Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA KONSELING

WASTING ( KURUS )

Nama : Regita Rahmatia S. Husain


NIM : 751341121060
Kelas : 2B Gizi

PRODI DIPLOMA III GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
2022
SATUAN ACARA KONSELING
Topik Wasting ( kurus )
Sub pokok bahasan Wasting Pada Balita
Sasaran target Ibu Balita
Hari / tanggal 13 September 2022
Waktu 10.00 s/d Selesai
Tempat Puskesmas Kota Timur
Konselor Regita Rahmatia S. Husain

A. Latar Belakang
Wasting adalah kondisi ketika berat badan balita menurun sangat kurang, atau
bahkan berada di bawah rentang normal. Balita yang mengalami wasting umumnya
memiliki proporsi tubuh yang kurang ideal. Wasting membuat berat badan balita tidak
sepadan dengan tinggi badan untuk anak seusianya. Wasting biasanya terjadi karena
penurunan berat badan drastis akibat tidak tercukupinya kebutuhan penyakit yang bisa
berujung pada turunnya berat badan, seperti diare, zat gizi harian anak dan biasanya
disertai dengan satu atau lebih juga bisa 2 mengakibatkan wasting. Anak dikatakan
mengalami wasting ketika hasil pengukuran indikator BB/TB berada di -3 sampai
dengan di bawah -2 standar deviasi (SD). Lebih dari itu, anak balita juga bisa
mengalami wasting akut (severe acute malnutrition) ketika indikator BB/TB
menunjukkan angka di bawah -3 SD atau dengan kata lain, wasting akut adalah
kondisi penurunan berat badan yang sudah lebih parah ketimbang wasting biasa
(Kemenkes RI, 2020).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, proporsi wasting pada balita untuk
tingkat nasional sebesar 10,2 %, sedangkan untuk di tingkat Kota Tangerang
berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 wasting pada balita mencapai 8,66 %. Hal ini
menunjukan adanya perbaikan status gizi yang menggembirakan selama lima tahun
terakhir ini. Proporsi status gizi kurus dan sangat kurus tahun 2013-2018, mengalami
penurunan. Data Riskesdas, Status Gizi kurang (Wasting) berdasarkan indikator
BB/TB yang berada di -3 sampai dengan di bawah -2 standar deviasi (SD), tahun
2013 sebesar 12,1% dan turun menjadi 10,2% di tahun 2018. Sedangkan target
RPJMN 2020-2024, prevalensi wasting sebesar 7%. Berdasarkan indeks BB/TB hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 Provinsi Banten, balita yang mengalami
wasting sebesar 7,2% diatas angka prevalensi nasional sebesar 7%. Memiliki tubuh
kurus (wasting), atau kekurangan gizi akut, merupakan akibat dari penurunan berat
badan yang cepat atau kegagalan untuk menambah berat badan. Seorang anak yang
tergolong kurus atau kegemukan memiliki risiko kematian yang tinggi (UNICEF,
2019). Status Gizi berdasarkan indeks BB/TB (Akut) di kategorikan sebagai
Kelompok Risiko Tinggi (Kronis). Bersifat akut sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung dalam waktu pendek karena adanya penyakit yang baru saja terjadi atau
kekurangan makan yang menyebabkan penurunan berat badan yang banyak dalam
waktu singkat.
Wasting merupakan kelompok gizi kurang, secara langsung disebabkan oleh
inadekuat zat gizi dan penyakit infeksi sedangkan penyebab pokok masalah gizi
kurang meliputi: ketahanan pangan yang tidak memadai, perawatan ibu dan pelayanan
kesehatan yang tidak memadai (kemenkes RI, 2017a). Wasting yang disebabkan oleh
defisit asupan energi yang terjadi secara alamiah sehubungan dengan ketidaktahanan
pangan serta kelaparan (Barasi, 2003). Faktor risiko terjadi wasting meliputi:
pemberian ASI, berat badan bayi lahir, kunjungan ANC, status pekerjaan ibu, tingkat
pendidikan (Puspitasari et al., 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah konseling diharapkan agar klien/pasien dapat memahami Wusting (kurus).
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah konseling klien/pasien mampu :
1. Mengetahui dan memahami Pengertian Wasting ( kurus )
2. Mengetahui dan memahami Penyebab Wasting ( kurus )
3. Mengetahui dan mamahami Tanda dan Gejala Wasting ( kurus )
4. Mengetahui dan mamahami Pencegahan Wasting ( kurus )
5. Mengatahui dan memahami diet yang diberikan
C. Garis Besar Materi Konseling
1. Pengertian Wasting ( kurus )
2. Penyebab Wasting ( kurus )
3. Tanda dan gejala Wasting ( kurus )
4. Langkah pencegahan Wasting ( kurus )
5. Pemberian Diet Wasting ( kurus )
D. Metode
Diskusi/Tanya Jawab
E. Metode
Leaflet
F. Proses Pelaksanaan
NO Waktu Tahapan Konseling Kegiatan Peserta
1. Pembukaan Membangun Dasar-dasar 1. Menjawab Salam
Konseling 2. Jabat tangan
5 menit
1.Mengucapkan salam 3. Memperhatikan
perkenalkan diri 4. Menjawab
2.jabat tangan pertanyaan
3.menyampaikan tujuan,
4.menanyakan keluhan dan
data laboratotium
2. Pelaksanaan 1. Melakukan Pengkajian 1. Memperhatikan
25 menit Gizi (Assessment Gizi) 2. Memperhatikan
2. Menetapkan Diagnosis 3. Memperhatikan
Gizi (Domain intake, 4. Memperhatikan
Klinis,behaviour/lingkun 5. Memperhatikan
gan) 6. Memperhatikan
3. Melakukan Intervensi 7. bertanya
Gizi (Menyusun rencana 8. memperhatikan
intervensi, dan
memperoleh Komitmen)
4. Menggunakan
Media/Alat Bantu dalam
Konseling
5. Menggunakan Bahan
Penukar Makanan dalam
intervensi
6. Memberikan
kesempatan bertanya
7. Memberikan penguatan
3. Evaluasi Menjawab pertanyaan 1. Menjawab
pertanyaan dan
5 menit 1. Memberikan
mendengarkan
pertanyaan kembali
2. Memperhatikan
kepada klien terkait
materi dan kesepakatan dan mendiskusi
yang telah diperoleh.
2. Melakukan Monitoring
dan Evaluasi untuk
mengetahui
keberhasilan intervensi
yang telah diberikan,
dengan cara
menetapkan hasil yang
diharapkan pada
kunjungan berikutnya.

4. Penutup 1. Pada akhir sesi konseling 1. Mendengar dan


gizi disepakati kunjungan menjawab
5 menit
berikutnya, pertanyaan.
mengingatkan klien 2. menjawab salam
waktu konseling 24-48 dan jabat tangan.
menit sebelumnya.
2. Memberikan kesimpulan,
mengakhiri konseling
gizi dengan ucapan
terima kasih,
permohonan maaf,
mengucapkan salam,
jabat tangan dan
mempersilahkan

G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Tersedianya tempat, dan media
2) Kesepakatan kontrak waktu dan tempat.
2. Evaluasi proses
1) Konseling dilaksanakan selama 25 menit
2) Pasien konseling berperan aktif dalam Tanya jawab
3) Kesepakatan kontrak pertemuan berikutnya dengan peserta konseling
4) Pasien konseling mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai
5) konseling diberikan dalam bentuk diskusi / Tanya jawab
6) Evaluasi hasil
7) Setelah diadakan konseling,pasien mampu memahami 70% dari materi yang
disampaikan
H. Sumber/ Referensi
Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar, 2018
I. Lampiran
1. Materi
A. Pengertian Wasting (Kurus)
Wasting adalah kondisi ketika berat badan balita menurun sangat kurang, atau
bahkan berada di bawah rentang normal. Balita yang mengalami wasting umumnya
memiliki proporsi tubuh yang kurang ideal. Wasting membuat berat badan balita tidak
sepadan dengan tinggi badan untuk anak seusianya. Wasting biasanya terjadi karena
penurunan berat badan drastis akibat tidak tercukupinya kebutuhan penyakit yang bisa
berujung pada turunnya berat badan, seperti diare, zat gizi harian anak dan biasanya
disertai dengan satu atau lebih juga bisa 2 mengakibatkan wasting. Anak dikatakan
mengalami wasting ketika hasil pengukuran indikator BB/TB berada di -3 sampai
dengan di bawah -2 standar deviasi (SD). Lebih dari itu, anak balita juga bisa
mengalami wasting akut (severe acute malnutrition) ketika indikator BB/TB
menunjukkan angka di bawah -3 SD atau dengan kata lain, wasting akut adalah
kondisi penurunan berat badan yang sudah lebih parah ketimbang wasting biasa
(Kemenkes RI, 2020).
B. Penyebab Wasting (Kurus)
Menurut UNOICEF menyebutkan bahwa terdapat empat kausalitas penyebab
kekurangan gizi termasuk wasting pada anak, yaitu faktor langsung, faktor tidak
langsung, faktor masalah utama dan faktor masalah dasar. UNICEF menggabungkan
penyebab kekurangan gizi dari segi biologis dan sosio ekonomi, mencakup penyebab
pada tingkat mikro dan makro.
a. Penyebab Langsung
Penyebab langsung terdiri atas asupan makanan dan penyakit terutama penyakit
infeksi. Faktor-faktor tersebut saling tergantung. Seorang anak dengan asupan
makanan yang tidak memadai lebih rentan terhadap penyakit. Pada gilirannya,
penyakit menekan nafsu makan, menghambat penyerapan nutrisi dalam makanan, dan
bersaing untuk mendapatkan energi anak.
1) Asupan makanan
Pertama adalah asupan makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi
seimbang, dan aman. Selama masa pertumbuhannya, balita membutuhkan
asupan makanan yang adekuat diantaranya adalah asupan energi dan
proteinnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Wahyono,
anak yang kurang asupan energi dan proteinnya akan memiliki resiko yang
lebih tinggi terjadi wasting dibandingkan dengan anak yang asupan energi
dan proteinnya cukup.
2) Penyakit Infeksi
Penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi. Anak-anak di
negara berkembang terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan
mereka sering menderita penyakit infeksi. Infeksi memberikan kontribusi
terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain karena menurunnya nafsu
makan sehingga asupan makanan berkurang. Sakit pada anak mempunyai efek
negative pada pertumbuhan anak. Anak yang sakit pada satu bulan terakhir
meningkatkan resiko terjadinya wasting
b. Penyebab Tidak Langsung
penentu status gizi anak secara tidak langsung, dipengaruhi oleh tiga faktor penentu
yang mewujudkan dirinya di tingkat rumah tangga, meliputi ketersediaan pangan
keluarga, pola asuh dan pemberian ASI, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan.
a. Ketersediaan Pangan Keluarga
Ketersediaan pangan keluarga meliputi tiga komponen yaitu:
1. Ketersediaan bahan pangan
2. Stabilitas ketersediaan
3. Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan
b. Pola Asuh dan Pemberian Asi
1. Pola Asuh
Pola asuh gizi adalah praktek dirumah tangga yang diwujudkan dengan
tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Anak balita yang
mendapat kualitas pengasuhan yang lebih baik besar kemungkinan akan memiliki
angka kesakitan yang rendah dan status gizi yang relative lebih baik.
2. Praktek Pemberian ASI
ASI merupakan bentuk makanan yang ideal untuk memenuhi gizi anak, karena
ASI sanggup memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk hidup selama 6 bulan pertama
kehidupan. Sebagian besar bayi di negara yang berpenghasilan rendah, membutuhkan
ASI untuk pertumbuhan dan tidak dipungkiri agar bayi dapat bertahan hidup, karena
merupakan sumber protein yang berkualitas baik dan mudah didapat. ASI dapat
memenuhi tiga perempat dari kebutuhan protein bayi usia 6-12 bulan, selain itu ASI
juga mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan bayi.
C. Tanda Dan Gejala Wasting
Secara umum, tubuh anak yang mengalami wasting akan terlihat tidak
proporsional. Tinggi badan mereka terus bertambah, tapi berat badannya terlalu kurus.
Anak yang mengalami wasting juga kerap merasa sangat lemas, yang membuatnya
sangat sulit untuk beraktivitas normal seperti anak seusianya.
Jika tingkat keparahan wasting anak sudah mencapai akut, akan timbul beberapa
gejala seperti berikut:
1. Persentil Indeks Massa Tubuh (IMT) anak kurang dari 5%
2. Bagi anak balita, perbandingan berat badan terhadap tinggi badannnya kurang dari -2
standar deviasi (SD)
3. Lingkar lengan atas (LILA) cenderung kecil, biasanya kurang dari 12,5 cm
D. Cara Pencgahan Wasting
Supaya terhindar dari masalah wasting, terdapat beberapa cara yang bisa
dilakukan supaya asupan nutrisi dan kesehatan anak tetap terjaga. Berikut adalah cara
mencegah wasting pada anak:
1. Memberikan ASI eksklusif jika anak berusia di bawah 6 bulan
2. Mencukupi kebutuhan gizi anak dengan memberinya makanan bergizi
3. Mencuci sayur dan buah menggunakan air bersih sebelum dimasak
4. Melakukan imunisasi rutin sesuai jadwal
5. Meningkatkan sanitasi dan kebersihan lingkungan
6. Jauhkan anak dari paparan asap rokok.
E. Gizi Seimbang Pada Wasting
1. Mengonsumsi minimal 5 macam buah dan sayuran setiap hari
2. Makanlah makanan yang memenuhi kebutuhan karbohidrat yang didapat dari nasi,
kentang, roti, pasta, dll.
3. Mengonsumsi kebutuhan nutrisi lengkap dari susu atau produk olahan susu seperti
susu kedelai dan yogurt.
4. Mengonsumsi jenis biji dan kacang-kacangan.
5. Memenuhi pola makan sehat dengan menu ikan, telur, daging, dan protein lainnya.
6. Disarankan untuk mengonsumsi dua porsi ikan berminyak seperti salmon dan
mackerel setiap minggunya
7. Mengonsumsi asupan cairan yang cukup, yaitu 6-8 gelas per hari.
8. Anak wasting juga membutuhkan asupan vitamin tambahan seperti vitamin A, C, dan
tetes dalam sediaan tetes.
9. Memenuhi kebutuhan nutrisi esensial seperti vitamin A, zat besi, zinc, yodium, dll

Anda mungkin juga menyukai