Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH ELEKTRONIK

DALAM LINGKUP GLOBAL DAN LOKAL


Electronic Waste Management Policies in the
Scope of Global and Local
Sri Wahyono
Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung Geostech 820 Lt-2, Kawasan Pusiptek, Tangerang Selatan, Banten 15314
Email : sri.wahyono@bppt.go.id

Diterima: 12 September 2012, Dikoreksi : 19 September 2012, Disetujui: 28 September 2012

Abstract
In line with population growth and lifestyle, the number of electronic waste increased. Electronic
waste is a hazardous waste that threaten human survival. Various efforts have been and are being
taken to prevent environmental degradation caused by poor management of electronic waste.
However, electronic waste is a source of valuable material that can be recovered through a series of
processes in the manufacturing of electronic waste. Support from various parties necessary for the
realization of a sustainable e-waste management.

Keywords: electronic waste, pollution, extended producer responsibility

Abstrak
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan gaya hidup, limbah elektronik semakin meningkat
jumlahnya. Limbah elektronik secara umum merupakan limbah berbahaya sehingga dapat
mengancam kelangsungan hidup manusia. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan untuk
mencegah terjadinya degradasi lingkungan akibat pengelolaan limbah elektronik yang buruk. Namun
demikian, limbah elektronik adalah sumber material berharga yang dapat di-recovery melalui
serangkaian proses di industri pengolahan limbah elektronik. Dukungan dari berbagai pihak
diperlukan untuk terwujudnya pengelolaan limbah elektronik yang berkelanjutan.

Kata Kunci: Limbah elektronik, pencemaran, extended producer responsibility

1. Pendahuluan yang kedaluwarsa dan perlu dibuang, baik itu


dalam bentuk utuh maupun bagian. Berdasarkan
Kehidupan umat manusia di abad ini tidak bisa
sistem perundangan di Indonesia, saat ini belum
dilepaskan dari berbagai jenis perangkat
ada definisi yang spesifik limbah elektronik[1].
elektronik yang memanjakan aktivitas
Sebagian besar limbah elektronik
keseharian. Jumlah kebutuhannya pun semakin
dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya
meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan
dan Beracun (B3) karena mengandung
laju pertambahan penduduk. Perubahan model
komponen atau bagian yang terbuat dari
dan perkembangan teknologi yang demikian
substansi berbahaya (seperti timbal, merkuri,
cepat juga telah merubah gaya hidup
kadmium dan lainnya). B3 adalah adalah zat,
masyarakat untuk selalu mengikuti teknologi
energi, dan/atau komponen lain yang karena
terbaru sehingga umur hidup (life span)
sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
perangkat elektronik menjadi cepat usang.
secara langsung maupun tidak langsung dapat
Akibat dari hal itu, telah timbul limbah baru
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
dengan jumlah yang terus meningkat. Limbah
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
baru tersebut tidak dikenal pada umat manusia
hidup manusia, kesehatan, kelangsungan hidup
di abad-abad sebelumnya, yakni limbah
manusia serta makhluk hidup lain[2].
elektronik.
Namun, limbah elektronik juga mengandung
Limbah elektronik umumnya dipahami
berbagai material berharga seperti logam mulia
sebagai peralatan elektronik dan elektrik yang
dan logam tanah langka (rare earth elements)
tidak dipakai dan atau tidak berfungsi atau tidak
sehingga banyak dilakukan upaya untuk me-
diinginkan lagi karena telah menjadi barang

Kebijakan Pengelolaan (Sri Wahyono) 17


recovery-nya. Sayangnya, upaya me-recovery menyusun rencana induk pengelolaannya.
material berharga sering tidak memperhatikan Padahal untuk menghitungnya, saat ini tersedia
tata kelola lingkungan sehingga terjadi beberapa metode penghitungan limbah
pencemaran yang tidak terkendali. elektronik yang berbasiskan material flow
Untuk menghindarinya, secara ilegal, analysis yaitu time step method, market supply
beberapa negara maju mengirimkan limbah method, carnegie mellon method, dan prediction
elektroniknya ke negara lain terutama ke negara method[7].
sedang berkembang di Asia dan Afrika[3,4]. Metode yang paling sederhana untuk
Akibatnya, pencemaran oleh material beracun mengetahui jumlah timbulan limbah elektronik
dan berbahaya dari limbah elektronik tidak adalah prediction method yaitu dengan
terhindarkan di negara tujuan. Dampak buruknya mengggunakan data jumlah produksi barang
terhadap kesehatan dan lingkungan pun elektronik dalam negeri, jumlah barang yang
bermunculan. diekspor dan jumlah barang impor. Di Indonesia,
Tulisan ini mengupas tentang hal-ihkwal sumber limbah elektronik secara umum berasal
limbah elektronik, dampaknya terhadap dari pabrik (manufaktur) yang ada di dalam
lingkungan, material berharga yang negeri serta impor barang elektronik negara lain.
dikandungnya, upaya untuk me-recovery Sayangnya, relatif sulit mendapatkan angka
material berharga, kasus-kasus pencemaran pasti berapa banyak limbah elektronik yang
yang muncul di Indonesia, kebijakan global diimpor.
pengelolaan limbah elektronik dan program
extended producer responsibility (EPR). 2.2. Karakteristik Limbah Elektronik
Menurut Konvensi Basel Annex VIII, limbah
2. Limbah Elektronik
elektronik dikategorikan sebagai bahan beracun
dan berbahaya (B3) atau hazardous waste
2.1. Timbulan Limbah Elektronik
apabila memiliki karakteristiknya seperti yang
Limbah elektronik merupakan salah satu limbah disebutkan dalam Annex III[8]. Umumnya limbah
yang tercepat laju timbulannya di dunia. Sebagai elektronik dikategorikan sebagai limbah B3
contoh, laju timbulannya di Amerika pada tahun karena mengandung komponen atau bagian
2010 sekitar 2 persen. Sementara itu, di Uni yang memiliki sifat berbahaya dan beracun
Eropa, limbah elektonik meningkat sebesar 3-5 seperti misalnya mengandung elemen seperti
persen per tahun, tiga kali lebih cepat dari laju merkuri, timbal, kadmium, khromium, arsenik,
timbulan rata-rata tahunan limbah padat polychlorinated biphenyls, dan sebagainya yang
perkotaan[5]. Lebih jauh diketahui bahwa jumlah berbahaya bagi kesehatan manusia dan
timbulan sampah elektronik di Uni Eropa lingkungan.
perkapita sekitar 14 - 15 kg pertahun.
Sementara itu, di negara berkembang laju 2.3. Kandungan Material Berharga
timbulan limbah elektronik pun tumbuh secara
Di samping karakteristiknya yang beracun,
cepat walaupun setiap jiwanya hanya
limbah elektronik mengandung material bernilai
menimbulkan limbah elektronik kurang dari 1 kg
tinggi yang dapat di-recovery seperti plastik,
pertahun[7]. Di negara-negara berkembang,
kaca, logam besi dan baja, logam mulia (perak,
termasuk Indonesia, tidak ada data resmi
emas, platina, tembaga), dan logam tanah
tentang jumlah timbulan limbah elektronik
langka (rare earth elements) seperti skandium,
karena limbah elektronik masih belum
yttrium, serium, neodimium, dan sebagainya.
mendapatkan perhatian yang serius.
Peluang untuk me-recovery material bernilai
Maka tak terelakan, pada tahun 2010
dari limbah elektronik telah ditangkap oleh para
diperkirakan sebanyak 3 milyar unit peralatan
pelaku daur ulang limbah baik formal maupun
elektronik dan elektrik telah menjadi barang
informal karena pasarnya yang baik. Pasar
usang dan menjadi limbah. Secara global,
limbah elektronik di seluruh dunia terus
menurut Konvensi Basel, timbulan limbah
meningkat dari US$ 7,2 miliar pada tahun 2004
elektronik dunia mencapai 20-50 juta ton
menjadi US$ 11 miliar pada tahun 2009, dengan
pertahun atau sekitar 5 % dari timbulan sampah
tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 8,8 %[7].
kota[5,8]. Bahkan diperkirakan pada tahun 2015,
Oleh karena itu, seperti halnya di negara
timbulan limbah elektronik mencapai 40-70 juta
berkembang lainnya, di Indonesia, tidak terlalu
ton. Sungguh jumlah yang besar dan
sulit untuk menemukan para pelaku daur ulang
memerlukan penanganan yang bijaksana.
limbah elektronik yang me-recovery berbagai
Terkait dengan pengelolaannya, data tentang
jenis material berharga seperti emas, tembaga,
timbulan limbah elektronik merupakan data yang
perak dan timbel.
penting sebagai dasar untuk menyusun strategi
Dampaknya memang positif karena dapat
penanganannya secara nasional. Ketiadaan
meningkatkan pendapatan masyarakat,
data tersebut di Indonesia menimbulkan sulitnya

J. Tek. Ling. Vol. 14 No. 1 Januari 2013 Hal 17- 24 18


membentuk rantai ekonomi di sektor informal, Berikut ini adalah gambaran singkat bahaya
dan mengurangi volume limbah elektronik yang logam berat dan senyawa-senyawa yang
dibuang ke lingkungan. Namun sayangnya, terdapat dalam limbah elektronik terhadap
umumnya pada sektor informal hanya terfokus kesehatan. Logam berat memiliki sifat beracun,
pada me-recovery logam-logam tertentu tanpa karsinogenik (menyebabkan kanker), dan
memperhatikan teknis pemrosesan yang ramah mutagenik (menyebabkan cacad bawaan).
lingkungan[9,10]. Logam merkuri (Hg) dikenal dapat merusak
sistem saraf otak, dan menyebabkan cacat
3. Bahan Beracun dan Berbahaya dari bawaan seperti yang terjadi pada kasus Teluk
Limbah Elektronik dan Dampaknya Minamata, Jepang. Logam berat timbel (Pb)
sangat buruk dampaknya bagi kesehatan.
3.1. Bahan Beracun dan Berbahaya Gejala awal kontak dengan logam berat tersebut
adalah anorexia, otot sakit, malaise, dan sakit
Teknis pemrosesan limbah elektronik yang
kepala. Sementara itu, dalam jangka panjang
dilakukan oleh sektor informal umumnya
dapat menyebabkan penurunan intelegensi,
sederhana seperti dengan cara dilelehkan
gangguan sistim syaraf dan pada kadar yang
(dipanaskan), dibakar, atau ekstraksi dalam
tinggi dapat mengakibatkan kerusakan otak dan
larutan yang sangat asam[9,10]. Tata
kematian. Sementara itu, khromium (Cr) dapat
laksananya masih terlalu sederhana sehingga
dengan mudah terabsorpsi ke dalam sel
pemrosesan tersebut umumnya berdampak
sehingga mengakibatkan berbagai efek racun,
buruk bagi lingkungan dan kesehatan baik itu
alergi, dan kerusakan DNA. Lantas kadmium
kesehatan para pelakunya maupun masyarakat
adalah logam beracun yang merusak ginjal[11].
yang tinggal di sekitarnya.
Dioksin atau PCDD/F bersifat persisten,
Berbagai unsur atau senyawa berbahaya
terakumulasi secara biologis, dan bersifat
terlepas atau dibuang ke lingkungan tanpa
karsinogen. Selain itu dioksin juga mengganggu
kendali. Dari proses pembakaran kabel untuk
sistim hormon, mempengaruhi pertumbuhan
mendapatkan logam tembaga, misalnya,
janin, menurunkan kapasitas reproduksi, dan
melepaskan asap yang mengandung dioksin
sistim kekebalan tubuh. Sementara itu PBDE,
atau polychlorinated dibenzo-p-dioxin/furan
suatu senyawa yang digunakan untuk
(PCDD/F). Dari proses pelelehan aki bekas,
mengurangi tingkat panas (flammability) pada
misalnya, mengemisikan asap yang
bagian produk elektronik diduga dapat merusak
mengandung logam berat timbel (Pb).
sistem endokrin dan mereduksi level hormon
Sementara itu dari ekstraksi dengan larutan
tiroksin sehingga perkembangan tubuhnya
asam, menghasilkan limbah berupa logam berat
menjadi terganggu[12].
seperti merkuri (Hg), timbel (Pb), khromium (Cr),
Dampak eksternalnya juga tidak kalah
dan cadmium(Cd) dan dioksin ke tanah dan
mengerikan yaitu berupa degradasi kualitas
air[11,12,13].
lingkungan dan kesehatan masyarakat yang
Berbagai kasus akibat logam berat atau
bermukim di sekitarnya. Tanah, air dan udara di
senyawa beracun dari daur ulang limbah
sekitar lokasi pemrosesan limbah elektronik pun
elektronik telah muncul di berbagai negara. Ibu-
umumnya telah tercemar logam berat dan
ibu yang bekerja di lokasi daur ulang limbah
senyawa-senyawa beracun seperti PCB,
elektronik di Vietnam, misalnya, air susunya
PCDD/F, PAH, PBDE, BFR dan logam berat[13].
terdeteksi telah mengandung PCB
(polychlorinated biphenyls), Brominated flame
4. Contoh Kasus Pencemaran Limbah
retardans (BFR) seperti Polybrominated diphenyl
Elektronik di Indonesia
ether (PBDE) dan Hexabromocyclododecane
(HBCD)[14,15,16]. Para pekerja limbah
4.1. Munjul (Jakarta Timur)
elektronik di India dan Guiyu (Cina) di dalam
darahnya mengandung logam berat dan Seperti halnya di beberapa negara berkembang
senyawa beracun seperti PCB, PCDD/F, PBDE, lainnya, kasus pencemaran logam berat dari
dan Polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) dan limbah elektronik di Indonesia bukan merupakan
logam berat[16,17,18]. Hal serupa juga terjadi di isapan jempol. Masih tercatat dalam ingatan
Indonesia. Hal tersebut terjadi karena mereka bahwa pada tahun 2000-an. beberapa air sumur
umumnya tidak mengenakan pakaian pelindung, penduduk di daerah Munjul, Jakarta Timur
tidak memiliki keahlian spesifik, dan teknik terdeteksi tercemar logam berat seperti timbel,
pemrosesan limbah elektronik yang tidak ramah kadmium dan seng karena adanya aktivitas daur
lingkungan[19]. ulang limbah elektronik di sana. Dampak
langsungnya berupa timbulnya gatal-gatal di
3.2. Dampak Bahan Beracun dan Berbahaya badan dan penyakit saluran nafas pada
Bagi Kesehatan penduduk di sekitarnya[19].

Kebijakan Pengelolaan (Sri Wahyono) 19


4.2. Cinangka (Bogor) dan Curug (Tangerang) 5. Kebijakan Global Pengelolaan Limbah
Elektronik
Kasus lainnya juga terjadi di Tangerang, Bogor
dan Tegal. Pada tahun 2009-2010 telah Oleh karena dampaknya yang buruk bagi
dilakukan sampling kandungan timbel dalam kesehatan dan lingkungan, serta peredaran
darah murid sekolah di Kampung Cinangka ilegal lintas batas negara, limbah elektronik telah
(Kabupaten Bogor) dan Kampung Curug mendapatkan perhatian internasional. Perlunya
(Kabupaten Tangerang) oleh Blacksmith Institute pengelolaan limbah elektronik yang berwawasan
bekerja sama dengan Indonesian Lead lingkungan untuk proteksi lingkungan dari
Information Center. Kedua kampung tersebut pencemaran menjadi subyek dari Konvensi
merupakan kampung yang di dalamnya terdapat Basel COP 6 tahun 2002 di Jenewa.
aktivitas peleburan aki (accu) bekas. Hasil Perhatiannya berlanjut pada COP 8 tahun 2006
samplingnya sangat memprihatinkan karena di Nairobi yang bertemakan Creating Innovative
seluruh anak yang dites (40 anak) memiliki Solutions throught the Basel Convention for
kandungan timbel dalam darahnya melebihi Environmentally Sound Management of
ambang batas WHO yaitu di atas 10 mikrogram Electronic Waste dengan membentuk forum
perdesiliter [20]. Di Kampung Cinangka, rata-rata dunia tentang pengelolaan limbah elektronik
kandungan timbel dalam darah mereka 36,62 yang berwawasan lingkungan. Hal tersebut
mikrogram perdesiliter, sedangkan di Kampung melahirkan Deklarasi Nairobi yang memberikan
Curug 24,18 mikrogram perdesiliter. Kandungan mandat dan road map strategi pengelolaan
timbal di dalam sampel tanahnya juga di atas limbah elektronik. Selanjutnya, COP 9 di Bali
ambang batas (400 ppm). Kandungan timbal menegaskan komitmennya terhadap
rata-rata dari 1300 sampel tanah adalah 4.179 pengelolaan limbah elektronik dengan program
ppm[21]. public private partnership, penyusunan pedoman
teknis pergerakan limbah elektronik lintas
4.3. Serpong (Tangerang Selatan) negara, implementasi program untuk
pengelolaan limbah elektronik yang berwawasan
Sementara itu, pada tahun 2005 daerah
lingkungan di Asia, Afrika dan Amerika Selatan.
Serpong dan Tangerang, udara ambiennya
Umumnya negara-negara berkembang,
terdeteksi mengandung timbel di atas ambang
3 termasuk Indonesia, belum memiliki regulasi
batas yaitu 1,8 6 mg/m . Standar baku mutu
3 khusus yang mengatur pengelolaan limbah
lingkungan menurut WHO adalah 0,5-1,5 mg/m .
elektronik. Akibatnya, sistem pengelolaan yang
Hal tersebut disinyalir berasal dari kegiatan
baik tentang limbah elektronik yang meliputi
peleburan aki bekas yang ada di sekitar daerah
pengumpulan dan transportasi, pemretelan
tersebut[19]. Di daerah tersebut dan DKI Jakarta
(dismantling), daur ulang, dan pemrosesan akhir
tercatat lebih dari 70 buah lokasi peleburan
masih belum berjalan baik. Mengingat dampak
timbal dari aki bekas. Tingginya kadar timbel di
buruk yang diakibatkan oleh sektor informal
udara disinyalir sebagai penyebab tingginya
dalam pengelolaan limbah elektronik, diperlukan
kadar timbel di dalam darah anak-anak SDN
langkah yang tegas dan terarah.
Setu 01 dan SDN Puspiptek yang secara
Industri pengelolaan limbah elektronik
berturut-turut adalah 7,1 mikrogram per desiliter
seharusnya berdiri sebagai bagian dari industri
dan 9,0 mikrogram per desiliter[21].
pengelola limbah B3. Industri tersebut harus
memiliki lisensi pengumpulan dan
4.4. Pasarean (Tegal)
pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan.
Hal yang mirip juga terjadi Kampung Pesarean Di negara maju, kegiatan pengelolaan limbah
(Kabupaten Tegal), suatu kampung yang di elektronik diatur dengan ketat dan regulasi yang
dalamnya terdapat kegiatan peleburan jelas. Namun, biaya investasi dan O&M-nya
alumunium, timbel, tembaga dan seng. tinggi karena mengoperasikan teknologi yang
Kandungan logam dalam sampel tanah di ramah lingkungan. Karena pembiayaannya
sekitar peleburan sangat tinggi dan disinyalir mahal, maka tidak jarang beberapa industri
juga telah meracuni tubuh penduduk di kampung nakal melakukan ekspor limbah elektronik ke
tersebut[22]. negara lain secara ilegal seperti ke Ghana,
Kejadian-kejadian tersebut sungguh Nigeria, India, Cina, Thailand dan Indonesia.
memprihatinkan, karena efek dari logam berat Negara-negara tersebut menjadi sasaran
umumnya bersifat jangka panjang. Beberapa pembuangan limbah beracun dan berbahaya.
kasus seperti kanker, cacat bawaan, Kegiatan ekspor-impor limbah elektronik
menurunnya fungsi syaraf, idiot, dan sebagainya dilarang dalam Konvensi Basel, Kovensi
dapat muncul setelah beberapa puluh tahun. Stokholm dan juga UU No. 32 tahun 2009.
Oleh karena itu, hal tersebut tidak boleh Namun walaupun dilarang, kegiatan tersebut
dibiarkan dan harus dicarikan solusinya segera. masih terjadi dengan memanfaatkan keteledoran
pengawasan dan celah hukum. Hal tersebut

J. Tek. Ling. Vol. 14 No. 1 Januari 2013 Hal 17- 24 20


misalnya terjadi di Kawasan Industri di Jawa biaya ekstra pada setiap langkah
Timur, Batam dan Pare-pare[23,24]. Impor ilegal pengelolaannya.
limbah elektronik di Jawa Timur berasal dari
Amerika Serikat dan di Batam berasal dari 7. Program Extended Producer
Singapura dan Malaysia. Barang elektronik Responsibility (EPR)
bekas diimpor dalam dokumen impor limbah
Industri pengelola limbah elektronik resmi adalah
logam (scrap metal) untuk industri baja atau
ujung tombak dalam pengelolaan limbah
peralatan kantor.
elektronik yang berwawasan lingkungan. Untuk
Sebagian produk-produk tersebut kemudian
itu kinerjanya perlu dioptimalkan. Untuk
direkondisi dan diekspor ke Cina, Taiwan dan
mengatasi masalah tersebut, diperlukan regulasi
Hongkong serta dipasarkan di dalam negeri.
khusus pengumpulan, pengangkutan dan
Sebagian lagi didaur ulang dan di-recovery
daurulang dan pemusnahan limbah elektronik
material berharganya sedangkan residu
dan perlunya program extended producer
limbahnya dan ditimbun atau dibakar.
responsibility (EPR).
EPR adalah tanggung jawab produsen yang
6. Permasalahan Bahan Baku Industri
diperluas pada mata rantai produksi secara fisik
Pengelola Limbah Elektronik di Indonesia
dan pembiayaannya hingga pada tahap setelah
Di Indonesia jumlah industri pengelolaan limbah penggunaannya. Sayangnya wacana EPR yang
elektronik yang legal masih terbatas dan bersifat wajib (mandatory) masih belum diterima
umumnya berlisensi untuk kegiatan oleh Gabungan Pengusaha Elektronik Indonesia
pengumpulan dan pengangkutan yang berlokasi dengan alasan akan membebani biaya produksi
di Bekasi, Batam, Surabaya, dan Majalengka. barang elektronik, ketatnya persaingan
Hal tersebut berbeda dengan jumlah industri pemasaran produk-produk elektronik, dan
daur ulang limbah elektronik resmi di negara- beragamnya skala produksi industri elektronik.
negara tetangga yang relatif banyak seperti di Namun bagi industri elektronik transnasional
Malaysia (16 fasilitas besar, 138 kecil), Thailand seperti Dell Computer, Hewlett Packard, dan
(30 fasilitas), dan Jepang (49 fasilitas)[24]. Nokia, pelaksanaan EPR disambut baik karena
Industri yang mengantongi ijin pemanfaatan akan meningkatkan imej masyarakat sebagai
(dismantling, daur ulang dan recovery) masih industri hijau. Di beberapa negara Asia
sedikit. Operasinya pun belum dapat maksimal Tenggara, perusahaan-perusahaan tersebut
karena kesulitan jumlah bahan baku (limbah sedang mengembangkan program Take Back
elektronik) yang mencukupi untuk yaitu pengambilan kembali produk elektronik
mengoperasikan peralatannya. Bahan baku yang telah menjadi limbah.
masih terbatas dari sektor industri elektronik. Beberapa negara di Asia dan Eropa yang
Sebagai contoh, sebuah unit mesin canggih telah menerapkan EPR adalah Jepang, Korea,
pengolahan papan sirkuit elektronik (printed dan Taiwan. Di Jepang, pengangkutan dan daur
circuit board) yang bernilai milyaran di PT ulang limbah elektronik dibayar oleh konsumen.
Teknotama Lingkungan Internusa di Majalengka Sedangkan di Korea dan Taiwan daur ulang
belum dapat dioperasikan secara kontinyu limbah elektronik dibiaya oleh produsen. Di
karena sedikitnya bahan baku yang terkumpul Swiss, organisasi yang mengelola limbah
dan biaya pengoperasiannya. elektronik adalah organisasi gabungan yang
Semestinya, industri pengolah limbah dibentuk oleh para produsen atau importir
elektronik selain mendapatkan bahan baku dari barang elektronik yang kemudian
sektor industri juga mendapatkan bahan pengolahannya diserahkan kepada industri daur
bakunya dari rumah tangga. Namun limbah ulang berlisensi[24].
elektronik dari sektor rumah tangga hampir Regulasi tentang EPR di negara-negara
seluruhnya diserap oleh sektor informal karena tersebut sudah jelas dan penerapannya pun
mereka berani membayarnya dengan harga serius. Di Indonesia, salah satu payung hukum
tinggi dan belum terciptanya sistem yang mengatur EPR adalah Peraturan
pengumpulan dan pengangkutan limbah Pemerintah No. 81 Tahun 2012 sebagai turunan
elektronik yang terarah. Mereka mampu dari UU No 18 tahun 2008[25,26]. Akan tetapi
membayarnya dengan harga tinggi karena peraturan tersebut diperuntukan untuk mengatur
mampu menekan biaya daur ulang limbah pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis
elektroniknya dengan tidak mempedulikan faktor sampah rumah tangga, bukan sampah spesifik
keselamatan lingkungan dan keselamatan kerja, seperti limbah elektronik. Dalam peraturan
tidak membayar pajak, tidak membayar biaya tersebut, produsen wajib menarik kembali (take
pengumpulan dan pengangkutan, dan residu back) sampah untuk diguna ulang dan
limbah dibuang secara ilegal. Sementara itu, dilaksanakan secara bertahap sesuai peta jalan
sektor formal sangat terikat pada prinsip (road map) persepuluh tahunan.
perlindungan lingkungan sehingga memerlukan

Kebijakan Pengelolaan (Sri Wahyono) 21


EPR tentang produk elektronik memerlukan 2. ---. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32
regulasi yang spesifik. Saat ini sedang dilakukan tahun 2009 tentang Perlindungan dan
proses formulasi dan pembahasan Rancangan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah (RPP) pengelolaan B3 3. ---. 2011. Where are WEE in Africa. Secretariat of
the Basel Convention, Geneva.
dan Limbah B3 dan Dumping B3; RPP Sampah
4. ---. 2011. Where are WEE in Africa. Secretariat of
Spesifik, dan Rancangan Undang-undang (RUU) the Basel Convention, Geneva. Puckett, J., Byster,
Bahan Kimia. Dalam RPP dan RUU tersebut L., dan Westervelt, S. 2002. Exporting HarmThe
hendaknya terdapat pasal-pasal yang dapat High-Tech Trashing of Asia. The Basel Action
memayungi program EPR. Network (BAN) dan Silicon Valley Toxics Coalition
Perumusan program EPR hendaknya (SVTC).
mencakup perumusan tata laksana sistem 5. Puckett, J., Byster, L., dan Westervelt, S. 2002.
pengumpulan limbah elektronik, sistem take Exporting Harm: The High-Tech Trashing of Asia.
back dengan memberikan insentif untuk The Basel Action Network (BAN) dan Silicon
Valley Toxics Coalition (SVTC).
meningkatkan kepedulian masyarakat, sistem
6. Arensman, R. 2000. Ready for Recycling?
public private partnership seperti menyediakan Electronic Business Magazine, November 2000.
penampungan di supermarket untuk 7. UNEP. 2007. E-Waste, Volume I : Inventory
pengumpulan, menyediakan teknologi yang Assessment Manual. United Nations
berwawasan lingkungan kepada industri Environmental Programme, Division of
pengolah limbah elektronik, skema subsidi dari Technology, Industry dan Economics International
pemerintah, dan sebagainya. Environmental Technology Centre, Osaka.
Perumusan tersebut juga perlu 8. UNEP. 2011. Basel Convention on the Control of
mengintegrasikan sektor informal sebagai Transboundary Movements of Hazardous Wastes
and their Disposal. United Nations Environmental
pemain eksisting misalnya sebagai bagian dari
Programme, Geneva.
kegiatan pengumpulan limbah dari sektor rumah 9. Terazono, A. dan Yoshida, A. 2009. Environmental
tangga. Namun tidak tertutup kemungkinan, Management System of E-waste in
sektor informal yang telah memenuhi syarat- Formal/Informal Sector. E-waste Training
syarat tertentu dapat diformalkan sesuai dengan Workshop for Asia and the Pacific, 12 Aug 2009,
regulasi yang berlaku. Hanoi, Vietnam.
10. Damanhuri, E dan Sukandar. 2006. E-waste
8. Kesimpulan Disposal dan Health and Safety in 5R of E-waste.
BCRC-SEA Workshop on E-Waste, Siem Reap.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan 11. ---. 2011. Recycling and disposal of electronic
gaya hidup, limbah elektronik semakin waste, Health hazards and environmental impacts.
meningkat jumlahnya dan semakin beragam The Swedish Environmental Protection Agency
jenisnya. Umumnya, limbah elektronik 12. Allsopp, M., Santillo, D. dan Johnston, P. 2006.
dikategorikan sebagai limbah B3 sehingga dapat Environmental and Human Health Concerns in the
Processing of Electrical and Electronic Waste.
mencemari lingkungan hidup dan Greenpeace Research Laboratories, Department
membahayakan kelangsungan hidup manusia of Biological Sciences, UK.
serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan 13. Robinson, B. 2009. E-waste: An assessment of
limbah elektronik yang tidak memperhatikan tata global production and environmental impacts.
kelola lingkungan akan mengakibatkan Science of the Total Environment 408 (2009) 183
pencemaran logam berat dan senyawa beracun 191
yang tidak terkendali yang bersifat lintas batas 14. Tue, N.M, Sudaryanto, A., Nhat, B.H., Takahashi,
negara. Untuk itu berbagai upaya global dan S., Viet, P.H., dan Tanabe, S. 2009.
Contamination by PCBs and BFRs in Vietnamese
lokal telah dan sedang dilakukan untuk
Human Milk Associated with Recycling of E-waste.
mencegah terjadinya degradasi lingkungan yang Interdisciplinary Studies on Environmental
semakin buruk. Kasus-kasus lingkungan akibat Chemistry Environmental Research in Asia,
limbah elektronik bukan hanya terjadi di luar Hal. 9197, TERRAPUB, 2009.
negeri, tetapi juga di Indonesia. Dukungan dari 15. Muto, M., Isobe, T., Ramu,K., Tue, N.M., Viet,
berbagai pihak diperlukan untuk terwujudnya P.H., Takahashi, S., dan Tanabe, S. 2012.
program extended producer responsibility (EPR) Contamination of Brominated Flame Retardants
bagi produk-produk elektronik di Indonesia untuk (BFRs) in Human Hair from E-waste Recycling
pengelolaan limbah elektronik yang Site in Vietnam. Interdisciplinary Studies on
Environmental ChemistryEnvironmental
berkelanjutan.
Pollution and Ecotoxicology, hal. 229237,
TERRAPUB, 2012
Daftar Pustaka 16. Xing, G.H., Chan, J.K., Leung, A.O., Wu, S.C. dan
1. ---. 2012. Pemetaan Teknologi Pengolahan Limbah Wong, M.H. 2009. Environmental impact and
Elektronik. Pusat Pengkajian Industri Hijau dan human exposure to PCBs in Guiyu, an electronic
Lingkungan Hidup, Badan Pengkajian Kebijakan, waste recycling site in China. Environment
Iklim, dan Mutu Industri. International 35 (2009) 7682

J. Tek. Ling. Vol. 14 No. 1 Januari 2013 Hal 17- 24 22


17. Zheng, L., Wu, K., Qi, Y., Han, D, Zhang, B., Gu, 21. Lubis, E. 2006. Pelacakan Sumber Pencemaran
C., Chen, G., Liu, J., Chen, S., Xu, X., dan Huo, X. Timbal di Serpong. Buletin Limbah, Vol. 10 No. 2
2008. Blood lead and cadmium levels and relevant 22. Halimah. 2012. Toxic Pollution in Indonesia,
factors among children from an e-waste recycling Conference to Discuss a Global Alliaqnce to
town in China. Environmental Research 108 Addres Legacy Pollution and Its Human Health
(2008) 15 20 Impact in Low and Middle Income Country.
18. Guo, Y., Huang, C. Zhang, H. dan Dong, Q. 2009. Bellagio, Italy, July 2-6, 2012
Heavy Metal Contamination from Electronic Waste 23. Purwandari, L. 2009. E-waste Preliminary
Recycling at Guiyu, Southeastern China. J. Inventory Studies and Coming Activities.
Environ. Qual. 38:16171626 (2009). Workshop of The Asian Network for Prevention of
19. Brigden, K., Labunska, I., Santillo, D. dan Allsopp, Illegal Transboundary Movement of Hazardous
M. 2005. Recycling Of Electronic Wastes In China Waste, Kuala Lumpur.
& India: Workplace & Environmental 24. Indriani, C. 2012. Policies, Practise and Problems
Contamination, Greenpeace International, Agustus of EPR on E-Waste Management In Sea and
2005 Other Countries. Focus Group Discussion on E-
19. Safrudin, A dan Sitorus, A. 2010. E-waste Waste Management Jakarta, Indonesia, 22
Separate, Discharge and Collection. Regional September 2012
Technical Training Workshop on Environmentally 25. ---. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18
Sound Collection, Separation and anagement of E- tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Wastes, Ministry of Environment of Indonesia - 26. ---. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Secretariat of the Basel Convention - Basel Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan
Convention Regional Centre for South-East Asia, Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Jakarta, 13 15 July 2010 Sampah Rumah Tangga.
21. Safrudin, A dan Sitorus, A. 2010. In the Red Zone
Survival, Lead Exosure, and Its Impact of ULAB
Recycling in Jakarta. Blacksmith Institute
20. ---. 2010. Southeast Asia Jakarta, Indonesia. 2010
Annual Report, Blacksmith Institute.

Kebijakan Pengelolaan (Sri Wahyono) 23

Anda mungkin juga menyukai