Anda di halaman 1dari 105

UNIVERSITAS INDONESIA

AUDIT ATAS ASET TETAP PT STD,Tbk

LAPORAN MAGANG

FIONA MUSSRI ASTUTI


1006756401

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JUNI 2014

Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

AUDIT ATAS ASET TETAP PT STD,Tbk

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Ekonomi

FIONA MUSSRI ASTUTI


1006756401

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JUNI 2014

Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014


Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan limpahan
karunia-NYA atas selesainya laporan ini dengan judul “Audit Atas Aset Tetap PT
STD,Tbk”. Dimana laporan ini bertujuan sebagai prasyarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan
mengucapkan terima kaish kepada semua pihak yang memberi bantuan, dorongan
serta semangat baik secara moril dan materil yaitu kepada:

1. Kedua orang tua penulis, H Muzhardi Kahar dan Muji Susilawati yang
telah tulus memberikan kasih sayang yang penuh kepada penulis serta
dorongan yang kuat secara materil hingga penulis dapat menempuh
pendidikan hingga bangku perkuliahan. Sulit bagi penulis untuk
mengungkapkan dengan kata-kata betapa besar rasa terima kasih kepada
keduanya. Serta kakak laki-laki tertua dan satu-satunya yang penulis miliki
Satria Hardi, terima kasih atas dorongan semangat yang diberikan. Sukses
untuk kita bang!. Semoga perjuangan ini memberikan kebahagian bagi
papa, mama, abang, i love you all.

2. Bapak M.Slamet Wibowo selaku dosen pembimbing selama penulis


melaksanakan pengerjaan laporan ini, yang bersedia meluangkan waktu,
memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.

3. Bapak Lufti Julian dan Ibu Dyah Setyaningrum selaku dosen penguji yang
telah menyediakan waktu dan pikiran serta memberikan masukan yang
sangat berguna dalam usaha penyempurnaan tugas akhir ini. Terima kasih
telah meluluskan penulis hingga akhirnya resmi menjadi sarjana.

4. KAP ABC Associate, selaku tempat magang penulis selama 4bulan.


Begitu banyak pengalaman yang penulis dapatkan selama magang disana.
PT STD,Tbk selaku klien KAP ABC Associate yang membantu penulis
dalam mengumpulkan data untuk keperluan laporan magang. Pak Didik

iv
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Wahyudianto selaku Partner in charge penulis selama magang, Ko Tjun-
Tjun selaku Manager in charge penulis selama magang, Kak Oja, Kak
Agnes, Kak Yenni, Kak Sita dan senior-senior divisi tosca yang bersedia
membimbing, mengajak dan memberikan ide-ide serta pengalaman yang
berharaga kepada penulis.

5. Dosen-dosen FEUI yang telah memberikan yang telah memberikan ilmu


dan pengajaran kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
laporan ini dengan ilmu yang telah diberikan., pegawai biro pendidikan
FEUI serta bapak-bapak di sekretariat Departemen Akuntansi FEUI yang
telah membantu penulis dalam memenuhi kebutuhan administrasi selama
penulis berkuliah di FEUI.

6. Sahabat terdekat penulis, Puteri Hardianty yang selalu ada disaat senang
maupun sedih, yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semangat kita pasti bisa pinces!
Dan Ramya Sausan yang selalu memberi dorongan dari jauh untuk
penulis.

7. Eva Ngalisca, Halida Ramadhani, Rika Fauzana, Farahdiba Arianti


sahabat sepenanggungan di FEUI. Terima kasih atas segala macam
dorongan, bantuan, kerjakeras yang kita lakukan akan membuahkan hasil
yang membanggakan. Keep moving forwards geng serta teman-teman
FEUI angkatan 2010 yang telah berbagi keceriaan dan pertemanan selama
empat tahun ini, serta rekan-rekan kepanitian yang pernah bekerja sama
dengan penulis.

8. Keluarga besar Kahar yang telah memberikan doa yang terbaik bagi
penulis, terutama kepada saudara sekaligus sahabat seperrmainan penulis
Nikita, Puput, Dara terima kasih atas keceriaan yang telah dibagi bersama
penulis.

9. The last but not least, Fadhil Akbar ST yang selalu menemani,
memberikan masukan, dorongan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini.

v
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Fiona Mussri Astuti

Program Studi : Akuntansi

Judul : Audit Atas Aset Tetap PT STD,Tbk

Laporan magang ini menjabarkan kegiatan penulis dalam pelaksanaan audit atas
aset tetap pada PT STD,Tbk untuk periode tahun 2013. Beberapa akun yang
terkait dengan siklus ini adalah akun aset tetap, penyusutan, dan nilai revaluasi.
Penulis menemukan bahwa pengendalian internal pada penilaian aset tetap belum
sepenuhnya efektif, khususnya dalam hal perhitungan nilai revaluasi dan
klasifikasi aset yang dinilai secara revaluasi. Berdasarkan prosedur audit yang
telah dilaksanakan, auditor menyimpulkan bahwa nilai aset tetap, penyusutan dan
penyajian dilaporan keuangan telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan
PSAK 16 (revisi 2011).

Kata kunci:
aset tetap, audit, penyusutan, PSAK 16 (revisi 2011)

vi
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
ABSTRACT

Name : Fiona Mussri Astuti

Studi Program : Accounting

Title : Audit for Fixed Asset PT STD,Tbk

This internship report explains author’s activities when conducting audit on fixed
assets of PT STD,Tbk for the year 2013. Several included are fixed assets,
depreciation, and revaluation of values. I found that the internal control in the in
the valuation of fixed assets has not been fully effective, particularly in terms of
the calculation of the value of revaluation and classification of revaluation assets.
Based on the audit procedures performed, the auditor concludes that the value of
fixed assets, depreciation and finance are reported presentation has been presented
fairly and accordance with PSAK 16 (revised 2011).

Key words:
audit, depreciation, fixed asset, PSAK 16 (revised 2011)

vii
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Magang............................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang...............................................................2

1.3 Tempat dan Waktu Magang .......................................................................... 2


1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang ...................................................................... 3
1.4.1 PT. T ....................................................................................................... 3
1.4.2 PT STD, Tbk ........................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang ................................................. 6
1.6 Metode Penulisan .......................................................................................... 6
1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang ....................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 8
2.1 Aset Tetap................................................................................................. 8
2.1.1 Definisi Aset Tetap ................................................................................ 8
2.1.2 Pengakuan Aset tetap ............................................................................ 10
2.1.3 Pengukuran Aset Tetap ......................................................................... 11
2.1.4 Penyusutan Aset tetap ........................................................................... 15
2.1.5 Pengungkapan Aset tetap ...................................................................... 18
2.2.1 Definisi Auditing .................................................................................. 19
2.2.2 Tujuan audit .......................................................................................... 21
2.2.3 Bukti audit............................................................................................. 23
2.3 Audit atas Aset Tetap .................................................................................. 25

viii
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
2.3.1 Tujuan Audit atas aset tetap .................................................................. 26
2.3.2 Prosedur audit atas aset tetap ................................................................ 27
BAB III PROFIL KAP & PERUSAHAAN KLIEN ........................................ 43
3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) RSM AAJ Associate........................ 43
3.1.1 Gambaran Umum .................................................................................. 43
3.1.2 Visi dan Misi RSM International .......................................................... 43
3.1.3 Lini Bisnis dan Jasa KAP RSM AAJ Associate ................................... 44
3.1.4 Struktur Organisasi KAP RSM AAJ Associate .................................... 45
3.1.4.1 Divisi .............................................................................................. 45
3.2 Profil Umum Perusahaan Klien (PT STD, Tbk) ......................................... 46
3.2.1 Gambaran Umum .................................................................................. 46
3.2.2 Tujuan, Visi dan Nilai-nilai Perusahaan ............................................... 48
3.2.3 Jenis Usaha dan Produk ........................................................................ 49
3.2.4 Kebijakan Aset Tetap PT STD, Tbk ..................................................... 50
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 54
4.1 Akuntansi atas Aset Tetap PT STD, Tbk .................................................... 54
4.1.1 Metode Penyusutan dan Masa Manfaat Aset Tetap PT STD,Tbk ....... 58
4.2 Proses Audit PT STD,Tbk ........................................................................... 59
4.2.1 Client acceptance and Re-evaluation ................................................... 59
4.2.2 Preplanning .......................................................................................... 60
4.2.3 Planning ................................................................................................ 65
4.2.4 Fieldwork .............................................................................................. 71
4.2.5 Completion and Reporting .................................................................... 86
BAB V KESIMPULAN & SARAN ................................................................... 87
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 87
5.2 Saran ............................................................................................................ 88
5.2.1 Saran bagi KAP RSM AAJ Associate .................................................. 88
5.2.2 Saran bagi PT STD,Tbk ........................................................................ 89
DAFTAR REFERENSI

ix
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
DAFTAR TABEL

Tabel 2.4.1 : Alternative audit strategy for income & expenditure accounts ....... 36
Tabel 2.4.2 : Audit Respone Table........................................................................ 36
Tabel 2.4.3 : Penentuan jumlah sample ................................................................ 37
Tabel 2.4.4 : Penentuan respon audit .................................................................... 38
Tabel 3.1.1.1 : Jenis jasa yang ditawarkan ............................................................ 44
Tabel 3.1.4 .1 : Struktur Perusahaan KAP RSM AAJ Associates ........................ 45
Tabel 4.1.1 Masa Manfaat Ekonomis berdasarkan Jenis Aset Tetap dan Aset tetap
lainnya PT STD,Tbk ............................................................................................. 59
Tabel 4.2.3.1 : Audit Respon Decision Tree ......................................................... 66
Tabel 4.2.3.2 : Penentuan Overall Materiality Limit (OML) untuk high risk client
............................................................................................................................... 68
Tabel 4.2.3.3 : Penentuan Overall Materiality Limit (OML) untuk low risk client
............................................................................................................................... 68
Tabel 4.2.4.5 : Penentuan Sample ......................................................................... 80
Tabel 4.2.4.6 : Penentuan Sampling reklamasi AUC ........................................... 83

x
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Aset tetap merupakan salah satu aset yang penting didalam kegiatan
produksi perusahaan. Tujuan utama dari pengadaan aset tetap adalah sebagai
modal kerja perusahaan tidak untuk diperjual-belikan, sehingga proses pengadaan
hingga penilaiannya harus dilakukan dengan tepat dan benar. Keputusan
perusahaan seringkali dihadapkan dengan permasalahan bagaimana cara
memperoleh aset tetap dengan modal biaya seminimal mungkin. Pada teorinya
perusahaan dapat memperoleh aset tetap dari beberapa metode seperti dengan
membeli secara tunai atau kredit, atau dengan cara sewa guna usaha. Nilai aset
tetap perusahaan akan mengalami peningkatan seiring dengan kondisi
perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu inflasi
dan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Meningkatnya
harga-harga di pasaran menyebabkan nilai dari suatu aset tetap yang dimiliki oleh
entitas usaha menjadi tidak wajar. Nilai sekarang suatu aset tetap yang diperoleh
beberapa tahun lalu tidak sama dengan harga perolehan aset tersebut yang tercatat
pada laporan posisi keuangan. Hal ini bisa terjadi karena akuntansi menganut
prinsip harga perolehan (historical cost), dimana nilai suatu aset dicatat
sebesar harga perolehannya. Faktor ini mendorong perusahaan untuk melakukan
revaluasi pada aset tetapnya agar sesuai dengan nilai yang wajar. Kewajaran
penilaian aset tetap suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (revisi 2011).

Dalam PSAK ini dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode. Seiring waktu berjalan, aset tetap akan
mengalami penyusutan (kecuali tanah). Revaluasi Aset Tetap adalah penilaian
kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap

1
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
2

tersebut dipasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan
perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset
tetap dalam laporan keuangan perusahaan tidak lagi mencerminkan nilai yang
wajar.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin membahas lebih dalam mengenai metode
revaluasi aset tetap pada perusahaan dan proses audit yang dilaksanakan untuk
aset tetap tersebut. Dalam pelaksanaan magang, penulis melakukan prosedur audit
untuk aset tetap PT STD,Tbk terkait dengan aset tetap dan metode revaluasi yang
mereka terapkan. Penulis memilih pembahasan ini karena penulis ingin melihat
apakah metode yang perusahaan terapkan itu sudah efektif dan efisien menurut
ketentuan akuntansi yang berlaku di Indonesia serta apakah metode revaluasi
menjadi solusi yang baik bagi perusahaan dalam menilai aset tetap.

1.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang

Menjelaskan prosedur audit yang dilaksanakan untuk aset tetap PT


STD,Tbk.

1.3 Tempat dan Waktu Magang

Program magang dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik ABC Associate


yang merupakan afiliasi dari ABC Internasional dan berlokasi di Jakarta,
Indonesia. Kegiatan ini berlangsung selama 3 bulan, dimulai dari 02 Januari 2014
sampai dengan 02 april 2014. Penulis ditempatkan sebagai junior auditor pada
divisi Tosca dengan line business audit assurance services.

1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang

Selama pelaksanaan proses magang di KAP ABC, penulis bertindak


sebagai junior auditor dan diberikan kesempatan untuk bergabung disalah satu
tim dan mengerjakan beberapa jenis klien. Sebagai junior auditor penulis bertugas

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
3

sebagai asisten senior in charge dalam melaksanakan audit lapangan. KAP ABC
memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh karyawan, baik peserta
magang ataupun karyawan tetap perusahaan. KAP ABC memberikan kewajiban
dan hak yang telah ditentukan sebelumnya didalam kontrak kerja. Peserta magang
wajib melaksanakan setiap peraturan yang ada. Peserta magang juga berkewajiban
melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Selama proses magang berlangsung penulis mendapatkan 2 jenis klien dengan
industri yang berbeda, dimana salah satunya adalah PT STD,Tbk yang akan
dibahas pada laporan magang ini. Aktivitas yang penulis lakukan selama proses
magang berlangsung adalah audit laporan keuangan dimulai dari identifikasi jenis
klien, memahami nature akun klien, hingga mendokumentasikan atas penugasan
yang dilakukan dalam bentuk sebuah kertas kerja atau disebut juga dengan
workingpaper. Workingpaper atau wp yang disiapkan atas akun tertentu seperti
kas dan setara kas, aset tetap, beban operasional, equity dan other income
(expense). Selain itu penulis juga berlaku sebagai profesional audit ketika
melakukan inquiry kepada klien, seperti melakukan stock opname, menyiapkan
konfirmasi bank, vouching (memeriksa dokumen pendukung dan mencocokan
dengan data yang diterima dari klien) serta merekap data sebagai bukti dalam
prosedur audit. Penulis berpedoman kepada prosedur audit yang diterapkan oleh
KAP tersebut selain itu penulis juga dibimbing dan diberikan arahan oleh senior
in charge dalam melaksanakan proses audit.

1.4.1 PT. T
Klien pertama yang penulis dapatkan adalah merupakan sebuah
perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
dimana perusahaan ini bergerak dibidang jasa sistem teknologi yang terintegrasi,
termasuk impor, perdagangan distribusi serta jasa perawatan komputer. Perusahan
ini memiliki 17 entitas anak belum termasuk entitas-entitas anak yang belum
beroperasi, yang mana sebagian besar dari entitas anak tersebut diaudit oleh
auditor KAP ABC (perusahaan induk).
Team audit yang telah ditentukan mempersiapkan proses audit interim
untuk bulan september 2013. Namun, ditengah proses audit berlangsung

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
4

engagement tersebut dibatalkan oleh pihak managemen klien, sehingga proses


audit pun dihentikan demi hukum untuk periode september 2013. Proses audit ini
disebut dengan limited review. Selama proses audit berlangsung penulis
mendapatkan kesempatan untuk membantu senior dalam menyiapkan
workingpaper atau wp beberapa akun dan mereview atas laporan keuangan klien
as of september 2013. Workingpaper yang penulis siapkan adalah kas & setara
kas dan beban operasional. Penulis melakukan analytical review pada laporan
keuangan perusahaan untuk dapat mengetahui nature akun yang ada dilaporan
keuangan tersebut. Penulis mendokumentasikan pada sebuah workingpaper atau
wp dan memastikan apakah ada kenaikan/penurunan dari mutasi akun selama
tahun berjalan. Selain itu penulis juga mendapatkan kesempatan berdiskusi
bersama senior untuk melakukan inquiry kepada klien. Proses tersebut tidak
berlangsung lama karena dokumen pendukung yang auditor butuhkan belum
terpenuhi oleh klien. Sehingga proses tersebut tidak dapat dilanjutkan.

1.4.2 PT STD, Tbk


Klien kedua yang penulis dapatkan adalah PT STD,Tbk yang merupakan
perusahaan manufaktur yang menjalankan industri logam besi dan baja serta
industri sarana penunjang industri untuk otomotif dan kendaraan bermotor.
Perusahaan berkedudukan di Surabaya.
Prosedur yang penulis lakukan selama proses audit adalah :
a. Melakukan pemahaman terhadap bisnis klien.
Penulis diarahkan untuk mengenali line bisnis klien secara
keseluruhan melalui berbagai sumber seperti laporan keuangan,
laporan hasil audit dan dari beberapa sumber lainnya. Karena
dengan memahami bisnis klien secara umum maupun mendetail
maka akan memudahkan kita untuk mengetahui nature dari akun-
akun yang disajikan klien.
b. Melakukan prosedur pengujian subtantif pada beberapa akun klien
diantaranya kas & setara kas dan aktiva tetap
Penulis diberikan kepercayaan dan tanggung jawab dalam
mengerjakan workingpaper dari kedua akun tersebut. Prosedur

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
5

yang penulis lakukan adalah pengujian subtantif dari kedua akun.


Untuk akun kas & setara kas beberapa prosedur yang dilakukan
adalah :
• Dokumentasi atas konfirmasi bank yang didapatkan atas
klien tersebut.
• Dokumentasi pernyataan bank (bank statement) yang
didapatkan dari bank klien yang bersangkutan.
• Melakukan pengecekan dan rekap rekening koran yang
telah diterima, dimana kita harus memastikan bahwa nilai
nominal yang tercantum didalam rekening koran adalah
sama dengan nilai nominal yang tercantum didalam neraca
saldo. Penulis juga diarahkan untuk melihat mutasi dan
penyesuaian yang ditemukan.
• Melakukan uji valuasi kas atas kurs dari nilai mata uang
yang digunakan oleh PT STD yaitu Dollar Amerika dan
Rupiah. Pengujian yang dilakukan adalah mentranslasi
mata uang kedalam kurs utama yang digunaka PT STD,
Tbk. Kurs tersebut merupakan kurs tengah Bank
Indonesia yang mana akan dicocokan dengan nilai yang
tercatat.
c. Melakukan vouching terhadap dokumen-dokumen pendukung atas
akun aset tetap seperti untuk mengetahui berapa besar beban
penyusutan yang dikeluarkan setiap tahunnya dan untuk melihat
tanggal pengakuannya. Selanjutnya penulis akan mulai dengan
melihat efek yang diberikan oleh beban penyusutan pada tahun
berjalan. PT STD,Tbk menggunakan metode revaluasi eliminasi
untuk penghitungan aset tetap mereka. Aset tetap ini dinilai oleh
profesional yang disebut dengan apraisal.

1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang

Ruang lingkup penulisan laporan magang ini adalah menjelaskan beberapa hal
mengenai :

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
6

1. Perlakuan akuntansi atas aset tetap pada PT STD, Tbk


2. Prosedur audit yang dilakukan oleh KAP ABC atas akun aset tetap
pada perusahaan yang bergerak di indusri manufaktur yaitu PT STD,
Tbk

1.6 Metode Penulisan

Metode penulisan dalam laporan magang ini adalah studi pustaka dan
observasi. Studi pustaka digunakan untuk membuat landasan teori dalam
laporan magang ini. Selain itu observasi merupakan suatu cara dimana penulis
terlibat langsung dilapangan dalam proses audit selama menjalankan magang
di KAP ABC.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang

BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang dan tujuan program magang, tempat dan
waktu pelaksanaan magang, pelaksanaan kegiatan magang, ruang lingkup
penulisan laporan magang, metode penulisan dan sistematika penulisan
laporan magang.

BAB II : Landasan Teori


Bab ini berisikan kerangka teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran
dalam melakukan pembahasan dan analisis. Adapun teori yang dibahas pada
bab ini adalah teori mengenai aset tetap. Selain itu didalam pembahasan ini
tertuang landasan teori mengenai tujuan audit, tahapan dalam proses audit, dan
materi pengauditan secara detail untuk aset tetap. Teori yang digunakan
diambil dari beberapa sumber seperti buku teks kuliah, buku umum, ketentuan
dari badan regulasi seperti PSAK dan ISA serta webside resmi perusahaan.

BAB III : Profil KAP dan Perusahaan


Bab ini berisikan tentang profil dari KAP ABC tempat pelaksanaan
magang. Selain itu dijelaskan juga profil perusahaan klien yang merupakan

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
7

obyek dalam proses audit dan pembahasan dalam laporan magang penulis
yaitu PT STD, Tbk. Profil perusahaan mencakup sejarah singkat perusahaan,
susunan organisasi dan kebijakan akuntansi terkait aset tetap di PT STD, Tbk.

BAB IV : Pembahasan dan Analisis


Bab ini berisikan tentang perlakuan akuntansi yang digunakan oleh PT
STD, Tbk pada akun aset tetap. Selain itu bab ini juga membahas keterkaitan
dengan regulasi akuntansi yang ada di Indonesia. Hal terpenting lainnya
adalah pada bab ini akan dibahas analisa prosedur audit menurut KAP ABC
yang akan dilaksanakan pada akun aset tetap PT STD, Tbk tersebut.

BAB V : Kesimpulan dan Saran


Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari seluruh isi laporan magang dan
memuat saran yang ditujukan kepada perusahaan klien dan KAP ABC untuk
meningkatkan kinerja masing-masing pihak.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Aset Tetap

2.1.1 Definisi Aset Tetap


Aset tetap merupakan aset yang digunakan untuk proses produksi suatu
entitas dan tidak untuk dijual. Aset tetap atau aktiva tetap merupakan bagian dari
aset tidak lancar dan memiliki masa ekonomis yang lebih dari setahun.

Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) aset tetap adalah :

“ Aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi


suatu entitas bisnis untuk penyediaan barang atau jasa yang dijual atau
disewakan untuk tujuan administratif dan digunakan dalam lebih dari satu
periode (satu tahun.)”

Yang termasuk kedalam golongan aset tetap menurut Kieso, Weygandt dan
Warfield adalah tanah, bangunan dan prasarana, serta mesin atau alat-alat. Adapun
karakteristik yang diungkapkan untuk menentukan sebuah aset tetap menurut
Kieso et al., (2011) adalah :

1. Aset tetap digunakan untuk operasi dan tidak untuk dijual


Adapun semua aset yang digunakan dalam proses produksi dapat
diklasifikasikan sebagai aset tetap. Sebagai contoh tanah yang
digunakan untuk membangun sebuah gudang yang berfungsi untuk
sebagai tempat memproduksi barang yang akan dijual.
2. Aset tetap bersifat jangka panjang dan biasanya terjadi penyusutan
Entitas akan mengestimasi biaya yang digunakan untuk berinvestasi
pada aset tetap dengan mempertimbangkan periode dimasa depan
disebut dengan penyusutan. Entitas bisnis akan mendapatkan manfaat
atas aset tetap selama masa ekonomis masih berjalan.

8
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
9

3. Aset tetap memiliki substansi secara fisik


Aset tetap itu terlihat fisiknya sehingga dapat digunakan bertahun-
tahun. Hal inilah yang membedakan aset tetap dengan aset tidak
berwujud yang mana entitas bisnis hanya dapat merasakan manfaat
atas nilainya saja. Selain itu aset tetap berbeda dengan bahan baku
yang mana aset tetap tidak merupakan bagian dari produk yang akan
dijual karena aset tetap tidak bertujuan untuk dijual.

Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011), yang dimaksud aset tetap adalah :


“aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi atau
penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk
tujuan administratif dan diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.”

Sedangkan menurut Arens at.el, (2009) aset tetap merupakan:


“aset yang memiliki masa ekonomis yang lebih dari satu tahun dan
digunakan dalam proses bisnis serta tidak untuk dijual.”

Adapun definisi lain yang dikemukakan Horngren & Harison (2007) adalah :
“Aset yang dapat digunakan dalam jangka yang lama dan bentuk fisiknya
memberikan kegunaan dari aset tersebut.”

Dapat disimpulkan bahwa aset tetap merupakan aset berwujud yang


digunakan dalam proses produksi suatu entitas bisnis dan memiliki masa manfaat
jangka panjang. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik,
alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, komputer dan tanah serta
aset tetap lainnya tergantung entitas masing-masing menentukan aset tersebut
tergolong aset tetap yang digunakan dalam proses produksi. Karena memiliki
masa manfaat jangka panjang maka aset tetap mengalami sebuah penyusutan.
Menurut Arens at.el, (2009) yang disebut dengan penyusutan adalah alokasi
sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.
Semua jenis aset tetap yang telah disebutkan diatas adalah aset tetap yang menjadi

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
10

subjek penyusutan kecuali untuk tanah atau lahan. Untuk menentukan besarnya
penyusutan yang terjadi pada aset tetap tersebut dapat digunakan beberapa jenis
metode seperti metode garis lurus (straight-line methode), metode saldo menurun,
dan metode jumlah unit. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan
ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa dengan dari aset oleh entitas dan
metode penyusutan direview setiap akhir tahun buku, jika terdapat perubahan
diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi. Penyusutan akan dimulai saat
aset tersebut digunakan dan akan berakhir ketika dijual atau dimaksudkan untuk
dijual dan habis masa manfaat ekonomisnya. Beban penyusutan untuk setiap
periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali jika beban tersebut
dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya.

2.1.2 Pengakuan Aset tetap


Menurut Kieso et al (2011), biaya perolehan aset tetap dapat diakui
sebagai aset tetap jika besar kemunginan manfaat ekonomis dimasa depan atas
aset tersebut mengalir ke entitas dan biaya perolehan dapat diukur secara andal.
Selain itu nilai-nilai yang dapat diakui sebagai aset tetap menurut PSAK 16 (revisi
2011) jika dan hanya jika kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat
ekonomis masa depan dari aset tersebut dan biaya perolehannya dapat diukur
secara andal. Yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah jumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahakn
untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau jika dapat
diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika pertama kali diakui sesuai
dengan prasyarat tertentu. Biaya perolehan tersebut dapat dikategorikan menjadi
dua jenis yaitu biaya perolehan awal dan biaya selanjutnya.

Biaya perolehan awal dimaksudkan aset tetap dapat diperoleh untuk alasan
keamaan dan lingkungan. Meskipun tidak secara langsung meningkatkan manfaat
ekonomis masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi
entitas untuk memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset lain, maka aset
tetap itu memenuhi syarat pengakuan sebagai aset. Dimana kemungkinan
pengadaan aset tersebut tidak secara langsung memberikan memberikan manfaat

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
11

ekonomis bagi entitas akan tetapi tanpa adanya aset tersebut maka entitas tidak
dapat memperoleh manfaat ekonomis masa di masa depan. Hal ini lah yang dapat
melandasi pengakuan aset tetap.Untuk biaya selanjutnya tidak dapat digolongkan
semua biaya kedalam pengakuan sebagai aset tetap. Biaya-biaya tersebut dapat
dikapitalisasi, jika memenuhi syarat dengan memberikan manfaat ekonomis
kepada entitas dimasa depan. Selanjutnya menurut PSAK 16 (revisi 2011)
paragraf 13, apabila suatu entitas melakkan pergantian secara periodik terhadap
komponen aset tetap dan entitas mengakui biaya penggantian komponen aset tetap
dalam jumlah tercatat aset tetap yang terjadi oleh karena memenuhi kriteria
pengakuan sebagai aset tetap.

2.1.3 Pengukuran Aset Tetap


Menurut Kieso et al (2011), entitas dapat menggunakan biaya historis
untuk menghitung nilai aset mereka, artinya mereka mengukur nilai tunai atau
setara kas untuk memperoleh aset dan membawanya kelokasi dituju dengan
kondisi yang baik untuk dapat digunakan sesuai tujuan manajemen. Untuk
pengakuannya Kieso mengatakan bahwa aset tetap tersebut ketika biaya yang
dikeluarkan terukur secara andal dan berasumsi bahwa entitas atau perusahaan
akan mendapatkan manfaat dimasa depan.
PSAK 16 (revisi 2011) menjelaskan bahwa aset tetap yang telah
memenuhi pengakuan sebagai aset tetap dapat diukur sebesar biaya perolehan
yang meliputi :
a) harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang
tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan
potongan lain;
b) setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset
tersebut siap digunakan sesuai maksud manajemen;
c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset. Kewajiban ini akan muncul ketika aset tetap

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
12

diperoleh atau sebagai konsekuensi pengguna aset tetap selama


periode tertentu untuk tujuan selain menghasilkan persediaan.

Selain itu menurut PSAK 16 (revisi 2011) ada beberapa biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung, biaya-biaya tersebut yakni :

• biaya imbalan kerja (definisi PSAK 24 : imbalan kerja);


• biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
• biaya penanganan dan penyerahan awal;
• biaya perakitan dan instalasi;
• biaya pengujian aset, melihat apakah aset dapat berfungsi dengan
baik;
• komisi profesional.

Adapun contoh biaya yang bukan merupakan biaya perolehan adalah biya
pembukaan fasilitas baru, biaya pengenalan produk dan jasa baru (marketing),
biaya penyelenggaraan bisnis baru di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru
termasuk didalamnya biaya fasilitas staff, dan biaya administrasi serta overhead
umum lainnya. Pengakuan sebesar biaya perolehan dapat disebut dengan
pengukuran awal. Pengukuran ini akan dihentikan ketika aset tetap tersebut
berada pada lokasi dan kondisi yang dinginkan untuk siap dipergunakan, oleh
karena itu biaya pemakaian dan penyusutan dalam kegiatan operasi tidak dapat
dimasukkan dalam pengukuran awal. Hal ini sama ketika aset tetap didapat
dengan cara konstruksi sendiri. Biaya perolehan yang diakui adalah biaya yang
dikeluarkan ketika aset tersebut kita peroleh bukan akumulasi biaya konstruksi
yang dikeluarkan. Jika entitas membuat aset tersebut serupa untuk dijual dalam
usaha normal maka biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya konstruksi
aset yang ingin dijual tersebut.

Secara akuntansi biaya perolehan awal yang dimaksud diatas adalah nilai
tunai dari aset yang didapat pada tanggal pengakuan. Jika aset diperoleh dengan
cara pembayaran tangguhan maka perbedaan harga tunai dengan total kredit yang
dibayarkan akan dicatat sebagai beban bunga pada masa angsuran, pengecualian
untuk beban yang dikapitalisasikan (PSAK 26 : biaya pinjaman).

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
13

Setelah pengakuan aset tetap diperoleh dan siap digunakan sebagai


maksud manajemen, maka akan muncul biaya-biaya terkait dengan penggunaan
aset tetap tersebut nantinya dalam proses produksi. Biaya-biaya yang muncul itu
akan ditentukan oleh entitas untuk dapat dicatat dalam aset tetap yang
bersangkutan. Entitas dapat memilih dua motode pengakuan yakni model biaya
(historis) atau model revaluasi. Model yang nantinya akan dipilih akan diterapkan
pada seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Menurut PSAK 16 (revisi
2011) yang dimaksud dengan pengukuran dengan menggunakan model biaya itu
adalah aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan yang terjadi selama satu periode tertentu dan akumulasi rugi atas
penurunan nilai (paragraf 30), sedangkan yang dimaksud dengan model revaluasi
adalah aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal dicatat pada
jumlah revaluasian yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi dengan
akumulasi penyusutan yang terjadi pada satu periode tertentu dan akumulai
penurunan nilai setelah tanggal revaluasi (paragraf 31). Jika entitas menggunakan
model revaluasi maka revaluasi harus dilakukan secara reguler untuk memastikan
bahwa nilai tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan
dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. Frekuensi revaluasi
tergantung dengan perubahan nilai wajar dari aset tersebut. Yang dimaksud
dengan nilai wajar adalah suatu jumlah yang digunakan untuk mengukur aktiva
yang dapat dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar (arm's length
transaction) yang melibatkan pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan yang memadai. Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) nilai wajar dari
tanah dan bangunan ditentukan melalui penilaian oleh seorang penilai profesional
atau disebut juga dengan appraisal berdasarkan bukti pasar, sedangkan untuk
pabrik dan peralatan nilai wajar yang digunakan adalah ditentukan oleh penilai.
Jika tidak ada nilai pasar yang dapat menjadi penentu nilai wajar maka
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penghasilan atau biaya pengganti
yang telah disusutkan (depreciated replacement cost).

Menurut PSAK 16 (revisi 2011), jika aset tetap direvaluasi maka


akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi akan diperlakukan dengan dua cara
yaitu :

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
14

• Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah


tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
dengan nilai revaluasian. Dilakukan apabila aset direvaluasi dengan
memberi indeks untuk mebentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.
• Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat
neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari
aset tersebut. Metode ini sering dipakai untuk bangunan.

Dalam perhitungan revaluasi akan terjadi kenaikan atau penurunan nilai


aset yang diharapkan tidak memiliki perbedaan yang material. Jika nilai aset
meningkat akibat revaluasi, maka berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) yakni
paragraf 39 maka kenaikan tersebut dikredit pada bagian surplus revaluasi.
Namun kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar
jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya
dalam laporan laba rugi. Dan sebaliknya jika jumlah tercatat aset menurun akibat
revaluasi maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun
penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke ekuitas pada bagian
surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus
revaluasi untuk aset tersebut.

Kieso et al. (2011), mengatakan bahwa terkadang aset tetap dapat dicatat pada
fair value ketika hal itu memungkinkan untuk dilakukan. Fair value yang didapat
harus memenuhi bukti yang cukup dengan penilaian seorang yang berkompeten.
Akan tetapi pada dasarnya kebanyakan entitas menggunakan model biaya
(historis) karena dianggap lebih mudah untuk diterapkan. Akan tetapi terkadang
ada entitas yang mengkombinasikan antara model biaya dan revaluasi untuk aset
tetap perusahaan. Dengan menggunakan model biaya entitas akan dapat menekan
biaya yang dikeluarkan untuk aset, sedangkan jika entitas menggunakan model
revaluasi umumnya akan menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi sehingga
beban penyusutan yang dihasilkan juga akan tinggi. Hal ini berakibat pada laba
bersih yang akan didapat menjadi lebih rendah. Jika entitas telah menerapkan
model revaluasi maka akan diterapkan kepada seluruh aset tetap pada kelompok

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
15

yang sama dan jika pada suatu masa entitas merubah model yang digunakan maka
perubahannya bersifat prospektif.

2.1.4 Penyusutan Aset tetap


Menurut PSAK 16 (revisi 2011) yang dimaksud dengan penyusutan adalah
alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur
manfaatnya sedangkan rugi penurunan nilai (impairment loss) adalah selisih dari
jumlah tercatat suatu aset dengan jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset
tersebut. Didalam aset tetap itu sendiri terdapat komponen-komponen yang
memiliki biaya perolehan ynag signifikan sehingga harus disusutkan secara
terpisah. Jika entitas menghitung penyusutan yang terjadi pada aset maka entitas
akan membebankan biaya penyusutan tersebut untuk setiap periode harus diakui
dalam laporan laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah
tercatat aset lainnya. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dialokasikan
secara sistematis sepanjang umur manfaatnya sedangkan nilai residu dan masa
manfaat akan direview diakhir tahunnya.
Sebuah aset tetap telah dapat disusutkan ketika aset tetap tersebut telah
siap digunakan oleh entitas. Dan nilai penyusutan tersebut akan terhenti ketika
aset tersebut siap untuk dijual, penyusutan itu tidak akan terhenti ketika aset
tersebut tidak digunakan. Nilai penyusutan akan mengurangi nilai aset itu sendiri.
Penyusutan akan diakui walau nilai wajar aset melebihi jumlah tercatat, sepanjang
nilai residu yang terjadi tidak melebihi nilai tercatat. Komponen yang menyangkut
dengan penyusutan itu sendiri adalah berapa jumlah yang dapat disusutkan dan
berapa umur manfaat yang akan ditentukan. Untuk jumlah yang dapat disusutkan
PSAK 16 (revisi 2011) menjelaskan bahwa nilai tersebut akan didapat setelah
dikurangi nilai residualnya dan akan dialokasikan selama masa manfaat aset
tersebut. Nilai residual sebagai jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas
setelah pelepasan aset setelah dikurangi dnegan taksiran biaya pelepasan. Akan
tetapi terkadang nilai residual aset tidak dianggap signifikan sehigga tidak
material dalam perhitungan jumlah tersusutkan.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
16

Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) entitas jarang untuk


mengalokasikan nilai residu aset sehingga dianggap nol “0”, akan tetapi untuk
beberapa jenis aset yang memiliki masa manfaat yang cukup panjang maka nilai
residual termasuk yang subtantial.
Selain jumlah yang tersusutkan komponen lainnya adalah umur aset atau
masa manfaat yang akan diterima oleh entitas jika menggunakan aset tersebut.
Masa manfaat atau umur ekonomis adalah lamanya waktu atau suatu periode
yang diperlukan sebuah aset tetap untuk memberikan manfaat selama digunakan
dalam operasi entitas. Entitas akan mendapatkan manfaat dari aset ketika telah
digunakan. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) ada beberapa hal yang
mengakibatkan entitas berhenti untuk menggunakan aset tersebut yaitu adanya
faktor fisik dan ekonomis. Faktor fisik yang dimaksud adalah terjadinya
keusangan secara teknis dari aset tersebut sehingga tidak dapat memberikan
manfaat terhadap kepentingan entitas. Dilihat dari faktor ekonomis terdapat
beberapa hal yang dapat menentukan umur manfaat sebuah aset tetap yaitu :
• Adanya perubahan atau peningkatan produksi barang karena terjadinya
perubahan permintaan dipasar sehingga mngakibatkan aset tidak efektif
lagi untuk digunakan oleh perusahaan;
• Dikarenakan perubahan itu mengharuskan entitas menukar aset yang lama
dengan aset yang baru yang mana lebih efektif dan efisien untuk memnuhi
permintaan atas barang;
• Kondisi hukum atau perjanjian yang mana tidak tergolong diantara dua
klasifikasi diatas.
Hal lain yang harus ditentukan oleh manajemen aset tetap adalah metode
penyusutan yang akan digunakan untuk menentukan berapa jumlah penyusutan
yang harus dikurangi dari penggunaan aset tetap. Metode penyusutan yang
digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa
dengan dari aset oleh entitas. Metode penyusutan direview setiap akhir tahun
buku, jika terdapat perubahan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi.
Metode yang akan dipilih akan diterapkan secara konsisten oleh entitas setiap
periodenya. Adapun jenis metode menurut yang dapat digunakan PSAK 16 (revisi
2011) yaitu :

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
17

• Metode garis lurus (straight line method)


Pada metode ini nilai penyusutan yang dihasilkan adalah sama setiap
tahunnya selama umur manfaat dengan asumsi nilai residu tidak
berubah.
• Metode saldo menurun (diminishing balance method)
Pada metode ini nilai penyusutan akan menurun sepanjang umur
ekonomis.
• Metode jumlah unit (sum of unit method)
Pada metode ini penyusutan yang terjadi berdasarkan besarnya
pengguanan atau output yang dihasilkan dari suatu aset.
Sedangkan menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) adalah:
• Activity method (unit of use or production)
Biasa disebut dengan variable-charge or units of production
mengasumsikan bahwa penyusutan diukur berdasarkan produktivitas
dan bukan berdasarkan waktu. Acuan yang digunakan adalah berapa
banyak jumlah unit yang diproduksi. Tetapi ada dibeberapa kasus unit
produksi sulit untuk diukur sehingga digunakan jumlah jam untuk
memproduksi. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

cost − residual value x Hours this year


ℎ =
Total estimated hours

• Straight line method


Penghitungan penyusutan melalui estimasi waktu tidak berdasarkan
fungsi penggunaan. Metode ini sangat banyak digunakan oleh entitas
karena dianggap paling mudah dan efisien. Dengan menggunakan
metode ini entitas mendapatkan nilai yang disusutkan setiap tahunnya
adalah sama selama masa manfaat aset. Dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Cost − residual value
ℎ =
Estimated service life

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
18

• Diminishing (accelerated)-charge method


Metode ini memberikan nilai penyusutan yang berbeda disetiap
tahunnya dimana pada umumnya penyusutan ditahun pertama akan
lebih besar dan akan mengecil ditahun-tahun selanjutnya. Metode ini
terbagi atas dua yaitu;
o Sum of the year digit
Biaya penyusutan akan menurun seiring dengan menurunnya
bilangan pengali yaitu berkurangnya tahun berjalan.

N N+1
ℎ =
2

o Declining-balance method
Menggunakan tingkat penyusutan yang merupakan dua kali dari
tingkat penyusutan metode garis lurus.
100% nilai perolehan
Depreciation charge = / x 23 x
umur ekonomis nilai buku

2.1.5 Pengungkapan Aset tetap

Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) dalam laporan keuangan hal-hal yang


diungkapkan terkait nilai aset tetap yaitu:
a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat
bruto;
b. Metode penyusutan yang digunakan;
c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir
periode
e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akir periode
f. Keberadaan dan jumlah restristik atas hak milik dan aset tetap yang
dijaminkan atas hutang;

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
19

g. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang
sedang dalam pembangunan;
h. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap;
i. Jumlah kompensasi pihak ketiga untuk aset yang mengalami
penurunan nilai, hilang/dihentikan yang dimasukan dalam laporan laba
rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah dari laporan laba rugi.

Hal diatas dapat dijadikan dasar untuk pengungkapan aset tetap selain hal diatas,
entitas sebaiknya mengungkapkan metode yang digunakan beserta jumlah dan
akumulasi penyusutan diakhir periode serta penentuan estimasi umur oleh
manajemen entitas, dimana hal ini dapat menjadi informasi bagi pengguna laporan
keuangan entitas.

2.2 Audit

2.2.1 Definisi Audit

Menurut Arens et al., (2009) audit adalah sebagai suatu proses


pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan kesesuaian atas informasi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, dimana audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen. Audit merupakan suatu tindakan untuk mencari kebenaran atas suatu
laporan keuangan yang dimiliki satu entitas. Audit dilakukan untuk meminimalisir
risiko bisnis yang akan timbul dari laporan keuangan entitas. Informasi yang
dimaksud adalah berupa bukti yang dapat mendukung opini audit nantinya.
Informasi-informasi tersebut akan dievaluasi oleh auditor sesuai dengan standar
yang berlaku sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia
seperti PSAK. Selain itu auditor juga dibekali oleh sebuah peraturan internasional
yakni ISA (International Standart on Auditing). Audit yang berdasarkan ISA
dilakukan pada asumsi dimana manajemen bertanggung jawab atas penyajian
laporan keuangan dimana hal ini menjadi dasar untuk dilakukannya audit. Audit
terhadap sebuah laporan keuangan tidak membebaskan manajemen atau pihak
yang bertanggung jawab dalam tata kelola perusahaan atas tanggung jawab yang

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
20

mereka pegang (ISA 200.4). Dalam melaksanakan tugasnya auditor berpedoman


pada sebuah standar yang berlaku di Indonesia yaitu Standar Profesional Akuntan
Publik biasa disebut dengan SPAP. Didalam SPAP terdapat enam tipe standar
profesi yang dikodifikasikan yaitu:

• Kode Etik Profesi Akuntan Publik

• Standar Auditing

Merupakan suatu panduan audit atas laporan keuangan historis dimana


terdiri atas 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA).

• Standar Atestasi

Merupakan kerangka fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang


mana didalamnya tercakup keyakinan tertinggi yang diberikan dalam
jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan
keuangan prospektif, serta tipe perikataan aatestasi lain yang
memberikan keyakinan yang lebih rendah seperti review, pemeriksaan,
dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Standar ini dirinci dalam
bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).

• Standar Jasa Akuntansi dan Review

Merupakan kerangka fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang


mencakp jasa akuntasi dan review. Standar ini dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR).

• Standar Jasa Konsultasi

Merupakan penduan bagi praktisi yang menyediakan jasa konsultasi


bagi pengguna jasa melalui kantor akuntan publik. Standar ini dirinci
dalam sebuah Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK).

• Standar Pengendalian Mutu

Standar ini diberlakukan untuk menjaga kualitas mutu yang dijalankan


oleh kantor akuntan publik dalam memberikan jasa. Dalam perikatan
jasa profesional akuntan publik bertanggung jawab untuk memenuhi

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
21

berbagai standar profesi yang relevan.standar ini dirinci dalam sebuah


Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM).

Menurut Arens et.al,(2009) hasil dari sebuah kegiatan audit adalah opini
audit. Opini audit akan dikeluarkan oleh seorang auditor yang telah berkompeten
dan independen dalam tugasnya. Opini yang dimaksud adalah opini kewajaran
atas penyajian laporan keuangan entitas dimana asumsinya adalah laporan
keuangan tersebut disajikan menurut prinsip-prinsip akuntansi secara wajar.
Landasan dari sebuah opini audit adalah reasonable assurance dimana penyajian
atas laporan keuangan entitas telah lepas dari kesalahan yang material termasuk
didalamnya kecurangan dan kesalahan yang tidak disengaja. Kesalahan yang
material akan mempengaruhi opini audit yang akan dikeluarkan. Konsep dari
materiality itu sendiri adalah ditentukan oleh auditor dengan perencanaan dan
hasil audit serta efek dari evaluasi dari identifikasi kesalahan pencatatan atau
ketidaksengajaan pelaporan yang ada di laporan keuangan. Kerangka pelaporan
keuangan yang dianut oleh manajemen harus berdasarkan prinsip akuntansi yang
berlaku di Indonesia dan sesuai dengan sifat entitas.

Seorang auditor harus bertindak kompeten dan independen, auditor harus


memiliki suatu kualifikasi dalam memahami bisnis entitas klien. Para auditor
diharapkan mempertahankan tingkat independensi yang tinggi untuk menjaga
kepercayaan para klien yang mengandalkan laporan mereka. Karena peran penting
auditor menjadi bagian terpenting dari audit laporan keuangan, maka tanggung
jawab seorang auditor diatur dalam ISA 200:11 yaitu diantaranya :

• Untuk mendapatkan reasonable assurance terkait laporan keuangan yang


disajikan entitas tersebut lepas dari kesalahan yang material, kecurangan
dan kesalahan yang tidak disengaja dimana nantinya auditor akan
menyiapkan laporan audit dengan segala hal yang material serta berlaku
sejalan dengan kerangka pelaporan laporan keuangan; dan

• Untuk melaporkan didalam laporan keuangan dan mengkomunikasikannya


berdasarkan ketentuan ISA jika ada temuan yang material.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
22

2.2.2 Tujuan audit


Arens et al,. megelompokan beberapa jenis tujuan audit diantaranya:

a. Tujuan audit terkait kelompok transaksi


Tujuan audit ini terkait dengan asersi manajemen. Pada dasarnya tujuan
audit terkait transaksi membantu auditor untuk menemukan bukti audit
yang memadai. Dalam tujuan audit ini terdapat tujuan umum dan tujuan
khusus, perbedaannya adalah untuk tujuan audit khusus dapat diterapkan
pada setiap kelompok transaksi akan tetapi harus dinyatakan dalam istilah
yang disesuaikan dengan kelompok transaksi tersebut. Enam tujuan audit
terkait transaksi diantaranya keterjadian (occurrence), kelengkapan
(completeness), akurasi (accuracy), pemindahbukuan dan pengikhtisaran,
klasifikasi (classification), dan penetapan waktu.
b. Tujuan audit terkait saldo
Tujuan audit ini mengikuti asersi manajemen dan memberikan kerangka
kerja untuk membantu auditor untuk mengumpulkan bahan bukti yang
memadai terkait saldo. Perbedaan antara tujuan audit saldo dan transaksi
adalah audit terkait saldo diterapkan pada saldo akun seperti piutang
dagang, persediaan dan lainnya bukan pada transaksi terkait seperti
penjualan dan pembelian. Delapan macam tujuan audit terkait saldo
diantaranya keberadaan (existence), kelengkapan (completeness), akurasi
(accuracy), klasifikasi (classification), pisah batas (cutoff), keterkaitan
perincian saldo akun, nilai realisasi, serta hak dan kewajiban (right &
obligations).
c. Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan
Tujuan audit ini mengikuti asersi manajemen dengan meningkatnya
kompleksitas transaksi dan kebutuhan untuk meningkatkan pengungkapan
terkait transaksi-taransaksi yang dilakukan. Empat macam tujuan audit
terkait penyajian dan pengungkapan diantaranya keterjadian dan hak serta
kewajiban, kelengkapan, penilaian dan alokasi, klasifikasi dan
pemahaman.
Selain itu secara garis besar SPAP mengatakan bahwa tujuan audit atas laporan
keuangan oleh auditor independen adalah menyatakan pendapat tentang

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
23

kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia. Didalam memberikan atau tidak memberikan pendapat auditor harus
menyatakan bahwa auditnya telah dilaksanakan menurut standar audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
Dalam memenuhi tujuan-tujuan audit diatas, auditor harus mengikuti beberapa
fase dalam pengauditan laporan keuangan. Fase ini merupakan dasar auditor
memulai audit terhadap laporan keuangan entitas. Arens et.al (2009) membagi
jenis fase tersebut menjadi:
Fase I : Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Fase II : Menjalankan tes pengendalian dan subtantif tes transaksi
Fase III : Menjalankan prosedur analisis dan tes rician saldo
Fase IV : Melengkapi audit dan menerbitkan laporan audit

Didalam fase II - III auditor akan merangkum bukti-bukti audit untuk


mencapai sebuah kesimpulan wajar atas laporan keuangan tersebut. Oleh karena
itu untuk mencapai tujuan audit tidak terlepas dari tanggung jawab manajemen
atas laporan keuangan yang tersajikan beserta bukti-bukti audit tertentu terkait
pada akun-akun tertentu. Tanggung jawab manajemen adalah menerapkan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku dengan memadai, cukup dengan pengendalian
internal serta menyajikan semua hal tersebut dalam kondisi wajar. Tanggung
jawab menejemen ini akan diungkapkan dalam sebuah respresentasi (asersi) pada
laporan keuangan. Asersi menejemen merupakan sebuah pernyataan yang tersirat
atau tertulis oleh manajemen mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun-
akun terkait serta pengungkapan dalam laporan keuangan. Dalam kebanyakan
kasus dinyatakan secara tidak tertulis.

2.2.3 Bukti audit


Bukti audit merupakan suatu hal yang mendasar yang dibutuhkan dalam
proses audit. Bukti audit dapat mendukung opini audit yang akan dikeluarkan oleh
auditor independen. Dalam melakukan proses audit, auditor harus dapat
menentukan jenis bukti audit serta jumlah bukti yang tepat dan dapat mendukung

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
24

proses audit yang akan dilakukan. Dalam memilih dan menetapkan bukti audit ada
empat hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
1. Prosedur audit
2. Ukuran sample
3. Pemilihan item
4. Pemilihan waktu

Kesalahan dalam pemilihan bukti audit maka akan menjadikan auditor salah
mengambil kesimpulan. Oleh karena itu auditor harus melihat kelayakan dan
yakin atas bukti audit yang dipilih berdasarkan sample. Adapun beberapa tipe-tipe
bukti audit yaitu;

a. Pemeriksaan fisik (physical examination)


Auditor dapat melihat secara langsung tentang keberadaan sebuah
aset. Dapat dicontohkan seperti auditor melakukan stock opname,
disini auditor mengumpulkan bukti audit dari keberadaan persediaan
barang entitas atau melihat keberadaan sebuah aset tetap entitas yang
digunakan untuk proses produksi. Selain itu pemeriksaan fisik dapat
meyakinkan auditor apakah barang atau aset tersebut masih layak
atau tidak sehingga auditor dapat menyimpulkan dari temuan-temuan
yang ada.
b. Konfirmasi (confirmation)
Konfirmasi biasanya didapat dari pihak ketiga dimana hal ini
didapatkan dengan otorisasi dari pihak ketiga tersebut. Bukti audit ini
digunakan untuk melihat akurasi informasi yang disajikan
manajemen. Konfirmasi didapat dari pihak ketiga yang independen
sehingga dianggap bahwa tingkat keandalan bukti audit ini sangat
tinggi. Konfirmasi mengandung tanggung jawab pihak ketiga dalam
pengakuannya. Contoh dari bukti audit ini adalah auditor dapat
mengirimkan surat konfirmasi kepada bank atas persetujuan
manajemen. Biasanya konfirmasi dilakukan sampai dengan dua kali
jika dibutuhkan.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
25

c. Dokumentasi (documentation)
Bukti audit yang didapatkan dari investigasi auditor terhadap data-
data yang disajikan. Terdapat dua jenis dokumentasi yaitu
dokumentasi internal yang dibuat oleh pihak entitas dan dokumentasi
eksternal yang dibuat oleh pihak ketiga.
d. Prosedur analitik (analytical prosedure)
Perbandingan informasi keuangan entitas dengan beberapa informasi
terkait, perbandingan dengan entitas lain tetapi dalam satu jenis
industri, memahami sifat alami entitas serta komparasi antar
performance entitas
e. Meminta keterangan dari klien (inquiry)
Bukti audit yang akan didapatkan melalui inquiry adalah bukti audit
yang berupa hasil wawancara antara auditor dan klien. Auditor dapat
meminta keterangan langsung dari klien terkait temuan yang
didapatkan. Dengan meminta keterangan langsung auditor juga dapat
memahami bisnis klien secara detail.
f. Perhitungan kembali (recalculate)
Untuk memastikan apakah tidak ada salah saji pada akun-akun
tertentu auditor dapat menghitung kembali sehingga ada
perbandingan sama atau tidaknya antar klien dan auditor.
g. Penilaian atas performa
Melihat perbandingan keadaan entitas selama tahun berjalan.
h. Pengamatan
Pengamatan dapat dilakukan dengan cara melihat langsung bisnis
klien, turun kelapangan ataupun berada diperusahaan klien untuk
beberapa waktu.

2.3 Audit atas Aset Tetap

Aset tetap yang memiliki perhitungan dan masa manfaat yang panjang
melebihi satu peride menimbulkan potensi terjadinya salah saji. Salah saji ini
dapat muncul dari berbagai aspek aset tetap salah satunya adalah umur ekonomis

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
26

dari aset tersebut. Oleh sebab itu diperlukan suatu prosedur untuk audit terhadap
aset tetap.

2.3.1 Tujuan Audit atas aset tetap


Menurut Arens et al., tujuan terhadap audit aset tetap dapat dibagi atas dua
yaitu tujuan audit terkait transaksi dan terkait saldo.
Tujuan audit terkait transaksi.
1. Keberadaan (existence)
Transaksi perolehan yang tercatat adalah untuk barang yang diterima
sehingga aset tetap tersebut terjamin ada secara fisik. Contoh : jumlah aset
tetap yang tercatat di faktur pembelian sama jumlahnya dengan yang
diterima secara fisiknya.
2. Akurasi (accuracy)
Transaksi perolehan aset telah dicatat oleh kedua pihak (supplier dan
pembeli) secara akurat. Contoh : nilai yang tercatat pada faktur pembelian
sama dengan nilai yang dicatat pada buku klien dengan harga yang sama-
sama telah disetujui sebelumnya. Adanya otorisasi dari pihak supplier dan
pembeli sehingga dipastikan faktur akurat.
3. Kelengkapan (completeness)
Pada saat transaksi perolehan aset dipastikan telah dicatat didalam buku
klien dan terdapat dokumen-dokumen pendukung dalam memastikan
transaksi tersebut. Contoh : dipastikan bahwa semua aset yang akan
diterima telah tercantum didalam faktur pembelian. Faktur pembelian juga
harus didukung dnegan dokumen-dokumen lain seperti bukti order, bukti
jalan dan sebagainya.
4. Klasifikasi (classification)
Transaksi perolehan telah diklasifikasikan secara tepat dan benar. Contoh :
setiap aset yang bersifat material maka akan diklasifikasikan sebagai aset
bukan beban.
5. Validasi (validation)
Setiap penerimaan atas aset tetap harus diketahui oleh pihak-pihak terkait
dan diotorisasi sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Contoh : faktur

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
27

pembelian di tanda-tangan oleh menejer keuangan, pemindahan aset


diterima dan ditanda-tangan oleh kepala bagian produksi dan setiap
dilakukannya pemesanan atas aset tetap harus di otorisasi oleh manajer
keuangan dan manajer produksi terkait pertanggung jawabannya.
Tujuan audit terkait saldo.
1. Akurasi (accuracy)
Jumlah saldo yang diperoleh telah dicatat secara akurat. Contoh : nilai
perolehan yang dicatat sama dengan yang ada di faktur pembelian.
2. Klasifikasi (classification)
Detail nilai yang diperoleh dengan yang tercatat diklasifikasikan dengan
benar. Contoh : tidak ada aset yang salah dicatat sebagai beban atau aset
sewa.
3. Kelengkapan (completeness)
Dokumen detail jumlah perolehan terkait jumlah saldo sudah tercatat.
Contoh : aset tetap yang telah diterima secara fisik telah tercatat nilainya
pada jurnal, pembayaran yang dilakukan telah tercantum pada jurnal
payable.
4. Waktu (timing)
Nilai perolehan dicatat pada periode penerimaan atas aset. Contoh : nilai
perolehan diakui diawal atau diakhir tahun sesuai dengan tanggal yang
tercantum pada faktur pembelian.
5. Keberadaan (existence)
Detail saldo perolehan yang tercatat tahun ini benar-benar ada. Contoh :
aset tetap pada sub-ledger harus sama dengan aset secara fisik.
6. Detail tie-in
Nilai perolehan aset perolehan sama dengan detail saldo penerimaan di
sub-ledger aset tetap. Contoh : jumlah detail saldo aset tetap harus sama
dengan saldo aset tetap

2.3.2 Prosedur audit atas aset tetap


Arens (2009) menyatakan pada dasarnya prosedur audit pada aset tetap
sama dengan prosedur audit secara keseluruhan. Akun aset tetap memiliki

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
28

komponen yang harus dipastikan nilainya tercatat dengan benar, yaitu komponen
nilai aset tetap itu sendiri dan komponen nilai beban penyusutan serta akumulasi
beban penyusutan dari aset tetap itu sendiri. Sebelum melihat lebih jauh auditor
harus melihat terlebih dahulu internal control yang dilakukan oleh menejemen.
Karena dari situlah auditor dapat menilai bagaimana penggunaan aset tersebut
selama periode berjalan. Selanjutnya prosedur analitik yang harus dilakukan
adalah melihat perbandingan informasi keuangan entitas dengan informasi yang
sebanding untuk periode sebelum, keinginan klien seperti anggaran atau
prakiraan, atau yang di harapan dari auditor seperti perkiraan depresiasi, serta
informasi industri serupa, seperti perbandingan rasio entitas dari penjualan
piutang dengan rata-rata industri atau dengan entitas lain dengan ukuran yang
sebanding dalam industri yang sama. Prosedur analitis juga mencakup
pertimbangan hubungan, misalnya di antara unsur-unsur informasi keuangan yang
akan diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan pola diprediksi berdasarkan
pengalaman entitas, seperti persentase gross margin dan serta antara informasi
keuangan dan informasi non-keuangan yang relevan, seperti biaya gaji untuk
jumlah karyawan. Prosedur yang diterapkan untuk aset tetap adalah :

1. Melakukan prosedur analitik

Melihat apakah ada salah saji yang kemungkinan terjadi pada


penyusutan dan akumulasi nilai aset diakhir periode.

2. Verifikasi mutasi aset

Memastikan apakah terdapat penambahan atau pengurangan aset


selama tahun berjalan. Auditor harus memastikan umur ekonomis
setiap aset sehingga mengetahui aset mana saja yang sudah usang
dan masih baik. transaksi mutasi akan terlihat dari kontrol internal
perusahaan. Artinya untuk penambahan dan pelepasan aset
perusahaan harus memiliki alur yang jelas sehingga dapat
mengidentifikasi pembebanan yang harus mengurangi nilai aset
tersebut. Kesalahan dalam perhitungan dan pencatatan akan
berdampak pada over/under-statement aset tetap.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
29

3. Identifikasi beban penyusutan

Melihat perbandingan penyutuan yang dibebankan setiap


tahunnya dengan perhitungan yang sama ditahun berjalan.
Auditor harus melihat apakah klien menggunakan metode yang
sama untuk penyusutan dalam tahun berjalan hingga umur
manfaat aset tersebut habis. Sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya salah saji pada pencatatan. Perbandingan ini dilakukan
dengan tahun sebelumnya.

4. Verifikasi akumulasi penyusutan

Memastikan apakah pencatat yang dilakukan telah akurat sesuai


pembebanan yang dilakukan setiap tahunnya sehingga tidak ada
salah saji pada akumulasi penyusutan.

5. Verifikasi saldo akhir dalam aset tetap

Dari mutasi aset dan dikurangi akumulasi penyusutan maka


auditor harus memastikan saldo perhitungan tersebut adalah sama
dengan laporan keuangan dan sesuai denagn pencatatan jurnal
umum.

Adapun prosedur audit yang diterapkan oleh KAP ABC untuk aset tetap adalah :

1. Client acceptance and re-evaluation


Pada fase ini KAP diwakili oleh partner in charge membuat sebuah penilaian
terhadap kelayakan klien sebelum mengikat kontrak jasa dengan KAP ABC.
Auditor melakukan komunikasi awal dengan klien untuk mendiskusikan kontrak
audit. Penilaian terkait dengan integritas manajemen, penerapan akuntansi,
sumber daya yang terkait dengan klien, jika klien merupakan klien lama yang
sebelumnya diaudit oleh KAP ABC maka akan dievaluasi kembali. Risiko yang
akan muncul pada fase ini adalah risiko yang muncul setelah penerimaan
perusahaan tersebut menjadi klien terkait dengan inherent risk dan risiko audit
yang muncul setelah auditor memberikan opininya.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
30

Pada prinsipnya KAP dapat menerima klien yang mampu bekerjasama secara
profesional, oleh karena itu menurut ABC methodology jenis klien yang dapat
diterima oleh KAP ABC Associate sebagai berikut :
− Perjanjian kerja hanya dapat dilakukan dengan klien yang memiliki
integritas tinggi dan mampu untuk saling membantu dalam proses audit
nantinya, dimana manajemen tidak diperkenankan mempersulit proses
audit, tidak memiliki riwayat melakukan tindakan ilegal dan kecurangan
tertentu.
− Entitas calon klien diyakini telah dikelola dengan baik dalam artikata klien
memiliki pengendalian internal yang baik.
− Klien yang akan diterima adalah perusahaan yang tidak memiliki
hubungan istimewa dengan KAP karena KAP ABC sebagai pelaku
penyedia jasa yang bersifat independen. Sebagai penyedia jasa profesional
yang independen KAP harus bertindak sebagai berikut:
− Partner in charge harus mengetahui kebutuhan dan persyaratan
layanan jasa klien.
− KAP memiliki kemampuan yang diperlukan dalam hal sumber
daya dan keahlian.

KAP dapat mempertimbangkan penerimaan klien dalam fase ini dengan


kualifikasi atas risiko yang muncul pada perusahaan klien. Perusahaan seperti
bank, perusahaan asuransi, brokers/dealers, perusahaan dibidang properti,
perusahaan penyedia jasa sewa guna usaha pembiayaan (leasing) merupakan
kelompok perusahaan yang memiliki risiko tinggi terhadap laporan keuangannya
dimana terkait hal tersebut akan muncul berbagai macam isu yang harus dapat
diselesaikan oleh auditor bersama dengan menejemen dalam hal penyedia
informasi. Untuk penerimaan klien lanjutan KAP harus mempertimbangkan dan
mengevaluasi kembali apakah terjadi perubahan dalam industri bisnis klien dan
melihat adakah kenaikan tingkat risiko terkait industri klien.

Setelah pertimbangan mengenai persyaratan etika yang harus dilalui oleh calon
klien maka selanjutnya auditor dapat melaksanakan proses penerimaan klien baik
klien baru maupun klien yang lama. adapun proses yang harus dilakukan yaitu:

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
31

1. Memperoleh pemahaman atas calon klien, seperti:


− Bisnis dan industri klien
− Manajemen klien
− Siklus akuntansi
− Kontrol internal
− Informasi relevan lainnya
2. Mempertimbangakan segala bentuk ancaman auditor sebagai penyedia
jasa independen.
3. Memperoleh pemahaman risiko yang akan muncul terkait penerimaan
klien.
4. Menyediakan dokumen penyelesaian penerimaan klien, diantaranya:
− Kuesioner evaluasi penerimaan klien
− Kuesioner independen
− Kuesioner perjanjian risk assessment
5. Memilih partner in charge kedua jika diperlukan
6. Mempertimbangkan isu, risiko dan menetapkan menerima atau menolak
klien atas pertimbangan proses sebelumnya

2. Preplanning
Pada fase ini auditor in charge akan mulai menyiapkan rancangan strategi
audit untuk menilai risiko-risiko audit akan muncul pada saat proses audit
berlangsung. Perencanaan penilaian risiko audit harus didukung dengan bukti-
bukti audit, rancangan strategi ini akan disusun lebih lanjut pada fase berikutnya.
Menurut ABC methodology prosedur yang dapat dilaksanakan dalam menilai
risiko yang akan muncul adalah:
1. Bertanya kepada manajemen atau pihak terkait untuk dapat
mengidentifikasi risiko yang. Sebagian besar dari informasi berasal dari
bertanya kepada manajemen. Beberapa hal yang kita bisa dapatkan dari
penyelidikan kepada manajemen adalah pemahaman lingkungan
perusahaan dalam mempersiapkan laporan keuangan, pertanyaan terkait
dengan bagian internal perusahaan, efektifitas operasional perusahaan dan

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
32

kontrol terhadap internal perusahaan, pertanyaan terkait kebijakan


hukum/legal dan regulasi serta pertanyaan terkait dengan bagian
pemasaran dan penjualan misalkan informasi kontrak dengan distributor
dan pelanggannya.
2. Melakukan prosedur analitis risiko pengendalian pada tingkatan entitas.
Tim audit dari KAP ABC akan menilai seberapa besar tingkat risiko
pengendalian di entitas klien dengan melihat pengendalian apa saja yang
dilakukan guna meminimalisir risiko ini. Selanjutnya auditor akan menilai
pengendalian internal pada transaksi tertentu pada laporan ini akan dibahas
pengendalian terhadap aset tetap PT STD,Tbk. Seluruh pengendalian yang
telah diterapkan oleh PT STD,Tbk merupakan pengendalian kunci atau
pengendalian utama dalam meminimalisir risiko terkait. Oleh karena itu,
pengendalian tersebut dinilai efektif oleh tim audit KAP ABC dalam
mencegah, mendeteksi, dan memperbaiki kemungkinan salah saji material.
3. Pengamatan dan prosedur inspeksi. Pengamatan dapat mendukung
kegiatan penyelidikan manajemen dan akan mendapatkan informasi yang
sesuai dengan lingkungan perusahaan.
Auditor harus mampu mengidentifikasi dan menilai risiko atau kesalahan material
melalui laporan keuangan, pernyataan atas transaksi, saldo awal dan
pengungkapan. Dalam fase ini auditor merancang untuk dapat menemukan bukti
audit sebagai landasan untuk meyakini tidak adanya kesalahan yang material.
Dalam merancang dilevel asersi ini auditor dapat mengklasifikasikan risiko
kesalahan yang material (jika ada, risiko yang relevan, risiko yang signifikan)
dalam beberapa kategori dibawah ini:

• Risiko tersebut merupakan salah satu bagian yang berpegaruh pada banyak
hal seperti terhadap akun transaksi, saldo awal dan pengungkapan,
• Risiko tersebut merupakan salah satu yang berpengaruh pada laporan
keuangan secara keseluruhan; atau
• Risiko tersebut merupakan salah satu yang berpengaruh pada program
audit yang akan dijalankan (seperti, going concern)

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
33

3. Planning
Pengujian yang dilakukan untuk melihat efektifitas pengendalian internal
tersebut adalah:
a. Penjualan yang tercatat adalah penjualan untuk barang yang pelanggan
benar-benar ada (keterjadian)
b. Transaksi penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan)
c. Jumlah barang yang dikirim tercatat oleh sistem harus sama dengan
dokumen faktur penjualan yang terjadi (akurasi)
d. Transaksi penjualan dicatat dengan benar di arsip utama piutang dan telah
diotorisasi oleh manajer keuangan (keterjadian dan kelengkapan)
e. Tanggal penjualan yang dicatat pada jurnal siklus penjualan dengan
salinan faktur penjualan dan slip pengiriman barang (timing)
Dari hasil pengujian sampel PT STD,Tbk dengan ketentuan diatas, disimpulkan
bahwa pengendalian internal perusahaan telah memadai dan auditor yakin pada
pengendalian internal perusahaan karena telah bekerja secara efektif.

1. Prosedur audit dapat dibuat untuk merespon penilaian terhadap risiko yang
telah dirangkum pada aktivitas pre-planning. Menurut Interational Standart
Auditing (ISA) prosedur audit dapat dibangun melalui:
1. Respon atas dokumentasi penilaian risiko (ISA 240).
2. Munculnya strategi audit, dimana auditor menentukan batasan audit dari
pemahaman dokumentasi atas risiko yang akan muncul (ISA 300).
3. Pengembangan rencana audit (ISA 300), dimana didalamnya terkait hal
dasar, batasan, penilaian atas prosedur penilaian risiko (ISA 315); dasar,
batasan dan penilaian atas perencanaan prosedur audit pada level asersi
(ISA 330).
4. Dokumentasi atas respon auditor (ISA 240.45)

4. Fieldwork
Pada fase ini auditor akan mulai melaksanakan rencana audit dengan
menguji transaksi, nilai saldo, dan pengungkapan pada laporan keuangan.
Menurut ABC methodology hal-hal yang terkait pada fase ini adalah:

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
34

a) Tes pengendalian internal


Untuk meyakini bahwa pengendalian internal perusahaan telah berjalan
dengan efektif maka auditor harus meyakini adanya bukti yang relevan
untuk menghindari munculnya risiko kesalahan. Pengujian ini dapat
melalui test of controls yang telah dilakukan. Beberapa uji pengendalian
(test of control) yang harus dilakukan menurut ABC methodology yaitu :
1. Meminta keterangan dari klien (inquiry)
2. Observasi (observation)
3. Inspeksi (inspection)
4. Penilaian atas performa (re-performa)
5. Pengujian ulang (testing)
b) Substantive Analytical Procedures
Dalam melakukan analitikal prosedur auditor dipastikan mencapai tujuan
audit yang relevan dan terpercaya. Dalam mempersiapkan substantive
analytical procedures auditor harus mengacu pada kebijakan prosedur
subtantif (ISA 520.5) yaitu diantaranya:
• Menentukan substantive analytical procedures untuk setiap
tuntutan atau asersi transaksi, saldo awal dan pengakuan atau
untuk setiap dilaksanakannya test of details.
• Menguji kembali keyakinan atas data yang didapatkan dari klien
apakah data tersebut telah sesuai dengan ekspektasi auditor.
• Mengembangkan nilai ekspektasi dari saldo atau rasio dan
menguji kembali apakah ekspektasi tersebut dapat
mengidentifikasi kesalahan.
• Menentukan saldo dari setiap saldo yang dicatat berbeda dari nilai
ekspektasi yang mana dianggap dapat diterima tanpa melakukan
investasi lanjutan.

Sedangkan dasar prinsip tindakan yang harus dilaksanakan oleh auditor


dalam substantive analytical procedures adalah sebagai berikut:

• Mengidentifikasi faktor-faktor yang memberikan efek pada saldo


akun dan menentukan hubungan diantara faktor tersebut

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
35

• Mendokumentasikan ekspektasi yang muncul dari saldo tercatat


• Membandingkan nilai ekspektasi dengan nilai yang tercatat
• Menyelidiki manajemen untuk dapat menjelaskan perbedaan yang
signifikan atau disebut dengan significant variances
• Jika dibutuhkan maka auditor sebaiknya meninjau kembali
asumsi dan mengulang proses yang dianggap belum tepat
• Menyimpulkan kelayakan atas laporan neraca
Keputusan yang akan didapat dari prosedur analitis ini adalah merupakan
dasar bagi auditor untuk memberikan pendapat mengenai ekspektasi
efisiensi dan efektifitas yang terdapat dalam prosedur auditor untuk
mengurangi risiko audit dalam sebuah tingkat tuntutan atau asersi tertentu
menjadi dapat diterima pada tingkat yang terendah.

c) Audit sampling and JSSD testing.


Tujuan dilaksanakanya audit sampling adalah untuk memastikan bahwa
auditor mendapatkan dasar dalam mengambil kesimpulan tentang
populasi. Audit sampling dapat membantu auditor untuk menguji hipotesis
pada keseluruhan populasi dimana ditetapkan toleransi pada kesalahan
sama dengan 110% dari ekspektasi kesalahan itu sendiri. Didalam
menentukan ekspektasi tersebut auditor menggunakan Judgemental
Sample Size Determination Testing (JSSD Testing) atau prosedur teknik
audit sample untuk melihat efektifitas dan efisiensi dari respon audit. Hal
yang dilakukan untuk audit sampling adalah:
• Key, large and unusual item. Auditor harus menghapus
perhitungan yang terkunci, nilai yang besarnya lebih dari 33%
dari performa materialitas dan hal yang tidak biasa seperti saldo
yang negatif.
• Rumus yang digunakan dalam audit sampling adalah:
Sample size = (Population being subject to sampling × Assurance
Factor) ÷ (Performance Materiality – (Expected Error ×
Expansion Factor))
Sedangkan dengan menggunakan JSSD testing, auditor dapat
menentukan jumlah sample yang akan diambil yang mana

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
36

didalamnya telah dipisahkan bagian key, large dan unusual item.


Auditor dapat menentukan ekspektasi kesalahan atau expected
error secara keseluruhan populasi. Jika jumlah sample berkurang
maka ekspektasi kesalahan akan berkurang dimana akan
digambarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.3.1 : Alternative audit strategy for income & expenditure accounts

Classes of transaction Minimum JSSD Maximum JSSD


testing sample size testing sample size

Income accounts 25 50

Expenditure accounts See formula below 15


Tabel 2.3.2 : Audit Respone Table

Assurance Tests of detail


Risk Assurance
from
Materiality from Tests Sampling
Analytical JSSD
Assessment of Controls
Procedures testing
AF EF

No N/A 3.0 1.9


No
Yes N/A 2.5 1.6
High
No N/A 1.6 1.5
Yes
Yes 5 to 15 1.0 1.3

No N/A 1.8 1.5


No
Yes 0 to 10 N/A
Low
No 4 to 10 N/A
Yes
Yes N/A N/A

AF = Assurance Factor, EF = Expansion Factor


Sumber : ABC Methodology 2010

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
37

Didalam ABC Methodology diatur berapa banyak jumlah sample yang bisa
digunakan oleh auditor untuk mengontrol level dari penilaian risiko pada
bagian transaksi, saldo awal serta pengungkapan.

Tabel 2.3.3 : Penentuan jumlah sample

Frequency High risk Low risk

Daily or more 23 12

Weekly 5 3

Monthly 3 2

Quarterly 2 1

Biannual 1 1

Annual 1 1

Sumber : ABC Methodology (2010)

d) Scoping adalah pemilihan dengan nilai besar yang dipilih secara acak
sehingga nilai-nilai tersebut telah ditentukan terlebih dahulu. Jika prosedur
analitis telah ditentukan layak maka auditor akan dapat menentukan
persentasenya. Adapun prosedur scoping adalah sebagai berikut:
• Mengeluarkan saldo yang negatif
• Memilih nilai yang akan diuji dengan ketentuan audit response
table
• Memilih teknik pengujian
• Melaksanakan audit performance
• Mengevaluasi hasil dari prosedur audit yang dijalankan
• Unadjusted errors yang didapat dengan menyesuaikan kesalahan
tidak lebih dari 3% dari keseluruhan materiality

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
38

Tabel 2.3.4 : Penentuan respon audit

Risk Assurance from


Assurance from
Materiality Analytical Scoping
Tests of Controls
Assessment Procedures

No 55%
No
Yes 50%
High
No 40%
Yes
Yes 25%

No 35%
No
Yes 15%
Low
No 15%
Yes
Yes N/A
Sumber : ABC Methodology 2010

e) Test of Detail adalah menguji kekuatan bukti untuk penilaian risiko audit
maka prosedur ini harus direncanakan dan dilaksanakan.Uji kebenaran ini
terkait dengan akun transaksi, saldo awal dan pengungkapan. Auditor
dapat mengkombinasikan prosedur subtantif dengan test of details untuk
mendapatkan hasil yang lebih diyakini kebenarannya.
f) Perhitungan persediaan dilakukan untuk menunjang tujuan audit
keberadaan dan keakuratan persediaan yang dimiliki oleh klien dimana
jumlah yang dihitung secara fisik adalah sama nilainya dengan yang
tercatat didalam laporan keuangan. Hal-hal yang menjadi fokus auditor
adalah perpindahan persediaan, cut-off inventory, dokumentasi, inspeksi
persediaan, membuat uji penghitungan dan menyimpulkan hasil prosedur.
Dari kasus laporan ini auditor melaksanakan penghitungan persediaan ke
gudang PT STD,Tbk di Surabaya, penghitungan dilakukan didua gudang
persediaan selama dua hari berturut-turut. Dari hasil tersebut perhitungan

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
39

auditor tidak jauh berbeda dengan nilai yang ada didalam laporan
keuangan klien.
g) Konfirmasi ekternal merupakan informasi yang didapat oleh pihak ketiga
seperti bank, induk perusahaan, atau pihak-pihak yang berelasi dan
memiliki hubungan istimewa lainnya serta pihak hukum / legal institution.
h) Estimasi akuntansi
Contoh estimasi akuntansi adalah:
• Penyisihan yang mengurangi persediaan dan debitur yang menjadi
nilai realisasi yang diperkirakan oleh mereka.
• Profisi penyusutan
• Pendapatan atau beban yang masih harus dibayar
• Ketentuan untuk pajak tangguhan
• Ketentuan untuk kerugian yang diakibatkan oleh perkara hukum
• Laba dan rugi atas konstruksi yang masih berjalan
• Ketentuan atas klaim surat jaminan
• Pengukuran nilai wajar
i) Pihak berelasi merupakan pihak-pihak yang memilliki hak dan kewajiban
atas perusahaan. Pihak-pihak ini dapat mempengaruhi keberlangsungan
perusahaan. Auditor akan memastikan bahwa perusahaan ini memiliki
transaksi dengan pihak berrelasi yang berisiko tinggi. ABC methodology
mengatur tindakan auditor seperti:
• Memastikan bahwa adanya hubungan dengan pihak berrelasi
• Memastikan bahwa transaksi dengan pihak berelasi dicatat dengan
ketentuan yang umum
• Memastikan bahwa transaksi tersebut diungkapkan dalam laporan
keuangan
j) Risiko salah saji material meresap kedalam laporan keuangan secara
keseluruhan. Sehubungan dengan risiko salah saji material meresap atas
laporan keuangan secara keseluruhan (dan, bila relevan, Risiko Signifikan)
diidentifikasi pada tahap pra-perencanaan audit, auditor harus:
• Menilai kemungkinan dan dampak Risiko Salah Saji Material
• Memahami respon dokumen manajemen untuk risiko salah saji material

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
40

• Mendapatkan bukti yang tepat dan memadai sehubungan dengan risiko


• Pertimbangkan dampak dari risiko salah saji material, tanggapan
manajemen terhadap risiko salah saji material dan bukti audit terhadap
laporan keuangan dan komunikasi untuk pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola.
k) Saldo akun awal dan konsistensi terhadap kebijakan akuntansi
Auditor harus melakukan review dan memeriksa prosedur pembukaan
saldo untuk mendapatkan jaminan yang cukup bahwa saldo pembukaan
dapat diandalkan sebagai membuka angka untuk tahun audit yang baru.
Jaminan atas saldo pembukaan pada periode diperlukan untuk menentukan
laba atau rugi periode tersebut, menilai kewajaran laporan arus kas,
kelengkapan transaksi dan pengungkapan. Sifat dan luas prosedur audit
yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
mengenai saldo pembukaan bergantung pada hal-hal:
• Kebijakan akuntansi yang diikuti oleh entitas
• Sifat dari saldo rekening, kelas transaksi dan pengungkapan serta
risiko dari salah saji material dalam laporan keuangan periode
berjalan
• Pentingnya saldo pembukaan relatif terhadap laporan keuangan
periode berjalan
• Apakah laporan keuangan periode sebelumnya yang telah diaudit
dan, jika demikian, apakah pendapat auditor pendahulu telah
dimodifikasi.
Tanggung jawab manajemen untuk memilih konsisten mengikuti
kebijakan akuntansi yang tepat dalam presentasi mereka laporan keuangan
perusahaan. Ini adalah tanggung jawab auditor untuk menilai kesesuaian
kebijakan akuntansi yang dipilih, dan apakah kebijakan tersebut diterapkan
secara konsisten dalam laporan keuangan dari satu tahun anggaran ke
depan.
l) Going concern
Dalam hubungannya dengan going concern auditor mengevaluasi
kemampuan perusahaan untuk melajutkan kelangsungan hidup untuk

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
41

jangka waktu tidak lebih dari satu tahun setelah tanggal laporan keuangan
yang diaudit. Hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang auditor dalam
mengevaluasi laporan keuangan entitas untuk mengetahui tingkat adanya
going concern adalah :
a. Auditor mempertimbangkan hal-hal seperti tren negatif dalam hasil
operasi, kredit macet, penolakan kredit perdagangan dari pemasok
ekonomis komitmen jangka panjang, dan proses hukum dalam
memutuskan jika ada keraguan substansi atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Jika auditor yakin ada
keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan
kelangsungan hidup untuk jangka waktu yang wajar, ia harus memperoleh
informasi tentang rencana manajemen yang dimaksudkan untuk
mengurangi dampak dari kondisi atau peristiwa dan menilai kemungkinan
bahwa rencana tersebut dapat dilaksanakan secara efektif.
b. Auditor memberikan pedoman dalam menyediakan kerangka kerja
untuk membantu direksi, komite audit dan tim keuangan apakah sesuai
untuk mengadopsi dasar kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan
keuangan dalam membuat pengungkapan yang seimbang, proporsional dan
jelas. Perusahaan dikatakan memenuhi standar going concern apabila
didalam laporan keuangan pencatatan aset dan kewajiban adalah tepat atas
dasar bahwa perusahaan akan dapat merealisasikan aktiva dan kewajiban
dalam kegiatan usaha normal. Auditor didalam memberikan opini going
concern harus mempertimbangkan atas kondisi / peristiwa keungan yang
ada.
m) Mematuhi hukum dan regulasi
Setiap entitas yang berada dibawah ketentuan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia maka harus mengikuti dan mematuhi hukum
peraturan yang berlaku. Dibagian-bagian tertentu auditor harus
memastikan bahwa klien telah berada dibawah lindungan hukum yang
berlaku. Auditor dapat meminta data-data terkait pelaksanaan hukum yang
dipatuhi oleh perusahaan, seperti akta notaris, akta perjanjian dan
standartoperasi perusahaan.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
42

n) Proses pengadilan dan klaim


o) Subsequent event
Adalah kejadian yang terjadi setelah tanggal neraca. Tujuan audit
dilaksanakan subsequent event yaitu:
1. Membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau
memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar
tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan
2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang
3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di
neraca per tanggal neraca, masih di perjalanan
4. Untuk memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar
yang tercantum di neraca per tanggal neraca, merupakan kewajiban
perusahaan yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya (sesudah
tanggal neraca)
5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum
dicatat per tanggal neraca
p) Melaksanakan komitmen dan mengurangi kemungkinan munculnya risiko
setalah prosedur audit dilaksanakan

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
BAB III

PROFIL KAP & PERUSAHAAN KLIEN

Pada bab ini akan dibahas profil Kantor Akuntan Publik (KAP) tempat
penulis melaksanakan kegiatan magang dan profil perusahaan klien yang menjadi
obyek pembahasan penulis pada laporan ini. Bab ini meliputi gambaran umum
perusahaan, visi dan misi perusahaan, barang dan jasa yang disediakan serta
struktur organisasi yang ada.

3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC Associate

3.1.1 Gambaran Umum


KAP ABC Associate merupakan anggota dari ABC International, salah
satu organisasi global yang terkemuka dan independen. KAP ABC memiliki dua
kantor yaitu di Jakarta dan Surabaya. Penulis melaksanakan program magang
dikantor pusat yang terletak di Jakarta. Pertama kali didirikan oleh Amir Abadi
Jusuf pada tahun 1985 dengan terdaftar sebagai jasa akuntan publik yang mana
berkecimpung dibawah jasa audit dan assurance. KAP ABC merupakan anggota
dari ABC global, yang merupakan organisasi global yang menyediakan jasa
profesional yang independen. Berdiri sejak lebih dari 25 tahun yang lalu kini KAP
ABC berada pada peringkat 5 kantor akuntan publik terbaik di Indonesia. KAP
ABC terdiri atas KAP ABC, PT ABC Bismatamma; PT ABC Kapital; dan banyak
lainnya yang berada dibawah ABC Group dan KAP ABC Brand.

3.1.2 Visi dan Misi ABC International


Visi : “for our members to be provider of choice to internationally active
growing organizations who are looking for accounting, tax, consulting and
specialist advisory service that will create lasting success and help them reach
their goals”.

43
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
44

Misi : “the ABC difference lies in the close and enduring relationships
between our member firms, and is grounded on the quality and commitment of our
people. ABC member firms share a common belief that it is through constantly
striving for excellence and by working closely together that lasting success is
generated”.

3.1.3 Lini Bisnis dan Jasa KAP ABC Associate

Tabel 3.1.3.1 – Jenis jasa yang ditawarkan

Line of Business Service Covered


1. General Audit on Financial Statements
Audit Assurance 2. Financial Information Review
3. IFRS
1. Tax litigation & Tax Disputes, Transfer Pricing Reviews &
Documentation,
Internal tax structuring, Tax Compliance, Tax Audits dan Tax
Tax & Consulting
Outsourcing
2. Company Incorporation & Representative Office Establishmnt,
Corporate Secretarial, Executive Search & Recuitment, Accounting &
Payroll
1. Financial Forecast & Working Capital Review, Due Diligence,
Transaction Analysis, Post Merger Integration
2. Pre-IPO Preparation & Grooming, IPO Support, Post IPO Advisory
Corporate Finance
Servie
& Transaction
Support 3. Merger & Acquisition, Disposals
4. Deal Structuring & Origination, Business Planning
5. Governance Advisory & Assurance
6. Internal Audit
1. Information System Advisory & Assurance
Risk Advisory
2. Risk Management & Internal Control Advisory

Sumber : handbook dan situs resmi KAP ABC (http://abc.associates.com)

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
45

3.1.4 Struktur Organisasi KAP ABC Associate

Tabel 3.1.4.1 – Struktur Perusahaan KAP ABC Associates

Board of
Partners

Chief Executive
Partners

RSM Related
Function

MP LOB Audit MP LOB Tax & MP Corporate MP LOB Risk


Operation Support
Assurance Outsourcing Finance & Advisory
Transaction Support

Sumber : handbook dan situs resmi KAP ABC (http://abc.associates.com)

3.1.4.1 Divisi

Terdapat beberapa kategori divisi pada masing-masing lini bisnis yang


tersedia di KAP ABC Associate diantaranya yaitu:

• Lini bisnis Audit Assurance

1. Blue : divisi ini membawahin beberapa industri seperti


Trading service & Investment dan perusahaan BUMN.

2. Green : divisi ini membawahi beberapa industri seperti


Manufaktur dan Pertambangan.

3. Tosca : divisi ini membawahi beberapa industri seperti


Property & Real estate, Infrastruktur, Utilities &
Transportasi

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
46

4. Red : divisi ini membawahi beberapa industri seperti


Entitas Jasa Keuangan dan Agrikultur.

Selama program magang penulis ditempatkan di divisi tosca pada lini


bisnis Audit Assurance ini.

• Lini bisnis : Risk Advisory

1. White : hanya ada satu divisi yang mana biasanya sebagai


divisi internal kontrol sehingga hanya ada satu lingkup
pengembangan lini bisnis yaitu Risk Advisory

• Lini Bisnis : Corporate Finance & Transaction Support

1. Orange : divisi ini terkait dengan keuangan internal


perusahaan.

• Lini bisnis : Tax & Outsourcing

1. Purple : hanya ada satu divisi yang membawahi semua


layanan jasa perpajakan.

Pada praktiknya divisi-divisi terkait bisa mendapatkan klien dari lintas grup
industri hal ini bergantung pada klien yang diterima oleh partner in charge,
sebagai contoh penulis ditempatkan di divisi tosca akan tetapi mendapatkan klien
yang seharusnya merupkan industri yang tergolong dibawah divisi green, karena
pada dasarnya divisi tosca sebelumnya merupakan bagian dari divisi green.

3.2 Profil Umum Perusahaan Klien (PT STD, Tbk)

3.2.1 Gambaran Umum


Sebuah perusahaan domestik yang berpengalaman dalam memproduksi
berbagai baja pipa dan tabung serta produk terkait lainnya untuk memenuhi
spesifikasi yang paling inovatif dan kebutuhan-kebutuhan spesifik para
konsumen. Didirikan pada tahun 1971 di Surabaya. Perusahaan berdomisili dan
bertempat produksi di Surabaya akan tetapi memiliki perwakilan di Jakarta. Saat

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
47

ini perusahaan mengoperasikan lima unit pabrik yang modern. Selain unit usaha
diatas perusahaan juga bergerak dibidang perdagangan hasil-hasil industri tersebut
seperti ekspor, impor, interinsulair (antar pulau), dan lokal, leveransier, dealer,
distributor dan keagenan / perwakilan dari perusahaan didalam negeri maupun
diluar negeri dari barang-barang tersebut diatas. Jaminan mutu produk selalu
dilakukan oleh perusahaan dengan penerapan suatu sistem evaluasi mutu yang
ketat dan selaras dengan telah diterimanya sertifikat international ISO 9002 dan
API 5L oleh perusahaan ini. Sesuai dengan persyaratan mutu international PT
STD, Tbk memenuhi standar ASTM, BS, JIS, ISO, API, AS dan SNI. Standar
peralatan uji coba selalu dilakukan oleh perusahaan seperti Hidrostatic, Mechine,
Ultrasonicte test & Evaluasi Machine, Holiday Detector, Thickness Gauge dsb.
Berdasarkan keputusan dan persetujuan Menteri Hukum dan HAM serta telah
diselesaikannya proses IPO (Initial Public Offering) tahun 2012 lalu terdapat
perubahaan anggaran dasar dan perubahan status perusahaan dari Perseroan
Terbatas Tertutup menjadi Perseroan Terbatas Terbuka dan merubah nama
menjadi PT STD, Tbk. Terakhir PT STD,Tbk merupakan entitas anak dari PT
CBPP,Tbk.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
48

3.2.2 Struktur Organisasi PT STD,Tbk

Sumber : data internal PT STD,Tbk (telah diolah kembali)

3.2.3 Tujuan, Visi dan Nilai-nilai Perusahaan

Tujuan perusahaan adalah menjadi sebuah industri barang dan jasa untuk
memenuhi kualitas hidup masyarakat.

Visi perusahaan adalah menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas


internasional.

Nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan snediri adalah :

• SMART (Specific, Measurable, Agree, Realistic, Trackable)

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
49

Nilai-nilai ini akan membawa perusahaan mencapai tujuan


utamanya.

• Professional & Credible

3.2.4 Jenis Usaha dan Produk


PT STD, Tbk berada di industri manufaktur lebih spesifiknya menjalankan
industri logam besi dan baja. Pada umumnya unit usaha PT STD, Tbk adalah
sebagai produsen pipa besi. Hingga september 2013 lalu PT STD, Tbk memiliki
lima unit pabrik besar untuk memproduksi barang dan jasa besi dan baja serta
elemen dijenis yang sama. Adapun produk yang dihasilkan diantaranya :

• ERW Pipes

Merupakan pipa baja, pita baja dan plat baja untuk memenuhi
permintaan dari industri minyak bumi dan gas alam, industri
konstruksi baja dan sejenisnya.

• SAW Spiral Welded Pipes

Merupakan plat baja spiral untuk memenuhi permintaan dari


industri konstruksi. Jenis pipa yang dihasilkan adalah water pipes
line, steel pipe, oil and gas pipe line, general purpose ASTM a 53.

• Stainless Welded Pipes

Merupakan pipa baja untuk keperluan umum. Jenis pipa yang


dihasilkan Decoration /Ornamental Stainless Steel pipe,
industrial/chemical pipe SUS 304.

• Produk lain

Jenis produk yang dihasilkan fish box, lighting pole, telephone


pole, electrical pole, and scaffolding.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
50

• Jasa yang diberikan

Jenis jasa yang ada yaitu Coating (pembuatan lapisan), Shearing


(pengguntingan), Slitting (pemotongan).

3.2.5 Kebijakan Aset Tetap PT STD, Tbk


Perusahaan ini menganut kebijakan akuntansi sesuai dengan standar
akuntansi keuangan (SAK) di Indonesia. Prinsip akuntansi yang digunakan sesuai
dengan berbagai PSAK, ISAK serta PPSAK. Adapun PSAK yang berdampak
signifikan terhadap laporan konsolidasi yaitu PSAK no 24 revisi 2010 telah
disesuaikan pada tahun berjalan. Prinsip akuntansi ini telah diterapkan secara
konsisten dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk tahun yang
berakhir 31 Desember 2013. Untuk hal-hal yang berhubungan dengan aset tetap
perusahaan menerapkan sesuai dengan PSAK 16 revisi 2011. Untuk aset tetap
berupa tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dicatat pada
jumlah revaluasian yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi dengan
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah
tanggal revaluasi. Revaluasi yang dilakukan adalah secara keteraturan yang cukup
reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material
dari yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal posisi
keuangan.

Sedangkan untuk penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus


untuk kelompok bangunan dan prasarana, untuk kelompok aset tetap lainnya
disusutkan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda berdasarkan
taksiran masa manfaat ekonomis sebagai berikut:

• Bangunan dan prasarana 20 tahun

• Mesin dan peralatan 4-25 tahun

Kenaikan yang terjadi dan memengaruhi nilai aset merupakan kenaikan yang
berasal dari nilai revaluasi tanah, bangunan, dan mesin tersebut langsung
dikreditkan ke surplus revaluasi pada pendapatan komprehensif lain kecuali
sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah diakui dalam laporan

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
51

laba rugi komprehensif, dalam hal ini kenaikan revaluasi hingga sebesar
penurunan nilai aset akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam laporan laba rugi
komprehensif. Penurunan jumlah tercatat yang berasal dari revaluasi aset tetap
dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif apabila penurunan tersebut
melebihi saldo akun surplus revaluasi aset tetap yang berasal dari revaluasi
sebelumnya, jika ada. Akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan
dengan cara dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah
tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari
aset tersebut. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjualan atau
penghentian tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan ditentukan
sebesar perbedaan antara jumlah, neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari
aset tetap tersebut dan dicatat dalam laporan laba rugi. Untuk aset tetap lainnya
dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Penyusutan dinilai dengan metode saldo
menurun ganda berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai
berikut:

• Kendaraan 2-4 tahun

• Inventaris kantor 2-4 tahun

Sedangkan aset sewa (leasing) pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran


manfaat ekonomi yang sama dengan aset yang dimiliki sendiri. Adapun daftar aset
tetap PT STD,Tbk adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
52

Aset Tetap 31-Dec-13 31-Dec-12

PEMILIKAN LANGSUNG :
Tanah 472.838.489.498 266.807.100.000
Bangunan dan Prasarana 58.153.874.890 53.852.400.000
Mesin dan Peralatan 221.256.311.720 196.853.300.000
Kendaraan 11.358.018.644 8.871.199.306
Inventaris Kantor 11.234.807.399 10.620.643.597
AKTIVA DALAM PENYELESAIAN
Bangunan dan Prasarana 14.244.198.307 10.429.330.920
Mesin dan Peralatan 19.490.092.544 6.162.087.882
Inventaris Kantor 14.731.500 75.796.472
AKTIVA SGU
Mesin dan Peralatan 16.825.499.554 10.174.475.854
Kendaraan - -
Inventaris Kantor - -

TOTAL HARGA PEROLEHAN 825.416.024.056 563.846.334.031

Aset Tetap 31-Dec-13 31-Dec-12

Accumulated Depreciation :
PEMILIKAN LANGSUNG
Acc Tanah - -
Acc.Dep Bangunan dan
Prasarana - -
Acc.Dep Mesin dan Peralatan - -
Acc.Dep Kendaraan 6.663.739.542 5.130.214.454
Acc.Dep Inventaris Kantor 7.828.507.422 9.046.291.863
AKTIVA SGU
Acc.Dep Mesin dan Peralatan 650.766.160 2.643.701.786
Acc.Dep Kendaraan - -
Acc.Dep Inventaris Kantor - -
Total Akumulasi penyusutan 15.143.013.124 16.820.208.104
Net Book Value 810.273.010.931 547.026.125.926

Sumber : Laporan keuangan 2013 PT STD,Tbk (telah diolah kembali)

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
53

Pada tabel diatas tergambarkan bahwa PT STD,Tbk memiliki tiga jenis aset tetap
dimana didalamnya terdapat beberapa contoh aset tetap yang digunakan dalam
proses produksi perusahaan. Perusahaan memiliki jenis aset yang diperoleh dari
pembelian langsung aset tetap secara tunai maupun kredit, aset tetap dalam
penyelesaian dan aset tetap sewa guna usaha. Pada umumnya aset tetap
perusahaan merupakan aset tetap yang dimiliki langsung oleh PT STD,Tbk.
perusahaan memilih untuk memiliki aset tersebut secara langsung karena pada
dasarnya aset yang berupa mesin dan peralatan merupakan aset yang dirakit
sendiri oleh perusahaan dan jarang disediakan oleh jasa penyewaan pada
umumnya. Mesin akan dirakit menurut bagiannya (sparepart) masing-masing
dimana bagian-bagian tersebut akan dipesan secara independen, sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk perusahaan dapat menikmati
manfaat dari mesin tersbut. Dikarenakan hal tersebut maka mesin-mesin yang
masih dalam proses perakitan akan dimasukan ke dalam aset dalam penyelesaian.
Untuk inventaris kantor pada umumnya perusahaan juga memesan secara
independen seperti spesifikasi inventaris kantor berupa meja, kursi, serta proyek
cctv untuk masing-masing plant dan inventaris lainnya sehingga jika manfaat dari
inventaris tersebut belum mengalir kepada perusahaan maka akan digolongkan
kedalam aset tetap dalam penyelesaian.
Selain kepemilikan langsung perusahaan juga menggunakan alternatif penyewaan
aset teap berupa mesin dan peralatan. Jenis mesin yang disewa bukan merupakan
mesin yang dirakit sendiri melainkan mesin atau peralatan yang digunakan untuk
produksi lainnya. Keputusan perusahaan untuk mengadakan investasi melalui
pembiayaan aktiva tetap menjadi hal yang menarik untuk dilakukan, namun
seringkali perusahaan dihadapkan pada masalah bagaimana cara memperoleh
barang-barang modal atau aset tetap yang dibutuhkan dengan biaya seminimal
mungkin. Oleh karena itu perusahaan memilih alternatif sewa guna usaha
pembiayaan. Alternatif yang dipilih perusahaan untuk pembiayaan aktiva tetap
akan sangat berdampak untuk perusahaan itu sendiri, seperti biaya yang
dibutuhkan tidak sebesar biaya pengadaan mesin baru. Sewa guna usaha (leasing)
adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
54

tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak


opsi bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu sewa guna usaha (leasing)
berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Melalui pembiayaan
sewa guna usaha (leasing) perusahaan dapat memperoleh barang-barang modal
untuk operasional dengan mudah dan cepat. Pada tabel akumulasi penyusutan aset
tetap PT STD,Tbk terlihat bahwa aset bangunan dan prasarana serta mesin dan
peralatan mengalami penyusutan sebesar nol “0” hal ini dikarenakan kedua jenis
aset ini dinilai dengan metode revaluasi dan nilai akumulasi penyusutan pada
tanggal revaluasi diperlakukan dengan cara dieliminasi terhadap jumlah tercatat
bruto aset. Hal ini akan diilustrasikan lebih lanjut pada bab pembahasan.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT
STD,Tbk atas aset tetap. Apakah kebijakan akuntansi yang digunakan telah sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Dengan melihat penerapan
tersebut maka dapat dilakukan suatu analisis mengenai proses audit yang
dijalankan oleh KAP ABC terhadap PT STD, Tbk. Selain itu analisis yang
dilakukan akan dikomparasikan dengan teori yang merujuk pada buku Arens
et.al., (2009).

4.1 Akuntansi atas Aset Tetap PT STD, Tbk

PT STD, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di industri pengolahan


pipa baja, dimana fokus utama lini bisnis mereka adalah penjualan pipa baja.
Untuk memproduksi berbagai macam jenis produk perusahaan memerlukan
berbagai jenis alat produksi yang tergolong kedalam aset tetap. Pengelompokan
aset tetap dilakukan berdasarkan penggunaan dari aset tetap masing-masing unit,
adapun pengelompokkan aset tetap yang dimiliki PT STD,Tbk adalah sebagai
berikut:

• Tanah

• Bangunan

• Mesin dan Peralatan

• Kendaraan

• Inventaris Kantor

• Aset tetap dalam penyelesaian

• Aset tetap Sewa Guna Usaha (SGU)

55
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
56

Aset tetap yang memiliki kepemilikan langsung adalah berupa tanah, bangunan
dan prasarana, mesin dan peralatan, kendaraan dan inventaris kantor. Sedangkan
aset tetap dalam penyelesaian dan aset tetap sewa guna usaha merupakan bagian
dari aset tetap yang belum dapat menjadi milik perusahaan. Aset tetap dalam
penyelesaian adalah segala jenis aset yang mana masih dalam tahap penyelesaian
contohnya bangunan & prasarana, mesin dan peralatan. Aset tetap sewa guna
usaha adalah jenis aset yang didapat dari kegiatan sewa guna usaha (leasing)
dimana menurut PSAK 30 dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sewa
pembiayaan dan sewa operasi. Contoh aset yang menjadi bagian dari aset sewa
guna usaha adalah mesin dan peralatan, kendaraan dan inventaris kantor. Untuk
menilai aset tetap yang dimiliki perusahaan menggunakan metode revaluasi.
Metode revaluasi adalah penilaian nilai wajar dari sebuah aset yang ditentukan
oleh penilai profesional berdasarkan bukti pasar, nilai wajar pada tanggal
revaluasi akan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Metode ini dilakukan oleh
perusahaan secara periodik dengan melihat tingkat materialitas perbedaan nilai
buku dan nilai wajar.

PT STD,Tbk melakukan perubahan kebijakan akuntansi atas aset tetap pada tahun
2009 dimana dari kebijakan akuntansi metode biaya menjadi metode revaluasi.
Aset yang menggunakan metode revaluasi adalah aset berupa tanah, bangunan dan
prasarana serta mesin dan peralatan. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang
cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara
material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada
tanggal posisi keuangan. Atas perubahan kebijakan akuntansi dari model biaya ke
model revaluasi, maka perubahan tersebut berlaku secara prospektif. Untuk aset
tetap lainnya dinilai dengan biaya perolehan (cost method). PT STD,Tbk telah
melakukan proses revaluasi pada tahun 2009, 2011, 2012 ketika perusahaan
melakukan Initial Public Offering (IPO) dan 2013. Ditahun 2010 aset tetap tidak
dilaksanakan revaluasi karena perubahan nilai wajar dari aset tetap tidak
signifikan sehingga revaluasi dilanjutkan ditahun 2011. Beban penyusutan akan
dihitung dengan metode garis lurus terkecuali untuk kelompok bangunan dan
prasarana disusutkan dengan metode saldo menurun ganda. Estimasi masa

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
57

manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan akan diniali kembali setiap
akhir tahun/periode. Jenis metode revaluasi yang digunakan adalah jenis kedua
menurut PSAK 16 (revisi 2011) yaitu dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto
dari aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar
jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering dipakai untuk aset tetap
berupa bangunan, sebagai contoh jurnal:
20x1 Pembelian aset seharga 1000

Dr. Bangunan A 1000

Cr. Kas 1000

Dr. Beban penyusutan 50

Cr. Akumulasi penyusutan 50

Nilai buku bangunan adalah 950

20x1 direvaluasi dengan nilai pasar adalah 970

Dr.Beban Penyusutan 50

Cr.Bangunan A 50

Nilai aset yang dikreditkan ditahun revaluasi ini yang akan menjadi nilai buku
yang dikomparasikan dengan nilai wajar. Inilah yang disebut dengan eliminasi
jumlah tercatat bruto dari asset, dimana jumlah bruto tersebut adalah akumulasi
penyusutan aset tetap dari tahun berjalan sesuai dengan masa manfaatnya.

Dengan menggunakan metode revaluasi ketika ada perbedaan antara nilai buku
dan hasil appraisal, atau kenaikan atas nilai revaluasi di tahun perhitungan maka
nilai kenaikan tersebut akan dikreditkan ke surplus revaluasi pada pendapatan
komprehensif lainnya. Jika terjadi penurunan jumlah tercatat hasil revaluasi maka
aset tetap akan dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif, apabila
penurunan tersebut melebihi nilai saldo akun surplus revaluasi yang berasal dari
revaluasi sebelumnya. Adapun contoh jurnalnya yaitu :

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
58

20x2 Kenaikan revaluasi :

Dr. Akumulasi penyusutan 50

Cr. Asset 30

Cr. Surplus Revaluasi 20

Jika terjadi penurunan nilai revaluasi :

Dr. Akumulasi penyusutan 50

Dr. Rugi penurunan revaluasi 20

Cr. Asset 70

Perlakuan terhadap aset tetap lainnya seperti aset tetap dalam penyelesaian dan
aset tetap sewa guna usaha berbeda dengan perlakuan aset tetap pada umumnya.
Untuk aset tetap tersebut perusahaan menghitung berdasarkan biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.

Dalam menjalankan operasional perusahaan dapat melakukan penambahan dan


pengurangan aset tetap selama tahun berjalan hal ini terkait dengan kebutuhan
operasional perusahaan tersebut. penambahan atau pembelian aset tetap PT
STD,Tbk melakukan prosedur siklus pembelian yang sama dengan siklus
pembelian pada umumnya. Pertama, pengajuan pembelian aset tetap akan
diajukan oleh masing-masing departemen dilengkapi dengan menggunakan
formulir pengajuan yang mana formulir ini akan diotorisasi oleh kepala bagian
departemen yang mengajukan. Kemudian akan dikirimkan kepada divisi
pembelian untuk dibuatkan purchase order dan akan diotorisasi langsung oleh
kepala bagian divisi pembelian. Selanjutnya akan diserahkan kepada direktur
untuk diminta persetujuannya, jika disetujui maka akan diotorisasi dan dilanjutkan
ke divisi pengadaan aset tetap yang akan memesan barang ke vendor, jika barang
telah dipesan maka divisi pengadaan akan menerima invoice dari vendor. Setelah
diterima invoice maka akan dibuatkan payment voucher yang diotorisasi oleh

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
59

kepala divisi keuangan dan dilanjutkan ke bagian kasir untuk pembayaran


pengadaan aset tetap tersebut baik berupa tunai ataupun kredit. Jika dalam waktu
yang telah ditentukan barang yang dipesan akan dikirim maka bagian pengadaan
barang akan menerima dokumen berupa delivery order untuk aset tetap berupa
mesin dan peralatan, sedangkan untuk tanah dan bangunan akan diterima
dokumen terkait kepemilikan tanah dan bangunan serta dokumen lainnya.

Untuk pelepasan aset PT STD,Tbk hanya melakukan pelepasan aset tetap ketika
aset tetap tersebut sudah habis masa manfaatnya atau sudah usang. Setiap divisi
mempunyai daftar aset tetap yang telah usang dan rusak kemudian daftar itu
diserahkan dan disetujui oleh manajer masing-masing divisi, dan jika telah
disetujui maka aset tersebut akan dilepaskan/dijual. Jika hasil penjualan tersebut
besar daripada estimasi nilai buku maka akan dimasukan kedalam akun
pendapatan komprehensif lainnya.

4.1.1 Metode Penyusutan dan Masa Manfaat Aset Tetap PT STD,Tbk


Penyusutan terhadap aset tetap dimulai pada saat aset tersebut telah siap
digunakan yaitu pada saat aset tersebut telah berada dilokasi dalam kondisi yang
diinginkan oleh manajemen. Untuk menentukan beban penyusutan yang terjadi
setiap periode, PT STD,Tbk menggunakan metode garis lurus untuk semua aset
tetap kecuali untuk aset tetap berupa bangunan dan prasarana yang mana akan
disusutkan dengan metode saldo menurun ganda dihitung berdasarkan taksiran
masa manfaat ekonomis. Sedangkan untuk aset sewa guna usaha pembiayaan
(leasing) akan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang
sama dengan aset yang dimiliki sendiri. Berikut adalah jenis pengelompokan aset
tetap beserta estimasi masa manfaatnya :

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
60

Tabel 4.1.1 Masa Manfaat Ekonomis berdasarkan Jenis Aset Tetap dan
Aset tetap lainnya PT STD,Tbk

Jenis Aset Tetap dan Aset Tetap Masa Manfaat


Lainnya Ekonomis (tahun)

Bangunan dan Prasarana 20

Mesin dan Peralatan 4 - 20

Kendaraan 2-5

Inventoris Kantor 2-5


(Sumber : Laporan keuangan PT STD,Tbk. Data diolah kembali)

4.2 Prosedur Audit PT STD,Tbk

KAP ABC melakukan audit terhadap PT STD,Tbk untuk memperoleh


keandalan laporan keuangan PT STD,Tbk apakah sesuai dengan standar akuntansi
umum yang berlaku di Indonesia. Terkait dengan proses audit yang dilaksanakan,
KAP ABC memiliki proses audit dalam bentuk ABC methodology. ABC
methodology berisikan panduan yang dimulai dari penilaian dan penerimaan klien
hingga proses akhir penerbitan opini audit. Terdapat lima fase didalam ABC
methodology yaitu Client acceptance and Re-evaluation, Preplanning, Planning,
Fieldwork dan Completion & Repporting. Selama proses magang berlangsung
penulis berperan dalam penyelesaian fase fieldwork. Adapun pembahasannya
sebagai berikut.

4.2.1 Client acceptance and Re-evaluation


PT STD,Tbk merupakan klien lanjutan bagi KAP ABC, pada fase ini auditor in
charge akan melakukan evaluasi dibeberapa bagian laporan keuangan perusahaan.
PT STD,Tbk telah diaudit oleh KAP ABC kurang lebih tiga tahun berturut-turut

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
61

sehingga sebagian besar lini bisnis perusahaan telah diketahui oleh partner in
charge,selama tiga tahun ini tidak tidak terjadi pelanggaran yang memunculkan
isu tertentu, maka prosedur pada fase ini dilaksanakan secara singkat oleh partner
in charge KAP ABC.

4.2.2 Preplanning
Secara garis besar pada fase ini diterapkan prosedur sebelum membangun sebuah
rencana rancangan audit. Hal-hal yang harus diperhatikan pada fase ini adalah:

a) Menilai bisnis klien termasuk didalamnya jenis-jenis usaha, industri


klien, segala macam bentuk peraturan khusus terkait industri klien
serta pihak-pihak internal yang terkait dan berkepentingan didalam
perusahaan. Pemahaman dasar perusahaan dapat dilihat dari tiga
kategori yaitu diantaranya:
• Operasional bisnis klien, contoh:
− Dasar dari sumber pendapatan barang atau jasa serta
pasar yang menjadi tujuan
− Kegiatan operasional
− Persekutuan, joint venture atau kegiatan outsourcing
− Segmen industri dan keadaan secara geologi
− Lokasi fasilitas produksi, gudang dan kantor
− Pelanggan, distibutor dan pekerja
− Kegiatan pengembangan dan penelitian
− Transaksi dengan pihak berelasi
• Kegiatan Investasi, contoh:
− Aktifitas akuisisi (akan, atau sebelumnya sudah)
− Investasi dan disposisi hutang dan securities.
− Capital investment
• Aktifitas keuangan, contoh:
− Struktur kepemilikan anak dalam konsolidasi atau
diluar konsolidasi

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
62

− Struktur dan jangka waktu hutang termasuk


didalamnya perjanjian sewa dan sejenisnya
− Beneficial owners dan pihak berelasi
− Penggunaan instrumen derifatif
• Laporan keuangan termasuk didalamnya:
− Prinsip akuntansi yang digunakan
− Praktek pengakuan pendapatan
− Nilai wajar dalam perhitungan akuntansi
− Aset dalam mata uang asing, kewajiban serta transaksi
terkait
− Transaksi akuntansi yang tidak dianggap wajar
b) Melakukan prosedur analitis awal dengan menilai performa klien pada
periode tersebut. Dalam penilaian performa, auditor dapat
membandingkan nilai saldo akun tertentu pada tahun berjalan ataupun
membandingkan dengan industri lain dengan lini bisnis yang sama.
c) Memahami pengendalian internal klien untuk mencapai empat tujuan
pengendalian internal. Dalam hal ini manajemen harus memastikan
keandalan atas laporan keuangan, operasional yang efektif dan efisien,
pemeliharaan aset dan sadar hukum serta regulasi-regulasi yang
terkait.
d) Auditor menganalisis terkait ketahanan bisnis perusahaan dan
melakukan prediksi melalui rumus Altman Z-Score yang digunakan
untuk menilai seberapa baik going concern suatu entitas. Terdapat
perbedaan rumus antara perusahaan publik dan perusahan non-publik,
yang mana rumusnya dapat dijelaskan sebagai berkut:

Listed company Z-score =

Net current assets × 1.2 ÷ Total assets

Plus Retained earnings × 1.4 ÷ Total assets

Plus Profit before interest and tax × 3.3 ÷ Total assets

Plus Market capitalisation × 0.6 ÷ Liabilities

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
63

Plus Turnover × 1.0 ÷ Total assets

Note : Model ini merupakan Z-score untuk perusahaan publik


dibidang manufaktur atau perusahaan jasa. Asumsinya harus
menambahkan back significant goodwill written-off to reserves; dan
kesimpulannya jika Z-score turun mencapai dibawah 3.0, pemecahan
masalah bagi perusahaan harus lebih complex. Jika turun dibawah 1.8
maka terdapat potensi yang kuat tanpa pemecahan masalah yang
komplex untuk dua tahun kedepan.

Tabel 4.2.2.1 dibawah ini akan menjabarkan hasil perhitungan Altman’s Z-score
PT STD,Tbk dengan menggunakan dasar tahun 2012 dan 2013.

Tabel 4.2.2.1 Perhitungan Altman’s Z-score PT STD,Tbk

Factor 2013 2012


(Net current assets / Total asset) x 1,2 0,82 0,85
(Retained earnings on balance sheet / Total assets) x 1,4 0,003 0,004
(Profit before interest and tax / Total assets) x 3,3 0,1 0,14
(Maket capitalisation/ Total liabilities) x 0,6 0,17 0,102
Total Z-score 1,093 1,096

Sumber: Data Pre-Eliminary Going concern RSM AAJ “telah diolah kembali”

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa PT STD,Tbk dapat memenuhi kriteria


going concern. PT STD,Tbk dinilai mampu untuk memecahkan masalah seperti
pembayaran hutang untuk periode dua tahun mendatang. Data keuangan yang
digunakan oleh tim audit dalam menghitung Altman’s Z-score adalah sebagai
berikut:

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
64

Tabel 4.2.2.2 Data Keuangan yang Digunakan Dalam Menghitung


Altman’s Z-score

Data Keuangan 2013 2012


Net current assets 2.102.345.000.000 1.635.899.300.000
Retained earnings on balance sheet 149.964.500.000 7.469.000.000
Profit before interest and tax 175.880.600.000 104.377.000.000
Maket capitalisation 503.019.300.000 300.019.300.000
Total assets 3.075.503.900.000 3.075.503.900.000
Total liabilities 1.721.382.600.000 1.759.867.200.000

Sumber: Laporan Keuangan PT STD,Tbk “telah diolah kembali”

Private company Z-score =

Net current assets × 6.6 ÷ Total assets

Plus Retained earnings × 3.3 ÷ Total assets

Plus Profit before interest and tax × 6.7 ÷ Total assets

Plus Shareholders funds × 1.0 ÷ Total liabilities

Note : Model Z-score ini digunakan untuk perusahaan non-publik


dibidang manufaktur dan jasa. Asumsinya harus menambahkan back
significant goodwill written-off to reserves; dan kesimpulannya jika Z-
score turun mencapai dibawah 2.6, pemecahan masalah bagi
perusahaan harus lebih complex dan berhati-hati. Jika turun dibawah
1.1 maka terdapat potensi yang kuat tanpa pemecahan masalah yang
komplex untuk dua tahun kedepan.

Pemahaman terhadap going concern ini dapat mengungkapkan risiko


terhadap bisnis klien. Risiko bisnis biasanya akan muncul ketika
perusahaan mengembangkan produk baru, terdapat peningkatan
perkembangan pasar serta pergerakan produk dipasaran yang
menyebabkan timbulnya risiko reputasi perusahaan. Selain internal
perusahaan, auditor harus menilai faktor-faktor lain yang dapat

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
65

memengaruhi ketahanan bisnis klien ini seperti faktor industri terkait,


regulasi, dan kondisi perekonomian.
e) Menilai risiko audit yang akan muncul seperti penyalahgunaan
wewenang ataupun risiko kecurangan. Beberapa tahap penilaian
terhadap penilaian risiko kecurangan menurut International Standard
Auditing (ISA) yaitu:
• Profesional Scepticism. Seorang auditor harus
mempertahankan sikap profesional sebagai menyedia jasa
independen. Jika terdapat hal-hal yang meragukan dan
dicurigai sebagai suatu kecurangan maka auditor akan mampu
bertindak dan mencari informasi yang benar melalui berbagi
tindakan seperti melaksanakan introgasi manajemen, observasi
atau melakukan investigasi. (ISA 240)
• Menerapkan prosedur penilaian risiko dan aktifitas pendukung
lainnya. Prosedur-prosedur ini dapat dimulai dengan penilaian
manajemen terkait adanya kecurangan atau tidak,
pertimbangan terhadap entitas kecil, lokasi yang banyak,
penyelidikan atas manajemen dan entitas yang memiliki
hubungan langsung, penyelidikan terhadap pengendalian
internal, memperoleh pemahaman atas tindakan yang salah
berdasarkan peraturan, memperoleh informasi tambahan,
memperoleh entitas kecil yang spesifik, dan mengevaluasi
faktor kemunculan risiko kecurangan.
• Mengidentifikasi dan menilai risiko yang material terhadap
kecurangan. Auditor dapat menyadari adanya risiko
kecurangan didalam pengakuan pendapatan, pengendalian
entitas terseut, dan laporan keuangan secara keseluruhan.
f) Diskusi bersama tim audit terkait prosedur yang akan diterapkan pada
klien. Auditor dapat menyimpulkan prosedur yang akan diterapkan
melalui pemahaman yang telah dilakukan sebelumnya baik terkait
dengan sifat dasar entitas, strategi bisnis klien, operasional klien,

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
66

lingkungan bisnis klien, pengendalian internal klien, faktor-faktor


eksternal disekitar klien, dan ketahanan bisnis klien.

Dari keseluruhan prosedur diatas, auditor dapat merangkum suatu laporan atas
kemungkinan munculnya risiko klien secara keseluruhan. Dari dokumen terkait
hal tersebut (risk report) auditor dapat memutuskan untuk melakukan test of
control pada proses pengakuan pendapatan sebagai proses yang memiliki peluang
yang tinggi terhadap kemunculan risiko audit.

4.2.3 Planning
Pada fase ini auditor menguji efektifitas atas pengendalian internal,
menentukan batas materialitas, test of controls, dan merancang prosedur audit.
Menurut ABC methodology prosedur yang dilaksanakan pada fase ini adalah:
1. Efektifitas pengendalian internal
Melalui ABC methodology auditor dapat menguji keefektifan pengendalian
internal entitas klien dapat dilakukan melalui:
• Pemahaman pengendalian internal entitas
• Memahami dasar pengendalian yang relevan terhadap lingkungan bisnis
klien
• Pengendalian lingkungan seperti manajemen dan elemen-elemen secara
kolektif
• Memahami proses penilaian risiko entitas
• Memahami sistem informasi yang digunakan klien yang berkaitan dengan
proses bisnis dan relevan dengan laporan keuangan serta komunikasinya.
• Pengendalian yang berkaitan dengan audit
• Pengendalian pengawasan
• Memahami hukum dan regulasi yang berlaku
2. Penentuan batas materialitas
Selanjutnya auditor dapat menentukan batas materialitas. Penentuan ini akan
dinilai oleh manager in charge dan disetujui oleh partner in charge. Hal-hal
terkait penentuan batas materialitas adalah:

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
67

• Batas kewajaran dapat ditentukan melalui tahap penentuan overall


materiality seperti jenis klien, pertimbangan kualitatif, isu-isu terdahulu dan
ditentukan akun-akun
kondisi perekonomian. Dari hal tersebut maka dapat ditentukan
yang material berdasarkan overall materiality limit (OML). Hal ini terkait
dengan indentifikasi para pengguna laporan keuangan tersebut. Dalam hal ini
PT STD,Tbk merupakan perusahaan terbuka maka pengguna laporan
keuangannya adalah masyarakat
masyarakat dan pemegang saham, maka digolongkan
kedalam high risk audit, sesuai dengan ABC methodology PT STD,Tbk
memiliki 70% performance material limit dari keseluruhan batas materialitas.
Setelah mengetahui bahwa PT STD,Tbk adalah perusahaan yang high risik
audit maka auditor akan mengidentifikasi audit strategi yang akan diterapkan
pada akun transaksi, saldo awal, dan pengungkapan dengan menggunakan satu
atau lebih teknik yang sesuai diantaranya test of cotrols, subtantive analytical
review procedures dan test of detail. Auditor dapat mengkombinasi ketiga
teknik tersebut jika terdapat dasar dan batasan yang sama diantara penilaian
risiko materialitasnya. Diagram dibawah ini akan menyajikan pilihan yang
tersedia beserta dampak bahwa pilihan ini memiliki sifat, waktu dan dapat
memperluas test of detail.

Tabel 4.2.3.1 : Audit Respon Decision Tree

Sumber : ABC manual (2010)


• Menentukan benchmark dari laporan keuangan klien. Berdasarkan ABC
method batas materialitas dapat ditentukan melalui total net asset, total

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
68

revenue, net income before tax, total asset. Subtantif perusahaan bisanya
tertuju pada total aset atau total revenue. Menurut ABC methodology
persentase benchmark yang akan ditentukan merupakan tarif progresif. Jika
alternatif benchmark telah digunakan, auditor harus mendokumentasikan
benchmark yang digunakan dan percaya dengan alasan auditor, bahwa hal
tersebut relevan dengan pengguna utama laporan keuangan. Ketika benchmark
lain digunakan, maka harus didasarkan pada ukuran keuangan yang dianggap
paling relevan kepada pengguna laporan keuangan utama, relatif stabil dan
dapat diprediksi serta berhubungan dengan laporan keuangan yang diaudit.
Misalnya, jika neraca yang sedang diaudit maka tidak akan sesuai jika
menggunakan pendapatan atau laba bersih sebagai basisnya.
Jika laporan laba rugi yang diaudit kurang dari satu tahun maka tidak akan
sesuai dengan pendapatan tahunan atau laba sebelum pajak untuk dijadikan
benchmark. Selain itu, jika auditor akan menerbitkan laporan audit terpisah
pada laporan keuangan dari setiap komponen yang terpisah dari entitas, maka
batas materialitas kuantitatif terpisah harus ditetapkan untuk masing-masing
komponen tersebut. Benchmark yang digunakan harus diterapkan secara
konsisten dari tahun ke tahun kecuali salah satu pengguna utama laporan
keuangan atau unsur-unsur laporan keuangan yang menjadi dasar keputusan
ekonomi mereka berubah pada tahun berjalan. Jika auditor percaya bahwa hal
tersebut adalah tepat untuk mengubah benchmark dari benchmark yang
digunakan pada tahun sebelumnya, pembenaran untuk perubahan harus
didokumentasikan. Adapun cara pemilihan benchmark dapat ditentukan
melalui persentase berikut:

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
69

Tabel 4.2.3.2 : Penentuan Overall Materiality Limit (OML) untuk high risk
client

Minimum Maximum
percentage percentage

Total assets or Revenues 0.5% 2.0%

Net assets 3.0% 5.0%

Normalised income from continuing operations 5.0% 10.0%


before taxes

Sumber: ABC Methodology “telah diolah kembali”

Tabel 4.2.3.3 : Penentuan Overall Materiality Limit (OML) untuk low risk
client

Minimum Maximum
percentage percentage

Total assets or Revenues 1.25% 2.0%

Net assets 4.0% 5.0%

Normalised income from continuing operations 7.5% 10.0%


before taxes

Sumber: ABC Methodology “telah diolah kembali”


Ketika benchmark alternatif digunakan, auditor harus menentukan persentase
yang sesuai untuk diterapkan pada benchmark alternatif yang akan
menanggung hubungan yang wajar dengan persentase yang ditetapkan di atas,
dan memberikan pertimbangan karena adanya hubungan normalisasi tolak ukur
dan acuan yang telah dipilih. Auditor harus mendokumentasikan pembenaran
untuk menentukan persentase yang sesuai. Secara keseluruhan meterialitas
akan digunakan untuk:

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
70

− Penentuan apakah perhitungan secara kuantitatif, nilai masing-


masing kelas transaksi, saldo akun atau pengungkapan material;
dan
− Mengevaluasi pada akhir audit, apakah salah saji yang
diidentifikasi dari prosedur audit material, baik secara individu
maupun secara agregat
• Selanjutnya auditor menentukan performance materiality. Performance
materiality merupakan angka yang ditentukan oleh auditor yang mana
jumlahnya lebih kecil dari materialitas dari laporan keuangan entitas secara
keseluruhan. Jika auditor menyimpulkan bahwa performa materialitas lebih
kecil dari materialitas laporan keuangan secara keseluruhan maka dapat
diaplikasikan dalam pengujian pada transaksi, account balance, atau
pengungkapan. Contohnya melihat apakah perusahaan klien tergolong low risk
atau high risk. Jika low risk maka akan dihitung 80% dari overall materiality
sedangkan untuk high risk akan dihitung 70% dari overall materiality. Adapun
rumus penentuan performance materiality adalah
Performance Materiality = Overall Materiality × Overall Audit Risk
Percentage (70% or 80%)

Pada kasus ini, nilai overall materiality limit (OML) pada PT STD,Tbk dengan
dasar penetapan materialitas adalah total aset pada tanggal pelaporan 31
Desember 2013 dan tingkat materialitasnya adalah sebesar 1% maka nilainya
sebesar Rp 30,755,039,000 sehingga akun-akun yang memiliki nilai saldo lebih
tinggi dari OML dianggap material. Sedangkan nilai performance materiality
adalah 70% (high risk audit) dari nilai OML sehingga besaran saldonya senilai
Rp 21,528,527,300.

3. Test of Controls
Pengujian ini dapat dilakukan berdasarkan hasil penilaian pada fase
sebelumnya yang didokumentasikan didalam sebuah risk report. Pengujian ini
bertujuan untuk melihat efektifitas pengendalian internal dalam mencapai
tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada proses ini auditor tidak
melaksanakan test of controls atas nilai aset tetap perusahaan melaikan

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
71

melaksanakan test of controls pada transaksi pengadaan aset tetap. Karena


berdasarkan analisis, inquiry kemungkinan salah saji pada nilai aset tetap
sangat kecil oleh untuk memitigasi resiko salah sajinya dalam fixed aset
terdapat banyak prosedur yang dilakukan (test of details), test opening balance,
recalculate, stock opname fixed assets, cek additional and disposal, cek to
appraisal. Prosedur test of controls pada transaksi pengadaan aset tetap
dilakukan dengan memeriksa dokumen, catatan, dan laporan dari sampel
pengadaan aset tetap yang signifikan dilakukan pada tahun 2013. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa tidak ada nilai transaksi yang material yang dapat
mempengaruhi kewajaran penyajian akun yang bersangkutan. Tujuan yang
dicapai pada proses ini adalah occurrence dimana pembelian yang dibukukan
adalah untuk barang dan jasa yang diterima dan konsisten dengan kebutuhan
auditee, completeness dimana seluruh transaksi pembelian sudah tercatat,
accuracy dimana transaksi pembelian telah dicatat dengan akurat,
classification dimana transaksi pembelian telah diklasifikasikan ke account
yang benar dan timing dimana transaksi pembelian telah dibukukan pada
tanggal (periode) yang tepat. Sample yang digunakan berasal dari dokumen
terkait penjualan seperti form permintaan pelanggan, pesanan penjualan,
pemberian kredit (jika ada), dokumen pengiriman barang, faktur penjualan,
jurnal atau daftar penjualan, slip pembayaran (jika sudah dibayar), sebanyak 23
samples diambil selama 3 bulan dengan tingkat keyakinan 5%.
Pengendalian internal kunci yang seharusnya ada dalam pengendalian internal
pada proses penjualan PT STD,Tbk diantaranya:
a. Auditor memastikan adanya pemisahan tugas yang memadai untuk
setiap kegiatan terkait informasi penjualan pada PT STD,Tbk. Untuk
mencegah kecurangan (fraud) maka diperlukan seseorang yang
bertanggung jawab untuk memasukkan informasi transaksi penjualan
dan penerimaan kas ke dalam suatu sistem yang mana tidak dapat
diakses oleh selain yang memiliki wewenang dan PT STD,Tbk telah
melaksanakan hal tersebut dimana akses itu hanya dapat diotorisasi
oleh bagian internal kontrol perusahaan. Karena pada dasanya kegiatan

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
72

usaha mereka yang utama adalah kegiatan jual barang (plat besi atau
baja).
b. Semua dokumen terkait harus diotorisasi dengan semestinya. Tiga jenis
titik kunci otorisasi oleh PT STD,Tbk yang harus dilaksanakan pada
siklus ini yaitu:
− Penjualan secara kredit harus diotorisasi oleh bagian keuangan
sebelum penjualan dilakukan
− Barang yang dikirim hanya yang telah diotorisasi oleh bagian
penjualan
− Harga termasuk syarat penjualan selain itu syarat penjualan
seperti ongkos angkut dan potongan harga harus diberitahukan
terlebih dahulu
c. Dokumen dan catatan dipastikan memadai. Setiap perusahaan memiliki
sistem penyiapan, pemrosesan dan pencatatan transaksi yang berbeda.
Akan sulit untuk mengevaluasi apakah prosedur-prosedur yang
dirancang untuk memberikan pengendalian yang optimal, akan tetapi
prosedur tersebut harus ada untuk memenuhi tujuan pengendalian
internal. Sistem yang digunakan PT STD,Tbk telah memenuhi syarat
tersebut.
d. Menyiapkan dokumen yang prenumbered. Hal ini untuk mencegah
kegagalan dalam penagihan atau pencatatan penjualan dan terjadinya
penagihan dan pencatatan dua kali.
e. Pengiriman rekening bulanan dilakukan oleh seorang yang
bertanggung jawab dan telah diotorisasi oleh kepala bagian divisi
keuangan.
f. Melaksanakan prosedur verifikasi internal dengan mempekerjakan
seseorang yang independen untuk mengecek proses dan pencatatan
transaksi penjualan untuk memenuhi masing-masing tujuan dari enam
tujuan pengendalian internal.
g. Meyakini bahwa aset tetap telah dicover oleh asuransi tertentu.
Berdasakan inquiry auditor seluruh aset tetap PT STD,Tbk kecuali
tanah, telah diasuransikan kepada PT KUT, PT Asuransi AU, PT

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
73

Jasindo dan PT Asuransi WT terhadap risiko kebakaran, pencurian dan


risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp306.401 dan
Rp365.292 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012.
Manajemen berpendapat bahwa jumlah pertanggungan asuransi
tersebut adalah cukup untuk menutup kerugian dari risiko atas aset
yang dipertanggungkan
Setelah menyimpulkan keempat prosedur tersebut maka auditor dapat
melakukan pengembangan prosedur pemeriksaan terkait dengan materialitas
terhadap PT STD,Tbk, hal ini dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan
klien terkait informasi dan hal-hal yang diperlukan dalam proses audit.

4.2.4 Fieldwork
Pengujian audit yang dilakukan pada fase ini adalah sebagai beritkut:

1. Data Requesting
Auditor dapat meminta data-data terkait pada klien (data requesting). Tujuan
audit yang akan dicapai pada tahap ini adalah accuracy dimana semua data
yang disajikan telah tercatat dengan akurat baik dalam bentuk transaksi
maupun terkait saldo akun dan completeness dimana data yang disajikan telah
lengkap sesuai dengan kebutuhan prosedur audit. Permintaan data ini untuk
mendukung serangkaian pengujian audit. Terdapat dua sifat data yaitu umum
dan khusus. Data umum terkait dengan keseluruhan hal yang terkait dengan
kegiatan audit sedangkan data khusus terkait dengan akun-akun tertentu.
Contoh data yang bersifat umum adalah Laporan posisi keuangan untuk tahun
yang berakhir pada 31 Desember 2013(non-audit), Laporan laba rugi per 31
Desember 2013, Laporan arus kas per 31 Desember 2013, Trial Balance
hingga 31 Desember 2013 dan Buku besar sampai dengan 31 Desember 2013.
Sedangkan data-data khusus yang dibutuhkan oleh auditor terkait aset tetap
adalah daftar aset tetap yang mendeskripsikan saldo awal, penambahan,
pelepasan, dan saldo akhir aset tetap per 31 Desember 2013; Daftar aset tetap
yang mendeskripsikan biaya perolehan, tanggal perolehan, masa manfaat,
penyusutan & akumulasi penyusutan per 31 Desember 2013; Laporan appraisal

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
74

atas aset tetap sampai dengan 31 Desember 2013; Daftar aset tetap dalam
penyelesaian dan aset tetap sewa guna usaha sampai dengan 31 Desember
2013. Manajemen akan mempersiapkan data-data yang ada didalam data
requesting auditor, jika data yang diminta tidak terpenuhi maka akan
dimasukan kedalam data pending hingga nantinya akan diminta kembali secara
bertahap. Dari data yang didapatkan auditor akan mendokumentasikan
prosedur audit pada tahap pecatatan kedalam working papers. Manajemen
keuangan akan mengkoordinir data permintaan auditor terkait dengan data
umum PT STD,Tbk pihak manajemen masih melakukan penyesuaian dimana
angka/saldo terkait masih bergerak/berubah. Hal ini menjadi hambatan bagi
auditor dalam proses audit. Selain itu dalam penyediaan data khusus PT
STD,Tbk mempunyai respon yang cepat, sehigga hal ini membantu kinerja
auditor dalam proses audit. Selama proses audit berlangsung semua data yang
didapatkan oleh auditor diyakini kebenarannya, sehingga auditor dapat
mencapai dua tujuan audit yaitu accuracy dan completeness. Dalam hal audit
atas aset tetap PT STD,Tbk auditor akan meminta list aset sebagai data
requesting awal untuk dapat dibandingkan nilainya dengan dengan general
ledger perusahaan.
2. Test opening balance
Dilanjutkan dengan recalculate and comparing amount dari aset tetap tersebut
terhadap laporan laba rugi. Tujuan audit yang akan dicapai pada tahap ini
adalah tujuan terkait saldo akun aset tetap yaitu accuracy dimana jumlah saldo
pembukaan sama dengan saldo diakhir tahun sebelumnya dimana nilai ini telah
dicatat secara akurat, existence dimana saldo perolehan yang tercatat tahun ini
benar-benar ada dan terkait dengan transaksi penambahan aset pada tahun yang
sama maka auditor harus memastikan bahwa aset tetap yang dibeli ada secara
fisik. Untuk memastikan hal tersebut auditor akan melakukan stoke take
terhadap aset tetap PT STD,Tbk. Dari hal ini auditor akan dapat kepastian atas
list data aset yang diberikan oleh manajemen. Meminta kertas kerja appraisal
kepada manajemen karena PT STD,Tbk melakukan metode revaluasi dalam
tahap penilaian aset tetap perusahaan. Disini auditor hanya bertindak sebagai
reviewer bukan menilai kembali karena perusahaan telah memutuskan untuk

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
75

menggunakan jasa independen appraisal. Manajemen harus menjamin bahwa


pada saat appraisal menilai aset seharusnya mereka telah mengecek dengan
benar kondisi aset tetap dilapangan. Dalam hal ini manajemen juga menjamin
bahwa estimasi umur manfaat ekonomis aset telah dihitung secara benar, jika
tidak maka akan memengaruhi nilai dari aset tersebut pada saat appraisal
menilai dilapangan. Hal-hal lainnya yang harus dipastikan oleh auditor adalah
terkait dengan asuransi. Perusahaan seperti PT STD,Tbk merupakan
perusahaan yang bergerak dijual beli barang, maka sebaiknya dipastikan bahwa
perusahaan memiliki asuransi yang menjamin aset tersebut, karena aset
merupakan salah satu bagian penting dalam kegiatan operasional perusahaan.
3. Dokumentasi Awal
Dokumentasi awal berupa mempersiapkan kertas kerja awal. Tujuan audit yang
akan dicapai adalah tujuan audit terkait transaksi diantaranya accuracy dimana
auditor akan melakukan pengujian apakah pada saat transaksi perolehan aset
telah dicatat oleh kedua pihak yang terkait dan classification dimana pada saat
transaksi perolehan aset dipastikan bahwa telah tercatat dengan benar dan
tepat.
Kertas kerja atau working papers merupakan dasar bagi auditor untuk membuat
laporan audit, karena kertas kerja merupakan bukti dimana auditor mencapai
tujuan-tujuan audit yang berdasarkan pemenuhan bukti audit yang didapat dari
berbagai macam prosedur. Tahap awal yang dapat dilakukan oleh auditor
adalah menyiapkan dokumentasi dari data-data umum yang telah diberikan
oleh klien, biasanya klien memberikan laporan keuangan sementara dan trial
balance diawal, proses audit dari data tersebut auditor dapat mulai
mendokumentasikan kedalam kertas kerja. Hal yang utama bisa
didokumentasikan ke dalam kertas kerja adalah lead schedule. Bentuk dari
lead schedule dapat dilihat pada lampiran pertama dari laporan ini. Secara
keseluruhan lead schedule berisikan perbandingan nilai laporan keuangan
tertanggal 31 Desember 2013 dengan nilai Laporan keungan tertanggal 31
Desember 2012. Untuk kertas kerja aset tetap PT STD,Tbk perbandingan ini
dilakukan antara laporan keuangan tertanggal 31 Desember 2013 dengan nilai
dilaporan keuangan audit interim sebelumnya yaitu tertanggal 31 Oktober

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
76

2013. Hal ini dilakukan karena KAP ABC melakukan audit interim untuk
laporan keuangan tertanggal 31 Oktober 2013 PT STD,Tbk melakukan
revaluasi aset sehingga nilai aset 2013 harus dilihat berapa besar berubahan
nilai pasar yang terjadi diakhir tahun 2013.
Nilai penambahan ataupun pengurangan aset tetap serta surplus revaluasi
tercatat pada bagian ini, sehingga nantinya didapatkan nilai yang telah diaudit
tertanggal 31 Desember 2013. Adapun proses pembuatan lead schedule
didalam sebuah kertas kerja adalah sebagai berikut:
− Auditor mengisi bagian atas lead schedule dengan keterangan nama
perusahaan, periode audit, subjek audit (aset tetap), index atau kode
kertas kerja (1200), kode auditor yang mempersiapkan beserta tanggal
persiapan dan kode nama auditor yang memeriksa beserta tanggal
pemeriksaan.
− Mengisi tabel kedua yaitu berisikan kode akun, nama akun seperti
bangunan, tanah, mesin, aset dalam penyelesaian dan aset sewa guna
usaha beserta akumulasi penyusutan masing-masing aset, nilai aset pada
tanggal yang ditentukan, pengurangan atau penambahan, surplus
revaluasi, jurnal eliminasi, audit balance, preliminary analytical dan
final analytical. Nilai yang akan diisikan adalah nilai yang berasal dari
trial balance klien sesuai dnegan tanggal yang ditentukan. Klien akan
memberikan detail penambahan dan pengurangan serta nilai revaluasi
kepada auditor.
− Memberikan simbol pada kolom referensi. Untuk nilai yang diisikan
auditor akan memberikan simbol “TB” jika nilai yang diberikan telah
sesuai dengan trial balance dan buku besar maka auditor berhak
memberi simbol “GL” pada masing-masing saldo akun. Hal ini
bertujuan untuk menjamin tercapainya tujuan audit akurasi. Pada nilai
saldo akhir tanggal 30 Oktober 2013 diberikan simbol “PY” pada
masing-masing saldo akun apabila auditor sudah yakin nilai pada kolom
tersebut sama dengan nilai saldo yang ada dilaporan keuangan yang
telah diaudit.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
77

− Mengisi keterangan yang menjelaskan simbol yang telah diberikan


seperti “GL”, “PY” dan “TB”. Auditor mencantumkan kontrol pada
setiap jumlah saldo akun, menjelaskan dasar akun, dan mengisikan
bagian workdone yang menjelaskan prosedur apa saja yang telah
dikerjakan pada akun di kertas kerja tersebut, mencantumkan review
tahun lalu, memberikan kesimpulan awal yang berisikan akun yang
disajikan didalam kertas kerja tersebut secara wajar pada hal-hal yang
material serta jika ada data pending yang berisikan data-data yang
belum diserahkan oleh klien hingga waktu fieldwork berakhir.
4. Memverifikasi akumulasi penyusutan dan beban penyusutan
Tujuan audit dari prosedur ini adalah accuracy dimana memastikan bahwa
klien menggunakan metode penyusutan secara konsisten ditahun berjalan dan
memastikan bahwa klien menghitung penyusutan secara akurat. Auditor akan
mendapatkan data saldo awal, penambahan dan saldo akhir perhitungan aset
tetap. Auditor akan menguji akumulasi penyusutan serta beban penyusutan
ditahun berjalan dengan cara merekalkulasi aset tetap berdasarkan data dari
klien. Penyusutan terkait jenis masing-masing aset tetap oleh karena itu teknik
yang digunakan oleh auditor adalah penyelidikan atau bertanya pada klien.
Dari penyelidikan yang dilakukan auditor terhadap manajemen PT STD,Tbk
dapat disimpulkan beberapa hal:
• Klien menggunakan metode garis lurus (straight-line) untuk aset
mesin dan peralatan, sedangkan metode saldo menurun ganda (double
declining) untuk aset bangunan dan prasarana serta aset tetap lainnya.
• Umur manfaat aset tetap telah ditentukan berdasarkan masing-maisng
kelompok aset tetap tersebut.
• Pada tahun 2012 terdapat kesalahan dalam penghitungan nilai
revaluasi aset tetap. Dimana manajemen melaksanakan revaluasi dan
menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi dari nilai buku pada tahun
sebelumnya. Akan tetapi manajemen tidak menyesuaikan umur
manfaat dari aset tesebut. Asumsinya ketika nilai appraisal terus
membaik disetiap tahunnya maka tidak relevan jika umur ekonomis
aset tersebut berkurang atau tetap karena masih bisa dianggap

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
78

memiliki nilai ekonomis dalam jangka waktu yang panjang, akan


tetapi manajemen memutuskan tidak mengevaluasi umur manfaat aset
tersebut sehingga beban penyusutan pada tahun 2012 menjadi lebih
besar. Auditor menganggap bahwa perhitungan ini tidak relevan,
sehingga harus dilakukan penyesuaian kembali terhadap umur
ekonomis aset tetap tersebut, hal ini menjadi sebuah temuan bagi
auditor karena nilai beban penyusutan semakin membesar. Setelah
melakukan pembuktian dan perhitungan kembali aset tetap bersama
appraisal, ditahun 2013 klien memperbaiki perhitungan tersebut.
mereka melakukan penyesuaian terhadap umur manfaat aset tetap.
Aset tetap yang sering menjadi objek kesalahan ini adalah peralatan
dan mesin.
• Nilai penyusutan pada saat pelepasan aset tetap dinilai sesuai
penggunaan masa manfaat ekonomis.
Informasi yang didapat dari penyelidikan diatas dapat membantu auditor
menjalankan prosedur audit selanjutnya. Auditor akan menghitung beban
penyusutan setiap bulannya dan akan diakumulasikan diakhir tahun 2013.
Untuk aset tetap yang baru diperoleh pada tahun ini maka penyusutannya
dihitung dari tanggal penggunaan hingga akhir pengakuan 31 Desember 2013.
Setelah melakukan perhitungan maka auditor akan membandingkan nilai hasil
perhitungannya dengan trial balance perusahaan klien tertanggal 31 Desember
2013. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan auditor, ditahun 2013 tidak
ditemukan kesalahan yang material dalam pengakuan beban penyusutan dan
akumulasi penyusutannya. Hasil ini akan didokumentasikan pada kertas kerja
auditor disertai dengan workdone yang menggambarkan pengujian ini telah
selesai dilaksanakan. Melakukan rekapitulasi hasil dari penilaian appraisal
kedalam kertas kerja. Laporan hasil revaluasi didapatkan dari eksternal
menejemen klien. Appraisal merupakan hasil perhitungan dari penilai aset yang
bersifat independen. Dari laporan tersebut auditor dapat melihat surplus
revaluasi yang terjadi. Adapun dokumen pendukung yang didapat oleh auditor
adalah summary dari nilai appraisal dari masig-masing aset.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
79

5. Test of Detail penambahan aset tetap tahun 2013


Sebelum mencapai sheet ini auditor harus melampirkan list masing-masing aset
dengan nilai saldo dari bulan januari 2013 hinggal desember 2013. Hal ini
bertujuan untuk mengidentifikasi adanya penambahan atau pengurangan nilai
aset tetap selama tahun berjalan. Test of detail penambahan aset tetap
dilakukan untuk memastikan penambahan aset tetap selama tahun berjalan
adalah benar secara fisik dan dimiliki secara keseluruhan oleh entitas, hal ini
untuk pencapaian tujuan audit yaitu keterjadian. Daftar aset tersebut harus
dipastikan sama dengan buku besar klien selama tahun 2013. Selanjutnya
auditor melakukan sampling atas penambahan aset tetap. Pada sheet ini auditor
akan memilih beberapa transaksi dari populasi penambahan aset tetap klien
secara keseluruhan ditahun 2013. ABC methodology telah mengatur metode
sampling yang akan digunakan.

Tabel 4.2.4.1 : Penentuan Sample

Assurance Assurance Tests of detail


Risk
from from Sampling
Materiality
Tests of Analytical JSSD
Assessment
Controls Procedures testing AF EF
No N/A 3 1,9
No Yes N/A 2,5 1,6
No N/A 1,6 1,5
High Yes Yes 5 to 15 1 1,3
No N/A 1,8 1,5
No Yes 0 to 10 N/A
No 4 to 10 N/A
Low Yes Yes N/A N/A
Sumber : ABC Methodology (2010)

PT STD,Tbk tergolong perusahaan yang memiliki risiko tinggi sehingga


berdasarkan audit program yang ditetapkan pada aset tetap hanya dilakukan

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
80

test of detail, maka sampling akan ditentukan oleh assurance factor 3,


expansion factor sebesar 1.9 dan expected error sebesar 5% dan rumus yang
akan digunakan oleh auditor adalah:

:;<=>?@A;B C=DEFG@ H IJJ=K?BGF L?G@;K


5 6 7 89 =
:FKM;KN?BGF O?@FKA?>A@PQ{SH<FG@FT SKK;K H SH<?BJA;B L?G@;K

Setelah mendapatkan jumlah sample dari perhitungan diatas maka auditor akan
memilih transaksi penambahan aset tetap secara acak dan akan diminta datanya
kepada klien. Jika auditor telah mendapatkan data pendukung penambahan
aset tetap tersebut maka akan dilakukan tahap berikutnya yaitu vouching
document dimana auditor memverifikasi bukti transaksi untuk setiap
penambahan aset tetap seperti purchase order, invoice, payment order, delivery
order dan bank statement. Didalam bukti transaksi tersebut akan terdapat
informasi-informasi yang menjelaskan penambahan aset tetap, informasi
tersebut diantaranya tanggal pembelian aset tetap, deskripsi aset tetap yang
dibeli, jumlah dan harga pembelian aset tetap, nama vendor, kode semua bukti
transaksi dan otorisasi bank penerima dana pembelian aset tetap. Langkah
selanjutnya auditor akan mendokumentasikan kedalam sheet kertas kerja yang
sama berikut dengan keterangan workdone. Jika tujuan audit atas keterjadian
telah terpenuhi maka berdasarkan hasil test ini, auditor menyimpulkan bahwa
tidak ditemukan atas kesalahan pada penambahan aset tetap selama tahun
2013. Contoh pengerjaan test of detail terdapat pada Lampiran 5 laporan ini.
6. Test of Detail pelepasan aset tetap tahun 2013
Tujuan dari pengujian ini adalah pelepasan aset tetap benar-benar terjadi dan
tercatat dalam laporan keuangan klien dan memastikan bahwa perhitungan
umur aset secara tepat. Hal-hal yang termasuk pelepasan aset tetap adalah
penjualan aset, pengalihan aset tetap ke anak perusahaan atau hubungan
istimewa lainnya. Sebelum melakukan pengujian lebih lanjut auditor harus
mendapatkan daftar pelepasan aset tetap dari klien. Dari daftar inilah auditor
akan menetapkan jumlah sample yang akan diambil. Dikarenakan aset tetap
merupakan aset yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan maka
pelepasan aset tetap tidak banyak sehingga auditor tidak diperlukan untuk

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
81

sampling, kegiatan yang diperlukan hanya vouching document. Jenis dokumen


yang didapatkan adalah journal voucher dan invoice. Dari dokumen tersebut
auditor akan mendapatkan informasi deskripsi aset tetap yang dijual, tanggal
penjualan, nomor voucher, jumlah dan harga aset aset. Auditor memastikan
perhitungan yang akan dilakukan adalah nilai realisasi aset dan akumulasi
penyusutan aset tetap. Setelah mendapatkan perhitungannya, auditor
menyimpulkan bahwa tidak ditemukan salah saji pelepasan aset tetap selama
2013. Pada sheet selanjutnya auditor menambahkan workdone atas pelepasan
aset tetap tersebut sehingga akan terdapat dua jenis sheet yang memverifikasi
penjualan aset tetap. . Contoh test of detail penjualan aset terdapat pada
Lampiran 6 laporan ini.
7. Test of Detail atas keuntungan penjualan aset tetap
Tujuan audit pengujian ini adalah occurance dimana setelah aset itu dijual
auditor harus memastikan terdapat keuntungan atas penjualan tersebut,
pengujian ini dilakukan setelah perhitungan atas penjualan aset tetap
berlangsung, selain itu mencapai tujuan completeness dan accuracy dimana
auditor harus memastikan bahwa dokumen terkait penjualan dan keuntungan
telah dicatat pada jurnal yang tepat dan akurat. Auditor akan melakukan
vouching document untuk memastikan bahwa perhitungan didalam bukti
transaksi dan perhitungan oleh menejemen adalah sama dengan auditor.
8. Test of Detail atas reklamasi dari Aset dalam penyelesaian
Memasukan data perkembangan penyelesaian aset dalam penyelesaian. Data
ini didapatkan dengan vouching document yang berasal dari klien. Dari data ini
auditor dapat mengestimasi aset mana saja yang masih dalam proses
penyelesaian. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa aset tersebut ada dan
tujuan audit yang diharapkan adalah keberadaan. Pengujian yang dilakukan
sama dengan pengujian yang dilakukan pada penambahan aset tetap. Dimulai
dengan penentuan sampling hingga workdone. Dokumen utama yang
digunakan adalah berita acara penutupan proyek. Test of detail yang diterapkan
pada kegiatan ini sama dengan pengujian yang dilakukan pada penambahan
aset tetap

4.2.5 Completion and Reporting

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
82

Fase ini merupakan fase akhir dimana auditor melakukan penyesuaian


terhadap hasil test of detail. Auditor sudah mengumpulkan segala bukti audit
untuk membuat opini audit atas kewajaran laporan keuangan klien. Pemeriksaan
kembali atas fase fieldwork akan dilakukan pada tahap ini untuk mengurangi
kemungkinan yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan diterbitkan
(subsequent event). Berdiskusi dengan manajemen dan komite audit atas temuan
yang didapat selama proses audit dilakukan hingga opini audit akan dikeluarkan.
Dari kasus, PT STD,Tbk telah merubah perhitungan beban penyusutan diawal
tahun 2013, auditor telah melakukan test of details untuk aset tetap. Surplus
revaluasi yang merupakan kenaikan dari nilai pasar aset telah disesuaikan dan
dimasukan kedalam laporan laba rugi komprehensif lainnya.
Setelah semua dirasa lengkap dan diyakini benar sesuai dengan bukti audit maka
auditor dapat melakukan tahap akhir yaitu review workingpaper yang telah
dikerjakan dan manajer in charge akan melakukan penyerahan laporan akhir dari
proses audit kepada partner in charge untuk dapat di review dan opini audit dapat
diberikan.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis proosedur audit yang dilakukan oleh KAP ABC
Assoiciate atas laporan keuangan PT STD untuk periode yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2013 terlihat bahwa laporan ini telah disusun dan disajikan
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Secara garis
besar auditor telah mengumpulkan bukti audit yang dapat mendukung opini
melalui teknik ABC Methodology. Audit atas aset tetap merupakan salah satu
bagian dari audit ataas laporan keuangan klien, dimana aset tetap merupakan
bagian terpenting dalam proses kegiatan bisnis PT STD,Tbk. Sebagaimana yang
telah dijelaskan pada bagian pembahasan PT STD,Tbk merupakan perusahaan
manufaktur yang memproduksi barang yakni pipa besi dan baja dan jumlah aset
tetap yang digunkan dalam kegiatan operasional cukup signifikan.

Pendekatan audit berdasarkan ABC Methodology sudah mencakup penilaian dan


evaluasi risiko sebelum menyetujui penugasan audit pada klien. Serangkaian
teknik dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap laporan keuangan klien.
Fase yang menggambarkan keseluruhan pengujian adalah fase fieldwork, dimana
auditor mengumpulkan berbagai bukti pendukung dalam proses audit. Dari bukti-
bukti audit tersebut dapat memenuhi tujuan audit seperti kelengkapan, keterjadian,
akurasi, valuasi dan keberadaan.

Dalam memulai proses audit, auditor diharuskan mengetahui kebijakan akuntansi


yang diterapkan oleh PT STD,Tbk terutama atas aset tetap yang mana dibahas
dalam laporan magang ini. Perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi atas
aset tetapp sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu PSAK
16 (revisi 2011) dan PT STD,Tbk telah memperbaiki pengendalian perhitungan
beban penyusutan aset tetap.

83
Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
84

KAP ABC Associate telah menerapkan proosedur audit atas aset tetap PT
STD,Tbk meliputi prosedur subtantif yang merupakan prosedur verifikasi
kesesuaian anatara buku besar dengan pencatatan aset tetap PT STD,Tbk, test of
details penambahan dan pelepasan aset tetap serta penghitungan kembali nilai aset
tetap beserta beban penyusutan dan akumulasi penyusutan. Hasil dari pengujian
tersebut menggambarkan bahwa pengendalian kontrol pencatatan dan
pengendalian internal perusahaan berjalan efektif. Namun ada beberapa
kelemahan dalam sistem akuntansi aset tetap PT STD,Tbk karena perusahaan baru
menyesuaikan estimasi masa manfaat aset tetap PT STD,Tbk tahun 2013 ini dan
perusahaan melakukan perhitungan nilai aset tetap melalui metode revaluasi
dengan tidak secara berkala.

Secara keseluruhan ABC methodology akan mengacu pada prosedur audit secara
keseluruhan. Mengacu pada ISA, prosedur audit yang dilakukan KAP ABC
terhadap aset tetap adalah :

1. Pemahaman terhadap bisnis klien


2. Melakukan pengecekan antara general ledger dan laporan keuangan.
Auditor melihat nilai aset yang tercatat pada periode tertentu.

3. Memahami perhitungan klien

4. Melakukan perhitungan kembali terhadap beban penyusutan

5. Verifikasi terhadap akun akumulasi beban penyusutan

6. Test of detail pada mutasi aset

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk KAP ABC Associate


a) Prosedur pemeriksaan aktiva tetap pada PT STD,Tbk sudah sesuai dengan
prosedur yang ada. Namun akan lebih baik seiring dengan berjalanya
waktu jika terus dilakukan evaluasi – evaluasi terhadap prosedur aset tetap

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
85

yang ada agar tetap bisa dijadikan pedoman untuk pemeriksaan aktiva
tetap di perusahaan.
b) Meningkatkan kerjasama dan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dan
membuat aturan mengenai pemberian informasi yang sejelas-jelasnya oleh
pihak yang diperiksa kepada pihak auditor.
c) Pihak auditor harus memastikan penerapan standar akuntansi yang
dijalankan PT STD,Tbk telah sesuai.
d) Auditor memastikan bahwa manajemen melakukan klasifikasi aset tetap
sesuai dengan metode penilaian aset tetap mereka.

5.2.2 Saran bagi PT STD,Tbk


a) Menyesuaikan lebih lanjut sistem akuntansi atas aset tetap PT STD,Tbk
untuk tahun berjalan
b) Menerapkan sistem pengawasan fisik secara berkala terhadap aset tetap
c) Melakukan pembenaran pada penyusutan aset tetap secara teratur dan
melakukan penyesuaian nilai saldo akhir setelah dilakukan audit sama
dengan saldo awal pada buku besar periode berikutnya dan tidak
mengulangi kesalahan pencatatan periode sebelumnya.
d) Sebelum penerapan kebijakan revaluasi aktiva tetap, manajemen dan
pemilik harus mempertimbangkan secara sungguh-sungguh dan hati-hati
tentang manfaat dan kerugian yang akan dialami akibat penerapan
kebijakan ini.

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
DAFTAR REFERENSI

Arens, A.A., Elder, R.J., M.S., & Jusuf, A.A. (2009). Auditing and Assurance
Service an Integrated Approach (Indonesian Adaptation). Singapore : Pearson
Education South Asia.

Charles T.Horngren dan Walter T.Harrison Jr. (2007). Accounting 7th edition.
New Jersey: Prentice Hall.

Ikatan Akuntan Indonesia.(2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan per 1


Juni 2012. Jakarta : Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia.(2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


Nomor 16 Revisi 2011:Aset tetap. Jakarta : IAI.

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik


per 31 Maret 2011. Jakarta : Salemba Empat.

Kieso, D.E., Weygandt, J.J., Warfield, T.D. (2011). Intermediate Accounting


Volume 1 IFRS edition. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.

Tuanakotta.Theodorus M. (2013). Audit berbasis ISA (International Standards on


Auditing). Jakarta: Slemba Empat

ABC International.(2010). RSM Audit Manual. London : ABC International

ABC Associate. April 14, 2014

http://www.abc.com/about.php?menu=6&id=2 ; april 14,2014 08:00 wib

http://www.abcassociate.com/services.php?menu=1&id=2 april 14,201408:00 wib

Universitas Indonesia
Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014
Lampiran 1 : Lead Schedule Working Paper Aset Tetap

Client : PT STD,Tbk
Acc. Period : 31-Des-13
Subject : Fixed Asset
Index : 1200,05

Unaudited Movement Unaudited Unaudited After


RJE, PAJE Jurnal Eliminasi
Description Ref Balance Balance Balance Eliminasi
31/10/2013 31-Des-13 Dr Cr 31-Des-13 Dr Cr 31-Des-13

As of Financial Statement's :
Harga Perolehan :

PEMILIKAN LANGSUNG :
1,3E+09 Tanah 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
348.094.212.436 11.225.564.388 359.319.776.824 TB 359.319.776.824 W - - 359.319.776.824
1,3E+09 -
1,3E+09 Bangunan dan Prasarana 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
58.810.867.684 2.725.963.464 61.536.831.148 TB - 61.536.831.148 W - - 61.536.831.148
- -
1301030000 Mesin dan Peralatan 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
217.428.966.372 20.936.493.681 238.365.460.053 TB 48.361.517.147 190.003.942.906 W - - 190.003.942.906
- -
1301040000 Kendaraan 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
10.331.468.644 1.026.550.000 11.358.018.644 TB 11.358.018.644 W - - 11.358.018.644
- -
1301050000 Inventaris Kantor 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
11.221.612.889 - 11.221.612.889 TB 11.221.612.889 W - - 11.221.612.889

Total 645.887.128.025 35.914.571.533 681.801.699.558 633.440.182.411 - - 633.440.182.411

1301070000AKTIVA DALAM PENYELESAIAN


Bangunan dan Prasarana 1200 Rinc tangible aset Juni 20129.296.374.334
(dengan & Tanpa Nilai VPC 7.702.219.164 TB - 7.702.219.164 W - - 7.702.219.164
-
Mesin dan Peralatan 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
24.224.139.274 19.490.092.544 TB 19.490.092.544 W - - 19.490.092.544
-
Inventaris Kantor 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
6.405.700 14.731.500 TB 14.731.500 W - - 14.731.500

Total 33.526.919.308 27.207.043.208 27.207.043.208 - - 27.207.043.208

AKTIVA SGU
1301060000 Mesin dan Peralatan 1200 Rinc tangible aset Juni 20124.614.616.479
(dengan & Tanpa Nilai VPC
8.629.477.282 13.244.093.761 PY - 13.244.093.761 W - - 13.244.093.761
-
Kendaraan 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa
- Nilai VPC - PY - W - - -
-
Inventaris Kantor 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa
- Nilai VPC - PY - W - - -

Total 4.614.616.479 13.244.093.761 13.244.093.761 - - 13.244.093.761

Total Harga Perolehan 684.028.663.812 722.252.836.527 673.891.319.380 - - - 673.891.319.380

Accumulated Depreciation :

PEMILIKAN LANGSUNG
1302010000 Acc.Dep Bangunan dan Prasarana 1200 Rinc tangible aset Juni 20122.782.354.617
(dengan & Tanpa Nilai VPC
1.459.772.316 4.242.126.933 TB - 4.242.126.933 W - - 4.242.126.933

1302020000 Acc.Dep Mesin dan Peralatan 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC
30.238.212.843 19.977.937.237 50.216.150.080 TB - 50.216.150.080 W - - 50.216.150.080

1302030000 Acc.Dep Kendaraan 1200 Rinc tangible aset Juni 20126.028.429.799


(dengan & Tanpa Nilai VPC668.255.801 6.696.685.599 TB - 6.696.685.599 W - - 6.696.685.599
-
1302040000 Acc.Dep Inventaris Kantor 1200 Rinc tangible aset Juni 20127.060.158.937
(dengan & Tanpa Nilai VPC729.149.094 7.789.308.031 TB - 7.789.308.031 W - - 7.789.308.031

Total 46.109.156.195 68.944.270.643 68.944.270.643 - - 68.944.270.643

1302050000AKTIVA SGU
Acc.Dep Mesin dan Peralatan 1200 Rinc tangible aset Juni 20121.342.426.579
(dengan & Tanpa Nilai VPC298.917.773 1.641.344.352 TB - - 1.641.344.352 W - - 1.641.344.352

Acc.Dep Kendaraan 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC TB - W - - -

Acc.Dep Inventaris Kantor 1200 Rinc tangible aset Juni 2012 (dengan & Tanpa Nilai VPC TB - W - - -

Total 1.342.426.579 1.641.344.352 1.641.344.352 - - 1.641.344.352

Total Akumulasi penyusutan 47.451.582.774 70.585.614.996 70.585.614.996 - - 70.585.614.996


Net Book Value 731.480.246.587 651.667.221.531 603.305.704.385 603.305.704.385
^ ^ ^ ^ ^
Control

Conclusion :
Berdasarkan prosedur audit yang kami lakukan, akun ini telah disajikan secara wajar

Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014


Lampiran 1 : Lead Schedule Working Paper Aset Tetap

Prepared By :
Date :
Reviewed By :
Date :

Konsol (Dengan SEI)


Audit Balance Audited Balance Audited Balance Audited Audited Preliminary Analytical Final Analytical
Surplus Revaluasi Audited
SEI Konsol Konsol Konsol Balance Balance Review Review
D K 31-Dec-13 31-Dec-13 31-Mar-13 31-Des-12 30 Juni 2012 31 Desember 2011 Rp % Rp %

- - 359.319.776.824 - 359.319.776.824 266.807.100.000 266.807.100.000 253.519.690.000 235.834.000.000 81.287.112.436 30% 92.512.676.824 35%
-
- - 61.536.831.148 - 61.536.831.148 58.776.106.428 53.852.400.000 79.100.700.000 80.060.956.000 4.958.467.684 9% 7.684.431.148 14%
-
- - 190.003.942.906 - 190.003.942.906 206.711.081.259 196.853.300.000 278.483.000.000 268.478.448.405 20.575.666.372 10% (6.849.357.094) -3%
-
- - 11.358.018.644 - 11.358.018.644 9.515.641.006 8.871.199.306 10.857.752.133 10.822.952.133 1.460.269.339 16% 2.486.819.339 28%
-
- - 11.221.612.889 13.194.510 11.234.807.399 10.874.546.159 10.620.643.597 14.074.604.755 13.329.912.321 600.969.292 6% 600.969.292 6%

- - 633.440.182.411 13.194.510 633.453.376.921 552.684.474.851 537.004.642.903 636.035.746.888 608.526.268.859 108.882.485.122 17% 96.435.539.509 18%

- - 7.702.219.164 - 7.702.219.164 6.357.229.755 14.899.044.171 10.571.971.514 14.217.806.695 (5.602.669.837) -38% (7.196.825.007) -48%
- -
- - 19.490.092.544 - 19.490.092.544 12.136.307.595 8.802.982.689 9.956.165.142 6.011.783.164 15.421.156.585 175% 10.687.109.855 121%
- - -
- - 14.731.500 - 14.731.500 (66.375.934) 108.280.674 133.330.674 - (101.874.974) -94% (93.549.174) -86%

27.207.043.208 - 27.207.043.208 18.427.161.416 23.810.307.534 20.661.467.330 20.229.589.859 9.716.611.774 47% 3.396.735.674 35%

- - 13.244.093.761 - 13.244.093.761 10.234.216.479 10.174.475.854 13.967.009.255 13.969.009.255 (5.559.859.375) -55% 3.069.617.907 30%

- - - - - - 685.300.001 685.300.001 - -

- - - - - - - - - -

- - 13.244.093.761 - 13.244.093.761 10.234.216.479 10.174.475.854 14.652.309.256 14.654.309.256 (5.559.859.375) -55% 3.069.617.907 30%

673.891.319.380 13.194.510 673.904.513.890 581.345.852.746 570.989.426.291 671.349.523.474 643.410.167.974 50.903.313.053 8% 2.541.795.906 0%

- - 4.242.126.933 - 4.242.126.933 804.111.016 - - - 2.782.354.617 4.242.126.933


-
- - 50.216.150.080 - 50.216.150.080 8.309.631.540 - - - 30.238.212.843 50.216.150.080
- -
- - 6.696.685.599 - 6.696.685.599 5.377.886.651 5.130.214.454 7.142.393.287 6.758.772.354 898.215.344 18% 1.566.471.145 31%
- -
- - 7.789.308.031 13.194.510 7.802.502.541 9.221.995.915 9.046.291.863 12.495.722.023 11.975.815.075 (1.986.132.927) -22% (1.256.983.832) -14%

68.944.270.643 13.194.510 68.957.465.153 23.713.625.122 14.176.506.318 19.638.115.310 18.734.587.429 31.932.649.877 225% 54.767.764.325 386%

- - 1.641.344.352 - 1.641.344.352 2.963.681.012 2.643.701.786 3.066.572.877 2.266.943.734 (1.322.336.660) -50% (1.002.357.434) -38%
-
- - - - - - - 67.468.160 67.468.160

- - - - - - - -

- - 1.641.344.352 - 1.641.344.352 2.963.681.012 2.643.701.786 3.134.041.037 2.334.411.894 (1.322.336.660) -50% (1.002.357.434) -38%

70.585.614.996 13.194.510 70.598.809.506 26.677.306.134 16.820.208.104 22.772.156.347 21.068.999.323 30.610.313.217 182% 53.765.406.891 320%
- - 603.305.704.385 - 603.305.704.385 554.668.546.612 554.169.218.186 648.577.367.127 622.341.168.651 20.292.999.836 4% (51.223.610.985) -9%
^ ^ ^

Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014


Vouching penambahan aset tetap PT STD,Tbk Lampiran 2

Workdone Document
No Description No Aset Date Nilai Aset
A B C D A B C

1 Tanah cgk 100000000001 1-Oct-13 12.687.112.436 v v v v x x x


KI VO

2 Tanah Cgk 13-Aug-13 68.600.000.000 v v v v v v v


KI VO

3 Reklasifikasi atas tanah Dps 31-Dec-13 11.219.600.000 v v v v v v v


KI VO

4 1 Unit DC Drive XYZ 301301430021 15-Nov-13 112.142.285 v v v v v v v


VO

Tickmark :
√ Ok
X Tidak Ok

Notes :
Penambahan Aset Tetap, dapat berasal dari 3 hal :
- Pemakaian persediaan, sehingga yang ada hanya bukti dokumen pemakaian bahan. (Workdone : Cek to Akun Persediaan)
- Pembelian aset tetap baru
- Reklas dari AUC

Document :
A Bukti Memorial
B Laporan Pemakaian Bahan
C Berita Acara Penutupan Proyek

Workdone :
A Nilai saldo yang tercatat di GL telah sesuai dengan dokumen pendukung yang ada (sesuai dengan Kontra Akunnya)
B Kalkulasi yang terdapat pada Dokumen pendukung telah dihitung dengan benar
C Setiap dokumen pendukung telah diotorisasi dengan benar oleh pihak yang berwenang
D Periode pencatatan/pengakuan aset dicatat pada periode yang sama

Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014


Vouching document penambahan AUC Lampiran 3

Populasi 48.389.117.982
Sampel 12.400.503.953
Vouch 26% Sample Size = 4
Workdone Document
No Description No Document No Aset Date Nilai Aset
A B C D A
1 Pry Mesin Sliter ABC 3301988146 70310000073 16-Feb-13 2.558.682.000 √ √ √ √ √ VO
2 Pry Tube OPQ 3302008811 70350000040 4-Mar-13 1.918.859.986 √ √ √ √ √ VO
3 Pry Tube Making XYZ 3302231193 70350000040 3-Sep-13 807.696.624 √ √ √ √ √ VO
4 Pry Mesin Haven SKF 3302355289 70350000042 4-Dec-13 3.395.114.157 √ √ √ √ √ VO

Tickmark :
√ Ok
X Tidak Ok 24.085.291.478

Notes :
- Penambahan AUC berasal dari Pemakaian persediaan, sehingga yang ada hanya bukti dokumen pemakaian bahan. (Workdone : Cek to Akun Persediaan)

Document :
A Laporan Pemakaian Bahan

Workdone :
A Nilai saldo yang tercatat di GL telah sesuai dengan dokumen pendukung yang ada (sesuai dengan Kontra Akunnya)
B Kalkulasi yang terdapat pada Dokumen pendukung telah dihitung dengan benar
C Setiap dokumen pendukung telah diotorisasi dengan benar oleh pihak yang berwenang
D Periode pencatatan/pengakuan aset dicatat pada periode yang sama

Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014


Vouching dokumen Reklamasi AUC Lampiran 4

Populasi 33.880.831.437
Sampel 13.743.451.562
40,56% Sample Size = 6

Amount in local Workdone Document


No Document Number Postg Date No Aset cur. Description A B C D A
1 1000001120 28-Mar-13 200400000055 401.360.400 Perbaikan Jln paving open storage sblh barat ccl U √ √ √ √ √ VO
2 1000001137 30-Apr-13 300410130000 507.295.209 Threading Machine 10 (THRD-110) U1 √ √ √ √ √ VO
3 1000001129 28-Mar-13 200400000054 2.431.755.113 RECLASS AUC KE FA 06/MTC-BApt/IV/13 √ √ √ √ √ VO
4 1000001116 28-Mar-13 200500000024 2.044.115.340 RECLASS AUC KE FA 02/BA-ASSET/2013 √ √ √ √ √ VO
5 3600086150 10-Dec-13 310140430034 2.341.274.369 Pondasi/pancang u/ 2 unit Gantry Crane STAHL 20T U v v v v v VO
6 1000001233 31-Dec-13 301601440000 4.586.046.536 Msn Pot Plat (Shearing Mcn) CUT-401 U4 v v v v v VO

Workdone :
A Nilai saldo yang tercatat di GL telah sesuai dengan dokumen pendukung yang ada
B Kalkulasi yang terdapat pada Dokumen pendukung telah dihitung dengan benar
C Setiap dokumen pendukung telah diotorisasi dengan benar oleh pihak yang berwenang
D Periode pencatatan/pengakuan beban dan Dokumen Pendukung dicatat pada periode yang sama

Document :
A Berita Acara Penutupan Proyek

Tickmark :
√ Ok
X Tidak Ok
N/a Not Applicable

Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014


Lampiran 5

Client : PT STD,Tbk Prepared By :


Acc. Period : 31-Des-13 Date :
Subject : TOD Penambahan Aset Tetap Reviewed By :
Index : 1200,13 Date :
Assurance
Risk from Tests of detail
Assurance from Tests of Sampling
Materiality Analytical
Controls
Assessment Procedures JSSD testing AF EF
No N/A 3 1,9
No Yes N/A 2,5 1,6
No N/A 1,6 1,5
High Yes Yes 5 to 15 1 1,3
No N/A 1,8 1,5
No Yes 0 to 10 N/A
No 4 to 10 N/A
Low Yes Yes N/A N/A

Assurance Factor : 3
Expansion Factor : 1,9
Expected Error : 5% Key Item : 7.176.175.767
OM : 30.755.039.000 Key Item : tanah cemengkalang (Perikatan jual beli) Selain minta bv, sudah cek ke rekenik koran 68.600.000.000
PM : 21.528.527.300 tanah kalideres (Akta jual beli) Selain minta bv, sudah cek ke rekenik koran 12.687.112.436
Polulation : 26.653.989.192 tanah gresik (tanah petok2 sudah mendapat hak pelepasan tanah) 11.219.600.000
1 unit krane Kato 5.219.739.028
Sample Size = Population Subject to Sampling x Assurance Factor
Performance Materiality-(Expected Error x Expansion Factor)

Sample Size = 79.961.967.576


18.996.398.327

Sample Size = 4
2 Key Item

Notes :
Penambahan Aset Tetap, dapat berasal dari 3 hal :
- Pemakaian persediaan, sehingga yang ada hanya bukti dokumen pemakaian bahan. (Workdone : Cek to Akun Persediaan)
- Pembelian aset tetap baru
- Reklas dari AUC

Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014


Lampiran 6

Client : PT STD,Tbk Prepared By :


Acc. Period : 31-Des-13 Date :
Subject : TOD Pelepasan FA Reviewed By :
Index : 1200,10 Date :

300302130001 (Retirement) Nilai after reval


HP 45.454.877
ACC 8.522.789
NB 36.932.088 Seharusnya yang diakui di loss on disposal

Menurut SAP yang belum reval


HP 116.042.868
ACC 77.326.544
NB 38.716.325 Yang diakui di SAP

1.784.237 Perusahaan lebih besar mengakui loss on disposal immaterial

300201330010 HANYA KOREKSI


HP 25.013.333
ACC 12.506.667
NB 12.506.666 Hanya jurnal koreksi karena pemakaian Sparepart yang tidak jadi dipakai
tidak ada loss or gain on disposal dalam kasus ini

301001330001 (Retirement) Nilai after reval


HP 619.975.648
ACC 87.432.463
NB 532.543.185

Menurut SAP yang belum reval


HP 94.450.000
ACC 45.429.034
NB 49.020.966

(483.522.219) Perusahaan lebih kecil mengakui loss on disposal

400001020001 Pengahpusan dari Harga Perolehan


HP 58.100.000
ACC 58.100.000
NB -

Menurut SAP yang belum reval


HP 58.100.000
ACC 58.100.000
NB - Tidak ada loss or gain dalam penjualan ini krn hyn penghapusan

KEUNTUNGAN PENJUALAN AKTIVA TETAP


NB 0 B 8505 PQ (already crosscheck NB to detail FA)
Cash Received 40.250.000
Gain 40.250.000

SAP 40.250.000
Diff -

NB O L-8049 NS (already crosscheck NB to detail FA)


Cash Received 34.860.000
Gain 34.860.000

SAP 34.860.000
Diff - Universitas Indonesia

Audit atas..., Fiona Mussri Astuti, FE UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai