Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Ancaman Limbah Elektronik

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar


Teknologi Informasi

Disusun oleh :

Muhammad Hilmi
Asardan (2304140051)

Tio Naufal Roif


(2304140054)

Nyayu Yusfia Marina Ghita Shazia


(2304140079)

Dosen Pengampu :

Devi Ajeng Efrilianda, S.Kom., M.Kom.

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2023

BAB I

PENDAHULUAN

Green Computing adalah perilaku menggunakan sumber daya komputasi secara efisien,
dengan cara memaksimalkan energi, memperpanjang masa pakai perangkat keras, meminimalkan
penggunaan kertas, dan beberapa hal teknis lainnya. Sasaran utama green computing adalah bumi,
manusia, serta laba.

Green Computing tercetus dari Badan Perlindungan Lingkungan di Amerika yang meluncur-
kan program Energy Star pada tahun 1992. Energy Star adalah sebuah program yang melabeli
efisiensi energi pada hardware dan sumber daya komputer yang ramah lingkungan dan hemar energi.
Pada dasarnya, efisiensi penggunaan computer dan komputasi adalah green computing.

Ada 4 pendekatan yang dilakukan dalam konsep Green Computing, yaitu Green Use yang
menggunakan alat elektronik dengan cerdas dan hemat, Green Disposal yakni merakit kembali alat
elektronik yang tidak digunakan, lalu Green Design yaitu merancang alat elektronik yang lebih ramah
lingkungan dan menghindari bahan bahan yang berbahaya, dan yang terakhir Green Manufacture
dimana meminimalisir limbah selama proses pembuatan alat elektronik guna mengurang dampak
terhadap lingkungan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Permasalahan

Seiring perkembangan zaman yang ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi, men-
dorong para ahli untuk menemukan dan memproduksi alat elektronik lainnya untuk membantu ke-
hidupan manusia. Selain penemuan baru, banyak dari produsen elektronik yang berinovasi untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan produknya dengan memperbarui produknya sesuai
dengan permintaan konsumen maupun hasil observasi dari pabrik produsen itu sendiri. Segala
penemuan dan pembaruan ini bertujuan untuk memudahkan mobilitas manusia ke depannya sehingga
pekerjaan dan aktivitas lebih praktis dan efisien

Bersama dengan perkembangan zaman tidak lepas dengan gaya hidup manusia yang tidak
mau tertinggal dan cenderung mengikuti tuntutan sosial. Dengan adanya inovasi teknologi yang
memproduksi berbagai macam alat elektronik yang menawarkan kemampuan dan kecanggihannya
untuk membantu pekerjaan manusia tentunya membuat manusia berlomba-lomba untuk memiliki
alat-alat tersebut. Ditambah lagi meskipun manusia sudah memiliki salah satu dari mesin dan alat
elektronik yang membantunya, jika pabrik-pabrik elektronik tersebut mengeluarkan lagi produk
terbarunya dengan tawaran lebih dari yang ia miliki sebelumnya manusia akan berusaha untuk
mendapatkan produk tersebut dan alat yang ia miliki sebelumnya akan terbuang begitu saja.

Banyaknya penemuan dan percobaan di bidang teknologi tentunya membawa dampak baik
bagi aktivitas manusia karena teknologi tersebut akan sangat membantu manusia kedepannya nanti.
Namun di samping hal tersebut banyak juga dari dampak negatif yang tidak bisa diabaikan. Seperti,
menumpuknya alat elektronik yang sudah rusak dan tidak terpakai menghasilkan limbah elektronik
yang berbahaya bagi manusia.

Perkembangan zaman dan gaya hidup manusia membuat konsumsi produk meningkat, se-
hingga elektronik yang sudah tidak terpakai menjadi limbah elektronik yang memiliki berbahaya
ketika disimpan di rumah dalam waktu lama. Pada umunya limbah elektronik merupakan barang-
barang elektronik yang sudah memasuki masa akhir pakai dan siap digantikan dengan barang-barang
baru yang lebih canggih dan berkualitas.

Dari berbagai sumber definisi limbah elektronik begitu luas sehingga dalam buku The Global
E-waste Monitor – 2017 dari United Nations University limbah elektronik dapat mencakup enam
kategori besar limbah :

1. Peralatan pertukaran suhu, biasa disebut juga dengan alat pendingin dan pembekuan,
peralatan yang termasuk adalah lemari es, freezer, pendingin udara, dan sebagainya
2. Layar monitor, peralatan yang termasuk adalah televisi, monitor, laptop, motebook, tablet,
dan sebagainya
3. Lampu, peralatan yang termasuk adalah neon lampu, lampu debit intensitas tinggi, LED, dan
sebagainya
4. Peralatan besar seperti mesin cuci, pengering pakaian, mesin cuci piring, kompor listrik, me-
sin percetakan besar, peralatan penyalinan, dan sebagainya.
5. Peralatan kecil seperti penyedot debu, microwave, pemanggang roti, ketel listrik, alat cukur
listrik, kamera, dan sebagainya
6. Alat teknologi dan peralatan telekomunikasi seperti ponsel, GPS, computer pribadi, printer,
telepon, dan sebagainya.

Permasalahan limbah elektronik menjadi masalah yang sangat vital karena besarnya dampak
buruk dari adanya limbah tersebut. Limbah elektronik mengandung bahan-bahan yang berbahaya
bagi kesehatan dan lingkungan manusia yaitu: logam berat (seperti Timbal, Kadmium, Merkuri, Bar-
ium, Arsenik, Berilium, Chromium, Selenium), logam mulia (seperti Emas, Perak, Platinum), logam
(seperti Tembaga, Aluminium), oksida tahan api (seperti SiO2, Al2O3) dan senyawa Halogenasi (Re-
tardan Api Brominasi seperti Polimer Diphenyl Eter (PBDEs) dan Brom Brominated Biphenyls
(PBBs), senyawa terklorinasi seperti Poly Vinyl Chloride (PVC) atau plastik yang mengandung Poly
Klorida Biphenyl (PCB) dan Poly Chlorinated Diphenyl Ether (PCDEs).

Salah satu contohnya bahaya yang ada pada kandungan limbah elektronik yang berbahaya
yaitu Poly Klorida Biphenyl (PCB) mudah terakumulasi dalam jaringan lemak manusia dan hewan
sehingga mengganggu sistem pencernaan dan bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Con-
toh lain ada pada arsenik yang sering ditemukan pada transistor hingga bahan peledak berisiko men-
imbulkan gangguan metabolisme di dalam tubuh manusia dan hewan sehingga mengakibatkan kera-
cunan bahkan kematian.

Selain bahaya terhadap kesehatan manusia, limbah elektronik juga memiliki dampak buruk
terhadap lingkungan kita. Limbah tersebut berdampak pada litosfer (lapisan kulit bumi), atmosfer
(lapisan udara), hidrosfer (lapisan air), dan biosfer (lapisan hewan dan tumbuhan). Pemanasan Cyber
berkontribusi pada peningkatan Pemanasan Global. Itu menyebabkan pemanasan bumi. Sekitar 2%
dari CO2 yang dipancarkan di atmosfer berasal dari Teknologi Informasi dan industri komputer.
Tumpukan elektronik pada pembuangan akhir yang akhirnya akan terbilas hujan akan mencemari
sumber daya tanah dan air karena mengandung logam berat dan zat beracun lainnya

B. Solusi

Dampak dari limbah elektronik semakin parah karena kurangnya kesadaran pada masyarakat
mengenai limbah elektronik maupun informasi mengenai cara mengatasinya. Sebagai pengguna alat
elektronik, sebagian besar manusia bertanggung jawab atas menumpuknya sampah dan limbah el-
ektronik. Bantuan dan partisipasi dalam mengelola limbah dan sampah elektronik dibutuhkan dari
semua pihak. Dari konsumen, produsen, dan juga pemangku kebijakan.

Dari sisi konsumen diharapkan memiliki kesadaran akan belanja barang elektronik. Era digital
telah memberikan banyak kemudahan bagi semua orang dalam mengakses informasi terutama
mengenai informasi tentang barang elektronik di media sosial. Jangan sampai kemudahan tersebut
membuat sebagian besar orang berperilaku impulsif untuk membeli barang karena dorongan tren se-
mata. Alhasil, ketika perangkat baru terbeli maka barang lama akan dibuang. Sedangkan dari sisi
perusahaan yang memproduksi barang elektronik. Maka, produsen juga harus mengambil tanggung
jawab mengelola sampah elektronik dengan menghilangkan senyawa berbahaya dalam produk yang
dihasilkan. Selain itu, menciptakan barang elektronik yang tahan lama dan mudah didaur ulang juga
menjadi tugas dari produsen untuk mewujudkannya. Di Indonesia, peraturan mengenai pengelolaan
sampah elektronik yang termasuk sampah B3 sudah tertuang dalam Undang-Undang dan berbagai
Peraturan Pemerintah. Di mana, setiap regulasi yang sudah tertuang tersebut diharapkan dapat men-
jadi acuan masyarakat dalam mengelola sampah elektronik secara bertanggung jawab. Namun pada
dasarnya Indonesia masih melegalkan adanya pengekspor-imporan limbah B3 termasuk limbah el-
ektronik seperti yang tertulis pada Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Ba-
han Berbahaya dan Beracun Bab II Pasal 6 No. 6 sampai 9 yakni Tata Laksana dan Pengelolaan B3.

Penanaman pohon juga dapat memulihkan bumi dari kerusakan dan pencemaran yang
disebabkan oleh pembuangan limbah elektronik. Untuk mengimbangi emisi tahunan komputer diper-
lukan 100-500 pohon dengan perhitungan satu pohon dapat menyerap 1,3-6,8 kg CO2 setiap tahun.
Sedangkan sebagian besar komputer ketika dibiarkan selama 24 jam akan menghasilkan sekitar
675kg CO2.

Pengelolaan limbah elektronik di negara maju diawasi dengan ketat dan regulasi yang jelas.
Namun biaya investasi yang dibutuhkan sangatlah banyak, biaya yang mahal tersebut menyebabkan
beberapa negara yang licik mengekspor limbah tersebut ke negara-negara lain secara ilegal. Kegiatan
ekspor-impor limbah elektronik adalah kegiatan yang dilarang dan sudah tertulis pada Konvensi Ba-
sel, Kovensi Stokholm dan juga UU No. 32 tahun 2009. Namun nyatanya kegiatan itu masih terjadi
bahkan Indonesia sendiri.

Selain itu dengan adanya gerakan dan dorongan Green Computing yang mendukung adanya
Green Use, Green Design, Green Disposal, dan Green Manufacture menjadi salah satu panduan bagi
setiap pihak dalam mengelola barang elektronik maupun sampah elektronik. Contohnya penanganan
limbah elektronik dengan cara mengunakan kembali (reuse) merupakan solusi yang paling
menguntungkan dari perspektif lingkungan karena membutuhkan sumber daya, energi, dan tenaga
kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan memproduksi produk baru, bahkan jika dibandingkan
dengan recycling atau disposal. Penggunaan produk yang di-reuse dapat mengurangi emisi bahan-
bahan berbahaya yang dihasilkan oleh sampah elektronik. Alternatif penanganan limbah elektronik
selain reuse adalah remanufacturing yang merupakan sebuah proses produksi yang bertujuan untuk
mengembalikan kondisi dari produk yang telah habis masa pakainya menjadi seperti baru.
Keunggulan dari melaksanakan proses remanufacture adalah meningkatkan efisiensi penggunaan
material dan konsumsi energi, sehingga berkontribusi secara langsung terhadap usaha penghematan
energi dan pengurangan sampah. Keunggulan dari sisi lingkungan dan ekonomi menjadikan
remanufacturing sebagai salah satu strategi penting pada berbagai indusri. Remanufacturing berbeda
dibandingkan recycling, terutama dari segi pengelolaan produk yang telah menjadi sampah.

Sudah saatnya setiap individu, perusahaan, dan intuisi menerapkan penerapan Green
Computing sehingga mengurangi jumlah limbah elektronik yang dihasilkan, renovasi atau perbarui
barang-barang listrik yang ada untuk memenuhi standar kabel listrik dan komoditas terbaru untuk
didaur ulang dan digunakan kembali.

• Salah satu masalah paling mendesak dalam pembuangan limbah elektronik adalah cara
pembuangannya sama seperti limbah rumah tangga lainnya. Setiap individu harus disadarkan
bagaimana mengklasifikasikan dan membuang limbah elektronik secara terpisah dengan
limbah rumah tangga.
• Seseorang harus mencoba mengurangi konsumsi produk yang dihasilkan dari peralatan
elektronik semaksimal mungkin sehingga penggunaan peralatan tersebut lebih sedikit.
• Monitor hemat energi harus digunakan dan harus dimatikan bila tidak digunakan.
• Perangkat komputer dan komponen elektronik dari komputer bekas dan peralatan elektronik
lainnya harus diuji kesesuaiannya dan harus digunakan kembali jika sudah diuji
kelayakannya.
• Penelitian mengenai pengelolaan limbah elektronik yang efektif harus didorong.
• Penelitian, pengembangan, produksi, dan penggunaan produk elektronik ramah lingkungan
harus didorong dan diberikan penghargaan.
Mungkin salah satu alasan mengapa pengelolaan limbah elektronik sebagai metode komputasi
ramah lingkungan belum menjadi penting adalah karena tidak ada metode yang efektif dan layak
untuk mengukur jumlah limbah elektronik yang dihasilkan pada tingkat unit. Jadi, mencari cara untuk
secara efektif mengukur limbah elektronik yang dihasilkan oleh setiap rumah atau kota dan dampak
berbahaya yang mungkin ditimbulkannya harus menjadi salah satu fokus utama dari setiap penelitian
tentang pengelolaan limbah elektronik.

BAB III

KESIMPULAN

Limbah elektronik merupakan barang-barang elektronik yang sudah memasuki masa akhir
pakai dan siap digantikan dengan barang-barang baru yang lebih canggih dan berkualitas. Dalam
buku The Global E-waste Monitor – 2017 dari United Nations University limbah elektronik dapat
mencakup enam kategori besar limbah : Peralatan pertukaran suhu, Layar monitor, Lampu, Peralatan
besar, Peralatan kecil, Alat teknologi dan peralatan telekomunikasi

Limbah elektronik mengandung bahan-bahan bahaya bagi manusia dan lingkungan seperti
PCBs, Arsemik, dan Kadmium yang dapat mengganggu sistem pencernaan manusia, menyebabkan
kanker, hingga kematian pada manusia maupun hewan. Bahan-bahan tersebut juga mencemari ling-
kungan karena nyatanya penanasan cyber berkontribusi pada pemanasan global dan sekitar 2% pen-
ingkatan pemanasan global berasal dari teknologi informasi dan komputer.

Pemecahan masalah untuk menangani dan mengurangi angka limbah elektronik memerlukan
tindakan dan bantuan dari berbagai pihak yaitu pihak konsumen, produsen, dan pemangku kebijakan.
Pihak konsumen dihimbau untuk lebih cerdas dalam mengonsusmsi teknologi dan jangan bersikap
implusif sehingga mengabaikan dampak dari mengonsumsi teknologi tersebut. Sedangkan pihak pro-
dusen bertanggung jawab mengelola sampah elektronik dengan menghilangkan senyawa berbahaya
dalam produk yang dihasilkan juga memproduksi elektronik yang tahan lama dan mudah didaur
ulang. Sedangkan pemangku adat bertanggung jawab dalam memfasilitasi pengelolaan B3 dengan
baik dan benar tanpa adanya pihak yang dirugikan bertujuan untuk mengurangi dampak dari limbah
elektronik tersebut. Selain itu penanaman pohon bisa menjadi solusi untuk mengurangi dampak dari
limbah elektronik untuk penyerapan CO2 yang dihasilkan emisi komputer.

Pendekatan Green Computing juga menjadi cara yang tepat untuk mengelola limbah
elektronik dengan benar.

• Salah satu masalah paling mendesak dalam pembuangan limbah elektronik adalah cara
pembuangannya sama seperti limbah rumah tangga lainnya. Setiap individu harus disadarkan
bagaimana mengklasifikasikan dan membuang limbah elektronik secara terpisah dengan
limbah rumah tangga.
• Seseorang harus mencoba mengurangi konsumsi produk yang dihasilkan dari peralatan
elektronik semaksimal mungkin sehingga penggunaan peralatan tersebut lebih sedikit.
• Monitor hemat energi harus digunakan dan harus dimatikan bila tidak digunakan.
• Perangkat komputer dan komponen elektronik dari komputer bekas dan peralatan elektronik
lainnya harus diuji kesesuaiannya dan harus digunakan kembali jika sudah diuji
kelayakannya.
• Penelitian mengenai pengelolaan limbah elektronik yang efektif harus didorong.
• Penelitian, pengembangan, dan penggunaan produk elektronik ramah lingkungan harus
didorong dan diberikan penghargaan.

DAFTAR PUSTAKA

Nahor, J. J. H. B. (2019). Implikasi Dan Pengelolaan Limbah Elektronik. Buletin Utama Teknik.
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/but/article/view/1095
Rahmadani, A. A. (2019, October 24). STUDI PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK (E-
WASTE) RUMAH TANGGA DI KOTA YOGYAKARTA BAGIAN SELATAN. Universitas Islam
Indonesia.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16022/13513185.pdf?sequence=19

Gea, Y. (2023, February 20). Sampah Elektronik: Permasalahan Limbah Yang Berdampak Besar
Pada Lingkungan Dan Manusia. Blog LindungiHutan. https://lindungihutan.com/blog/apa-
itu-sampah-elektronik-dan-
contohnya/#Pengelolaan_Sampah_Elektronik_Butuh_Peran_Produsen_Konsumen_dan_Pema
ngku_Kebijakan

Limbah Elektronik - Pengertian, Bahaya Dan pengelolaannya. Universal Eco. (2023, January 27).
https://www.universaleco.id/blog/detail/limbah-elektronik-pengertian-bahaya-dan-
pengelolaannya/125

Satria, R. Y., Putra, R. M. A., Fadli, M., Dzikri, M., Fadhryy, M. R. A., & Encep, M. (2023,
February 18). Green Computing. KARIMAH TAUHID.
https://ojs.unida.ac.id/karimahtauhid/article/view/7732

Sutanto, A., Yuliandra, B., & Pratama, W. (2017). Manufaktur Berkelanjutan Pada Sampah
Elektronik: Kasus Sampah Kulkas. Jurnal Optimasi Sistem Industri, 16(1), 25.
https://doi.org/10.25077/josi.v16.n1.p25-33.2017

Debnath, B., Roychoudhuri, R., & Ghosh, S. K. (2016). E-Waste Management – A Potential Route
To Green Computing. Procedia Environmental Sciences, 35, 669–675.
https://doi.org/10.1016/j.proenv.2016.07.063

Anda mungkin juga menyukai