Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRAKTIK K3 PENGUKURAN FAKTOR KIMIA

Dosen Pengampu : Sumadi, S.KM, M.Kes

Kelas Peminatan K3 Tahun Ajaran 2022/2023

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2023

i
DAFTAR NAMA MAHASISWA KELAS PEMINATAN K3
TAHUN AJARAN 2022/2023

No NIM Nama Mahasiswa


1 225059001 Nourma Pradiptha
2 225059002 Dwi Maryani
3 225059003 Ernawatih
4 225059034 Rahma Agustin
5 225059037 Made Ayu Amanda Khrisnayasa
6 225059043 Ifan Hanafi
7 225059044 Sri Wahyudi
8 225059054 Syifa Nazila
9 225059065 Maria Septiana S
10 225059060 Dyah Andjani Bahana Wilis
11 225059063 Wuri Budiharti
12 225059065 Herdi Hermawan
13 225059066 Ihsan Rizqie
14 225059072 Emma Fajarianti Gito
15 225059069 Ruth Angela

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Sumadi, SKM, M.Kes selaku dosen
pengampu yang telah membimbing kami dalam pembuatan tugas ini dimana makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Keselatan dan Kesehatan
Kerja (K3).

Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi para pembaca sehingga
menjadi motivasi bagi kita semua. Kami dari kelompok menyadari masih banyak
kekurangan kami seperti susunan kata dan tata bahasa dalam penulisan, untuk itu jika ada
kritik dan saran kami terima sehingga kami dapat memperbaiki penulisan kedepannya.
Sekian dan terimakasih atas perhatiannya

Jakarta, 23 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
2.1 Pengertian Carbon Monoksida (CO).........................................................................3
2.2 Pengukuran Radiasi Sinar Ultra Violet.....................................................................6
BAB III HASIL PENGUKURAN..................................................................................7
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................................11
BAB V SARAN................................................................................................................12
BAB VI LAMPIRAN......................................................................................................13
6.1 Tabel NAB Bahan Kimia. ........................................................................................13
6.2 Foto-foto Kegiatan....................................................................................................14

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lima puluh tahun yang lalu hanya satu juta ton bahan-bahan kimia telah dihasilkan setiap
tahunnya, sedikit sekali telah diketahui, dan sedikit pula dikerjakan, sehubungan dengan
bahaya-bahaya kimia dan prosesnya. Sekarang ini lebih dari 400 juta ton bahan-bahan kimia
dihasilkan setiap tahunnya, dan diantara 5-7 juta bahan kimia yang telah diketahui, lebih dari
80.000 dipasarkan. Lebih dari 1000 bahan kimia baru dihasilkan setiap tahunnya. Diperkirakan
500-10.000 bahan kimia diperdagangkan mengandung bahaya, diantaranya 150–200
kemungkinan penyebab kanker. Bahan kimia telah meningkatkan mutu kehidupan.
Bahan kimia disektor pertanian dalam bentuk pembasmian hama (pestisida) dan pupuk
(fertilizer) telah secara besar-besaran meningkatkan produksi makanan. Obat kemotrapi telah
memberikan kontribusi terhadap pengobatan kanker dan obat-obat baru terus menerus secara
konstan memasuki pasaran untuk pengobatan penyakit jantung misalnya. Serat karbon secara
luas digunakan dipabrik pembuatan bahan baru yang ringan, sementara serat keramik
digunakan sebagai bahan penyekat dan sering digunakan sebagai pengganti asbestos. Kini
sesungguhnya setiap tempat kerja, tercemar oleh bahan kimia seperti bahan pelarut yang
digunakan untuk membersihkan dan menghilankan minyak, campuran cat dan pernis dan
pelarut campuran yang kental dan bahan campuran lainnya. Bahan kimia dalam bentuk padat
dapat berubah dijadikan bubuk atau partikel abu selama proses manufaktur dan dapat bersisa
masuk kedalam udara ambient untuk jangka waktu yang lama.
Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang meliputi
bentuk padatan (partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dari bahan- bahan
kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan, kabut, uap logam, dan asap ;
serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap (pasal 1, butir 11, dan butir 12.
Permennakertransi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja).
Sedangkan bahan kimia (chemical), adalah unsur kimia dan senyawanya dan
campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintetis. Keracunan bahan kimia, dimana dalam
keadaan normal, badan manusia mampu mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas
tertentu. Keracunan terjadi apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak mampu
mengatasinya(melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan).
Gas dan uap digunakan dalam operasi industri seperti pengelasan dan pendinginan, atau
pada bermacam-macam proses kimia lainnya, gas juga dipergunakan dirumah sakit sebagai
bahan anestesi. Laboratorium di Sekolah, Universitas, Badan penelitian, Perwakilan pemerintah

i
dan Perusahaan perorangan banyak menggunakan berbagai macam bahan kimia baik dalam
jumlah besar maupun kecil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sifat lingkungan kerja kimia ?
2. Bagaimana pengaruh bahan kimia di lingkungan kerja ?
3. Bagaimana evaluasi faktor kimia di lingkungaan kerja ?
4. Bagaimana pencegahan faktor kimia di lingkungan kerja ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sifat lingkungan kerja kimia.
2. Mengetahui pengaruh bahan kimia di lingkungan kerja.
3. Mengetahui evaluasi faktor kimia di lingkungan kerja.
4. Mengetahui pencegahan faktor kimia di lingkungan kerja,

i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Carbon Monoksida (CO)


Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau,
dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan
satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan
kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna darisenyawa
karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk
apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon dioksida
mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon
dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam
teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.
Karbon monoksida merupakan senyawa yang sangat penting, sehingga banyak
metode yang telah dikembangkan untuk produksinya.1 Gas produser dibentuk dari
pembakaran karbon di oksigen pada temperatur tinggi ketika terdapat karbon yang
berlebih. Dalam sebuah oven, udara dialirkan melalui kokas. CO2 yang pertama kali
dihasilkan akan mengalami kesetimbangan dengan karbon panas, menghasilkan CO.
Reaksi O2 dengan karbon membentuk CO disebut sebagai kesetimbangan Boudouard.
Karbon monoksida diproduksi di alam dari :
1. Sumber-sumber alami yaitu : gunung berapi, kebakaran hutan,sumber endogen
berupa penghancuran hemoglobin dalam badan yang menghasilkan CO ± 0,4 ml
per jam, yangmenyebabkan darah akan mempunyai kadar normal COHh 0,5--
0,8%.
2. Sumber CO terbesar dalam alam ini adalah yang berasal dari man made CO
sebagai hasil proses tehnologi. Tiap tahun manusia menghasilkan kira-kira 250 juta
ton man made CO sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan
organik seperti : minyak bumi, kayu, gas alam maupun gas buatan, bahan peledak,
batu bara.
Efek toksik dari karbon monoksida disebabkan pengikatannya oleh hemoglobin,
dengan membentuk kompleks carboxyhemoglobin. Dalam bentuk baru ini, hemoglobin
tidak dapat lagi melakukan fungsi nyauntuk transportasi oksigen kejaringan-jaringan
tubuh. (Hemoglobin dapat mengikat molekul CO sama banyak seperti pada pengikatan

i
oksigen .Kedua gas ini diikat pada gugus yang sama dalam molekul hemoglobin,
bereaksi dengan besi dalam gugus porphyria). Dengan cara yang sama, selain pada
hemoglobin, CO juga dapat bereaksi dengan myoglobin, cytochrome oxidase serta
eytochrome P-450. Meskipun kecepatan pengikatan CO oleh hemoglobin adalah 1/10 x
kecepatan oksigen, kecepatan dissosiasinya adalah 1/2100 x kecepatan oksigen. Oleh
karena itu afinitet hemoglobin terhadap CO lebih besar dari pada terhadap oksigen,
yaitu 1/10 x 2100 = 210 x afinitet terhadap oksigen.
Bila seorang menghirup gas CO ini, maka dengan cepat CO ini pindah dari
plasma ke sel-sel darah merah untuk bergabung dengan hemoglobin. Pembentukan
COHb yang cepat dan terus menerus ini, menyebabkan Pco plasma tetap rendah,
sehingga CO dari alveolus selalu mengalir dengan cepat kedalam darah di paru-paru.
Seperti halnya dengan Hb02, CO Hb ini selalu berada dalam keadaaan dissosiasi
sebagai berikut :HbCO + O2 HbO2 + CO Jika expose dengan CO ini terhenti maka
COHb akan diuraikan menjadi Hb02 dan CO kembali dan selanjutnya CO ini akan larut
dalam plasma dan dikeluarkan melalui paru-paru. Reaksi toksik yang timbul setelah
menghirup CO pada dasarnya disebabkan oleh hypoxia jaringan karena darah tak cukup
mengandung 02. Hal ini pertama kali dibuktikan oleh Haldane pada tahun 1895.
Jika seekor tikus diberikan 02 dengan tekanan dua atmosfir, maka darah akan
mengandung cukup banyak 02 yang larutdalam plasma untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme sel-sel jaringan. Dalam keadaan ini seluruh hemoglobin dapat berada
dalam bentuk COHb tanpa tikus-tikus ini menunjukkan gejala-gejala intoksikasi. Oleh
Haldane hal ini disimpulkan bahwa CO sendiri sebenarnya tidak toksik untuk sel-sel
jaringan.
CO tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh kecuali jika ada pemafasan aktif.
Waktu rata-rata yang diperlukan oleh seorang yang beristirahat untuk mengeluarkan
CO sampai kadarnya menjadi ½ konsentrasi semula (half life), adalah 250 menit. Jika
sebagai ganti udaradipakai oksigen maka keseimbangan HbO2 + CO HbCO + O2 akan
bergeser kekiri, sehingga waktu yang diperlukan untuk membuat kadar COHb menjadi
dari semula hanya berlangsung 40 menit. Jika pada 02 ini ditambah CO2 5%, waktu
yang dibutuhkan akan berkurang lagi menjadi 13,7 menit. Pemberian CO2 5% ini akan
menyebabkan terjadinya hyperventilasi serta penurunan pH darah yang akan
mempercepat pembuangan CO ini. Pemberian 02 dengan tekanan 2 atmosfir akan lebih
mempercepat lagi eliminasi COHb menjadi hanya 7,6 menit.
Perubahan patologik yang terjadi pada intoksikasi akut CO disebabkan oleh

i
hypoxia. Oleh karena itu, beratnya kelainan ditentukan oleh lama serta derajat hypoxia
ini. Yang terkena terutama ialah jaringan yang paling peka terhadap pengurangan 02,
seperti : susunan saraf pusat, jantung dan sebagainya. Finck(1966) mempelajari
perubahan-perubahan patologik pada 351 kasus kematian yang disebabkan intoksikasi
CO. Didapatkan tiga kelainan patologik, yaitu:
1. Edema/kongesti pada : paru-paru (66 %), otak (25%), jantung( 2% ), viscera(7%).
2. Petechiae pada : otak (10%), jantung (33%).
3. Hemorrhagi pada : paru-paru (7%), pleura (1%), otak (2%).
Pada kasus-kasus fatal yang akut, ditemukan kongesti serta hemorrhagi pada
semua organ. Sedang pada kasus-kasus fatal subakut, lesi yang ditimbulkan sebanding
dengan lamanya pingsan yang timbul akibat hypoxia. Bokonjic (1963) mengemukakan
pada kasus-kasus intoksikasi CO, batas maksimum lamanya pingsan agar tidak
meninggalkan cacat neurologik adalah 21 jam untuk penderita dibawah umur 48 tahun
dan 11 jam untuk penderita diatas umur 48 tahun. Bila pingsan berlangsung (i) lebih
dari 15 jam pada penderita umur diatas 48 tahun atau (ii) lebih dari 64 jam pada
penderita umur dibawah 48 tahun, maka akan terjadi kerusakan-rusakan permanen dan
irreversible pada susunan saraf pusat dan fungsi mental tidak akan kembali sempurna
lagi. Pemeriksaan Histologis memperlihatkan demyelinisasi yang luas pada substansia
alba dan nekrosis bilateral di globus pallidus.
WH Schulte (16) menyelidiki efek intoksikasi CO pada susunan saraf pusat
terhadap 49 orang sehat, berumur antara 25 th ¬ 49 th, yang diexpose dengan 100 ppm
CO. Kesimpulan yang didapat adalah CO dapat menyebabkan gangguan fungsi pada
pusat-pusat luhur disusunan saraf pusat, terutama pada daerah-daerah diotak yang
mengontrol kemampuan cognitive dan psikomotor. Gangguan ini dapat terjadi pada
kadar COHb kurang dari 5%.
Jantung merupakan organ kedua yang peka terhadap hypoxia. Sebagian kasus
menunjukkan tanda-tanda klinis terkenanya myocardium, tetapi sebagian yang lain
tidak memperlihatkan gejala-gejala ini. Kelainan pada EKG ditemukan pada sebagian
besar (hampir semua) kasus. Lain-lain. Dapat timbul eritema, edema dan blister/bulla
pada kulit. P02 merendah, terjadi asidosis metabolik Hematokrit meninggi. Intoksikasi
kronik.
Yang dimaksud disini ialah intoksikasi yang terjadi setelah expose berulang-ulang
dengan CO yang berkadar rendah atau sedang. Perubahan-perubahan patofisiologi yang
terjadi : Pembuluh darah. CO mempunyai efek merusak dinding arteri sehingga

i
menyebabkan permeabilitas terhadap macam-macam komponen plasma meningkat.
Pemberian cholesterol pada saat ini akan menyebabkan penimbunan lemak pada
pembuluh darah. Astrup (2) menemukan kadar COHb yang tinggi pada perokok-
perokok berat, terutama pada perokok yang menderita arteriosclerosis perifer. Ginjal
GFR bertambah sampai ± 50%. Ini mungkin disebabkan oleh bertambahnya
permeabilitas vaskuler. Darah.- Akibat hypoxia yang kronik, terjadi aklimatisasi.
Eritrosit bertambah jumlahnya (polisitemia).
Afinitet CO terhadap myoglobin lebih besar daripada terhadap hemoglobin. Ini
dapat mengganggu fungsi transport 02 dari myoglobin, serta dapat memperberat
ischemia myocardium.
Gejala-gejala yang timbul adalah gejala-gejala yang disebabkan oleh hypoxia.
Gejala-gejala ini sebanding dengan kadar COHb dalam darah.
Beratnya gejala ditentukan pula oleh kebutuhan jaringan akan 02. Nadi baru
terpengaruh jika kadar COHb telah mencapai 50%. Gejala-gejala lain yang tidak khas
adalah kelainan pada kulit, banyak berkeringat, pembesaran hepar, tendens bleeding
suhu badan meningkat, lekositosis,serta albuminuria dan glycosuria.
Diagnostik ditegakkan dengan : (i) ditemukannya kadar COHb yang meninggi
dalam darah. Carboxy hemoglobin berwarna merah terang (bright red) yang akan
terlihat pada kuku-kuku jari, mukosa, dan kulit, (ii) ditemukannya tanda-tanda klinis
seperti yang tersebut diatas.
Prinsip pada pengobatan intoksikasi CO ialah mengembalikan keadaan agar
supply 02 untuk sel-sel jaringan kembali menjadi normal dan cukup, seperti semula.
Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Yang penting adalah memindahkan penderita kedalam ruangan dengan udara
segar.
2. Jika terjadi penghentian pernafasan, maka dilakukan pernafasan buatan secepatnya.
3. Tindakan berikut adalah pemberian oksigen, yang dilakukan dengan alat-alat yang
dapat mencegah terhisapnya kembali CO kedalam badan

2.2 Perundang-undangan
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal 3 ayat 1 (g)
”Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan
getaran.

i
2. SE Menaker No. SE-02/MEN/1978 tentang NAB Bahan Kimia di Tempat Kerja.
3. SE Menaker No. SE-01/MEN/1997 tentang NAB Faktor Kimia di Udara
Lingkungan Kerja.
4. Kepmenaker No. Kep-187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja.
5. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di
Lingkungan Kerja

BAB III
HASIL PENGUKURAN

3.1. Pengukuran Kandungan Bahan Kimia Parameter Carbon Monoksida


(CO) Lokasi Pengukuran : Kampus B Universitas Respati Indonesia
Alamat Pengukuran : Jl. Swadaya I, Jl. Bambu Wulung No. 83

i
Hari/Tanggal Pengukuran : Sabtu, 17 Juni 2023
Sumber Pengukuran : Alat Transportasi (Motor)
Petugas Pengukuran : Mahasiswa Peminatan K3
Durasi Pengukuran : Setiap 5 detik pada 1 titik pengukuran

3.2. Hasil Pengukuran Kandungan Bahan Kimia Parameter Carbon Monoksida (CO)

Kandungan Kandungan
Sumber Bahan Bakar Pengukuran CO dari CO dekat
Sumber Pekerja
17 15
Jarak 30 cm 16 13
Motor Honda
Bensin 15 11
Scoopy
(Pertalite) 15 11
110 cc
Jarak 50 cm 19 10
18 10

Rata-Rata Kandungan
16 ppm
CO dari Sumber Jarak 30 cm
Rata-Rata Kandungan
13 ppm
CO dekat Pekerja Jarak 30 cm
Rata-Rata Kandungan
17,3 ppm
CO dari Sumber Jarak 50 cm
Rata-Rata Kandungan
10,3 ppm
CO dekat Pekerja Jarak 50 cm

i
Kandungan Kandungan
Sumber Bahan Bakar Pengukuran CO dari CO dekat
Sumber Pekerja
54 21
Jarak 30 cm 48 20
Motor Yamaha
Bensin 35 20
Nmax
(Pertamax) 40 -
155 cc
Jarak 50 cm 31 -
33 -

Rata-Rata Kandungan
45,6 ppm
CO dari Sumber Jarak 30 cm
Rata-Rata Kandungan
20,3 ppm
CO dekat Pekerja Jarak 30 cm
Rata-Rata Kandungan
34,6 ppm
CO dari Sumber Jarak 50 cm
Rata-Rata Kandungan
-
CO dekat Pekerja Jarak 50 cm

3.3. Nilai Ambang Batas (NAB) Pengukuran Kandungan Bahan Kimia


Parameter
Carbon Monoksida (CO)
3.3.1. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien (PP No. 41 Tahun 1999)

i
3.3.2. NAB Bahan Kimia (Permenaker No. 5 Tahun 2018)

3.4. Pembahasan Hasil Pengukuran


Dari hasil pengukuran pada motor Honda Scoopy, nilai Carbon Monoksida (CO)
dari sumber dan nilai Carbon Monoksida (CO) dekat pekerja masih dibawah standar
Baku Mutu/NAB, ≤ 25 ppm. Sedangkan hasil pengukuran pada motor Yamaha
Nmax, nilai Carbon Monoksida (CO) dari sumber dan nilai Carbon Monoksida
(CO) dekat pekerja berada diatas standar Baku Mutu/NAB, ≥ 25 ppm.

i
BAB IV
KESIMPULAN

1. Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak bewarna, tidak berbau dan tidak
berasa, dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa karbon
2. Sumber pencemar gas CO : Transportasi, Pembakaran stationer, Industri,
Pembuangan sampah dan sumber lainnya
3. Gas CO mencemari udara dan bersifat racun : gas CO berkaitan dengan
hemoglobin membentuk COHb, gas CO larut dalam air membentuk CO2 dan H2,
gas CO mudah bereaksi dengan 02 membentuk CO2 yang beracun, gas CO2 berbau
menyengat, gas CO adalah gas yang reaktif dan mudah bereaksi dengan unsur lain
4. Efek yang ditimbulkan dari paparan CO dengan konsentrasi dan durasi melebihi
normal bagi kesehatan : menyebabkan gangguan pada sistem kardiologi,
hematologi, neurologi (sakit kepala, pusing), respirologi, sistem respirasi, cedera
inhalasi,dan dalam tingkat tinggi bisa menyebabkan pingsan atau kematian

i
BAB V
SARAN

Setelah melakukan kegiatan pengukuran faktor kimia menggunakan alat Carbon


Monoxide Meter pada 2 (dua) kendaraan bermotor bernama Yamaha Nmax155 cc dan
Honda Scoopy 110 cc di wilayah halaman Universitas Respati Indonesia. Kami akan
menyampaikan beberapa saran yang sekiranya bisa membantu mengisi kekurangan-
kekurangan yang ada. Yaitu:
1. Alat pengukuran harus telah dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi untuk
melakukan kalibrasi, minimal 1 tahun sekali.
2. Letak jarak pengukuran disarankan tepat berada dimana pekerja/Mahasiswa
melakukan aktifitasnya.
3. Pada awal pengukuran harus diulang sampai 3 kali agar hasil lebih akurat
4. Identifikasi faktor-faktor dapat mempengaruhi tingkat paparan Carbon Monoksida
(CO) di lingkungan yang diukur. Misalnya, jarak pekerja dengan CO, waktu
pengukuran, lokasi pengukuran, jdan banyaknya objek benda yang mengeluarkan
CO,

i
BAB VI
LAMPIRAN

6.1 Tabel NAB Bahan Kimia

i
6.2 Foto Lampiran Kegiatan

Area Pengambilan
No Foto
Sample
1. Motor Honda
Scoopy 110 cc

2. Motor Yamaha
Nmax 150 cc

Anda mungkin juga menyukai