Anda di halaman 1dari 148

UNIVERSITAS INDONESIA

PROSEDUR AUDIT ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT AAG

LAPORAN MAGANG

AHMAD FARITZ
1106075105

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 REGULER AKUNTANSI
DEPOK
JUNI 2015

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


UNIVERSITAS INDONESIA

PROSEDUR AUDIT ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT AAG

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar


Sarjana Ekonomi

AHMAD FARITZ
1106075105

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 REGULER AKUNTANSI
DEPOK
JUNI 2015
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Magang ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber bait yang dikutip maupun
diriijuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Ahmad Faritz

NPM : 1106075105

Tanda Tangan

Tanggal : 30 Juni 2015

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan magang ini diajukan oleh :


Nama : Ahmad Faritz
NPM 1106075105
Program Studi : S1 Reguler - Akuntansi
Judul Laporan Magang : Prosedur Audit atas Aset Biologis pada PT AAG

Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Pr

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Mahdan Ibrahim, S.E., M.Ak )

Kettia Dosen Penguji : Mafrizal Heppy, Ak„ MBA

Anggota Dosen Penguji : Ded Sukrisnandi, S.E., BAP

Ditetapkan di : Depok, Jawa


Barat Tanggal : 30 Juni 2015

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
kemudahaan serta segala hal terbaik yang telah diberikan kepada saya sehingga
laporan magang ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan laporan
magang ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa dalam
menyelesaikan laporan magang ini, saya tidak mampu bekerja sendirian, tanpa
bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak sejak masa awal perkuliahan hingga
pada saat penyusunan laporan magang ini. Saya mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Orang tua saya, Irwan Nasip dan Maulitha Hasibuan dan kakak saya
Riszky Sarah Nadia yang selalu memberikan dukungan baik secara moril
maupun materi. Terima kasih telah senantiasa mendoakan dan
mendampingi saya. Rasa syukur terbesar saya kepada Tuhan karena telah
memberikan keluarga yang sangat mencintai saya.
2. Keluarga besar dari ayah dan ibu yang telah turut mendukung saya.
3. Bapak Mahdan Ibrahim, selaku dosen pembimbing laporan magang yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam penyusunan laporan magang ini.
4. Bapak Mafrizal Heppy dan Bapak Dedy Sukrisnandi, yang telah
menyempatkan waktunya untuk menguji saya serta memberikan masukan
dan perbaikan dalam laporan magang ini.
5. KAP ABC yang telah bersedia memberikan kesempatan bagi penulis
dalam mengikuti program magang dan memberikan banyak ilmu serta
pengalaman baru yang sangat bermanfaat bagi penulis. Terima kasih
kepada seluruh tim audit (Marga, Alvin, Hellen, Nindhita, Susanti dan
Inez) atas bimbingan dan saran-sarannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan magang ini.

iv

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


6. Para dosen Program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia atas segala ilmu, nasihat, dan tuntunan yang diberikan baik di
dalam maupun di luar perkuliahan. Semua staff Departemen Akuntansi
dan Biro Pendidikan FEB UI.
7. Soraya Nurfitria, sahabat saya, doppleganger Vania Faulika. Terima kasih
telah menjadi teman berbagi cerita, tertawa dan keluh kesah bersama
(karena memiliki karakter yang hampir sama: sedikit kurang waras, baper
& INFP), teman berjalan-jalan, dan menemani makan. Empat tahun
kehidupan perkuliahan saya tidak akan sama tanpa anda.
8. Vania Faulika, sahabat saya, doppleganger Soraya Nurfitria. Terima kasih
telah menjadi teman soul searching, telah mengajarkan saya menjadi
sosok yang lebih kuat (Vania yang sangat logis, heartless & INTP) , teman
berkonsultasi, teman bercerita. Terima kasih telah berjuang bersama dan
saling memberikan dukungan tiada henti.
9. Kelompok wacana, Agnestesia Aryani, Dinar Ratih Tanjungsari, Irfany
Phalita, dan Insani Arif yang selalu kompak dan bersahabat. Terima kasih
telah menjadi teman yang baik buat saya, dan bercanda bersama, teman
yang selalu membantu dan memberikan dukungan kepada saya.
10. Teman-teman seperjuangan saya dalam menyelesaikan laporan magang,
teman diskusi dan berbagi keluh kesah mengenai tema aset biologis (Geng
Kelapa Sawit), Nayaka Cyantika.
11. Teman-teman di rumah kedua sekaligus organisasi saya Badan Otonom
Economica FEB UI, Fahmy, Momon, Ivan, Bastian, Dina, Kiki, Ita, Dea,
Genio, Sarjes, Zehan, Adrian, Ragil, Iqbal, Kelvin, Cepi, Omen, Intan,
Ismi, Dwi, Gavri, Vanya. Terima kasih telah menjadi keluarga yang
hangat selama tiga tahun masa perkuliahan saya.
12. Serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut
membantu kelancaran penulis selama perkuliahan dan semua masukan
yang membantu penyelesaian laporan magang ini.

Saya menyadari bahwa laporan magang ini tidak terlepas dari kekurangan.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


penyempurnaan laporan magang ini. Pada akhirny saya berharap agar
laporan
magang ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, 30 Juni 2015


Penulis

Ahmad Faritz

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universilas Indonesia, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:
Nama Ahmad Faritz
NPM 1106075105
Program Studi SI Akluitansi
Departemen Akuntansi
Fakultas . Ekonomi
Jenis Karya Laporan Magang
demi pengernbangan ilmu pengetahuan, inenyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hat Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalf-
Free flight) atas karya ilmiah saya yang be;judu1:
PROSEDUR AUDIT ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT AAG

Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak


menyimpan, mengalihmedia/format-kan, inengelola dalam bentuk pangkalan data
(Jalahase), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
rnencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Deinikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Depok
Pada tanggal 30 Juni 2015
Yang Menyatakan

(Ahmad Faritz)

VDi

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


ABSTRAK

Nama : Ahmad Faritz


Program Studi : S1 Akuntansi
Judul : Prosedur Audit atas Aset Biologis pada PT AAG

Laporan magang ini menjelaskan tentang perlakuan akuntansi dan prosedur audit
atas aset biologis pada PT AAG. Prosedur audit dilaksanakan dengan tujuan untuk
memperoleh keyakinan bahwa aset biologis pada PT AAG sudah disajikan secara
wajar. Auditor merancang prosedur audit terhadap aset biologis yang sesuai
dengan standar audit yang berlaku di Indonesia, yaitu sesuai dengan PSAK 16 dan
standar audit yang berlaku di Internasional yaitu IAS 41. Kesimpulan yang
diperoleh dari hasil audit adalah aset biologis pada PT AAG telah disajikan
secara wajar.

Kata kunci: Aset Biologis, Kelapa Sawit, PSAK 16, IAS 41, Prosedur Audit.

ABSTRACT

Name : Ahmad Faritz


Department : S1 Accounting
Title : Audit Procedure of Biological Asset at PT AAG

This report describes the accounting and auditing procedures of biological assets
at PT AAG. Audit procedures have carried out in order to gain the confidence that
the biological assets at PT AAG has been presented fairly. The auditor designs the
audit procedures to biological assets in accordance with auditing standards
applicable in Indonesia, namely in accordance with PSAK 16 and the auditing
standards applicable Internationally namely IAS 41. Conclusion of the audit
results is the biological asset at PT AAG has been presented fairly.

Keywords: Biological assets, Palm Oil, PSAK 16, IAS 41, Audit Procedures.

viii
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..............................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang......................................1
1.2. Tujuan Program Magang.......................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan Laporan Magang......................................................2
1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Magang..............................3
1.5. Pelaksanaan Kegiatan Magang.............................................................3
1.6. Ruang Lingkup Laporan Magang.......................................................10
1.6.1 Latar Belakang Tema Penulisan.................................................10
1.6.2 Pembatasan Masalah..................................................................11
1.6.3 Perumusan Masalah...................................................................12
1.6.4 Maksud dan Tujuan Pembahasan...............................................12
1.7. Sistematika Penulisan..........................................................................12

BAB 2 LANDASAN TEORI................................................................................14


2.1 Gambaran mengenai Aktivitas Industri Perkebunan............................14
2.1.1 Karakteristik Industri Perkebunan.............................................14
2.1.2 Gambaran mengenai Industri Kelapa Sawit...............................15
ix

Universitas Indonesia
2.2 Aset Biologis........................................................................................17
Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015
DAFTAR ISI
2.2.1 Definisi Aset Biologis................................................................17
2.2.2 Jenis Aset Biologis.....................................................................18
2.2.3 Pengakuan Nilai Aset Biologis..................................................19
2.2.4 Pengukuran Nilai Wajar dari Aset Biologis...............................20
2.2.5 Pengungkapan dari Aset Biologis..............................................24
2.3 Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan PSAK 16..............25
2.3.1. Definisi Aset Tetap...................................................................26
2.3.2 Pengakuan Aset Tetap................................................................26
2.3.2.1. Biaya Perolehan Awal Aset Tetap................................27
2.3. 2.2 Biaya Selanjutnya Setelah Perolehan Awal Aset Tetap 27
2.3.3. Pengukuran Aset Tetap.............................................................28
2.3.3.1. Pengukuran Saat Pengakuan Aset Tetap......................28
2.3.3.2 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Aset Tetap.........28
2.3.4 Penyusutan Aset Tetap...............................................................29
2.3.5 Penurunan Nilai Aset Tetap.......................................................30
2.3.6 Penyajian Aset Tetap.................................................................31
2.3.7 Pengungkapan Aset Tetap..........................................................31
2.4. Pedoman Pengungkapan Laporan Penilaian Properti Perkebunan.....32
2.5 Pengauditan..........................................................................................34
2.5.1. Definisi Pengauditan.................................................................34
2.5.2. Jenis Audit.................................................................................35
2.5.3. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan.......................................37
2.5.3.1. Asersi Audit Terkait Transaksi.....................................37
2.5.3.2. Asersi Audit Terkait Saldo...........................................38
2.5.3.3. Asersi Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan.....39
2.5.4 Model Proses Audit....................................................................42
2.5.4.1 Penerimaan Klien..........................................................43
2.5.4.2 Perencanaan dan Desain Pendekatan Audit...................44
2.5.4.3 Pengujian Pengendalian, Pengujian Subtantif, Prosedur
Analitis dan Pengujian Atas Detail Saldo...........................44
2.5.4.4 Penyelesaian Audit dan Menerbitkan Laporan Audit....45
x

Universitas Indonesia
2.5.5 Bukti Audit.................................................................................46

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


DAFTAR ISI
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN................................................53
3.1. Profil Kantor Akuntansi Publik ABC.................................................53
3.2 Profil PT AAG.....................................................................................56

BAB 4 PEMBAHASAN.........................................................................................59
4.1 Proses Bisnis Kelapa Sawit pada PT AAG..........................................59
4.2 Perlakuan Akuntansi atas Aset Biologis pada PT AAG.......................60
4.2.1 Pengakuan Biaya Perolehan atas Aset Biologis pada PT AAG 62
4.2.2 Pengukuran atas Aset Biologis pada PT AAG...........................63
4.2.3 Penyajian atas Aset Biologis pada PT AAG..............................67
4.2.4 Pengungkapan atas Aset Biologis pada PT AAG......................68
4.2.5 Perhitungan Nilai Wajar atas Aset Biologis pada PT AAG......69
4.2.6 Pencatatan akuntansi atas nilai wajar sesuai dengan IAS 41.....77
4.3 Prosedur Audit atas Aset Biologis pada PT AAG................................79
4.3.1 Tahap Pertama - Penerimaan Klien............................................81
4.3.2 Tahap Kedua - Pemahaman Bisnis Klien...................................81
4.3.3 Tahap Ketiga – Penetapan materialitas, pengidentifikasian risiko
dan Perencanaan Audit................................................................83
4.3.4 Tahap Keempat – Pelaksanaan Field Audit...............................87
4.3.4.1 Membuat Skedul Utama................................................87
4.3.4.2 Test of Control...............................................................89
4.3.4.3 Test of Detail Balances..................................................89
4.3.4.3.1 Memperoleh Pergerakan dan Daftar Rincian
Aset Aset Biologis...........................................89
4.3.4.3.2 Memahami dan Mengevaluasi Kebijakan
Akuntansi.........................................................93
4.3.4.3.3 Menilai Kelayakan Pengukuran Nilai Wajar
dan Pengungkapan dan Menguji Pengukuran
Nilai Wajar Dan Pengungkapan Tersebut..........95
4.3.4.3.3.1 Ringkasan Asumsi yang
dinyatakan dalam laporan penilaian
.....................................................95

xi

Universitas Indonesia
4.3.4.3.3.2 Penilaian pada asumsi dalam
laporan penilaian..........................97
Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015
DAFTAR ISI
4.3.4.3.3.3 Penilaian pada Laporan FAS.....110
4.3.4.3.3.4 Pengujian Akurasi Matematika
pada Perhitungan IAS 41...........113
4.3.5. Tahap Kelima – Penyelesaian dan Pelaporan Audit................113
4.4 Analisis Tujuan Asersi Audit.............................................................115

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................120


5.1 Kesimpulan........................................................................................120
5.2 Saran...................................................................................................121
5.2.1 Saran kepada KAP ABC..........................................................121
5.2.2 Saran kepada PT AAG.............................................................122

DAFTAR REFERENSI.......................................................................................123

xii
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pohon Industri Pemanfaatan Kelapa Sawit....................................16


Gambar 3.1 Struktur Kepemilikan PT AAG......................................................57

xiii
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh aset biologis...............................................................................18


Tabel 2.3 Asersi laporan keuangan, definisi dan prosedur....................................40
Tabel 4.1 Penyajian aset biologis pada PT AAG.................................................68
Tabel 4.2 Nilai aktiva aset biologis PT AAG tahun 2014.................................69
Tabel 4.3 Rumus perhitungan nilai wajar yang digunakan penilai......................70
Tabel 4.4 Perhitungan nilai wajar metode DCF perkebunan pasaman................73
Tabel 4.5 Perhitungan Nilai Wajar metode DCF perkebunan Sambas..................75
Tabel 4.6 Nilai wajar aset pada periode berjalan.................................................77
Tabel 4.7 Common Level of Appraisal..................................................................77
Tabel 4.8 Ringkasan Nilai Wajar Aset Biologis...................................................79
Tabel 4.9 Tingkat Materialitas PT AAG...............................................................83
Tabel 4.10 Tingkat Risiko terhadap Aset Biologis PT AAG.................................86
Tabel 4.11 Skedul Utama atas Aset Biologis pada PT AAG...............................88
Tabel 4.12 Rekonsiliasi Perkebunan......................................................................90
Tabel 4.13 Penambahan dan Pelepasan Aset........................................................90
Tabel 4.14 Asumsi Harga, Asumsi Produksi, Asumsi Biaya Valuation Report...95
Tabel 4.15 Ringkasan tingkat pajak ekspor PMK no. 128/PMK.011/2013.........98
Tabel 4.16 Rata-rata Nilai Tukar dari USD ke IDR 2014..................................99
Tabel 4.17 Rata-rata Tingkat Inflasi Tahunan.....................................................109
Tabel 4.18 Rasio-rasio dalam Perhitungan WACC.............................................111

xiv
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skedul Pergerakan Aset Biologis....................................................124


Lampiran 2 Template Vouching Hasil Pengujian Penambahan Aset.................126
Lampiran 3 Ringkasan Harga CPO/tahun...........................................................127
Lampiran 4 Laporan Hektar Perkebunan Pasaman.............................................128
Lampiran 5 Laporan Hektar Perkebunan Sambas...............................................130
Lampiran 6 Perbandingan Biaya Aktual dan Biaya Valuation Report 2014.....131
Lampiran 7 Suku Bunga Dasar Kredit................................................................131
Lampiran 8 Asersi manajemen yang ingin dicapai..............................................132

xv
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang


Angka pencari kerja di Indonesia saat ini semakin bertambah, didukung
oleh pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Hal ini menciptakan
ketidakseimbangan diantara jumlah pencari kerja dengan jumlah lapangan kerja
yang tersedia. Kondisi seperti ini dapat semakin berkembang apalagi ditambah
dengan dibukanya pintu gerbang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada
tahun 2015. MEA menciptakan kesempatan dan tantangan pada berbagai bidang,
diantaranya bidang ekonomi, perdagangan, dan budaya. Apabila angkatan kerja di
Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara seperti Malaysia, Thailand dan
Filipina, tentunya kesempatan memperoleh lapangan pekerjaan akan semakin
luas. Sebaliknya, angkatan kerja Indonesia juga memperoleh tantangan dan
hambatan untuk memperoleh pekerjaan di dalam negeri apabila tidak mampu
bersaing dalam hal pendidikan serta kemampuan lainnya.

Oleh karena itu, institusi pendidikan di Indonesia dituntut mampu


menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, yang tidak hanya
pintar dalam hal akademis, tetapi juga menguasai kompetensi teknis. Dengan
demikian, diharapkan sumber daya manusia Indonesia kelak mampu menghadapi
persaingan yang ketat dalam memperoleh lapangan pekerjaan. Tuntutan ini
menjadi tantangan bagi berbagai universitas di Indonesia, termasuk oleh Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI).

FEB UI sebagai salah satu kampus terbaik di Indonesia sudah mempunyai


berbagai program kerja yang dirancang untuk mempersiapkan mahasiswanya agar
dapat menjadi lulusan terbaik yang mempunyai kompetensi tinggi dan mampu
bersaing di dalam pasar tenaga kerja. Adapun termasuk dalam salah satu program
kerja itu adalah program magang. Departemen Akuntansi FEB UI menjadikan
program magang sebagai salah satu pilihan untuk menjadi syarat kelulusan bagi

1
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


2

mahasiswa, selain pilihan skripsi dan studi mandiri. Adapun program magang ini
memiliki bobot sebesar 6 SKS. Progam magang hanya diperuntukkan bagi
mahasiswa yang minimal sudah memperoleh 139 SKS dan memiliki Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,0.

Program magang dimaksudkan untuk membuka kesempatan terhadap


mahasiswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan berbagai teori yang selama
ini sudah dipelajari di bangku perkuliahan kepada penerapan yang sebenarnya di
dunia pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar ilmu yang selama ini sudah dipelajari
di dunia perkuliahan dapat menjadi tepat guna untuk dipraktikkan pada dunia
kerja di masa yang akan datang. Melalu program magang ini, mahasiswa dilatih
untuk mampu bekerja sama di dalam tim, mampu menganalisis permasalahan
akuntansi, mampu mencari jalan keluar penyelesaian atas permasalahan akuntansi,
memiliki kemampuan komunikasi yang cakap dan profesional serta dapat
merasakan atmosfer dan lingkungan kerja yang sebenarnya.

1.2 Tujuan Program Magang


Program magang FEB UI bertujuan untuk memberi kesempatan terhadap
mahasiswanya agar dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teori yang
diperoleh selama masa perkuliahan ke dalam praktek kerja nyata di lapangan.
Adapun tujuan secara lengkap dari program magang yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal analisis dan


penyelesaian masalah dengan menggunakan perangkat akuntansi, ekonomi
dan manajemen yang telah dipelajari selama perkuliahan.
2. Membuat mahasiswa dapat membiaskan diri dengan kondisi dan budaya
dunia kerja yang berbeda dengan dunia perkuliahan, baik dari segi
kerjasama tim, komunikasi, penyelasian masalah, manajemen waktu, jam
kerja, serta tekanan tinggi dalam meyelesaikan pekerjaan.

1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang


Laporan magang berisikan aktivitas yang dikerjakan oleh penulis selama
menjalani program magang. Laporan magang juga disertai oleh teori yang

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


dipelajari oleh penulis selama menjalani dunia perkuliahan. Adapun tujuan dari
penulisan karya akhir laporan magang yaitu:

1. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam program magang.


2. Sebagai salah satu cara penerapan ilmu pengetahuan dan teori yang
didapatkan selama perkuliahan ke dalam praktik kerja nyata di lapangan.
3. Sebagai alat untuk berkontribusi kepada kampus dan perusahaan tempat
pelaksanaan magang.
4. Sebagai sarana dalam memberikan informasi kepada pembaca tentang
perlakuan akuntansi, serta proses audit atas aset biologis.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Magang


Penulis menjalani program magang di Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC
yang berafiliasi dengan firma internasional dari KAP Global ABC. Kantor
Akuntan Publik (KAP) ABC mempunyai kantor pusat di Jakarta Selatan, DKI
Jakarta. Kegiatan magang ini dilaksanakan selama kurun waktu 3 bulan, terhitung
sejak 5 Januari 2015 hingga 3 April 2015.

Penulis ditempatkan pada divisi CIPS TICE (Consumer Industrial Product


Services Telecommunication Information Entertainment Industry) yang
merupakan salah satu divisi Audit and Assurance di KAP ABC. Penulis menjalani
kerja dengan jam kerja normal sesuai aturan kantor mulai dari hari Senin sampai
dengan hari Jumat, dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00. Namun
demikian, terkadang penulis juga dapat bekerja lembur melebihi jam kerja normal
kantor, dalam rangka mengejar penyelasaian laporan audit yang tepat waktu.

1.5. Pelaksanaan Kegiatan Magang


Selama menjalani kegiatan magang, penulis difungsikan sebagai
Vocational Employee (VE) yang juga diperlakukan selayaknya pegawai yang lain
dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Dalam pelaksanaan program magang
ini, penulis ditugaskan dalam beberapa penugasan audit untuk membantu tim
audit diantaranya pada PT BB, PT AA, PT BBB, PT OOO, PT TTT, PT AAG

Universitas Indonesia
dan PT DDD yang merupakan klien dari KAP ABC. Berikut merupakan
gambaran kegiatan penulis selama ditempatkan di klien – klien tersebut

Perusahaan Alat Berat dan Industri

PT BB didirikan pada November 1976, berfokus pada bidang agrikultur


dan peralatan industri. PT BB dimiliki sepenuhnya oleh PT UU yang juga
merupakan anggota dari AAA group. PT BB bergerak dalam bidang penjualan
alat-alat berat seperti traktor, forklift, generator set, mini excavator, transporter,
dan backhoe loader. PT BB juga menyediakan jasa penyewaan generator set dan
forklift. Selain itu, PT BB juga menyediakan jasa perbaikan dan jasa perawatan
alat-alat berat yang ditangani oleh mekanik yang bersertifikat. PT BB juga
menyediakan pelatihan dan pendidikan untuk pelanggannya. Pada PT BB ini,
penulis tergabung dalam sebuah tim audit kecil yang hanya terdiri dari satu orang
Senior Auditor 3 (Senior Associates 3), satu orang Junior Auditor 2 (Associates 2)
dan satu orang Vocational Employee (VE) dimana penulis merupakan VE
tersebut. Penulis ditempatkan pada penugasan audit di PT BB selama kurun waktu
12 Januari 2015 sampai dengan 16 Januari 2015.

Perusahaan Penyedia Suku Cadang Alat Berat

PT AA dimiliki sepenuhnya oleh PT UU, sama halnya seperti PT BB. PT


AA berfokus pada komoditas dan pengembangan suku cadang (spareparts),
khususnya terhadap alat berat. Produk yang ditawarkan oleh PT AA terdiri dari
kurang lebih 17.000 item, yang terbagi ke dalam 15 grup bisnis, diantaranya:
Hydraulic and Fluid Connectors System, Attachment and Fabrication,
Undercarriage, Filtrations, Tire, Wear Parts, dan lain sebagainya. PT AA tidak
hanya mengembangkan produk untuk alat berat tertentu, tetapi juga
mengembangkan produk untuk alat berat jenis lainnya. Hal ini membuat PT AA
dapat menjadi yang terdepan dalam pemberian solusi terhadap masalah suku
cadang alat berat. Pada penugasan audit PT AA, penulis tergabung dalam sebuah
tim audit kecil yang hanya terdiri dari satu orang Senior Auditor 3 (Senior
Associates 3), satu orang Junior Auditor 1 (Associates 1) dan satu orang
Vocational Employee (VE) dimana penulis merupakan VE tersebut. Penulis

Universitas Indonesia
ditempatkan pada penugasan audit di PT BB selama kurun waktu 19 Januari 2015
sampai dengan 23 Januari 2015 dan kurun waktu 16 Februari 2015 sampai dengan
20 Februari 2015.

Perusahaan Penyalur Mobil

PT BBB merupakan sebuah perusahaan penyalur (dealer) mobil mewah


dengan merek dagang BBB di Indonesia. Dalam penugasan ini, penulis bertugas
untuk melakukan stock count terhadap tiga belas dealer mobil BBB yang berada
di sekitar Jabodetabek. Penulis bertugas untuk mencocokkan data mobil yang ada
di dalam stock listing per 31 Desember 2014 dengan fisik mobil yang sebenarnya
yang ada pada dealer-dealer. Bila data mobil ada di stock listing tetapi tidak
tersedia bukti fisiknya, maka diperkirakan mobil telah terjual sehingga diperlukan
surat jalan sebagai pembuktiannya. Jika mobil secara fisik ada, tetapi tidak
terdaftar pada stock listing, maka diperlukan bukti surat masuk untuk mendukung
proses dokumentasi. Pada penugasan stock take terhadap dealer-dealer mobil PT
BBB, penulis tergabung dalam sebuah tim audit yang cukup besar, terdiri dari dua
orang Senior Auditor 2 (Senior Associates 2), tiga orang Junior Auditor 1
(Associates 1), tiga orang Junior Auditor 2 (Associates 2) dan tiga orang
Vocational Employee (VE) dimana penulis merupakan VE tersebut. Penulis
ditempatkan pada penugasan audit di PT BB selama kurun waktu 26 Januari 2015
sampai dengan 6 Februari 2015.

Perusahaan Transportasi Kontainer dan Logistik

PT OOO merupakan perusahaan yang terintegerasi dalam bidang


transportasi kontainer, logistik dan terminal internasional. PT OOO merupakan
perusahaan yang berasal dari Hong Kong. PT OOO menyediakan jasa transportasi
kontainer dan logistik yang terintegerasi kepada pelanggannya, dengan jaringan
global yang mencakup Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Pekerjaan yang
penulis lakukan di dalam penugasan audit PT OOO antara lain: membuat Lead
Schedule untuk area-area audit seperti Kas dan Setara Kas, Piutang, Properti
Bangunan dan Peralatan, Hutang, Pendapatan, dan Beban, dan lainnya. Penulis
juga ditugaskan untuk melakukan vouching (pencocokan transaksi yang tercatat

Universitas Indonesia
dengan bukti transaksi) terhadap beberapa area seperti test revenue transactions
from rendering services dan test logistics expense transaction. Pada penugasan
audit terhadap PT OOO, penulis tergabung dalam sebuah tim audit yang kecil,
terdiri dari satu orang Senior Auditor 1 (Senior Associates 1), satu orang Junior
Auditor 1 (Associates 1), satu orang Junior Auditor 2 (Associates 2) dan satu
orang Vocational Employee (VE) dimana penulis merupakan VE tersebut. Penulis
ditempatkan pada penugasan audit di PT OOO selama kurun waktu 9 Februari
2015 sampai dengan 13 Februari 2015.

Perusahaan Farmasi

PT TTT merupakan perusahan yang bergerak di dalam bidang farmasi,


yaitu berupa perusahaan pabrikan obat-obatan Over-the-Counter (“OTC”) dan
Etikal. PT TTT melayani permintaan baik untuk pasar dalam negeri maupun luar
negeri. Ruang lingkup kegiatan perusahaan berupa pengembangan, pendaftaran,
pemrosesan, produksi, hingga kepada penjualan produk kimia, farmasi dan
kesehatan. Pekerjaan yang penulis lakukan di dalam penugasan audit PT TTT
antara lain: melakukan vouching (pencocokan transaksi yang tercatat dengan bukti
transaksi) terhadap beberapa area seperti test operating expense transactions, test
cost of goods sold, test of property, plant and equipment, dan test of subsequent
payment. Selain itu, penulis juga diminta untuk melakukan konfirmasi terhadap
manual journal. Konfirmasi dilakukan terhadap Person in Charge pada
perusahaan klien. Pada penugasan audit terhadap PT TTT, penulis tergabung
dalam sebuah tim audit yang kecil, terdiri dari satu orang Senior Auditor 2 (Senior
Associates 2), satu orang Junior Auditor 1 (Associates 1), satu orang Junior
Auditor 2 (Associates 2) dan satu orang Vocational Employee (VE) dimana
penulis merupakan VE tersebut. Penulis ditempatkan pada penugasan audit di PT
TTT selama kurun waktu 20 Februari 2015 sampai dengan 24 Februari 2015.

Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit

PT AAG merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan


kelapa sawit. Operasi perusahaan terdiri dari perkebunan kelapa sawit yang
terintegrasi dengan pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan inti sawit serta

Universitas Indonesia
pergudangan dan fasilitas logistik untuk mendukung operasi perusahaan. PT AAG
merupakan anak dari perusahaan MM Group Ltd., yang berlokasi di Singapura.
Pada penugasan audit terhadap PT AAG, penugasan audit ini tidak sampai kepada
penerbitan Laporan Keuangan Audited, melainkan dengan membuat review atas
Group Reporting Package (GRP) untuk Induk perusahaan. Pekerjaan yang penulis
lakukan di dalam penugasan audit PT AAA antara lain: membuat Lead Schedule
untuk semua area, melakukan vouching (pencocokan transaksi yang tercatat
dengan bukti transaksi) terhadap area-area seperti Aset Biologis, Hutang, Piutang,
Persediaan, Proprti Bangunan dan Peralatan, Beban Operasi, Beban Non-operasi,
dan Biaya Penjualan. Selain itu, penulis juga diminta untuk melakukan konfirmasi
-konfirmasi terkait transaksi tertentu yang butuh untuk dikonfirmasi. Konfirmasi
dilakukan terhadap Person in Charge pada perusahaan klien. Penulis juga
mendapat tugas lain diantaranya membuat template untuk Overall Conclusion
Analytics, Review GRP, Representation Letter, dan Opinion Letter. Pada
penugasan audit terhadap PT AAA, penulis tergabung dalam sebuah tim audit
yang besar, terdiri dari satu orang Senior Auditor 2 (Senior Associates 2), satu
orang Senior Auditor 2 (Senior Associates 3), dua satu orang Junior Auditor 1
(Associates 1), dua orang Junior Auditor 2 (Associates 2) dan satu orang
Vocational Employee (VE) dimana penulis merupakan VE tersebut. Penulis
ditempatkan pada penugasan audit di PT BB selama kurun waktu 23 Februari
2015 sampai dengan 27 Maret 2015.

Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (ADMK)

Penugasan audit terakhir penulis lakukan terhadap PT DDD, yang


merupakan salah satu perusahaan terbesar dalam bidang produksi Air Minum
Dalam Kemasan (ADMK) di Indonesia. Penulis diberikan tugas pada saat proses
audit di PT DDD sudah memasuki fase completion activities, sehingga pekerjaan
yang penulis lakukan sekedar berupa pembuatan management representation
letter dan opinion letter. Pada penugasan audit terhadap PT DDD, penulis
tergabung dalam sebuah tim audit yang kecil, terdiri dari satu orang Senior
Auditor 2 (Senior Associates 2), satu orang Senior Auditor 3 (Senior Associates 3)
dan satu orang Vocational Employee (VE) dimana penulis merupakan VE

Universitas Indonesia
tersebut. Penulis ditempatkan pada penugasan audit di PT DDD selama kurun
waktu 30 Maret 2015 sampai dengan 2 April 2015, hari terakhir masa Internship
penulis di KAP ABC.

Adapun jika diringkas, jenis – jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penulis selama
kegiatan magang secara keseluruhan antara lain:

 Melakukan field work audit (audit lapangan)

Hal ini dilakukan oleh penulis dengan cara mencari bukti - bukti atas akun
yang diaudit, dengan cara meminta data ke klien serta melakukan inquiry
(wawancara) atas akun yang datanya telah tersedia tersebut. Penulis
diberikan bimbingan oleh Senior Auditor untuk melihat kesesuaian antara
data dengan prosedur audit yang telah ditetapkan, setelah berbagai macam
pengujian dilakukan.

 Melakukan konfirmasi

Konfirmasi penulis lakukan atas saldo akun-akun tertentu, misalnya:


konfirmasi bank, konfirmasi hutang dan piutang, konfirmasi modal dan
investasi, konfirmasi struktur pemegang saham. Hal ini penulis lakukan
guna mendapatkan kesesuaian dan keakuratan antara data yang tersedia
dengan keadaan yang sebenarnya pada akun yang penulis konfirmasi.

 Menyiapkan working paper (kertas kerja)

Penulis menyiapkan template pada Perangkat Lunak Audit yang


digunakan untuk mendokumentasikan proses audit. Kertas kerja ini kelak
digunakan sebagai dasar dalam pembuatan laporan audit. Kertas kerja
yang penulis siapkan antara lain template pengujian seperti test of control,
test of detail balance, serta analytical procedure.

 Melakukan vouching

Penulis melakukan vouching dengan cara memeriksa kecocokan diantara


dokumen pendukung dan bukti-bukti terkait dengan pencatatan pada akun-

Universitas Indonesia
akun yang diaudit. Contohnya, memeriksa bank statement dan bank
confrimation untuk mencapai asersi manajemen keberadaan (existence),
memeriksa invoice atas akun hutang untuk mencapai asersi kelengkapan
(completeness).

 Melakukan footing & cross footing.

Penulis juga melakukan perhitungan kembali atas nilai dari suatu akun.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam penjumlahan atau
pengurangan total saldo.

 Melakuan Proof-reading

Penulis juga diberikan kesempatan dalam melakukan pemeriksaan atas


keakuratan dan kebenaran huruf, kata, kalimat, angka, dan penulisan
dalam laporan yang telah diterbitkan agar tidak terjadi kesalahan ketika
akan diberikan kepada pengguna dari laporan keuangan.

 Melakukan audit file check

Penulis memeriksa kelengkapan kertas kerja mulai dari tahap perencanaan


hingga sampai kepada tahap pengujian. Dengan melakukan hal ini, apabila
kelak ditemukan ada data yang kurang atau hilang akan dapat segera
dilaporkan dan apabila ada kesalahan input pada data dapat segera
dilakukan koreksi.

 Melakukan cash count

Penulis juga menghitung jumlah kas yang ada pada tanggal dilakukannya
cash count untuk memperoleh keyakinanatas keakuratan jumlah akun kas
yang tersaji di dalam laporan kas klien pada periode berjalan.

 Melakukan stock take

Penulis melakukan stock taking atas persediaan mobil untuk memperoleh


keyakinan atas keberadaan dan keakuratan jumlah persediaan yang tersaji
di dalam laporan klien.

Universitas Indonesia
 Membuat draft report

Penulis melakukan proses pengeditan final pada beberapa draft report


template klien, seperti opinion letter dan management representation
letter.

1.6. Ruang Lingkup Laporan Magang

1.6.1 Latar Belakang Tema Penulisan


Dalam Laporan Magang ini, penulis tertarik untuk mengangkat topik
“Prosedur Audit atas Aset Biologis pada PT AAG” untuk menjadi tema utama.
Hal ini dikarenakan, menurut penulis, aset biologis masih cenderung kurang
dikenal oleh mahasiswa, meskipun aset biologis bukan merupakan hal yang baru.
Maka dari itu, penulis ingin mencoba menjelaskan mengenai perlakuan akuntansi
dan prosedur audit atas aset biologis tersebut, terutama mengenai perusahaan yang
bergerak dalam perkebunan kelapa sawit.

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa non-migas bagi Indonesia. Indonesia sendiri merupakan salah
satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Cerahnya prospek komoditi
minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong
pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit. Industri kelapa sawit juga memberikan kontribusi untuk pembangunan
daerah sebagai cara untuk menentaskan kemiskinan melalui budidaya pertanian
dan pengolahan hilir.

Minyak sawit adalah bahan memasak yang umum di negara tropis di


Afrika, Asia Tenggara, dan sebagian Brasil. Penggunaannya dalam industri
makanan komersial di belahan negara lain didorong oleh biaya produksinya yang
rendah dan kestabilan oksidatifnya ketika digunakan untuk menggoreng. Minyak
kelapa sawit merupakan minyak nabati yang dapat digunakan untuk konsumsi
bahan makanan (minyak goreng, mie, margarin). Adapun manfaat lain dari proses
industri minyak kelapa sawit selain sebagai produk bahan makanan, antara lain:

Universitas Indonesia
sebagai bahan bakar alternatif Biodisel, nutrisi pakanan ternak, bahan pupuk
kompos, bahan dasar industri lainnya (industri sabun, industri kosmetik, industri
makanan), bahan obat, bahan pembuat particle board.

Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri yang bersifat
strategis, dikarenakan industri ini berhubungan dengan sektor pertanian (agro‐
based industry). Industri sektor pentanian banyak berkembang di negara ‐ negara
tropis, contohnya: Indonesia, Thailand dan Malaysia. Hasil industri minyak
kelapa sawit bukan hanya minyak goreng saja, tetapi juga dapat digunakan
sebagai bahan dasar industri lainnya seperti: industri makanan, kosmetika dan
sabun. Prospek perkembangan industri minyak kelapa sawit dewasa ini sangat
pesat. Telah terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk minyak kelapa sawit. Hal ini
tentunya turut memberikan dampak positif terhadap perekenomian Indonesia, baik
dari segi kontribusi terhadap pendapatan negara, maupun besarnya tenaga kerja
yang mampu terserap pada sektor ini. Selain itu, Sektor kelapa sawit juga dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perkebunan sawit,. Maka, boleh
dikatakan, industri minyak kelapa sawit diharapkan mampu menjadi motor
penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

1.6.2 Pembatasan Masalah


Penulis membatasi masalah yang diungkapkan dalam laporan ini terbatas
terhadap prosedur audit yang dilakukan oleh KAP atas akun aset biologis, disertai
juga dengan penjelasan mengenai perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT
AAG terhadap aset biologis tersebut. PT AAG sendiri bukan merupakan
perusahaan terbuka yang harus mengikuti peraturan Bapepam ataupun terkait
lainnya. Maka dari itu, penulis hanya dapat mengungkapkan hal-hal yang telah
dilakukan oleh KAP pada PT AAG atas aset biologisnya dan hal-hal apa saja yang
telah dilakukan oleh PT AAG itu senditi terkait dengan akun aset biologis-nya
tanpa diikuti dengan tambahan peraturan yang harus diterapkan perusahaan jika
perusahaan merupakan perusahaan terbuka.

Universitas Indonesia
1.6.3 Perumusan Masalah
Penulis mengambil topik mengenai Audit atas Aset Biologis pada PT AAG
dengan perumusan maslah sebagai berikut:

1. Bagaimanakan standar akuntansi yang digunakan terhadap Aset Biologis?


2. Bagaimanakah perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh PT AAG
terhadap akun Aset Biologis-nya?
3. Bagaimanakan prosedur audit yang dilakukan KAP ABC atas Aset
Biologis pada PT AAG?

1.6.4 Maksud dan Tujuan Pembahasan


Dalam laporan ini, penulis mengambil topik mengenai audit atas aset
biologis pada perusahaan kelapa sawit, PT AAG. Adapun tujuan penulis dalam
melakukan pembahasan ini antara lain:

1. Untuk memahami, menjelaskan dan menganalisis mengenai perlakuan


akuntansi yang dilakukan oleh PT AAG terhadap akun aset biologis-nya.
2. Untuk menjelaskan mengenai bagaimana aplikasi prosedur audit yang
dilakukan KAP ABC atas aset biologis pada PT AAG.
3. Untuk menjadi bahan pembelajaran bagi para pembaca yang ingin
mengetahui lebih jauh tentang audit atas aset biologis, karena penulis telah
melihat penerapan prosedur audit beserta pengendalian internal langsung
pada praktiknya dan dapat membandingkannya dengan teori-teori yang
telah dipelajari penulis pada saat perkuliahan.
4. Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana ekonomi.

1.7. Sistematika Penulisan


Penyusunan laporan magang ini disusun dengan menggunakan sistematika
penulisan sebagai berikut:

 BAB 1: PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang program magang, tujuan


program magang, tujuan penulisan laporan magang, tempat dan waktu

Universitas Indonesia
pelaksanaan program magang, pelaksanaan kegiatan magang, latar
belakang tema penulisan laporan magang, pembatasan masalah dan ruang
lingkup penulisan, maksud dan tujuan pembahasan laporan magang, serta
diakhiri dengan sistematika penulisan laporan magang.

 BAB 2: LANDASAN TEORI

Bab ini menjabarkan mengenai teori yang akan digunakan sebagai bahan
dalam pembahasan atas masalah yang diangkat dalam laporan magang ini.
Teori ini diambil dari berbagai seumber, diantaranya: Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK), International Financial Reporting Standaed
(IFRS), International Standards on Auditing (ISA), buku teks perkuliahan
dan Audit Guide dari KAP ABC.

 BAB 3: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini membahas tentang gambaran umum dari perusahaan tempat


penulis melaksanakan program magang, yaitu KAP ABC dan gambaran
umum mengenai klien yaitu PT AAG, sebagai tempat dimana penulis
menjalankan penugasan audit.

 BAB 4: PEMBAHASAN

Bab ini berisikan mengenai proses bisnis atas aset biologis, perlakuan
akuntansi atas aset biologis, prosedur audit yang dilakukan atas aset
biologis pada PT AAG.

 BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dari seluruh laporan, serta saran
dari penulis terkait permasalahan yang akan dibahas di dalam laporan ini

Universitas Indonesia
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Mengenai Aktivitas Industri Perkebunan

2.1.1 Karakteristik Industri Perkebunan


Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor SE-
9/BL/2012, ada beberapa istilah yang dipergunakan dalam perkebunan kelapa
sawit, diantaranya:

 Perkebunan kelapa sawit merupakan tanah yang berada di dalam satuan


lahan yang diusahakan pada luasan tertentu. Tanah ini ditanami dengan
komoditas tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan (Aset Tanaman),
serta dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya (Aset Non - Tanaman).
 Aset Tanaman merupakan tanaman kelapa sawit yang dikelola dan
dibudidayakan secara komersial pada suatu lahan tertentu.
 Aset Non - Tanaman merupakan tanah, bangunan, infrastruktur, kendaraan
dan peralatan berat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
satu kesatuan aset pada suatu entitas perkebunan kelapa sawit.
 Bibit Tanaman Kelapa Sawit merupakan benih bakal tanaman yang berada
di dalam masa pemeliharaan ataupun telah melewati masa pemeliharaan
tertentu, serta sifatnya siap ditanam di lahan perkebunan.
 Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh liar dan tidak diharapkan
keberadaannya pada areal budidaya tanaman kelapa sawit. Hama dan
Penyakit merupakan organisme hidup yang dapat mengakibatkan
kerusakan terhadap komoditas perkebunan kelapa sawit.
 Pemupukan merupakan salah satu tahap di dalam prosedur teknis budidaya
penanaman kelapa sawit, dilakukan dengan memberikan pupuk (unsur
hara) pada tanaman melalui tanah dan daun untuk kesuburan tanaman
 Perkebunan Inti merupakan perkebunan milik perusahaan. Perkebunan
Plasma merupakan perkebunan milik masyarakat atau petani peserta
program kemitraan.

14
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


15

 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah tanaman kelapa sawit yang


masih berada di dalam tahap pemeliharaan awal. Tanaman yang masih
berada di dalam tahap TBM belum dapat dipanen secara komersial.
Biasanya umur TBM berkisar diantara 1 hingga 3 tahun, dimulai dari
penanaman sampai dengan tanaman akan mulai menghasilkan.
 Tanaman Menghasilkan (TM) adalah tanaman kelapa sawit yang sudah
melewati masa pemeliharaan awal. TM telah dapat dipanen sesuai dengan
siklus hidupnya. Biasanya Tanaman mulai dapat disebut sebagai TM sejak
tanaman berada pada awal tahun keempat penanaman.
 Tandan Buah Segar (TBS) adalah buah kelapa sawit yang dihasilkan dari
tanaman kelapa sawit.
 Umur Produktif / Umur Ekonomis Tanaman adalah masa sejak tanaman
mulai berproduksi sampai dengan masa akhir tanaman produktif secara
ekonomis.

2.1.2 Gambaran Mengenai Industri Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elais guineensis) adalah tanaman penghasil minyak nabati
yang berasal dari Afrika Barat. Saat ini, dari total area nasional perkebunan sawit
seluas 7.824.000 ha, luas area perkebunan kelapa sawit di Indonesia didominasi
Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan luas sekitar 3,983,000 ha (49,75%), yang
diusahakan melalui Perkebunan Rakyat (PR) sekitar 3,314,000 ha (42,35%) dan
selebihnya 616,000 ha (7,9%) merupakan milik Perkebunan Besar negara (PBN).
(Pardemean, 2013).

Hasil panen dari kelapa sawit adalah Tandan Buah Segar (Fresh Fruit
Bunch). Tandan Buah Segar diolah kembali menjadi produk utama dari tanaman
kelapa sawit, yaitu minyak sawit (CPO) dan inti sawit (Kernel). Minyak kelapa
sawit (CPO) dapat diolah menjadi berbagai produk turunan. Berikut merupakan
bagan produk turunan dari minyak kelapa sawit.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


16

Gambar 2.1 : Pohon industri pemanfaatan kelapa sawit


Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, 2014, diolah kembali.

Universitas Indonesia
Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015
17

2.2 Aset Biologis

2.2.1 Definisi Aset Biologis


Menurut International Accounting Standards No. 41 (IAS 41) tentang
Agriculture, dinyatakan bahwa: “Aset biologis merupakan tanaman atau hewan
yang hidup (misalnya pohon di perkebunan, tanaman budidaya, domba dan sapi)
terkait dengan kegiatan pertanian yang dikelola (misalnya pengelolaan melalui
peternakan, perkebunan, kehutanan, budidaya ikan), yang pada akhirnya
diharapkan akan menghasilkan hasil pertanian (produk hasil panen dari aset
biologis). Oleh karena itu, aset biologis merupakan hewan ternak dan tanaman
hidup yang bisa mendatangkan manfaat di masa yang akan datang. Klasifikasi
aset biologis termasuk binatang mamalia, tanaman, pohon, kebun buah, sayuran
dan tanaman herbal, dan ikan.

Menurut IAS 41, Aset biologis berasal dari proses transformasi biologis
yang membuat aset biologis dapat berubah secara kualitatif dan kuantitatif.
Perubahan ini sifatnya dapat diukur, dinilai dan dipantau. Proses transformasi
biologis tersebut terdiri atas:

1. Pertumbuhan (growth): peningkatan kualitas atau peningkatan jumlah


hewan atau tanaman;
2. Penurunan (degeneration): penurunan kualitas atau penurunan jumlah
hewan atau tanaman;
3. Perkembangbiakan (procreation): penciptaan hewan atau tumbuhan
tambahan;
4. Panen hasil pertanian.

Beberapa contoh dari aset biologis, hasil beserta pengolahannya dapat


dilihat dalam tabel 2.1 di bawah ini.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


Tabel 2.1. Contoh Aset Biologis.

Produk Hasil
Aset Biologis Hasil Agrikultural
Pengolahan
Domba Wol Benang, Karpet
Pohon yang ditebang Batang kayu, Potongan
Pohon di hutan
Kayu
Kapas Benang, Pakaian
Tanaman
Tebu Gula
Ternak Sapi Susu Keju
Babi Karkas Sosis, Daging
Daun Teh Teh
Perkebunan Daun Tembakau Rokok
Kelapa Sawit Minyak Kelapa Sawit
Tanaman Anggur Buah Anggur Wine
Pohon Buah Buah yang dipetik Buah yang diproses

Sumber: International Accounting Standards 41 paragraph 4 yang telah diolah kembali

2.2.2 Jenis Aset Biologis


Berdasarkan masa manfaat dan jangka waktu transformasi biologisnya,
aset biologis dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Aset biologis jangka pendek (short term biological assets).

Aset biologis yang memiliki masa manfaat / masa transformasi biologis


kurang dari atau sampai 1 (satu) tahun. Contoh: tanaman / hewan yang
dapat dipanen atau dijual pada tahun pertama atau tahun kedua setelah
pembibitan, misalnya: ikan, ayam, padi, jagung, dan lain sebagainya.

b. Aset biologis jangka panjang (long term biological assets).

Aset biologis yang memiliki masa manfaat / masa tranformasi biologis


lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh: tanaman / hewan yang dapat dipanen /
dijual lebih dari satu tahun atau aset biologis yang dapat menghasilkan

Universitas Indonesia
produk agrikultur dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, misalnya:
tanaman penghasil buah (jeruk, anggur, apel), tanaman perkebunan (kopi,
karet, kelapa sawit), dan hewan ternak berumur panjang (sapi, kuda, babi).

Selain itu, menurut IAS 41, aset biologis juga dapat digolongkan menurut
fase pertumbuhannya, yaitu:

a. Aset biologis yang telah dewasa (mature biological assets)

Merupakan aset biologis yang telah memenuhi kriteria untuk dipanen atau
telah dapat dipanen secara rutin. Biasanya aset ini diatas 3 tahun sejak
masa penanaman.

b. Aset biologis yang belum dewasa dewasa (immature biological assets)

Merupakan aset biologis yang belum menghasilkan dan berporduksi.


Biasanya aset ini berumur 0 sampai 3 tahun sejak masa penanaman.

2.2.3 Pengakuan Nilai Aset Biologis


International Accounting Standards No. 41 (revisi 2009) mengatur
mengenai perlakuan akuntansi aset tetap entitas berkaitan dengan aktivitas
pertanian (agricultural activity). Menurut IAS 41, perusahaan dapat mengakui
suatu aset biologis dan produk pertanian jika, dan hanya jika:

a. Perusahaan memiliki kontrol atas aset biologis dan produk pertanian yang
dimilikinya sebagai hasil dari kegiatan di masa lampau. Kontrol tersebut
dapat dimiliki oleh perusahaan melalui adanya kepemilikan secara hukum
atau keberadaan tanda khusus atas akuisisi aset biologis dan produk
pertanian.
b. Ada kemungkinan besar bahwa keuntungan ekonomis di masa depan yang
ada kaitannya dengan aset tersebut akan mengalir kepada perusahaan.
Keuntungan ekonomis di masa depan biasanya dinilai dengan cara
mengukur atribut fisik yang signifikan.
c. Nilai wajar atau biaya perolehan atas asset biologis tersebut dapat diukur
dengan andal. Aset biologis dan produk pertanian yang dimiliki

Universitas Indonesia
perusahaan seharusnya diukur pada saat pengakuan awal, pada akhir setiap
periode pelaporan dan pada saat panen dengan menggunakan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual, kecuali untuk kasus-kasus tertentu saat
nilai wajar tidak dapat diukur dengan andal.

2.2.4 Pengukuran Nilai Wajar dari Aset Biologis.


Biasanya, di masa depan perusahaan menjalin kontrak untuk menjual aset
biologis atau produk pertanian kepada pihak ketiga. Adapun nilai kontrak tidak
selalu relevan untuk digunakan dalam hal penentuan nilai wajar. Hal ini
dikarenakan nilai wajar menunjukkan keadaan pasar saat ini, disaat calon pembeli
dan calon penjual akan bertransaksi.

Pengukuran menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual ini,


dapat menimbulkan keuntungan maupun kerugian bagi perusahaan. Keuntungan
atau kerugian atas perhitungan nilai wajar harus dilaporkan pada laporan laba rugi
komprehensif pada saat keuntungan atau kerugian tersebut terjadi.

Di bawah ini terdapat beberapa sumber yang dapat digunakan dalam


penentuan nilai wajar dari aset biologis, yaitu:

a. Menggunakan Pasar Aktif

Jika ada pasar aktif untuk aset biologis dan produk pertanian, maka nilai
pada pasar aktif tersebut yang akan digunakan dalam menentukan nilai
wajar dari aset biologis. Nilai yang terdapat pada pasar aktif merupakan
dasar yang sesuai dalam menentukan nilai wajar dari aset biologis dan
produk pertanian. Adapun pasar aktif merupakan pasar yang di dalamnya
terdapat kondisi-kondisi seperti berikut:

 Barang/jasa yang diperdagangkan bersifat homogen.


 Calon pembeli dan calon penjual bisa ditemukan setiap saat.
 Tersedianya daftar harga untuk umum.

Apabila dalam kasus tertentu perusahaan memiliki akses ke beberapa


pasar aktif, perusahaan dapat menggunakan harga yang paling relevan.

Universitas Indonesia
b. Tidak terdapat pasar aktif

Jika di dalam menentukan nilai wajar aset biologis dan produk pertanian,
tidak terdapat pasar aktif, maka perusahaan dapat menggunakan salah satu
ataupun menggunakan beberapa pilihan berikut ini:

 Perbandingan Sektor

Perbandingan dilakukan misalnya dengan mengukur nilai dari


binatang ternak dengan harga daging per kg.

 Harga pasar untuk aset yang sejenis.

Harga ini digunakan dengan melakukan penyesuaian untuk


mencerminkan perbedaan yang ada diantara kedua aset tersebut.

 Nilai transaksi pada pasar terkini

Cara ini digunakan dengan ketentuan bahwa tidak ada perubahan


signifikan yang terjadi pada keadaan ekonomi pada saat tanggal
transaksi hingga akhir periode pelaporan keuangan (tanggal
neraca).

c. Nilai pasar tidak tersedia.

Jika nilai atau harga pasar tidak tersedia, maka dalam keadaan seperti ini,
perusahaan dapat menentukan nilai wajar dari aset biologis dan produk
pertanian dengan menggunakan nilai kini atas arus kas bersih yang
diharapkan dari aset biologis atau produk pertanian, dengan memper-
timbangkan estimasi arus kas bersih yang diharapkan serta tingkat
diskonto yang digunakan. Arus kas bersih mencakup ekspektasi pelaku
pasar bahwa aset akan menghasilkan di dalam pasar yang paling relevan.
Perusahaan tidak memasukkan arus kas untuk pendanaan aset, perpajakan,
atau pembentukan kembali aset biologis setelah panen (contoh: biaya
penanaman pohon perkebunan setelah panen).

Universitas Indonesia
Calon pembeli dan calon penjual menyetujui konsep arm’s length
transaction price, sehingga mereka mempertimbangkan adanya kemung-
kinan variasi dari arus kas. Keadaan seperti ini mengikuti ciri dari nilai
wajar yang menunjukkan kemungkinan adanya variasi tersebut. Oleh
karena itu, perusahaan menggabungkan ekspektasi mengenai kemung-
kinan variasi arus kas menjadi arus kas yang diharapkan, atau tingkat
diskonto, atau kombinasi atas dua pilihan sebelumnya. Perusahaan
menentukan tingkat diskonto dengan menggunakan estimasi yang
konsisten dengan estimasi yang digunakan ketika perusahaan menentukan
arus kas yang diharapkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
asumsi yang diperhitungkan dua kali atau diabaikan.

d. Biaya perolehan disetarakan dengan nilai wajar

Biaya perolehan dapat disetarakan dengan nilai wajar, dalam dua situasi:

1. Pada saat aset biologis dan produk pertanian hanya mengalami


sedikit transformasi biologis sejak saat perolehannya sampai
kepada tanggal pelaporan keuangan. Contoh, bibit pohon buah
baru memasuki masa tanam beberapa saat sebelum tanggal
pelaporan keuangan. Pada saat tanggal pelaporan keuangan,
transformasi biologis yang terjadi atas bibit pohon buah
tersebut masih sedikit, sehingga biaya perolehan dapat
disetarakan dengan nilai wajar.
2. Pada saat dampak transformasi biologis atas harga aset biologis
dan produk pertanian bersifat tidak material. Contoh, awal
pertumbuhan dari 30 tahun siklus produksi perkebunan pinus.
Transformasi biologis yang terjadi pada awal pertumbuhan
perkebunan pinus bersifat tidak material karena siklus produksi
yang panjang, yaitu 30 tahun.

e. Aset biologis dan tanah untuk menanam aset biologis

Universitas Indonesia
Tanah merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan aset biologis
berjeniskan tanaman. Pada dasarnya, tidak ada pasar yang terpisah untuk
aset biologis yang ditanam di atas tanah, namun terdapat pasar aktif untuk
kombinasi aset tersebut, yaitu aset biologis, raw land dan land
improvements. Perusahaan dapat menggunakan informasi dari kombinasi
aset tersebut untuk menentukan nilai wajar dari aset biologis. Contohnya,
perusahaan mengurangi nilai wajar atas raw land dan land improvement
dari nilai wajar kombinasi aset untuk mendapatkan nilai wajar dari aset
biologis.

f. Nilai wajar tidak dapat diandalkan

Nilai wajar untuk menentukan nilai aset bilogis tidak selalu dapat
diandalkan. Oleh karenanya, IAS 41 mengizinkan adanya penggunaan
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi
penurunan nilai untuk kasus-kasus tertentu. Misalnya pada saat pengakuan
awal, tidak tersedia nilai atau harga pasar yang ditentukan dan alternatif
estimasi nilai wajar yang tidak dapat diandalkan. Pada saat nilai wajar dari
aset biologis tersebut sudah dapat diukur secara andal, perusahaan harus
mengukur aset biologis tersebut menggunakan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual. Penggunaan biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai hanya diperbolehkan
pada saat pengakuan awal, karena pada saat panen nilai wajar dapat diukur
secara andal.

Apabila setelah melakukan pengukuran nilai wajar terjadi perubahan nilai


pada aset, maka akan dibuat jurnal sebagai berikut:
 Kenaikan nilai aset
Dr. Aset biologis xxx
Cr. Keuntungan revaluasi xxx
 Penurunan nilai aset
Dr. Kerugian revaluasi xxx
Cr. Aset biologis xxx

Universitas Indonesia
2.2.5 Pengungkapan dari Aset Biologis.
Akun aset agrikultural memerlukan pengungkapan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari
laporan keuangan yang berisikan mengenai pengungkapan hal-hal yang berkaitan
dengan akun-akun yang ada pada laporan keuangan. Di dalam IAS 41, dijelaskan
mengenai hal-hal yang perlu diungkapkan oleh perusahaan sehubungan dengan
akun aset agrikultural yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal, yaitu sebagai
berikut:

a. Keuntungan dan kerugian agregat yang timbul selama periode berjalan


yang mencakup keuntungan dan kerugian pada saat pengakuan awal aset
biologis dan produk pertanian dan dari perubahan nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual aset biologis.
b. Deskripsi dari masing-masing kelompok aset biologis yang dapat
berbentuk narasi atau uraian.
c. Sifat dasar dari masing-masing kelompok aset biologis.
d. Pengukuran atau estimasi non-keuangan atas kuantitas fisik dari masing-
masing kelompok aset biologis pada akhir periode dan hasil keluaran dari
produk pertanian selama periode berjalan.
e. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai
wajar dari masing-masing kelompok produk pertanian saat panen dan
masing-masing kelompok aset biologis.
f. Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual yang ditentukan pada saat
panen atas produk pertanian yang dipanen selama periode berjalan.
g. Keberadaan dan nilai tercatat atas aset biologis yang penggunaannya
dibatasi dan nilai tercatat atas aset biologis yang dijaminkan untuk
liabilitas.
h. Nilai komitmen untuk pengembangan dan akuisisi aset biologis.
i. Strategi manajemen resiko keuangan yang berhubungan dengan aktivitas
agrikutur.

Universitas Indonesia
j. Rekonsiliasi atas perubahan nilai tercatat aset biologis antara awal dan
akhir periode berjalan.
k. Perubahan atas nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Perusahaan
sebaiknya memisahkan antara perubahan yang disebabkan oleh perubahan
fisik dan perubahan harga di pasar. Pemisahan ini berguna untuk menilai
kinerja pada periode berjalan dan prospek untuk masa depan, terutama
untuk perusahaan yang memiliki siklus produksi lebih dari satu tahun.
l. Sifat dasar dan nilai pengaruh iklim, penyakit dan risiko alam lain
terhadap aktivitas pertanian yang menimbulkan pendapatan dan beban
yang material bagi perusahaan.
m. Pengungkapan tambahan untuk aset biologis yang tidak dapat diukur
secara andal menggunakan nilai wajar, melainkan menggunakan biaya
perolehan dikurang akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian
penurunan nilai.
n. Pengungkapan tambahan untuk aset biologis yang awalnya diukur
menggunakan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi kerugian penurunan nilai, kemudian sudah dapat diukur secara
andal menggunakan nilai wajar pada periode berjalan.

Sampai saat ini, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), masih memper-


timbangkan untuk mengadopsi IAS 41. PSAK yang secara khusus mengatur
mengenai aset biologis belum tersedia hingga saat ini. PSAK yang paling erat
hubungannya dengan perkebunan adalah PSAK No.14 tentang Persediaan dan
PSAK No.16 tentang Aset Tetap. PSAK No. 14 tentang Persediaan dapat diterap-
kan untuk hasil panen tanaman perkebunan, sedangkan PSAK No.16 tentang Aset
Tetap dapat diterapkan untuk tanaman perkebunan yang memerlukan waktu
pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial
pertama kali. Perlakuan akuntansi untuk aset biologis yang berupa tanaman sawit
dapat menggunakan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap.

2.3 Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan PSAK 16


Di dalam Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Revisi 2011
yang berlaku di Indonesia, belum ada peraturan khusus yang mengatur mengenai

Universitas Indonesia
Aset Biologis. Hingga sekarang, peraturan mengenai aset biologis yang dimiliki
perusahaan perkebunan dan peternakan masih dikategorikan kedalam PSAK 16
mengenai Aset Tetap (Revisi 2011). Karena masih digolongkan sebagai aset tetap,
maka pada umumnya perlakuan akuntansi mengenai aset biologis dipersamakan
perlakuan akuntansinya dengan aset tetap lainnya di dalam PSAK 16.

Aset biologis di Indonesia masih digolongkan ke dalam aset tetap karena


pada dasarnya, karakteristik dari aset biologis hampir sama sifatnya atau
mendekati aset tetap, yaitu sama-sama digunakan untuk tujuan kegiatan operasi
perusahaan (bukan untuk diperjual-belikan), memiliki masa manfaat selama lebih
dari satu tahun. Indonesia hingga saat ini belum mengadopsi IAS 41 mengenai
agriculture ke dalam PSAK dikarenakan masih munculnya perdebatan berkaitan
dengan metode pengakuan dan pengukuran aset biologis dalam IAS 41 yang
menggunakan metode nilai wajar. Sementara itu di Indonesia, metode pengakuan
dan pengukuran aset biologis di menggunakan metode harga perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan.

Jika jumlah aset biologis ini bersifat material untuk perusahaan, dimana
laporan keuangan perusahaan harus disajikan berdasarkan PSAK, maka aset
biologis termasuk ke dalam definisi aset tetap menurut PSAK 16. Pada bagian ini,
penulis akan memaparkan perlakuan akuntansi termasuk pengakuan, pengukuran
dan pencatatan aset biologis yang diatur di dalam PSAK 16.

2.3.1. Definisi Aset Tetap


Menurut PSAK 16 (revisi 2011), aset tetap dinyatakan sebagai:
“aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.”

2.3.2 Pengakuan Aset Tetap


Aset yang dikelompokkan sebagai aset tetap, akan diakui sebesar biaya
perolehannya awalnya, dan akan diakui pada biaya perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan untuk selanjutnya.

Universitas Indonesia
Menurut PSAK 16 (Revisi 2011), biaya perolehan merupakan: “jumlah
kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang
diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau,
jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ketika pertama kali diakui sesuai
dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.” Biaya perolehan atas aset tetap
yang dimiliki oleh perusahan harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
"mempunyai kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomi di masa yang akan
datang, berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas, dan biaya
perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal."

2.3.2.1. Biaya Perolehan Awal Aset Tetap


Menurut PSAK 16, perolehan aset tetap diakui jika dapat meningkatkan
manfaat ekonomi masa depan dari aset tetap. Aset tetap ini memenuhi syarat
pengakuan aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas memperoleh manfaat
ekonomi di masa depan yang lebih besar dari aset-aset yang terkait jika
dibandingkan dengan manfaat ekonomi yang dihasilkan seaindainya aset tersebut
tidak diperoleh oleh entitas. Namun demikian, jumlah yang tercatat pada aset
tersebut dan aset lain yang terkait harus ditinjau terlebih dahulu untuk menguji
apakah terjadi penurunan nilai, sesuai dengan PSAK No. 48 Revisi 2009:
Penurunan Nilai Aset.

2.3.2.2 Biaya Selanjutnya Setelah Perolehan Awal Aset Tetap


Biaya selanjutnya yang dapat dikapitalisasi ke dalam aset tetap yaitu
termasuk biaya penggantian atau pembaruan dan inspeksi. Biaya penggantian atau
pembaruan misalnya penggantian interior pesawat terbang, ataupun memperbarui
interior dapur persawat. Biaya inspeksi diperlukan supaya aset tetap dapat
beroperasi secara berkelanjutan, terlepas apakah terdapat komponen aset tetap
yang harus diganti. Adapun biaya penggantian atau pembaruan dan biaya inspeksi
aset tetap dapat diakui dalam jumlah aset tercatat ketika biaya tersebut terjadi jika
pengeluaran yang dilakukan demi memenuhi aktivitas tersebut memenuhi kriteria
pengakuan. Sedangkan untuk biaya yang sifatnya untuk perawatan sehari – hari,
diakui dalam laba rugi pada saat terjadinya, sebagai beban. Contohnya adalah

Universitas Indonesia
biaya bahan habis pakai, termasuk suku cadang. Baiya seperti ini sering disebut
sebagai biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap.

2.3.3. Pengukuran Aset Tetap

2.3.3.1. Pengukuran Saat Pengakuan Aset Tetap


PSAK 16 (Revisi 2011) mengatur bahwa aset tetap yang memenuhi syarat
pengakuan sebagai aset diukur pada biaya perolehan. Adapun komponen biaya
perolehan aset tetap meliputi:

a. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
bisa dikreditkan setelah dikurangi dengan diskon pembelian maupun
potongan-potongan lain;
b. semua biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa
aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset tersebut siap untuk
digunakan sesuai dengan tujuan manajemen;
c. estimasi awal dari biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset tetap. Kewajiban tersebut muncul pada saat aset tetap
diperoleh atau sebagai konsekuensi dari penggunaan aset tetap selama
periode tertentu selain untuk tujuan menghasilkan persediaan.

2.3.3.2 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Aset Tetap


PSAK No. 16 (Revisi 2011) menyatakan bahwa entitas memilih model
biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan
kebijakan tersebut untuk seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Entitas
tidak boleh mengunakan dua metode yang berbeda pada kelompok aset tetap yang
sama. Berikut merupakan penjelasan atas metode pengukuran yang dipilih oleh
entitas:

a. Model Biaya

Entitas yang menggunakan model ini mencatat aset tetap pada biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai aset.

Universitas Indonesia
b. Model Revaluasi

Entitas yang menggunakan model ini mengakui aset tetapnya dengan


menggunakan nilai wajar yang dapat diukur secara andal. Aset dicatat
pada jumlah revaluasinya yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang
terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan
yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

Pada saat jumlah tercatat aset meningkat diakibatkan oleh revaluasi, maka
kenaikan tersebut harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan
terakumulasi pada ekuitas di dalam bagian surplus revaluasi. Adapun kenaikan ini
harus diakui dalam laporan laba rugi sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat
revaluasi yang pernah diakui sebelumnya, dalam laporan laba rugi. Pada saat
jumlah tercatat aset menurun diakibatkan oleh revaluasi, maka penurunan tersebut
juga diakui dalam laporan laba rugi. Penurunan nilai tersebut diakui pada
pendapatan komprehensif lain, sepanjang penurunan tersebit tidak melebihi saldo
surplus revaluasi untuk aset tersebut. Adapun penurunan nilai yang diakui dalam
pendapatan komprehensif lain ini mengurangi jumlah akumulasi pada ekuitas di
dalam bagian surplus revaluasi. Jika suatu saat, dalam pengukuran aset tetap
entitas mengubah kebijakan akuntansinya dari model biaya ke model revaluasi,
maka perubahan tersebut berlaku secara prospektif.

2.3.4 Penyusutan Aset Tetap


Entitas dapat menggunakan beberapa metode penyusutan dalam rangka
mengalokasikan aset tetap yang dimiliki secara sistematis selama umur manfaat
aset tersebut. Menurut PSAK No.16 (Revisi 2011), ada beberapa metode
penyusutan yang dapat digunakan oleh entitas, antara lain:

a. Metode garis lurus (straight line method)

Universitas Indonesia
Metode ini merupakan metode yang mengalokasikan beban penyusutan
yang sama setiap tahun.

b. Metode saldo menurun (diminishing balance method)

Metode ini dilakukan dengan cara mengalokasikan beban penyusutan yang


semakin lama semakin kecil selama umur manfaat berlangsung.

c. Metode unit produksi (sum of the unit method)

Metode ini dilakukan dengan cara yaitu mengalokasikan beban penyusutan


yang didasarkan kepada penggunaan aset tetap ataupun output yang
diharapkan dari suatu aset tetap.

Setiap tahunnya, manajemen harus melakukan peninjauan atas metode


penyusutan yang digunakan untuk aset tetapnya. Jika pada saat tertentu terjadi
perubahaan yang signifikan. misalnya pada masa manfaat, maka metode
penyusutan juga harus diubah. Hal ini dilakukan untuk mencerminakan perubahan
yang signifikan dari masa manfaat tersebut. Perubahan estimasi akuntansi yang
dilakukan manajemen harus sesuai dengan PSAK No. 25 tentang kebijakan
akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan. Berikut ini merupakan
jurnal yang dicatat ketika manajemen melakukan penyusutan atas aset tetap:

Dr. Beban penyusutan xxx

Kr. Akumulasi penyusutan xxx

2.3.5 Penurunan Nilai Aset Tetap


Entitas menerapkan PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset dalam rangka
menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai. Apabila terdapat
adanya indikasi bahwa suatu aset mengalami penurunan nilai, maka entitas harus
menentukan taksiran nilai yang dapat diperoleh kembali. Apabila tidak terdapat
adanya indikasi penurunan nilai aset, maka risiko terjadinya kerugian penurunan
nilai kecil, sehingga entitas tidak perlu menentukan taksiran nilai yang dapat
diperoleh kembali.

Universitas Indonesia
Apabila nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset lebih kecil jika
dibandingakan dengan nilai tercatatnya, maka nilai tercatat aset tersebut harus
diturunkan hingga sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Adapun penurunan
ini merupakan rugi penurunan nilai aset. Penurunan ini harus diakui sebagai beban
di dalam laporan laba rugi. Setelah adanya kerugian penurunan nilai aset tersebut
diakui, maka harus dilakukan penyesuaian terhadap beban depresiasi aset untuk
periode mendatang agar dapat mencerminkan alokasi nilai tercatat yang telah
direvisi, setelah dikurangi nilai sisa (jika terdapat), secara sistematis selama sisa
periode penyusutan.

2.3.6 Penyajian Aset Tetap


Menurut SAK No. 1 (Revisi 2009), aset tetap disajikan pada golongan aset
tidak lancar laporan keuangan. Sedangkan untuk biaya penyusutan aset tetap
disajikan pada laporan laba rugi. Biaya penyusutan disertakan bersama dengan
biaya-biaya lainnya di bawah akun pendapatan. Sedangkan biaya yang terkait
operasi perusahaan disajikan pada beban operasi. Biaya yang terkait produksi
akan diakui sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP).

2.3.7 Pengungkapan Aset Tetap


PSAK No. 16 (Revisi 2011) mensyaratkan bahwa laporan keuangan harus
mengungkapkan komponen – komponen sebagai berikut :

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat


bruto\
b. Metode penyusutan yang digunakan
c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan
e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
 Penambahan aset
 Aset yang diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual
 Akuisisi melalui penggabungan usaha

Universitas Indonesia
 Peningkatan atau penurunan akibat revaluasi serta dari rugi
penurunan nilai yang diakui atau di jurnal balik secara langsung
pada ekuitas sesuai PSAK No. 48
 Rugi menurunan nilai yang dijurnal balik dalam laporan laba-rugi
sesuai PSAK No. 48
 Penyusutan aset
 Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran dalam
laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang
pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha
luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelaporan.
 Perubahan lain pada aset

Selain itu, Laporan keuangan juga mengungkapkan :

a. Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang
dijaminkan untuk utang
b. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang
sedang dalam pengembangan
c. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap
d. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami
penurunan nilai, hilang, atau dihentikan yang dimasukkan dalam laporan
laba-rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah dalam laporan keuangan.

2.4. Pedoman Pengungkapan Laporan Penilaian Properti Perkebunan


Pedoman ini dibuat oleh Bappepam berdasarkan Surat Edaran Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal Nomor SE-09/PM/2012. Pedoman ini menjadi
standar bagi emiten industri perkebunan mengenai penyajian dan pengungkapan
laporan keuangannya. Emiten industri perkebunan harus menyajikan akun
tanaman perkebunan dalam laporan keuangannya berupa akun Tanaman
Menghasilkan berumur panjang, yang terdiri dari:

a. Tanaman Telah Menghasilkan

Universitas Indonesia
Pos ini merupakan tanaman keras dan yang dapat dipanen lebih dari satu
kali yang telah menghasilkan secara komersial. Tanaman Telah
Menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehannya yaitu semua biaya-biaya
yang dikeluarkan sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan. Tanaman
telah menghasilan disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi dengan
akumulasi deplesi.

b. Tanaman Belum Menghasilkan

Pos ini merupakan tanaman yang belum menghasilkan dan dapat dipanen
lebih dari satu kali. Tanaman Belum Menghasilkan dicatat sebesar biaya-
biaya yang terjadi sejak saat penanaman sampai saat tanaman tersebut siap
untuk menghasilkan secara komersial. Biaya tersebut antara lain terdiri
dari biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan,
kapitalisasi biaya pinjaman yang dipakai dalam pendanaan. Pada saat
tanaman siap untuk menghasilkan maka direklasifikasi menjadi Tanaman
Telah Menghasilkan.

Berikut adalah hal-hal yang penting untuk diungkapkan pada akun


tanaman perkebunan :

a. Untuk Tanaman Telah Menghasilkan ;


 Rincian nilai tercatat dan akumulasi penyusutan menurut jenis
tanaman
 Rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan akhir tahun tanaman
untuk setiap kelompok selama paling tidak dua tahun terakhir.
 Status tanah yang digunakan untuk menanam.
 Nilai Tanaman Telah Menghasilkan berdasarkan area/lokasi
penanaman
 Perbandingan saldo Tanaman Belum Menghasilkan selama paling
tidak dua tahun.
 Tanaman yang dijaminkan.
b. Untuk Tanaman Belum Menghasilkan ;
 Mutasi Tanaman Belum Menghasilkan sebagai berikut :

Universitas Indonesia
 Saldo awal.
 Tambahan tahun berjalan
 Biaya langsung
 Jumlah kapitalisasi biaya pinjaman, dan rugi kurs dalam hal terjadi
depresiasi luar biasa.
 Pengurangan tahun berjalan
 Jumlah yang direklasifikasi ke Tanaman Telah Menghasilkan.
 Pengurangan lainnya.
 Saldo akhir.
 Nilai tanaman dalam Perkebunan Inti Rakyat / Perkebunan Inti Plasma
yang menjadi milik perusahaan (inti) dan tanaman yang bukan milik
perusahaan (perkebunan rakyat/perkebunan plasma).
 Cadangan kerugian yang mungkin timbul pada plasma.

2.5 Pengauditan

2.5.1. Definisi Pengauditan


Menurut Hayes et. al. (2005), pengauditan adalah sesuah proses yang
sistematis untuk secara objektif memperoleh dan melakukan evaluasi atas bukti
terkait pernyataan mengenai tindakan dan kejadian ekonomis untuk memastikan
tingkat kesesuaian diantara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan,
dan mengomunikasikan hasilnya kepada pengguna yang berkepentingan. Menurut
Arens et. al. (2009), Pengauditan harus dilakukan oleh pihak yang memiliki
independensi dan kompetensi.

Menurut Hayes et. al. (2005), proses yang sistematis berarti pengauditan
mengikuti sebuah perencanaan yang terstruktur dan terdokumentasi (perencanaan
audit). Di dalam proses audit, pencatatan akuntansi dianalisa oleh auditor dengan
menggunakan berbagai teknik yang diterima secara umum, Pengauditan harus
direncanakan dan terstruktur sedemikian rupa sehingga auditor dapat memeriksa
dan menganalisis semua bukti-bukti audit yang penting. Pengauditan juga harus
dilakukan secara objektif, artinya audit harus dilakukan oleh seorang yang
independen, objektif dan ahli dalam memeriksa dan mengevaluasi bukti audit.

Universitas Indonesia
Auditor merupakan seorang yang adil dan tidak membiarkan prasangka serta bias
mempengaruhi objektivitas mereka. Audito memperoleh dan mengevaluasi bukti.
Auditor memberikan penilaian atas keandalan dan kecukupan atas informasi yang
terkandung di dalam pencatatan akuntansi dan sumber data lain dengan cara:
 Mempelajari dan mengevaluasi sistem akuntansi dan pengendalian
internal dimana auditor berharap dapat mengandalkan dan menguji
pengendalian internal tersebut untuk menentukan sifat alamiah, luas dan
waktu dari prosedur audit; dan
 Melaksanakan beberapa pengujian lain, mebuat pertanyaan dan
prosedur verifikasi lain dari transaksi akuntansi dan saldo akun, sesuai
yang auditor anggap tepat di dalam situasi tertentu

Bukti audit yang diperoleh dan dievaluasi oleh auditor mengandung asersi
mengenai tindakan dan kejadian ekonomis. Dasar dari tujuan kegiatan
pengumpulan-bukti merupakan asersi manajemen. Asersi merupakan representasi
atau pernyataan oleh manajemen, baik secara eksplisit atau lainnya, yang
diwujudkan di dalam komponen laporan keuangan. Auditor memastikan tingkat
korespondensi (kesesuaian) diantara aseri dan kriteria yang telah ditetapkan.
Program audit meguji hampir seluruh asersi dengan memeriksa bukti fisik atas
dokumen, melakukan konfirmasi, membuat pertanyaan, dan melakukan observasi.
Auditor memeriksa bukti dari presentasi dan pengungkapan asersi untuk
menentukan apakah akun yang dijelaskan oleh manajemen sudah sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, seperti misalnya IFRS, standar lokal
atau regulasi dan hukum.

2.5.2. Jenis Audit


Menurut Hayes et. al. (2005), audit biasanya diklasifikasi ke dalam tiga
jenis tipe audit, yaitu:

a. Audit atas Laporan Keuangan

Audit atas laporan keuangan merupakan audit dengan cara memeriksa


laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan pandangan yang benar

Universitas Indonesia
dan adil apakah suatu laporan keuangan sudah disajikan sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Kriteria ini bisa diambil dari International
Financial Reporting Standards (IFRS), Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP) seperti di Amerika Serikat, hukum perusahaan
nasional serperti di Eropa Barat, kode perpajakan di Amerika Selatan, atau
Peraturan Standar Akuntansi Keuangan seperti di Indonesia.

b. Audit Operasional

Audit operasional merupakan sebuah studi atas unit spesifik dari


organisasi dengan tujuan mengukur kinerja dari organisasi. Audit
operasional meninjau seluruh atau sebagian dari prosedur oerpasi
organisasi dalam rangka mengevaluasi efektifitas dan efisiensi dari
prosedur operasi tersebut. Efektifitas adalah ukuran apakah organsisasi
dapat mencapai tujuannya. Efisiensi menunjukkan seberapa baik
organisasi menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
tersebut. Tinjauan atas operasi mungkin tidak terbatas pada bagian
akuntansi. Mengkin saja termasuk evaluasi atas struktur organisasi,
pemasaran, metode produksi, operasi komputer atau area apapun yang
organisasi rasa memerlukan evaluasi.

c. Audit Kepatuhan.

Audit kepatuhan merupakan tinjauan atas prosedur organisasi untuk


menentukan apakah organisasi telah mengikuti prosedur spesifik,
peraturan atau regulasi yang dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi. Sebuah
audit kepatuhan mengukur kepatuhan dari entitas dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Kinerja dari audit kepatuhan bergantung kepada
ketersediaan dari data yang dapat diverifikasi dan kriteria atau standar
yang diakui, seperti misalnya hukum atau peraturan yang ditetapkan, atau
kebijakan dan prosedur organisasi.

Universitas Indonesia
2.5.3. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan
Menurut Hayes et. al. (2005), prosedur audit dirancang untuk memperoleh
bukti mengenai asersi manajemen yang diwujudkan di dalam laporan keuangan.
Asersi manajemen diekspresikan sebagai representasi manajemen mengenai kelas
transaksi (misalnya transaksi penjualan) dan akun terkait (misalnya pendapatan
dan piutang) di dalam laporan keuangan. Ketika auditor telah mengumpulkan
bukti yang cukup untuk mendukung setiap asersi manajemen, auditor mempunyai
bukti yang cukup untuk mendukung opini audit. Auditor harus mengumpulkan
bukti bahwa setiap akun telah diklasifikasikan dengan benar dan pengungkapan
yang sesuai telah dibuat berdasarkan standar yang berlaku. Menurut Arens et. al.
(2009), tujuan umum dari audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, telah
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Menurut ISA 500, Asersi manajemen dapat dikategorikan ke dalam tiga


jenis yaitu: Asersi atas kelas transaksi dan kejadian untuk periode yang diaudit,
asersi atas saldo pada akhir periode, dan asersi atas penyajian dan pengungkapan.

2.5.3.1. Asersi Audit Terkait Transaksi


Asersi Audit Terkait Transaksi terdiri atas:

a. Keterjadian (Occurence)

Transaksi dan kejadian-kejadian yang telah dicatat telah terjadi dan


berkaitan dengan entitas. Misalnya, manajemen menegaskan bahwa
transaksi penjualan telah dicatat efektif selama tahun yang diaudit.

b. Kelengkapan (Completeness)

Semua transaksi dan kejadian yang seharusnya dicatat, telah dicatat.


Misalnya, manajemen menegaskan bahwa semua transaksi beban dicatat,
tidak ada yang dikecualikan.

c. Akurasi (Accuracy)

Universitas Indonesia
Jumlah dan data lain yang berkaitan dengan transaksi dan peristiwa telah
dicatat dengan tepat. Misalnya, manajemen menegaskan bahwa faktur
penjualan diperpanjang dengan benar dan jumlah total yang dihitung telah
dimasukan secara persis ke dalam sistem.

d. Pisah Batas (Cutoff)

Transaksi dan kejadian telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar.
Misalnya, manajemen menegaskan bahwa biaya untuk periode terkait
dicatat dalam periode tersebut dan tidak dalam periode akuntansi
berikutnya.

e. Klasifikasi (Classification)\

Transaksi dan kejadian telah dicatat dan diklasifikasikan ke dalam akun


yang tepat. Misalnya, manajemen menegaskan bahwa biaya tidak dicatat
sebagai aset.

2.5.3.2. Asersi Audit Terkait Saldo


Asersi Audit Terkait Saldo terdiri atas:

a. Eksistensi (Existence)

Semua aset, kewajiban dan ekuitas dapat diketahui eksistensinya.


Misalnya, manajemen menegaskan bahwa persediaan dalam jumlah yang
diberikan benar-benar ada, siap dijual, pada tanggal neraca.

b. Hak dan kewajiban (Rights & Obligations)

Entitas memiliki atau mengontrol hak atas aset, dan kewajiban merupakan
kewajiban bagi entitas. Misalnya, manajemen menegaskan bahwa
perusahaan memiliki hak hukum untuk kepemilikan peralatan yang
mereka gunakan dan bahwa mereka memiliki kewajiban untuk membayar
wesel bayar yang membiayai peralatan.

c. Kelengkapan (Completeness)

Universitas Indonesia
Semua aset, kewajiban dan ekuitas yang seharusnya dicatat telah benar-
benar dicatat. Misalnya, manajemen menegaskan bahwa semua kewajiban
dicatat dan dimasukkan dalam laporan keuangan, tidak ada kewajiban
yang "off the books".

d. Valuasi dan alokasi (Valuation and allocation)

Semua aset, kewajiban, dan ekuitas dimasukkan ke dalam laporan


keuangan pada jumlah yang tepat dan penilaian atau alokasi penyesuaian
yang terjadi telah secara tepat dicatat. Misalnya, manajemen menegaskan
bahwa piutang mereka dinyatakan pada nilai nominalnya, dikurangi
penyisihan piutang tak tertagih.

2.5.3.3. Asersi Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan


Asersi Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan terdiri atas:

a. Keterjadian dan hak dan keawajiban (Occurance and rights


& Obligations)

Peristiwa yang diungkapkan, transaksi, dan hal-hal lain telah terjadi dan
berkaitan dengan entitas. Misalnya, manajemen menegaskan bahwa
peristiwa yang tidak terjadi belum termasuk dalam pengungkapan.

b. Kelengkapan (Completeness)

Semua pengungkapan yang seharusnya dimasukkan dalam laporan


keuangan telah dimasukkan. Misalnya, manajemen menegaskan bahwa
semua pengungkapan yang diperlukan oleh IFRS telah dibuat.

c. Klasifikasi dan pemahaman (Classification and understandability)

Informasi keuangan secara tepat disajikan dan dijelaskan, dan


pengungkapan yang jelas dinyatakan. Misalnya, manajemen menegaskan
bahwa seluruh kewajiban jangka panjang yang terdaftar di neraca telah
“mature” setelah satu siklus operasi atau satu tahun dan bahwa setiap

Universitas Indonesia
kondisi khusus yang berkaitan dengan kewajiban diungkapkan dengan
jelas.

d. Akurasi dan valuasi (Accuracy and valuation)

Informasi keuangan dan lainnya diungkapkan secara adil dan pada jumlah
yang tepat. Misalnya, manajemen menegaskan bahwa saldo rekening tidak
salah saji material.

Tabel 2.2 Contoh asersi Laporan Keuangan, Definisi dan Prosedur

Asersi Definisi Prosedur


Eksistensi Aset, kewajiban dan  Konfirmasi saldo
ekuitas ada. akun
 Inspeksi dokumen
pengiriman
Hak dan Kewajiban Entitas memiliki dan  Meminta
memegang kendali keterangan tentang
atas hak atas aset, dan penguangan
kewajiban dari entitas piutang dagang
 Inspeksi atas
penerimaan kas
Keterjadian Transakasi dan  Periksa wesel
kejadian yang telah tagih
dicatat benar terjadi  Periksa faktur
dan terkait dengan penjualan
entitas.
Kelengkapan Semua transaksi,  Lakukan prosedur
kejadian, aset, analitis
kewajiban dan ekuitas  Periksa Faktur
yang seharusnya penjualan antar
dicatat, telah dicatat perusahaan
Valuasi dan alokasi Aset, kewajiban dan  Rekonsiliasi

Universitas Indonesia
ekuitas dilaporkan ke subsidiary ledger
dalam laporan ke general ledger.
keuangan dengan  Periksa umur
jumlah yang sesuai piutang untuk
dan valuasi atau menguji
alokasi penyesuaian kecukupan
sudah dicatat dengan penyisihan piutang
seharusnya. ragu-ragu.
Akurasi Jumlah dan data lain  Hitung Ulang
yang terkait dengan faktur penjualan
pencatatan transaksi  Lakukan ulang
dan kejadian telah Transaksi
dicatat dengan sesuai penjualan
Klasifikasi Transaksi dan  Menanyakan
kejadian telah dicatat tentang kebijakan
di dalam akun yang pengakuan
seharusnya pendapatan
Pisah Batas Transaksi dan  Periksa laporan
kejadian telah dicatat bank periode
di dalam periode berikutnya untuk
akuntansi yang sesuai. penerimaan kas
 Periksa memo
kredit untuk retur
penjualan
Penyajian dan Akun-akun  Ulas
Pengungkapan diungkapkan, pengungkapan
diklasifikasikan, dan sesuai dengan
dijelaskan sesuai IFRS dan
dengan kerangka peraturan yang
pelaporan akuntansi berlaku
diterima.  Periksa dokumen

Universitas Indonesia
pinjaman untuk
penjaminan atau
diskon dari
piutang

Sumber: Principles of Auditing (Hayes, 2005) , telah diolah kembali.

2.5.4 Model Proses Audit


Hayes et. al. (2005) mengatakan bahwa Proses audit dapat dibandingkan
dengan siklus ilmiah empiris. Siklus ilmiah empiris merupakan proses sistematis
dalam melakukan sebuah eksperimen yang dimulai dengan pertanyaan penelitian,
kemudian diikuti dengan perencanaan untuk tes empiris darimana pertanyaan
tersebut dibuat, lalu dilakukan pengujian, umpan balik dianalisis, dan akhirnya
ilmuwan membuat keputusan. Pendapat ilmuwan adalah bahwa hipotesis dalam
eksperimen ditolak atau tidak ditolak, atau mungkin bahwa tes tidak
menghasilkan kesimpulan.

Meskipun banyaknya judgement yang dibuat selama audit keuangan


(tentang pendekatan audit, sampling, risiko audit, dan lain - lain) membuat proses
audit lebih kepada sebuah seni daripada ilmu, namun proses audit mengikuti
sebuah proses yang sistematis. Proses audit dimulai dengan permintaan klien atas
audit untuk laporan keuangan, yang diikuti dengan perencanaan audit dan
pengujian bukti, yang berakhir pada pemberian penilaian atau pendapat.
Pertimbangan auditor adalah apakah laporan keuangan wajar tanpa pengecualian
(unqualified), wajar dengan pengecualian (qualified) atau tidak memberikan
pendapat (disclaimer).

Di dalam buku Principles of Auditing, Second Edition oleh Hayes et. al.
(2005), terdapat empat fase model proses audit standar yang digunakan,
berdasarkan siklus empiris ilmiah. Fase audit tersebut diantaranya:

1. penerimaan klien (pre-planning)


2. perencanaan dan desain dari pendekatan audit
3. pengujian bukti

Universitas Indonesia
4. penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit.

2.5.4.1 Penerimaan Klien


Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat melakukan audit baik untuk klien
yang sudah ada sebelumnya, maupun untuk baru. Untuk klien yang sudah ada,
tidak banyak kegiatan yang dilakukan dalam tahap penerimaan klien audit untuk
tahun berikutnya. Hal ini dikarenakan KAP sudah mengenal perusahaan yang
akan diaudit dan memiliki banyak informasi untuk membuat keputusan yang
dapat diterima. Namun, dalam kasus tertentu dimana risiko bisnis auditor sangat
tinggi dalam penerimaan klien (klien melakukan fraud atau bertindak secara
ilegal) auditor dapat mempertimbangkan kembali kelanjutan dari audit
engagement. KAP memiliki prosedur yang ketat dalam mempertimbangkan
kembali keterlibatan klien yang berisiko tinggi.

Ketika calon klien mangajukan penawaran kepada KAP untuk mengaudit


laporan keuangan mereka, KAP harus menyelidiki latar belakang bisnis, laporan
keuangan, dan industri dimana klien belangsungkan bisnisnya. Proses penerimaan
klien melibatkan evaluasi latar belakang klien, memilih personil untuk audit, dan
mengevaluasi kebutuhan dan persyaratan untuk menggunakan pekerja profesional
lainnya.

Fase pertama di dalam model proses audit ini bertujuan untuk menentukan baik
penerimaan dari KAP terhadap klien maupun penerimaan dari klien terhadap
KAP. Tahap ini juga menentukan dapal penerimaan klien baru atau melanjutkan
hubungan dengan klien yang sudah ada, beserta jenis audit dan jumlah staf yang
dibutuhkan. Prosedur yang dilakukan di dalam tahap ini antara lain:

1. Evaluasi latar belakang klien dan alasan untuk diaudit


2. Tentukan apakah auditor mampu memenuhi persyaratan etika
mengenai klien
3. Tentukan kebutuhan bagi para profesional lainnya
4. Berkomunikasi dengan auditor pendahulu
5. Menyiapkan proposal klien
6. Memilih staf untuk melaksanakan audit

Universitas Indonesia
7. Peroleh surat keterlibatan (engagement letter)

2.5.4.2 Perencanaan dan Desain Pendekatan Audit


KAP harus membuat perencanaan agar memungkinkan KAP untuk
melakukan audit yang efektif, dengan cara yang efisien dan tepat waktu. Rencana
harus didasarkan kepada pengetahuan tentang bisnis klien. Rencana
dikembangkan setelah mendapat pemahaman dasar tentang latar belakang bisnis,
lingkungan pengendalian, prosedur pengendalian, sistem akuntansi klien, dan
setelah melakukan prosedur analitis. Bagian kedua dari proses perencanaan adalah
untuk menentukan risiko dari audit engagement dan menetapkan tingkat
materialitas. Akhirnya, auditor mempersiapkan program audit yang berisikan
uraian sifat, waktu dan luasnya prosedur audit yang diperlukan untuk
mengumpulkan bukti.

Di dalam audit, struktur pengendalian intern klien berperan penting dalam


untuk memperoleh informasi di dalam laporang keuangan yang dapat diandalkan.
Jika klien memiliki pengendalian internal yang memadai untuk membuktikan data
yang dapat dipercaya, bukti audit yang diperlukan, dan direncanakan dapat secara
signifikan berkurang daripada jika pengendalian internal tidak memadai. Oleh
karena itu, menilai pengendalian internal klien merupakan bagian yang sangat
penting dari proses perencanaan.

Struktur pengendalian internal entitas meliputi lima kategori dasar yang


memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian internal akan
dipenuhi. Komponen-komponen ini pengendalian intern adalah: (1) lingkungan
pengendalian (control environment), (2) Penilaian risiko (risk assessment), (3)
prosedur pengendalian (control procedures), (4) informasi dan komunikasi
(information and communication), (5) pemantauan (monitoring).

2.5.4.3 Pengujian Terhadap Pengendalian, Pengujian Subtantif


Transaksi, Prosedur Analitis dan Pengujian Atas Detail Saldo.
Audit harus dilakukan dan laporan audit harus disiapkan dengan perhartian
profesional oleh orang-orang yang memiliki pelatihan yang memadai,

Universitas Indonesia
pengalaman, dan kompetensi dalam audit. Auditor juga harus menjaga
independen audit dan menjaga kerahasiaan hasil audit seperti yang dipersyaratkan
oleh etika internasional. "Due professional care" berarti bahwa auditor adalah
seorang profesional yang bertanggung jawab untuk memenuhi tugas-tugasnya
dengan tekun dan hati-hati. Hati-hati yang dimaksud disini termasuk kelengkapan
kertas kerja, kecukupan bukti audit dan kesesuaian laporan audit.

Pengujian dan pengumpulan bukti dalam fase audit pertama sekali


membutuhkan pengujian atas pengendalian yang auditor harapkan dapat
diandalkan (test of control). Setelah kontrol diuji, auditor harus memutuskan
pengujian tambahan, yaitu pengujian substantif (substantive test). Pemahaman
terhadap kontrol diperlukan untuk menentukan jenis tes yang dilakukan (sifat),
kapan mereka harus dilakukan (timing), dan sampai seluas mana (extend) tes
harus dilakukan.

Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat melalui
pengujian kontrol dan prosedur substantif prosedur untuk memungkinkan auditor
dapat menarik kesimpulan yang masuk akal yang menjadi dasar dari opini
auditnya. Test of control merupakan pengujian yang dirancang untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa pengendalian atas sistem informasi keuangan berjalan
dengan efektif dan sudah berada pada tempatnya. Substatntive test merupakan
pengujian yang dirancang untuk memperoleh bukti untuk kelengkapan, akurasi,
dan validitas data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi. Substatntive test terdiri
atas tiga jenis: tes rincian transaksi (Tests of details of transactions,), saldo
rekening (account balances), dan analisis rasio dan tren yang signifikan (analysis
of significant ratios and trends).

2.5.4.4 Penyelesaian Audit dan Menerbitkan Laporan Audit


Auditor harus meninjau dan menilai kesimpulan yang ditarik dari bukti
audit yang akan mendasari opininya terhadap informasi yang terkandung di dalam
laporan keuangan. Ulasan (review) dan penilaian (asessment) ini melibatkan
pembentukan kesimpulan keseluruhan apakah:

Universitas Indonesia
 informasi keuangan telah disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang
diterima, diterapkan secara konsisten;
 informasi keuangan sesuai dengan peraturan yang relevan dan persyaratan
hukum;
 gambaran yang disajikan oleh informasi keuangan secara keseluruhan
konsisten dengan pengetahuan auditor terhadap bisnis organisasi; dan
 terdapat pengungkapan yang memadai terhadap semua hal material yang
relevan dengan presentasi yang tepat dari informasi keuangan.

Setelah itu, Auditor harus melakukan prosedur audit terakhir sebelum


laporan audit dapat ditulis, diantaranya:

 memperoleh surat hukum,


 mengidentifikasi peristiwa kemudian (subsequent events),
 melakukan review secara keseluruhan,
 meninjau semua bahan yang masuk ke dalam laporan tahunan, laporan
kepada dewan direksi,
 memperoleh surat representasi manajemen (management representations
letter),
 Melaksanakan analisis final dan prosedur lainnya, dan
 mempersiapkan hal-hal untuk perhatian partner.

Laporan audit harus berisi ekspresi tertulis yang jelas terhadap pendapat
atas informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen. Pendapat wajar tanpa
pengecualian (qualified opinion) menunjukkan kepuasan auditor dalam semua hal
yang material. Jika pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), opini
tidak wajar (adverse opinion) atau tidak memberikan pendapat (disclaimer)
diberikan, laporan audit harus menyatakan alasannya secara jelas dan informatif.

2.5.5 Bukti Audit


Auditor melakukan prosedur penilaian risiko (risk assesment) untuk
memberikan dasar pada penilaian dari risiko. Namun, prosedur ini sendiri belum
memberikan bukti audit yang cukup dan tepat yang menjadi dasar dari opini audit.

Universitas Indonesia
Untuk itu, prosedur penilaian risiko harus dilengkapi dengan prosedur audit lebih
lanjut dalam bentuk tes kontrol dan prosedur substantif.

Bahkan walaupun auditor menguji kontrol, terdapat keterbatasan terhadap


pengendalian internal termasuk risiko penolakan manajemen, kemungkinan
kesalahan manusia, dan dampak perubahan sistem. Oleh karena itu, prosedur
substantif untuk kelas transaksi material, saldo rekening, dan pengungkapan selalu
diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang tepat dan cukup.

Menurut Hayes et. al. (2005), Seorang auditor memperoleh bukti audit
melalui satu atau lebih proses pengumpulan bukti. Berikut ini jenis – jenis teknik
pengumpulan bukti tersebut:

1. Penyelidikan (inquiry)

Teknik penyelidikan merupakan teknik yang paling sering digunakan


dalam proses pengumpulan bukti audit. Penyelidikan dilakukan dengan
cara mencari informasi dari orang berpengetahuan baik di dalam maupun
di luar entitas. Penyelidikan dapat dilakukan melalui informasi tertulis atau
lisan dari klien dalam menanggapi pertanyaan spesifik selama audit.

Metode penyelidikan dilakukan dengan cara yang beragam, mulai dari


pertanyaan tertulis resmi yang ditujukan kepada pihak ketiga, hingga
kepada pertanyaan lisan informal yang ditujukan kepada orang-orang di
dalam entitas. Tanggapan atas penyelidikan dan pertanyaan dapat
memberikan auditor informasi yang sebelumnya tidak dimiliki. Atau,
tanggapan mungkin memberikan informasi yang berbeda secara signifikan
dari informasi lain yang auditor telah diperoleh, Dalam beberapa kasus,
tanggapan terhadap pertanyaan memberikan dasar bagi auditor dalam
memodifikasi atau melaksanakan prosedur audit tambahan.

2. Pengamatan (observation)

Pengamatan dilakukan dengan cara melihat proses atau prosedur yang


dilakukan oleh orang lain, misalnya, pengamatan oleh auditor terhadap

Universitas Indonesia
penghitungan persediaan oleh personel dari entitas. Pengamatan dapat
memberikan bukti audit mengenai kinerja proses atau prosedur, tetapi
hanya terbatas pada titik waktu di mana pengamatan berlangsung dan
terbatas oleh fakta bahwa tindakan yang diamati dapat mempengaruhi
bagaimana proses atau prosedur dilakukan.

Proses pengamatan sebagian besar dilakukan secara visual, tetapi juga


dapat melibatkan semua indera lainnya. Mendengar, menyentuh, dan
mencium bau juga dapat digunakan dalam mengumpulkan bukti-bukti.
Bukti yang cukup, jarang hanya diperoleh melalui pengamatan saja.
Teknik observasi harus diikuti dengan jenis lain dari prosedur
pengumpulan bukti.

3. Pemeriksaan aset berwujud, catatan, atau dokumen (inspection of tangible


assets, records, or documents)

Inspeksi merupakan pemeriksaan oleh auditor terhadap dokumen dan


pencatatan klien untuk mendukung informasi yang harus dimasukkan
kedalam laporan keuangan. Contoh pengumpulan bukti dengan
mengguunakan teknik inspeksi adalah review oleh auditor terhadap
pesanan penjualan (sales order), faktur penjualan (sales invoice), dokumen
pengiriman (shipping documents) laporan bank (bank statement), dokumen
kembali pelanggan (customer return documents), surat keluhan pelanggan
(customer complaint letters), dan lain sebagainya.

Pemeriksaan aset berwujud terdiri atas pemeriksaan fisik aset.


Pemeriksaan ini memberikan bukti audit handal sehubungan dengan
keberadaan fisik aset, akan tetapi tidak harus selalu dilakukan mengingat
hak-hak entitas dan kewajiban atau adanya valuasi aset. Pemeriksaan
persediaan oleh auditor biasanya menyertai pengamatan penghitungan
persediaan yang dilakukan perusahaan.

 Pemeriksaan Dokumen

Universitas Indonesia
Pemeriksaan catatan dan dokumen memberikan bukti audit akan
berbagai tingkat kehandalan tergantung pada sifat, sumber, dan
efektivitas pengendalian internal atas pengolahan terhadap:
o Sifat dokumen, termasuk kuantitas informasi yang
terkandung, kemudahan akses, dan dokumen yang memiliki
penjagaan khusus.
o Sumber dokumen, baik dari dalam atau luar perusahaan.
o Sumber dokumen dari luar perusahaan yang mungkin atau
mungkin tidak independen terhadap klien.
o Kompetensi sumber dokumen.
o Efektivitas kontrol atas proses pencatatan.
Beberapa dokumen merupakan bukti audit langsung terhadap
keberadaan aset, misalnya, dokumen instrumen keuangan seperti
saham atau obligasi. Pemeriksaan terhadap kontrak dirasa sangat
penting agar dapat memberikan bukti audit yang relevan mengenai
aplikasi perusahaan terhadap prinsip akuntansi, misalnya
pengakuan pendapatan.
 Dokumen eksternal dan internal
Dokumen internal merupakan jenis dokumen yang telah disiapkan
dan digunakan didalam organisasi klien dan ditahan oleh klien
tanpa pernah pergi ke pihak luar. Dokumen eksternal merupakan
jenis dokumen yang telah berada di tangan seseorang di luar
organisasi klien yang merupakan pihak untuk transaksi yang
didokumentasikan, seperti polis asuransi, faktur (tagihan) vendor,
laporan bank, dan pembatalan wesel bayar.
 Vouching
Vouching merupakan proses audit dimana auditor memilih item
sampel dari akun dan melihat ke belakang melalui sistem akuntansi
untuk menemukan sumber dokumentasi yang mendukung transaksi
atas item sampel yang dipilih. Misalnya, untuk menjamin transaksi
penjualan dicatat, prosedur audit yang akan melacak mulai dari
dokumen sales order, sales invoice, hingga shipping document.

Universitas Indonesia
4. Perhitungan-Kembali (recalculation)

Perhitungan kembali dilakukan dengan cara memeriksa akurasi


perhitungan yang berasal dari sumber dokumen dan pencatatan akuntansi
yang dimiliki klien. Perhitungan kembali dilakukan secara independen
oleh auditor. Contohnya yaitu pemeriksaan terhadap perhitungan beban
penyusutan dan beban dibayar di muka. Prosedur audit untuk memeriksa
akurasi dari pencatatan termasuk membuat ulasan untuk menentukan
apakah informasi yang sama telah dimasukkan dengan benar pada
pencatatan penjualan, laporan penerimaan, jurnal, buku besar pembantu
dan rangkuman di dalam buku besar. Bukti yang diperoleh berdasarkan
perhitungan relatif dapat diandalkan. Perhitungan dapat dilakukan melalui
penggunaan CAAT, misalnya untuk memeriksa akurasi total di dalam file.

5. Pelaksanaan-Ulang (reperformance)

Pelaksanaan-Ulang merupakan eksekusi independen auditor terhadap


prosedur atau kontrol yang merupakan bagian dari pengendalian internal
yang dilakukan oleh entitas, baik secara manual maupun melalui
penggunaan CAAT. Contohnya adalah pelaksanaan-ulang prosedur
penentuan umur piutang.

6. Konfirmasi (confirmation)

Konfirmasi merupakan tanggapan tertulis dan lisan yang diterima oleh


auditor dari pihak ketiga dalam rangka memverifikasi keakuratan
informasi yang diminta untuk menguatkan informasi yang terkandung di
dalam pencatatan akuntansi. Prosedur ini dilakukan untuk memperoleh
bukti dari pihak ketiga untuk mendukung fakta atau kondisi. Misalnya,
auditor biasanya mencari konfirmasi dari piutang dengan cara
berkomunikasi langsung dengan debitur.

Prosedur konfirmasi biasanya digunakan untuk mengkonfirmasi hal-hal


sebagai berikut:

Universitas Indonesia
 Konfirmasi keberadaan piutang dan hutang;
 Konfirmasi keberadaan, jumlah dan kondisi persediaan yang
dimiliki oleh pihak ketiga atas nama entitas;
 Konfirmasi dalam rangka memverifikasi saldo bank yang dimiliki
klien;
 Konfirmasi nilai penyerahan tunai asuransi jiwa atau asuransi
dengan perusahaan asuransi;
 Konfirmasi wesel bayar dengan kreditur atau pemegang obligasi;
 Konfirmasi saham yang beredar dengan agen pengalihan saham;
 Konfirmasi kewajiban dengan kreditur;
 Konfirmasi kontrak dengan pelanggan, pemasok, dan kreditur.

Karena konfirmasi dari pihak ketiga yang independen biasanya


dalam bentuk tertulis dan diminta langsung oleh auditor, maka konfirmasi
tergolong bukti yang sangat persuasif. Kerugian utama konfirmasi adalah
prosedur ini mahal, memakan waktu, dan menimbulkan ketidaknyamanan
bagi mereka diminta untuk memberikan informasi

Menurut IAS 505, ada dua bentuk konfirmasi:

1. Konfirmasi Positif
Permintaan konfirmasi positif dilakukan dengan cara meminta
penerima (debitur, kreditur, atau pihak ketiga lainnya) untuk
mengkonfirmasi kesepakatan atau dengan cara meminta responden
untuk mengisi informasi. Tanggapan terhadap permintaan
konfirmasi positif diharapkan dapat memberikan bukti audit yang
handal. Auditor dapat mengurangi risiko bahwa responden
menjawab permintaan tanpa memverifikasi informasi dengan
menggunakan permintaan konfirmasi positif yang tidak
menyebutkan jumlah (atau informasi lain) pada permintaan
konfirmasi, tetapi meminta responden untuk mengisi jumlah.
Namun, dengan menggunakan jenis permintaan konfirmasi

Universitas Indonesia
"kosong", mengakibatkan tingkat respons yang lebih rendah karena
upaya tambahan diperlukan dari responden.
2. Konfirmasi Negatif
Permintaan konfirmasi positif dilakukan dengan cara meminta
responden untuk hanya menjawab jika ada nilai selisih dengan
informasi yang diberikan dalam permintaan. Namun, jika tidak ada
tanggapan atas permintaan konfirmasi negatif, auditor tidak dapat
memastikan bahwa pihak ketiga dimaksud telah menerima
permintaan konfirmasi dan memverifikasi bahwa informasi yang
terkandung di dalamnya adalah benar. Untuk alasan ini, permintaan
konfirmasi negatif biasanya memberikan bukti yang kurang dapat
diandalkan dibandingkan penggunaan permintaan konfirmasi
positif, dan auditor dapat mempertimbangkan melakukan prosedur
substantif lain untuk melengkapi penggunaan konfirmasi negatif.

7. Prosedur Analitis (analytical procedure)

Tes substantif yang biasanya dilakukan pada akun hutang adalah


pengujian berupa pencarian untuk kewajiban yang tidak tercatat. Tes ini
dapat menjadi bagian dari prosedur penutupan atau dilakukan sejalan
dengan konfirmasi hutang. Tes ini memberikan bukti untuk completeness
dan beberapa bukti untuk valuation. Untuk mencari kewajiban yang tidak
tercatat, auditor melakukan review atas pengeluaran yang dilakukan oleh
klien untuk periode setelah tanggal neraca, kadang-kadang dengan melihat
pada tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan. Meskipun klien mungkin
tidak mencatat pembayaran pada akhir tahun rekening, vendor mungkin
akan menekan klien untuk membayar hutang dalam periode yang wajar.
Karena tekanan ini, hutang paling tidak tercatat dibayar dalam waktu yang
wajar setelah tanggal neraca. Dengan meninjau pengeluaran kas setelah
tanggal neraca, auditor memiliki gambaran yang baik terhadap populasi
potensi hutang yang tidak tercatat

Universitas Indonesia
BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Profil Kantor Akuntansi Publik ABC


Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC merupakan KAP yang berafiliasi
dengan ABC International Limited, yang termasuk ke dalam jajaraan “The Big
Four” accounting and consulting firm di dunia. ABC International memiliki
kurang lebih 180.000 karyawan yang tersebar di 158 negara. KAP ABC sudah
didirikan sejak lebih dari 40 tahun yang lalu. Selama kurun waktu itu, KAP ABC
telah berperan dalam memberikan jasa audit secara profesional kepada klien-klien
yang diaudit. Hal ini secara tidak langsung turut mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dan sosial di Indonesia. Kantor Pusat KAP ABC bertempat di Jakarta
Selatan.

KAP ABC bergerak di bidang jasa, yaitu menyediakan jasa audit secara
profesional dalam rangka pemenuhan persyaratan dan penyusunan laporan
keuangan interim Audit and Assurance maupun laporan keuangan tahunan dari
Perusahaan Klien yang diaudit. Dalam menjalankan aktivitas usahanya, KAP
ABC memiliki lima lini jasa profesional, yang terdiri atas: bidang Audit and
Assurance, bidang Advisory, bidang Taxation, bidang Capital Market Services
serta bidang Accounting Advisory Services. Demi memenuhi peraturan yang
berlaku di Indonesia, tiap-tiap jasa tersebut berdiri sendiri sebagai Entitas yang
terpisah, untuk memenuhi ketentuan independensi dari Perusahaan. Berikut ini
merupakan penjelasnn mengenai lima lini jasa profesional tersebut:
 Bidang Audit and Assurance
KAP ABC menyediakan jasa audit profesional yang dilakukan dengan
cara memastikan bahwa klien dapat memahami, menyajikan dan
mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam hal perlakuan
akuntansi dan pelaporan keuangan, yang sesuai dengan Peraturan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku di Indonesia maupun aturan
standarisasi internasional lainnya dalam rangka menciptakan pelaporan
keuangan yang relevan dan dapat diandalkan.
53
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


54

Bidang Assurance pada KAP ABC menyediakan jaminan terhadap kinerja


keuangan dan operasi bisnis dari klien. KAP ABC juga dapat membantu
bisnis klien meningkatkan pelaporan keuangan eksternal dan beradaptasi
dengan berbagai persyaratan peraturan baru, seperti Sarbanes-Oxley dan
International Financial Reporting Standards (IFRS). KAP ABC
menawarkan jasa pada: Audit laporan keuangan, Akuntansi Keuangan,
Sistem & Proses Penjaminan, IT Security Jasa penjaminan lainnya.
Bidang Audit and Assurance pada KAP ABC memiliki empat sub-divisi
yang masing-masing terpisah berdasarkan kelompok industri pasar
Indonesia yaitu sebagai berikut:
 Consumer Industrial Products Services, Technology, Information,
Communications and Entertainment Division (CIPSTICE)
CIPSTICE merupakan sub-divisi yang menyediakan jasa audit
untuk klien yang bergerak dalam industri yang sangat luas seperti
produk konsumen, manufaktur, perkebunan, otomotif,
pengangkutan dan logistik, farmasi, teknologi informasi dan
komunikasi, farmasi, produk retail, hotel, dan bisnis hiburan.
 Energy, Utilities and Mining Division (EU&M)
EU&M merupakan sub-divisi yang menyediakan jasa audit untuk
klien yang bergerak dalam industri pertambangan sumber daya
alam, seperti: minyak bumi, batubara, tembaga, gas, dan sumber
daya lainnya.
 Financial Services Division (FS)
FS merupakan sub-divisi yang menyediakan jasa audit untuk klien
yang bergerak dalam industri keuangan, seperti: perbankan,
asuransi, reksadana dan perusahaan-perusahaan lainnya.
 Risk and Control Solution Division (RCS)
RCS merupakan sub-divisi yang mempunyai aktivitas yang
berhubungan dengan IT Audit di suatu Perusahaan dalam rangka
memperikan penilaian terhadap sistem pengendalian internal pada
Perusahaan serta memberikan penilaian akan kemungkinan risiko-

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


risiko yang mungkin muncul dari sistem pengendalian internal
tersebut.
 Bidang Advisory
KAP ABC memberikan jasa konsultasi stratejik yang bertujuan untuk
membantu klien dalam pembentukan suatu perencanaan (planning) yang
baik serta pengimplementasian strategi dengan tepat agar aktivitas bisnis
yang efektif dan efisien dapat tercapai. Dalam penyediaan jasa ini, bidang
Advisory juga turut berperan membantu klien dengan cara memberikan
rekomendasi solusi kepada klien terhadap permasalahan yang dialami
klien. Di dalam bidang Advisory, terdapat beberapa sub– lini jasa yang
lebih spesifik, diantaranya:
 Lead Advisory
 Corporation Valuation and Advisory
 Business Recovery Services
 Forensic Services
 Transaction Services
 Mergers Acquisitions and Disposals
 Performance Improvement Services
 Bidang Taxation
KAP ABC menyediakan jasa taxation, yang berfungsi sebagai divisi yang
dapat digunakan untuk mengoptimalkan posisi perpajakan klien pada
periode tertentu di dalam lingkup lokal maupun global. Selain itu, divisi
ini juga menyediakan jasa untuk membantu klien dalam menangani
berbagai isu perpajakan di Indonesia, seperti: pajak langsung, pajak tidak
langsung, transfer pricing, bea materai, maupun isu-isu perkembangan
pajak lainnya.
 Bidang Capital Market Services
KAP ABC menyediakan jasa spesialis pasar modal dalam rangka
meningkatkan pengetahuan yang mendalam untuk dapat secara efektif
membantu klien dalam tahap memikirkan, mempersiapkan dan
merencanakan struktur perolehan permodalan dengan matang. Hal ini
dilakukan guna mengatasi tantangan-tantangan baru dari lingkungan

Universitas Indonesia
perekonomian saat ini, baik secara lokal maupun global, terutama yang
berkaitan dengan pasar modal. KAP ABC menyediakan jasa konsultasi
dengan spesialis terkait dengan perolehan modal dengan cara: Initial
Public Offering (IPO) atau juga disebut sebagai Penawaran Umum
Perdana, Sekuritisasi dan pengaturan keuangan terstruktur, dan Private
Placement dari ekuitas atau hutang. Penyediaan jasa ini dilatarbelakangi
oleh iklim ekonomi di Indonesia dan di dunia saat ini yang meningkatkan
ketidakpastian dan risiko yang melekat pada struktur modal. Termasuk
diantaranya dengan adanya perkembangan peraturan pasar modal,
kontraksi di pasar kredit, dan resesi global. Padahal, akses terhadap modal
merupakan hal yang sangat penting guna mendanai ekspansi maupun
operasi perusahaan, demi menjamin kemampuan perusahaan dalam rangka
pemenuhan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjangnya.
 Bidang Accounting Advisory Services
KAP ABC menyediakan jasa dalam menghadapi isu-isu penting akan
standar perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan yang seharusnya,
berdasarkan standarisasi internasional akuntansi yaitu International
Financial Reporting Standards (IFRS).

3.2 Profil PT AAG


PT AAG (Grup) merupakan perusahaan aktif dengan jumlah 8 anak (susidiaries).
Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Medan (ibu kota provinsi Sumatera Utara).
Sejak bulan Desember 2013, PT AAG diakuisisi oleh MMS Holding Pte., Ltd,
yang menyebabkan PT AAG akan dikonsolidasikan ke MMS Holding Pte Ltd
(perusahaan yang berdomisili di Singapura). Berikut ini merupakan struktur dari
PT AAG:

Universitas Indonesia
Gambar 3.1 Struktur Kepemilikan PT AAG
Sumber : PT AAG, telah diolah kembali.

Kegiatan usaha utama PT AAG terdiri atas perkebunan kelapa sawit


terintegrasi dengan pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan inti sawit serta
pergudangan dan fasilitas logistik untuk mendukung operasi perusahaan.
Perkebunan sawit dan inti sawit terletak di Kabupaten. Pasaman, dan Kabupaten
sambas. PT AAG memiliki beberapa perkebunan yang mencakup luas
keseluruhan 38.039 hektar.

Tujuan dan Sasaran dari PT AAG mengikuti tujuan dari MM Pte., Ltd.
Visi Perusahaan adalah sebagai berikut: "Untuk menjadi sepenuhnya Perusahaan
Minyak Kelapa Sawit Terpadu yang dikenal akan Kualitas, Orang dan Produk".
Untuk mencapai visi ini, Grup terus berinvestasi pada pembelanjaan modal seperti
misalnya untuk pembangunan pabrik. Berdasarkan hasil diskusi, personil Grup
mampu/memiliki keahlian untuk menghadapi perubahan dalam industri. Untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan keterampilan, bagian
Human Resource Development melakukan pelatihan untuk semua tingkat
karyawan, termasuk personil kunci (manajemen). Berdasarkan diskusi baik formal
dan informal dengan tingkat menengah dan tinggi pada manajemen selama masa
engagement, disimpulkan bahwa perusahaan memiliki pengetahuan dan

Universitas Indonesia
keterampilan yang memadai untuk membahas mengenai penerapan standar
akuntansi dan business matters.

Produk utama Perusahaan adalah Crude Palm Oil (CPO), Palm Kernel
(PK), Crude Palm Kernel Oil (PKO), Palm Fatty Acid Destilat (PFAD), Palm
Kernel Expeller (PKE), dan Refined Bleached Palm Oil (RBDPO) yang
merupakan produk pengolahan dari CPO dan PKO (oleo-chemicals). Kegiatan
utama PT AAG dan anak (Grup) berada pada wilayah budidaya kelapa sawit
(bisnis hulu) dan pengolahan kelapa sawit di tingkat hilir (PFAD, CPKO, PKE,
RBDPO).

Untuk kebijakan akuntansinya, perusahaan menggunakan kebijakan


akuntansi Grup (kebijakan akuntansi MM Holdings Pte. Ltd.) dengan dasar
Standar Pelaporan Keuangan Singapura dan Singapore Companies Acts untuk
tujuan pelaporan grup. Selain itu, perusahaan ini juga mengadopsi Standar
Pelaporan Keuangan Indonesia untuk tujuan hukum. Tidak ada perubahan dalam
kebijakan akuntansi berdasarkan diskusi dengan manajemen.

Berdasarkan data keuangan dari PT AAG, KAP percaya bahwa Perseroan


melakukan performa yang cukup baik karena semua dari mereka mencatat laba
positif sebelum pajak untuk tahun berjalan. Selain itu, perusahaan ini juga
memiliki saldo positif untuk modal kerja bersih dan aset bersih yang
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki lebih banyak aset daripada hutang,
yang merupakan indikator yang baik dari kekayaan perusahaan. Aktiva lancar
Perseroan juga berjumlah lebih besar dari kewajiban mereka saat ini. Hal ini
menunjukkan bahwa Perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar kreditur
dalam jangka pendek. KAP percaya bahwa saat ini perusahaan sedang berada
dalam keadaan sehat secara finansial dan mampu untuk memenuhi kewajiban baik
jangka pendek maupun jangka panjang.

Universitas Indonesia
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Proses Bisnis Kelapa Sawit pada PT AAG


Industri perkebunan pada umumnya memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya dengan sektor industri lain. Karakteristik ini ditunjukkan oleh
adanya transformasi biologis dan aktivitas pengelolaan atas tanaman untuk
menghasilkan produk yang kemudian siap dikonsumsi ataupun diproses lebih
lanjut. PT AAG memiliki perkebunan kelapa sawit yang menghasilkan Tandan
Buah Segar sebagai hasil panen. Tandan Buah Segar kemudian diolah kembali
menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK). Proses bisnis PT AAG
dimulai dari penamanan kelapa sawit hingga pengolahan Tandan Buah Segar
menjadi Crude Palm Oil dan Palm Kernel. Secara umum, proses kegiatan industri
perkebunan kelapa sawit PT AAG dapat digolongkan menjadi:

1. Pembersihan lahan

Pembersihan dilakukan sebagai langkah persiapan agar lahan siap untuk


ditanami bibit kelapa sawit. Dalam kegiatan pembersihan lahan, PT AAG
melakukan sterilisasi lahan dengan cara menebang pohon, serta
membersihkan dan meratakan tanah sekitar dari alang-alang.

2. Pembibitan dan penanaman.

Pada tahap ini, PT AAG mempersiapkan bibit tanaman agar siap untuk
ditanam pada area perkebunan. Bibit dirawat di dalam polibag dan
ditempatkan pada lahan khusus. Kemudian setelah bibit siap untuk
ditanam, bibit ditanam ke area perkebunan utama. Pada tahapan ini, bibit
sudah berubah menjadi Tanaman Belum Menghasilkan.

3. Pemeliharaan

Proses pemeliharaan tanaman dimulai sejak saat pertumbuhan hingga pada


saat tanaman mulai dapat menghasilkan. Pemeliharaan yang dilakukan PT
59
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


60

AAG dilakukan dengan cara pemupukan, pemberantasan hama dan


perawatan lainnnya, dimulai sejak pada saat tanaman berada pada fase
Tanaman Belum Menghasilkan hingga tanaman menjadi Tanaman
Menghasilkan.

4. Panen

Pada tahap ini, Tanaman Menghasilkan yang sudah siap produksi, diambil
untuk untuk selanjutnya dijual atau diolah kembali. Hasil panen atas
tanaman kelapa sawit PT AAG adalah berupa Tandan Buah Segar (Fresh
Fruit Bunch).

5. Pengolahan

Pada tahap ini, PT AAG melakukan pengolahan atas Tandan Buah Segar
menjadi Crude Palm Oil dan Palm Kernel. Pengolahan dilakukan pada
pabrik yang dimiliki oleh PT AAG

6. Penjualan,

PT AAG menjual hasil pengolahan kelapa sawit kepada pihak lain yang
merupakan afiliasi. Oleh pembeli, Crude Palm Oil dan Palm Kernel lalu
diolah lagi menjadi produk turunan berupa PFAD, CPKO, PKE, RBDPO.

4.2 Perlakuan Akuntansi atas Aset Biologis pada PT AAG.


PT AAG merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang
mempunyai kantor pusat di Medan, Sumatera Utara. PT AAG merupakan salah
satu entitas anak (subsidiaries) dari MMM Pte Ltd yang mempunyai tempat
kedudukan di Singapura. Dikarenakan PT AAG merupakan anak perusahaan dari
induk perusahaan MMM Pte Ltd yang berada di Singapura, maka untuk tujuan
konsolidasi dengan MMM Pte Ltd, PT AAG diharuskan untuk menyajikan
laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku di Singapura, yang
memilik basis International Accounting Standars (IAS). Di sisi lain, karena PT
AAG merupakan perusahaan yang mempunyai tempat kedudukan resmi di
Indonesia, maka PT AAG diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan yang

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, yaitu Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK).

Pada periode pelaporan keuangan tahun 2014, perlakuan akuntansi yang


diterapkan oleh PT AAG didasarkan pada PSAK, untuk tujuan pelaporan lokal.
Namun, untuk tujuan penyajian laporan keuangan konsolidasi perusahaan dengan
induk perusahaan di Singapura, perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT
AAG didasari pada International Accounting Standards (IAS). PT AAG sebagai
entitas anak akan membuat jurnal-jurnal penyesuaian yang diperlukan atas laporan
keuangannya agar sesuai dengan IAS, sesuai dengan peraturan yang ditetapkan
oleh entitas induk.

Untuk aset biologis yang dimiliki oleh PT AAG, pada dasarnya PT AAG
mengklasifikasikan aset biologis ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman Belum Menghasilkan adalah tanaman kelapa sawit yang


berumur masih muda, yaitu sekitar 0 sampai 4 tahun dan belum siap untuk
dipanen. Pada fase ini, terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan sejak saat
proses penanaman hingga tanaman tersebut dianggap telah siap
menghasilkan dan siap untuk diproses, seperti misalnya biaya pembibitan,
pemupukan, pemeliharaan, dan sebagainya. Segala macam biaya yang
muncul tersebut akan dikapitalisasi ke dalam akun Tanaman Belum
Menghasilkan.

b. Tanaman Menghasilkan (TM).

Tanaman Menghasilkan merupakan tanaman kelapa sawit yang sudah


berumur dewasa, yaitu pada saat tanaman berada di tahun keempat sejak
masa penanaman. Pada fase ini, dikarenakan tanaman kelapa sawit telah
dianggap dapat menghasilkan, maka akun Tanaman Belum Menghasilkan
direklasifikasi menjadi akun Tanaman Menghasilkan. Pada fase ini juga,
tanaman kelapa sawit telah siap untuk dipanen secara komersial.

Universitas Indonesia
Sampai dengan 31 Desember 2014, PT AAG memiliki dan mengelola dua
area perkebunan kelapa sawit, yaitu di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi
Sumatera Barat dan di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Lahan
kelapa sawit di Kabupaten Pasaman Barat memiliki luas 7.990 ha, dimana dari
jumlah tersebut, area yang murni ditanami kelapa sawit adalah seluas 6.029 ha,
sedangkan sisanya mencakup daerah jalan, jembatan, dan lainnya. Dari total luas
6.029 ha tersebut, Tanaman Belum Menghasilkan menempati luas sekitar 641 ha
dan Tanaman Menghasilkan menempati luas sekitar 5.388 ha. Lahan kelapa sawit
di Kabupaten Sambas memiliki luas 12.326 ha, dimana dari jumlah tersebut, area
yang murni ditanami kelapa sawit adalah seluas 3.070 ha, sedangkan sisanya
mencakup daerah jalan, jembatan, dan lainnya. Dari total luas 3.070 ha tersebut,
Tanaman Belum Menghasilkan menempati keseluruhan area.

Pada bagian di bawah ini, penulis akan menjelaskan mengenai perlakuan


akuntansi yang diterapkan oleh PT AAG atas aset biologisnya berdasarkan PSAK,
yaitu PSAK 16 tentang Aset Tetap.

4.2.1 Pengakuan Biaya Perolehan atas Aset Biologis pada PT AAG


Perusahaan membuat kebijakan pengakuan biaya perolehan terkait dengan
aset biologis sesuai dengan PSAK 16 tentang Aset Tetap. Adapun kebijakan
akuntansi PT AAG atas pengakuan biaya perolehan, untuk dua jenis tanaman
yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Biaya-biaya yang diakui pada akun Tanaman Belum Menghasilkan yaitu


dimulai dari biaya pada tahap pembibitan, hingga pada saat tanaman
berumur dewasa sehingga siap berproduksi dan direklasifikasi menjadi
Tanaman Menghasilkan. Akun Tanaman Belum Menghasilkan dinyatakan
sebesar biaya perolehan yang meliputi keseluruhan akumulasi dari biaya
pembibitan, biaya penanaman, biaya pemupukan, biaya pemeliharaan,
biaya tenaga kerja, biaya transportasi dan akomodasi, yang muncul mulai
pada saat tanaman kelapa sawit ditanam hingga saat tanaman dapat
dinyatakan sebagai Tanaman Menghasilkan.

Universitas Indonesia
Semua biaya yang terjadi pada fase Tanaman Belum Menghasilkan akan
dibebankan sesuai besarannya masing-masing pada saat terjadinya
transaksi pengeluaran biaya. Setelah itu, semua biaya yang telah
disebutkan diatas, yang terjadi selama dalam proses Tanaman Belum
Menghasilkan tumbuh dan berkembang, dikapitalisasi ke dalam akun
Tanaman Belum Menghasilkan. Biaya yang telah dikapitalisasi ini sifatnya
tidak disusutkan.

b. Tanaman Menghasilkan (TM)

Pencatatan biaya perolehan pada Tanaman Menghasilkan dilakukan pada


saat proses reklasifikasi dari Tanaman Belum Menghasilkan menjadi
Tanaman Menghasilkan terjadi. Setelah terjadi reklasifikasi pada akun
Tanaman menghasilkan, PT AAG menerapkan penyusutan atas aset
dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) dalam
pengakuan penyusutan, selama masa produksi dari tanaman kelapa sawit
tersebut. Adapun PT AAG memiliki estimasi masa manfaat Tanaman
Menghasilkan selama 20 tahun.

PT AAG mengakui nilai aset biologisnya di saat PT AAG melakukan


kapitalisasi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan sejak dari Tanaman Belum
Menghasilkan memasuki fase pembibitan dan penanaman hingga saat tanaman
sudah dianggap dewasa dan siap menghasilkan. Biaya-biaya tersebut terdiri atas
biaya penanaman, biaya upah karyawan, biaya pemupukan, biaya pemeliharaan,
dan biaya infrastruktur. Setelah Tanaman Belum Menghasilkan mulai berumur 4
tahun, maka tanaman direklasifikasi menjadi Tanaman Menghasilkan. Pengakuan
terhadap aset biologis yang diterapkan oleh PT AAG sesuai dengan PSAK 16
(Revisi 2011), yang menyatakan bahwa segala biaya yang dikeluarkan hingga
pada saat aset dapat digunakan dan menghasilkan bagi perusahaan, maka nilai
biaya tersebut dapat dikapitalisasi ke dalam nilai aset.

4.2.2 Pengukuran atas Aset Biologis pada PT AAG


Metode yang digunakan oleh PT AAG dalam pengukuran terhadap nilai
aset biologis adalah model biaya. Metode ini sesuai dengan salah satu metode

Universitas Indonesia
pengukuran yang ada PSAK 16 tentang Aset Tetap. Dengan menggunakan model
ini, nilai aset biologis dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan pada aset biologis tersebut. Metode penyusutan yang diterapkan oleh
PT AAG adalah adalah metode garis lurus (straight line method). Kebijakan
akuntansi ini terbagi untuk kedua jenis tanaman kelapa sawit yang dimiliki oleh
perusahaan, yaitu:

a. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Semua biaya yang terkait dengan biaya penanaman, upah karyawan,


penggunaan pupuk, pemeliharaan, dan infrastruktur dibebankan kepada
Tanaman Belum Menghasilkan untuk tahun yang bersangkutan. Semua
biaya terkait aset dimasukan sebagai beban pada perkebunan. Setiap
bulannya, biaya-biaya seperti biaya infrastruktur, trasnsportasi dan upah
karyawan yang terjadi di perkebunan dimana biaya tersebut sebelumnya
telah diinput ke dalam sistem akan ditarik oleh staf akuntansi untuk
mengalokasikan biaya terhadap Tanaman Belum Menghasilkan.
Sedangkan untuk biaya penggunaan pupuk, penanaman dan biaya
pemeliharaan telah dibebankan sesuai jumlahnya masing-masing. Adapun
alokasi biaya dilakukan secara proporsional di seluruh jumlah hektar pada
area perkebunan Tanaman Belum Menghasilkan. Jurnal berikut ini
merupakan jurnal yang muncul ketika pembebanan atas biaya yang terkait
dilakukan:

Dr. Beban Upah karyawan xxx

Dr. Beban Penanaman xxx

Dr. Beban Penggunaan Pupuk xxx

Dr. Beban Pemeliharaan xxx

Dr. Beban Infrastruktur xxx

Cr. Kas/Hutang xxx

Universitas Indonesia
Jurnal dibawah ini muncul ketika PT AAG melakukan kapitalisasi atas
segala biaya yang terjadi pada proses pertumbuhkembangan tanaman sejak
mulai ditanam, ke dalam akun Tanaman Belum Menghasilkan:

Dr. Tanaman Belum Menghasilkan xxx

Cr. Beban Upah karyawan xxx

Cr. Beban Penanaman xxx

Cr. Beban Penggunaan Pupuk xxx

Cr. Beban Pemeliharaan xxx

Cr. Beban Infrastruktur xxx

Tanaman belum Menghasilkan tidak disusutkan, oleh karena itu


tidak ada biaya penyusutan yang muncul. Menurut PSAK 16 tentang Aset
Tetap, untuk tanaman yang belum menghasilkan, tidak diberlakukan
penyusutan, karena berdasarkan PSAK 16, penyusutan dimulai setelah aset
tetap dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, yaitu dimulai ketika
Tanaman Belum Menghasilkan sudah berubah menjadi Tanaman
Menghasilkan. PT AAG telah mengaplikasikan PSAK 16 dengan
menerapkan konsep ini.

Pada PT AAG, sesuai dengan tahapan proses penanaman, pada


fase pembibitan akan dilakukan seleksi bibit untuk memeriksa kondisi
bibit tersebut, apakah masih dalam kondisi yang diharapkan, atau tidak.
Dalam fase ini terkadang ditemukan bibit yang kondisinya kurang baik.
Kondisi ini membuat nilai bibit menurun. Berdasarkan PSAK 16 tentang
Aset tetap, penurunan nilai ini diakui sebagai beban pada laporan laba -
rugi tahun yang berjalan. Maka jurnal pada saat pencatatan penurunan
nilai bibit adalah sebagai berikut:

Dr. Kerugian Penurunan Nilai Tanaman xxx

Cr. Tanaman Belum Menghasilkan xxx

Universitas Indonesia
b. Tanaman Menghasilkan (TM)

Setelah berumur 4 tahun, Tanaman Belum Menghasilkan akan menjadi


Tanaman Menghasilkan. Ketika tanaman perkebunan sudah matang,
semua akumulasi biaya yang muncul pada saat Tanaman Belum
Menghasilkan direklasifikasi ke akun Tanaman Menghasilkan. PT AAG
mempunyai kebijakan pengakuan dimana pengakuan biaya awal pada
Tanaman Menghasilkan adalah pada saat Tanaman Belum Menghasilkan
direklasifikasi menjadi Tanaman Menghasilkan. Pada PT AAG, ada tim
yang terpisah di perkebunan yang mempunyai tanggung jawab untuk
mempersiapkan dan menyelesaikan laporan hektar secara bulanan, oleh
karena itu, reklasifikasi dapat dibuat setiap bulannya.

Pernyataan hektar yang telah diperiksa kemudian dikirim ke bagian


akuntansi. Pernyataan hektar digunakan oleh staf akuntansi agar
reklasisfikasi Tanaman Belum Menghasilkan ke Tanaman Menghasilkan
dapat dilakukan. Berikut merupakan Jurnal yang dibuat pada saat
Tanaman Belum Menghasilkan direklasifikasi ke Tanaman Menghasilkan:

Dr. Tanaman Menghasilkan xxx

Cr. Tanaman Belum Menghasilkan xxx

Untuk Tanaman Menghasilkan, PT AAG menggunakan metode


penyusutan garis lurus (straight line method) dengan masa manfaat selama
20 tahun. Nilai penyusutan yang muncul dari Tanaman Menghasilkan
dicatat sebagai Beban Penyusutan - Tanaman Menghasilkan, dibebankan
pada tahun yang berjalan. Penyusutan akan dicatat dalam jurnal sebagai
berikut:

Dr. Beban Penyusutan-Tanaman Menghasilkan xxx

Cr. Akumulasi Penyusutan-Tanaman Menghasilkan xxx

Dalam situasi tertentu, terkadang dilakukan write-off atas tanaman


perkebunan, terutama karena proyek penanaman kembali, atau juga

Universitas Indonesia
mungkin dilakukan karena perkebunan telah diserang oleh hama. Dalam
hal ini, Manajer Operasional Home Office akan mempersiapkan dokumen
"Persetujuan Permohonan Penumbangan Pokok Sawit", dan kemudian
memberikannya kepada departemen akuntansi. Staf akuntansi akan
memasukkan jurnal untuk menghapus aset tanam, yaitu sebagai berikut:

Dr. Akumulasi Penyusutan xxx

Dr. Kerugian dari Write-Off xxx

Cr. Tanaman Menghasilkan xxx

PT AAG menggunakan metode biaya dalam pengukuran aset biologis


yang dimilikinya. Untuk Tanaman Belum Menghasilkan, tidak dilakukan
penyusutan, semua biaya terkait langsung dikapitaliasi ke dalam nilai aset. Untuk
Tanaman Menghasilkan, pengukuran dilakukan dengan cara menghitung biaya
perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Adapun metode penyusutan
yang digunakan oleh PT AAG untuk Tanaman menghasilkan adalah metode garis
lurus (straight balance method), dengan umur manfaat selama 20 tahun. Apabila
terjadi penurunan nilai aset dikarenakan menurunnya kualitas atau penyerangan
hama, maka nilai yang ada pada akun aset biologis akan dikurangi terhadap rugi
penurunan nilai tersebut. Pengukuran terhadap aset biologis yang diterapkan oleh
PT AAG sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2011), yang menyatakan bahwa aset
tetap dapat diukur berdasarkan metode biaya atau metode revaluasi.

4.2.3 Penyajian atas Aset Biologis pada PT AAG.


PT AAG membuat laporan keuangan yang akan dikonsolidasi dengan
induk perusahaan MMM Pte Ltd. di Singapura. Laporan konsolidasi itu berupa
Group Reporting Package. PT AAG menyajikan aset biologis tanaman kelapa
sawit, baik Tanaman Belum Menghasilkan, maupun Tanaman Menghasilkan, ke
dalam akun Tanaman Perkebunan. Akun Tanaman Perkebunan terdapat pada
bagian Aset Tidak Lancar (Non-Current Assets) pada bagian Balance Sheet yang
ada di Reporting Package milik PT AAG. Akun Tanaman Perkebunan ini
disajikan dalam jumlah nilai bersih atau nilai setelah dikurangi penyusutan. Di

Universitas Indonesia
bawah ini terdapat tabel 4.1 yang menunjukkan bagaimana PT AAG menyajikan
aset biologisnya di dalam Reporting Package.

Tabel 4.1. Penyajian Aset Biologis pada PT AAG

31 Des 2014 31 Des 2013


Note IDR IDR
ASET
Aset Tidak Lancar
Piutang usaha dan lainnya 10 831,528,222,200 512,696,929,521
Investasi pada anak perusahaan 16 666,464,142,907 666,464,142,907
Aset tidak berwujud 18 - -
Properti, bangunan & peralatan 19 535,235,668,342 541,888,076,186
Aset biologis 20 698,166,000,000 524,102,600,000
Aset pajak tangguhan 21 2,454,916,883 3,476,466,155
2,733,848,950,332 2,248,679,927,170

Sumber : Reporting Package PT AAG untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014, telah
diolah kembali.

PT AAG menyajikan aset biologis di dalam laporan keuangannya yang


terdapat pada Reporting Package, sebagai aset tetap. Penyajian terhadap aset
biologis yang diterapkan oleh PT AAG sudah sesuai dengan PSAK 16 (Revisi
2011), yang menyatakan bahwa aset biologis digolongkan ke dalam aset tetap.

4.2.4 Pengungkapan atas Aset Biologis pada PT AAG


Pengungkapan mengenai aset biologis PT AAG pada laporan keuangan PT
AAG mengikuti Peraturan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan
Pengawasan Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan SE-9/BL/2012. Pada peraturan
ini, ada beberapa hal yang harus diungkapkan mengenai aset biologis, diantaranya
rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan akhir tahun tanaman untuk setiap
kelompok, saldo awal, tambahan tahun berjalan, pengurangan tahun berjalan, dan
saldo akhir. PT AAG mengungkapkan hal-hal ini pada bagian Catatan atas

Universitas Indonesia
Laporan Keuangan. Di bawah ini terdapat Tabel 4.2 yang memaparkan mengenai
pengungkapan yang ada pada Aset Biologis yang dimiliki oleh PT AAG.

Tabel 4.2. Nilai Aktiva Aset Biologis PT AAG Tahun 2014

Infra-
Aset Biologis,
struktur
dalam jutaan rupiah TBM TM Total
Perkebu-
(31/12/2014)
nan
Biaya Perolehan 49,974 424,376 49,753 524,103

Penambahan selama tahun berjalan 28,289 58,217 86,508

Penyesuian nilai wajar 6,355 76,245 7,357 89,958

Pengurangan selama tahun berjalan (925) (1,476) (2,402)

Pergerakan lain (34,373) 34,374

Nilai akhir 49,320 591,737 57,110 698,166

Sumber : Catatan atas Laporan Keuangan PT AAG untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember
2014, diolah kembali.

PT AAG mengungkapkan beberapa hal mengenai aset biologis di dalam


laporan keuangannya, diantaranya rekonsiliasi jumlah bruto awal beserta akhir
periode yang tercatat, yang menunjukkan saldo awal, perubahan nilai akibat
penambahan, pengurungan, reklasifikasi, dan penyusutan, serta saldo akhir.
Pengungkapan yang diterapkan oleh PT AAG sudah sesuai dengan Peraturan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawasan Pasar Modal Dan
Lembaga Keuangan SE-9/BL/2012, yang mensyaratkan hal-hal diatas.

4.2.5 Perhitungan Nilai Wajar atas Aset Biologis pada PT AAG


Di dalam IAS 41, dinyatakan bahwa aset biologis dinilai saat pengakuan
awal dan pada setiap tanggal neraca dengan menggunakan nilai wajar. PT AAG
menggunakan metode Discounted Cash Flow (FCF) dalam perhitungan atas nilai
wajar terhadap aset biologis. Perhitungan dalam model ini dilakukan dengan
menggunakan nilai kini atas arus kas bersih yang diharapkan dari aset biologis,

Universitas Indonesia
dengan mempertimbangkan estimasi arus kas bersih yang diharapkan dengan
memperhitungkan tingkat diskonto. PT AAG diwajibkan membuat perkiraan arus
kas atas aset biologis yang akan dihitung. Adapun proyeksi arus kas ini dapat
dihitung sampai dengan umur manfaat asset, yaitu selama 20 tahun. Berikut
merupakan rumus yang digunakan:

Tabel 4.3. Rumus Perhitungan Nilai Wajar yang Digunakan Penilai

Gross value of Plantation = Present Value of Plantation Year 1 +


Present Value of Plantation Year 2 +.......+
Present Value of Plantation Year 20
Present Value of Plantation = Net Operating Income x Discount Factor
Net Operating Income = Total Revenue - Total Operating Expenses
Total Revenue = Unit Price FFB (Rp/ton) x Estate output (FFB ton)
FFB Price = Grading * [(CPO Price * CPO Yield) + (Kernel Price * Kernel
Yield)] x K Factor
Estate output (FFB ton) = [Production Projection MP0 (ton)* Area MP0 + ...
+ Production Projection MP0 (ton)* Area MP22]
in each Year
Total Operating Expenses = Total Immature Plant Expenses + Total Mature
Expenses + Total Non Plant
Discount Factor = 1 / (1 + Discount Rate)
Discount Rate = (Cost of Debt x Debt Ratio) + ((Cost of Equity + Special Risk)
x Equity Ratio))
Cost of Equity = Risk Free Rate + Risk Premium

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.

 Gross Value of Plantation (Nilai Wajar Aset Perkebunan)

Nilai wajar total dari tanaman kelapa sawit di perkebunan, didapat melalui
penjumlahan dari total nilai kini dari tanaman perkebunan selama kurun
waktu 20 tahun, sesuai estimasi umur tanaman.

 Present Value of Plantation (Nilai Kini Aset Perkebunan)

Universitas Indonesia
Nilai kini dari tanaman diperoleh melalui hasil perkalian antara
Pendapatan Operasional Bersih dengan Faktor Diskonto.

 Net Operating Income (Pendapatan Operasional Bersih)

Penyesuaian antara proyeksi Arus Kas Masuk (Cash Inflow), disebut juga
sebagai pendapatan, dengan proyeksi Arus Kas Keluar (Cash Outflow),
yang disebut juga sebagai beban operasi.

 Total Revenue (Proyeksi Arus Kas Masuk)

Diperoleh melalui perkalian antara Harga Tandan Buah Segar per Unit
(Rp/ton) dengan Hasil Panen Perkebunan (ton).

 Fresh Fruit Bunch Price (Harga Tandan Buah Segar)

Karena tidak ada pasar yang langsung dan likuid untuk Tandan Buah
Segar, maka harga diturunkan dari Crude Palm Oil. Harga Tandan Buah
Segar/Unit ditentukan dengan menggunakan tingkat gradasi dikalikan
hasil penjumlahan antara tingkat pengembalian Crude Palm Oil, tingkat
pengembalian Palm Kernel, dengan memasukkan unsur Faktor K di
dalamnya.

 Grading

Persentase jumlah Tandan Buah Segar dalam kualitas yang baik yang
dapat diproses setelah dipanen dari perkebunan.

 Faktor K

Indeks proporsi yang dinyatakan dalam persentase yang menunjukkan


bagian yang diterima oleh penjual Tandan Buah Segar.

 Estate Output (Hasil Panen Perkebunan)

Hasil Proyeksi Produksi Tanaman menghasilkan (ton) pada setiap areal


penanaman yang dipisahkan melalui tahun tanam, dikalikan dengan Total

Universitas Indonesia
Area yang digunakan untuk menanam tanaman, sesuai dengan tahun
tanam.

 Total Operating Expenses (Proyeksi Arus Kas Keluar)

Semua pengeluaran ataupun biaya yang dihasilkan selama tanaman berada


dalam tahapan Tanaman Belum Menghasilkan dan tahapan Tanaman
Menghasilkan, dan biaya non-tanaman seperti biaya bangunan dan
peralatan

 Discount Rate (Tingkat diskonto)

Rate of return dari investasi yang diharapkan oleh perusahaan dalam


keputusannya investasi. Discount rate dihitung dengan menggunakan
metode Weighted Average Cost of Capital. Discount rate dalam penilaian
ini dihitung dengan mengkombinasikan tingkat kapitalisasi atas modal
pinjaman (tingkat pengembalian pinjaman) dan tingkat kapitalisasi atas
modal sendiri (tingkat pengembalian ekuitas), dengan bobot
pembebanannya sesuai data yang didapatkan berdasarkan data pasar pada
saat penilaian dilakukan

Universitas Indonesia
73

Maka, jika diringkas, keseluruhan perhitungan atas nilai wajar aset biologis dengan menggunakan metode DCF disajikan pada tabel di
bawah ini:

Tabel 4.4. Perhitungan Nilai Wajar atas Aset Biologis dengan Metode DCF Perkebunan Pasaman

Year-1 Year-2 Year-3 Year-4 Year-5


REVENUE
Estate output (B ton) 131,753 127,664 124,212 121,627 109,990
Unit Price B (Rp. 000/ton) 1,778 1,845 1,914 1,985 2,059
Total Revenue (Rp 000) 234,304,792 235,502,503 237,681,324 241,416,119 226,460,587

EXPENSES
Immature Plant
IMP - 1 3,168,882 - -
IMP - 2 2,002,223 2,786,677 - -
IMP - 3 - 2,100,360 2,923,262 - -
Total Immature Plant Expenses (Rp 000) 5,171,105 4,887,036 2,923,262 - -

Mature Plant
Harvesting & Transportation Cost 14,700,299 15,046,591 15,464,476 15,995,728 15,280,162
Upkeeping Cost 54,623,109 57,680,094 62,939,662 69,648,778 65,064,558
Overhead Cost 23,430,479 23,550,250 23,768,132 24,141,612 22,646,059
Total Mature Expenses (Rp 000) 92,753,888 96,276,935 102,172,271 109,786,118 102,990,778

Universitas Indonesia
Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015
Non Plant
Lease Plant Property & Equipment 10,500,591 11,092,159 11,717,054 12,377,154 11,569,631
Notional Rent 11,414,962 12,058,043 12,540,874 13,068,849 12,216,197
Total Non Plant (Rp 000) 21,915,553 23,150,202 24,257,928 25,446,003 23,785,828

Total Operating Expenses (Rp 000) 119,840,546 124,314,173 129,353,461 135,232,121 126,776,606

Net Operating Income (Rp 000) 114,464,246 111,188,330 108,327,864 106,183,998 99,683,981

Discount Rate 14.48% 14.48% 14.48% 14.48% 14.48%


Discount Factor 87.35% 76.30% 66.65% 58.22% 50.85%

Present Value (Rp 000) 99,984,492 84,836,900 72,198,563 61,817,330 50,691,989

Gross Value of Plantation (Rp 000) 558,411,286


Gross Value of Plantation / Ha 92,621

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.
Tabel 4.5. Perhitungan Nilai Wajar atas Aset Biologis dengan Metode DCF Perkebunan Sambas

Year-1 Year-2 Year-3 Year-4 Year-5

REVENUE
Estate output (B ton) - 11,662 25,573 37,454 47,455
Unit Price B (Rp. 000/ton) 1,650 1,711 1,775 1,841 1,910
Total Revenue (Rp 000) - 19,957,647 45,395,406 68,965,328 90,641,096

EXPENSES
Immature Plant
IMP - 1 5,756,661 - -
IMP - 2 3,602,467 5,247,395 - -
IMP - 3 14,800,865 3,808,410 5,547,374 - -
Total Immature Plant Expenses (Rp 000) 24,159,993 9,055,804 5,547,374 - -

Mature Plant
Harvesting & Transportation Cost - 1,680,698 3,893,049 6,022,910 8,061,174
Upkeeping Cost - 21,327,367 28,325,784 38,841,101 39,827,081
Overhead Cost - 1,995,765 4,539,541 6,896,533 9,064,110
Total Mature Expenses (Rp 000) - 25,003,830 36,758,374 51,760,544 56,952,365

Non Plant
Lease Plant Property & Equipment 6,728,435 7,107,493 7,507,905 7,930,875 8,377,674
Notional Rent 4,060,063 4,288,794 4,530,410 4,785,638 5,055,245
Total Non Plant (Rp 000) 10,788,498 11,396,287 12,038,315 12,716,514 13,432,920

Total Operating Expenses (Rp 000) 34,948,491 45,455,921 54,344,063 64,477,057 70,385,284

Net Operating Income (Rp 000) (34,948,491) (25,498,274) (8,948,657) 4,488,270 20,255,811

Discount Rate 14.48% 14.48% 14.48% 14.48% 14.48%


Discount actor 87.35% 76.30% 66.65% 58.22% 50.85%

Present Value (Rp 000) (30,527,499) (19,455,230) (5,964,118) 2,612,944 10,300,626

Gross Value o Plantation (Rp 000) 139,755,489


Total Value (Rp. 000) 139,755,000

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.
77

4.2.6 Pencatatan akuntansi atas nilai wajar sesuai dengan IAS 41


Berdasarkan perhitungan aset biologis menurut, PT AAG telah menetapkan nilai
wajar aset pada periode berjalan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.6. Nilai Wajar Aset pada Periode Berjalan

<< diperoleh dari


Perkebunan Sambas 139,755,000,000
perhitungan Valuasi
<< diperoleh dari
Perkebunan Pasamanan 558,411,000,000
perhitungan Valuasi
Total 698,166,000,000
Biaya Historis Perkebunan >> berdasarkan Trial
261,708,416,533
per 31 Desember 2014 balance PT AAG
>> penyesuaian nilai
Selisih 436,457,583,467
wajar

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah
kembali.

Pengukuran kembali yang dilakukan setiap tahunnya akan mengakibatkan


munculnya keuntungan atau kerugian atas selisih penilaian kembali aset biologis.
Setiap keuntungan atau kerugian yang terjadi setiap tahunnya yang menyebabkan
perubahan nilai wajar terhadap aset biologis. Keuntungan atau kerugian yang
terjadi tersebut dicatat pada laba rugi tahun berjalan. Oleh karena itu, Perusahaan
telah menyiapkan Common Level of Appraisal (CLA) sebagai berikut.

Tabel 4.7. Common Level of Appraisal

Jurnal Debit Credit


Tanaman Perkebunan 436,457,583,467
Keuntungan/Kerugian Nilai Wajar 436,457,583,467
(CLA : untuk melakukan penyesuaian nilai wajar atas aset biologis)

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah
kembali.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


Berdasarkan pemeriksaan KAP ABC terhadap nilai CLA yang seharusnya
diajukan oleh PT AAG dan nilai aktual CLA yang diajukan oleh PT AAG, maka
tidak terdapat selisih pada kedua nilai tersebut:

CLA yang diajukan Klien 436,457,583,467


Penilaian KAP 436,457,583,467
Selisih - >> tidak ada selisih

Auditor mencatat bahwa manajemen menggunakan pendekatan


pendapatan dalam penilaian terhadap aset biologis untuk memperkirakan nilai
total perkebunan dalam rangka memperoleh Net Present Value perusahaan (nilai
yang merepresentasikan nilai perusahaan atau nilai bisnis). Pendekatan
pendapatan mempertimbangkan perbandingan data pendapatan dan pengeluaran
untuk memperoleh laba bersih (operasional) dari aset yang dinilai. Nilai aset
biologis dianggap sebagai nilai sekarang dari semua sisa pendapatan tersebut
selama sisa umur ekonomis aset.

IAS 41 mensyaratkan bahwa "jika tersedia pasar aktif untuk aset biologis,
harga yang dikutip pada pasar itu merupakan dasar yang tepat untuk menentukan
nilai wajar dari aset tersebut. Jika pasar aktif tidak tersedia, maka entitas
menggunakan harga yang ditentukan pasar atau nilai-nilai (seperti harga transaksi
pasar terbaru) bila tersedia. Namun, IAS 41 lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam
beberapa situasi, harga atau nilai -nilai yang ditentukan pasar atau nilai-nilai
mungkin tidak tersedia untuk aset biologis dalam kondisi yang sekarang. Maka
jika keadaan seperti ini terjadi, suatu entitas menggunakan nilai sekarang (present
value) dari arus kas bersih yang diharapkan dari aset diskonto pada tingkat yang
ditentukan pasar saat ini dalam menentukan nilai wajar."

Untuk Tanaman Menghasilkan, PT AAG telah menggunakan metode


Discounted Cash Flow (DCF) dalam menentukan nilai wajar, dikarenakan tidak
adanya pasar aktif dan tidak tersedianya nilai berbasis pasar. Selain itu, arus kas
bersih yang diharapkan merupakan hasil hasil dari penjualan Tandan Buah Segar,
yaitu panen hasil produksi sebelum diproses lebih lanjut. Namun, karena tidak ada
pasar langsung untuk Tandan Buah Segar yang erat memenuhi kriteria pasar aktif

Universitas Indonesia
yang sesuai dengan IAS 41, maka harga TBS diperoleh dengan menggunakan
metode backsolving dari harga CPO yang ditetapkan berdasarkan harga pasar aktif
yang tersedia.

Untuk Tanaman Belum Menghasilkan, manajemen berkeyakinan bahwa


risiko yang terkait dengan Tanaman Belum Menghasilkan, yaitu penyakit
tanaman, kemampuan tanaman untuk tumbuh sebagai tanaman hidup sampai
tanaman mencapai dewasa, dianggap sama seperti risiko yang berhubungan
dengan Tanaman Menghasilkan. Hal itu dibuktikan oleh fakta bahwa Tanaman
Belum Menghasilkan secara historis hampir 100% berlanjut tumbuh menjadi
Tanaman Menghasilkan dan juga tidak terdapat jumlah yang signifikan dari
Tanaman Belum Menghasilkan yang telah dihapus (write-off). Mengingat profil
risiko yang serupa, aka menggunakan metode DCF merupakan pendekatan yang
dianggap dapat diterima untuk menentukan nilai wajar dari tanaman belum
menghasilkan. Tabel Berikut ini merupakan ringkasan nilai wajar Aset Biologis
pada PT AAG yang diringkas dari Valuation Report:

Tabel 4.8. Ringkasan Nilai Wajar Aset Biologis

Perkebunan Perkebunan Total dalam


Deskripsi
Pasaman Sambas rata -rata
Nilai wajar dari Aset
558,411,000,000 139,755,000,000 698,166,000,000
Biologis
Hektar Perkebunan 7,990 12,326 20,316
Biaya/Hektar (Nilai
69,888,736 11,338,228 34,365,328
wajar aset/hektar)

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah
kembali.

4.3 Prosedur Audit atas Aset Biologis pada PT AAG


KAP ABC telah melakukan audit terhadap PT AAG sejak tahun 2013.
Sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan pada informasi keuangan

Universitas Indonesia
yang dimiliki oleh PT AAG, KAP ABC mengkonfirmasi beberapa hal sebagai
berikut:

 Auditor memberikan perhatian terhadap hal-hal yang muncul dari


pemeriksaan terhadap informasi keuangan dari PT AAG, dimana
dipercaya bahwa perusahaan harus waspada dan mengetahui hal tersebut.
 Auditor telah memahami International Standards on Auditing yang
digunakan dalam tangggungjawab auditor dalam melakukan audit dari
laporan keuangan grup
 Auditor akan melakukan audit terhadap informasi keuangan dari PT AAG
untuk periode berakhir 31 Desember 2014 sesuai dengan standar yang
berlaku.
 Auditor memerlukan beberapa keahlian khusus (misalnya pengetahuan
spesifik industri) yang diperlukan untuk melakukan audit terhadap
komponen istimewa di dalam informasi keuangan.
 Auditor akan melaporkan kepatuhan PT AAG terhadap standar akuntansi
manual Grup.

Maka, berdasarkan hal tersebut diatas, PT AAG telah membuat laporan


keuangan yang akan dikonsolidasikan dengan induk perusahaan, yaitu MMM Pte
Ltd. di Singapura, berupa Group Reporting Package. KAP ABC Singapore,
sebagai KAP yang akan melakukan audit terhadap Group Reporting Package
yang dibuat oleh MMM Pte Ltd., memberikan instruksi kepada KAP ABC
Indonesia untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan PT AAG, yang
menyajikan informasi keuangannya di dalam Reporting Package.

Pada bagian dibawah ini, penulis akan memaparkan mengenai prosedur


audit yang dilakukan oleh KAP ABC terhadap aset biologis PT AAG. Sebagian
besar tahapan audit dilakukan oleh partner, director, manager in charge, senior in
charge dan associates. Penulis yang berperan sebagai Vocational Employee
berperan dalam membantu manajer in charge, senior in charge dan associates
dalam proses audit terhadap laporan keuangan PT AAG.

Universitas Indonesia
4.3.1. Tahap Pertama - Penerimaan Klien
Pada tahap ini, auditor mendiskusikan dan mengomunikasikan keputusan
untuk meneruskan (continuance) audit terhadap klien. Pada tanggal 31 October
2014, dilaksanakan rapat yang dihadiri oleh Team Manager, Senior Manager dan
Senior Associates, serta dihadiri pula oleh Team Member dari PT AAG. Hasil dari
pertemuan ini diantaranya adalah auditor menyiapkan Engagement Letter dan
memulai prosedur perencanaan. Auditor juga mendiskusikan daftar prosedur yang
akan dikerjakan dalam audit field dan mengatur lini waktu yang akan disepakati
dengan pihak PT AAG. Selain itu, auditor juga mulai menyiapkan Engagement
Letter dan memulai prosedur perencanaan. Pada tanggal 21 November 2014, rapat
kembali diselenggarakan untuk membuat persetujuan atas Engagement Letter.

Mengenai hal independensi audtor, telah ditelusuri bahwa tidak ada


keterkaitan bisnis, keluarga atau kepentingan keuangan di dalam tim audit
engagement yang dapat mengganggu independensi atau objektivitas tim. Semua
anggota tim perikatan audit telah diminta untuk mengkonfirmasi, secara tertulis,
bahwa semua anggota telah dinyatakan independen sesuai dengan kebijakan KAP
ABC. Semua anggota audit engagement tidak memiliki permasalahan terkait
independensi yang teridentifikasi. Keseluruhan tim yang terlibat di dalam audit
engagement terhadap PT AAG telah dinyatakan independen terhadap PT AAG
dan akan menjalankan audit dengan objektif, tanpa kepentingan apapun.

4.3.2. Tahap Kedua - Pemahaman Bisnis Klien


Pada tahapan pemahaman bisnis, auditor melakukan pengamatan dan
melakukan wawancara dengan pihak manajemen PT AAG untuk memperoleh
atau memperbarui pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, sebagai dasar
dari pengidentifikasian risiko terhadap salah saji material. Hasil dari tahapan ini,
auditor telah memperoleh pemahaman mengenai industri dan peraturan di dalam
bisnis perkebunan kelapa sawit, sifat alamiah dari entitas, penggunaan kebijakan
akuntansi yang relevan (termasuk apakah entitas sudah mengaplikasikan metode
akuntansi yang sesuai dan konsisten), strategi dan tujuan entitas terkait risiko
bisnis, juga pengukuran dan peninjauan terhadap performa keuangan PT AAG.

Universitas Indonesia
Auditor juga telah melakukan pemahaman terhadap proses pengendalian internal
pada PT AAG. Dalam tahapan ini, penulis tidak terlibat secara langsung
dikarenakan penulis belum memasuki masa tugas magang ketika tahapan ini
berlangsung.

Dalam proses pemahaman bisnis klien, auditor juga telah mengidentifikasi


beberapa estimasi akuntansi pada PT AAG dan auditor melakukan prosedur yang
diperlukan untuk menilai risiko salah saji material untuk estimasi akuntansi yang
diterapkan oleh PT AAG. Auditor mengidentifikasi perkiraan yang digunakan
oleh PT AAG dalam menghitung nilai wajar aset biologis, mempertimbangkan
risiko-risiko yang signifikan. Hal ini diperlukan karena adanya subjektivitas yang
tinggi dalam menentukan asumsi utama yang digunakan dalam perhitungan.
Dalam hal ini penulis akan membahas mengenai estimasi akuntansi pada aset
biologis yang diterapkan oleh PT AAG.

Karena identifikasi yang dilakukan adalah terhadap estimasi akuntansi


pada aset biologis, maka sifat dari estimasi akuntansi yang digunakan adalah
pengukuran atas nilai wajar atas aset biologis. Hal-hal yang perlu diidentifikasi
oleh auditor atas estimasi nilai wajar yang digunakan antara lain:

1. Persyaratan atas kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.


2. Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, kejadian dan kondisi
yang dapat menimbulkan kebutuhan atas estimasi akuntansi.
3. Setiap perubahan keadaan yang dapat menimbulkan kebutuhan untuk
merevisi estimasi akuntansi.
4. Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi (misalnya metode
atau model, data yang digunakan, kontrol yang relevan dan asumsi yang
dibuat).
5. Kontrol yang ditempatkan sehubungan dengan estimasi akuntansi yang
digunakan.
6. Penggunaan ahli untuk melakukan estimasi.
7. Perubahan metode atas estimasi akuntansi dari periode sebelumnya.
8. Penilaian atas efek dari ketidakpastian akibat estimasi yang digunakan.

Universitas Indonesia
9. Hasil estimasi akuntansi dalam periode laporan keuangan sebelumnya,
atau re-estimasi berikutnya untuk tujuan periode berjalan.
10. Tingkat ketidakpastian dari risiko salah saji material sebagai akibat dari
estimasi akuntansi.

Pemahaman mengenai estimasi akuntansi atas asset biologis ini


merupakan hal yang penting karena menentukan bagaimana auditor akan
melakukan pengujian selanjutnya.

4.3.3 Tahap Ketiga – Penetapan materialitas, pengidentifikasian risiko dan


Perencanaan Audit
Pada tahapan ini, auditor melakukan penetapan materialitas untuk
membantu dalam merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Untuk
Overall Materiality, nilainya sudah ditentukan oleh Grup auditor di Singapura.
Performance Materiality untuk Desember 2014 digunakan untuk tujuan pelaporan
grup. Oleh karena itu, auditor di Indonesia menggunakan materialitas grup yang
telah ditetapkan sebelumnya. Auditor telah menilai bahwa Performance
Materiality ditetapkan sebesar 25% dari Overall Materiality dan untuk De
Minimis SUM materiality ditetapkan sebesar 10% dari Overall Materiality.
Berikut merupakan rincian materialitas untuk PT AAG:

Tabel 4.9. Tingkat Materialitas PT AAG

Materialitas dalam IDR dalam USD


OM 73,147,200,000.00 5,880,000.00
PM 54,860,400,000.00 4,410,000.00
SUM 7,314,720,000.00 588,000.00

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah
kembali.

Auditor telah mengadakan beberapa kali pertemuan untuk membahas


risiko potensial dari salah saji dalam laporan keuangan, yang dilakukan baik untuk
menilai risiko potensial dari salah saji dan untuk mendiskusikan apakah terdapat
kecurigaan terkait risiko fraud. Auditor melakukan penilaian baik terhadap risko
dalam laporan keuangan secara menyeluruh maupun spesifik terhadap akun-akun

Universitas Indonesia
di dalamnya. Lalu auditor menentukan sejauh mana perluasan audit yang akan
dilakukan.

Pada tahapan ini pula, auditor mengidentifikasi risiko-risiko yang dimiliki


oleh PT AAG yang mungkin berkaitan dengan prosedur audit yang akan
dilaksanakan oleh auditor. Auditor mempertimbangkan apakah terdapat kondisi
yang mungkin dapat mengakibatkan keraguan yang signifikan terhadap
kemampuan entitas untuk meneruskan usahanya (going concern). Berdasarkan
penilaian auditor sebelumnya, tidak terdapat indikasi apapun yang menandakan
bahwa perusahan tidak dapat meneruskan usahanya. Selain itu, diketahui bahwa
induk perusahaan, MMM Pte, Ltd merupakan salah satu perusahaan perkebunan
kelapa sawit yang besar dan unggul. PT AAG selalu menghasilkan pendapatan
dan keuntungan bersih dari usahanya, dan juga mempunyai modal kerja dan aset
yang positif, serta dapat memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjang. Hal ini menandakan bahwa PT AAG sedang berada di dalam posisi
keuangan yang cukup baik. Di sisi operasional, auditor juga mengidentifikasi
bahwa manajemen PT AAG tidak memiliki niat untuk melakukan likuidasi atapun
menghentikan operasinya. PT AAG tidak kehilangan manajemen kunci, pasar
utama, konsumen utama, penyalur yang penting, dan tidak terdapat masalah pada
ketenagakerjaan. Dari hasil pengamatan media, tidak ditemukan juga
permasalahan hukum yang berdampak besar pada perusahaan. Maka disimpulkan
auditor menilai bahwa tidak ditemukan risiko atas kelangsungan usaha terhadap
PT AAG.

Pada tahapan ini, auditor melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap


penggunaan penilai dalam menentukan nilai wajar aset biologis. PT AAG
memberi penugasan kepada Kantor Jasa Penilai Publik PBM untuk memberikan
penilaian wajar atas aset biologis perusahaan sesuai dengan IAS 41 untuk tahun
keuangan 31 Desember 2014. Mengenai penggunaan jasa penilai (appraiser)
terhadap pengukuran aset biologis, auditor telah melakukan penilaian terhadap
kualifikasi Kantor Jasa Penilai Publik PBM

Universitas Indonesia
Kantor Penilai Publik dan Konsultan Properti PBM & Partners didirikan
pada tahun 2009 di Jakarta dengan 6 mitra. Pembentukan ini seusai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.01/2008, tentang Jasa Penilai
Publik. Kantor utama perusahaan terletak di Jakarta yang didukung oleh cabang-
cabang lain di Palembang, Yogyakarta, Banjarmasin, Jambi, Bandar Lampung,
Medan, Denpasar dan Surabaya bersama dengan kantor perwakilan di Padang,
Semarang, Makassar dan Batam. Kantor Penilai Publik PBM Didukung oleh lebih
dari 150 ahli. Kantor ini menyediakan rekomendasi, dan solusi profesional untuk
klien yang bervariasi pada setiap aspek yang terkait dengan kepemilikan, kontrol,
manajemen, pembangunan, pemanfaatan properti, dan industri lainnya, termasuk
manufaktur, pertambangan, industri pertanian.

Perhitungan nilai wajar pada aset biologis PT AAG ditinjau oleh seorang
appraiser yang telah menerima izin penilai publik dari Menteri Keuangan
Republik Indonesia dan juga diakui sebagai penilai publik bersertifikat dari
Kementrian Keuangan sejak 2010, dan juga telah memiliki nomor inferensi dan
nomor izin. Selain itu, appraiser juga ditunjuk sebagai mitra dan kepala cabang
Kantor Penilai Publik PBM dan mitra kantor di Medan.

Berdasarkan penelitian auditor di pasar, auditor tidak menemukan perilaku


ataupun komentar negatif tentang Kantor Penilai Publik PBM. Dari pengalaman
tahun sebelumnya, auditor juga tidak menemukan adanya reputasi negatif Kantor
Penilai Publik PBM ataupun ada pengalaman negatif dari perusahaan lain yang
menggunakan jasa Kantor Penilai Publik PBM

Kantor Penilai Publik PBM dikenal sebagai salah satu perusahaan penilai
publik terkemuka di Indonesia yang melayani berbagai jumlah klien besar. Penilai
memiliki kualifikasi profesional, auditor tidak melihat adanya inkompetensi yang
dimiliki oleh penilai. Berdasarkan pengalaman auditor dan interaksi dengan
perusahaan penilai di masa lalu, auditor percaya bahwa mereka memiliki
kompetensi dan keahlian dalam perhitungan nilai wajar dan sudah mengenal baik
situasi industri, juga memahami dengan baik kebijakan dari induk perusahaan,
MMM Pte Ltd.

Universitas Indonesia
Setelah mengidentifikasi risiko terkait, auditor memulai perencanaan audit
dengan menentukan sifat, waktu dan luasnya pengujian kontrol dan pengujian
substantif yang akan dilakukan di setiap proses bisnis. Auditor juga merencanakan
konfirmasi bukti yang cukup dan tepat sehingga diharapkan dapat mengatasi
risiko salah saji material pada laporan keuangan. Auditor telah menggunakan
software akuntansi dalam mencatat risiko yang terkait dan menghubungkannya
dengan perluasan pengujian yang akan dilakukan. Berikut merupakan ringkasan
risiko yang terdapat pada aset biologis PT AAG

Tabel 4.10. Tingkat Risiko terhadap Aset Biologis PT AAG

Expected Planned
Inherent Risk Control Substantive
Reliance Evidence
Lo Med Hi Lo Med Hi Lo Med Hi
Nilai Wajar dari Aset
Biologis   
Risiko dari salah saji
material pada Aset Biologis   

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah
kembali.

Jika terdapat risiko yang signifikan yang telah diidentifikasi, maka


perencanaan audit akan meliputi prosedur substantif yang secara khusus bersifat
responsif terhadap risiko yang signifikan yang dilakukan dengan Test of Details.

Setelah menentukan perluasan audit dan pengujian yang akan dilakukan,


tim auditor juga melakukan persetujuan atas alokasi tanggung jawab antara tim
audit dan spesialis. Dalam tahap ini dilakukan perencanaan atas sifat, waktu dan
luasnya arah dan pengawasan dan pekerjaan yang dilakukan anggota tim dan juga
peninjauan atas pekerjaan tim audit.

Universitas Indonesia
4.3.4. Tahap Keempat – Pelaksanaan Field Audit
Auditor melakukan field audit dengan mengunjungi Home Office PT AAG
yang berlokasi di Medan, Sumatera Utara. Dalam kunjungan auditor selama satu
bulan, auditor melakukan prosedur audit atas aset biologis sebagai berikut:

4.3.4.1 Membuat Skedul Utama


Skedul utama adalah dokumen yang menunjukkan tabel rangkuman
seluruh pergerakan atas akun aset biologis sampai dengan tanggal neraca. Auditor
biasanya menambahkan kolom pada skedul utama, yaitu kolom saldo penyesuaian
yang akan diisi hanya jika ada penyesuaian terhadap angka saldo yang dapat
berasal dari klien ataupun berasal dari temuan dari auditor.

Skedul utama menunjukkan saldo akun, perubahan dan pergerakannya


selama periode tertentu. Adapun format skedul utama biasanya dibuat dengan
standar yang telah ditetapkan KAP. Komponen yang terdapat di dalam skedul
utama antara lain: saldo akun tahun sebelumnya, saldo akun tahun berjalan,
kenaikan saldo, penurunan saldo, dan presentase kenaikan maupun penurunan dari
saldo tahun sebelumnya terhadap saldo tahun berjalan. Skedul utama dibuat
dengan tujuan untuk memudahkan auditor dalam melihat dan menganalisis
pergerakan nilai akun dari tahun sebelumnya ke tahun berjalan, serta untuk
menambahkan penyesuaian (adjustment) yang dapat diajukan ke klien.

Untuk memperoleh keakuratan dari nilai yang tertera pada skedul utama,
auditor juga melakukan proses footing dan cross footing, serta melakukan
penghitungan keakuratan matematis atas skedul tersebut, agar auditor dapat
memperoleh keyakinan atas kebenaran jumlah nilai yang terdapat pada akun aset
biologis, secara keseluruhan. Skedul utama yang dibuat oleh auditor atas aset
biologis dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Universitas Indonesia
88

Tabel 4.11. Skedul Utama atas Aset Biologis pada PT AAG

Adjustme
Unaudited Audited Audited Movement
Akun Deskripsi nts
31-Dec-14 Dr. Cr. 31-Dec-14 31-Dec-13 31 Dec 14 - 31 Dec 13

06.5.1.01 Nursery 7,037,449,627 - - 7,037,449,627 11,709,325,758 - 4,671,876,131 -40%


Land Clearing / Pembukaan
06.5.2.01 Lahan 3,033,050,600 - - 3,033,050,600 5,371,052,978 - 2,338,002,378 -44%
06.5.2.02 TBM ( 0 ) 24,979,388,759 - - 24,979,388,759 17,102,710,783 7,876,677,977 46%
06.5.2.03 TBM ( 1 ) 45,577,465,786 - - 45,577,465,786 50,710,769,501 - 5,133,303,715 -10%
06.5.2.04 TBM ( 2 ) 67,361,198,276 - - 67,361,198,276 77,234,572,409 - 9,873,374,132 -13%
06.5.2.05 TBM ( 3 ) 99,713,050,169 - - 99,713,050,169 - 99,713,050,169 0%
06.5.3.01 Mature Plantation 59,967,705,189 - - 59,967,705,189 59,967,705,189 - 0%
06.5.3.02 Mature Plantation (Acc. Depr) - 45,960,891,872 - - - 45,960,891,872 - 42,962,506,616 - 2,998,385,256 7%
-
adjustments FSLI adjustments - - - - 344,968,970,000 - 344,968,970,000 100%

Total Biological Assets 261,708,416,533 - - 261,708,416,533 524,102,600,000 - 262,394,183,468 -50%

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


89

4.3.4.2 Test of Control


Uji pengendalian dilakukan untuk melihat pengendalian utama dan
memeriksa pengendalian tersebut, serta menilai efektifitas pengendalian melalui
proses inquiry terhadap manajemen PT AAG. Setelah auditor memeriksa kontrol,
auditor memutuskan bahwa perlu diadakan pengujian lebih lanjut ke tahap Test of
Detail Balances. Pada tahap ini penulis tidak terlibat langsung.

4.3.4.3 Test of Detail Balances


Test of Detail Balances dilakukan dengan tujuan untuk menguji efektivitas
pengendalian serta kebenaran angka yang tersaji pada laporan keuangan, apakah
telah disajikan secara wajar. Rangkaian Test of Detail Balances yang dilakukan
auditor terhadap akun aset biologis PT AAG adalah sebagai berikut:

4.3.4.3.1 Memperoleh Pergerakan dan Daftar Rincian Aset Aset Biologis


Pergerakan pada skedul aset biologis biasanya mencakup saldo pada awal
periode, penambahan dan pelepasan aset, transfer, depresiasi, penyesuaian yang
terjadi selama periode tersebut, dan saldo akhir. Daftar rincian (detailed listing)
atas aset biologis biasanya meliputi rincian aset semua aset biologis berdasarkan
kelas aset dan mendukung keseimbangan pada buku besar.

Pada Lampiran 1, terdapat tabel yang menunjukkan Skedul Pergerakan


dari Aset Biologis. Skedul tersebut terdiri atas saldo awal, penambahan aset,
reklasifikasi, pengurangan aset dan saldo akhir atas Land Clearing, Nursery, TBM
(0), TBM (1), TBM (2), dan TBM (3), Tanaman Menghasilkan, dan Akumulasi
Depresiasi. Berdasarkan perhitungan ulang (recalculation) yang dilakukan oleh
auditor berdasarkan data-data yang ditarik dari General Ledger Aset Biologis,
auditor mendapatkan nilai total saldo akhir sebesar Rp 268,718,295,042, dimana
terdapat selisih sebesar Rp 7,009,878,509 dari perhitungan Trial Balance yang
dimiliki klien yaitu sebesar Rp 261,708,416,533. Selisih nilai ini bersifat imaterial
karena masih berada di bawah nilai SUM, yaitu Rp 7,180,656,000

Setelah memperoleh detailed listing dan mencocokkan nilai saldo akhir,


pada prosedur ini, auditor melakukan langkah-langkah selanjutnya, yaitu:

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


1. Melakukan perhitungan rekonsiliasi perkebunan

Pada tabel dibawah ini, dapat dilihat bahwa auditor melakukan rekonsiliasi
dengan cara menghitung nilai buku netto awal ditambahkan dengan
penambahan aset dan reklasifikasi, serta dikurangi nilai pelepasan aset dan
beban depresiasi sehingga menghasilkan nilai buku netto akhir. Dapat
dilihat bahwa nilai buku netto akhir sama dengan saldo akhir pada
perhitungan auditor sebelumnya di skedul pergerakan aset biologis, yaitu
sebesar Rp 261,708,416,533

Tabel 4.12. Rekonsiliasi Perkebunan

Nilai Buku Netto Awal 179,133,630,000


+/+ Penambahan 88,085,513,383
+/- Reklasifikasi -
-/- Pelepasan (2,512,341,594)
-/- Beban Depresiasi (2,998,385,256)
Nilai Buku Netto Akhir 261,708,416,533

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah
kembali.
2. Melakukan perhitungan penambahan dan pelepasan asset

Seperti terlihat pada tabel dibawah ini, auditor melakukan perhitungan


nilai total terhadap penambahan dan pelepasan aset pada Land Clearing,
Nursery dan Tanaman Belum Menghasilkan

Tabel 4.13. Penambahan dan Pelepasan Aset

Addition Disposal
Land Clearing 27,894,423,427 -
Nursery 505,688,310 (1,035,729,701)
TBM 59,685,401,645 (1,476,611,893)
Total 88,085,513,383 (2,512,341,594)
Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah
kembali.

Untuk penambahan Tanaman Belum Menghasilkan, dikarenakan


jumlahnya sebesar Rp 88,085,513,383 berada di atas Performance
Materiality sebesar Rp 53,854,920,000 maka auditor melakukan pengujian
non-statistikal dengan cara melakukan vouching terhadap sample
penambahan aset yang diilih. Vouching dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan dan pencocokan terhadap dokumen-dokumen yang
mendukung transaksi penambahan aset, seperti Perjanjian Kerjasama,
Berita Acara Serah Terima, Invoice, dan Voucher Pembayaran. Auditor
memeriksa nomor dokumen dan tanggal transaksi dokumen. Template
vouching dan workdone yang dilakukan pada proses ini dapat dilihat pada
Lampiran 2. Untuk pelepasan aset, jumlah pelepasan masih berada di
bawah Performance Materiality, maka tidak dilakukan investigasi ataupun
pengujian selanjutnya.

Karena selisih antara nilai beban depresiasi yang diekspektasikan selama


satu tahun yang dihitung oleh auditor dengan beban depresiasi aktual yang
dihitung klien berada di bawah SUM, maka selisih bersifat imaterial.

3. Melakukan pengujian terhadap pernyataan hectar statement perkebunan

Berdasarkan diskusi dengan Kepala Operasional Departemen Perkebunan,


laporan hektar diterima dari departemen perkebunan, yang terpisah dari
bagian akuntansi dan memiliki kontrol sendiri. Setiap akhir bulan, manajer
Estate akan memetakan daerah perkebunan di estate, melakukan input data
ke dalam sistem dan menyiapkan rancangan laporan hektar. Rancangan
laporan hektar akan dikirim ke departemen perkebunan. Departemen
perkebunan akan meninjau rancangan laporan hektar dengan memeriksa
daerah-daerah perkebunan ke dalam sistem atau memeriksa daerah
perkebunan menggunakan satelit/GPS dan memeriksa laporan hektar
sebelumnya untuk mengidentifikasi kewajaran laporan hektar. Setelah
selesai, laporan hektar dikirim ke departemen akuntansi, agar departemen
akuntansi dapat melakukan reklasifikasi untuk Tanaman Belum
Menghasilkan dan Tanaman Belum Menghasilkan.

Berdasarkan penelusuran ini, auditor menyimpulkan bahwa proses


pembuatan laporan hektar sudah dilakukan dengan semestinya. Maka tidak
diperlukan prosedur lebih lanjut.

Maka, berdasarkan langkah pengujian diatas, auditor menyimpulkan


bahwa pergerakan aset biologis telah disajikan secara wajar, tanpa terkecuali. Jika
diringkas, tahapan prosedur yang dilakukan oleh auditor dan hasil yang diperoleh
dari tahapan prosedur ini meliputi:

1. Auditor meminta skedul pergerakan asset biologis dari klien, berupa


general ledger. Auditor lalu memeriksa dang menghitung saldo
pergerakan aset biologis dan melakukan pengujian atas akurasi
matematika. Hasil yang diperoleh pada tahapan ini antara lain:
 Auditor telah memperoleh skedul jadwal pergerakan aset biologis
dari klien. Skedul ini dimasukkan ke dalam kertas kerja audit yang
disusun oleh auditor.
 Auditor juga telah melakukan pencocokan dan perhitungan atas
saldo untuk periode kertas kerja sebelumnya dan menutup
keseimbangan saldo ke buku besar, dan dalam hal ini, tidak ada
item rekonsiliasi yang muncul.
 Auditor telah melakukan pengujian atas akurasi matematika
pergerakan skedul dengan menggunakan rumus spreadsheet atau
secara manual ditambahkan atau dihitung ulang.
2. Auditor mempertimbangkan apakah penyesuaian terhadap aset biologis
telah diidentifikasi dalam skedul pergerakan dan melakukan pengujian
yang sesuai apabila terdapat penyesuaian. Hasil yang diperoleh pada
tahapan ini yaitu tidak ada penyesuaian yang teridentifikasi dalam skedul
pergerakan yang belum dibahas dalam rencana audit.
3. Auditor meminta daftar rincian (detailed listing), yaitu daftar aset biologis
atau subledger aset biologis berdasarkan kelas aset, lalu auditor melakukan
penyetujuan atas nilai saldo, melakukan pengujian akurasi matematika,
dan memeriksa item-item yang tidak biasa. Hasil yang diperoleh pada
tahapan ini antara lain:
 Auditor telah memperoleh daftar rincian dari aset biologis.
 Auditor telah menyetujui total biaya, akumulasi penyusutan dan
nilai buku bersih dari daftar rincian skedul pergerakan aset
biologis, dan tidak ada item rekonsiliasi yang tercatat.
 Auditor telah melakuan pengujian atas akurasi matematis dalam
daftar rincian, dengan menggunakan rumus spreadsheet spesifik.

Auditor telah mengamati daftar rincian, berdiskusi dengan manajemen dan


menyimpulkan bahawa tidak ada saldo yang tidak biasa yang tercatat

4.3.4.3.2 Memahami dan Mengevaluasi Kebijakan Akuntansi


Kebijakan akuntansi terkait aset tetap yang dimiliki oleh PT AAG, yaitu
termasuk: kebijakan kapitalisasi, masa manfaat/tarif penyusutan, metode
penyusutan, estimasi nilai residu, penghapusan aset dan pemulihan nilai aset,
sesuai dengan jenis asetnya. Ketika auditor mengidentifikasi perubahan kebijakan
akuntansi oleh PT AAG, maka auditor dapat mempertimbangkan kebutuhan untuk
menambahkan Evidence Gathering Activities (EGA) mengenai “pengujian
perubahan kebijakan akuntansi” dalam penyusunan laporan keuangan dan
pengungkapan akun aset biologis.

Untuk tujuan pelaporan grup, PT AAG menggunakan kebijakan akuntansi


induk perusahaannya, yaitu MMM Pte. Ltd. Kebijakan akuntansi yang terkait
dengan aset biologis PT AAG disajikan dengan rincian sebagai berikut:

1. Aset biologis termasuk Tanaman Menghasilkan, Tanaman Belum


Menghasilkan yang didirikan atau diperoleh oleh Perusahaan.
2. Perkebunan dinyatakan pada nilai pengakuan awal dan pada setiap akhir
periode pelaporan, pada nilai wajar dikurangi estimasi biaya point-of-sale.
3. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar yang
dihasilkan diakui dalam laporan laba rugi.
4. Produk hasil panen dari aset biologis Grup, yaitu Tandan Buah Segar
(TBS), diukur pada nilai wajar dikurangi estimasi point-of-sale pada titik
panen. Nilai wajar TBS ditentukan dengan mengacu pada harga pasar
mereka.
5. Sebuah perkebunan kelapa sawit dianggap telah dewasa ketika perkebunan
mulai berproduksi pada awal tahun keempat.

Auditor melakukan prosedur ini dengan tujuan untuk memeriksa apakah


ada kebijakan akuntansi terkait aset tetap yang berubah, ataukah ada kebijakan
yang baru dibuat, untuk melihat dampaknya terhadap penyusunan dan
pengungkapan pada laporan keuangan PT AAG. Prosedur ini dilakukan dengan
tiga tahapan, yaitu

1. Memperbarui pemahaman mengenai kebijakan akuntansi entitas untuk


aset tetap. Hasilnya adalah, auditor telah memperoleh dan memperbarui
pemahaman mengenai kebijakan akuntansi entitas.
2. Memastikan bahwa kebijakan akuntansi entitas berjalan konsisten dengan
periode sebelumnya. Hasilnya adalah, auditor menetapkan bahwa
kebijakan akuntansi PT AAG telah konsisten dengan periode sebelumnya.
3. Memastikan kebijakan akuntansi entitas telah sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dan mengevaluasi apakah kebijakan ini
sesuai berdasarkan pemahaman auditor mengenai sifat aset, bisnis entitas
dan industri. Hasilnya adalah auditor menentukan bahwa PT AAG telah
menerapkan kebijakan akuntansi yang tepat terkair dengan perlakuan
akuntansi aset tetap.

Adapun prosedur ini dilakukan dengan cara mendapatkan sebuah narasi


yang mencakup pemahaman tentang jenis aset yang dimiliki dan kebijakan
akuntansi oleh PT AAG. Auditor lalu menyertakan dokumen mengenai
pemahaman dan evaluasi ini ke dalam perpustakaan dokumen yang dimiliki oleh
KAP ABC dan memastikan bahwa dokumen ini dibawa secara terus menerus ke
setiap tahunnya, sehingga pada setiap tahun berikutnya auditor pada KAP ABC
dapat terus melaukan pembaruan terkait dengan kebijakan akuntansi yang
diterapkan oleh entitas.
Dari hasil penelusuran terhadap kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh
PT AAG untuk aset biologisnya tahun ini, maka auditor menyimpulkan bahwa
tidak ada perubahan kebijakan akuntansi diantara current year dan prior year.

4.3.4.3.3 Menilai Kelayakan Pengukuran Nilai Wajar dan Pengungkapan


dan Menguji Pengukuran Nilai Wajar Dan Pengungkapan Tersebut
Pada prosedur ini, akan dilakukan tahapan – tahapan sebagai berikut:

1. Membuat ringkasan asumsi yang dinyatakan dalam laporan penilaian.


2. Penilaian pada asumsi dalam laporan penilaian (Asumsi Umum, Asumsi
Produksi, Asumsi Biaya).
3. Menilai laporan FAS.
4. Akurasi Matematika pada Perhitungan IAS 41 di Perkebunan Pasaman dan
Perkebunan Sambas.

4.3.4.3.3.1 Ringkasan Asumsi yang dinyatakan dalam laporan penilaian


Pekerjaan yang dilakukan oleh penilai merupakan pekerjaan yang cukup
signifikan terhadap nilai wajar aset biologis karena manajemen bergantung pada
perkiraan penilai. Risiko nilai wajar aset biologis dianggap sebagai risiko yang
signifikan sedangkan untuk risiko salah saji material untuk aset penanaman
dianggap sebagai risiko normal. Pada tahapan ini, auditor membuat ringkasan
asumsi yang dinyatakan pada laporan penilaian, seperti yang dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:

Tabel 4.14. Asumsi Harga, Asumsi Produksi dan Asumsi Biaya pada
Valuation Report

Perkebunan Perkebunan
Deskripsi Pasaman Sambas
Pendapatan - Asumsi Basis harga
Harga jual CPO (dalam IDR/kg) 8,059,242 8,059,242
Harga jual PK (dalam IDR/kg) 3,949,029 3,949,029
CPO Yield 22.5% 21.4%
PK Yield 6.3% 5.0%
Faktor K 86.8% 90.3%
Harga jual FFB (dalam IDR/kg) 1,790,788 1,736,603
Grading 98.0% 95.0%
Harga jual FFB (dalam IDR/kg) 1,754,973 1,649,773
Tingkat kenaikan tahunan untuk
3.7% 3.7%
harga jual FFB

Asumsi Produksi
Klasifikasi Lahan (dalam Hektar)
Tanaman Menghasilkan 5,388 -
Tanaman Belum Menghasilkan 641 3,070
Pembersihan Lahan (Land Clearing) 3 44
Pembibitan (Nursery) 10 19
Infrastruktur dan Gedung 390 276
Lainnya 1,558 8,917
Total 7,990 12,326

Asumsi Biaya
Biaya panen dan transportasi
112 136
(IDR/Kg)
Biaya pembersihan lahan 9,947,322 9,203,036
Penanaman LCC (Legume Cover
2,286,650 1,992,920
Crop)
Biaya Pembibitan 3,128,000 2,856,000
Perawatan kerusakan (Ribuan
IDR/hektar)
TBM-0 1,114,313 1,016,707
TBM-1 8,495,661 8,165,477
TBM-2 7,470,983 7,443,113
TBM-3 7,837,163 7,868,615
TM tahun 1 - 2 10,177,281 10,733,617
TM tahun 3 - 5 9,954,830 10,220,309
TM tahun 6 -13 10,289,852 9,994,290
TM berumur lebih dari 14 tahun 9,965,232 9,828,554
10% dari total 10% dari total
Biaya Overhead
pendapatan pendapatan
Sewa Properti, Pabrik dan Peralatan Mewakili depresiasi nilai wajar PPP
Sewa Nosional Mewakili depresiasi nilai wajar lahan
Tingkat Diskonto 14.48% 14.48%

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah
kembali.
Menanggapi pekerjaan yang dilakukan oleh penilai, auditor memutuskan
untuk melakukan pengujian audit yang meliputi:

 Meninjau asumsi valuasi


 Memeriksa kelengkapan aktiva tetap untuk non-tanah & aset biologis
 Menilai laporan FAS
 Menilai kewajaran biaya perkebunan

4.3.4.3.3.2 Penilaian pada asumsi dalam laporan penilaian


Pada tahapan prosedur ini, auditor melakukan penilaian atas asumsi-
asumsi yang digunakan oleh appraiser dalam menentukan nilai wajar dari aset
biologis. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan appraiser meliputi asumsi basis
harga, asumsi produksi, dan asumsi biaya.

1. Penilaian atas Asumsi Basis Harga


a. Harga Crude Palm Oil (USD)

Manajemen mengidentifikasi harga CPO senilai USD 771.9/ton,


berdasarkan pada rata-rata harga CPO untuk FOB Belawan pada
tahun 2014 yang dinyatakan pada situs : http://www.smart-
tbk.com/ir_international_prices.php

Berdasarkan hal ini, auditor telah membandingkan dan


mengidentifikasi harga CPO untuk FOB Belawan. Rata-rata harga
CPO untuk FOB Belawan adalah USD 771.9. Auditor telah
melakukan pengecekan terhadap harga ini dengan merujuk pada
situs http://www.smart-tbk.com/ir_international_prices.php

Berdasarkan hal ini, auditor membuat perhitungan sebagai berikut:

Harga CPO per KAP (dalam USD/ton) 771.9


Harga CPO per manajemen (dalam USD/ton) 771.9

Selisih -
% Selisih 0%
Dengan demikian, tidak terdapat selisih antara harga CPO menurut
auditor dengan harga CPO menjurut manajemen.

Auditor menerima asumsi manajemen untuk menggunakan harga


rata-rata selama 1 tahun, dikarenakan harga CPO tidak bisa
diprediksi di masa depan. Beberapa perusahaan kadang bisa
menggunakan rata-rata 3 tahun dan 5 tahun. Selain itu, berdasarkan
komentar dari tim advisory KAP ABC (FAS), harga CPO di dalam
jangka panjang tidak bisa diprediksi dikarenakan harga CPO
dilingkupi oleh terlalu banyak ketidakpastian. Hanya bersandar
pada proyeksi harga saja telah terbukti sangat sulit dilakukan,
mengingat kondisi pasar yang bisa berubah secara abnormal. Maka
disimpulkan auditor menilai bahwa asumsi dasar harga CPO yang
digunakan oleh manajemen, yaitu menggunakan harga rata-rata
CPO pada tahun berjalan, telah sesuai.

b. Pajak Ekspor CPO

Manajemen mengidentifikasi bahwa pajak ekspor CPO adalah


7,5%. Di bawah regulasi terbaru Menteri Keuangan yaitu
128/PMK.011/2013, tarif pajak ekspor progresif mulai dari 0%
sampai dengan 22,5,5% dari harga CPO tergantung pada tren harga
pasar CPO internasional. Berdasarkan harga CPO 2014 yang telah
ditetapkan sebelumnya, yaitu USD 771.9, terletak diantara USD
750 - USD 800 sudah sepantasnya jika angka ekspor CPO adalah
7,5%. Untuk detail tarif pajak, terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.15. Ringkasan dari tingkat pajak ekspor berdasarkan


Peraturan Kementrian Keuangan no. 128/PMK.011/2013

Alokasi Harga CPO Tingkat Pajak Ekspor


Until USD 750 0
USD 750 - USD 800 7.50%
USD 800 - USD 850 9%
USD 850 - USD 900 10.50%
USD 900 - USD 950 12%
USD 950 - USD 1000 13.50%
USD 1000 - USD 1050 15%
USD 1050 - USD 1100 16.50%
USD 1100 - USD 1150 18%
USD 1150 - USD 1200 19.50%
USD 1200 - USD 1250 21%
More than USD 1250 22.50%

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah
diolah kembali.

Maka disimpulkan auditor menilai bahwa asumsi dasar tingkat


pajak ekspor CPO yang digunakan oleh manajemen telah sesuai
dan auditor setuju dengan posisi manajemen PT AAG.

c. Nilai Tukar harga CPO dari USD ke IDR

Manajemen mengidentifikasi nilai tukar dari USD ke IDR adalah


Rp 11.869/1 USD. Angka ini berasal dari rata-rata nilai tukar untuk
tahun 2014 dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia (BI).

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh auditor, yang


dihitung melalui data kurs tengah Bank Indonesia per 31 Desember
2014, kurs nilai tukar adalah Rp 11.891/1 USD. Perhitungan rata-
rata kurs dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.16. Rata – rata Nilai Tukar dari USD ke IDR 2014

Tingkat Penutupan
Periode
IDR/USD
Jan-14 12,226
Feb-14 11,634
Mar-14 11,404
Apr-14 11,608
Mei-14 11,611
Jun-14 11,969
Jul-14 11,591
Agust-14 11,717
Sep-14 12,212
Okt-14 12,082
Nop-14 12,196
Des-14 12,440
Average BI Middle Rate 11,891

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah
diolah kembali.

Auditor telah melakukan perhitungan seperti yang terlihat di


bawah:

Nilai tukar USD ke IDR per KAP 11,891


Nilai tukar USD ke IDR per Manajemen 11,869
Selisih 22
% Selish 0.18%
Menurut auditor, selisih sebesar 0.18% dipertimbangkan sebagai
selisih yang masih dapat diterima.

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan audior, PT AAG


menentukan nilai tukar dengan menggunakan kurs rata-rata
IDR/USD pada tahun 2014. Dalam menentukan nilai tukar untuk
tujuan penilaian, menurut auditor, PT AAG telah menyelaraskan
dasar asumsi dengan asumsi harga CPO. Dalam hal ini, auditor
setuju dengan penilaian manajemen PT AAG untuk penentuan nilai
tukar.

d. Harga Palm Kernel

Menurut data yang diambil dari Laporan Valuasi tahun 2014,


manajemen mengidentifikasi harga PK sebesar Rp3,949.03/kg
menggunakan harga CPO dikalikan dengan 49%,

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh auditor, yang


dihitung melalui data presentasi dari harga PK, seperti yang dapat
dibandingkan dengan harga CPO per FOB Belawan, presentase
harga PK jika dibandingkan dengan harga CPO adalah 50%,
sedangkan manajemen menggunakan asumsi perbandingan harga
PK dan CPO sebesar 49%

Auditor telah melakukan perhitungan seperti yang terlihat di


bawah:

Presentase alokasi harga PK per KAP 50%


Presentase alokasi harga PK per Manajemen 49%
Selisih 1
% Selish 2.43 %
Menurut auditor, selisih sebesar 2.43% dipertimbangkan sebagai
selisih yang masih dapat diterima. Meskipun terdapat selisih
diantara perhitungan yang dilakukan auditor dengan asumsi yang
digunakan oleh manajemen PT AAG, auditor masih menerima
asumsi tersebut, dikarenakan asumsi tersebut masih konsisten
dengan tahun sebelumnya.

Auditor menerima asumsi manajemen untuk menggunakan harga


rata-rata 1 tahun dikarenakan harga PK tidak dapat diprediksi di
masa depan. Beberapa perusahaan mungkin digunakan rata-rata 3
tahun dan rata-rata 5 tahun. Berdasarkan komentar dari tim
advisory KAP, FAS), harga PK dalam jangka panjang tidak dapat
diprediksi karena harga terlingkupi oleh terlalu banyak
ketidakpastian. Dengan hanya mengandalkan perkiraan harga saja
telah terbukti sangat sulit mengingat kondisi pasar yang volatile.

e. Tingkat Compound Annual Growth untuk Harga Jual

Manajemen menggunakan asumsi bahwa harga jual akan tumbuh


pada tingkat tahunan sebesar 3,73% (Compound Annual Growth
Rate/CAGR) mulai dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5, dan
akan menjadi datar hingga akhir siklus hidup tanaman. Manajemen
menentukan bahwa CAGR disadarkan oleh sejarah fluktuasi harga
CPO selama 35 tahun.
Auditor telah membuat ringkasan dan menggabungkan harga CPO
per tahun sejak tahun 1983 ke 2014 dalam rangka memberikan
penilaian terhadap CAGR untuk harga jual CPO (Tabel ringkasan
dapat dilihat pada Lampiran 3). Menurut perhitungan auditor,
tingkat rata-rata kenaikan harga CPO adlah sebesar 3.85%

Auditor telah melakukan perhitungan seperti yang terlihat di


bawah:

Tingkat kenaikan rata-rata harga CPO per KAP 3.85%


Tingkat kenaikan rata-rata harga CPO per
3.73%
Manajemen
Selisih 0.12
% Selisih 3%
Menurut auditor, selisih sebesar 3% dipertimbangkan sebagai
selisih yang masih dapat diterima.

Berdasarkan penilaian auditor, PT AAG memiliki dasar konservatif


dalam menentukan CAGR dengan menggunakan rata-rata
pertumbuhan tahunan sejarah selama 36 tahun terakhir.
Berdasarkan komentar dari tim advisory KAP ABC (FAS), harga
pertumbuhan tahunan dalam jangka panjang tidak dapat diprediksi
karena harga terlingkupi oleh terlalu banyak ketidakpastian.
Dengan hanya mengandalkan harga berdasarkan pertumbuhan
historis telah terbukti sangat sulit untuk diandalkan, mengingat
kondisi pasar yang volatile. Maka berdasarkan hal ini, auditor
setuju dengan posisi manajemen PT AAG.

f. Tingkat rendemen (pengembalian) dari CPO dan PK

Rendemen merupakan tingkatan/kadar minyak yang terkandung di


dalam Tandan Buah Segar. Manajemen mengidentifikasi bahwa
rendemen untuk CPO dan PK adalah sebagai berikut :
Perkebunan Pasaman 22.50%
CPO
Perkebunan Sambas 21.41%
Perkebunan Pasaman 6.30%
PK
Perkebunan Sambas 5.00%

Berdasarkan ringkasan produksi Tandan Buah Segar yang


diperoleh dari Departemen Produksi, Oil Extraction Rate (OER)
untuk Crude Palm Oil dan Kernel Extraction Rate (KER) untuk
Palm Kernel adalah sebagai berikut:

Perkebunan Pasaman 22.50%


CPO
Perkebunan Sambas 21.41%
Perkebunan Pasaman 6.30%
PK
Perkebunan Sambas 5.00%

Berdasarkan penelusuran auditor, maka tingkat rendemen yang


ditetapkan perusahaan telah sesuai. Berdasarkan diskusi dengan
manajemen PT AAG, manajemen telah setuju dengan penilai
bahwa tingkat ekstraksi (rendemen) CPO dan PK yang ditetapkan
oleh PT AAG merupakan tingkat yang wajar untuk rendemen
umum bagi perusahaan perkebunan sawit.

Namun, penilaian yang digunakan untuk tingkat ekstraksi


(rendemen) sedikit berbeda karena harga sangat tergantung pada
cuaca, iklim, kondisi tanah, dan lainnya. Laporan penilaian
menggunakan nilai rata-rata OER aktual dan KER yang
sebenarnya.

Terkait dengan tingkat rendemen pada perkebunan Sambas,


manajemen PT AAG menggunakan bantuan appraiser dengan
basis rata-rata industri sejenis pada lokasi sekitar, termasuk
memperhitungkan faktor cuaca, iklim, kondisi tanah, dan lain
sebagainya. Sehingga, meskipun tidak ada data historis tingkat
rendemen untuk perkebunan Sambas, auditor tetap bisa menerima
asumsi yang digunakan penilai bahwa tingkat rendemen yang
dihitung oleh penilai merupakan estimasi yang dapat diandalkan.
Oleh karena itu, berdasarkan penilaian auditor dan pengalaman
auditor pada perusahaan perkebunan kelapa sawit lain, auditor
setuju dengan asumsi manajemen PT AAG.

g. Faktor K

Manajemen mengidentifikasi bahwa faktor K PT AAG sebagai


berikut:

 Perkebunan Pasaman : 88%


 Perkebunan Sambas : 90.31%

Perkebunan perusahaan terletak di provinsi Sumatera Barat.


Berdasarkan periode surat Pemerintah Desember 2014, faktor K
Padang lokasi adalah 0,87.

Auditor telah melakukan perhitungan seperti yang terlihat di


bawah:

Faktor K per KAP 87,9%


Faktor K per Manajemen 88%
Selisih - 0.1
% Selisih - 0.125 %
Menurut auditor, selisih sebesar - 0.125% dipertimbangkan sebagai
selisih yang masih dapat diterima.

Perkebunan perusahaan terletak di provinsi Kalimantan Barat.


Berdasarkan periode surat Pemerintah Desember 2014, faktor K
lokasi Kalimantan Barat adalah 0,90.

Auditor telah melakukan perhitungan seperti yang terlihat di


bawah:

Faktor K per KAP 90%


Faktor K per Manajemen 90%
Selisih 0
% Selisih 0%
Tidak ada selisih diantara nilai Faktor K menurut penelusuran
auditor dan menurut asumsi manajemen. Berdasarkan penilaian
auditor, PT AAG telah benar dalam menentukan Faktor K.

h. Tingkat Grading

Grading merupakan persentase jumlah Tandan Buah Segar dalam


kualitas yang baik yang dapat diproses setelah dipanen dari
perkebunan. Tingkat grading sejalan dengan standar industri.
Manajemen mengidentifikasi tingkat grading untuk Tandan Buah
Segar adalah sebagai berikut:

 Perkebunan Pasaman : 98%


 Perkebunan Sambas : 95%

Menurut penilaian auditor, tingkat ini konsisten dari tahun


sebelumnya. Berdasarkan pemahaman auditor tentang proses
bisnis, tidak ada perubahan dalam bisnis yang secara signifikan
yang dapat mempengaruhi grading Tandan Buah Segar. Maka
berdasarkan penilaian auditor, PT AAG telah benar dalam
menentukan tingkat grading.

2. Penilaian atas Asumsi Produksi


a. Asumsi Produksi Tandan Buah Segar

Manajemen telah menentukan produksi Tandan Buah Segar


berdasarkan tabel trend produksi Tandan Buah Segar. PT AAG,
mengidentifikasi bahwa produksi Tandan Buah Segar tahunan
untuk tahun 1 (2014) adalah 131.753 ton.

Berdasarkan penelusuran auditor, menurut produksi aktual yang


diperoleh dari Departemen Produksi PT AAG, diketahui bahwa
total produksi Tandan Buah Segar tahunan untuk tahun 2014
adalah sebanyak 164.008 ton

Produksi aktual yang terjadi di tahun 2014 memberikan keyakinan


bahwa tabel produktivitas yang digunakan dalam laporan penilai
dapat diterima. Untuk data produksi tahun 2014, auditor sudah
memperoleh data dari departemen yang independen. Selain itu,
tabel produktivitas ini merupakan tabel yang dihasilkan oleh
perusahaan riset kelapa sawit yang independen. Menurut penilai,
tingkat produktivitas yang digunakan oleh perusahaan masih wajar
untuk produktivitas jangka panjang. Maka berdasarkan penilaian
auditor, PT AAG telah benar dalam menentukan asumsi produksi
Tandan Buah Segar.

b. Asumsi Hectar Statement

Manajemen mengidentifikasi bahwa luas hektar untuk perkebunan


adalah: 6.029 hektar untuk Perkebunan Pasaman dan 3.070 hektar
untuk Perkebunan Sambas.

Auditor memperoleh Laporan hektar dari perkebunan departemen


(agronomi), yang terpisah dari bagian akuntansi dan memiliki itu
kontrol sendiri. Berdasarkan diskusi auditor dengan Manajer
Sistem dan Pengembangan Estate, setiap akhir bulan, manajer real
akan memetakan daerah perkebunan, melakukan input data ke
dalam sistem dan membuat rancangan yang disiapkan laporan
hektar. Laporan Draft hektar akan dikirim ke departemen
perkebunan. Departemen akan Perkebunan akan meninjau draft
dengan memeriksa ke daerah-daerah perkebunan ke sistem atau
memeriksa daerah perkebunan menggunakan satelit/GPS dan
memeriksa laporan hektar sebelumnya untuk mengidentifikasi
kewajaran laporan hektar. Setelah selesai, laporan hektar dikirim
ke Kepala Departemen Akuntansi PT AAG dalam rangka
reklasifikasi Tanaman Belum Menghasilkan dan Tanaman Belum
Menghasilkan.

Berdasarkan penilaian auditor, laporan hektar pada laporan IAS 41


dianggap wajar. Tidak ada perbedaan yang signifikan dengan
laporan hektar berdasarkan data Departemen Produksi (seperti
yang terlihat pada lampiran 5). Berdasarkan data yang diperoleh
dari Departemen Produksi, laporan hektar Desember 2014, hektar
adalah :

 Perkebunan Pasaman : 6.029 hektar


 Perkebunan Sambas : 3.070 hektar.

Maka berdasarkan penilaian auditor, PT AAG telah benar dalam


menentukan asumsi hectar statement.

c. Bibit

Manajemen mengklasifikasikan biaya pembibitan sebagai bagian


dari Tanaman Belum Menghasilkan. Perlakuan ini diterapkan
pada tahun berjalan, diterapkan secara konsisten dari tahun
sebelumnya.

"Sesuai dengan IAS 41, bibit harus diklasifikasikan sebagai


Tanaman Belum Menghasilkan, bukan persediaan. Mengenai
pengukuran awal aset biologis, IAS 41 par.10 dan 11, ,menyatakan
bahwa:

10.Suatu perusahaan harus mengakui aset biologis atau


hasil pertanian saat, dan hanya jika:

1. perusahaan mengendalikan aset sebagai akibat dari


peristiwa masa lalu;
2. besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir
ke perusahaan; dan
3. nilai wajar atau biaya aset dapat diukur secara
andal.

Maka, menurut auditor, berdasarkan kriteria di atas, bibit harus


diakui sebagai aset biologis karena:

 Aset dikelola dan diselenggarakan oleh Grup di daerah


pembibitan melalui pembelian bahan bibit kemudian
dikembangkan oleh PT AAG.
 Terdapat kemungkinan bahwa benih akan terus tumbuh
sebagai pohon kelapa sawit di masa depan.
 Biaya dapat ditentukan dan diukur secara andal ketika
bahan bibit diperoleh dan dicatat sebagai bibit dalam
persediaan.

Menurut auditor, PT AAG telah benar mencatat biaya pembibitan


sebagai Tanaman Belum Menghasilkan.

3. Penilaian atas Asumsi Biaya


a. Biaya Perkebunan

Beban yang digunakan dalam valuasi dapat dikategorikan ke dalam


dua kategori, yaitu:

a) Biaya Perkebunan
Biaya perkebunan merupakan biaya yang dialokasikan
berdasarkan tahun aset biologis:
 Fase Tanaman Belum Menghasilkan, untuk aset
biologis berumur 0 - 3 tahun.
 Fase Tanaman Menghasilkan, untuk aset biologis
berumur di atas 3 tahun.
Untuk perkebunan matang pada Fase Tanaman
Menghasilkan, biaya dibagi menjadi tiga kategori: Biaya
Panen, Biaya Upkeeping, Biaya Overhead.
b) Biaya Non-Perkebunan
Biaya non-perkebunan yaitu biaya yang terkait dengan
properti, pabrik atau peralatan yang termasuk dalam
perkebunan kelapa sawit.

Prosedur yang dilakukan auditor dalam menilai asumsi biaya yaitu:


Auditor Membandingkan biaya estimasi dengan biaya aktual
Januari - Desember 2014 yang terkait dengan perkebunan. Setelah
tes biaya berdasarkan sifat biaya perkebunan, auditor juga
melakukan pengujian kewajaran dengan cara membandingkan
biaya perkebunan aktual dan biaya Laporan Penilaian per 31
Desember 2014. Hasilnya adalah terdapat selisih sebesar Rp
17.200.804.900. Dikarenakan selisih berada di bawah Performance
Materiality, maka bersifat imaterial

Berdasarkan penilaian auditor, PT AAG telah menentukan asumsi


biaya perkebunan secara tepat. Tidak ada pengecualian yang
tercatat.

b. Tingkat Inflasi

Manajemen mengasumsikan bahwa biaya akan tumbuh sebesar


5,63% pada tingkat tahunan, berdasarkan asumsi tingkat inflasi,
mulai tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5 tahun, dan akan
menjadi datar hingga akhir siklus hidup tanaman.

Auditor telah melakukan peninjauan atas sumber inflasi


perusahaan. Tingkat inflasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.17. Rata – rata Tingkat Inflasi Tahunan

Tingkat Tingkat
Inflasi Inflasi
Year Selisih
Menurut Menurut
Manajemen KAP
2014 6.42% 6.42% 0% >>> rata - rata 2014
2013 6.97% 6.97% 0% >>> rata - rata 2013
2012 4.28% 4.28% 0% >>> rata - rata 2012
2011 5.38% 5.38% 0% >>> rata - rata 2011
2010 5.13% 5.13% 0% >>> rata - rata 2010
Rata -rata 5.63% 5.63% 0%

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah
diolah kembali.

Auditor telah melakukan perhitungan seperti yang terlihat di


bawah:

Tingkat inflasi per KAP 5.63%


Tingkat inflasi per Manajemen 5.63%
Selisih 0
% Selisih -0%
Tidak terdapat selisih antara tingkat inflasi menurut auditor dan
menurut manajemen PT AAG. Maka, berdasarkan penilaian
auditor, PT AAG telah menentukan asumsi tingkat inflasi secara
benar.

c. Asumsi Tingkat Diskonto

Manajemen mengidentifikasi tingkat diskonto pada level 14,48%.


Asumsi ini akan dinilai oleh tim advisory KAP ABC (FAS).
Penjelasan akan diuraikan pada sub-bab berikutnya

4.3.4.3.3.3 Penilaian pada Laporan FAS


Auditor telah melibatkan tim FAS yang tergabung dalam divisi advisory
KAP ABC untuk membantu auditor dalam melakukan peninjauan atas
perhitungan IAS 41 yang diterapkan oleh PT AAG, terutama pada perhitungan
Weighted Average Cost of Capital (WACC) atau tingkat diskonto yang
digunakan. Berdasarkan laporan FAS, tim telah melakukan analisis sensitivitas
untuk nilai wajar aset biologis PT AAG per hektar. Menurut tim FAS,
berdasarkan laporan penilaian, nilai wajar aset biologis PT AAG per hektar
merupakan nilai yang masih dalam jangkauan analisis sensitivitas FAS.
Berikut ini adalah tabel yang memuat prosedur yang dilakukan oleh
auditor dan tim FAS dalam menilai kewajaran rasio yang digunakan dalam
perhitungan nilai Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Tabel 4.18. Rasio – rasio dalam Perhitungan WACC

Description Rate KAP workdone


Telah dicek terhadap Suku Bunga Dasar
Kredit (SBDK) Korporasi Tahun 2014.
Nilai telah sesuai dengan rata-rata SBDK
1. Bunga Pinjaman pada 6 Bank terbesar di Indonesia (Lihat
11.08%
Kredit Lampiran 6)
Sumber:
http://www.bi.go.id/id/perbankan/suku-
bunga-dasar/Default.aspx
Telah dilakukan pengecekan ke situs PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia,
menggunakan rasio FR0045
2. Risk Free Rate (Rf) 9.75% (IDG000007808).
Sumber:
http://www.ksei.co.id/isin_codes/governm
ent_bonds

Telah dicek ke rilis pers oleh Aswath


Damodaran per 1 January 2015.

3. Risk Premium (Beta) 9.05% Sumber:


http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/New
_Home_Page/datafile/ctryprem.html

Merepresentasikan risiko spesifik yang


terkait dengan industri minyak kelapa
4. Special Risk 2.00% sawit. Tingkat ini telah sesuai dengan
tingkat yang diaudit pada tahun
sebelumnya. Tidak ada kejadian tertentu di
dalam industri pada tahun berjalan yang
dapat menyebabkan perubahan pada risiko
industri.
5. Ratio Pinjaman/Kredit 65% Modal umum dan struktur utang telah
sesuai dengan penilai di Indonesia.
6. Ratio Equity 35% Komposisi ini telah sesuai dengan tahun
sebelumnya

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.

Adapun rumus untuk menghitung WACC adalah sebagai berikut:

*Legenda:

DProporsi Utang
CODCost of debt
EProporsi Ekuitas
COECost of Equity
SrRisiko Khusus
iBunga
TTingkat Pajak (25%)

Dengan menghitung WACC melalui rumus diatas, maka didapatkan nilai WACC
PT AAG yaitu sebesar:
Auditor menyimpulkan bahwa nilai wajar dari aset biologis yang dimiliki
oleh PT AAG sudah disajikan dengan wajar, tanpa pengecualian.

4.3.4.3.3.4 Pengujian Akurasi Matematika pada Perhitungan IAS 41


Untuk membuktikan ketelitian atas perhitungan IAS 41 yang dilakukan
oleh klien, audior juga telah melakukan perhitungannya sendiri terhadap IAS 41.
Metode ini dilakukan melalui pengecekan terhadap ketepatan formula yang
digunakan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam penjumlahan atau
pengurangan total saldo. Auditor melakukan metode footing dan cross footing
dalam menguji akurasi matematika pada Perhitungan IAS 41 yang dimiliki PT
AAG. Footing yaitu pengujian kebenaran penjumlahan subtotal dan total secara
vertikal (dari atas ke bawah), sedangkan cross footing yaitu pengujian kebenaran
penjumlahan subtotal dan total secara horizontal (dari kanan ke kiri).

4.3.5. Tahap Kelima – Penyelesaian dan Pelaporan Audit


Dalam tahap penyelesaian audit terhadap PT AAG, auditor melakukan
tahapan-tahapan sebagai berikut:

 Mengevaluasi salah saji.

Berdasarkan prosedur audit yang telah dilakukan oleh auditor, tidak


ditemukan salah saji yang material terhadap aset biologis

 Memperbarui penilaian terhadap risiko Going Concern dan Fraud

Risiko going concern dan fraud tidak teridentifikasi selama prosedur audit
dilakukan. Perusahaan dinilai dapat mempertahankan going concern dan
tidak ada indikasi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.

 Menilai Litigasi dan klaim

Auditor telah melakukan diskusi dengan penasihat hukum internal


manajemen, melakukan ulasan atas surat perjanjian, meninjau biaya
hukum, dan telah menilai kinerja penasihat hukum eksternal pada tahun
2014. Berdasarkan prosedur ini, auditor tidak menemukan unsur
ketidakpatuhan atau perlawanan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku. Sehingga, auditor tidak menemukan adanya risiko yang signifikan
dari salah saji material dikarenakan adanya litigasi atau klaim yang dapat
diidentifikasi.

 Peristiwa berikutnya (Subsequent Events)

Berdasarkan rapat yang dilakukan izin dengan manajemen PT AAG,


dinyatakan bahwa tidak terdapat peristiwa kemudian yang diidentifikasi
yang perlu dilakukan penyesuaian terhadap neraca saldo.

 Menyiapkan Surat representasi Manajemen

Auditor telah memperoleh surat representasi manajemen dari PT AAG


sehubungan dengan audit engagement untuk Reporting Package pada
periode yang berakhir 31 Desember 2014, yang ditujukan untuk
menyatakan pendapat apakah Reporting Package telah disajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material. Dalam surat ini, manajemen
menegaskan pertanggungjawaban atas penyajian wajar Reporting Package
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

 Menyiapkan laporan audit

Sifat dari audit engagement ini adalah melakukan review Reporting


Package. Reporting Package merupakan tanggung jawab manajemen PT
AAG. Tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan opini atas
Reporting Package berdasarkan audit yang telah dilaksanakan. Setelah
melakukan review atas Reporting Package yang diterbitkan oleh PT AAG,
auditor akan mempersiapkan opini atas Reporting Package tersebut, yang
akan digunakan oleh KAP Singapura sebagai landasan dalam memberikan
opini lengkap terhadap laporan keuangan konsolidasi induk perusahaan,
MMM Pte, Ltd di Singapura. Opini yang dikeluarkan terhadap Reporting
Package adalah Wajar Tanpa Pengecualian, dalam semua hal yang
material, dalam memberikan informasi yang diperlukan untuk ditampilkan
sesuai dengan kebijakan dan petunjuk yang terdapat dalam kebijakan
akuntansi yang berlaku.
4.4 Analisis Tujuan Asersi Audit
Penulis melakukana analisis dengan tujuan agar penulis dapat mengetahui
apakah prosedur audit yang diterapkan oleh KAP ABC sudah dijalankan
sebagaimana mestinya, sudah sesuai dengan teori yang berlaku, dan apakah
pengujian yang dilakukan oleh auditor sudah sesuai agar kebutuhan dalam
mencapai tujuan audit dapat tercapai. Untuk setiap pengujian yang dilakukan,
terdapat asersi audit yang ingin dicapai, seperti terlihat pada lampiran 8. Pada
bagian di bawah ini, penulis menyajikan rincian antara kesesuaian prosedur audit
yang dilakukan oleh auditor dengan asersi audit yang dicapai:

1. Asersi kelengkapan (completeness)

Asersi kelengkapan dapat tercapai jika semua transaksi yang seharusnya


dicatat telah dicatat. Pencapaian asersi kelengkapan tercapai pada
pengujian ‘Mendapatkan daftar pergerakan dan daftar rincian - Aset
Biologis’. Pencapaian ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran
skedul pergerakan asset biologis dari klien serta menelusuri segala biaya
yang terjadi pada jurnal umum ke neraca saldo. Auditor juga
mencocokkan dan menghitung saldo pada jurnal umum dan menutup
keseimbangan saldo tersebut ke buku besar, sehingga dapat memastikan
bahwa semua transaksi telah dicatat sebagaimana mestinya. Pada prosedur
ini juga, auditor menelusuri kelengkapan atas dokumentasi yang dilakukan
oleh klien. Auditor meminta dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam
melakukan pengujian pada tahapan ini. Auditor menyimpulkan bahwa PT
AAG telah melakukan pencatatan aset biologis secara lengkap.

2. Asersi keakuratan (accuracy)

Asersi keakuratan dapat tercapai jika semua transaksi akuntansi yang


dicatat telah dinyatakan dalam jumlah yang tepat. Pencapaian asersi
kelengkapan tercapai pada pengujian ‘Mendapatkan daftar pergerakan dan
daftar rincian - Aset Biologis’, dan ‘Memahami dan mengevaluasi
kebijakan akuntansi - Aset Biologis’. Pencapaian asersi ini dilakukan oleh
auditor dengan cara menghitung nilai dari beberapa akun dan kemudian
auditor melakukan pencocokan dengan penghitungan klien. Auditor telah
melakukan pengujian atas akurasi matematika dari pergerakan skedul
dengan menggunakan rumus spreadsheet atau secara manual, ditambahkan
atau dihitung ulang. Auditor telah melakuan pengujian atas akurasi
matematis dalam daftar rincian, dengan menggunakan rumus spreadsheet
spesifik. Auditor juga telah melakukan pemeriksaan keakuratan dokumen
pendukung pergerakan aset dan dokumen, seperti misalnya pembayaran
upah. Auditor menyimpulkan bahwa PT AAG telah melakukan pencatatan
aset biologis dengan akurat.

3. Asersi pisah batas (cut off)

Asersi pisah batas dapat dicapai jika auditor dapat memastikan bahwa
berbagai transaksi yang terjadi telah dicatat dalam periode waktu yang
tepat. Pencapaian asersi pisah batas tercapai pada pengujian ‘Mendapatkan
daftar pergerakan dan daftar rincian - Aset Biologis’. Asersi ini dicapai
oleh auditor pada saat auditor menghitung pergerakan aset biologis.
Auditor melihat dan menyaring semua transaksi terkait dan menentukan
kelayakan dan ketepatan dari pemisahan periode akuntansi. Pada prosedur
memeriksa pergerakan aset, auditor telah memeriksa semua transaksi pada
general ledger periode Desember 2014 dan Januari 2015 dengan tujuan
untuk memeriksa apakah pemisahan batas periode telah dilakukan dengan
tepat. Artinya, tidak ada transaksi yang dicatat pada periode Januari 2015
berada pada neraca saldo untuk periode yang berakhir pada tahun 2014,
begitu pula tidak ada transaksi yang dicatat pada periode yang berakhir
pada tahun 2014 berada pada neraca saldo untuk periode tahun 2015.
Setelah melakukan pemeriksaan ini, auditor menyimpulkan bahwa PT
AAG telah melakukan pemisahan periode dengan tepat.

4. Asersi keberadaan dan keterjadian (existence & occurance)

Asersi keberadaan dan keterjadian dapat dicapai jika auditor dapat


memastikan bahwa berbagai transaksi yang terkandung dalam laporan
keuangan memang benar-benar telah terjadi. Pencapaian asersi keberadaan
dan keterjadian tercapai pada pengujian ‘Mendapatkan daftar pergerakan
dan daftar rincian - Aset Biologis’. Asersi ini dicapai audior dengan cara
melakukan pemeriksaan atas dokumen pendukung yang ada pada lokasi
perkebunan. Pada tahun 2013, auditor melakukan prosedur ada assets
verification sebagai bagian dari limited audit tahun 2013. Namun pada
tahun 2014, auditor hanya melakukan inventory stock taking di area
perkebunan, baik Pasaman dan Sambas, yang berarti secara tidak langsung
auditor memperhatikan dan mengevaluasi langsung kondisi perkebunan
untuk menjamin keberadaan yang valid dari aset perkebunan. Selain itu,
auditor juga melakukan prosedur incorporate apparaiser report, ketika
appraiser melakukan inspeksi ke lahan perkebunan, auditor ikut
mendampingi appraiser. Namun, meskipun tidak secara langsung
melakukan prosedur verifikasi aset pada tahun 2014, nilai yang ada pada
aset perkebunan dapat dipastikan keandalannya karena auditor juga
melakukan pengujian terhadap setiap penambahan pada aset perkebunan
melalui vouching

kepada dokumen pendukung yang valid dari pihak ketiga seperti invoice
pembelian bibit, Berita Acara, dan lain sebagainya. Auditor telah
melaksanakan semua prosedur audit melalui pemeriksaan tersebut dan
auditor mengambil kesimpulan bahwa aset biologis yang dicatat oleh klien
dapat dibuktikan keberadaan dan keterjadiannya.

5. Asersi hak dan kewajiban (right & obligation)

Asersi hak dan kewajiban dapat dicapai jika auditor dapat memastikan
bahwa berbagai transaksi yang terjadi memang berkaitan dengan entitas,
misalnya, semua hutang memang merupakan kewajiban entitas dan semua
aset memang merupakan hak entitas. Pencapaian asersi hak dan kewajiban
tercapai pada pengujian ‘Mendapatkan daftar pergerakan dan daftar
rincian - Aset Biologis’. Auditor memenuhi asersi ini dengan cara
melakukan pemeriksaan atas dokumen berupa dokumen kontrak
perjanjian. Auditor sudah melakukan prosedur vouching untuk semua
biaya akuisisi tanah, validasi perizinan (misalnya Hak Guna Usaha, Hak
Milik, dan/atau Hak Guna Bangunan). Auditor juga sudah melakukan
review atas semua biaya legalitas dan pembayaran fasilitas untuk
memperoleh keyakinan apakah terdapat pengeluaran yang terkait dengan
perselisihan atas tanah, atau tidak. Selain itu, auditor juga selalu terus
menerus mencari berita dan isu-isu apakah terdapat berita mengenai
perselisihan atas tanah yang dimiliki PT AAG. Auditor juga secara berkala
berdiskusi dengan departemen legalitas pada manajemen PT AAG agar
dapat terus menerus melakukan pembaharuan pengetahuan mengenai isu
legalitas atas tanah perkebunan. Auditor menyimpulkan bahwa PT AAG
telah memiliki hak atas kegiatan usahanya.

6. Asersi penyajian dan pengungkapan (presentation & disclosure)

Asersi penyajian dan pengungkapan dapat dicapai jika auditor dapat


memastikan bahwa berbagai komponen-komponen dalam laporan
keuangan telah dijelaskan dan diungkapkan dengan semestinya.
Pencapaian asersi hak dan kewajiban tercapai pada saat audior membuat
‘Skedul Utama’. Pencapaian ini auditor lakukan dengan cara meminta
saldo akun, perubahan dan pergerakannya dari aset bilogis kepada klien,
selama periode tertentu. Dengan adanya penyajian komponen-komponen
seperti saldo akun tahun sebelumnya, saldo akun tahun berjalan, kenaikan
saldo, penurunan saldo, dan presentase kenaikan maupun penurunan dari
saldo tahun sebelumnya terhadap saldo tahun berjalan, auditor dapat
menjamin keandalan dari penyajian dan pengungkapan yang dilakukan
oleh klien pada informasi mengenai aset biologisnya. Dengan mengguna-
kan skedul utama juga, auditor juga dapat memastikan bahwa nilai yang
dicatat klien atas akun Tanaman Belum Menghasilkan dan Tanaman
Menghasilkan sudah disajikan dan diungkapkan dengan wajar.

7. Asersi penilaian (valuation)

Asersi penilaian dapat dicapai jika auditor dapat memastikan bahwa


komponen-komponen informasi keuangan, seperti aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan
tepat dan pada jumlah yang tepat. Pencapaian asersi penilaian tercapai
pada pengujian ‘Menilai kelayakan pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan dan menguji pengukuran nilai wajar dan pengungkapan
tersebut’, ‘Memahami dan mengevaluasi kebijakan akuntansi - Aset
Biologis’. Asersi ini dicapai oleh auditor dengan cara memahami kebi-
jakan akuntansi mengenai penyusutan, menghitung kembali penyusutan
Tanaman Menghasilkan sehingga nilai pada aset yang tercatat telah sesuai
dengan nilai manfaatnya. Dalam melakukan penilaian terhadap kelayakan
pengukuran nilai wajar, auditor telah memeriksa semua asumsi yang
digunkan oleh manajemen dalam menentukan nilai wajarnya, sehingga
menghasilkan valuasi nilai tanaman yang tepat. Auditor menyimpulkan
bahwa PT AAG telah menyajikan aset biologis dengan nilai yang
seharusnya.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Perlakuan akuntansi atas aset biologis yang dimiliki oleh PT AAG


mengacu pada PSAK 16 tentang Aset Tetap. Hal ini dikarenakan PT AAG
merupakan perusahaan yang mempunyai tempat kedudukan resmi di
Indonesia, sehingga PT AAG diharuskan untuk menyajikan laporan
keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Di
Indonesia sendiri, hingga saat ini belum dibuat standar baku yang
ditetapkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang khusus
mengatur penyajian dan pengungkapan akuntansi perkebunan. Penulis
telah melakukan analisis terhadap kebijakan akuntansi yang dimiliki oleh
PT AAG. Penulis menyimpulkan bahwa kebijakan akuntansi yang
diterapkan oleh PT AAG terkait pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan aset biologis PT AAG telah sesuai dengan ketentuan yang
ada pada PSAK No. 16 (Revisi 2011) tentang aset tetap.

 Selain itu, dikarenakan PT AAG merupakan entitas anak dari entitas induk
di Singapura, maka untuk tujuan konsolidasi, PT AAG diharuskan untuk
menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku di
Singapura, yaitu berbasis International Accounting Standards. PT AAG
telah membuat laporan keuangan yang akan dikonsolidasikan dengan
entitas induk di Singapura, berupa Group Reporting Package. KAP ABC
Singapore, sebagai KAP yang akan melakukan audit terhadap Group
Reporting Package tersebut, memberikan instruksi kepada KAP ABC
Indonesia untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan PT AAG,
yang menyajikan informasi keuangannya di dalam Reporting Package.
Oleh karena induk perusahaan di Singapura menggunakan IAS 41 dalam

120
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


121

pengukuran aset biologis, maka KAP ABC Indonesia bertugas melakukan


prosedur untuk menilai kelayakan pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan atas aset biologis berdasarkan IAS 41

 KAP ABC telah melakukan beberapa tahapan dalam rangka melakukan


audit laporan keuangan PT AAG, diantaranya penerimaan dan evaluasi
ulang klien, pemahaman bisnis klien, analisis materialitas risiko dan
perencanaan audit, pelaksanaan audit lapangan yang meliputi uji
pengendalian, uji substansif, serta penyelesaian dan pelaporan. Prosedur
audit yang dilakukan oleh KAP ABC secara umum telah memenuhi tujuan
asersi audit, diantaranya: kelengkapan, keakuratan, pisah batas,
keberadaan dan keterjadian, hak dan kewajiban, penyajian dan
pengungkapan, dan penilaian. Selain itu, auditor melakukan seluruh
prosedur audit sesuai dengan teori audit.

 Pelaksanaan audit pada PT AAG telah sesuai dengan tahapan di dalam


audit methodology yang diterapkan oleh KAP ABC, dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak terdapat salah saji yang material pada laporan
keuangan, khususnya pada aset biologis PT AAG. Tidak terdapat temuan
yang material atas audit yang dilakukan KAP ABC, atas aset biologis PT
AAG pada tahun 2014.

5.2 Saran
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis berdasarkan
pengalaman yang penulis dapatkan selama melaksanakan program magang. Saran
yang penulis berikan terbagi menjadi saran kepada KAP ABC, dan saran kepada
klien, yaitu PT AAG.

5.2.1 Saran kepada KAP ABC

 KAP seharusnya dapat memberikan materi pelatihan dan pengembangan


yang benar-benar dapat memberi pembekalan pada peserta magang selama
menjalankan field audit di klien. Materi pelatihan dan pengembangan ini

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015


misalnya pemberian pealtihan teknis Microsoft excel dan materi
metodologi audit.

 Pengalokasian sumber daya manusia dapat ditingkatkan lagi, karena


terkadang terdapat beberapa kendala yang dialami auditor saat melakukan
audit dimana sumber daya manusia yang dibutuhkan jumlahnya kurang
memadai juka dibandingkan dengan beban kerja yang dihadapi. Jika hal
ini terjadi, maka tim audit dapat mengalami kesulitan dalam memperoleh
dan mengolah data yang jumlahnya tidak sedikit.

5.2.2 Saran kepada PT AAG

 PT AAG sebaiknya lebih meningkatkan kerjasama dalam penyediaan


dokumen dan data yang diperlukan. Dengan adanya komunikasi yang baik
antara pihak internal PT AAG maupun antara PT AAG dengan KAP, tugas
audit dapat terlaksana sdengan lebih efesien dan efektif. Jika hal ini
terwujud, maka auditor akan dapat memenuhi tenggat waktu yang ingin
dicapai bersama, demi kepentingan bersama antara KAP dan perusahaan.

 Manajemen PT AAG sebaiknya juga meningkatkan pemahaman mengenai


metode valuasi nilai wajar yang digunakan oleh penilai. Hal ini sangat
diperlukan mengingat manajemen berpegang kuat pada penilai untuk
menentukan nilai wajar pada aset biologis, sehingga manajemen juga
harus memahami dengan baik metode yang digunakan.

Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI

Badan Pengawas Pasar Modal. (2012). Pedoman Penyajian dan Pengungkapan


Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2011). Standar Akuntansi Keuangan per


2011. Jakarta : Ikantan Akuntan Indonesia.

Hayes, R., Dassen, R., & Schilder, A., & Wallage, P. (2005). Principles of
Auditing, An Introduction to International Standards on Auditing
(2nd editon). Edinburgh: Pearson Prentice Hall.

International Financial Reporting Standard. (2009). International Accounting


Standar 41 Agriculture.

Pardemean, M. (2013) Mengelola Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara


Profesional. Jakarta: Penebar Swadaya

PricewaterhouseCoopers. (2009). A Practical Guide to Accounting for


Agricultural Assets.

Puspitasari, S., Juni 2012. Audit atas Biological Asset pada PT JAP

Sulastomo, R., R. Juli 2013. Proses Audit atas Aset Biolojik PT KK

Universitas Indonesia
124

Lampiran 1: Skedul Pergerakan Aset Biologis

Cost Opening Balance Additions Reclassification Disposals Closing Balance


Land Clearing 5,371,052,978 27,894,423,427 - 30,232,425,805 - 3,033,050,600
Nursery 11,709,325,758 505,688,310 - 4,141,834,740 - 1,035,729,701 7,037,449,627
TBM ( 0 ) 17,102,710,783 7,493,809,042 382,868,934 - 24,979,388,759
TBM ( 1 ) 50,710,769,501 11,738,222,242 - 16,871,525,957 - 45,577,465,786
TBM ( 2 ) 77,234,572,409 16,600,182,348 - 26,473,556,480 - 67,361,198,276
TBM ( 3 ) - 23,853,188,013 77,336,474,048 - 1,476,611,893 99,713,050,169
Mature Plantation 59,967,705,189 - - - 59,967,705,189
Total Cost 222,096,136,617 88,085,513,383 - - 2,512,341,594 307,669,308,405

Acc. Depreciation
Mature Plantation (Acc.
Depr) - 42,962,506,616 - 2,998,385,256 - - - 45,960,891,872
Total Acc. Depreciation - 42,962,506,616 - 2,998,385,256 - - - 45,960,891,872
Total 179,133,630,000 56,687,016,389 34,374,260,545 - 1,476,611,893 268,718,295,042
^PY1213 Per TB 261,708,416,533
< dibawah SUM,
Selisih 7,009,878,509 immaterial

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.

Skedul Pergerakan Land Clearing

Universitas Indonesia
Prosedur audit..., Ahmad Faritz, FEB UI, 2015
Summary PwC Movement Client Movement Difference
Addition 28,115,790,549 27,894,423,427 221,367,122
Reclassification (30,453,792,927) (30,232,425,805) (221,367,122)

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.

Skedul Pergerakan Nursery

Summary PwC Movement Client Movement Difference


Addition 505,688,310 505,688,310 -
Reclassification (4,143,643,534) (4,141,834,740) (1,808,794)
Disposal (1,033,920,907) (1,035,729,701) 1,808,794

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.

Skedul Pergerakan Tanaman Belum menghasilkan

PwC Movement Client


Type Difference
TBM0 TBM1 TBM2 TBM3 Grand Total Movement
Addition 7,493,809,042 11,738,222,242 16,600,182,348 23,853,188,013 59,685,401,645 59,685,401,645 -
Beginning Balance 17,102,710,783 50,710,769,501 77,234,572,409 - 145,048,052,692 145,048,052,692 -
Disposal (1,476,611,893) (1,476,611,893) (1,476,611,893) -
Reclassification 382,868,934 (16,871,525,957) (26,473,556,480) 77,336,474,048 34,374,260,545 34,374,260,545 -
Grand Total 24,979,388,759 45,577,465,786 67,361,198,276 99,713,050,169 237,631,102,990
Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.
Lampiran 2: Template Vouching Hasil Pengujian Penambahan Aset

Tanggal
Nomor Nomor Dokumen Voucher
Tanggal Nilai Dokumen Pendukung Dokumen
Voucher Pendukung Pembayaran
Pendukung
No. 001-
22-02- PMTL/1402220 Agreement Form, BAST, No. AAG02-
1 219,375,995 HO/PT.AAG/L138/I/ 31-Jan-14
2014 001 Kuitansi 140314034
2
014
No.001-
14-03- PMTL/1403140 Agreement Form, BAST, No. AAG02-
2 552,735,887 HO/PT.AAG/L138/I/2 28-Feb-14
2014 001 Kuitansi 140321047
014
No. 001-
13-05- PMTL/1405130 Agreement Form, BAST, No. AAG02-
3 628,056,300 HO/PT.AAG/L138/I/ 30-Jun-14
2014 003 Kuitansi 140808032
2
014
24-12- PMTL/1412240 Agreement Form, BAST, No. No. AAG02-
4 476,985,060 01-Des-14
2014 001 Kuitansi 033/INV/AS/XII/2014 150116037

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.
Lampiran 3: Ringkasan Harga CPO/tahun

Tahun Harga CPO Fluktuasi % Fluktuasi Tahun Harga CPO Fluktuasi % Fluktuasi
1,978 609 41 6.73% 1,997 490 110 22.51%
1,979 650 (66) -10.15% 1,998 601 (224) -37.21%
1,980 584 (12) -2.05% 1,999 377 (116) -30.78%
1,981 572 (127) -22.20% 2,000 261 (23) -8.71%
1,982 445 89 20.00% 2,001 238 118 49.64%
1,983 534 68 12.79% 2,002 357 54 15.03%
1,984 602 (188) -31.27% 2,003 410 24 5.93%
1,985 414 (202) -48.69% 2,004 435 (67) -15.42%
1,986 212 71 33.27% 2,005 368 49 13.36%
1,987 283 78 27.64% 2,006 417 302 72.53%
1,988 361 (72) -19.84% 2,007 719 144 20.00%
1,989 290 (50) -17.29% 2,008 863 (219) -25.36%
1,990 240 41 16.96% 2,009 644 216 33.52%
1,991 280 45 16.13% 2,010 860 217 25.18%
1,992 325 (13) -4.05% 2,011 1,077 (137) -12.70%
1,993 312 125 40.09% 2,012 940 (180) -19.18%
1,994 437 100 22.95% 2,013 760 (20) -2.65%
1,995 538 (70) -13.11% 2,014 739
1,996 467 23 4.98% Rata - rata fluktuasi 3.85%

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.
Lampiran 4: Laporan Hektar Perkebunan Pasaman

Hektar berdasarkan
Hektar berdasarkan
Kategori Tahun Penanaman laporan hektar Selisih
Valuasi
Desember
2014
TM 1,988 -
TM 1,989 -
TM 1,990 93 93 -
TM 1,991 80 80 -
TM 1,992 674 674 -
TM 1,993 479 479 -
TM 1,994 108 108 -
TM 1,995 999 999 -
TM 1,996 - - -
TM 1,997 - - -
TM 1,998 85 85 -
TM 1,999 61 61 -
TM 2,000 971 971 -
TM 2,001 359 359 -
TM 2,002 1,134 1,134 -
TM 2,003 - - -
TM 2,004 207 207 -
TM 2,005 52 52 -
TM 2,006 25 25 -
TM 2,007 61 61 -
TM 2,008 - - -
TBM 2,009 - - -
TBM 2,010 - - -
TBM 2,011 - - -
TBM 2,012 - - -
TBM 2,013 268 268 -
TBM 2,014 373 373 -
Total Hektar 6,029 6,029

Land Clearing 3 3 -
Nursery 10 10 -
Road & Bridges 390 390 -
Other 1,558 1,558 -
-
Total 7,990 7,990 -

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.
Lampiran 5: Laporan Hektar Perkebunan Sambas

Hektar berdasarkan
Hektar berdasarkan
Kategori Tahun Penanaman laporan hektar Selisih
Valuasi
Desember 2014
TBM 2012 1,881.00 1,881.00 -
TBM 2013 484.00 484.00 -
TBM 2014 705.00 705.00 -
Total Hectare 3,070.00 3,070.00

Land Clearing 44.00 44.00 -


Nursery 19.00 19.00 -
Road & Bridges 276.00 276.00 -
Other 8,917.00 8,917.00 -
Total 12,326.00 12,326.00 -

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.
Lampiran 6: Perbandingan Biaya Aktual dengan Biaya pada Valuation Report 2014
Based on valuation assumption Total Cost Based on
Description Difference
Pasaman Sambas Valuation actual cost
Report 2014
Total cost for 2014 (year 1) 118,360,165,698 35,873,499,096 154,233,664,794 137,032,859,804
17,200,804,990
hectare of plantations 6,029 3,070 9,099 12,169
Cost/hectare 19,631,807 11,685,179 16,950,617 11,260,815

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali

Lampiran 7: Suku Bunga Dasar Kredit


31-Des-14
Suku Bunga Dasar Kredit
% Corporate Credit
1 PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), Tbk 11.00%
2 PT BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk 10.50%
3 PT BANK CENTRAL ASIA, Tbk 10.50%
4 PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO), Tbk 11.00%
5 PT BANK CIMB NIAGA, Tbk 11.50%
6 PT BANK PERMATA, Tbk 12.00%
Rata - rata 11.08%

Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali.
Lampiran 8: Asersi manajemen yang ingin dicapai

FSLI
Tipe Asersi Laporan Keuangan
- Judul Pekerjaan Sifat Pekerjaan
Pekerjaan C A CO EO RO PD V
Risiko

Aset Biologis
Nilai wajar dari aset biologis ✓
Control/ToC *Memahami dan mengevaluasi proses bisnis entitas Observasi
yang signifikan dan kegiatan pengendalian
yang relevan
Control/ToC *Mengevaluasi desain kontrol entitas dalam Observasi
menanggapi risiko yang signifikan dan menentukan
apakah kontrol dilaksanakan
TOD Menilai kelayakan pengukuran nilai wajar dan Lainnya
pengungkapan dan menguji pengukuran nilai wajar ✓
dan pengungkapan tersebut

Risk of material misstatement in Biological assets ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓


LS Skedul Utama – Aset Biologis - ✓
TOD Mendapatkan daftar pergerakan dan daftar rincian - Sampling Non-
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Aset Biologis statistik
TOD Memahami dan mengevaluasi kebijakan akuntansi - Lainnya
✓ ✓
Aset Biologis
Sumber : Kertas Kerja KAP ABC untuk prosedur audit aset biologis, telah diolah kembali

Anda mungkin juga menyukai