Anda di halaman 1dari 43

Lampiran 26 : Proposal Kegiatan Sosialisasi MAKP

PROPOSAL KEGIATAN “SOSIALISASI PENERAPAN MODEL


ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
DI RUANG CEMPAKA RSU KERTHA USADA

OLEH:
KELOMPOK II
Dewa Nym Adi Negara ,S.Kep 17089142091

Nyoman Ariada ,S.Kep 17089142092

Ni Nym Ratmadi ,S.Kep 17089142096

I Made Artana ,S.Kep 17089142104

Etyk Sulistyowati ,S.Kep 17089142105

Ni Made Sri Laksmi S. Kep 17089142106

Ni Putu Suastini ,S.Kep 17089142107

Luh Pas Susanawati ,S.Kep 17089142108

Ni Wayan Sri Hartini ,S.Kep 17089142109

Putu Eka Febriantika Sari ,S.Kep 17089142110

Putu Novi Widiani ,S.Kep 17089142111

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2018
SOSIALISASI PENERAPAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN
PROFESIONAL (MAKP)
DI RUANG CEMPAKA RSUD KABUPATEN BULELENG

Topik : MAKP

Sub Topik : Model Asuhan Keperawatan Profesional

1. Metode

2. Timbang Terima

3. Ronde Keperawatan

4. Pengelolaan Sentralisasi Obat

5. Supervisi

6. Discharge Planning

7. Dokumentasi Keperawatan

Judul : “Sosialisasi Penerapan Model Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP)”

Hari/Tanggal : Rabu 25 April 2018

Tempat Pelaksanaan : Ruang Cempaka, RSU Kertha Usada

Sasaran : Seluruh perawat yang bertugas di Ruang Cempaka RSU

Kertha Usada

1. LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan

yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat,

sering kali mengalami permasalahan yang menyangkut tentang ketidakpuasan


masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai

atau memuaskan. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan,

maka salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas pelayanan

keperawatan (Depkes RI, 2010).

Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan

kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggungjawab perawat yang lebih

tinggi sehingga terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien. Pelayanan

keperawatan ini akan lebih memuaskan tentunya dengan penerapan model asuhan

keperawatan professional atau MAKP karena kepuasan pasien ditentukan salah

satunya dengan pelayanan keperawatan yang optimal (Nur Hidayah, 2014).

Model asuhan keperawatan profesional telah dilaksanakan dibeberapa

negara, termasuk rumah sakit di Indonesia. Hal ini sebagai salah satu upaya rumah

sakit untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui beberapa kegiatan

yang menunjang kegiatan keperawatan profesional dan sistematik (Nursalam,

2011).

Sistem model asuhan keperawatan profesional adalah suatu kerangka

kerja yang mendefinisikan 4 unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan

keperawatan dan sistem model asuhan keperawatan professional (MAKP).

Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan

menentukan kualitas produk/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak

memiliki nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen,

maka tujuan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan

dapat terwujud (Nursalam, 2011).


Dalam rangka mendayagunakan tenaga keperawatan yang tersedia di

rumah sakit, ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang

sudah ada dan akan terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi tren

pelayanan keperawatan. Lima metode asuhan keperawatan profesional (MAKP)

tersebut antara lain: metode fungsional, metode tim, metode primer, metode

kasus, dan metode modifikasi tim primer (Nursalam, 2011).

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan di Ruang Cempaka RSU

Kertha Usada pada tanggal 18 dan 19 April 2018, kami mendapatkan bahwa

model asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Cempaka adalah model

asuhan keperawatan profesional metode tim (MAKP Tim), namun

pelaksanaannya masih belum optimal.

Dari latar belakang tersebut, kami menerapkan MAKP Metode Tim yang

sesuai standar di Ruang Cempaka RSU Kertha Usada. MAKP ini diterrapkan

dengan melaksanakan supervise keperawatan, discharge planning, timbang

terima, dokumentasi keperawatan, ronde keperawatan, dan sentralisasi obat,

dengan melibatkan perawat ruangan.

2. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan sosialisasi diharapkan sasaran sosialisasi dapat

memahami dan mengerti penerapan model asuhan keperawatan profesional

(MAKP).
2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan sosialisasi diharapkan sasaran sosialisasi

mampu:

1. Memahami dan menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional

(MAKP).

a. Memahami dan menerapkan supervisi keperawatan

b. Memahami dan menerapkan ronde keperawatan

c. Memahami dan menerapkan timbang terima keperawatan

d. Memahami dan menerapkan sentralisasi obat

e. Memahami dan menerapkan Discharge Planning

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model

SOAP

3. SASARAN SOSIALISASI

Sasaran dalam sosialisasi ini adalah perawat yang berjaga di Ruang

Cempaka RSU Kertha Usada sebanyak 13 orang.

4. PENYELENGGARA SOSIALISASI

Penyelenggara sosialisasi adalah kelompok II Mahasiswa Program

Profesi Ners STIKES Buleleng.


5. GARIS BESAR MATERI

5.1 Memahami dan melaksanakan model asuhan keperawatan profesional

(MAKP)

1. Memahami dan menerapkan supervisi keperawatan

2. Memahami dan menerapkan ronde keperawatan

3. Memahami dan menerapkan timbang terima keperawatan

4. Memahami dan menerapkan sentralisasi obat

5. Memahami dan menerapkan Discharge Planning

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model

SOAP

6. STRATEGI PELAKSANAAN

No. Waktu Kegiatan Sosialisasi Kegiatan Peserta


1. 5 menit PENDAHULUAN

1. Moderator memberikan salam 1. Sasaran membalas salam

kepada sasaran dari moderator

2. Moderator memperkenalkan 2. Sasaran menyimak

diri kepada sasaran

3. Moderator menjelaskan topik 3. Sasaran menyimak

sosialisasi

4. Moderator menjelaskan waktu 4. Sasaran menyimak

pelaksanaan
2. 30 menit (20 PENYAMPAIAN MATERI

menit 1. Penyaji menggali sedikit 0. Sasaran mengeksplorasi

penyampaian informasi pada sasaran apa yang mereka ketahui

materi, 10 mengenai model asuhan tentang model asuhan

menit tanya keperawatan profesional keperawatan profesional

jawab) 2. Penyaji menjelaskan materi 1. Sasaran memperhatikan

mengenai: penjelasan dan

a. Model Asuhan Keperawatan mencermati materi

Profesional (MAKP)

b. Supervisi Keperawatan

c. Ronde Keperawatan

d. Timbang Terima

Keperawatan

e. Sentralisasi Obat

f. Discharge Planning

g. Pendokumentasian asuhan

keperawatan dengan

menggunakan model

Problem, Intervensi dan

Evaluasi

h. Menganalisis tingkat

kepuasan pasien pre dan post

pelaksanaan MAKP Tim


TANYA JAWAB

1. Moderator membuka sesi 1. Sasaran mengajukan

tanya jawab pertanyaan

2. Penyelenggara sosialisasi 2. Sasaran memperhatikan

menjawab pertanyaan jawaban yang diberikan

sasaran

3. 10 menit PENUTUP

1. Moderator menyimpulkan 1. Sasaran menyimak

hasil sosialisasi kesimpulan yang

disampaikan oleh

moderator

2. Moderator melakukan 2. Sasaran menjawab

evaluasi dengan pertanyaan evaluasi

memberikan beberapa

pertanyaan kepada sasaran

3. Pembagian leaflet pada 3. Sasaran menerima leaflet

sasaran yang diberikan oleh

fasilitator

4. Mengakhiri dengan salam 4. Menjawab salam dan

sasaran bersiap untuk

meninggalkan tempat

sosialisasi
7. METODE SOSIALISASI

Metode yang digunakan dalam sosialisasi adalah ceramah dan diskusi

(tanya jawab).

8. MEDIA SOSIALISASI

Media yang digunakan dalam sosialisasi adalah leaflet dan lembar

balik.

9. PENGORGANISASIAN KELOMPOK

a. Moderator : Nyoman Ariada ,S.Kep

b. Penyaji : Eka Febriantika ,S.Kep

c. Fasilitator : Dewa Nym Adi Negara ,S.Kep

:Nyoman Ariada ,S.Kep

:I Made Artana ,S.Kep

:Etyk Sulistyowati ,S.Kep

:Ni Made Sri Laksmi S. Kep

:Ni Putu Suastini ,S.Kep

:Luh Pas Susanawati ,S.Kep

:Ni Wayan Sri Hartini ,S.Kep

:Putu Novi Widiani ,S.Kep

d. Observer : Noman Ratmadi ,S.Kep


10. SETTING TEMPAT

4 3 4 3 4 3 4 3 4

4 3 4 3 4 4 4 3 4 5

3 4 4 4 4

1 2

Keterangan gambar:

1. Penyaji

2. Moderator

3. Fasilitator

4. Peserta

5. Observer

11. KRITERIA EVALUASI

A. Evaluasi Struktur

Rencana kegiatan dipersiapkan tiga hari sebelum kegiatan dan informasi

kepengurusan dua hari sebelum kegiatan. Sarana prasarana seperti leaflet,

flipchart, dan materi sosialisasi disiapkan dua hari sebelum pelaksanaan.

B. Evaluasi Proses

1) Kegiatan berlangsung tepat waktu

2) Peserta yang hadir 75% dari jumlah total peserta


3) Peserta yang aktif bertaya 70% dari total peserta yang ikut.

C. Evaluasi Hasil

70% dari sasaran sosialisasi mampu:

a. Memahami dan menerapkan methode (peran sesuai dengan model

MAKP yang telah ditentukan)

b. Memahami dan menerapkan supervisi keperawatan

c. Memahami dan menerapkan ronde keperawatan

d. Memahami dan menerapkan timbang terima keperawatan

e. Memahami dan menerapkan sentralisasi obat

f. Memahami dan menerapkan Discharge Planning

g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model

SOAP

D. LAMPIRAN-LAMPIRAN

a. Materi

b. Leaflet
LAMPIRAN MATERI SOSIALISASI
PENERAPAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
(MAKP)
DI RUANG CEMPAKA RSU KERTHA USADA

1. Pengertian MAKP

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan

keempat unsur yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan

sistem MAKP yang berdasarkan atas nilai-nilai yang diyakini yang akan

menentukan kualitas produksi/jasa pelayanan.

2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

2.1 Fungsional (Bukan MAKP Profesional)

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan

asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada

saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap

perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat

luka kepada semua pasien di bangsal.


Gambar 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

Kelebihan:

1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas

dan pengawasan yang baik.

2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.

3. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat

pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.

Kelemahan:

1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.

2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses

keperawatan.

3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.

2.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan

dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui

upaya kooperatif dan kolaboratif. Model tim didasarkan pada keyakinan

bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan

dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa

tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan

keperawatan meningkat.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok

pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/group yang terdiri dari

tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling

membantu.

Konsep Pelaksanaan MAKP Metode

1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik

kepemimpinan.

2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan

terjamin.

3. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil bila

didukung oleh kepala ruang.

Gambar 2. Sistem Asuhan Keperawatan “Team Nursing”


Kelebihan :

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.

3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan

memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :

1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi

tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan

pada waktu-waktu sibuk

Tanggungjawab anggota tim:

1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung

jawabnya

2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim

3) Memberikan laporan

Tanggungjawab ketua tim

1) Membuat perencanaan

2) Membuat penugasan supervisi dan evaluasi

3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan

pasien

4) Mengembangkan kemampuan anggota

5) Menyelenggarakan konfrensi

Tanggung jawab kepala ruangan


1) Perencanaan

a. Menunjuk ketua tim yang bertugas di ruangan masing-masing

b. Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya

c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, dan

persiapan pulang bersama ketua tim

d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan

aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur

penugasan/penjadwalan

e. Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan

f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan

mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan

terhadap klien

g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:

- Membimbing pelakasanaan asuhan keperawatan

- Membimbing penerapan proses keperawatan

- Menilai asuhan keperawatan

- Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

- Memberikan informasi kepada pasien/keluargaa yang baru masuk

h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan pelatihan dan latihan

diri

i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit


2) Pengorganisasian

a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan

b. Merumuskan tujuan metode penugasan

c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahkan dua ketua

tim dan kedua tim membawahkan dua atau tiga perawat

e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses

dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain lain

f. Mengatur dan mengendalikan holistik ruangan mengatur dan

mengendalikan situasi lahan praktik

g. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada

ketua tim

h. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi

pasien

i. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

j. Identifikasi masalah dan cara penanganannya

3) Pengarahan

a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang mengerjakan tugas

dengan baik

c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap

d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan

dengan sikap klien


e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya

g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

4) Pengawasan

a. Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun

pelaksana mengenaai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien

b. Melalui supervisi

- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati

inspeksi/melalui laporaan langsung secara lisan dan

memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini

- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca

dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat

selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan

(didokumentasikan), mendengar laporan dari ketua tim

c. Evaluasi

- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan

rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim

2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional Primer

Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan

bersifat komprehensif serta dapat dipertanggungjawabkan. Setiap perawat

primer biasanya mempunyai 4–6 klien dan bertanggungjawab selama 24 jam


selama klien dirawat di rumah sakit. Perawat primer bertanggungjawab untuk

mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan

keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan.

Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan

didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab

penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien

masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,

ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode

primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara

pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan

koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan:

1) Bersifat kotinuitas dan konfrenship

2) Perawat primet mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan pengembangan diri

3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan

karna terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang

diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan efektif terhadap pengobatan,

dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karna

senantiasa mendpatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu

diperbarui dan konprenshif.


Kelemahan:

Hanya dapat dilakukan perawat yang meiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis,

akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

Konsep dasar metode primer:

a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

b) Ada otonomi

c) Ketertiban pasien dan keluarga

Peran kepala ruang atau bangsal dalam metode primer

a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

b) Orientasi dan menrencanakan kerja baru

c) Menyususn jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

d) Mengevaluasi kerja perawat merencanakan atau menyelenggarakan

pengembangan stat

e) Merencanakan/menyelenggrakan pengembangan staf

f) Perencanaan pengawasan pengarahan dan pengawasan

Tugas primery nurse

a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara konperenshif

b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas

d) Mengkomonikasikan dan mengordinasikan pelayanan yang diberikan

oleh disiplin lain maupun perawat lain

e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai


f) Menerima dan menyesuaikan rencana

g) Menyiapkan sosialisasi untuk pulang

h) Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga

social di masyarakat

i) Membuat jadwal perjanjian klinis mengadakan kunjungan rumah

Tugas Perawat Asosiate:

a) Memberikan asuhan keperawatan

b) Mengikuti timbang terima

c) Melaksanakan tugas yang didelegasikan

d) Mendokumentasikan tindakan keperawatan

Ketenagaan Metode Primer:

a) Setiap perawat primer adalah perawat bed side

b) Bebas kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer

c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non

profesional sebagai perawat asisten


Gambar 3. Sistem Asuhan Keperawatan Primer

2.4 MAKP Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien

saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap

shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama

pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien

satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau

untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.

Kelebihannya:

1) Perawat lebih memahami kasus per kasus.

2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangannya:

1) Belum dapat diidentifikasikan perawat penanggungjawab serta perlu

penanggung jawab yang banyak dan mempunyai kemampuan yang sama.


Gambar 4. Sistem Asuhan Keperawatan Kasus

2.5 MAKP Modifikasi Tim-Primer

Model MAKP tim-primer digunakan secara kombinasi dari dua

sistem yaitu MAKP metode Tim dan Primer. Penetapan sistem MAKP ini

didasarkan pada beberapa alasan:

1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat

primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau

setara.

2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab

asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada tim.

3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan

keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.

4) Untuk ruang MAKP Tim Primer ini diperlukan 26 perawat. Dengan 4

orang perawat primer (PN) dengan kualifikasi Ners, disamping seorang


kepala ruangan juga Ners. Perawat asosiate (PA) 21 orang, kualifikasi

pendidikan PA terdiri atas D3 keperawatan dan SPK.

Gambar 5. Sistem Asuhan Keperawatan Tim Primer

Kepala Ruang (KARU) Perawat Primer (PP) Perawat Associate (PA)


a. Menerima pasien baru a. Menerima pasien dan a. Memberikan ASKEP
b. Memimpin rapat mengkaji kebutuhan b. Mengikuti timbang
c. Mengevaluasi kinerja perawat pasien secara terima
d. Membuat daftar dinas komprehensif. c. Melaksanakan tugas
e. Menyediakan material b. Membuat perencanaan yang didelegasikan
f. Perencanaan, pengorganisasian, ASKEP d. Mendokumentasikan
pengarahan dan pengawasan c. Mengadakan tindakan tindakan keperawatan
g. Melaksanakan program orientasi kolaborasi e. Membuat laporan harian.
kepada tenaga perawatan baru d. Memimpin timbang terima f. Mengikuti timbang
atau tenaga lain yang akan e. Mendelegasikan tugas terima.
bekerja diruang rawat. f. Memimpin ronde g. Mengikuti kegiatan
h. Meningkatkan pengetahuan dan keperawatan ronde keperawatan.
ketrampilan di bidang perawatan g. Mengevaluasi pemberian h. Melaksanakan rencana
antara lain melalui pertemuan ASKEP keperawatan yang dibuat
ilmiah. h. Bertanggung jawab oleh perawat primer
i. Menyusun permintaan rutin terhadap pasien i. Melaporkan segala
meliputi kebutuhan alat, obat dan i. Memberi petunjuk jika perubahan yang terjadi
bahan lain yang diperlukan pasien akan pulang atas pasien kepada
diruang rawat. j. Mengisi resume perawat primer.
j. Melaksanakan program orientasi keperawatan
kepada pasien dan keluarganya, k. Mendampingi visite.
meliputi penjelasan tentang l. Melaksanakan ronde
peraturan rumah sakit, tata tertib keperawatan bersama
ruangan, fasilitas yang ada cara dengan kepala ruangan
penggunaannya serta kegiatan dan perawat associate.
rutin sehari-hari di ruangan. m. Melaporkan
k. Mendampingi dokter selama perkembangan pasien
kunjungan keliling (visite dokter) kepada kepala ruangan.
untuk pemeriksaan pasien dan
mencatat program pengobatan,
serta menyampikan kepada staf
untuk melaksanakannya
l. Mengelompokan pasien dan
mengatur penempatannya di
ruang rawat menurut tingkat
kegawatannya, infeksi dan non
infeksi untuk memudahkan
pemberian asuhan keperawatan.
m. Mengawasi pelaksanaan sistem
pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan
serta mencatat kegiatan lain di
ruang rawat.

1) Timbang Terima

Timbang Terima adalah teknik atau cara untuk menyampaikan dan

menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang

terima pasien baru harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan

secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan

kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat itu.

Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan

keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh

perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab)

dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan

Teknik operan fokus ke pasien :

 Dekati dan sentuh pasien


 Ucapkan salam

 Bicarakan perkembangan sementara pasien serta diagnosa keperawatannya

 Tanyakan keluhan pasien, tanyakan respon pasien selama diawat

 Laporan pasien (vital sign, KU stabil atau tidak)

 Pemeriksan luka, drain, IVFD, balance cairan, kateter.

 Cek rencana keperawatan

 Cek program baru

 Jelaskan ke pasien rencana hari ini

 Beri kesempatan pasien bertanya

 Pemeriksaan kembali catatan keperawatan

 Dokumentasikan

 Lanjutkan ke pasien selanjutnya

2) Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan model

asuhan keperawatan dengan metode keperawatan primer, merupakan salah

satu metode pemberian pelayanan keperawatan yang harus ditingkatkan dan

dimantapkan. Metode ini ditujukan untuk menggali dan membahas secara

mendalam masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien sehingga

dengan ronde keperawatan diharapkan didapatkan pemecahan masalah

melalui cara berpikir secara kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan.

Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk

membahas masalah keperawatan dengan melibatkan pasien dan seluruh tim

keperawatan, konsultan keperawatan, serta divisi terkait (medis, gizi,

rehabilitasi medis, dan sebagainya). Dalam pelaksanaan ronde juga akan


terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim

kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada

pasien.

Karakteristik kegiatan ronde keperawatan:

 Pasien terlibat secara langsung

 Pasien merupakan focus kegiatan

 PA/PN dan konselor melakukan diskusi bersama

 Konselor memfasilitasi kreatifitas

 Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PN dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah

Manfaat ronde keperawatan:

 Masalah pasien dapat teratasi

 Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

 Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional

 Terjalin kerjasama antara tim kesehatan

 Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan

benar

Kriteria pasien dalam ronde keperawatan:

 Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah

diberikan asuhan keperawatan secara maksimal

 Pasien dengan kasus baru/langka


3) Pengelolaan Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang

akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh

perawat (Nursalam, 2015). Tujuan dilakukannya pengelolaan obat ini adalah

untuk menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan,

sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien terpenuhi.

Alasan obat perlu disentralisasikan:

 Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien

 Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang

lebih murah dan mutu yang terjamin memiliki efektivitas keamanan yang

sama

 Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”

 Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada dosis yang diperlukan

 Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang

akan membuang atau lupa untuk minum

 Memesan obat lebih daripada obat yang dibutuhkan, sehingga banyak

yang tersisa sesudah batas kadaluarsa

 Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin/obat tidak efektif

 Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau lembab

 Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpangan) terlalu banyak pada

sewaktu-waktu sehingga dipakai berlebihan atau di curi (Nursalam, 2015).

Tehnik Pengelolaan Obat (Sentralisasi):

 Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.


 Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara

operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.

 Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.

Penerimaan Obat:

 Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat yang

telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima

lembar terima obat.

 Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan

(bila perlu) dalam kartu kontrol, serta diketahui (ditandatangani) oleh

keluarga atau pasien dalam buku masuk obat keluarga atau pasien

selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan obat tersebut akan habis, serta

penjelasan tentang 5T (jenis, dosis, waktu, pasien dan cara pemberian).

 Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus

diminum beserta kartu.

 Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam

kotak obat.

Pembagian Obat:

 Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar

pemberian obat.

 Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan

memperhatikan aturan yang telah tercantum dalam daftar pemberian obat,

dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksikan

dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.


 Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan

obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat kembali

ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek sam[ing pada pasien.

 Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala

ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku

masuk obat.

 Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan

dimintakan resep 9jika masih perlu dilanjutkan)kepada dokter penanggung

jawab pasien.

Penambahan Obat Baru:

 Bilamana terdapat menambahan atau perubahan jenis, dosis, atau

perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan

dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahandalam kartu

sediaan obat.

 Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka dokumentasi hanya

dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan kepada

keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam, 2015).

Obat Khusus:

 Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup

maha, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek

samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu

tertentu/sewaktu saja.

 Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,

dilaksanakan oleh perawat primer.


 Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama obat,

kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab

pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada

keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat

pemberian obat (Nursalam, 2015).

Gambar 6. Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

Dokter
Kordinator
dengan
Pasien/keluarga perawat

Farmasi/apotik
 Surat persetujuan
sentralisasi dari
Pasien/keluarga perawat
 Lembar serah
terima obat
PP/Perawat yang menerima  Buku serah
terima/masuk
obat
Pengaturan dan pengelolaan oleh
perawat

Pasien/keluarga

4) Supervisi

Supervisi adalah sebagai pengamatan atau pengawasan secara

langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin. Tujuan utama

supervisi adalah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk

mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan


pengamatan langsung terhaap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila

ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk

mengatasinya. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi

harus edukatif dan suportif, bukan otoriter.

Adapun beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang

keperawatan antara lain:

 Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi

 Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan

hubungan antar manusia dan kemampuan menetapkan prinsip manajemen

 Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan

melalui petunjuk, peraturan atau kebijakan dan uraian tugas standart.

 Supervisi adalah proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan

staf perawat

 Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi,

falsafah, tujuan dan rencana spesifik untuk mencapai tujuan.

 Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif,

merangsang kreatifitas dan motifasi

 Supervisi mempunyai tujuan utama atau akhir yang memberi keamanan,

hasil guna dan daya guna bagi pelayanan keperawatan kepada klien,

perawat itu sendiri dan manager.

Sasaran Supervisi:

Sasaran atau obyek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan

oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi


mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi

langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan

disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk

meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan.

Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:

pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis,

sistem dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan

wewenang, penyimpangan kekuasaan, kedudukan dan keuangan.

Manfaat Supervisi:

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak

manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah:

 Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas

kerja ini erat hubungannya dengan peningkatann pengetahuan dan

keterampilan bawaha, serta makin terbinanya hubungan dan suasna kerja

yang lebih harmonis antara ataasan dan bawahan.

 Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efisiensi

kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang

dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan

sarana) yang sia-sia akan dicegah.


Gambar 7. Alur Supervisi

Kepala Bidang Perawatan

Kasi Perawatan

Supervisi
Menetapkan kegiatan dan
PRA tujuan serta instrument/alat Kepala per IRNA
ukur

Kepala ruangan
Menilai kinerja perawat:
PELAKSANAAN Responsibility-
Accountability-
Auhorithy (R-A-A) PP I PP 2

PEMBINAAN (3F) PA PA
 Penyampaian penilaian (fair)
PASCA  Feed back (umpan balik)
 Follow up (tindak lanjut), Kinerja perawat dan
 Pemecahan masalah dan kualitas pelayanan
reward

Pelaksanaan Supervisi

5) Discharge Planning

Discharge Planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri

dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang

berkesinambungan. Komponen yang terkait dengan rentang kinerja. Rentang

kinerja keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan berkelanjutan

yang artinya keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimana pun pasien

berada.
Adapun pelaksanaan Discharge Planning yang idealnya dilaksanakan:

 PN memberi pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang atau

yang direncanakan pulang, meliputi: obat-obatan yang masih harus

diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat, kapan kontrol kembali dan

dimana, apa saja yang dibwa pulang dan hal-hal yang perlu

diperhatikan pasien selama di rumah.

 Jika pasien pulang dengan meneruskan perawatan khusus, seperti

perawatan kateter atau perawatan luka, maka pasien dan keluarga

dibekali pengetahuan tentang perawatan kateter dan perawatan luka.

 Selain memberikan penjelasan secara lisan, PN juga memberikan

kartu discharge planning dan leaflet-leaflet lain yang berisi penjelasan

yang diperlukan.

Selain mendapatkan discharge planning, pasien atau keluarga

menandatangani format discharge planning sebagai bukti telah

mendapatkan discharge planning dari perawat.


Gambar 8. Alur Discharge Planning

Dokter dan tim kesehatan lain Ners, PP dibantu PA

Penentuan keadaan pasien


1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Lain-lain
administrasi

Program HE
 Kontrol dan obat/nersan
 Nutrisi
 Antivitas dan istirahat
 Perawatan diri

Monitor
(Sebagai program service safety)
oleh keluarga dan petugas

6) Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan

kesehatan yang komprehensif melibatkan pasien dan keluarga, dimana sangat

mempengaruhi mutu kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien

dapat dimulai dengan adanya suatu upaya perencanaan tentang kebutuhan

asuhan keperawatan sejak masuk sampai pasien pulang.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan pasien baru antara lain:

 Pelaksanaan secara efektif dan efisien

 Dilakukan oleh kepala ruangan atau perawat primer dan atau perawat

associate yang telah diberikan wewenang atau delegasi.

 Saat pelaksanaan harus tetap menjaga privasi klien

 Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik

 Menjelaskan hak dan kewajiban pasien

A. Hak Pasien

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan

peraturan yang berlaku di rumah sakit

2. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban

pasien

3. Pasien berhak memperoleh pelayanan yang manusiawi adil, jujur

dan tanpa diskriminasi

4. Pasien berhak mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai

dengan standar profesi dan standar prosedur operasional (spo)

5. Pasien berhak memperoleh layanaan yang efektif dan efisien

sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi

6. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang

didapatkan

7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan

keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah

sakit
8. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang

dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai surat ijin praktek

(sip) baik didalam maupun diluar rumah sakit

9. Pasien berhak mendapatan privasi dan kerahasiaan penyakit yang

diderita termasuk data-data medisnya

10. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi : diagnosis

dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif

tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosa

terhadap tindakan yang dilakukan, perkiraan biaya pengobatan

11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak tindakan

yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang

dideritanya

12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis

13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan

yang dianutnya, selama itu tidak mengganggu pasien lainnya

14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama

dalam perawatan di rumah sakit

15. Pasien berhak mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan

rumah sakit terhadap dirinya

16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan rohani yang

sesuai dengan agama dan kepercayaan


B. Kewajiban Pasien

1. Pasien atau penanggungnya wajib untuk taat aturan dan tata tertib

rsud kabupaten buleleng

2. Pasien wajib memberikan keterangan dengan jujur dan

selengkapnya tentang riwayat penyakit yang dideritanya kepada

dokter atau perawat yang merawat

3. Pasien mematuhi instruksi dokter atau perawat dalam pengobatan

atau dan perawatan

4. Pasien atau penanggungnya wajib melunasi semua imbalan atas

pelayanan rsud kabupaten buleleng

5. Pasien atau penanggungnya wajib memenuhi perjanjian atau hal-

hal yang telah disepakati

7) Metode Standar Pedoman/Protap

Standar merupakan rumusan tentang penampilan atau nilai yang

diinginkan dan mampu dicapai berkaitan dengan parameter yang telah

ditetapkan. Tujuan standar keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan dan melindungi

perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari

tindakan yang tidak terapeutik.

Standar pelayanan keperawatan merupakan standar dalam pemberian

asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan penyakit pasien. Standar

asuhan keperawatan (SAK) berdasarkan kelompok penyakit yaitu SAK neuro,


SAK bedah, SAK interna, dan lain-lain. Masing-masing kelompok SAK akan

dijabarkan sesuai dengan jenis kasus yang ada di suatu ruangan.

Standar operasional prosedur (SOP) berisikan tentang pedoman-

pedoman tata cara tindakan keperawatan seperti: pemasangan infus,

pemasangan kateter, teknik cuci tangan dan lain-lain. Sedangkan standar

administrasi merupakan standar yang berisikan kebijakan-kebijakan dari

suatu rumah sakit.

8) Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah suatu cataan yang memuat seluruh

informasi yang dibutuhkan untuk menetukan diagnosis keperawatan,

menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan

keperawatan yang disusun secara sistematis, valid dan dapat

dipertanggungjawabkan. Salah satu bentuk kegiatan adalah dokumentasi

keperawatan profesional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem

pendokumentasian dapat dilakukan dengan benar.

Komponen yang terpenting dalam pendokumentasian adalah

komunikasi, proses keperawatan dan standar asuhan keperawatan.

Tujuan dilakukannya pendokumentasian keperawatan antara lain:

a. Tujuan umum: menerapkan sistem dokumentasi keperawatan dengan

benar di Ruang Cempaka RSUD Kabupaten Buleleng.

b. Tujuan khusus:

1) Mendokumentasikan asuhan keperawatan

2) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan


3) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan

4) Mendokumentasikan diagnosis keperawtan dengan mengacu pada

NIC dan NOC

5) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan

6) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan

7) Mendokumentasikan pengelolaan logistik dan obat

8) Mendokumentasikan HE (Health Education) melalui kegiatan

perencanaan pulang

9) Mendokumentasikan timbang terima

10) Mendokumentasikan kegiatan supervisi

11) Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde

keperawatan

Manfaat dilakukannya pendokumentasian keperawatan antara lain:

a. Sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan tenaga kesehatan

b. Sebagai dokumentasi legal dam mempunyai nilai hukum

c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

d. Sebagai refrensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan

e. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan

9) Uraian Tugas

Uraian tugas merupakan seperangkat fungsi dan tugas dan serta

tanggungjawab yang dijabarkan ke dalam kegiatan pekerjaan. Pernyataan

tertulis untuk semua tingkat jabatan dalam satu unit yang mencerminkan satu

fungsi, tanggungjawab dan kualitas yang dibutuhkan.


Adapun manfaat uraian tugas yaitu:

a. Menyedikan alat evaluasi.

b. Seleksi individu yang berkualitas.

c. Menentukan budget.

d. Klasifikasi fungsi departemen.

Klasifikasi uraian tugas terdiri dari lima dimensi yaitu:

a. Administrasi: jadwal, dan permintaan dan pemeliharaan alat, uraian tugas

personil, tanggung jawab dan akun aktivitas stabilitas.

b. Jaminan mutu: pengetahuan tentang standar, pengembangan staf,

peningkatan motivasi, membangun kerja tim, Refleks Diskusi Kasus.

c. Promosi: komunikasi, motivasi, pendidikan dan bimbingan.

d. Monitoring kerja klinik: observasi, memeriksa dokumen, diskusi/

pencatatan.

e. Kepemimpinan: pengarahan, pelimpahan wewenang dan advokasi.

Prinsip uraian tugas sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi fungsi dan tugas yang telah ditetapkan.

b. Membuat urutan tugas secara logis dan jelas.

c. Mulai dengan kalimat aktif.

d. Gunakan tenaga kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2007. Dasa-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Suarli & Bahtiar. 2009. Manajemen Keperawatan. Jakatrta: Erlangga

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan, Aplikasi Pada Praktek Perawatan


Professional, Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai