Anda di halaman 1dari 36

a.

Infeksi
Infeksi vagina yang umum terjadi seperti vaginitis bakterial, Trichomonas vagi- nalis dan
kandidiasis vulvovaginalis dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita. Infeksi klamidia
Chlamydia trachomatis, patogen bakteri yang palimg umum ditularkan melalui hubungan
seksual.Wanita dan pria yang memliki pasangan seksual lebih dari satu merupakan kelompok
berisiko tinggi. Gonore Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu bakteri jenis di-
polokokus. Meskipun gonore merupakan suatu PMS, penyakit ini juga ditular- kan melalui
kontak langsung dengan lesi terinfeksi dan secara tidak langsung melalui benda mati atau
fomites. Penularan sendiri sering terjadi melalui tan- gan yang terkontaminasi. Gonore seringkali
muncul hanya menimbulkan gejala ringan dan muncul secara tak terduga di traktus genitalia
bagian bawah. Periode inkubasi dua sampai lima hari.
Gejala infeksi pada traktus genitalia bagian bawah mencakup disuria, sering berkemih,
rabas purulen hijau kuning dalam jumlah banyak di os servikalis, nyeri tekan di servikal,
vulvovaginitis, bartolinitis, dispareunia dan perdarahan setelah koitus. Bengkak dan nyeri pada
kelenjar bartolin dan nyeri tekan pada kelenjar getah bening di lipat paha biasanya menyettai
infeksi. Wanita dan pria yang memliki pasangan seksual lebih dari satu merupakan kelompok
berisiko tinggi.Pengobatan ceftriakson dosis tunggal .Semua pa- sangan seksual harus diobati
dan penggunaan kondom dianjurkan saat mel- akukan hubungan seksual oral dan hubungan
seksual genital. Sifilis Sifilis disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum dengan masa
inkubasi beberapa minggu. Beberapa metode pengkajian klinis sifilis , setiap pemeriksaan
antibodi dapat menjadi reaktif jika individu sedang terinfeksi
3 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas karena sistem tubuh memerlukan
waktu untuk membentuk antibodi untuk setiap antigen. Hasil pemeriksaan VDRL positif baru
dapat dilihat pada hari ke 10 sampai ke 90 setelah terinfeksi. Dengan demikian infeksi mungkin
sudah terjadi walaupun hasil tes VDRL negatif. Penisilin lebih dipilih untuk pengbatan sifilis .
Pada individu yang alergi terhadap penisilin, pilihan lain tertrasiklin atau tetrasisiklin, eritromisin
dan seftriakson. Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome
Tranmisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) suatu retrovirus, terjadi ter- utama pertukaran
cairan tubuh ( darah, semen ). Depresi berat pada sistem imun seluler menandai sindrom
imnudefisiensi didapat (AIDS).Begitu HIV me- masuki tubuh, serum HIV menjadi positif dalam
10 minggu pertama pema- paran. Walaupun perubahan serum secara total asimptomatik,
perubahan ini diertai viremia, respons tipe influenza terhadap infeksi HIV awal. Gejala meli- puti
demam, malaise, mialgia, mual, diare, nyeri tenggorokan, ruam dan dapat menetap selama dua
sampai tiga minggu. Hasil laboratorium menunjukkan leukopenia, trombositopenia, anemia dan
peningkatan laju endap darah.Pen- yalahgunaan alkohol atau obat – obatan lain menganggu
sitem imun tubuh dan meningkatkan resiko AIDS dan kondisi terkait : 1). Sistem imun tubuh
harus rusak dulu sebelum HIV dapat menimbulkan penyakit, 2). Alkohol dan obat – obat
menganggu banyak terapi medis dan terapi alternatif untuk AIDS, 3).alkohol dan obat – obatan
mempengaruhi per- timbangan pengguna yang menjadi lebih cenderung terlihat dalam aktivitas
yang membuatnya berisiko mengidap AIDS atau meningkatkan pemaparan- nya terhadap HIV.
4). Alkohol dan penyalahgunaan obat menyebabkan stres, termasuk masalah tidur yang
membahayakan fungsi sistem imun.Terapi far- makologi untuk infeksi HIV berkembang pesat
sejak awal virus ditemukan. Obat primer yang disetujui untuk terapi infeksi ialah azido - 3ꞌ -
deositimidin (zidovudin, AZT (Retrovir). Asuhan keperawatan Pengkajian : • Riwayat PMS •
Jumlah pasangan seksual
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 4
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas • Frekuensi hubungan seksual
dalam satu minggu • Penggunaan obat – obatan IV (pasangan) • Merokok • Mengkomsumsi
alkohol • Gizi buruk • Stress • Keletihan yang sangat tinggi • Riwayat infeksi saluran kemih
Pemeriksaan fisik : • Rabas vagina • Vesikel atau luka • Demam • Nyeri Pemeriksaan
laboratorim Infeksi bakteri dapat diketahui dengan mudah dari pemeriksaan traktus genitalia urin
dan darah. Hitung darah putih yang tinggi bisa membantu diag- nosis, pemeriksaan laboratorium
lainnya tergantung pada agens infeksi yang dicurigai. Diagnosa keperawatan Diagnosa
keperawatan diperoleh setelah menganalisis dengan seksama temuan pengkajian dan petunjuk
penatalaksanaan medis. Diagnosa keper- awatan untuk pasien berisiko infeksi sebagai berikut : •
Nyeri / kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan  Pengaruh proses infeksi 
Garukan pada daerah pruritis  Kurang kebersihan diri
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 5
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas • Kurang pengetahuan yang
berhubungan dengan  Transmisi / pencegahan infeksi / infeksi ulang  Prilaku seks yang aman
 Penatalaksanaan dan penyebab infeksi • Kecemasan / harga diri rendah /gangguan citra diri
yang berhubungan dengan  Efek yang dipersepsikan pada hubungan seksual dan proses
keluarga  Akibat infeksi jangka panjang • Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan
dengan  Adanya edema dan nyeri  Gangguan fungsi urinarius Hasil yang diharapkan Suatu
rencana perawatan dirumuskan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial
ibu. Tujuan perawatan disusun bersama. Hasil akhir perawatan yang diharapkan adalah sebagai
berikut : • Infeksi ibu akan sembuh • Penurunan nyeri atau nyeri hilang • Edema hilng • Daerah
yang terkelupas memulih • Fungsi kemih kembali normal • Pola eliminasi tanpa infeksi ulang •
Kecemasan berkurang • Pengetahuan bertambah tentang infeksi dan pencegahannya • Dukungan
keluarga positif
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 6
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas Evaluasi keperawatan Evaluasi
keperawatan merupakan proses yang berkesinambungan. Agar efektif, evaluasi didasarkan pada
tujuan yang berpusat pada pasien, yang diidentifikasikan saat merencanakan tahapan asuhan
keperawatan. Perawat dapat cukup yakin bahwa perawatan yang diberikan efektif, dalam arti
dihasil yang diharapkan telah terpenuhi. b. Penyakit radang panggul Penyakit radang panggul
(pelvic inflammatory disease ) PID merupakan suatu infeksi umum pada organ pelvis dan
struktur penyokong vagina atau bahkan mengenai tuba falopii, yang pada kasus tertentu disebut
salpingi- tis. Salpingitis sinonim dengan PID akut dalam penggunaan istilah umum. PID paling
sering disebabkan oleh organisme yang ditrasmisi melalui hubungan seksual, yaitu Neisseria,
gonorrhoeae, Chlamydia dan Myco- plasma dan penyebab lain yang jarang ialah Escherichia
coli, Streptococ- cus, Haemophilus dan organisme lain. Patogen ini biasanya menyerang serviks
saat terjadi hubungan seksual, selama atau setelah ibu melahirkan anak, setelah suatu proses
aborsi. PID sering terjadi pada akhir periode menstruasi karena darah merupakan media yang
kaya untuk pertumbuhan bakteri. Kadangkala PID timbul akibat penyebaran infeksi sekunder
dari struktur yang terkait seperti perforasi apendiks atau abses intraabdomen, yang menyebabkan
peritonitis pelvis. Wanita yang banyak memiliki banyak pasangan seksual memiliki resiko tinggi
untuk mengalami PID. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita yang menggunakan IUD
daripada yang menggunakan metoda kontrasepsi lain.PID juga di- alami oleh wanita terinfeksi
yang terinfeksi HIV. Gejala akut PID meliputi nyeri dan nyeri tekan berat pada abdomen bagian
bawah. Juga bisa dite- mukan discharge vaginal purulen, demam dan disuria. Terapi terdiri dari
pemberian antibiotik spesifik dan analgesia, bergan- tung pada tingkat keparahan gejala. Apabila
di RS dapat diberikan antibio- tik selama 4 sampai 5 hari, diikuti pemberian terapi oral selama 7
sampai 10 hari. Upaya menghilangkan nyeri tanpa pemberian obat – obatan mela- lui rendam
duduk dan kompres panas pada abdomen bagian bawah atau punggung. Tirah baring dengan
posisi semi Fowler untuk meningkatkan drainase dan rasa nyaman. Beberapa wanita yang tidak
berespons terha-
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 7
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas dapterapi akan memerlukan
laparoskopi melalui insisi kecil subumbilikus untuk mengangkat abses atau masa pelvis. Asuhan
Keperawatan 1. Pengkajian • Riwayat aktivitas seksual • Penggunaan kontrasepsi • Penyakit
menular seksual (PMS) sebelumnya • Gejala yang timbul • Pemeriksaan fisik • Uji laboratorum •
Dukungan keluarga • Pengetahuan PID klein dan faktor resikonya 2. Tindakan keperawatan •
Pendidikan kesehatan tentang informasi tentang PID • Pendidikan kesehatan tentang resiko PID
pada yang berganti pasan- gan • Penggunaan IUD dapat terjadi PID, kontrol sangat diharapkan •
Mengganti pembalut pada waktu menstruasi sering • Membersihkan perineum , dari bagian
depan ke belakang untuk mencegah kontaminasi rektum pada vagina. • Bila terkena PID segera
mencari pertolongan medis • Klein dengan PID harus mencegah tidak terjadi PMS • Hindari
hubungan seksual selama menstruasi • Hindari kecemasan • Dukungan keluarga dan perawat
sangat dibutuhkan
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 8
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas • Informasi kesuburan sangat
berarti Hasil yang diharapkan Klein dapat menjelaskan pengetahuan tentang PID ( gejala,
tanda,terapi dan hasil akhir yang ingin dicapai). • Menunjukkan perhatian terhadap upaya
mengurangi resiko infeksi • Hidup sehat • Lebih nyaman dan rasa cemas berkurang • Mencari
informasi tentang kesuburan. c. Gangguan fertilitas Ketidakmampuan untuk hamil dan
melahirkan anak secara menge- jukan dialami oleh 15% sampai 20 % orang dewasa sehat.
Definisi tradi- sional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung setelah
sekurang – kurangnya satu tahun melakukan hubungan sek- sual tanpa perlindungan. Suatu
definisi kontemporer tidak mempertim- bangkan batasan waktu. Definisi ini mengandung arti
suatu ketidak- mampuan untuk hamil atau mengandung anak sampai anak tersebut lahir hidup
pada saat pasangan memutuskan untuk memperoleh anak. Gangguan fertilitas bersifat primer
jika wanita tersebut belum pernah hamil atau jika pria belum pernah membuat seorang wanita
hamil. Gangguan bersifat sekunder jika wanita pernah mengandung sekurang – kurangnya satu
kali, tetapi tidak pernah berhasil hamil lagi atau tidak pernah berhasil mempertahankan
kandungan. Insiden gangguan fertilitas tampaknya meningkat, diperkirakan satu dari enam
pasangan . Sebab – sebab yang mungkin meliputi tren men- unda kehamilan sampai usia tertentu,
dimana pada usia tersebut fertili- sas telah menurun secara alamiah. Sebab – sebab lain ialah
peningkatan penyakit radang panggul dan peningkatan penyalahgunaan subtansi. Lingkungan
seperti pestisida dan timbal secara negatif mempengaruhi sistem reproduksi wanita dan
pria.Diagnosis dan terapi gangguan fertil- itas membutuhkan pemeriksaan fisik, emosi dan
finansial selama suatu periode yang panjang.
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 9
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas Sikap menghormati dan menjaga
privasi, sensitivitas dan kepedulian anggota tim kesehatan yang terlibat dalam pengkajian
gangguan fer- tilitas menjadi fondasi kemampuan pasien untuk menjalani terapi dan
penatalaksanaan berikutnya, Faktor terkait infertilitas Pasangan merupakan unit biologis
reproduksi, banyak faktor yang berkenaan dengan wanita atau pria mengontribusi pada suatu
fertili- tas normal.Rentang hidup sperma dan ovum pendek, walaupun sperma tetap hidup
didalam traktus reproduksi wanita selama 48 jam atau lebih, mungkin hanya beberapa yang
berpotensi melakukan fertilisasi selama 24 jam lebih. Ovum tetap hidup selama sekitar 24 jam,
tetapi waktu yang optimal untuk fertilisasi mungkin tidak lebih dari satu sampai dua jam. Sperma
yang hidup perlu berada di tuba uterina pada saat ovulasi supaya fertilisasi berlangsung optimal.
Perubahan satu atau lebih struktur, fungsi atau proses ini menyebab- kan gangguan fertilitas
dalam derajat tertentu. Sebab – sebab gang- guan fertilitas kadang sulit diketahui, baik wanita
maupun pria. Fak- tor pada pria mungkin hanya bertanggungjawab sebesar 30 % pada pasangan
yang tidak fertil. Faktor tuba diidentifikasi pada sekitar 25% pasangan infertil, gangguan ovulasi
pada sekitar 20 % pasangan inferti atau faktor serviks pada sekitar 15% pasangan infertil. Faktor
lain 5 % atau faktor yang tidak dapat dijelaskan 5 % bertanggungjawab sebagai penyebab
sisanya Asuhan keperawatan 1. Pengkajian Memperoleh data yang berhubungan dengan fertilitas
melalui wawancara dan pemeriksaan fisik, data dasar mencakup : • Mengidentifikasi infertilitas
primer atau sekunder • Data etnis, budaya dan agama • Tes dan pemeriksaan dapat menimbulkan
nyeri dan menggang- gu hubungan seksual tidak harmonis (berikan motivasi)
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 10
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas • Pengalaman mencari kesuburan •
Pengetahuan tentang kesuburan Diagnosa keperawatan 1. Ansietas yang berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostik 2. Gangguan citra tubuh atau harga diri yang
berhubungan dengan gang- guan fertifilitas 3. Resiko tinggi gangguan koping individu / keluarga
yang berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas 4.
Konflik pengambilan keputusan yang berhubungan dengan terapi un- tuk menangani gangguan
fertilitas atau alternatif untuk terapi hidup tanpa anak atau adopsi 5. Perubahan proses keluarga
yang berhubungan dengan harapan yang tidak terpenuhi hamil 6. Berduka antisipasi yang
berhubungan dengan prognosis yang buruk 7. Nyeri akut yang berhubungan dengan efek tes
diagnostik (atau pem- bedahan) 8. Ketidakberdayaan yang berhubungan kurang kontrol terhadap
prog- nosis 9. Perubahan pola seksulitas yang berhubungan dengan kehilangan libido akibat
restriksi medis yang diprogramkan. 10. Resiko tinggi isolasi sosial yang berhubungan dengan
gangguan fertili- sas, investigasinya dan penatalaksanaannya. Intervensi keperawatan
berdasarkan kesiapan wanita atau pasangan untuk belajar tentang gangguan fertilitas. Hasil yang
diharapkan : 1. Pasangan akan memahami anatomi dan fisiologi sistem reproduksi 2. Pasangan
akan mengungkapkan pemahaman tentang terapi untuk
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 11
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas setiap kelainan yang diidentifikasi
melalui berbagai tes dan pemerik- saan serta akan mampu membuat keputusan informal tentang
terapi 3. Pasangan akan mengungkapkan pemahaman tentang potensi mereka untuk hamil 4.
Pasangan akan menghilangkan rasa bersalah dan dan tidak akan perlu berfokus berfokus
menyalahkan diri 5. Pasangan akan menghasilkan kehamilan atau gagal menghasilkan ke-
hamilan, memutuskan suatu alternatif yang dapat mereka berdua terima 6. Pasangan akan
mendemonstrasikan metoda yang dapat diterima untuk mengatasi tekanan yang mereka rasakan
dari teman sejawat dan kera- bat tentang status tidak punya anak
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Penyakit Menular Seksual


Adalah suatu gangguan atau penyakit-penyakit yang ditularkan dari
satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual. Pengertian
lain Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang menyerang
manusia dan binatang melalui transmisi hubungan seksual, seks oral, dan
seks anal. Penyakit menular seksual juga dapat ditularkan melalui jarum
suntik dan juga kelahiran dan menyusui.
Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Penyakit Menularan
Seksual (disingkat PMS) adalah penyakit yang salah satu penularannya
melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama Penyakit
Kelamin. Jika kita melakukan hubungan seks berisiko, maka kita dapat
terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini.
B.     Macam-Macam Penyakit Menular Seksual
a.       Gonorrhoea
Penyakit infeksi ini ditularkan melalui hubungan intim dan terlokalisasi hanya pada lapisan
sel lendir alat genetalia.Terdapat perbedaan pada wanita dan pria, dimana pada pria cepat terjadi
peradangan akut pada bagian anterior, urethrae dan mengeluarkan cairan nanah, dysuria, dan
pada kronis dapat menyebarkan ke bagian posterior urethrea menyebabkan epididymis dan
menjadi carrier. Pada wanita terjadi urethreris dan cervicitis, biasanya ringan dan kadang-kadang
tidak dirasakan dan resiko menular pada lawan jenis besar atau sering terjadi pingpong dan
conjungtivitis pada bayi yang baru lahir. Penyakit ini terdapat dimana-mana pada kedua jenis
kelamin, terutama kelompok umur usia muda.
1.      Cara Penularan Gonorrhoea
Hubungan intim atau kontak dengan exudat yang dikeluarkan oleh alat genetalia.
2.      Masa Inkubasi Gonorrhoea
Biasanya 2-7 hari, kadang-kadang lebih.
3.      Pencegahan Gonorrhoe
Usaha-usaha pencegahan:
1). Sex education
2). Pemberian preparat tetes mata antimikrobial pada bayi yang baru lahir
3). Menghindari hubungan intim dengan bukan pasangannya/PSK
b.      Syphilis (Leus)
Penyakit infeksi yang kompleks dan laten, mula-mula ditandai dengan lesi primer dan
sekunder berupa erupsi pada kulit dan selaput lendir, berjalan laten menyerang tulang, bagian
dalam tubuh (viscera) dan saraf sentral. Syphilis primer dan sekunder dapat didiagnosis dengan
pemeriksaan dark field atau phase contrast pada exudat dan kelenjar limpe dari penderita.
Pemeriksaan serologis hanya dilakukan untuk kasus yang kronis dan laten. Syphilis merupakan
penyakit menular yang tersebar dimana-mana terutama pada golongan umur usia muda 15-30
tahun.
1.      Cara Penularan Syphilis
Kontak langsung dengan cairan exudat yang berasal dari penderita, transfusi darah dan
transplacental.
2.      Masa Inkubasi Syphilis 10 hari sampai 10 minggu.
3.      Pencegahan Syphilis
1). Pendidikan seks
2). Menutup lokalisasi pelacuran
3). Diagnosis dan pengobatan dini
c.       Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Imuno Deficiency Syndromes (AIDS)
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang manusia dan
menyebabkan terjadinya gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga penderita mudah sekali
terkena penyakit infeksi, kanker, dan lainnya. Kumpulan gejala-gejala penyakitnya dikenal
sebagai Acquired Imuno Deficiency Syndromes (AIDS), antara lain seperti berat badan terus
menurun, sering demam, gejala penyakit yang terkait seperti penyakit infeksi dan kanker, dan
pada akhirnya dapat menimbulkan kematian.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala penyakit infeksi atau kanker yang terkait dan
ditemukan antibodi HIV (tes ELISA) dalam darah penderita.
1.      Cara Penularan HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) / Acquired Imuno Deficiency
Syndromes (AIDS)
Cara penularan dapat melalui beberapa cara, yaitu:
1). Langsung
Direct transmission melalui kontak intim
2). Tidak Langsung
Melalui media seperti donor darah, peralatan medis, alat suntik, dan lainnya
2.      Masa inkubasi
Tidak diketahui secara pasti dan sangat tergantung sejauh mana terjadinya gangguan sistem
kekbalan pada diri masing-masing individu.
3.      Pencegahan HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) / Acquired Imuno Deficiency
Syndromes (AIDS)
Usaha-usaha pencegahan:
a)      Sosialisasi mengenai ancaman dan bahaya HIV kepada masyarakat banyak.
b)      Pendidikan agama dan kesehatan
c)      Pemakaian alat pengaman, seperti kondom pria dan wanita.
d)     Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan berkala pada pekerja seks di tempat lokalisasi.
e)      Pemeriksaan tes ELISA pada setiap donor darah.
f)       Pemeriksaan kesehatan berkala pada petugas laboratorium dan unit Palang Merah Indonesia
(PMI)
d.      Hepatitis B (Serum Hepatitis)
Penyebabnya adalah virus hepatitis B. Gejala tidak khas, anorexia, nausea, kadang-
kadang ikterik. Carrier rate yang ditunjukkan oleh HBsAg di Indonesiasecara geografis
bervariasi antara 5-20%, dengan demikian Indonesia termasuk wilayah endemis tinggi atau
sedang. Kelompok resiko tinggi adalah bayi dari ibu pengidap (70-10%), pecandu narkotik,
tenaga medis dan paramedis, pasien hemodialisa, pekerja laboratorium, pemakai jasa atau
petugas akupuntur. Penularan selain horisontal juga vertikal dari ibu pengidap kebayi yang
dilahirkan. Case fatality rate hepatitis B < 1%. Yang menjadi masalah adalah antigen HBsAg
yang masih menetap di atas 6 bulan (carrier), selain menjadi sumber penularan juga
membahayakan bagi penderita itu sendiri. HBsAg ditemukan pada sepertiga dari kasus hepatitis
kronik atau cirrhosis hepatitis dan 80% dari penderita kanker hati, terutama bila infeksi terjadi
pada masa prenatal.
1.      Cara Penularan Hepatitis B
Parenteral (intravenous, intramuskular, inokulasi, transfusi darah, dan
peralatan medis).
2.      Masa Inkubasi Hepatitis B 45 sampai 160 hari
3.      Pencegahan Hepatitis B
Pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi terutama pada neonatus.
e.       Herpes Genitalia
Herpes Genitali adalah infeksi yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplex
(terutama HSV=Herpes Simplex Virus type II), ditandai dengan timbulnya vesikula (vesikel =
peninggian kulit berbatas tegas dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapat pecah menimbulkan
infeksi seperti koreng kecil) pada permukaan mukosa kulit (mukokutaneus), bergerombol di atas
dasar kulit yang berwarna kemerahan.
Gejala yang timbul dapat bersifat berat tetapi bisa juga tidak tampak, terutama
apabila lukanya berada di daerah mulut rahim pada perempuan. Pada awalnya, gejala ini
didahului oleh rasa terbakar beberpa jam sebelumnya pada daerah dimana akan terjadi luka.
Setelah luka timbul, penderita akan merasakan gejala seperti tidak enak badan, demam, sakit
kepala, kelelahan, serta nyeri otot. Luka yang terjadi berbentuk vesikel atau gelembung-
gelembung. Kemudian kulit tampak kemerahan dan muncullah vesikel yang bergerombol dengan
ukuran sama besar. Vesikel yang berisi cairan ini mudah pecah sehingga menimbulkan luka yang
melebar. Bahkan adakalanya kelenjar getah bening di sekitarnya membesar dan terasa nyeri bila
diraba.
Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh pada kulit bagian luar
kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah anus. Sebaliknya, pada wanita gejala itu
sulit terdeteksi karena letaknya tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita biasanya menyerang
bagian labia majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks) tanpa gejala
klinis. Gejala itu sering disertai rasa nyeri pada saluran kencing.
HSV-1 maupun HSV-2 menular melalui kontak kulit, ciuman, hubungan seks dan
oral seks. Herpes paling mudah ditularkan pada masa terjadinya luka aktif. Akan tetapi virus juga
dapat menyebar selama tidak ada gejala yang tampak, dan ditularkan dari daerah yang
kelihatannya tidak aktif. Sebagian besar penularan herpes genitalis ini terjadi melalui kontak
seksual. Sulitnya, kadang-kadang penderita tidak sadar bahwa ia sedang kambuh, sehingga
dengan melakukan hubungan seks yang tidak terlindungi, ia menularkan virus ini ke
pasangannya.
Memang akibat infeksi HSV-2 jarang sampai menimbulkan kematian pada orang
dewasa. Namun herpes genitalis perlu penanganan serius, karena selain belum ada obat atau
vaksin yang efektif, perkembangan akibatnya pun sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang
segera diobati besar kemungkinan akan dapat mencegah penyakit ini kambuh, sedangkan infeksi
rekuren (ulangan) hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.
Suami atau istri dengan pasangan yang pernah terinfeksi herpes genitalis perlu
melakukan proteksi individual dengan cara menggunakan dua macam alat perintang, yaitu
spermicidal foam (busa pembasmi sperma) dan kondom. Spermicidal foam mampu mematikan
virus, sedangkan kondom berfungsi untuk menghambat atau mengurangi masuknya virus.
Sementara itu si pengidap harus berusaha menyingkirkan faktor-faktor pencetus seperti yang
sudah diungkapkan di atas.
Yang juga dikhawatirkan adalah penularan ibu yang mengidap HSV kepada bayi
yang dikandung/dilahirkannya. Bila penularan (transmisi) terjadi pada trimester I kehamilan, hal
itu cenderung mengakibatkan abortus. Sedangkan pada trimester II bisa terjadi kelahiran
prematur. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita herpes genitalis dapat menderita kelainan
yang sangat beragam, mulai dari hepatitis, ensefalitis bahkan bisa lahir dalam keadaan mati.
Selain pencegahan terhadap penularan serta menghindari faktor pencetus bagi
penderita, yang perlu juga diperhatikan adalah kondisi kejiwaan bagi penderita herpes genitalis
ini. Anggapan bahwa herpes adalah penyakit kotor, tidak dapat disembuhkan, menular dengan
mudah, dll, membuat orang yang terkena herpes akan malu dan takut melakukan pemeriksaan
dan berobat. Padahal apabila pengobatan dilakukan sedini mungkin, maka penyakit ini lebih bisa
dikendalikan.
f.       Kondiloma
Kondiloma akuminata atau sering disingkat kondilomata merupakan penyakit
kutil kelamin berupa lesi papiler atau verukosa yang disebabkan oleh infeksi virus, yakni Virus
HPV jenis papovavirus yang mengandung DNA. Kutil ini merupakan suatu penyakit yang
ditularkan secara seksual, menyebabkan pertumbuhan jaringan berwarna merah muda atau
serupa kulit di sekitar daerah labia, pembukaan vagina atau di dalam vagina serta di sekitar anus.
Meskipun kutil kelamin dapat menyerang kedua jenis kelamin, namun wanita lebih banyak
menderita dibanding pria.
Kondiloma akuminata disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Ada kurang
lebih 100 tipe HPV, yang dapat menyebabkan bebagai jenis penyakit yang berbeda. HPV tipe 6
dan 11, merupakan tipe utama penyebab kondilomata, sementara tipe 16 dan 18 penyebab utama
dari kanker serviks. HPV ditularkan melalui kontak kulit ke kulit secara langsung termasuk
sebagai akibat berhubungan seks, oral seks, anal seks dan kegiatan lain yang melibatkan organ
genitalia (seperti masturbasi menggunakan tangan). Sangat tidak mungkin tertular HPV hanya
karena menyentuh toilet di kamar mandi.
Sebagian besar orang yang terinfeksi HPV, seringkali tidak menderita kutil yang
dapat dilihat dengan mata telanjang, namun ia masih dapat menularkan virus kepada orang lain
tanpa disadarinya. Sehingga, setiap orang dewasa yang telah aktif secara seksual harus dianggap
berpotensi sebagai penyebar virus HPV, bukan hanya mereka yang telah jelas memiliki kutil.
Kutil sendiri dapat terlihat mata telanjang membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga
tahunan setelah pertama kali terpapar virus HPV. Sehingga, seringkali sulit untuk mengetahui
sejak kapan pastinya seseorang terinfeksi virus.
Gejala kutil kondiloma akuminata dapat berdiameter 1-5 milimiter namun dapat pula
bertumbuh atau menyebar menjadi massa yang besar di daerah anal atau genitalia. Pada beberapa
kasus tampak seperti tangkai kecil. Dapat keras (mengalami keratinisasi) dan juga lunak.
Warnanya bervariasi dan dapat pula berdarah. Pada sebagian besar kasus, gejala  yang ditemukan
pada infeksi HPV adalah kutil itu sendiri yang kemudian dapat menyebabkan  gatal, kemerahan
dan rasa tidak nyaman baik fisik maupun psikologis penderitanya. Ditemukan di bagian mana
saja di vulva dan sekitar anus, menyebar ke dalam introitus vagina dan kadang-kadang
melibatkan vagina bagian atas dan serviks. 

C.    Etiologi atau Penyebab


Menurut Chiuman (2009), Penyakit menular seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan
agen penyebabnya, yakni:
a. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Chlamydia
trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis, Salmonella
sp, Shigella sp, Campylobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus sp.
b. Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia.
c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus (tipe 1 dan 2), Herpes Simplex Virus
(tipe 1 dan 2), Human papiloma Virus, Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum
contagiosum virus.
d. Dari golongan ektoparasit, yakni Phthirus pubis dan Sarcoptes scabei.
D.    Cara Penularan
Cara penularan Penyakit Menular Seksual adalah dengan cara kontak langsung
yaitu kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat melakukan
hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Lesi bisa terlihat jelas ataupun tidak
terlihat dengan jelas. Pemajanan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual (vaginal,
oral, anal). Penularan Penyakit Menular Seksual juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu :
Melalui darah :
1.             Transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV
2.             Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba
3.             Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/ tidak sengaja
4.             Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril
5.             Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan
darah pada alat)
6.             Dari ibu kepada bayi: saat hamil, saat melahirkan, dan saat menyusui.
Menurut Depkes RI (2006), penularan infeksi menular seksual dapat melalui beberapa cara,
yakni bisa melalui hubungan seksual, berkaitan dengan prosedur medis (iatrogenik), dan bisa
juga berasal dari infeksi endogen. Infeksi endogen adalah infeksi yang berasal dari pertumbuhan
organisme yang berlebihan secara normal hidup di vagina dan juga ditularkan melalui hubungan
seksual. Sedangkan infeksi menular seksual akibat iatrogenik disebabkan oleh prosedurprosedur
medis seperti pemasangan IUD (Intra Uterine Device), aborsi dan proses kelahiran bayi.
E.     Cara Pencegahan
1.             Abstinance, tidak melakukan hubungan seksual sama sekali sebelum
menikah.Jadi, sebagai remaja jangan sekali-kali mencoba melakukan
hubungan seks sebelum menikah.
2.             Melakukan kegiatan yang positif, dalam pengelolaan dorongan seksual yang
muncul dalam diri remaja, salah satu bentuknya adalah dengan banyak
melakukan kegiatan positif. Konsentrasi remaja tidak hanya terfokus untuk
memikirkan hal-hal yang bersifat erotis yang bisa memicu munculnya
dorongan seksual. Hal ini sebagai salah satu bentuk penyaluran agar remaja
dapat menghindari untuk berhubungan seks.
3.             Cari informasi yang benar, tentunya dari sumber yang tepat dan terpercaya
sebanyak mungkin tentang Kesehatan Reproduksi dan Seksual, termasuk
informasi tentang IMS. Dengan informasi yang benar, remaja akan terhindar
dari mitos-mios yang banyak beredar di masyarakat tentang IMS. Dengan
mengetahui fakta tentang IMS, sebagai benteng remaja untuk tehindar dari
IMS.
4.             Remaja harus mempunyai Self Esteem yang tinggi. Yang dimaksudkan
dengan self esteem adalah penghargaan terhadap diri sendiri. Ketika remaja
mampu menghargai dirinyasendiri, tentunya dia akan paham mana yang
sesuai dengan dirinya atau tidak. Dengan self esteem yang tinggi, remaja
bisa berani menolak dengan tegas bila ada yang mengajak berhubungan
seks dengan alasan apapun.
5.             Tidak menggunakan atau bertukar dengan orang barang-barang yang
bersifat pribadi, misal celana dalam, handuk.
F.     Faktor Resiko
a.   Sifilis
Faktor Resiko :
-          Paling sering terjadi pada golongan usia muda umur 20 – 29 tahun
-          Orang yang melakukan kontak langsung dengan infeksius awal lesi awal
kulit atau selaput lendir pada saat melakukan hubungan seksual dengan
penderita sifilis.
-          Dapat diturunkan oleh ibu penderita pada anak yang dikandungnya
-          Bergonta ganti pasangan seksual
-          Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual
-          Melalui barang perantara yang sedah dipakai oleh penderita seperti pakaian
dalam, handuk dan sebagainya
b.   Gonoroe
Kelompok berisoko tinggi
-         PSK ( Pekerja Seks Kormesial )
- Orang yang mempunyai 1 pasangan seksual tetapi pasanganya suka
bergonta – ganti pasangan seksual
-          Pada wanita usia 16-24 tahun
-          Pada laki-laki usia 20-34 tahun
-          Homoseks dan pecandu narkotika
c.     HIV/AIDS
-          Mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi yaitu melakukan seksual tanpa
kondom dengan banyak mitra seksual yang dapat berpotensi HIV/ AIDS
-          Mempunyai riwayat infeksi menular seksual
-          Mempunyai riwayat menerima transfuse darah berulang, tanpa tes
penapisan awal
-          Mempunyai perlukaan kulit, tattoo, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang
tidak steril dan bergantian
-          Sebagai pemakai narkoti suntik terutama pemakaian jarum bersama secara
bergantian tanpa sterilisasi yang memadai

G.    Tanda dan Gejala Penyakit Menular Seksual


1.                   Nyeri saat buang air kecil
2.                   Pada kemaluan muncul cairan tertentu yang terlihat tidak normal
3.                   Terdapat luka yang terlihat aneh di kemaluan
4.                   Terdapat benjolan mencurigakan di area kemaluan
5.                   Perdarahan yang tidak wajar (terutama di vagina)
6.                   Berdarah dan nyeri saat berhubungan seksual
H.    Pengaruh Penyakit Menular Seksual Terhadap Kehamilan,
Persalinan, Nifas dan BBL
Penyakit Menular Seksual (PMS) dapat memiliki banyak konsekuensi
yang sama untuk ibu hamil seperti apa yang di derita perempuan yang tidak
hamil. PMS dapat menyebabkan kanker serviks dan lainnya, hepatitis kronis,
penyakit radang pinggang, infertilitas, dan komplikasi lainnya. Banyak terjadi
kasus PMS pada wanita namun penyakit ini "diam", yaitu, tanpa tanda-tanda
atau gejala spesifik.
PMS dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya sebelum,
selama, atau setelah kelahiran bayi. Beberapa PMS (seperti sifilis) melewati
plasenta dan menginfeksi bayi ketika sedang dalam uterus (rahim). PMS
lainnya (seperti gonore, klamidia, hepatitis B, dan herpes genital) dapat
ditularkan dari ibu ke bayi saat melahirkan karena bayi melewati jalan lahir.
HIV dapat melewati plasenta selama kehamilan, menginfeksi bayi selama
proses kelahiran, dan tidak seperti PMS lainnya, dapat menginfeksi bayi
melalui ASI. PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. PMS dapat menyebabkan :
a.       Abortus
b.       Kehamilan Ektopik (embrio melakukan implantasi diluar rahim)
c.       Persalinan preterm (kehamilan ≤ 37 minggu )
d.       Lahir mati
e.       Cacat bawaan
f.       Morbiditas neonatus
g.             Kematian
h.             Berat badan lahir rendah (BBLR) (kurang dari 2,5 kg)
i.               Konjungtivitis (infeksi mata)
j.               Pneumonia
k.             sepsis neonatorum (infeksi dalam aliran darah bayi)
l.               kerusakan neurologis
m.           Kebutaan
n.             Ketulian
o.             hepatitis akut
p.             dll
I.       Asuhan Keperawatan PMS
Asuhan Keperawatan (HIV/AIDS)
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) :
a.    Aktivitas / istirahat.
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise
b.    Sirkulasi.
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
c.    Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi,
marah, menangis.
d.   Elimiinasi.
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses
rektal.
e.    Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan
gigi / gusi yang buruk, dan edema.
f.     Neurosensori.
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan
respon melambat.
g.    Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan
rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.
h.    Pernafasan.
Batuk, Produktif  / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

2.   Diagnosa, Intervensi dan Rasional Tindakan Keperawatan.


Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999)
:
a.    Diagnosis Keperawatan : nyeri b.d inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai
dengankeluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah
otot dan gelisah.
Hasil yang diharapkan  :  keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah
rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.
INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Kaji keluhan nyeri, Mengindikasikan kebutuhan untuk
perhatikan lokasi, intervensi dan juga tanda-tanda
intensitas, frekuensi dan perkembangan  komplikasi.
waktu. Tandai gejala
nonverbal misalnya
gelisah, takikardia,
meringis.
Instruksikan pasien Meningkatkan relaksasi dan perasaan
untuk menggunakan sehat.
visualisasi atau
imajinasi, relaksasi
progresif, teknik nafas
dalam.
Dorong pengungkapan Dapat mengurangi ansietas dan rasa
perasaan sakit, sehingga persepsi akan
intensitas rasa sakit.
Berikan analgesik atau Memberikan penurunan nyeri/tidak
antipiretik narkotik. nyaman, mengurangi demam. Obat
Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien berdasar waktu
yang dikontrol pasien) 24 jam dapat mempertahankan kadar
untuk memberikan analgesia darah tetap stabil,
analgesia 24 jam. mencegah kekurangan atau kelebihan
obat-obatan.
Lakukan tindakan paliatif Meningkatkan relaksasi atau
misal pengubahan menurunkan tegangan otot.
posisi, masase, rentang
gerak pada sendi yang
sakit.

b.    Diagnosis keperawatan  : perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan


tubuh b.d gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan,
penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan
untuk makan, peradangan rongga bukal.
Hasil yang harapkan  :  mempertahankan berat badan atau memperlihatkan
peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan,
mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-tanda
malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.

INTERIVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Kaji kemampuan untuk Lesi mulut, tenggorok dan
mengunyah, perasakan esophagus dapat menyebabkan
dan menelan. disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan
dan mengurangi keinginan untuk
makan.
Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal
umum terjadi dan dihubungkan
dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan diet
atau cara makan.
Rencanakan diet Melibatkan orang terdekat dalam
dengan orang terdekat, rencana member perasaan control
jika memungkinakan lingkungan dan mungkin
sarankan makanan dari meningkatkan pemasukan.
rumah. Sediakan Memenuhi kebutuhan akan
makanan yang sedikit makanan nonistitusional mungkin
tapi sering berupa juga meningkatkan pemasukan.
makanan padat nutrisi,
tidak bersifat asam dan
juga minuman dengan
pilihan yang disukai
pasien. Dorong
konsumsi makanan
berkalori tinggi yang
dapat merangsang
nafsu makan
Batasi makanan yang Rasa sakit pada mulut atau
menyebabkan mual ketakutan akan mengiritasi lesi
atau muntah. Hindari pada mulut mungkin akan
menghidangkan menyebabakan pasien enggan
makanan yang panas untuk makan. Tindakan ini akan
dan yang susah untuk berguna untuk meningkatakan
ditelan pemasukan makanan.
Tinjau ulang Mengindikasikan status nutrisi dan
pemerikasaan fungsi organ, dan mengidentifikasi
laboratorium, misal kebutuhan pengganti.
BUN, Glukosa, fungsi
hepar, elektrolit,
protein, dan albumin.
Berikan obat anti Mengurangi insiden muntah dan
emetic misalnya meningkatkan fungsi gaster
metoklopramid.
C Diagnosa keperawatan   : resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d diare
berat
Hasil yang diharapkan    : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik,
keluaran urine adekuat secara pribadi.

INTERVESI KEPERAWATAN RASIONAL


Pantau pemasukan oral Mempertahankan keseimbangan
dan pemasukan cairan cairan, mengurangi rasa haus dan
sedikitnya 2.500 ml/hari. melembabkan membrane
mukosa.
Buat cairan mudah Meningkatkan pemasukan cairan
diberikan pada pasien; tertentu mungkin terlalu
gunakan cairan yang menimbulkan nyeri untuk
mudah ditoleransi oleh dikomsumsi karena lesi pada
pasien dan yang mulut.
menggantikan elektrolit
yang dibutuhkan, misalnya
Gatorade.
Kaji turgor kulit, membrane Indicator tidak langsung dari
mukosa dan rasa haus. status cairan.
Hilangakan makanan yang Mungkin dapat mengurangi diare
potensial menyebabkan
diare, yakni yang pedas,
berkadar lemak tinggi,
kacang, kubis, susu.
Mengatur kecepatan atau
konsentrasi makanan yang
diberikan berselang jika
dibutuhkan
Nerikan obat-obatan anti Menurunkan jumlah dan
diare misalnya keenceran feses, mungkin
ddifenoksilat (lomotil), mengurangi kejang usus dan
loperamid Imodium, peristaltis.
paregoric.
http://odhhellry.blogspot.com/2018/03/penyakit-menular-
seksual.htmlhttps://www.academia.edu/11167066/asuhan_keperawatan_pada_ibu_hamil_dengan_pen
yakit_infeksi

Penyakit menular seksual merupakan salah satu penyakit menular yang


menjadi permasalahan kesehatan global karena pola penyakitnya hampir
terjadi di semua negara. Salah satu penyebabnya adalah transaksi seks pada
wanita pekerja seksual (PSK) dan pelanggannya dengan tingkat penggunaan
kondom yang rendah. PMS merupakan penyakit-penyakit yang timbul atau
ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa
timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin. Pada prakteknya
banyak PMS yang tidak menunjukan gejala, sehingga mempersulit
pemberantasan dan pengendalian penyakit ini. Di negara-negara
berkembang penyakit menular seksual (PMS) menjadi salah satu dari 5
alasan utama tingginya angka kesakitan.
Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2002,
terdapat lebih dari 15 juta kasus Penyakit Menular Seksual dilaporkan per
tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok
umur yang memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit menular seksual.
Tiga juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini. Penyakit ini mudah
menyerang pada remaja karena secara biologis sel-sel organ reproduksi
belum matang, pola perilaku seksual yang berisiko (melakukan hubungan
seks sebelum menikah, adanya orientasi biseksual, dan multipartner
seksual), dan adanya keinginan untuk mencoba hubungan seksual sebagai
sesuatu yang baru.
Reproduksi adalah suatu hal yang sangat penting untuk perkembangbiakan pada makhluk hidup, baik
manusia, hewan maupun tumbuhan. Khususnya pada manusia, kesehatan reproduksi sangat
diutamakan untuk menjamin keturunan. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan
fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau  Suatu keadaan dimana
manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses
reproduksinya secara sehat dan aman. Hal yang cukup penting dalam pembahasan tentang sistem
reproduksi adalah Menstruasi yang dialami oleh wanita.
      Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital
bagian atas oleh berbagai  organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi, ovarium
maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat
hubungan seksual. (widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)
      Infeksi pelvis meruakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan
keadaan atau kondisi dimana organ-organ pelvis (uters, tuba fallopi atau ovarium) diserang oleh
mikroorganisme pathogen. Organism-organisme ini biasanya bakteri,mereka melakukan
multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan. (Ben-zion Taber, 1994).
      Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput  dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrum (otot rahim), parametrium dan rngga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari penyakit menular seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita
mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia 16-25
tahun.Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar
kedalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita, seperti rahim, tuba fallopi
dan/atau ovarium.
2.3. Etiologi
      Mekanisme infeksi menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginekologi,
disebab kan oleh bakteri :
a.       GO (Gonorhoe)
b.      Kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococus.
c.       Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit. (widyastuti, rahmawati, &
purnamaningrum, 2009)
      Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah,
yang menyebar keatas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk
seorang wania menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah Neisseria
Gonorhoeae dan Chlamydia  trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan
sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah
tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanan dari rahim, serta umenyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).(widyastuti, rahmawati, & purnamaningrum, 2009)
2.4. Tanda dan gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual dan muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan.
Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur da
kemandulan.  
      Infeksi menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan fibrosa yang abnormal dan diantara organ-organ perut  serta menyebabkn nyeri
menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).
Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita
bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi kedalam darah sehingga
terjadi sepsis. (Nugroho & Utama, 2014)
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :
a.       Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal.
b.      Demam
c.       Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana
dalam)
d.      Kram Karena menstruasi
e.       Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
f.       Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
g.      Nyeri punggung bagian bawah
h.      Kelelahan
i.        Nafsu makan berkurang
j.        Sering berkemih
k.      Nyeri ketika berkemih
(Nugroho & Utama, 2014)
2.5. Klasifikasi PID
        Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA,
Hager membagi derajat radang panggul menjadi :
at I           : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan    ovarium ), dengan atau tanpa pelvio –
peritonitis.
ajat II           :  Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua tuba ovarium)
dengan atau tanpa  pelvio – peritonitis.
ajat III          : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.
a. Endometritis adalah peradangan dari endometrium, lapisan mukosa bagian dalam uterus,
disebabkan oleh invasi bakteri. Endometrisis adalah suatu peradangan pada endometrium yang
biasanya disebakan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis paling serring ditemukan
terutama :
1.      Setelah seksio sesarea
2.      Partus lama atau pecah ketuban yang lama.
Penatalaksanaan pada endomettritis :
1.      Pemberian antibiotia dan drainase yang memadai.
2.      Pemberian cairan intra vena dan cairan elektrolit
3.      Penggantia darah
4.      Tirah baring dan analgesia
5.      Tindakan bedah
 Endometritis terdapat dua jenis yakni endometritis akut dan endometritis kronica.
a.       Endometritis akut
Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi terutama terjadi pada post
partum dan post abortus.
Penyebab:
1.      Infeksi gonorhoe dan infeksi pada abortus dan partus.
2.      Tindakan yang dilakukan didalam uterus seperti pemasangan IUD, kuretase.
Gejala:
1.      Demam
2.      Lochia berbau
3.      Lochia lama berdarah bahkan metrorhagia
4.      Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak nyeri.
Penatalaksanaan:
Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah aga infeksi
tidak menjalar. Adapun pengobatannya adalah :
1.      Uterotonik
2.      Istirahat, leta fowler
3.      Antibiotika
b.      Endometritis kronica
Endometritis kronica tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan microscopic ditemukan banyak
sel-sel plasma dan limfosit.
Gejala :
1.      Leukorea
2.      Kelainan haid seperti menorhagie dan metrorhagie.
Pengobatnnya terantung pada penyebabnya endomtritis kronika ditemukan :
1.      Pada tuberculosis
2.      Pada sisa-sisa abortus atau partus yang tertinggal
3.      Terdapat corpus alineum di kavum uteri.
4.      Pada polip uterus denga infeksi
5.      Pada tumor ganas uterus.
6.      Pada salpingo ooforitis dan selulitis pelvic
c.       Parametrisis (cellulitis pelvis) adalah peradangan parametrium, jaringan penyambung pelvis
yang mengelilingi uterus.
d.       Salpingitis adalah peradangan tuba fallopi.
e.        Ooforitis adalah peradangan ovarium
f.        Myometrisis
Biasanya tidak bediri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, ,maka gejala-gejala dan terapinya
sama dengan endometritis. Diagnose hanya dapat dibuat secara patologi anatomis.
g.       Pelvioperitonitis (perimetritis)
Biasanya terjadi sbagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang-kadang terjadi dari
endometritis atau parametritis.
Etiologi :
1.    Gonore
2.    Sepsis (pot partum dan post abortus)
3.    Dari appendicitis
      Pelvioperitonitis dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-alat dalam rongga
panggul dengan akibat perasaan nyeri atau ileus. Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
1.    Bentuk yang dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.
2.    Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses
2.7. Patofisiologi
       Terjadinya radang panggul dipengaruhi beberapa factor yang memegang peranan, yaitu :
1.         Tergangunya barier fisiologik.
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia interna, akan mengalami
hambatan :
a. Di ostium uteri eksternum.
b. Di kornu tuba.
c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-kuman pada
endometrium turut terbuang. Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-kuman
dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik. Pada keadaan tertentu barier fisiologik ini
dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis
dan insersi alat kontrasepsi dalam ..
2.   Adanya organisme yang berperan sebagai vektor.
       Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba falopii.
Kuman-kuman sebagai penyebab infeksi dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang
berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba Falopii dan menimbulkan peradangan
ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk kuman-kuman
N.gonore, Ureaplasma ureoltik, C.trakomatis dan banyak kuman-kuman aerobik dan anaerobik
lainnya.
3.      Aktivitas seksual.
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.
4.      Peristiwa haid.
Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid
yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore. Periode yang paling
rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan
jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-kuman N.
gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-gejala salpingitis akut disertai panas
badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai “ Febrile Menses ”.
2.8. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan
pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan adalah:
a.    Pemeriksaan darah lengkaph lengkap untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit darah yang
merupakan indikator dari infeksi. Leukosit normaal 5.000-15.000/mm3, mengetahui Hb, Ht, dan
jenisnya
b.    Pemeriksaan cairan dari serviks untuk
c.    Kuldosintesis
          Untuk mengetahui bahwa perdarahan yang terjadi diakibatkan oleh hemoperitoneum (berasal
dari KET yag rupture atau kista hemoragik) dapat menyebabkan sepsis pelvis (salpingitis,abses
pelvis rupture, atau appendiks yang rupture)
d.    Laparaskopi
      Adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil di
perut untuk melihat secra langsung organ didalam panggul apabila terdapat kelainan. 
e.    USG panggul
       Merupakan tindakan non invasif, guna mengetahui keadaan didalam panggul meleiputi keadaan
rahim, adanya pembesaran dan abses pada saluran tuba valopi,
2.9. Penatalaksanaan
     Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
a.    Terapi
       Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul atau tuba-ovarium,
seringkali membutuhkan perawatan duduk rendam dengan air hangat dapat menurunkan nyeri
dan meningkatkan kenyamanan serta penyembuhan. Klien sebaiknya ditidurkan pada posisi semi
Fowler untuk memungkinkan pengeluaran cairan rambas mukopurulen.
b.   Pengobatan rawat jalan.
          Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
             Obat yang diberikan ialah :
1)      Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1
hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
2)      Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1 hari.
Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o
selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
a)         Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
b)         Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
c)         Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
3)        Analgesik dan antipiretik.
1.          Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
2.          Metampiron 3 x 500 mg/hari.
c.   Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III. Obat yang
diberikan ialah :
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
a.         Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x
sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari atau,
Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 ghx sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup 2
x sehari selama 5-7 hari.
b.      Analgesik dan antipiretik.
2.10.Komplikasi
       Peritonitis pelvis atau peritonitis merata, abses, strikur, obstruksi tuba fallopi dapat terjadi.
Obstruksi dapat menyebabkan kehamilan ektopik dimasa mendatang jika telur yang dibuahi
tidak dapat melewati tuba yang mengalami trikur. Perlekatan umum sering menyebabkan nyeri
pelvis  kronis yang akhirnya memerlukan pengangkatan uterus , tuba fallopi, dan ovarium.
Komplikasi lainnya termasuk bakterimia disertai syok septik dan tromboflebitis dengan
kemungkinan embolisasi. (Brunner & Suddarth, 2002)
      Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera ditangani atau penderita tidak
menyelesaikan periode pengobatan yang diwajibkan. Jenis komplikasi yang bisa timbul adalah
sakit panggul jangka panjang, munculnya abses, berulangnya penyakit radang panggul pada
penderita, infertilitas, dan terjadinya kehamilan ektopik.
      Radang panggul yang kembali dan menginfeksi area yang sama membuat kondisi organ
reproduksi tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa penderita radang panggul harus
menyelesaikan masa pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadi infertilitas dan
sakit panggul yang sangat mengganggu aktivitas. Infeksi berulang khususnya pada tuba fallopi
dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik. Infeksi ini menyebabkan luka dan
menyempitnya tuba fallopi hingga sel telur menjadi tersangkut kemudian berkembang di dalam
tuba fallopi. Jika hal ini terus berlanjut, dapat terjadi pendarahan dalam yang mengancam nyawa
penderitanya sehingga tindakan operasi harus segera dilakukan.

2.11. Pencegahan Radang Panggul

       Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual, seperti penyakit
klamidia (chlamydia) yang kasusnya umum menimpa kalangan pria muda serta memiliki gejala
yang tidak terlihat. Infeksi ini dapat dihindari dengan menerapkan kebiasaan yang aman saat
berhubungan seksual. Kebiasaan ini dapat dimulai dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual
dan menggunakan alat kontrasepsi kondom, spiral, dan/atau spermisida tiap berhubungan seks.
Hindari alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim jika Anda melakukan hubungan seksual
dengan lebih dari satu pasangan. Selain memulai kebiasaan seksual yang sehat, Anda juga dapat
melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti berikut:
a.  Pemeriksaan kesehatan rutin pada diri Anda dan pasangan, lakukan pemeriksaan ginekologi
maupun tes infeksi menular seksual untuk mendeteksi gejala penyakit radang panggul atau
penyakit lainnya. Makin cepat penyakit dapat terdiagnosis, maka makin besar pula tingkat
kesuksesan pengobatan.

b.  Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala radang panggul atau infeksi menular yang tidak
biasa, seperti sakit panggul berat atau perdarahan di antara periode menstruasi.

c.   Saling terbuka mengenai sejarah infeksi menular seksual dengan pasangan Anda adalah salah
satu tindakan pencegahan yang dapat menyelamatkan kesehatan bersama.

d.  Pertahankan kebiasaan kebersihan yang sehat, hindari mencuci vagina (vaginal douching) dan
bilaslah alat kelamin dari arah depan ke belakang seusai buang air untuk mencegah bakteri
masuk melalui vagina.

e.   Hindari atau pantang berhubungan seksual beberapa saat khususnya setelah persalinan,
keguguran, aborsi, atau setelah melalui prosedur ginekologi lain untuk menjaga agar kondisi
rahim tetap aman dari infeksi bakteri.

      Pencegahan radang panggul, atau pelvic inflammatory disease, akan lebih mudah dilakukan
bersama pasangan. Saling mengetahui sejarah infeksi menular seksual, informasi penyakit
menular seksual terkini, dan saling mendukung selama proses pengobatan dapat memperlancar
proses penyembuhan. Pemeriksaan dan konsultasi dokter yang rutin sangat disarankan jika Anda
sedang mengidap penyakit lain di saat bersamaan.

2.11.Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul


a.    Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada
regulasi temperatur
b.    Gangguan perfusi jaringan b/d sepsis akibat infeksi
c.    Disfungsi seksual b/d kesehatan seksual
d.   Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis
e.    Kurang pengetahuan b/d  kurangnya informasi
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
   A.Data Subyektif
1.    Biodata :
. Umur             : biasanyaa  terjadi pada usia produktif yaitu pada usia dibawah 16  tahun
b. Pekerjaan      : sering terjadi pada wanita yang berganti-ganti pasangan   (PSK)
2.      Keluhan Utama : Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur, kram karena
menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada perut bagian bawah, lelah, nyeri
punggung bagian bawah, nafsu makan berkurang.
3.      Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.Menderita penyakit kelamin, keputihan,
menggunakan alat kontrasepsi spiral.
4.      Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.Pernah menderita penyakit
kelamin, abortus, pernah kuret, aktivitas seksual pada masa remaja, berganti-ganti pasangan
seksual, pernah mengunakan AKDR.
5.      Riwayat Kesehatan Keluarga
6.      Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Disminore, Fluor albus.
7.      Riwayat obstetric dan KB: Pernah abortus, kuretase, keguguran,Pernah atau sedang
menggunakan AKDR
8.      Riwayat menstruasi :Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar, dismenorea,dan
HPHT.                             
9.      Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan organ reproduksi,
berapa lama keluhan ibu rasakan, ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
itu. Seperti menanyakan apakah ibu pernah mengalami keputihan yang berbau dan gatal, operasi
yang dialami.
10.  Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami, dan keluarga baik
dari ibu maupun suami seperti : penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji apakah
ibu pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis.
B. Pemeriksaan fisik
1.      Suhu tinggi disertai takikardia
2.      Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas abdomen. Rasa nyeri
biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit
dirtegakkan.
3.      Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness”, nyeri tekan dan
kekakuan otot sebelah bawah.
4.      Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus
paralitik.
5.      Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
6.      Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan bilateral)
7.      Daerah adneksa teraba kaku
8.      Teraba massa dengan fluktuasi
B. Data Obyektif
Pemeriksaan sistematis dan Ginekologis
      Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dan hasil
pemeriksaan dengan tehnik palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi . Pemeriksaan sistematis ini
meliputi:
1.      Pemeriksaan Kepala dan Wajah
     Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu
2.      Pemeriksaan pada leher
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe, tiroin atau
pelebaran pembluh vena.
3.      Pemeriksaan Dada dan Payudara:
Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris), warna (kemerahan atau normal),
pengeluaran, puting susu (menonjol, datar, masuk), retraksi.
4.      Pemeriksaan Abdomen:
Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen,  jaringan parut , bekas luka
operasi.
5.      Pemeriksaan Anogenital
Kaji pengeluaran pervaginam : jumlah, warna, konsistensi dan bau kaji adanya tanda-
tanda infeksi pada daerah genital, perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada
genetalia, inspikulo, dinding vagina (rugae vagina less), karsinoma. Portio.Lakukan
pemeriksaan adneksa dengan menekan daerah shympisis , apakah terasa nyeri atau tidak .
6.       Pemeriksaan Genitalia
1)   Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan
2)   Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan bimanual.
3)   Terdapat masa iflamatoris daerah pelvis
 C. Pemeriksaan penunjang
1.    Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.
2.    Urinalisis
3.    Tes kehamilan
4.    USG panggul
3.2  Diagnosa Keperawatan
a.    Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,perubahan pada
reagulasi temperatur.
b.                                          Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.
c.                                           Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
d.                                          Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
e.                                           Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontaak dengan mikroorganisme
f.                                           Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
       Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
Berdasarkan diagnoksa yang telah ditemukan berikut ini adalah Definisi, Batasan  karakteristik
dan faktor yang berhubungan :
Hipertermia b/d efek langsung sirkulasi
      Definisi : Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
      Batasan Karakteristik :
1)      Kulit merah
2)      Peningkatan suhu tubuh diatas normal
3)      Konvulsi
4)      Kejang
5)      Takikardi
6)      Kulit terasa hangat
7)      Takipnea
      Faktor-faktor yg berhubungan
1)                Anastesia
2)                Penurunan respirasi
3)                Dehidrasi
4)                penyakit
5)                aktivitas berlebihan
6)                trauma
Nyeri akut b/d proses infeksi
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yg tidak menyenangkan yg   muncul akibat
kerusakan jaringan yg aktual/potensial
         Batasan Karakteristik :
1)   Perubahan TD
2)   Perubahan frekwensi jantung dan pernafasan
3)   Perilaku distraksi
4)   Gangguan tidur
5)   Dilatasi pupil
6)   Melaporkan nyeri verbal
7)   Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
8)   Sikap tubh melindungi 
   Faktor yg berhubungan :
agen cidera
Disfungsi seksual b/d kesehatan seksua
       Definisi : adalah suatu kondisi yang ditandaidengan individu mengalami perubahan fungsi
seksual selama fase respon seksual hasrat,terangsangdan atau orgasmeyang dipandanf tidak
memuaskan.
Batasan karakteristik:
1)      Keterbatasan aktual akibat penyakit
2)      Persepsi keterbatan akibat penyakit
3)      Perubahan terhadap persepsi sek
Faktor yang berhubungan :
Perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit
Gangguan rasa nyaman b/d TIK meningkat
Definisi : merasa kurang senang,lega,dan sepurna dlm dimensi
fisik,psikososial,lingkungan,sosial
Batasan Karakteristik :
1)      Ansietas
2)      Menangis
3)      Gangguan pola tidur
4)      Takut
5)      Iritabilitas
6)      Melaporkan perasaan tidak nyaman
7)      Gelisah
Faktor yg berhubngan :
1)      Gejala terkait penyakit
2)      Kurang privasi
3)      Kurang kontrol situasi
4)      Kurang pengendalian lingkungan

3.4.            Intervensi NOC-NIC

No Dx.Keperawat Tujuan NOC NIC


an
1 Hipertermi b/d Setelah Thermoregulation Fever Treatment
efek langsung dilakukan 1.    monitor suhu minimal
sirkulasi  tindakan a.    Suhu kulit turu (5) setiap 2 jam
keperawatan b.    Perubahan warna 2.    monitor warna dan
selama 1x24 jam kulit (5) suhu kulit
diharapkan suhuc.    Radang (4) 3.    monitor TD,N,RR,dan
pasien akan d.   Dehidrasi (4) tingkat kesadaran
turun atau b.    Denyut nadi radial (4)4.    monitor intake dan
normal c.    Melaporkan output
ketidaknyamanan 5.    berikan pengobatan
panas(5) untuk mengatasi
demam
6.    tingkatkan sirkulasi
udara
7.    kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
8.    kolaborasi pemberian
cairan intravena dan
anti piretik

2 Nyeri akut b/d Setelah Pain Control Pain Management


proses infeksi dilakukan
asuhan a.    Mengenali serangan 1.    observasi reaksi
keperawatan nyeri (5) nonverbal dari
selama 2x24 jamb.    Menggambarkan ketidaknymanan
diharapkan nyeri sebab akibat (5) 2.    lakukan pengkajian
menurun a.    Gunakan tindakan nyeri secara
pencegahan (5) komprehensif
c.    Gunakan non 3.    gunakan teknik
analgesik (5) komunikasi terapeutik
a.    Laporkan perubahan 4.    kaji yg mempengaruhi
nyeri (5) nyeri
d.   Laporkan 5.    ajarkan teknik non
pengonntrolan nyeri farmakologi
(5) 6.    tingkatkan istirahat
7.    kontrol lingkungan yg
dapat mempengaruhi
nyeri
8.    pilih dan lakukan
penanganan nyeri
9.    kolaborasi dg dokter
jika ada keluhan
 3 Gangguan rasa Setelah  Anxiety Level Anxiety Reduction
nyaman b/d dilakukan
TIK meningkat asuhan a.    Kegelisahan (5) 1.     Gunakan pendekatan
keperawatan b.    Kelelahan (5) yang menenangkan
selama 1x24 jamc.    Kesulitan (5) 2.     Jelaskan semua
di harapkan d.   Kecemasan verbal (5) prosedur dan apa yang
e.    Gangguan tidur (5) dirasakan selama
f.     Pusing (4) prosedur
3.     Temani pasien untuk
memberikan keamanan
dan mengurangi takut
4.     Identifikasi tingkat
kecemasan
5.     Bantu pasin mengenali
situasi yg menimbulkan
kecemasan
6.     Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
7.     Kolaorasi obat untuk
mengurangi kecemasan
4. Disfungsi Setelah Sexuality Pattern, Sexuality counseling
seksual b/d dilakukan Ineffektif 1.    membangun hubungan
kesehatan asuhan Kriteria hasil: terapeutik
seksual keperawatan a.    Mengetahui masalah 2.    memberikan informasi
selama 2x24 jam reproduksi tentang fungsi seksual
diharapkan b.    kontrol resiko 3.    diskusikan efek dari
penyakit mmenular perubahan seksualitas
pada orang lain yang
signifikan
4.    diskusikan tingkat
pengetahuan pasien
tentang seksualitas pada
umumnya..
5.        Resiko infeksi Setelah a.    Immune status Infecction Control
(sepsis) b/d dilakukan b.   Knowledge: (Kontrol Infeksi)
hubugan dengan asuhan infection control 1.    Cuci tangan setiap
mikroorganisme keperawatan Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
selama 2x24 jam1.    Klien bebas dari tanda tindakan keperawatan
diharapkan dan gejala infeksi 2.    Gunakan baju, sarung
2.    Jumlah leukosit tangan sebagai alat
dalam batas normal pelindung
3.    Menunjukkan3.    Barikan terapi
perilaku hidup sehat antibiotik bila perlu
Infection Protection
4.    Tingkatklan intake
nutrisi
5.    Monitor hitung
granulosit, WBC
6.    Ajarkan cara
menghindari infeksi

3.4.  Evaluasi Keperawatan

1.    Klien dapat meningkatkan kesehatan di buktikan dengan bertambahnya kemampuan dan
pemahaman klien dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
2.    klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
3.    Klien memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam menigkatkan kemampuannya dalam
memelihara kesehatan.
http://etikdwiunipdu.blogspot.com/2017/04/makalahsistem-reproduksi.html

1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Wanita hamil dan janinnya rentan terhadap banyak infeksi dan penyakit infeksi. Beberapa
penyakit ini mungkin cukup serius dan mengancam nyawa  bagi ibu, sementara yang lain
menimbulkan dampak besar pada neonates karena  besarnya kemungkin infeksi pada janin
(Obstetri William. 2005). Bakteri, virus dan parasit dapat memperoleh akses ke plasenta saat
tahap viremia, bakterimia, atau parasitemia infeksi pada ibu. Mikroorganisme juga dapat
menembus selaput ketuban yang utuh. Infeksi pada janin mungkin terjadi  pada awal kehamilan
dan menyebabkan stigmata yang nyata saat lahir. Sebaliknya, organism mungkin mengolonisasi
dan menginfeksi janin saat  persalinan dan kelahiran (Obstetri William. 2005). Efek infeksi virus
terhadap kehamilan bergantung pada apakah virus dapat melewati barier plasenta (Mochtam
rustam. 19

Anda mungkin juga menyukai