Anda di halaman 1dari 5

ELECTRONIC WASTE

(SUSTAINABILITTY REPORTING AND ASSURANCE)

WIWI ADAWIYAH
161210058
7 AKUNTANSI A/SI-PAGI

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KESATUAN BOGOR


Jalan Ranggagading No. 01 Bogor, 16123

Telp. (0251) 8337733 – 8358787, Fax. (0251) 8319925


1. Pengertian E-waste
E-Waste atau Limbah Elektronik, merupakan istilah untuk barang-barang
elektronik yang sudah tidak terpakai dan dibuang, baik karena rusak atau
karena sudah ketinggalan jaman. Peralatan elektronik bekas yang dimaksudkan

untuk digunakan ulang, dijual kembali, upcycling, didaur ulang, atau dibuang juga
termasuk limbah elektronik. Pengolahan limbah elektronik secara tidak tepat di negara-
negara berkembang dapat menyebabkan efek buruk terhadap kesehatan manusia dan
polusi lingkungan.
Sampah elektronik memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan sampah
domestik (sampah rumah tangga), dan jauh lebih berbahaya. Sampah elektronik tidak
“sesederhana” sampah domestik, yang kebanyakan adalah sampah organik sisa
makanan, kertas, atau plastik. Dalam satu unit komputer misalnya, ada ratusan bahan
kimia yang digunakan. Merkuri, timah (lead), tembaga (copper), cadmium, misalnya.
Bahan-bahan kimia ini dikenal sebagai penyebab kanker, gangguan sistem tubuh, dan
bahkan kematian dalam dosis yang fatal. Bahan-bahan kimia tersebut jugamemiliki
karakteristik “tahan lama”, dapat menyebar jarak jauh melalui udara dan air, serta
terakumulasi di tubuh manusia. Dan ketika dibuang/ditimbun(landfill), bahan-bahan
kimia tersebut mengalami proses dekomposisi dan masuk ke dalam tanah, lalu dari sana
mengalir ke water stream, dan selanjutnya, dapat ditebak dengan mudah bagaimana
akhirnya. Air adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan. Ketika dibakar, sampah
elektronikdapat melepas dioksin, produk samping industri yang dikategorikan sangat
beracun (Citraningrum, 2011).Jika salah pengelolaan, sampah elektronik yang banyak
mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) akan memberi dampak negatif bagi
manusia.
2. E-waste di Asia

Akibat melonjaknya permintaan dan penggunaan gadget, antara 2010-


2015 sampah elektronik yang biasa disebut e-waste pun melonjak 63 persen di
Asia Timur dan Asia Tenggara, simpul laporan yang disusun Universitas PBB,
dalam laman New Scientist. Para peneliti telah meneliti generasi e-waste di 12
negara di Asia Tenggara dan Asia Timur, termasuk China, yang volume
sampah elektroniknya meningkat tajam dalam lima tahun ini. Para peneliti
melihat faktor-faktor yang menaikkan e-waste, yang meliputi meningkatnya
produk gadget di pasar, naiknya kelas menengah yang bisa membeli lebih dari
satu gadget, dan cepatnya turnover gadget akibat pesatnya perubahan
teknologi tinggi dan gaya hidup.
Saat Asia memproduksi volume e-waste terbesar di dunia, sampah e-waste
di Eropa dan Amerika mencapai empat kali dari per kapita mereka. Sejumlah
besar e-waste di negara-negara Barat itu telah diekspor ke negara-negara
miskin sehingga memperbanyak sampah elektronik di negara-negara miskin,
padahal kebanyakan dari negara-negara ini kekurangan infrastruktur yang
aman dan bersih untuk mendaur ulang.

3. E-waste di Indonesia
Selama 10 tahun terakhir jumlah barang elektronik, seperti televisi, lemari
pendingin, dan komputer di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis
dan mengakibatkan limbah elektronik juga terus meningkat. Beberapa komponen
peralatan listrik dan elektronik bekas maupun limbahnya (e-waste) membutuhkan
pengelolaan yang memenuhi syarat, karena mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3).
Batam adalah salah satu lokasi tujuan limbah elektronik dan barang bekas.
Batam yang berada di perbatasan Indonesia ini menjadi tempat masuk keluarnya
barang – barang elektronik. Tak hanya barang barang elektronik resmi, barang
elektronik illegal alias black market dapat kita temui disini. Mulai dari ponsel,
komputer, laptop, tablet hingga peralatan canggih lainnya dapat kita temui disini.
Tapi ternyata, Batam merupakan salah satu jalur masukknya barang-barang e-waste
yang datang dari negara lain.
Barang elektronik bekas yang dipasarkan di Kota Batam sebagian besar berasal
dari impor, terutama dari Singapura. Jenis limbah elektronik antara lain berupa
kabel, srab plastik, solder, tabung kaca, sarang televisi, monitor, komputer,
handphone, dll. Pasar-pasar elektronik bekas terkumpul di titik-titik seperti Batam
Center, Pasar Aviari, Pasar Sengkuang, Jalan Batu Aji, dan mall-mall. Barang
elektronik bekas sangat diminati di Batam karena pangsa pasar yang sangat besar
dengan orientasi harga yang murah walaupun umur pemakaian yang lebih pendek,
daripada membeli komponen yang perbaikannya lebih mahal lebih baik membeli
yang baru atau yang bekas lagi.
4. E-Waste di Bogor
darah murid sekolah di Kampung Cinangka (Kabupaten Bogor) dan Kampung
Curug (Kabupaten Tangerang) oleh Blacksmith Institute bekerja sama dengan
Indonesian Lead Information Center. Kedua kampung tersebut merupakan
kampung yang di dalamnya terdapat aktivitas peleburan aki (accu) bekas. Hasil
samplingnya sangat memprihatinkan karena seluruh anak yang dites (40 anak)
memiliki kandungan timbel dalam darahnya melebihi ambang batas WHO yaitu di
atas 10 mikrogram perdesiliter [20]. Di Kampung Cinangka, rata-rata kandungan
timbel dalam darah mereka 36,62 mikrogram perdesiliter, sedangkan di Kampung
Curug 24,18 mikrogram perdesiliter. Kandungan timbal di dalam sampel tanahnya
juga di atas ambang batas (400 ppm). Kandungan timbal rata-rata dari 1300 sampel
tanah adalah 4.179 ppm[21].
5. Dampak E-waste
Limbah elektronik (electronic waste/e-waste) adalah barang elektronik yang
dibuang karena sudah tidak berfungsi atau sudah tidak dapat digunakan lagi. E-
waste perlu diwaspadai karena mengandung 1000 material. Sebagian besar
dikategorikan sebagai bahan beracun dan berbahaya, seperti logam berat (merkuri,
timbal, kromium, kadmium, arsenik, perak, kobalt, palladium, tembaga dan lainnya).
Beberapa limbah B3 dengan paparan risikonya, antara lain;
a. PCBs: banyak digunakan pada bahan plastik, perekat, trafo, kapasitor, sistem
hidrolis, ballast lampu, dan peralatan elektronik lainnya. Risiko: persisten di
lingkungan, mudah terakumulasi dalam jaringan lemak manusia dan hewan.
Mengganggu sistem pencernaan dan bersifat karsinogenik.
b. Arsenik: digunakan dalam industri elektronik, di antaranya pembuatan
transistor, semikonduktor, gelas, tekstil, keramik, lem hingga bahan peledak.
Risiko: menimbulkan gangguan metabolisme di dalam tubuh manusia dan
hewan, mengakibatkan keracunan bahkan kematian.
c. Kadmium: digunakan untuk pelapisan logam, terutama baja, besi dan
tembaga. Juga dalam pembuatan baterai dan plastik. Risiko: jika terisap
bersifat iritatif. Dalam jangka waktu lama menimbulkan efek keracunan,
gangguan pada sistem organ dalam tubuh manusia dan hewan.
DAFTAR PUSTAKA

Hasna Ningsih (2018) “Berkenalan dengan Limbah Elektronik (E-Waste), Sisi


Lain Kemajuan Teknologi”. https://warstek.com/2018/02/15/ewaste/

Carrol, chris (2008) “Limbah Elektronik”


https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_Elektronik

Binus University (2016) “Ada apa dengan sampah elektronik (E-WASTE)?”


https://sis.binus.ac.id/2016/09/16/ada-apa-dengan-sampah-elektronik-
e-waste/

Kompas.com (2017) "Sampah Elektronik Semakin Menggunung di Asia",


https://tekno.kompas.com/read/2017/01/17/15050037/sampah.elektro
nik.semakin.menggunung.di.asia

Sampah elektronik e-Waste di Indonesia (2015)


https://leeyonardoisme.wordpress.com/2015/05/06/sampah-elektronik-
e-waste-di-indonesia/

Kandungan berbahaya dalam E-waste https://environment-


indonesia.com/training/kandungan-berbahaya-dalam-e-waste/

Sri Wahyono (2012) journal “KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH ELEKTRONIK


DALAM LINGKUP GLOBAL DAN LOKAl”.

Anda mungkin juga menyukai