Anda di halaman 1dari 4

3.

Astigmatisma
Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai
suatu fokus titik di retina karena perbedaan derajat refraksi di berbagai meridian kornea atau
lensa kristalin. Pada astigmatisma mata menghasilkansuatu bayangan dengan titik atau garis
fokus multiple, dimana berkas sinar tidak di fokuskan pada satu titik dengan tajam pada
retina akan tetapi pada dua garis titik fokus yang saling tegak lurus yang terjadi akibat
kelainan kelengkungan dikornea (American Academy of Opthalmology, section 5, 2009-
2010).

Gambar C.3.1 Mata Astigmatisma

Astigmatisma dapat disebabkan :


1. Kelainan bentuk kelengkungan kornea sehingga disebut astigmatisma kornea yang nilai
prevalensinya mencapai 90%
2. Kelainan bentuk kelengkungan lensa mata sehingga disebut astigmatisma lensa yang
nilai prevalensinya 105.
3. Kombinasi dari astigmatisma kornea dan lensa.

Klasifikasi astigmatisma berdasarkan bentuknya :


1. Astigmatisma reguler (teratur)
Terdapat perbedaan kekuatan refraksi pada meridian yang berbeda, bidang refraksi ada
yang berkekuatan maksimum dan minimum, keduanya saling tegak lurus. Berdasarkan
axis dan sudut di bentuk antara dua principle meridian, reguler astigmatisma dapat dibagi
dalam 3 bentuk, yaitu :
1) Horizontal-Vertikal Astigmatisma
Astigmatisma ini merupakan dua meridian yang membentuk sudut satu sama lain
secara horizontal (180±20°) atau vertikal (90±20°). Astigmatisma ini terbagi atas
dua jenis yaitu :
a. With in the rule Astigmatisma
Disebut with in rule karena mempunyai kesamaan dengan kondisi mata normal
yang mempunyai kurvatura vertikal lebih besar oleh karena penekanan oleh
kelopak mata.
 Daya bias terkuat pada bidang vertikal (90°)
 Daya bias terlemah pada bidang horizontal (180°)
 Lensa koreksi cylinder mempunyai axis 180°
b. Against the rule astigmatisma
 Daya bias terkuat pada bidang vertikal (180°)
 Daya bias terlemah pada bidang horizontal (90°)
 Lensa koreksi cylinder mempunyai axis 90°
2) Ablique astigmatisma
 Power meridian astigmatisma tidak horizontal atau vertikal
 Axis meridian yang berhubungan dengan axis refraktif akan berada di posisi 21°
dan 69° atau 111° dan 159° (miring)
3) Bioblique astigmatisma
Suatu kondisi dimana kedua principle meridian tidak membentuk sudut satu sama
lain
2. Astigmatisma irreguler (tidak teratur)
Suatu keadaan refraksi dimana setiap meridianmempunyai perbedaan refraksi yang tidak
teratur bahkan kadang-kadang mempunyai perbedaan pada meridian yang sama.
Principle meridian tidak tegak lurus satu dengan lainnyua. Biasanya astigmatisma reguler
ini dikoreksi degan lensa kontak.

Klasifikasi astigmatisma berdasarkan nilai derajat koreksinya :


1. Astigmatisma Miopicus Simplex (AMS)
Apabila meridian utama yang satu emetropia dan yang lainnya miopicus sehingga titik
fokusnya mempunyai 2 titik, satu titik jatuhnya tepat di retina dan yang lainnya didepan
retina. Koreksinya dengan memberikan lensa cylinder negatif murni untuk memundurkan
fokus yang didepan retina agar bisa menjadi satu dengan fokus yang tepat di retina.
Contoh : C-1,50 X 90

Gambar C.3.1.1

2. Astigmatisma Miopicus Compositus (AMC)


Apabila kedua meridian utama adalah miopicus tetapi dengan derajat yang berbeda
sehingga kedua fokus berada didepan retina tetapi jaraknya berbeda dari retina.
Koreksinya dengan lensa spheris negatif dan cylinder negatif / spherocylinder (lensa
cylinder untuk memundurkan fokus yang lebih jauh dari retina agar menjadi satu dengan
fokus yang lebih dekat ke retina, kemudian kedua fokus yang sudah menjadi satu di
mundurkan ke retina dengan lensa spheris negatif.
Contoh : S-1,00 C00,50 X 180
Gambar C.3.1.1

3. Astigmaticus Hipermetropicus Simplex (AHS)


Apabila meridian utama yang satu emetropia dan yang lainnya hipermetropia sehingga
titik fokusnya satu tepat pada retina dan yang lainnya di belakang retina. Koreksinya
dengan pemberian lensa cylinder positif murni untuk memajukan titik fokus yang
dibelakang retina agar menjadi satu dengan titik fokus yang tepat di retina.
Contoh : C+1.50 X 90 atau Transposisi S+1,50 C-1,50 X 180

Gambar C.3.1.1

4. Astigmatisma Hipermetropicus Compositus (AHC)


Apabila kedua meridian utama adalah hipermetropia akan tetapi dengan derajat yang
berbeda sehingga keduia fokus berada di belakang retina tetapi jaraknya berbeda dari
retina. Koreksinya dengan lensa spheris positif dan cylinder positif / spherocylinder
dengan nilai yang lebih kecil dari spheris (lensa cylinder untuk memundurkan fokus yang
lebih dekat dari retina agar menjadi satu dengan fokus yang lebih belakang dari retina
kemudian kedua fokus yang sudah menjadi satu di majukan ke retina dengan spheris
positif).
Contoh : S+2,00 C+1,00 X 45 atau transposisi S+3,00 C-1,00 X135
Gambar C.3.4.1

5. Astigmaticus Mixtus
Apabila meridian utama yang satu miopicus dan yang lainnya hipermetropicus sehingga
fokusnya yang satu didepan retina dan yang lainnya di belakang retina. Koreksinya
dengan gabungan lensa spheris negatif dan lensa cylinder positif atau di koreksi dengan
lensa spheris positif dan lensa cylinder negatif dengan catatan kekuatan lensa cylinder
lebih besar dari lensa spheris.
Contoh : S-1,00 C+2,00 X120 atau transposisi S+1,00 C-2,00 X 30

Gambar C.3.5.1

Tanda dan gejala astigmatisma :


Pada umumnya klien astigmatisma tinggi menyebabkan gejala – gejala sebagai berikut :
 Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umumnya keluhan
ini sering terjadi pada klien astigmatisma oblique yang tinggi
 Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas
 Menipitkan mata seperti halnya klien miopia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
efek pinhole atau stenopic slite. Klien astigmatisma juga menyipitkan mata pada saat
bekerja dekat seperti membaca.
 Pada saat membaca, klien astigmatisma ini memegang bacaan mendekati mata
seperti klien miopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan meskipun
bayangan di retina tampak buram.

Anda mungkin juga menyukai