Anda di halaman 1dari 5

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK MENGANDUNG TIMBAL (Pb)

DENGAN ADSORBEN ALANG-ALANG

Rona Aisyah Nugraheni

Pendidikan Kimia

Universitas Sebelas Maret

Ronasyh7201@gmail.com

ABSTRAK

Era industri telah berkembang pesat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Pembaruan industri tentu akan menghasilkan produk baru dalam bentuk sisa yang nantinya akan
dibuang ke alam sekitar. Sebagai contoh tempat pembuangan limbah industri pada Sungai
Bengawan Solo yang mengandung jenis logam berat bewarna hitam (Pb). Cara dalam pembuatan
sisa antara lain dengan proses adsorpsi dari sekam debu tanaman alang-alang (imperata
cylindrica). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyerapan serbuk batang
alang-alang dalam menurunkan kadar logam berat Pb dalam penampung air buatan yang dilakukan
dengan proses berkelanjutan. Percobaan menggunakan 20 ml Pb(NO 3)2100ml / g dan dengan
variabel waktu 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3 jam. Dalam percobaan, hasilnya adalah adsorpsi tertinggi
terjadi pada 2,5 jam dengan kapasitas adsorpsi 3,1490 mg/g.

Kata kunci: adsorpsi, alang-alang, timbal, logam keras, industri

ABSTRACT

The industrial era has developed rapidly in line with the increasing needs of the community.
Industrial renewal will certainly result in new products in the form of dumps which will later be
disposed of in the natural surroundings. For example, an industrial waste disposal site on the Solo
River that contains black heavy metal (Pb). How to make a dump, among others, by the process of
adsorption from husk dust of Imperata grass (imperata cylindrica). This study aims to determine
the absorption ability of alang-alang stem powder in reducing the levels of heavy metals Pb in an
artificial water reservoir which is carried out by a continuous process. The experiment use 20 ml
of Pb(NO3)2 liquid 100ml/g and with times variable 0,5;1;1,5;2;2,5;3 hours. In the experiment,
the result was the highest adsorption happened at 2, hours with capacity of adsorption is
3,1490mg/g.

Keywords : adsorption, Imperata cylindrical, plumbun, hard metal, industry


PENDAHULUAN

Sungai adalah sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk keperluan rumah
tangga, keperluan irigasi, dan habitat ikan. Pencemaran air sungai sering
disebabkan oleh semakin banyaknya kegiatan manusia, salah satunya kegiatan
industri. Sisa limbah industri yang mengandung zat berbahaya, dapat merusak
makshluk hidup. Menurut penelitian, Sungai Bengawan Solo mengandung logam
berat yang berasal dari beberapa pabrik industri (Rahman, 2012).
Di muka bumi, dari 109 unsur, ada 80 jenis yang dikategorikan sebagai jenis
logam berat. Toksikologi, membagi logam berat tersebut menjadi dua macam.
Logam berat esensial adalah jenis logam berat yang dapat menimbulkan sifat
racun jika terlalu banyak, namun sebenarnya keberadaannya dibutuhkan oleh
makhluk hidup. Contohnya adalah zinc, cuprum, cobalt, mangan, dan ferrum.
Logam berat selanjutnya adalah logam tidak esensial atau beracun, ang sampai
saat ini belum diketahui manfaatnya ataupun sifat beracunnya jika masuk ke
dalam tubuh makhluk hidup. Efek yang ditimbulkan oleh masuknya logam berat
dalam tubuh tidak bisa diabaikan. Kerja enzim akan terhalang apabila masuk
kedalam tubuh. Dampak lebih lanjut jika logam berat masuk kedalam tubuh antara
lain akan bersifat karsinogenik, alergi ataupun menjadi sebuah mutagen.
Masuknya logam berat dapat melalui berbagai jalan masuk, diantaranya adalah
melalui pencernaan dan pori-pori kulit. Oleh sebab itu diperlukan sebuah upaya
untuk mengurangi keberadaan logam berat yang terkandung pada perairan
(Murniati, 2015).
Pertukaran ion, elektrolisis, dan pemisahan secara kimia adalah beberapa
metode yang pernah dilakukan guna mengurangi kadar logam berat. Tetapi ada
kelemahan dari hal tersebut, apabila jumlah endapan limbah begitu banyak,
proses-proses tersebut tidak bisa dilakukan dengan baik (Prasad dan Abdullah,
2009). Biaya juga menjadi faktor kelemahan dari proses tersebut, karena biaya
yang dibutuhkan tidaklah sedikit, tetapi hanya bisa digunakan untuk kadar logam
berat pada limbah yang sedikit (Ashraf, 2010).
Bioadsorpsi adalah salah satu alternatif untuk menyerap logam berat, yaitu
menggunakan bahan-bahan biologis yang ada disekitar. Kemampuan biomass
pada bioadsorpsi mampu mengikat logam berat melalui proses metabolisme.
Biaya yang relatif murah dan juga regenerasi yang mudah menjadi keuntungan
tersendiri apabila menggunakan proses biosorption (miring) (Kurniasari, 2010).
Ada beberapa contoh yang dapat digunakan sebagai bioadsorben, diantaranya
alga, mikroorganisme, dan jamur. Beberapa masalah atau kendala yang dihadapi
saat menggunakan bioadsorben adalah mudahnya terkontaminasi oleh zat-zat
yang terkandung pada perairan (Torresday dkk., 2004). Hal ini cukup jadi kendala
mengingat diperairan sangat mungkin terdapat berbagai kontaminasi. Limbah
organik yang dapat digunakan sebagai bioadsorben yaitu jerami, batang ranting
(koma) maupun kulit buah-buahan.
Adanya gugus aktif pada bioadsorben dapat dimanfaatkan untuk menyerap
kandungn logam berat. Gugus yang dapat menjerat logam berat itu diantaranya
karboksil, amino dan phospat, acetamido, dan hidroksil (Ahalya dkk., 2003).
Penggunaan limbah-limbah pertanian dan kulit buah-buahan dapat digunakan
sebagai bahan biosorben, namun penggunaannya secara langsung sebagai
adsorben belum begitu efektif dalam mengadsorpsi logam berat. Oleh karena itu
limbah buah-buahan tersebut perlu diolah lebih lanjut, diantaranya diisolasi
sebagai pektin untuk meningkatkan daya serapnya terhadap ion logam berat.
Pektin merupakan polisakarida yang bermuatan negatif yang terdapat pada
semua dinding tanaman. Pektin mengandung gugus-gugus aktif seperti karboksil,
metoksil, amida dan hidroksil (Mata et al., 2009). Oleh karena itu pektin sangat
potensial dimanfaatkan sebagai adsorben. Sampai saat pektin sering dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan kosmetik, yaitu kosmetik yang berbentuk gel. Tetapi
jika dilihat lebih lanjut, pektin yang mengandung karboksil dan hidroksil bisa
digunakan sebagai media bioadsorben (Wong et al., 2008).
Saat ini, alang-alang hanya diketahui khasiatnya sebagai tumbuhan yang
dapat mengobati suatu penyakit. Belum banyak yang mengetahui bahwa
tumbuhan alang-alang dapat digunakan untuk mengatasi pemasalahan limbah.
Dengan pertimbangan tersebut, saya memanfaatkan batang alang-alang sebagai
bahan baku pembuatan pektin, yang akan digunakan untuk media adsorpsi
senyawa Timbal yang terdapat pada air sungai Bengawan Solo.
METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian dilakukan di 3 (tiga) tempat yaitu Laboratorium


Pendidikan Kimia FKIP UNS, Sub Laboratorium Kimia, dan Laboratorium Pusat
Universitas Sebelas Maret (UNS). Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama
4 bulan, terhitung sejak bulan Maret sampai bulan Juni 2021.
Batang alang-alang yang telah dicuci bersih menggunakan air mengalir
kemudian dikeringkan menggunakan sinar matahari. Lalu pengeringan dilakukan
kembali namun menggunakan oven yang bersuhu 65̊C selama 20 jam. Sampel
yang telah kering kemudian dihaluskan menggunakan blender lalu diayak. Serbuk
batang alang-alang inilah yang menjadi adsorben tanpa ada modifikasi.

Percobaan dilakukan untuk mengetahui berapa lama bioadsorben dapat


bekerja dengan optimal. Dengan menggunakan 20ml larutan Pb(NO 3)2
100ml/gram, variabel waktu yang digunakan adalah 30;60;120;24 jam.
Selanjutnya dilakukan proses adsorpsi menggunakan 1 gram bioadsorben.
Percobaan ini juga menggunakan magnetti strirrer agar percampuran dapat terjadi
secara lebih sempurna.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Grafik hubungan waktu reaksi dengan volume adsorpsi

Percobaan adsorben menggunakan beberapa alat dan bahan, diantaranya


yaitu batang alang-alang, akuades, alu, mortar, blender, timbangan analitik, dan
oven. Penentuan optimalnya sebuah bioadsorben dapat ditentuka oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah waktu kontak atau lamanya waktu yang dibuthkan
sebuah bioadsorben dalam menyerap senyawa. Laju reaksi akan menyebabkan
sebuah kesetimbangan yang kemudian akan menghasilkan lama penyerapan yang
optimal. Tidak selamanya semakin lama waktu penyerapan akan berakibat pada
semakin optimalnya sebuah bioadsorben dapat menyerap senyawa logam berat.
Hal ini tidak akan terjadi karena adanya dekomposisi dinding sel biomassa pada
bioadsorben yang digunakan (Jasmin et al., 2002).

Sesuai grafik yang dibuat berdasarkan percobaan menunjukkan bahwa waktu


terbaik bioadsorben menyerap senyawa timbal adalah 2,5 jam, dengan volume
senyawa timbal yang diserap adalah 3.1490 mg/g. Pada percobaan dengan lama
waktu yang digunakan adalah 3 jam, kemampuan bioadsorben mengalami
penurunan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tidak selamanya semakin lama
waktu yang digunakan akan menyebabkan semakin optimalnya bioadsorben. Hal
ini disebabkan oleh penuhnya dinding bioadsorben oleh zat yang diserap
(desorpsi).

KESIMPULAN

Waktu kontak terbaik untuk adsorpsi timbal terjadi pada waktu 2,5 jam
dengan kapasitas adsorpi 3,1490mg/g. Hal ini menunjukkan maksimum penuhnya
permukaan bioadsorben yang dapat mengikat timbal tidak bisa melebihi waktu 2,5
jam. Kemampuan ini tergantung dengan banyaknya bioadsorben yang dipakai dan
juga konsentrasi limbah yang mengandung timbal.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai