Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

WASTING (KURUS)

Di Susun Oleh :

REGINA APRILLIA BAU

NIM 751341121059

Kelas II B DIII Gizi

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Wasting (Kurus)


Sub Topik Bahasan Pentingnya untuk mengetahui dan mencegah Wasting
Sasaran Target Ibu dan Anak
Hari/Tanggal Selasa, 30 Agustus 2022
Waktu 08.00 s/d selesai
Tempat Puskesmas Dungingi
Penyuluh Regina Aprillia Bau

A. LATAR BELAKANG
Wasting adalah permasalahan kesehatan yang paling menonjol di Negara-
negara miskin dan negara-negara yang sedang berkembang yang dampaknya sangat
besar. Wasting memberikan dampak peningkatan risiko kesakitan pada anak-anak
bahkan meningkatkan kematian anak. Anak-anak yang wasting akan mudah terkena
penyakit infeksi hal ini karena system kekebalan tubuh anak yang menurun. Jika
kondisi kurang gizi pada usia anak balita terjadi dalam waktu yang lama, maka dapat
mempengaruhi kondisi fisik dan kesehatannya dimasa depannya (Putri & Wahyono,
2013).
Wasting merupakan kelompok gizi kurang, secara langsung disebabkan oleh
inadekuat nutrisi dan penyakit infeksi sedangkan penyebab pokok masalah gizi
kurang meliputi: ketahanan pangan yang tidak memadai, perawatan ibu dan pelayanan
kesehatan yang tidak memadai (Persagi, 1999). Wasting yang disebabkan oleh deficit
asupan energy yang terjadi secara alamiah sehubungan dengan ketidak tahanan
pangan serta kelaparan (Barasi, 2007). Faktor resiko terjadi wasting meliputi:
pemberian ASI, berat badan bayi lahir, kunjungan ANC, status pekerjaan ibu, tingkat
pendidikan (Ricci dan Becker, 1996). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Olofin et
al. (2013) menyatakan bahwa semua tingkatan malnutrisi baik itu undernutrition (gizi
kurang), wasting, dan stunting (balita pendek) secara signifikan memiliki hubungan
yang kuar terhadap peningkatan angka kematian pada balita, dimana wasting
memiliki asosiasi yang lebih kuat terhadap peningkatan angka kematian balita dari
pada stunting.
Prevalensi kejadian wasting di dunia menurut UNICEF, WHO, World Bank
Group menunjukkan bahwa mulai dari tahun 2013 sampai dengan 2016 terus
mengalami peningkatan, pada tahun 2016 prevalensi wasting pada balita mencapai
7,7% yang artinya cenderung naik dari prevalensi wasting pada tahun 2013 sebesar
5%. Kemudian pada tahun 2017 dan 2018 mengalami penurunan namun progresnya
berjalan lambat. Adapun prevalensi wasting tahun 2017 sebesar 7,5% dan tahun 2018
sebesar 7,3%. Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa kejadian wasting pada balita
megalami penurunan yaitu dari 12,1% pada tahun 2013 menjadi 10,2% pada tahun
2018 (Riskesdas, 2018). Walau mengalami penurunan, prevalensi wasting tersebut
masih melebihi target WHO tahun 2025 yaitu <5%. Berbeda dengan wasting,
prevalensi stunting dan underweight menunjukkan tren penurunan. Prevalensi
stunting pada tahun 2013 walau masih cukup tinggi yaitu 25% namun angka tersebut
terus mengalami penurunan menjadi 21,9% pada tahun 2018 dan sudah berada di
bawah taerget WHO 2025 yaitu 40%. Begitupun prevalensi underweight pada tahun
2013 sebesar 15,1% terus mengalami penurunan menjadi 13,3% pada tahun 2018.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan kurang lebih 20 menit diharapkan ibu-ibu dapat
mengetahui dan memahami tentang wasting.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang wasting selama 20 menit,
diharapkan ibu-ibu mengerti tentang :
1. Pengertian Wasting
2. Faktor resiko Wasting
3. Tanda dan Gejala Wasting
4. Pencegahan dan Pengobatan Wasting
5. Gizi Seimbang pada Wasting

D. GARIS BESAR MATERI PENYULUHAN


1. Pengertian Wasting
2. Faktor resiko Wasting
3. Tanda dan Gejala Wasting
4. Pencegahan dan Pengobatan Wasting
5. Gizi Seimbang pada Wasting

E. METODE
Diskusi

F. MEDIA
Power Point

G. PENGORGANISASIAN & URAIAN

NO PETUGAS URAIAN TUGAS


1. Penyuluh Memberikan Penyuluhan
2. Penyuluh Memberikan Penyuluhan
3. Penyuluh Memberikan Penyuluhan
4. Penyuluh Memberikan Penyuluhan
5. Penyuluh Memberikan Penyuluhan
6. Penyuluh Memberikan Penyuluhan
H. PROSES PELAKSANAAN

Tahapan
NO Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Peserta
waktu
1. Pembukaan 1. Meningkatnya salam 1. Menjawab
( 5 menit ) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Kontrak waktu Memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan 3. Menyetujui
pembelajaran 4. Mendengarkan dan
memperhatikan
2. Kegiatan Inti 1. Menjelaskan pengertian 1. Mendengarkan dan
( 10 menit ) Wasting memperhatikan
2. Menjelaskan faktor resiko 2. Mendengarkan dan
Wasting memperhatikan
3. Menjelaskan tanda-tanda dan 3. Mendengarkan dan
gejala Wasting memperhatikan
4. Menjelaskan Gizi Seimbang 4. Masyarakat
Tentang Wasting bertanya
3. Evaluasi Menanyakan kembali kepada 1. Mendengarkan dan
( 2 menit ) peserta tentang materi yang telah memperhatikan
diberikan dan reinforcement 2. Mendengarkan
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
4. Penutup Mempersilahkan fasilitator dari Mendengarkan dengan
( 3 menit ) pembimbing klinik dan seksama dan
pembimbing akademik untuk menjawab salam
menambahkan ataupun
menjelaskan kembali jawaban
pertanyaan peserta yang belum
terjawab.
Menjelaskan kesimpulan dari
materi penyuluhan
Ucapan terima kasih
Salam penutup

I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Struktur kepanitian seperti seksi perlengkapan di evaluasi apakah
semua perlengkapan yang dibutuhkan pada saat penyuluhan lengkap. Seksi
dokumentasi dievaluasi apakah dokumentasi yang diambil pada saat kegiatan
sesuai dengan kegiatan. Mengevaluasi seksi administrasi dievaluasi ada berapa
orang yang mengikuti kegiatan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
Dievaluasi apakah proses kegiatan penyuluhan berjalan sesuai yang
diharapkan atau direncanakan, dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan.
3. Evaluasi Hasil
Dievaluasi pretest dan postest yang diberikan kepada audiens apakah
sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan penyuluhan ada perubahan
pengetahuan atau tidak ada.

J. SUMBER REFERENSI
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar, 2018

K. LAMPIRAN
Materi
1. Pengertian Wasting
Wasting adalah kondisi ketika berat badan balita menurun sangat
kurang, atau bahkan berada dibawah rentang normal. Balita yang mengalami
wasting umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang ideal. Wasting
membuat berat badan balita tidak sepadan dengan tinggi badan untuk anak
seusianya. Wasting biasanya terjadi karena penurunan berat badan drastic
akibat tidak tercukupinya kebutuhan penyakit yang bisa berujung pada
turunnya berat badan, seperti diare, zat gizi harian anak dan biasanya disertai
dengan satu atau lebih juga bisa mengakibatkan wasting. Anak dikatakan
mengalami wasting ketika hasil pengukuran indicator BB/TB berada di -3
sampai di bawah -2 standar deviasi (SD). Lebih dari itu, anak balita juga bisa
mengalami wasting akut (severe acute malnutrition) ketika indicator BB/TB
menunjukkan angka di bawah -3 SD atau dengan kata lain, wasting akut
adalah kondisi penurunan berat badan yang sudah lebih parah ketimbang
wasting biasa (Kemenkes RI, 2020).

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Wasting


Menurut UNOICEF menyebutkan bahwa terdapat empat kausalitas
penyebab kekurangan gizi termasuk wasting pada anak, yaitu faktor langsung,
faktor tidak langsung, faktor masalah utama dan faktor masalah dasar.
UNICEF menggabungkan penyebab kekurangan gizi dari segi biologis dan
sosio ekonomi, mencakup penyebab pada tingkat mikro dan makro.
1) Faktor Penyebab Langsung
Faktor penyebab langsung terdiri atas asupan makanan dan
penyakit terutama penyakit infeksi. Faktor-faktor tersebut saling
tergantung. Seorang anak dengan asupan makanan yang tidak memadai
lebih rentan terhadap penyakit. Pada gilirannya, penyakit menekan
nafsu makan, menghambat penyerapan nutrisi dalam makanan, dan
bersaing untuk mendapatkan energi anak.
a. Asupan makanan
Pertama adalah asupan makanan yang tidak memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan
beragam, bergizi seimbang, dan aman. Selama masa
pertumbuhannya, balita membutuhkan asupan makanan yang
adekuat diantaranya adalah asupan energi dan proteinnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan
Wahyono, anak yang kurang asupan energi dan proteinnya
akan memiliki resiko yang lebih tinggi terjadi wasting
dibandingkan dengan anak yang asupan energi dan proteinnya
cukup.
b. Penyakit Infeksi
Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit
infeksi. Anak-anak di negara berkembang terutama pada tahun-
tahun pertama dari kehidupan mereka sering menderita
penyakit infeksi. Infeksi memberikan kontribusi terhadap
defisiensi energi, protein, dan gizi lain karena menurunnya
nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang. Sakit pada
anak mempunyai efek negative pada pertumbuhan anak. Anak
yang sakit pada satu bulan terakhir meningkatkan resiko
terjadinya wasting.
2) Faktor Penyebab Tidak Langsung
Faktor penentu status gizi anak secara tidak langsung, dipengaruhi oleh
tiga faktor penentu yang mewujudkan dirinya di tingkat rumah tangga,
meliputi ketersediaan pangan keluarga, pola asuh dan pemberian ASI,
serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
a. Ketersediaan Pangan Keluarga
Ketersediaan pangan keluarga meliputi tiga komponen yaitu:
1. Ketersediaan bahan pangan
2. Stabilitas ketersediaan
3. Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangann
b. Pola Asuh dan Pemberian Asi
1. Pola Asuh
Pola asuh gizi adalah praktek dirumah tangga
yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan
perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan
anak. Anak balita yang mendapat kualitas pengasuhan
yang lebih baik besar kemungkinan akan memiliki
angka kesakitan yang rendah dan status gizi yang
relative lebih baik.
2. Praktek Pemberian ASI
ASI merupakan bentuk makanan yang ideal
untuk memenuhi gizi anak, karena ASI sanggup
memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk hidup selama 6
bulan pertama kehidupan. Sebagian besar bayi di negara
yang berpenghasilan rendah, membutuhkan ASI untuk
pertumbuhan dan tidak dipungkiri agar bayi dapat
bertahan hidup, karena merupakan sumber protein yang
berkualitas baik dan mudah didapat. ASI dapat
memenuhi tiga perempat dari kebutuhan protein bayi
usia 6-12 bulan, selain itu ASI juga mengandung semua
asam amino esensial yang dibutuhkan bayi.
c. Pelayanan kesehatan dan Kesehatan Lingkungan
1. Pelayanan kesehatan
Secara umum tujuan utama pelayanan kesehatan
masyarakat adalah pelayanan preventif (pencegahan)
dan promotive (peningkatan kesehatan) dengan sasaran
masyarakat. Namun secara terbatas pelayanan kesehatan
masyarakat juga melakukan pelayanan kuratif
(pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan). Status
imunisasi pada anak adalah salah satu indicator kontak
dengan pelayanan kesehatan.
2. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan berkaitan dengan
peranannya sebagai faktor penyebab tidak langsung
timbulnya masalah gizi, yaitu sanitasi dan penyediaan
air bersih, kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang
air besar di jamban, tidak merokok, memasak di dalam
rumah, sirkulasi udara dalam rumah yang baik, ruangan
dalam rumah terkena sinar matahari, dan lingkungan
rumah yang bersih.
3) Faktor Masalah Utama
Faktor penentu gizi anak selanjutnya, dipengaruhi oleh faktor
masalah utama. Penyebab masalah utama gizi di level masyarakat
adalah kuantitas dan kualitas sumber daya potensial yang ada di
masyarakat misalnya: manusia, ekonomi, lingkungan, organisasi, dan
teknologi. Faktor kemiskinan, karakteristik keluarga, dan
sosiodemografi merupakan penyebab utama permasalahan gizi di level
masyarakat yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas sumber daya
manusia di masyarakat.
a. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan faktor masalah utama
terjadinya permasalahan gizi. Seseorang dianggap berada
dalam kemiskinan absolut saat dia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasar mereka secara memadai seperti makanan,
kesehatan air, tempat tinggal, pendidikan dasar, dan partisipasi
masyarakat.
b. Karakteristik Keluarga
Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat
miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya
jika yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Pangan yang
tersedia untuk suatu yang besar mungkin cukup untuk keluarga
yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak
cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar
tersebut.
c. Sosiodemografi
Sosiodemografi memperhatikan berbagai karakteristik
individu maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial
dan demografi, karakteristik Pendidikan, dan karakteristik
ekonomi. Karakteristik sosial dan demografi meliputi: jenis
kelamin dan usia. Karakteristik ekonomi meliputi status
pekerjaan dan tingkat pendapatan.
1. Jenis kelamin balita
2. Usia balita
3. Tingkat Pendidikan Ibu
4. Status pekerjaan
5. Tingkatan pendapatan
4) Faktor Masalah Dasar
Masalah dasar dari timbulnya masalah gizi adalah ketidak mampuan
pengelola negara dalam mengelola proses politik, sehingga banyak
menimbulkan penyalahgunaan wewenang, sehingga pelaksanaan
program pembangunan negara tidak sesuai dengan amanat Undang-
Undang Dasar 1945, sehingga kesejahteraan umum tidak dapat
tercapai secara optimal. Selanjutnya ketidak cakepan para pemimpin
dalam mengelola negara yang mengakibatkan banyak penyalah gunaan
anggaran, akan berdampak pada rendahnya mutu Pendidikan,
rendahnya kualitas sumber daya manusia, menyebabkan negara tidak
mampu membuka lapangan kerja , yang mengakibatkan pada tingginya
angka pengangguran, sehingga memunculkan kemiskinan.

3. Tanda dan Gejala Wasting


Secara umum, tubuh anak yang mengalami wasting akan terlihat tidak
proporsional. Tinggi badan mereka terus bertambah, tapi berat badannya
terlalu kurus. Anak yang mengalami wasting juga kerap merasa sangat lemas,
yang membuatnya sangat sulit untuk beraktivitas normal seperti anak
seusianya.
Jika tingkat keparahan wasting anak sudah mencapai akut, akan timbul
beberapa gejala seperti berikut:
1. Persentil Indeks Massa Tubuh (IMT) anak kurang dari 5%
2. Bagi anak balita, perbandingan berat badan terhadap tinggi
badannnya kurang dari -2 standar deviasi (SD)
3. Lingkar lengan atas (LILA) cenderung kecil, biasanya kurang dari
12,5 cm

4. Cara Pencegahan Wasting


Supaya terhindar dari masalah wasting, terdapat beberapa cara yang bisa
dilakukan supaya nutrisi dan kesehatan anak tetap terjaga. Cara mengatasi
wasting yaitu:
1. Berikan berbagai makanan dengan kandungan energi yang sangat
tinggi guna mendukung
2. Berikan nutrisi lainnya seperti protein, vitamin, serta mineral, guna
mempercepat pembentukan jaringan baru.
3. Energi dari protein sekitar 12 hingga 15%
4. Memberikan ASI eksklusif jika anak berusia di bawah 6 bulan
5. Melakukan imunisasi rutin sesuai jadwal
6. Meningkatkan sanitasi dan kebersihan lingkunga

5. Gizi Seimbang Pada Wasting


1. Mengonsumsi minimal 5 macam buah dan sayuran setiap hari
2. Makanlah makanan yang memenuhi kebutuhan karbohidrat yang
didapat dari nasi, kentang, roti, pasta, dll.
3. Mengonsumsi kebutuhan nutrisi lengkap dari susu atau produk
olahan susu seperti susu kedelai dan yogurt.
4. Mengonsumsi jenis biji dan kacang-kacangan.
5. Memenuhi pola makan sehat dengan menu ikan, telur, daging, dan
protein lainnya.
6. Disarankan untuk mengonsumsi dua porsi ikan berminyak seperti
salmon dan mackerel setiap minggunya
7. Mengonsumsi asupan cairan yang cukup, yaitu 6-8 gelas per hari.
8. Anak wasting juga membutuhkan asupan vitamin tambahan seperti
vitamin A, C, dan tetes dalam sediaan tetes.
9. Memenuhi kebutuhan nutrisi esensial seperti vitamin A, zat besi,
zinc, yodium, dll

Anda mungkin juga menyukai