PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014
menunjukkan bahwa terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami
Cholelithiasis dan mencapai 700 juta penduduk pada tahun 2016.
Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat ketidak seimbangan
kandungan kimia dalam cairan empedu yang menyebabkan
pengendapan satu atau lebih komponen empedu. Cholelithiasis
merupakan masalah kesehatan umum dan sering terjadi di seluruh
dunia, walaupun memiliki prevalensi yang berbeda beda di setiap
daerah (Arif Kurniawan , Yunie Armiyati, 2017).
Gaya hidup adalah pola hidup setiap orang di seluruh dunia
yang diekspresikan dalam bentuk aktivitas, minat, dan opininya.
Secara umum gaya hidup dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup
yang dikenali dengan cara bagaimana seseorang menghabiskan
waktunya (aktivitas), apa yang penting bagi orang untuk menjadikan
pertimbangan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang selalu
pikirkan tentang dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya (opini), serta
faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi gaya hidup sehat
diantaranya adalah makanan dan olahraga. Gaya hidup dapat
disimpulkan sebagai pola hidup setiap orang yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat, dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan
bagaimana mengalokasikan waktunya untuk kehidupan sehari-
harinya.
Saat ini dengan semakin meningkatnya tuntutan pekerjaan dan
kebutuhan hidup setiap orang, membuat masyarakat Indonesia
melakukan gaya hidup yang tidak sehat. Mereka banyak
mengkonsumsi makanan yang cepat saji (yang tinggi kalori dan tinggi
lemak), waktu untuk melakukan latihan fisik yang sangat terbatas,
serta kemajuan teknologi yang membuat gaya hidup masyarakat yang
santai karena dapat melakukan pekerjaan dengan lebih mudah
sehingga kurang aktifitas fisik dan adanya stress akibat dari pekerjaan
serta permasalahan hidup yang mereka alami menjadi permasalahan
yang sulit mereka hindari. Semua kondisi tersebut dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit kolelitiasis dan jumlah
penderita kolelitiasis meningkat karena perubahan gaya hidup, seperti
misalnya banyaknya makanan cepat saji yang dapat menyebabkan
kegemukan dan kegemukan merupakan faktor terjadinya batu empedu
karena ketika makan, kandung empedu akan berkontraksi dan
mengeluarkan cairan empedu ke di dalam usus halus dan cairan
empedu tersebut berguna untuk menyerap lemak dan beberapa
vitamin diantaranya vitamin A, D, E, K (Tjokroprawiro, 2015).
Berdasarkan beberapa banyaknya faktor yang dapat memicu atau
menyebabkan terjadinya cholelitiasis adalah gaya hidup masyarakat
yang semakin meningkat terutama masyarakat dengan ekonomi
menengah keatas lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji
dengan tinggi kolesterol sehingga kolesterol darah berlebihan dan
mengendap dalam kandung empedu dan menjadi kantung empedu
dan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang akibat dari
salah konsumsi makanan sangat berbahaya untuk kesehatan mereka
(Haryono, 2013).
Banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya cholelitiasis
adalah faktor keluarga, tingginya kadar estrogen, insulin, dan
kolesterol, penggunaan pil KB, infeksi, obesitas, gangguan
pencernaan, penyakit arteri koroner, kehamilan, tingginya kandungan
lemak dan rendah serat, merokok, peminum alkohol, penurunan berat
badan dalam waktu yang singkat, dan kurang olahraga (Djumhana,
2017).
Cholelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat
karena frekuensi kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban
finansial maupun beban sosial bagi masyarakat. Sudah merupakan
masalah kesehatan yang penting di negara barat, Angka kejadian
lebih dari 20% populasi dan insiden meningkat dengan bertambahnya
usia. Cholelitiasis sangat banyak ditemukan pada populasi umum dan
laporan menunjukkan bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi
ditemukan 13,1% adalah pria dan 33,7% adalah wanita yang
menderita batu empedu. Di negara barat penderita kolelitiasis banyak
ditemukan pada usia 30 tahun, tetapi rata-rata usia tersering adalah
40–50 tahun dan meningkat saat usia 60 tahun seiring bertambahnya
usia, dari 20 juta orang di negara barat 20% perempuan dan 8%
Perempuan menderita kolelitiasis dengan usia lebih dari 40 tahun
(Cahyono, 2015).
Cholelitiasis merupakan kondisi yang paling banyak ditemukan,
kondisi ini menyebabkan 90% penyakit empedu, dan merupakan
penyebab nomor lima perawatan di rumah sakit pada usia muda.
Choleltiaisis biasanya timbul pada orang dewasa, antara usia 20-50
tahun dan sekitar 20% dialami oleh pasien yang berumur diatas 40
tahun. Wanita berusia muda memiliki resiko 2-6 kali lebih besar
mengalami cholelitiasis. Kolelitiasis mengalami peningkatan seiring
meningkatnya usia seseorang. Sedangkan kejadian kolelitiasis di
negara Asia 3%-15% lebih rendah dibandingkan negara barat. Di
Indonesia, cholelitiasis kurang mendapat perhatian karena sering
sekali asimtomatik sehingga sulit dideteksi atau sering terjadi
kesalahan diagnosis. Penelitian di Indonesia pada Rumah Sakit
Columbia Asia Medan sepanjang tahun 2011 didapatkan 82 kasus
cholelitiasis (Ginting, 2012).
Di Indonesia, cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di
klinis, publikasi penelitian tentang kolelitiasis masih terbatas.
Berdasarkan studi kolesistografi oral didapatkan laporan angka
insidensi kolelitiasis terjadi pada wanita sebesar 76% dan pada
Perempuan 36% dengan usia lebih dari 40 tahun. Sebagian besar
pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan, Risiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi
relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai
menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk
mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat (Cahyono,
2015)
Cholelitiasis adalah 90% batu kolesterol dengan komposisi
kolesterol lebih dari 50%, atau bentuk campuran 20-50% berunsurkan
kolesterol dan predisposisi dari batu kolesterol adalah orang dengan
usia yang lebih dari 40 tahun, wanita, obesitas, kehamilan, serta
penurunan berat badan yang terlalu cepat (Cahyono, 2015).
Cholelitiasis merupakan endapan satu atau lebih komponen
diantaranya empedu kolesterol, bilirubin, garam, empedu, kalsium,
protein, asam lemak, dan fosfolipid. Batu empedu biasanya terbentuk
dalam kantung empedu terdiri dari unsur-unsur padat yang
membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk
dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu yang tidak lazim
dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insiden semakin
sering pada individu yang memiliki usia lebih diatas 40 tahun. setelah
itu insiden kolelitiasis atau batu empedu semakin meningkat hingga
sampai pada suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75
tahun satu dari 3 orang akan memiliki penyakit batu empedu, etiologi
secara pastinya belum diketahui akan tetapi ada faktor predisposisi
yang penting diantaranya gangguan metabolisme, yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi empedu, adanya statis empedu, dan
infeksi atau radang pada empedu. Perubahan yang terjadi pada
komposisi empedu sangat mungkin menjadi faktor terpenting dalam
terjadinya pembentukan batu empedu karena hati penderita
kolelitiasis kolesterol mengekskresi empedu yang sangat jenuh
dengan kolesterol.
Kolesterol yang berlebihan tersebut mengendap di dalam
kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui secara pasti)
untuk membentuk batu empedu, gangguan kontraksi kandung
empedu, atau mungkin keduanya dapat menyebabkan statis empedu
dalam kandung empedu. Faktor hormon (hormon kolesistokinin dan
sekretin) dapat dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan
kandung empedu, infeksi bakteri atau radang empedu dapat menjadi
penyebab terbentuknya batu empedu. Mukus dapat meningkatkan
viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai
pusat pengendapan. Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya
batu, dibanding penyebab terbentuknya cholelitiasis (Haryono, 2013)
Solusi masalah pada pasien dengan Kolelitiasis adalah
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat memberikan
informasi tentang bagaimana tanda gejala, cara pencegahan, cara
pengobatan dan penanganan pasien dengan Kolelitiasis sehingga
keluarga juga dapat berperan aktif dalam pemeliharaan kesehatan
baik individu itu sendiri maupun orang lain disekitarnya. Sehubungan
dengan hal tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
melihat dan mengetahui sejauh mana “Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Kolelitiasis”
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Cholelitiasis
1.3 Tujuan penulisan
a. tujuan umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Cholelithiasis
b. tujuan khusus
10. Berikan
teknik
non
farmakol
ogis
untuk
mengura
ngi rasa
nyeri
11. kontrol
lingkung
an yang
memper
berat
rasa
nyeri
12. fasilitasi
istirahat
dan tidur
13. pertimba
ngkan
jenis dan
sumber
nyeri
dalam
pemiliha
n strategi
meredak
an nyeri
Edukasi :
14. pemahaman
nyeri
15. teknik
mengurangi
nyeri
kondisiumum
selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik :
a. Fasilitasi
aktivitas
ambulasi
dengan alat
bantu
b. Fasilitasi
melakukan
mobilisasi
fisik
c. Libatkan
keluarga
untuk
membantu
pasien dalam
meningkatka
n ambulasi
Edukasi :
a. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
ambulasi
b. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
c. Ajarkan
ambulasi
sederhana
yang harus
dilakukan
komplikasi
akibat
hipertermia
Terapeutik :
a. Sediakan
lingkungan
yang dingin
b. Basahi dan
kipasin
permukaan
tubuh
c. Berikan
cairan oral
d. Ganti linen
setiap hari
atau lebih
sering jika
terjadi
hyperhidrosis
e. Hindari
pemberian
antipiretik
dan aspirin
f. Berikan
oksigen
Edukasi :
a. Anjurkan
tirah baring
Kolaborasi :
a. Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena
Kolaborasi
9. Konsultasi dengan
ahli gizi untuk
menetapkan
kebutuhan kalori
harian
9. Kolaborasi
pemberian
diuretic, jika
diperlukan
Edukasi :
a. Jelaskan
penyebab
atau faktor
risiko syok
b. Jelaskan
tanda dan
gejala awal
syok
c. Anjurkan
melapor jika
menemukan
atau
merasakan
tanda dan
gejala syok
d. Anjurkan
memperban
yak asupan
cairan oral
Kolaborasi :
a. Kolaborasi
pemberian
IV, jika
perlu
b. Kolaborasi
pemberian
transfusi
darah, jika
perlu
c. Kolaborasi
pemberian
anti
inflamasi,
jika perlu
3.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
A. Identitas klien
Nama :Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun
Status kawin :Kawin
Agama :Kristen Protestan
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Petani
Alamat :Lintong
Tanggal masuk rumah sakit :27 Januari 2022 jam: 08.30 wib
Tanggal pengkajian :28 Januari 2022 jam : 13.40 wib
No.RM : 090713
Diagnosa medis :Cholelithiasis
B. Penanggung jawab
Nama :Tn. M
Hubungan Dengan Klien :Suami
Pekerjaan :Petani
Alamat :Lintong
C. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bagian atas tepat pada ulu hati,
nyeri yang dirasakan hilang timbul dan seperti tertusuk tusuk, skala nyeri
6/10.
D. Riwayat kesehatan sekarang
(pasien mengatakan merasakan nyeri seperti ditusuk tusuk di sekitar ulu hati
dan dibagian perut kanan atas sejak 3 hari yang lalu (tgl 25 Januari 2022),
pasien juga mengalami mual dan kadang muntah, pasien sudah
mengkonsumsi obat yang dibeli dari apotik, nyeri yang dirasakan kadang
hilang timbul, namun sejak tadi malam, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan semakin hebat, skala nyeri 6/10, pasien mengatakan tidak tahan lagi
sehingga pasien datang ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan
selanjutnya)
1. Provocative/ palliative
a. Apa penyebabnya
Penyebab dari penyakit Cholelithiasis ini belum pasti,banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit ini seperti dari
faktor
b. Hal hal yang memperbaiki keadaan
menghindari apa yang menjadi penyebab dari penyakit yang
diderita dengan menerapkan pola makan rendah lemak agar beban
kerja kantong empedu berkurang Pemberian cairan melalui infus
untuk menghindari dehidrasi Penggunaan obat-obatan, seperti
obat anti nyeri untuk meredakan rasa sakit atau obat antibiotik
untuk mengatasi infeksi
2. Quantity/ quality
a. Bagaimana dirasakan
Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk tusuk di bagian perut atas
bagian kanan dan menyebar ke bagian dada dan punggung
b. Bagaimana dilihat
Pasien tampak meringis kesakitan dengan nyeri yang dirasakan
dan memegang bagian abdomennya
3. Region
a. Dimana lokasinya
nyeri yang dirasakan pada perut kanan bagian atas tepat pada ulu
hati
b. Apakah menyebar
ya, pasien mengatakan jika terjadi nyeri ulu hati maka pasien juga
merasakan nyeri/panas pada bagian punggung,leher dan esophagus
terasa panas
4. Severity (mengganggu aktivitas)
ya, pasien mengatakan saat nyeri pasien tidak dapat melakukan aktivitas ,
tidur juga kadang jadi terganggu
5. Time (kapan mulai timbul)
klien mengatakan nyeri terasa bila sedikit digerakkan, atau saat miring , dan
klien mengatakan nyeri hilang timbul.
E. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
pasien pernah mengalami penyakit GERD
2. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan
pasien mengatakan pernah mendapatkan perawatan di rumah sakit karena
mempunyai penyakit GERD 2 tahun yang lalu dan dalam 2 bulan yang
lalu pasien mengatakan di rawat di rumah sakit dengan diagnosa GERD.
3. Pernah dirawat/ di operasi
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya sekitar 2 bulan yang
lalu, dan tidak pernah operasi
4. Lamanya dirawat
pasien dirawat selama 1 minggu
5. Alergi
pasien tidak memiliki alergi
6. Imunisasi
pasien mengatakan tidak mengetahui dengan pasti apakah imunisasinya
lengkap atau tidak, pasien belum menerima vaksin Cov-19 sehubungan
dengan penyakit yang dideritanya
F. Riwayat keluarga
GENOGRAM
Keterangan :
: Perempuan yang sudah meninggal
: Perempuan
: Perempuan
: Pasien perempuan
G. Riwayat keadaan psikososial
1. bahasa yang digunakan
pasien menggunakan bahasa yang digunakan pasien bahasa Batak Toba ,
pasien juga mengerti menggunakan bahasa Indonesia
2. persepsi klien tentang penyakitnya
pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya,
pasien mengatakan merasa khawatir tentang penyakitnya karena udah
pernah melakukan pengobatan namun masih kambuh. pasien sering
menanyakan tentang penyakitnya
3. konsep diri
a. body image
pasien menggambarkan dirinya bahwa dia seorang yang sakit dan
bermasalah di bagian perutnya dan membutuhkan pengobatan agar cepat
sembuh
b. ideal diri
pasien beranggapan harus menjadi seorang ibu yang sehat untuk tidak
merepotkan anaknya/ keluarga.
c. harga diri
pasien mengatakan bahwa harga diri pasien masih baik
d. peran diri
pasien mengatakan bahwa sekarang dia adalah pasien yang dirawat di
rumah sakit
e. personal identity
pasien seorang ibu rumah tangga yang memiliki 5 orang anak
4. keadaan emosi
pasien mengatakan sering memikirkan tentang penyakit yang dideritanya.
penderita tampak gelisah dan mengatakan sering terbangun di malam hari.
5. perhatian terhadap orang lain / lawan bicara
baik , pasien memperhatikan petugas saat berkomunikasi
6. hubungan dengan keluarga
baik , pasien didampingi oleh suaminya
7. hubungan dengan orang lain
baik, pasien menyapa teman satu ruangan rawat inapnya
8. kegemaran pasien mempunyai kegemaran dalam menjahit
pasien mengatakan suka menjahit
9. daya adaptasi
pasien mengatakan sulit beradaptasi di tempat yang baru, pasien mengatakan
ini berpengaruh dengan masalah tidurnya
10. mekanisme pertahanan diri
dalam pengambilan keputusan pasien dibantu keluarga saat mengalami
masalah.
H. Pemeriksaaan fisik
1. Keadaaan umum
Keadaan umum pasien lemah
2. Kesadaran
kesadaran pasien compos mentis, GCS (15), Eye: 4, Verbal: 5,
Motorik:6.
3. Tanda tanda vital
a. TD :90/60 MmHg
b. HR :112x/i
c. RR :22x/i
d. T :36,8 derajat celcius
e. TB :155 cm
f. BB : sebelum sakit 52 kg
setelah sakit 49 kg
4. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala dan rambut
Simetris, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih, bentuk
kepala simetris, benjolan (-), lesi (-)
b. Mata
Cekung, penglihatan baik, sklera ikterik, konjungtiva merah muda,
palpebral tidak edema, pupil isokor, reflek cahaya kanan/kiri: -/-,
c. Hidung
Simetris, penciuman baik, mukosa hidung bersih, cuping hidung
(-).
d. Telinga
Simetris, pendengaran baik, benjolan (-), lesi (-), tidak ada
penumpukan serumen
e. Mulut dan faring
Mukosa mulut kering, gigi bersih, tidak ada lesi di bibir, lidah
putih, pengecapan pahit dan manis baik, pembesaran tiroid (-),
tidak ada kaku kuduk dan nyeri tekan, dapat digerakkan, pasien
tampak mual
f. Leher
a. posisi trakea : simetris
b. tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
d. kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
f. denyut nadi : nadi karotis teraba
g. Pemeriksaan integumen
Kulit : bersih
Kehangatan : hangat
Warna : ikterik
Turgor : tidak baik (tidak elastis)
Capillary refill : >3 detik
Kelembaban : kering
Kelainan pada kulit : kulit kering
h. pemeriksaan payudara dan ketiak
a. ukuran dan bentuk payudara: simetris
b. warna : payudara putih dan areola kecoklatan
c. kelainan : tidak ada kelainan
d. aksila dan klavikula: tidak ada kelainan
i. pemeriksaan thoraks dan dada
1) Inspeksi : tidak ada lesi dan jejas, tidak terdapat penggunaan
otot-otot bantu pernafasan,
2) Palpasi:tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi: sonor seluruh lapang paru, kuadran 1 bunyi pekak
karena ada hati, kuadran 2,3,4 bunyi timpani
4) Auskultasi: irama jantung reguler, : tidak ada bunyi jantung
tambahan
b. pernafasan paru
1. palpasi getaran suara: tidak ditemukan taktil fremitus
2. perkusi: pengembangan paru kanan dan kiri simetris
3. auskultasi: reguler/ teratur tidak terdengar wheezing/ ronchi.
c. pemeriksaan jantung
1. inspeksi: ictus cordis, pulsasi pada dinding toraks
2. palpasi: pada dinding toraks tidak teraba
3. Perkusi:
d. auskultasi
1. bunyi jantung I: bunyi lup
2. Bunyi jantung II : dub
3. Bunyi jantung tambahan : tidak ditemukan bunyi tambahan
4. Murmur: murmur tidak ditemukan
5. frekuensi: HR: 112X/i dan teraba lemah
j. pemeriksaan abdomen
1.) Inspeksi: perut datar,
2.) Palpasi: terdapat nyeri tekan di bagian perut bagian atas dengan
skala 7/10
3.) Perkusi: bunyi timpani
4.) Auskultasi: bising usus 8x/menit
k. pemeriksaan genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
l. pemeriksaan neurologi
Tidak dilakukan pemeriksaan
I. Pola kebiasaan sehari hari
a. pola tidur
1. sebelum sakit
- lama tidur malam : 8 jam
- lama tidur siang : 2 jam
2. sesudah sakit
pasien mengatakan tidur sekitar jam 22.30
- lama tidur malam : 4-5 jam
- lama tidur siang : pasien mengatakan jarang tidur siang hari
- keluhan : sering terbangun karena nyeri yang dialami
b. pola eliminasi
BAB
- Pola BAB : tidak normal
- Karakter feses : keras
- Riwayat perdarahan : Tidak ada
- BAB terakhir : 25 januari 2022 (3 hari yang
lalu)
- Diare : tidak ada
- Penggunaan laksatif : tidak ada
- Pola BAK : tidak normal, pasien menggunakan
pampers dan diganti setelah terasa penuh, pasien
mengatakan saat ini pasien kadang mengganti 2x saja
pempresnya dalam sehari.
- Karakter Urine :warna kuning kecoklatan
- Nyeri/kesulitan BAK :tidak ada kesulitan
BAK
- Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
- Riwayat penyakit kandung kemih : tidak ada
- Penggunan diuretic :tidak menggunakan
- Upaya mengatasi masalah : tidak ada masalah
c. Pola makan
Sebelum sakit
Frekuensi makan/hari : makan 3 kali sehari
Nafsu/ Selera makan : nafsu atau selera makan
menurun
Alergi : tidak ada alergi terhadap
makanan
Mual dan Muntah :tidak ada mual dan muntah
Waktu pemberian makanan : Pagi 07. 00 WIB
Siang 12.00 WIB
Malam 19.00 WIB
setelah sakit
status nutris pasien saat ini tidak nafsu makan 3x sehari pasien
hanya memakan makanan nya hanya ¼ porsi dari makanan yang
disediakan di rumah sakit
d. pola minum
Waktu pemberian cairan/minuman : saat ini pasien hanya
menghabiskan sekitar 4 gelas dalam 1 hari, dan mendapat cairan
melalui infus asering dan aminofluid
Masalah makan dan minum : Pasien Mengatakan Sakit
Saat Menelan.
e. Pola personal hygiene
-Sebelum sakit
saat dirumah personal hygiene pasien baik, mandi 2 kali sehari,
keramas 2X seminggu, sikat gigi 2x sehari, ganti pakaian 1x sehari
-setelah sakit
saat dirumah sakit personal hygiene pasien, mandi 1x sehari,sikat
gigi 1x sehari,ganti pakaian 1x sehari dan sebagian dibantu oleh
keluarga
pola kegiatan dan aktivitas
MORSE FALL SCALE
(Pengkajian risiko jatuh pasien dewasa)
5 Gaya berjalan
6 Status mental
TOTAL SCORE 45
Keterangan :
§ Tidak berisiko : 0-24
§ Resiko rendah : 25-50
§ Resiko tinggi : ≥51
Keamanan : dipasang pengaman tempat tidur/ bed rest
1 Asering 20 tetes/ i IV
1) Pemeriksaan laboratorium
1. Darah rutin
EO 0,0 5-10
IG 0,6 0,1-0,6
4. Imunologi
· HBs : negatif
· Salmonella
-IgG : positif
-IgM :positif
5. Tiroid
Tiroid Nilai Normal range
TSH 0,44
2) Pemeriksaan USG
Kantong Empedu :Besar normal,tampak multipel bayangan hiperekhoik dengan
acoustik shadow dengan diameter IK 1,4 CM
Kesan
❖ Multipel cholelithiasis
❖ USG hepar,spleen,pankreas,ginjal kanan \kiri dan vesica urinaria saat ini tampak
kelainan.
3.2 ANALISA DATA
Nama pasien : Tn.P
No. rekam medik : 090713
Ruang rawat : kelas 2
Ds:
2 Kehilangan cairan aktif ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan
cairan
merasa mual dan ada
muntah
- pasien mengatakan hanya
minum 4 gelas 1 hari
- pampres hanya diganti 2 x
sehari
- pasien mengatakan
pampres hanya diganti 2
x sehari
DO:
- - Terdapat tanda
dehidrasi: mukosa bibir
kering,
- CRT >3 detik
- urin berwarna kuning
kecoklatan
- mata tampak cekung
- kulit tampak kering
TD; 110/70
-HR 112x/i dan teraba
lemah
DS:
3 kurang dari kebutuhan kekurangan nutrisi
·
tubuh berhubungan dengan
pasien mengatakan mual, muntah
selera makan berkurang
- Klien mengatakan
sering muntah muntah, dan
merasa mual
pasien mengatakan BB
sebelum sakit 52 kg
DO:
-Pasien tampak lemah
- BB: 49 kg
DS:
4 Kurang pengetahuan dan ansietas
-Pasien mengatakan tidak
kurangnya informasi
tahu tentang penyakitnya
- pasien mengatakan tidak
tau tindakan dan
pengobatan yang diberikan.
DO:
-pasien tampak cemas
- pasien menanyakan
tentang penyakitnya
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
diuretic, jika
diperlukan
Setelah dilakukan tindakan
3 Kekurangan
asuhan keperawatan status Observasi :
nutrisi
berhubungan nutrisi pasien membaik 1. Identifikasi status nutrisi
dengan mual, dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan
muntah
1. Intake nutrisi tercukupi intoleransi makanan
2. Asupan makanan dan 3. Identifikasi makanan
cairan tercukupi disukai
3. Asupan nutrisi terpenuhi 4. Identifikasi kebutuhan
4. Pasien mengalami kalori dan jenis nutrient
peningkatan Berat Badan 5. Identifikasi perlunya
5. Penurunan frekuensi penggunaan selang
terjadinya mual, muntah nasogastric
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
Kolaborasi
9. Konsultasi dengan ahli gizi
untuk menetapkan
kebutuhan kalori harian
4 Ansietas b/d Setelah dilakukan tindakan 3 x 1. berikan pendidikan
Kurang 30 menit, diharapkan klien kesehatan pada pasien
pengetahuan mengerti dan memahami 2. Kaji tingkat
tentang penyakitnya dengan Kecemasan dan
kriteria: adanya perubahan
1. Secara verbal klien mengerti tanda -tanda vital
akan proses penyakitnya, 3. Beri penjelasan
pengobatan dan penyakitnya
prognosisnya 4. Kaji ulang pada klien
2. Melakukan koreksi terhadap tentang pengetahuan,
prosedur yang Penting dan Proses penyakit,
menjelaskan reaksi dari tindakan pengobatan
tindakan dan Prognosis
3. Menilai perubahan gaya 5. Tingkatkan
hidup dan ikut serta dalam pengetahuan pasien
pengobatan tentang masalah
ungkapan perasaan
nya
P: intervensi dilanjutkan
S:
DX 3 12.00
1. Mengidentifikasi status
● Pasien Mengatakan masih
nutrisi
mual dan muntah, wajah
12: 20 2. Mengidentifikasi alergi tampak lemas
dan intoleransi ● pasien mengatakan akan
sudah konsultasi dengan
makanan
ahli gizi
3. Mengidentifikasi
makanan disukai O:
Keadaan pasien lemah, klien
4. Mengidentifikasi terlihat gelisah
12:35
kebutuhan kalori dan -pasien menghabiskan 1/4
jenis nutrient makanan dari yang disajikan
- bising usus pasien 10x/i
5. Mengidentifikasi
A:
perlunya penggunaan
-Masalah belum teratasi
selang nasogastric
P:
6. Memonitor asupan
- intervensi no 2, 3, 4, 5 dan
makanan
9 dihentikan
7. memonitor berat badan
8. Memonitor hasil
pemeriksaan
9. melakukan konsultasi
dengan ahli gizi untuk
menetapkan kebutuhan
kalori harian
A. PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya
kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada
pasien yang mengalami cholelitiasis. Berdasarkan dari hasil pengkajian pada
pasien berusia 58 tahun berjenis kelamin Perempuan dengan diagnose
cholelitiasis. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012). Berdasarkan dari hasil
pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis Cholelithiasis Pada kasus ini
pasien memiliki keluhan nyeri pada daerah kanan perut secara tiba-tiba atau
disebut juga kolik bilier
Berdasarkan teori yang ada menurut (Nanda, 2020). nyeri dan kolik bilier,
ikterus, perubahan warna urin dan feses dan defisiensi vitamin. Pada pasien yang
mengalami nyeri dan kolik bilier disebabkan karena adanya obstruksi pada duktus
sistikus yang tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi distensi dan
menimbulkan infeksi merupakan gejala yang akan timbul pada pasien
cholelithiasis.
Menurut peneliti bahwa nyeri yang dirasakan pada pasien merupakan tanda
dan gejala dari cholelithiasis yang terjadi karena adanya obstruksi pada duktus
sistikus yang tersumbat oleh batu empedu dan menimbulkan infeksi sehingga
menimbulkan rasa nyeri.
Pengkajian pada pasien dilakukan pada hari jumat 28 januari 2022 . pasien
berusia 58 tahun, terdapat keluhan utama klien mengatakan nyeri pada perut
bagian kanan atas kurang lebih 3 hari, klien mengatakan nyeri terasa bila sedikit
digerakkan, atau saat miring, klien mengatakan nyeri terasa seperti disayat-sayat,
klien mengatakan sakitnya terasa di ulu hati, klien mengatakan skala nyeri di
rentang 7/10, hilang timbul, dan demam sejak kemarin T: 37,8 ºC. nyeri abdomen
kanan atas dapat menjalar ke punggung serta bahu kanan dan akan merubah
posisinya secara terus menerus untuk mengurangi intensitas nyeri, mual serta
muntah, dan intoleransi terhadap makanan berlemak.
Berdasarkan teori menurut (Nanda, 2020). Ada dua tipe utama batu empedu
yaitu batu yang terutama tersusun dari pigmen dan tersusun dari kolesterol. batu
pigmen, akan terbentuk bila pigmen yang terkonjugasi dalam empedu mengalami
presipitasi atau pengendapan, sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu
semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolysis dan infeksi percabangan
bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan jalan operasi.
Batu kolesterol, merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut
dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfolipid)
dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi
penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati,
mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol dan keluar dari getah
empedu mengendap membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol
merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang berperan sebagai iritan
yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
Pada pasien diagnosa medisnya adalah cholelithiasis. Jadi menurut peneliti
pada pasien memiliki cholelithiasis yang disebabkan oleh pengendapan batu
kolesterol di dalam kandung empedu, faktor ini didukung nya pemeriksaan
penunjang (USG) dengan hasil adanya kolelitiasis pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien didapatkan pada pasien yaitu
kesadaran umum lemah, terpasang infus ditangan kanan dengan cairan asering dan
aminofluid.
Menurut (Noor, 2017) keadaan umum yaitu baik atau buruknya yang dicatat
adalah tanda-tanda seperti kesadaran klien (apatis, sopor, koma, composmentis) dan
kesakitan (keadaan penyakit yaitu akut, kronik, ringan, sedang, berat).
Pada pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan pada pasien dengan tekanan
darah : 90/60 mmHg, Suhu : 37,8ºC, Nadi : 112x/menit, Respirasi : 22x/menit. Pada
pemeriksaan fisik kenyamanan nyeri pada pasien dilakukan pengkajian nyeri dengan
PQRST dimana didapatkan pada pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan
atas kurang lebih 3 hari, terasa bila sedikit digerakkan atau saat miring, terasa seperti
di sayat-sayat, sakitnya terasa ulu hati, skala nyeri di rentang 7/10, hilang timbul.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya,
baik berlangsung secara aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017).
1) Nyeri akut
Menurut analisa data pada literature review terdapat masalah
keperawatan pada pasien nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis akibat
nyeri di perut daerah kanan , Pada pasien diagnosa dari hasil pengkajian
yaitu klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan atas kurang lebih 3
hari (paliatif), terasa bila sedikit digerakkan, atau saat miring (Q),terasa
seperti di sayat-sayat (region), sakitnya terasa di ulu hati (scale), skala
nyeri di rentang 7/10, hilang timbul (time).
2) ketidakseimbangan cairan b/d dengan Hilangnya cairan aktif
asil pengkajian untuk pasien yaitu klien mengatakan sering muntah-
muntah dan merasa mual, klien tampak lemah muntah 3 kali, klien
mengatakan nyeri pada perut bagian kanan atas kurang lebih 3 hari, terasa
bila sedikit digerakkan, atau saat miring, terasa seperti disayat-sayat,
sakitnya terasa di ulu hati, skala nyeri di rentang 7/10, hilang timbul, dan
demam sejak kemarin T: 37,8ºC. klien tampak lemah, mukosa bibir
kering, terdapat tanda dehidrasi dimana: mukosa bibir kering, turgor kulit
> 3 dan kulit kering.
3) kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah. pada pasien,Hasil pengkajian untuk pasien yaitu klien
mengatakan sering muntah- muntah dan merasa mual, klien tampak lemah
muntah 3 kali, klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan atas
kurang lebih 3 hari, terasa bila sedikit
digerakkan, atau saat miring, terasa seperti disayat-sayat, sakitnya terasa
di ulu hati, skala nyeri di rentang 7/10, hilang timbul, dan demam sejak
kemarin T: 37,8ºC. klien tampak lemah Menurut teori (Kusuma &
Nurarif). Terjadi rasa mual atau muntah dikarenakan proses inflamasi
yang menekan saraf parasimpatis dan terjadinya penurunan peristaltik di
usus yang menyebabkan makanan tertahan di lambung dan menimbulkan
rasa mual dan muntah.
4) ansietas b/d kurangnya pengetahuan dan kurang terpapar
informasi Menurut analisa data pada
kurangnya terpapar informasi pada pasien, Hasil pengkajian untuk
pasien yaitu klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya dan
pengobatan karena tidak ada yang memberitahu.
Kurang pengetahuan adalah suatu kondisi dimana individu atau
kelompok mengalami kekurangan pengetahuan kognitif atau
keterampilan psikomotor mengenai suatu keadaan dan rencana tindakan
pengobatan (Doenges,2010).
Pada pasien diagnosa dari pengkajian ditemukan tanda dan gejala
mayor yaitu menanyakan masalah yang dihadapi dan data minor yaitu
menjalani pemeriksaan yang tidak tepat. Dari data tersebut tanda atau
gejala yang ditemukan tidak ditemukan 80% - 100% untuk validasi
diagnosa keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah
atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).
Intervensi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien belum
menggunakan standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI) dan standar
luaran keperawatan indonesia (SLKI). adapun tindakan pada standar
intervensi keperawatan indonesia terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi,
dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien
dengan masalah keperawatan nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis yaitu
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi
dengan kriteria hasil Klien mampu mengontrol nyeri, Klien menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang, tanda – tanda vital dalam batas normal, skala
nyeri 0-4, gerakan melokalisasi nyeri(-), gerakan bertahan (defensive) pada
daerah nyeri (-). dan nutrisi dan cairan tidak kurang dari kebutuhan tubuh, dan
cemas yang dialami pasien dapat teratasi dengan pasien dapat mengerti dan
tau tentang apa penyakitnya dan apa tindakan yang dilakukan dalam
pengobatannya.
4. Implementasi Keperawatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
dari masalah status kesehatan yang dihadapi status kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-
keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di
kemudian hari. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dilakukan pada tanggal 29
Januari 2022 - 01 februari 2022 di ruang rawat inap RSUD Doloksanggul.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri (Ali, 2009).
Hasil evaluasi yang dilakukan peneliti pada pasien terdapat 4 diagnosa
nyeri akut,ketidakseimbangan cairan, kekurangan nutrisi dan ansietas.
Diagnosa nyeri dengan hasil masalah nyeri teratasi , dengan evaluasi pasien
mengatakan nyeri pada bagian perut kanan atas berkuran dalam skala nyeri 4 .
diagnosa ketidakseimbangan cairan teratasi dengan evaluasi keperawatan
tanda dehidrasi tidak ada, mukosa baik, dan BB Naik,Diagnosa kekurangan
nutrisi teratasi dengan evaluasi klien mengatakan mual dan muntah berkurang,
wajah tampak rileks, diagnosa ansietas dengan hasil masalah teratasi dengan
evaluasi klien Klien mengatakan merasa lebih tenang dari cemasnya, dan
memahami tentang proses penyakit, dan pengobatannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN