Mata seperti tertusuk/kelilipan
PEMERIKSAAN FISIK Bulu mata masuk mengenai bulu mata
DIAGNOSIS BANDING Distichiasis
Triciasis disertai entropion
PENATALAKSANAAN Epilasi
Elektrolisis
Pembedahan
PROGNOSIS Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
BLEPHARITIS
DEFINISI Blepharitis adalah inflamasi dari foliker bulu mata sepanjang kelopak
mata. Penyebabnya adalah pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri
yang normal berada di kulit.
ANAMNESIS Gejala yang timbul biasanya adalah rasa gatal, merah, kadang bengkak
disertai rasa terbakar dan berkrusta.
PEMERIKSAAN FISIK Krusta di kelopak mata bagian tepi/margo
Kemerahan di daerah margo
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan dari blepharitis yang terpenting adalah membersihkan
kelopak mata setiap hari dengan air hangat dan shampoo bayi untuk
mengankat minyak kulit yang merupakan makanan bagi bakteri dan
pemberian salep antibiotik
PROGNOSIS Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
54
COURSE STUDY GUIDE
REFRAKSI, LOW VISION, DAN LENSA KONTAK
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
MIOPIA
HIPEROPIA
55
PENUNJANG Autorefraktometer
DIAGNOSIS BANDING Penglihatan buram untuk lihat jauh dan dekat dengan
keadaan mata tenang
PENATALAKSANAAN Kacamata
PROGNOSIS Hiperopia ringan-sedang: ad bonam
Hiperopia berat: dubia ad bonam
ASTIGMATISMA
PRESBIOPIA
56
PENUNJANG Autorefraktometer
DIAGNOSIS BANDING Penglihatan buram untuk membaca dekat
PENATALAKSANAAN Kacamata
PROGNOSIS Ad bonam
57
COURSE STUDY GUIDE
EXTERNAL EYE DISEASES
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
KONJUNGTIVITIS
DEFINISI Inflamasi konjungtiva akibat infeksi, alergen, toksin, atau trauma
kimia
ANAMNESIS Gejala: sekret, kelopak mata terasa lengket, mata merah, sensasi
benda asing.
Sekret purulen banyak dalam 12 jam (gonorea), riwayat infeksi
saluran napas atas baru-baru ini atau kontak dengan orang yang
memiliki mata merah (adenovirus), rekurensi musiman (vernal),
riwayat alergi (atopik atau alergi).
PEMERIKSAAN FISIK Sekret purulen banyak, kemosis berat, papil konjungtiva, adenopati
preaurikular konjungtivitis gonorea
Sekret purulen tidak terlalu banyak, papil konjungtiva
konjungtivitis bakteri
Sekret mukoid, folikel konjungtiva, adenopati preaurikular,
perdarahan subkonjungtiva, pseudomembran konjungtiva, infiltrat
subepitelial konjungtivitis viral
Sekret seperti benang tebal, papil konjungtiva besar pada
konjungtiva tarsal superior atau limbus, shield ulcer pada kornea
superior, bintik putih pada limbus dan kelopak mata yang meninggi
(Horner-Trantas dots) konjungtivitis vernal/atopik
Kemosis, papil konjungtiva, sekret mukus minimal, edema ringan
dan eritema kelopak mata konjungtivitis alergi
PEMERIKSAAN Apus konjungtiva untuk kultur dan sensitivitas: agar darah, agar
PENUNJANG coklat, agar Thayer-Martin, pewarnaan Gram jika parah
DIAGNOSIS BANDING Episkleritis, skleritis, uveitis, glaukoma akut sudut tertutup, ulkus
kornea, fistula dura-kavernosus, sindrom Kawasaki
PENATALAKSANAAN Diet dan gaya hidup
Konjungtivitis adenovirus: cuci tangan sesering mungkin dan hindari
kontak tangan
Konjungtivitis alergi: hindari alergen atau eliminasi pemicu
Terapi farmakologis
Konjungtivitis adenovirus Air mata artifisial 4-8x/hari, kompres
dingin, vasokonstriktor/antihistamin, fluorometholon atau
prednisolon asetat 0.125% 4x/hari jika terdapat pseudomembran atau
infiltrat kornea subepitel atau jika penglihatan menurun, kelupas
membran jika ada
Konjungtivitis herpes simpleks Kompres dingin, tetes mata
trifluridin 1% 5x/hari
Konjungtivitis bakteri tetes mata siprofloksasin atau salep mata
eritromisin 4x/hari selama 7 hari
o Konjungtivitis gonorea seftriakson 1 gram IM dosis tunggal
atau seftriakson 1 gram IV setiap 12-24 jam jika parah dengan
pembengkakan kelopak mata dan keterlibatan kornea; pasien
harus dirawat; basitrasin topikal atau salep mata eritromisin
4x/hari atau tetes mata siprofloksasi per 2 jam; tetrasiklin atau
eritromisin 250-500 mg PO 4x/hari selama 2-3 minggu; irigasi
dengan larutan garam fisiologis sampai sekret hilang
o Konjungtivitis Haemophilus influenzae
Amoksisilin/klavulanat 20-40 mg/kg/hari PO dibagi 3 dosis
Konjungtivitis alergi atau vernal/atopik
58
o Ringan air mata artifisial
o Sedang levokabastin atau olopatadin HCl 0.1% 4x/hari;
ketorolak 4x/hari
o Berat fluorometholon 4x/hari selama 1-2 minggu ditambah
natrium kromolin 4% topikal atau lodoksamid untuk penyakit
vernal atau atopik. Jika terdapat shield ulcer tambah dengan
steroid dan antibiotik topikal
Konjungtivitis alergi hilangkan faktor pemicu; kompres dingin;
air mata artifisial; olopatadin 1%, lodoksamid 0.1%, nedokromil 2%,
ketotifen 0.025% 2x/hari; steroid topikal 4x/hari
PROGNOSIS Biasanya dapat sembuh dengan sendirinya kecuali pada
konjungtivitis gonorea. Rekurensi pada konjungtivtis atopk/vernal
sering terjadi.
SKLERITIS
DEFINISI Peradangan pada sklera
ANAMNESIS Skleritis anterior difus non-necrotizing dekade ke-5 dengan mata
merah dan nyeri
Skleritis anterior nodular non-necrotizing awitan perlahan disertai
nyeri dengan kemerahan yang bertambah
Skleritis anterior necrotizing dengan inflamasi awitan nyeri
bertahap yang bertambah berat dan menjalar ke pelipis, alis, atau
rahang
Skleromalasia perforans skleritis dengan nekrosis tanpa inflamasi
pada perempuan usia tua dengan artritis reumatoid jangka panjang;
iritasi ringan non-spesifik; tanpa nyeri; penglihatan tidak terganggu
Skleritis posterior disertai nyeri terutama pada palpasi, fotofobia
tidak selalu didapatkan
PEMERIKSAAN FISIK Skleritis anterior difus non-necrotizing kemerahan yang intens
bisa difus maupun terbatas pada satu kuadran; timbul translusensi
sklera setelah peradangan membaik
Skleritis anterior nodular non-necrotizing nodul skera
interpalpebra tunggal ataupun lebih; sinar slit digeser nodul;
pemberian tetes fenilefrin 10% akan menimbulkan kosntriksi
pembuluh darah konjungtiva dan episklera superfisial namun tidak
pleksus dalam di dekat nodul; translusensi sklera timbul ketika nodul
mengecil
Skleritis anterior necrotizing dengan inflamasi skleritis nodular
dengan kongesti pembuluh darah dalam; nekrosis sklera progresif
dengan uvea membayang; stadium inaktif akan tampak uvea yang
ditutupi oleh konjungtuva yang atrofik
o Vaso-oklusif: area sklera, episklera, dan konjungtiva nekrotik
yang avaskular
o Granulomatosa: sklera, episklera, dan konjungtiva yang
membengkak dan meninggi
o Surgically-induced skleritis: dimulai pada tempat pembedahan
dan terbatas pada satu segmen
Skleromalasia perforans plak sklera nekrotik berwarna kuning
dekat limbus tanpa kongesti vaskular yang pada akhirnya menyatu;
penipisan sklera yang progresif lambat dengan uvea yang
membayang
Skleritis posterior ablasio retina eksudatif, efusi uvea, lipatan
koroid, massa subretina kuning kecoklatan, edema diskus, miositis,
proptosis
PEMERIKSAAN Ultrasonografi, CT-scan, evaluasi rheumatologi
PENUNJANG
DIAGNOSIS BANDING Massa subretina, lipatan koroid, ablasio retina eksudatif, selulitis
59
orbita
PENATALAKSANAAN Steroid topikal: untuk gejala dan edema pada non-necrotizing
Obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) sistemik pada non-
necrotizing
Injeksi steroid periokular: pada non-necrotizing dan necrotizing
Steroid sitemik
Obat sitotoksik
Imunomodulator
PROGNOSIS Tergantung pada kontrol inflamasi
EPISKLERITIS
DEFINISI Peradangan pada episklera
ANAMNESIS Episkleritis simpel: mata merah mendadak dan rasa tidak nyaman
Episkleritis nodular: mata merah yang disadari pertama kali saat
bangun tidur
PEMERIKSAAN FISIK Episkleritis simpel: kemerahan interpalpebra sektoral atau difus
dengan kongesti maksimal dalam kapsul Tenon yang akan memudar
dalam beberapa hari
Episkleritis nodular: nodul yanng nyeri pada fisura interpalpebra
yang bertahan lebih lama dari episkleritis simpel, lampu celah
menunjukkan permukaan sklera yang datar
PEMERIKSAAN Penetesan fenilefrin 10% akan menghilangkan kongesti pembuluh
PENUNJANG darah konjungtiva dan episklera sehingga visualisasi sklera di
bawahnya lebih jelas
DIAGNOSIS BANDING Uveitis, peningkatan tekanan vena episklera
PENATALAKSANAAN Serangan pertama: awitan ≤ 48 jam, steroid topikal per 30 menit
pada 2 hari pertama, 4x/hari selama 1 hari, 2x/hari selama 1 hari,
dan 1x/hari selama 2 hari. Fase regresi: air mata artifisial
Serangan berulang
o Ringan: tetes mata artifisial
o Berat: OAINS sistemik seperti flurbiprofen 3x100 mg/hari
selama 10 hari
PROGNOSIS Tergantung pada kontrol inflamasi
KERATITIS
DEFINISI Inflamasi pada kornea
ANAMNESIS Gejala: mata merah, nyeri okular, penglihatan buram, fotofobia,
belekan
PEMERIKSAAN FISIK Infiltrat kornea/ulkus: keratitis infeksi
Infiltrat cincin: acanthamebiasis, penyalahgunaan anestesi topikal
Hipopion
Edema kornea
Dendrit, pseudodendrit: pada herpes simplex virus (HSV) atau
herpes zoster virus (HZV); bisa merupakan tanda awal infeksi
Acanthamoeba
Ruam periorbita: terutama pada keratitis HZV; terkadang pada
keratitis HSV
Defek epitel
PEMERIKSAAN Kultur kornea, kultur lensa kontak dan cairan pembersihnya,
PENUNJANG kultur virus, biopsi kornea
DIAGNOSIS Keratitis bakteri, keratitis fungal, keratitis herpes simpleks,
BANDING keratitis herpes zoster, Acanthamoeba, infiltrat kornea steril,
penyalahgunaan anestesi topikal, mikobakteria atipikal
PENATALAKSANAAN Diet dan gaya hidup
Hindari tidur dengan menggunakan lensa kontak, bersihkan lensa
60
kontak setiap hari dan gunakan enzim setiap minggu,
pertimbangkan untuk menggunakan lensa kontak sekali pakai
harian sebagai alternatif
Terapi farmakologis
Keratitis infeksi
o Keratitis bakteri antibiotik fortifikasi spektrum luas.
Kombinasi yang biasanya digunakan adalah sefazolin 50 mg/ml,
tobramisin 15 mg/ml, gentamisin 15 mg/ml. Untuk infiltrat yang
lebih kecil pertimbangkan tetes gatifloksasi atau moksifloksasin
o Keratitis fungal natamisin topikal 5% (jamur filamen) atau
amfoterisin-B (kapang, kandida). Pertimbangkan vorikonazol.
o Hipopion atau reaksi bilik mata depan yang berlebih: sikloplegik.
Keratitis herpes simpleks
o Epitelial/dendritik: trifluridin per 2 jam atau antiviral oral (5x400
mg/hari)
o Keratitis stromal: steroid topikal 4x/hari, profilaksis antiviral,
sikloplegia
Keratitis herpes zoster
o Pseudodendrit atau keratitis pungtata superfisial: lubrikasi yang
sering dengan air mata artifisial tanpa pengawet setiap 1-2 jam,
steroid topikal
o Keratitis stromal: steroid topikal
Terapi non-farmakologis
Tidak menggunakan lensa kontak, pada keratitis epitelial herpes
simpleks sebaiknya dilakukan dengan debridement dendrit
PROGNOSIS Prognosis tergantung pada keparahan dan lokasi keratitis. Ulkus
kornea berukuran kecil dan perifer dapat sembuh tanpa bekas
sementara ulkus infeksius yang besar dan sentral dapat
memerlukan tranplantasi kornea untuk rehabilitasi visual. HSV
adalah kondisi yang kronis di mana dapat terjadi reaktivasi
penyakit.
61
UVEITIS
DEFINISI Peradangan pada traktus uvea.
Uveitis ini dapat diklasifikasi berdasarkan :
anatomi
gambaran klinis
etiologi
KLASIFIKASI Berdasarkan anatomi :
Uveitis anterior
Uveitis intermediate
Uveitis posterior (retinitis, koroiditis, vaskulitis retina)
Panuveitis
Berdasarkan gambaran klinis :
Uveitis akut
Uveitis kronis
Berdasarkan etiologi :
Berhubungan dengan penyakit sistemik
Infeksi bakteri (tbc), jamur (kandidiasis), dan virus (herpes
zoster)
Protozoa (toxoplasmosis) atau nematoda (toxocariasis)
Uveitis spesifik idiopatik
Uveitis non-spesifik idiopatik
ANAMNESIS Gejala :
Uveitis anterior : fotofobia, nyeri, mata merah, lakrimasi, penurunan
tajam penglihatan,
Uveitis intermediate : awalnya floaters, bila lanjut terjadi gangguan
tajam penglihatan karena adanya cystoid macular oedema
Uveitis posterior : floaters dan terjadi penurunan tajam penglihatan
apabila melibatkan makula
PEMERIKSAAN FISIK Uveitis anterior : injeksi siliar, keratic presipitate (KP), adanya
aqueous sel dan flare di bilik mata depan, nodul iris (Koeppe &
busacca)
Uveitis intermediate : infiltrasi selular di vitreus (vitritis) dengan
sedikit aqueous sel di bilik mata depan. Tidak ditemukan lesi
inflamasi fokal di retina.
Uveitis posterior :
- pada vitreus tampak adanya sel, flare, kekeruhan vitreus,
dan pelepasan vitreus posterior (posterior vitreous
detachment/PVD)
- Pada retinitis : adanya lesi aktif, fokal(soliter) atau
multifokal, batas tidak tegas, warna keputihan, dan retina
disekitarnya edema
- Pada koroiditis : dapat fokal, multifokal, atau geografik.
Koroiditis aktif akan terlihat sebagai nodul berbentuk
lingkaran.
KOMPLIKASI Uveitis anterior : sinekia posterior, katarak, glaukoma, band
keratopati
Uveitis intermediate : edema makula kistoid, katarak, ablasio retna
traksi
Uveitis posterior : edema makula kistoid, iskemi makula,
terbentuknya membran epiretina, ablasio retina
PENATALAKSANAAN Midriatika
Short-acting :
- tropikamid 0,5% & 1%
- siklopentolat 0,5% & 1%
- Fenilefrin 2,5% & 10%
62
Long-acting : atropin 1%
Indikasi pemberian midriatika :
Mengurangi rasa nyeri akibat spasme siliar
Mencegah terbentuknya sinekia posterior
Melepaskan sinekia yang sudah terjadi
Imunosupresif
Antimetabolit :
- Azathioprine 1mg/kg/hr
- Methotrexate 10-15 mg/minggu, disertai pemberian asam
folat 2,5-5,0 mg/hr
- mycophenolate mofetil 1g b.d dapat dinaikkan menjadi 4
mg/hr
Imuno modulator
- Siklosporin 5 mg/kg/hr , tappered 2-3 mg/kg/hr
- Tacrolimus 0,1-0,15 mg/kg
PROGNOSIS Tergantug berat ringannya penyakit
63
COURSE STUDY GUIDE
VITREORETINA
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RETINITIS PIGMENTOSA
DEFINISI Kelainan genetik langka yang melibatkan kerusakan dan hilangnya
sel fotoreseptor di retina
ANAMNESIS Rabun senja (nyctalopia)
Penyempitan lapang pandang perifer: Pasien mengeluhkan
seperti melihat di dalam terowongan (tunnel vision), sering
menabrak benda disekitar pasien.
Penurunan tajam penglihatan: Pasien mengeluhkan buram
Perburukan keluhan-keluhan di atas terjadi secara perlahan
lahan
Keluhan-keluhan di atas dirasakan pada kedua mata
PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan visus
Pemeriksaan lapang pandang: konfrontasi
Pemeriksaan funduskopi: ditemukan trias retinitis pigmentosa:
1. Atenuasi arteriol
2. Perubahan pigmen retina berupa hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi (Bone spicule)
3. Papil pucat (waxy pallor disc)
PEMERIKSAAN Visual field testing: Humprey
PENUNJANG Full Field Electroretinography (ERG)
DIAGNOSIS BANDING
Cone-rod dystrophy
Cone dystrophy
64
LAMPIRAN 5
65
JADWAL PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
Minggu 1
Senin
07.00-09.00 Penerimaan oleh Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Direktur Pusat Mata
Nasional RS Mata Cicendo Bandung, Koordinator P3D; Preceptor
09.00-09.30 Tutor 1: Anatomi dan Pemeriksaan Mata
09.30-10.00 Tutor 2: Refraksi
10.00-10.30 Tutor 3: Lensa
10.30-11.00 Tutor 4: Glaukoma
11.00-11.30 Tutor 5: Palpebra
11.30-12.30 Pre-test
13.00-14.00 Hospital tour dengan LO
14.00-15.00 Preceptor meeting
Selasa
07.00-09.00 Preceptor meeting
09.00-10.00 RPS 1: External eye Disease
10.00-15.00 Observasi Klinik
Rabu
07.00-09.00 Preceptor meeting
09.00-10.00 RPS 2: Neuro-ophthalmology
10.00-15.00 Observasi Poliklinik
Kamis
07.00-09.00 Preceptor Meeting
09.00-10.00 RPS 3: Retina
10.00-15.00 Observasi Poliklinik
66
Minggu 2
Senin
07.00-08.00 Preceptor meeting
08.00-15.00 Observasi Poliklinik
Selasa
07.00-08.00 Preceptor meeting
08.15-15.00 Observasi Poliklinik
Rabu
07.00-08.00 Preceptor meeting
08.15-15.00 Observasi Poliklinik
Kamis
07.00-08.00 Preceptor meeting
08.15-15.00 Observasi Poliklinik
Jumat
07.00-08.00 Preceptor meeting
08.15-15.00 Observasi Poliklinik
67
Minggu 3
Senin
07.00-08.00 Preceptor meeting
08.00-13.30 Mini CEX, Poliklinik
13.30-15.00 Preceptor meeting
Selasa
07.00-08.00 Preceptor meeting
08.15-10.15 Mini CEX, Poliklinik
10.30-13.30 Kamar bedah
14.00-15.00 Preceptor meeting
Rabu
07.00-08.00 Briefing Ujian
08.00-selesai Mini CEX, Poliklinik
Kamis
07.00-08.00 Preceptor meeting
08.00-selesai Kamar bedah, Poliklinik
Jumat
07.00-selesai Evaluasi akhir Ujian SOCA
13.00 Judicium
68
LAMPIRAN 6
DAFTAR AKTIVITAS MAHASISWA PSPD
Minggu I
Tutorial Anatomi & PMN RS Mata Laptop, proyektor
08.00-09.00 1 28 1 3
Pemeriksaaan cicendo
PMN RS Mata
09.00-10.00 Refraksi 1 28 1 3
cicendo
PMN RS Mata
10.00-11.00 Lensa 1 28 1 3 Ruang Perkuliahan cicendo
SENIN Gd. Pendidikan PMN PMN RS Mata
11.00-12.00 Glaukoma 1 28 1 3 RS Mata cicendo cicendo
12.00-13.00 ISHOMA
PMN RS Mata
13.00-14.00 Palpebra 1 28 1 3
cicendo
PMN RS Mata
14.00-15.00 Hospital Tour 1 28 1 3
cicendo
PMN RS Mata Laptop, proyektor
07.00-08.00 Pree Test
cicendo
2 7 1 Ruang Perkuliahan
PMN RS Mata
SELASA External Eye Disease (RPS) Gd. Pendidikan PMN
08.00-10.00 cicendo
RS Mata cicendo
PMN RS Mata
10.00-12.00 BST /CRS 2 7 1 1
cicendo
69
PMN RS Mata
12.00-13.00 ISHOMA
cicendo
PMN RS Mata
13.00-15.00 BST/CRS 2 7 1 1
cicendo
PMN RS Mata Laptop, proyektor
07.00-08.00 RPS Retina 2 7 1 R.sidang
cicendo
PMN RS Mata
BST/CRS R.perpustakaan
RABU 08.00-12.00 cicendo
12.00-13.00 ISHOMA
PMN RS Mata
13.00-15.00 BST/CRS 2 7 1 1 Poliklinik
cicendo
PMN RS Mata Laptop, proyektor
07.00-08.00 RP PO & Strabismus R.sidang
cicendo
2 7 1
PMN RS Mata
BST/CRS R.perpustakaan
KAMIS 08.00-12.00 cicendo
12.00-13.00 ISHOMA
PMN RS Mata
13.00-15.00 BST/CRS 2 7 1 1 Poliklinik
cicendo
RPS Oftalmologi PMN RS Mata Laptop, proyektor
07.00-08.00 2 7 1 1 Poliklinik
Komunitas cicendo
08.00-12.00 BST/CRS
JUMAT
12.00-13.00 ISHOMA
PMN RS Mata
13.00-15.00 BST/CRS 2 7 1 1 Poliklinik
cicendo
Minggu II
PMN RS Mata
07.00-08.00 Video Sssion 2 7 1 1 Poliklinik
cicendo
SENIN
08.00-12.00 CRS/CSS
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-15.00 CRS/CSS 2 7 1 1 Poliklinik PMN RS Mata
70
cicendo
PMN RS Mata
07.00-12.00 CRS/CSS 2 7 1 1 Poliklinik
cicendo
SELASA 12.00-13.00 ISHOMA
PMN RS Mata
13.00-15.00 CRS/CSS 2 7 1 1 Poliklinik
cicendo
PMN RS Mata
07.00-12.00 CRS/CSS 7 1 1 Poliklinik
cicendo
RABU 12.00-13.00 ISHOMA
PMN RS Mata
13.00-15.00 CRS/CSS 7 1 1 Poliklinik
cicendo
PMN RS Mata
07.00-12.00 CRS/CSS 7 1 1 Poliklinik
cicendo
KAMIS 12.00-13.00 ISHOMA
PMN RS Mata
13.00-15.00 CRS/CSS 7 1 1 Poliklinik
cicendo
PMN RS Mata
07.00-12.00 CRS/CSS 7 1 1 Poliklinik
cicendo
JUMAT 12.00-13.00 ISHOMA
PMN RS Mata
13.00-15.00 CRS/CSS 7 1 1 Poliklinik
cicendo
Minggu
III
07.00-12.00 MiniCex 1 Ruang Laptop, proyektor
12.00-13.00 ISHOMA konsulen/ruang PMN RS Mata
SENIN 1
sidang/ cicendo
13.00-15.00 MiniCex 1 perpustakaan
Laptop, proyektor
07.00-12.00 MiniCex 1 Ruang konsulen/
PMN RS Mata
SELASA 1 ruang
12.00-13.00 ISHOMA cicendo
sidang/perpustakaan
13.00-15.00 MiniCex 1
71
08.00-10.00 MiniCex 1 28 3 1 Ruang sidang Laptop, proyektor, lembar
PMN RS Mata
RABU 10.00-12.00 ISHOMA 2 7 1 1 Poliklinik jawaban/kertas folio bergaris
cicendo
12.00-13.00 MiniCex
09.00-12.00 MiniCex 28 13 13 Ruang konsulen Laptop, proyektor, lembar
PMN RS Mata
KAMIS 12.00-13.00 ISHOMA jawaban/kertas folio bergaris
cicendo
13.00-15.00 MiniCex Ruang konsulen
08.00-11.00 Ujian SOCA 1 28 1 KlinikTeratai PMN RS Mata Laptop, proyektor, lembar
JUMAT 09.00-10.00 Quesioner 1 28 1 Ruang Kuliah cicendo jawaban/kertas folio bergaris
11.00-12.00 YUDICIUM
72
LAMPIRAN 7
Keselamatan Kesehatan Kerja ( K3 )
GAMBAR APAR :
73
74
PROSEDUR EVAKUASI
JALUR EVAKUASI
75
AWAS BAHAYA ….!!
76
UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT DAN KECELAKAAN
KERJA GUNAKANLAH ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
1. Petugas Instalasi Gizi
Dengan APD
3. Petugas Laboratorium
Dengan APD
77
5. Petugas Ruang Operasi
Dengan APD
78
1. Listrik di PMN RS. Mata Cicendo Bandung selain dari Sumber Listik PLN juga terdapat back
up Genset yang akan menyala dalam waktu 7 detik (jeda waktu) setelah listrik dari PLN
terputus, kecuali untuk ruangan OK, Diagnostik Ruang OK Lasik dan Poliklinik Paviliun
selain dengan Genset di back up juga dengan UPS sehingga tidak ada jeda waktu.
2. Air Bersih di PMN. RS. Mata Cicendo Bandung bersumber dari air tanah yaitu sumur artesis
(air baku) sebanyak dua sumur. Air baku diolah dengan water tretment dipasang sebanyak 2
instalasi water treatment yaitu instalasi pertama sebagai instalasi utama dan yang kedua
sebagai back up jika instalasi pertama mengalami gangguan. Sehingga kebutuhan air bersih
dapat selalu terpenuhi selama 24 jam.
3. Pengelolaan dan Penggunaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) jangan lupa lengkapi selalu
dengan MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk menghindari penyakit kerja dan kecelakaan
kerja
4. Laporkan kepada Security setiap ada kejadian sebagai berikut :
Kecurian
Kehilangan orang/ barang
Merasa dianiaya
Percaloan
Hipnotis
Menemukan orang/ barang yang mencurigakan
79
LAMPIRAN 8
Patien Safety
80