Anda di halaman 1dari 23

DISRUPSI TEKNOLOGI, DAMPAK TERHADAP

LINGKUNGAN DAN ALTERNATIF SOLUSI


Dokumen ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Dan
Pengendalian Internal

Oleh :
AGUS RISMANTO
NIM 55523120013

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Gambaram Umum

Menurut Bahasa, Disrupsi berasal dari bahasa Inggris yaitu Disruption yang berarti gangguan.
Sedangkan menurut istilah Desrupsi dapat diartikan sebagai perubahan mendadak atau
pergeseran yang signifikan dalam suatu industri atau pasar yang disebabkan oleh faktor internal
atau eksternal, terutama teknologi. Sehingga sering dikenal dengan istilah Disrupsi Teknologi,
yang berarti disrupsi teknologi adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suatu teknologi baru
muncul dan mengubah cara konvensional masyarakat dalam menjalankan bisnis. 1

Dari pengertian di atas, dapat dipahami jika disrupsi teknologi mengacu pada fenomena di mana
perkembangan teknologi baru mengganggu atau mengubah secara mendasar cara-cara tradisional
atau konvensional dalam suatu industri atau sektor. Disrupsi teknologi tidak hanya mencakup
kemajuan teknologi itu sendiri, tetapi juga implikasinya terhadap model bisnis, perilaku
konsumen, dan struktur pasar.

Istilah teknologi disruptif sendiri mulai digaungkan dalam artikel yang berjudul “Disruptive
Technologies: Catching the Wave”, ditulis oleh Clayton M. Christensen bersama Joseph Bower
pada tahun 1995. Sebenarnya artikel ini ditujukan bagi para eksekutif manajemen yang membuat
keputusan pendanaan atau pembelian di perusahaan, serta komunitas riset, yang sebagian besar
bertanggung jawab untuk memperkenalkan vektor disruptif ke pasar konsumen. Dalam hal ini,
sesuai latar belakang penulisan artikel tersebut kajian tentang Desrupsi Teknologi termasuk
dalam kaidah ilmu kanuntansi manajemen.

Kemudian, kajian tentang desrupsi teknologi dilanjutkan dalam buku mereka yang berjudul “The
Innovator's Dilemma”. Dalam buku tersebut, Christensen mengganti istilah teknologi disruptif
dengan inovasi disruptif karena pada hakikatnya sebagian besar teknologi tidak mengganggu
tetapi model bisnislah yang berpengaruh pada potensi kesuksesan pasar dan selanjutnya
berfungsi sebagai vektor disruptif. Contoh inovasi desruptif yang diangkat dalam buku tersebut
adalah industri disk drive (harddisk dan memori), Komputer, Digital Photography, Industri
Pembuatan Baja, dan Industri Penerbangan.

1
https://www.ocbc.id/id/article/2023/05/19/disrupsi-teknologi-adalah

3
2. Latar Belakang

Dalam perkembangan teknologi yang begitu pesat, terdapat disrupsi teknologi terhadap
lingkungan di mana perkembangan atau penerapan teknologi baru menyebabkan dampak negatif
terhadap lingkungan alam. Beberapa contoh disrupsi teknologi yang merusak lingkungan
meliputi:

Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca: Penggunaan bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi
merupakan salah satu penyumbang utama gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2).
Meskipun teknologi pembakaran baru terus dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi, emisi
CO2 masih merupakan dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil, yang berkontribusi
pada perubahan iklim global.

Pencemaran Air dan Tanah: Beberapa teknologi industri, seperti pertambangan dan produksi
kimia, dapat menyebabkan pencemaran air dan tanah melalui limbah industri dan penggunaan
bahan kimia berbahaya. Limbah industri ini dapat mencemari sumber air, mengganggu
ekosistem air, dan mengancam kesehatan manusia dan makhluk lainnya.

Penebangan Hutan Massal: Penggunaan teknologi seperti mesin penggundulan hutan dan
pembakaran hutan untuk pertanian atau pembangunan infrastruktur dapat menyebabkan
deforestasi yang luas. Ini merusak habitat satwa liar, mengurangi keanekaragaman hayati, dan
menyebabkan hilangnya hutan yang penting untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer.

Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya: Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses
produksi industri atau pertanian, seperti pestisida dan herbisida, dapat memiliki dampak negatif
yang signifikan pada lingkungan. Bahan kimia ini dapat mencemari tanah dan air, merusak
ekosistem, serta membahayakan kesehatan manusia dan satwa liar.

Pembuangan Elektronik yang Tidak Tepat: Pertumbuhan industri teknologi informasi dan
elektronik telah menghasilkan peningkatan limbah elektronik yang tidak terkelola dengan baik.
Pembuangan elektronik yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air oleh
bahan kimia berbahaya dan logam berat, serta menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat
yang terpapar.

Dalam menghadapi desrupsi teknologi terhadap lingkungan tersebut, sangat penting untuk
mengadopsi teknologi yang lebih ramah lingkungan, mematuhi regulasi lingkungan yang ketat,
mengembangkan praktik produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, serta berinvestasi dalam
inovasi teknologi yang mendukung perlindungan lingkungan.

4
3. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah singkat ini
yaitu:
a. Perkembangan Teknologi secara global
b. Dampak negatif Perkembangan Teknologi termasuk Desruptif Teknologi terhadap
lingkungan
c. Alternatif-alternatif solusi yang dapat dilakukan

4. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari permasalahan desrupsi teknologi
yang terjadi dan memberikan alternatif solusi permaslahan desrupsi teknologi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Teknologi

Desrupsi Teknologi tidak bisa lepas dari adanya Revolusi Industri. Revolusi Industri sendiri
merupakan periode perubahan yang signifikan dalam produksi, teknologi, dan sosial-ekonomi
yang dimulai di Inggris pada akhir abad ke-18 dan meluas ke seluruh dunia. Perkembangan
Revolusi Industri dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

Revolusi Industri Pertama 1.0 (1760-1840):

Revolusi industri dimulai pada tahun 1760 dengan ditemukannya mesin uap. Awalnya mesin uap
tersebut digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin di pabrik-pabrik tekstil dan produksi.
Peningkatan produksi tekstil dengan menggunakan teknologi baru tersebut memungkinkan
produksi tekstil yang lebih cepat dan murah, mengubah industri ini dari rumah tangga menjadi
industri berbasis pabrik. Selanjutnya masih di era yang sama terdapat perkembangan transportasi
dan pembangunan jaringan transportasi, seperti jalan raya dan kanal, memfasilitasi pergerakan
barang dan bahan mentah antara kota-kota industri. Namun, disisi lain perkembangan tersebut
membawa dampak negatif terutama bagi pencemaran lingkungan.

Revolusi Industri Kedua 2.0 (akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20):

Pada era ini, dimulailah penemuan dan penggunaan listrik secara masif. Listrik mulai digunakan
sebagai sumber energi untuk mesin-mesin industri, menggantikan tenaga uap. Selain itu,
dimulailah Revolusi Kimiadi era ini. Pengembangan industri kimia membawa inovasi dalam
pembuatan bahan kimia, pupuk, dan obat-obatan. Namun, seiring berkembangnya industri kimia
maka isu limbah dan pencemaran lingkungan juga makin masif.

Teknologi transportasi di era ini juga makin berkembang. Penggunaan mesin uap di kapal dan
lokomotif meningkatkan kecepatan dan kapasitas transportasi.

Revolusi Industri Ketiga 3.0 (akhir abad ke-20):

Mulai abad ke-20 dimulailah Revolusi Digital. Pengenalan komputer dan teknologi informasi
mengubah cara produksi, komunikasi, dan manajemen dilakukan. Penggunaan otomatisasi dan
robotisasi dalam industri meningkatkan efisiensi dan produktivitas, sambil mengubah lanskap
pekerjaan.

Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi memungkinkan integrasi ekonomi global,


dengan rantai pasokan yang melintasi batas-batas nasional atau disebut era Globalisasi.

6
Revolusi Industri Keempat 4.0 (abad ke-20 hingga awal abad ke-21):

Memasuki abad ke-21, peradaban manusia lantas dihadapkan pada tahap industrial baru, yakni
Revolusi Industri 4.0 yang dicirikan dengan teknologi internet yang semakin meluas dan ringkas,
sensor buatan yang semakin kecil, kuat, dan murah, serta lahirnya kecerdasan buatan dan mesin
pembelajar. Berkat otomatisasi dan digitalisasi ini, manusia mulai dapat menciptakan “hal-hal
yang belum pernah ada sebelumnya”.

Penemuan-penemuan tersebut termasuk gelombang terobosan pengurutan DNA (genetic


sequencing), nanoteknologi, komputasi kuantum, dan bioteknologi. Di saat bersamaan, teknologi
digital juga masih bergerak masif meningkatkan integrasi dan konektivitas lewat kecerdasan
buatan, robotika, dan internet of things – membuat manusia tidak lagi hanya dapat memperoleh
informasi, melainkan juga dapat mengaksesnya secara cepat bahkan selalu terhubung dengannya.
Dalam arti lain, Revolusi Industri 4.0 mengaburkan batas domain fisik, digital, dan biologis
dengan menyatukan ketiganya dalam interaksi bersama.

Penyebaran Revolusi Industri 4.0 jauh lebih masif dan cepat dibanding tiga revolusi industri
sebelumnya. Internet dan konektivitas yang diusung Industri 4.0 menyebar ke seluruh dunia
dalam waktu kurang dari 10 tahun.

Revolusi Industri Kelima 5.0 (saat ini):

Hal yang paling membedakan Revolusi Industri 5.0 dengan 4.0 adalah arah pemanfaatan
teknologi. Ketika teknologi pada 4.0 ditujukan terutama sekali bagi pembaharuan industri dunia,
teknologi pada 5.0 ditujukan bagi peningkatan kesejahteraan manusia.

Kamar Dagang Jepang yang menggodok peta rencana Revolusi Industri 5.0 tersebut. Secara
garis besar, rancangan tersebut berisikan upaya untuk mengintegrasikan ruang maya
(cyberspace) dengan dunia nyata untuk menyediakan berbagai produk sehari-hari sesuai dengan
kebutuhan unik tiap individu.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kecerdasan buatan dan bigdata akan menjadi tulang
punggungnya. Data itu sendiri diperoleh dari berbagai perangkat sensor yang di dunia nyata. Hal
inilah yang juga sangat membedakannya dengan Revolusi Industri 4.0 dimana pelacakan
aktivitas manusia dilakukan dari internet yang persentuhannya tidak seakurat dan personal
sensor. Hambatan tersebut menyisakan celah antara aktivitas maya dan fisik.

Dari perkembangan Revolusi Industri di atas, dapat diketahui jika perkembangan teknologi
membawa perubahan besar dalam masyarakat dan ekonomi, termasuk urbanisasi massal,
perubahan dalam struktur kelas, dan transformasi dalam pola konsumsi. Meskipun membawa
kemajuan teknologi dan ekonomi, Revolusi Industri juga menghadirkan tantangan baru,

7
termasuk masalah lingkungan, ketimpangan sosial, dan kondisi kerja yang buruk bagi banyak
pekerja.
B. Desrupsi Teknologi terhadap Lingkungan

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, perkembangan teknologi yang begitu pesat terdapat
desrupsi terhadap lingkungan di mana perkembangan atau penerapan teknologi baru
menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan alam. Sebagai manusia yang hidup dari alam
kita harus memikirkan dampak negatif atau desrupsi teknologi terhadap lingkungan. Kondisi
disrupsi teknologi terhadap lingkungan secara global saat ini menunjukkan tantangan besar yang
dihadapi oleh dunia dalam mempertahankan keseimbangan ekologis sambil mendorong
kemajuan teknologi. Beberapa contoh dari kondisi disrupsi teknologi terhadap lingkungan antara
lain dapat dijelaskan sebagai berikut.

Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca:

Peningkatan emisi gas rumah kaca merupakan masalah lingkungan yang kompleks dengan
berbagai sebab dan akibat yang berdampak luas. Penyebab dari kondisi ini tentu saja dari
desrupsi teknologi itu sendiri antara lain:

1. Pembakaran Bahan Bakar Fosil:


Penggunaan bahan bakar fosil seperti
batu bara, minyak bumi, dan gas alam
untuk menghasilkan energi adalah
penyumbang utama emisi gas rumah
kaca, terutama karbon dioksida (CO2).
2. Industri: Proses produksi industri,
termasuk manufaktur, pertambangan,
dan pengolahan, juga menghasilkan emisi gas rumah kaca, baik langsung maupun tidak
langsung melalui konsumsi energi.
3. Transportasi: Kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar fosil,
merupakan sumber signifikan emisi gas rumah kaca. Peningkatan jumlah kendaraan
bermotor dan mobilitas global juga berkontribusi pada peningkatan emisi.
4. Pertanian: Produksi dan penggunaan pupuk nitrogen sintetis dalam pertanian menyebabkan
pelepasan gas rumah kaca seperti nitrogen oksida (N2O). Selain itu, sistem pertanian intensif
juga menyebabkan deforestasi dan degradasi tanah, yang melepaskan karbon dioksida.
5. Deforestasi: Penyusutan hutan untuk memberi ruang bagi pertanian, pemukiman, dan
eksploitasi kayu menyebabkan hilangnya penyerap karbon alami dan pelepasan karbon yang
tersimpan di hutan.

8
Jika peningkatan emisi gas rumah kaca dibiarkan terus menerus dapat mengakibatkan dampak
negatif bagi alam maupun manusia itu sendiri. Akibat yang dapat ditimbulkan dari kondisi ini
antara lain:

1. Perubahan Iklim Global: Peningkatan emisi gas rumah kaca menyebabkan peningkatan
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, yang mempercepat pemanasan global dan perubahan
iklim.
2. Peningkatan Suhu Rata-rata Bumi: Akibat dari pemanasan global termasuk peningkatan suhu
rata-rata global, perubahan pola cuaca ekstrem, pencairan es dan es laut, dan kenaikan
permukaan air laut.
3. Kerusakan Lingkungan: Peningkatan suhu dan perubahan iklim berdampak luas pada
lingkungan alam, termasuk kerusakan terumbu karang, kehilangan habitat satwa liar, dan
pergeseran pola migrasi spesies.
4. Kesehatan Manusia: Perubahan iklim juga dapat memengaruhi kesehatan manusia melalui
penyebaran penyakit vektor, meningkatnya tingkat polusi udara, dan kerusakan infrastruktur
kesehatan akibat bencana alam yang lebih sering terjadi.
5. Ketidakpastian Ekonomi: Peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam, perubahan
dalam pola produksi dan distribusi pangan, dan ancaman terhadap infrastruktur kritis dapat
menyebabkan ketidakpastian ekonomi dan kerugian materi bagi masyarakat dan
perekonomian secara keseluruhan.

Mengatasi peningkatan emisi gas rumah kaca memerlukan tindakan kolaboratif dari berbagai
pihak, termasuk pemerintah, industri, masyarakat sipil, dan individu. Ini termasuk langkah-
langkah untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, meningkatkan efisiensi energi,
mengembangkan sumber energi terbarukan, memperkuat regulasi lingkungan, dan mengadopsi
praktik pertanian dan industri yang lebih berkelanjutan.

Pencemaran Air dan Tanah:

Beberapa teknologi industri, seperti pertambangan dan produksi kimia, dapat menyebabkan
pencemaran air dan tanah melalui limbah industri dan penggunaan bahan kimia berbahaya.
Limbah industri ini dapat mencemari sumber air, mengganggu ekosistem air, dan mengancam
kesehatan manusia dan makhluk lainnya. Selengkapnya, desrupsi teknologi yang dapat menjadi
sebab dari kondisi ini diantaranya:

1. Pembuangan Limbah Industri: Industri membuang limbah cair dan padat ke sungai, danau,
dan tanah, yang mengandung bahan kimia berbahaya seperti logam berat, pestisida, dan
bahan kimia organik sintetis.

9
2. Penggunaan Pestisida dan Pupuk: Pertanian modern menggunakan pestisida dan pupuk
kimia yang dapat mencemari tanah dan air melalui aliran permukaan dan limpasan ke sistem
air tanah dan sungai.
3. Pembuangan Limbah Domestik: Pembuangan limbah domestik, termasuk dari rumah tangga,
restoran, dan fasilitas komersial, juga dapat mencemari air dengan bakteri, virus, dan bahan
kimia.
4. Bocornya Sistem Pengolahan Limbah: Bocornya sistem pengolahan limbah seperti
pengolahan air limbah atau penimbunan sampah bisa menyebabkan limbah bocor ke tanah
dan air tanah.
5. Kebocoran Sistem Penyimpanan Bahan Kimia: Penyimpanan yang tidak aman dan
kebocoran dari fasilitas penyimpanan bahan kimia dapat mencemari tanah dan air di
sekitarnya.

Kondisi pencemaran tanah di atas, lamban laun akan mengakibatkan dampak negatif bagi
manusia maupun lingkungan. Beberapa dampak yang bisa terjadi dijelaskan sebagai berikut.

1. Gangguan pada Kesehatan: Pencemaran air dapat menyebabkan keracunan akibat konsumsi
air yang terkontaminasi dan dapat menimbulkan penyakit seperti keracunan logam berat,
infeksi bakteri, dan penyakit kulit.
2. Kerusakan Ekosistem: Pencemaran air dan tanah dapat menyebabkan kerusakan pada
ekosistem air, termasuk kematian ikan dan kehilangan keanekaragaman hayati, serta
degradasi lahan dan hilangnya habitat bagi tanaman dan hewan.
3. Penurunan Kualitas Air Minum: Pencemaran air menyebabkan penurunan kualitas air
minum, yang mempengaruhi kesehatan manusia dan menyebabkan biaya tambahan untuk
pengolahan air minum.
4. Kerugian Ekonomi: Pencemaran air dan tanah dapat menyebabkan kerugian ekonomi
melalui kerugian dalam sektor perikanan, pertanian, pariwisata, dan penurunan nilai properti
di daerah yang tercemar.
5. Kerusakan Jangka Panjang: Pencemaran air dan tanah dapat memiliki dampak jangka
panjang yang signifikan terhadap ekosistem dan masyarakat, yang memerlukan upaya besar
untuk memulihkan dan memperbaiki.

Pencemaran air dan tanah


merupakan masalah serius yang
memerlukan tindakan preventif,
seperti mengurangi penggunaan
bahan kimia berbahaya,
meningkatkan infrastruktur

10
pengolahan limbah, dan memperkuat regulasi lingkungan untuk melindungi sumber daya air dan
tanah yang berharga.

Penebangan Hutan Massal:

Penggunaan teknologi seperti mesin penggundulan hutan dan pembakaran hutan untuk pertanian
atau pembangunan infrastruktur dapat menyebabkan deforestasi yang luas. Ini merusak habitat
satwa liar, mengurangi keanekaragaman hayati, dan menyebabkan hilangnya hutan yang penting
untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Penebangan hutan massal merupakan praktik
yang merusak lingkungan dengan konsekuensi yang luas bagi ekosistem dan masyarakat. Berikut
adalah sejumlah sebab utama dan dampak dari penebangan hutan massal:

Sebab:

1. Permintaan Kayu dan Produk Hutan: Permintaan akan kayu dan produk hutan lainnya seperti
kertas, serat kayu, dan bahan bakar biomassa mendorong penebangan hutan untuk memenuhi
kebutuhan pasar.
2. Pembangunan Infrastruktur: Proyek-proyek pembangunan seperti pembangunan jalan,
pemukiman, dan pertambangan seringkali memerlukan penebangan hutan untuk memberi
ruang bagi infrastruktur baru.
3. Pertanian dan Perkebunan: Penggundulan hutan seringkali dilakukan untuk memberi ruang
bagi lahan pertanian, perkebunan (seperti perkebunan kelapa sawit), dan peternakan.
4. Eksploitasi Sumber Daya: Eksploitasi sumber daya alam seperti penambangan, industri
minyak dan gas, serta pembangkit listrik tenaga air seringkali melibatkan penebangan hutan
sebagai bagian dari prosesnya.
5. Kejahatan Lingkungan: Penebangan hutan juga terjadi karena aktivitas ilegal seperti
pembalakan liar dan perambahan hutan untuk tujuan yang tidak sah.

Dampak:

1. Hilangnya Keanekaragaman Hayati: Penebangan hutan menyebabkan hilangnya habitat


alami bagi berbagai spesies flora dan fauna, yang dapat menyebabkan kepunahan spesies dan
penurunan keanekaragaman hayati.
2. Perubahan Iklim: Hutan berperan sebagai penyerap karbon alami, dan penebangan hutan
massal menyebabkan pelepasan karbon yang tersimpan di dalamnya ke atmosfer,
berkontribusi pada perubahan iklim global.
3. Banjir dan Tanah Longsor: Penebangan hutan
dapat meningkatkan risiko banjir dan tanah

11
longsor karena hilangnya tutupan hutan yang berfungsi untuk menyerap air dan mencegah
erosi tanah.
4. Penggangguan Ekosistem: Penebangan hutan mengganggu siklus air, nutrien, dan
keanekaragaman hayati, serta mengubah ekosistem secara keseluruhan.
5. Kehilangan Mata Pencaharian Masyarakat Lokal: Masyarakat yang mengandalkan hutan
untuk mata pencahariannya, seperti suku-suku adat dan komunitas lokal, seringkali terkena
dampak ekonomi dan sosial yang signifikan akibat penebangan hutan.

Penebangan hutan massal merupakan tantangan lingkungan yang kompleks dan serius, yang
memerlukan pendekatan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam manajemen
hutan dan pembangunan. Upaya pelestarian hutan, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, serta
penegakan hukum yang ketat terhadap praktik-praktik ilegal sangat diperlukan untuk melindungi
sumber daya alam berharga ini.

Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya:

Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses produksi industri atau pertanian, seperti
pestisida dan herbisida, dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada lingkungan. Bahan
kimia ini dapat mencemari tanah dan air, merusak ekosistem, serta membahayakan kesehatan
manusia dan satwa liar. Penggunaan bahan kimia berbahaya merujuk pada penggunaan zat-zat
kimia yang memiliki potensi berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Berikut adalah
beberapa desrupsi teknologi yang menjadi sebab utama dan dampak dari penggunaan bahan
kimia berbahaya:

Sebab:

1. Industri: Bahan kimia berbahaya banyak digunakan dalam berbagai proses industri, termasuk
dalam produksi bahan kimia, minyak, gas, farmasi, elektronik, dan produk konsumen
lainnya.
2. Pertanian: Pestisida, herbisida, dan pupuk kimia yang digunakan dalam pertanian untuk
meningkatkan hasil tanaman juga bisa berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
3. Rumah Tangga: Bahan kimia berbahaya sering ditemukan dalam produk-produk rumah
tangga seperti pembersih, bahan pelapis, cat, dan bahan bakar.
4. Pembuangan Limbah:
Limbah industri dan
domestik sering

12
mengandung bahan kimia berbahaya yang bisa mencemari tanah, air, dan udara jika tidak
dikelola dengan benar.
5. Penelitian dan Pengembangan: Bahan kimia berbahaya juga digunakan dalam penelitian dan
pengembangan dalam berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi,
kedokteran, dan farmasi.

Dampak:

1. Pencemaran Lingkungan: Penggunaan bahan kimia berbahaya dapat mencemari lingkungan


alam, termasuk air, tanah, udara, dan ekosistem, yang dapat berdampak negatif pada
keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem.
2. Kesehatan Manusia: Paparan terhadap bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan, termasuk gangguan pernapasan, iritasi kulit, keracunan, penyakit kanker,
dan gangguan hormon.
3. Kerusakan Ekosistem: Bahan kimia berbahaya dapat merusak ekosistem dan siklus alami,
termasuk menyebabkan kerusakan pada tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang penting
untuk keseimbangan lingkungan.
4. Kerugian Ekonomi: Dampak dari pencemaran dan masalah kesehatan yang disebabkan oleh
bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan, termasuk
biaya perawatan kesehatan, kerugian produksi pertanian, dan penurunan nilai properti.
5. Ancaman Jangka Panjang: Bahan kimia berbahaya dapat mengakumulasi di lingkungan dan
masyarakat selama bertahun-tahun, menyebabkan ancaman jangka panjang bagi kesehatan
manusia dan keberlanjutan lingkungan.

Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan bahan kimia berbahaya, diperlukan tindakan
pencegahan yang meliputi pengembangan alternatif yang lebih aman, pengelolaan limbah yang
lebih baik, penegakan peraturan yang ketat, serta pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang
bahaya penggunaan bahan kimia berbahaya.

Pembuangan Elektronik yang Tidak Tepat:

Pertumbuhan industri
teknologi informasi dan
elektronik telah menghasilkan
peningkatan limbah elektronik
yang tidak terkelola dengan
baik. Pembuangan elektronik
yang tidak tepat dapat
menyebabkan pencemaran
tanah dan air oleh bahan

13
kimia berbahaya dan logam berat, serta menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang
terpapar. Pembuangan elektronik yang tidak tepat, atau e-waste, merujuk pada pembuangan
limbah elektronik seperti komputer, ponsel, televisi, dan perangkat elektronik lainnya tanpa
pengelolaan atau daur ulang yang tepat.

Berikut adalah beberapa sebab utama dari pembuangan elektronik yang tidak tepat:

1. Siklus Hidup Pendek: Perkembangan teknologi yang cepat menyebabkan produk-produk


elektronik menjadi usang dengan cepat, mendorong konsumen untuk membuangnya lebih
sering.
2. Kemajuan Teknologi: Perangkat elektronik yang lebih baru dan canggih seringkali membuat
produk lama menjadi usang, mendorong konsumen untuk menggantinya dengan yang baru.
3. Kemudahan Akses: Kemudahan akses dan biaya yang terjangkau untuk produk-produk
elektronik baru membuatnya lebih mudah bagi konsumen untuk membeli produk baru
daripada memperbaiki atau mendaur ulang yang lama.
4. Kurangnya Kesadaran: Kurangnya kesadaran tentang bahaya lingkungan dan kesehatan dari
pembuangan elektronik yang tidak tepat menyebabkan banyak orang tidak memperhatikan
cara yang benar untuk membuang limbah elektronik.
5. Ketidaktersediaan Infrastruktur Daur Ulang: Di beberapa wilayah, kurangnya infrastruktur
untuk daur ulang limbah elektronik membuatnya sulit bagi konsumen untuk membuangnya
dengan benar.

Dampak yang dapat terjadi dari kondisi pembuangan sampah elektronik yang tidak tepat yaitu:

1. Pencemaran Lingkungan: Pembuangan elektronik yang tidak tepat dapat mencemari


lingkungan alam, termasuk tanah dan air, dengan zat-zat berbahaya seperti timbal, merkuri,
kadmium, dan bahan kimia lainnya yang terkandung dalam perangkat elektronik.
2. Ancaman Kesehatan: Paparan terhadap bahan berbahaya dalam limbah elektronik dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pernapasan, iritasi kulit,
kerusakan organ, dan bahkan kanker.
3. Penggunaan Sumber Daya: Pembuangan elektronik yang tidak tepat menyia-nyiakan sumber
daya alam berharga yang digunakan dalam produksi perangkat elektronik, termasuk logam,
mineral, dan energi.
4. Ketimpangan Sosial dan Ekonomi: Pemrosesan limbah elektronik sering dilakukan di
negara-negara berkembang dengan biaya tenaga kerja yang rendah, yang dapat
menyebabkan ketidaksetaraan sosial dan ekonomi serta penyalahgunaan tenaga kerja.

14
5. Hilangnya Nilai Ekonomi: Pembuangan elektronik yang tidak tepat mengakibatkan
hilangnya nilai ekonomi dari barang-barang yang masih dapat digunakan atau didaur ulang,
menyebabkan kerugian potensial bagi ekonomi sirkular.

Untuk mengurangi dampak negatif dari pembuangan elektronik yang tidak tepat, diperlukan
tindakan yang meliputi kampanye penyuluhan, pengembangan infrastruktur daur ulang yang
lebih baik, peningkatan desain produk untuk memperpanjang umur pakai dan memudahkan daur
ulang, serta penegakan peraturan yang ketat tentang pembuangan limbah elektronik.

C. Alternatif Solusi atas Desrupsi Teknologi terhadap Lingkungan

Perkembangan teknologi yang begitu pesat ternyata memiliki side effect berupa kerusakan
lingkungan alam. Untuk mengatasi dampak negatif dari disrupsi teknologi terhadap lingkungan,
diperlukan serangkaian solusi yang holistik dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa langkah
yang dapat diambil:
1. Inovasi Teknologi Hijau: Pengembangan dan penerapan teknologi hijau yang ramah
lingkungan dapat membantu mengurangi jejak lingkungan dari sektor-sektor yang rentan
terhadap disrupsi teknologi. Contohnya termasuk energi terbarukan, teknologi efisiensi
energi, dan solusi transportasi berkelanjutan.
2. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
dampak lingkungan dari teknologi dan cara untuk mengurangi konsumsi yang berlebihan dan
pembuangan yang tidak tepat dapat membantu mengubah perilaku konsumen menuju praktik
yang lebih berkelanjutan.
3. Kebijakan Lingkungan yang Ketat: Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan
lingkungan yang ketat dan efektif untuk mengatur penggunaan bahan-bahan berbahaya,
membatasi emisi gas rumah kaca, dan mendorong praktik-produksi yang lebih berkelanjutan.
4. Promosi Ekonomi Sirkular: Mendorong praktik ekonomi sirkular yang mengedepankan daur
ulang, penggunaan kembali, dan remanufaktur produk dapat membantu mengurangi limbah
elektronik, memperpanjang umur pakai produk, dan mengurangi pemakaian sumber daya
alam yang terbatas.
5. Kolaborasi Antar-Sektor: Kerja sama antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat
sipil diperlukan untuk mengidentifikasi solusi-solusi inovatif dan mengimplementasikan
praktik-praktik berkelanjutan dalam pengembangan dan penerapan teknologi.
6. Investasi dalam Riset dan Pengembangan: Investasi dalam riset dan pengembangan teknologi
hijau serta solusi berkelanjutan lainnya dapat membantu mempercepat inovasi dan
penyebaran teknologi yang dapat mengurangi dampak lingkungan dari disrupsi teknologi.
7. Peningkatan Transparansi dan Pertanggungjawaban: Menyediakan informasi yang transparan
tentang dampak lingkungan dari produk-produk teknologi serta memperkuat

15
pertanggungjawaban perusahaan terhadap praktik-produksi mereka dapat mendorong
peningkatan kualitas lingkungan dari produk-produk tersebut.
8. Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga kerja
tentang praktik-praktik berkelanjutan dalam penggunaan dan pengelolaan teknologi dapat
membantu mempercepat transisi menuju ekonomi yang lebih hijau.
Dengan mengimplementasikan solusi-solusi ini secara bersama-sama, kita dapat mengurangi
dampak negatif dari disrupsi teknologi terhadap lingkungan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

D. Teknologi Hijau sebagai Solusi Desrupsi Teknologi terhadap Lingkungan

Teknologi hijau, atau dikenal juga sebagai teknologi ramah lingkungan atau teknologi bersih,
merujuk pada pengembangan, penerapan, dan penggunaan teknologi yang dirancang untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan alam dan mempromosikan keberlanjutan. Awal
Perkembangan Teknologi Hijau dimulai pada tahun 1970-an dan 1980-an, dengan munculnya
berbagai teknologi seperti panel surya, turbin angin, mobil listrik, dan praktik pertanian organik.

Adanya Gerakan lingkungan yang berkembang dari abad ke-19 dan mulai pesat pada abad ke-20,
dengan munculnya organisasi-organisasi seperti Greenpeace, Sierra Club, dan Friends of the
Earth menjadi salah satu pendorong penggunaan teknologi hijau yang ramah terhadap
lingkungan. Puncaknya, disepakatilah Konvensi Lingkungan Internasional yang merupakan
perjanjian dan kerangka kerja hukum yang ditetapkan oleh komunitas internasional untuk
mengatasi masalah lingkungan global. Beberapa konvensi lingkungan internasional yang paling
signifikan yaitu:

1. Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) tahun 1992,
2. Protokol Kyoto tahun 1997,
3. Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) tahun 1992,
4. Konvensi Basel tentang Pergerakan Limbah Berbahaya dan Pertolongan dalam Hal Bencana
Lingkungan tahun 1989,
5. Konvensi Rotterdam tentang Prosedur Persetujuan Sebelum Pengiriman Pestisida dan Bahan
Berbahaya Lainnya tahun 1998,
6. Konvensi Stockholm tentang Zat-Zat Organik Bertahan Lama (POPs) tahun 2001,
7. Konvensi Ramsar tentang Lahan Basah Internasional pada tahun 1971,.
8. Konvensi Montreal tentang Zat-Zat yang Merusak Lapisan Ozon tahun 1987.

Teknologi Hijau dikembangkan untuk dapat menghasilkan berbagai produk dan jasa untuk
kepentingan manusia dengan memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan tentu
saja tidak menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan. Karakteristik Teknologi Hijau
lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut.

16
Penggunaan Sumber Energi Terbarukan:

Penggunaan sumber energi terbarukan, juga dikenal sebagai energi bersih atau energi hijau,
merujuk pada pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbarui secara alami untuk
menghasilkan energi. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan sumber energi terbarukan:

1. Energi Matahari: Energi matahari adalah salah satu sumber energi terbarukan yang paling
berlimpah di Bumi. Teknologi seperti panel surya dan kolektor surya digunakan untuk
mengubah sinar matahari menjadi energi listrik atau energi panas.
2. Energi Angin: Energi angin dimanfaatkan melalui penggunaan turbin angin untuk
menghasilkan listrik. Turbin angin dapat dipasang di darat atau di laut, tergantung pada
kondisi geografis dan kebutuhan energi suatu daerah.
3. Energi Air: Energi air, atau hidroenergi, dimanfaatkan dari aliran air seperti sungai atau air
terjun untuk menghasilkan energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga air. Pembangkit
listrik tenaga air dapat berupa bendungan, turbin air, atau alat lainnya.
4. Energi Biomassa: Energi biomassa berasal dari bahan organik seperti kayu, limbah pertanian,
limbah makanan, dan limbah biomassa lainnya. Biomassa dapat digunakan untuk
menghasilkan energi dalam bentuk listrik, panas, atau bahan bakar biogas.
5. Energi Geotermal: Energi geotermal berasal dari panas bumi yang terdapat di dalam kerak
bumi. Teknologi pengeboran digunakan untuk mengakses sumber panas bumi yang
kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik atau pemanas.
6. Energi Ombak dan Arus: Energi ombak dan arus laut dimanfaatkan melalui teknologi seperti
pembangkit listrik tenaga ombak dan turbin arus laut untuk menghasilkan energi listrik dari
gerakan air laut.
7. Biogas dan Bahan Bakar Bio: Proses pembuatan biogas dari limbah organik dan produksi
bahan bakar bio dari sumber biomassa merupakan cara lain untuk menggunakan sumber
energi terbarukan.

Efisiensi Energi:

Teknologi hijau didesain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi, baik dalam industri,
transportasi, maupun sektor-sektor lainnya, dengan meminimalkan limbah energi dan
mengoptimalkan proses produksi. Efisiensi energi merujuk pada upaya untuk menggunakan
energi dengan lebih efisien, yaitu dengan menghasilkan lebih banyak output atau layanan dengan
menggunakan jumlah energi yang lebih sedikit. Berikut adalah beberapa aspek penting tentang
efisiensi energi:

1. Teknologi Hemat Energi: Pengembangan dan penerapan teknologi hemat energi dalam
berbagai sektor seperti industri, transportasi, bangunan, dan peralatan rumah tangga
merupakan langkah kunci dalam meningkatkan efisiensi energi. Contoh teknologi hemat

17
energi termasuk lampu LED, mesin dengan performa tinggi, sistem pengendalian canggih,
dan isolasi termal yang baik.
2. Manajemen Energi: Manajemen energi yang efisien melibatkan pemantauan, analisis, dan
pengoptimalan penggunaan energi dalam suatu sistem atau proses. Penggunaan sistem
manajemen energi, otomatisasi, dan pemrograman cerdas dapat membantu organisasi dan
individu untuk mengelola energi mereka dengan lebih efektif.
3. Pendidikan dan Kesadaran: Kesadaran akan pentingnya efisiensi energi serta pemahaman
tentang cara mengurangi konsumsi energi dapat menjadi kunci dalam mengubah perilaku
konsumen dan industri menuju praktik yang lebih efisien. Program-program pendidikan,
kampanye penyuluhan, dan label energi yang informatif dapat membantu meningkatkan
kesadaran tersebut.
4. Desain Bangunan dan Infrastruktur: Desain bangunan yang hemat energi, seperti bangunan
berstandar energi tinggi (green building) atau bangunan pasif, dapat mengurangi kebutuhan
energi untuk pemanasan, pendinginan, dan pencahayaan. Sementara itu, infrastruktur
perkotaan yang dirancang untuk mendorong transportasi publik, berjalan kaki, dan bersepeda
juga dapat membantu mengurangi konsumsi energi dalam transportasi.
5. Pembaruan Teknologi: Mengganti teknologi lama dengan teknologi baru yang lebih efisien
dapat menghasilkan penghematan energi yang signifikan. Misalnya, mengganti peralatan
rumah tangga yang tua dengan peralatan yang lebih efisien, atau meng-upgrade sistem
industri dengan teknologi modern yang hemat energi.
6. Kebijakan dan Regulasi: Kebijakan pemerintah yang mendukung efisiensi energi, seperti
standar efisiensi energi untuk produk-produk konsumen dan industri, insentif fiskal untuk
investasi dalam teknologi hemat energi, dan program-program subsidi untuk penggunaan
energi terbarukan, dapat menjadi dorongan yang kuat bagi efisiensi energi.
7. Kemitraan dan Kolaborasi: Kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan
masyarakat sipil dalam mengembangkan dan menerapkan solusi efisiensi energi dapat
mempercepat adopsi teknologi dan praktik yang lebih efisien.

Daur Ulang dan Pengelolaan Limbah:

Teknologi hijau mempromosikan praktik-praktik daur ulang dan pengelolaan limbah yang
berkelanjutan, baik dalam industri maupun di masyarakat, untuk mengurangi penimbunan
sampah dan menciptakan ekonomi sirkular. Proses daur ulang meliputi kegiatan pemilahan,
pencucian, penggilingan, dan pemrosesan kembali limbah menjadi bahan baku yang dapat
digunakan untuk membuat produk baru. Setiap jenis limbah memiliki proses daur ulang yang
khusus. Pemerintah seharusnya dapat memberdayakan para pemulung untuk dapat melakukan
proses daur ulang limbah.

18
Selain daur ulang, diperlukan juga edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya daur ulang dan
pengelolaan limbah, misalnya saja pemisahan sampah. Dengan adanya kesadaran masyarakat
diharapkan dapat membantu meminimalkan pencemaran lingkungan akibat limbah.

Penggunaan teknologi sederhana pengolahan sampah, antara lain: recycling atau pembakaran,
teknik pengomposan, minicomposter yang digunakan untuk fermentasi sampah organik menjadi
kompos. Tindakkan sederhana juga dapat dilakukan di rumah yaitu dengan membuat kompos
dari limbah sampah organik rumah tangga. Sedangkan teknologi pengolahan sampah modern,
salah satunya adalah dengan mengubah sampah organik manusia menjadi sumber energi, yaitu
implementasi teknologi hypotermal yang dapat mengubah sampah menjadi bahan bakar batu
bara, pupuk, dan makanan ternak.

Transportasi Bersih:

Transportasi bersih adalah bagian integral dari upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca, mengurangi polusi udara, dan meningkatkan kualitas hidup di perkotaan. Dengan
mengadopsi praktik-praktik transportasi berkelanjutan, kita dapat menciptakan sistem
transportasi yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan inklusif bagi semua orang. Contoh inovasi
dalam transportasi berkelanjutan antara lain:

1. Transportasi Publik: Pengembangan dan pemberdayaan transportasi publik, seperti kereta


api, bus, trem, dan kereta ringan, merupakan salah satu komponen utama dari transportasi
berkelanjutan. Transportasi publik dapat mengurangi jumlah mobil pribadi di jalan,
mengurangi kemacetan, dan mengurangi emisi gas buang.
2. Kendaraan Berbahan Bakar Alternatif: Kendaraan yang menggunakan bahan bakar alternatif
seperti listrik, hidrogen, biodiesel, dan gas alam merupakan alternatif yang lebih ramah
lingkungan dibandingkan dengan kendaraan bermesin pembakaran dalam yang
menggunakan bahan bakar fosil.
3. Transportasi Berbagi: Sistem transportasi berbagi seperti carpooling, ride-sharing, dan bike-
sharing dapat membantu mengurangi jumlah kendaraan di jalan, mengurangi emisi gas
buang, dan meningkatkan penggunaan kendaraan secara efisien.
4. Infrastruktur Ramah Lingkungan: Pengembangan infrastruktur transportasi yang ramah
lingkungan, seperti jalur sepeda, trotoar yang nyaman, dan ruang hijau di sepanjang jalan,
dapat memfasilitasi penggunaan transportasi berkelanjutan seperti berjalan kaki dan
bersepeda.
5. Teknologi Transportasi Canggih: Teknologi seperti sistem transportasi cerdas, kendaraan
otonom, dan aplikasi pintar untuk perencanaan perjalanan dapat membantu meningkatkan
efisiensi dan keamanan transportasi, serta mengurangi dampak lingkungan dari perjalanan.

19
6. Pembangunan Perkotaan yang Berkelanjutan: Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan
memperhatikan desain perkotaan yang padat, penggunaan lahan yang efisien, transportasi
publik yang terintegrasi, dan aksesibilitas yang baik untuk pejalan kaki dan pesepeda.

Untuk dapat mensukseskan teknologi hijau dalam transportasi berkelanjutan diperlukan juga
pendanaan yang memadai dan kebijakan yang baik dari pemerintah. Pendanaan dan kebijakan
yang mendukung transportasi berkelanjutan, seperti insentif untuk pembelian kendaraan ramah
lingkungan, subsidi untuk transportasi publik, dan pajak atas emisi karbon, dapat menjadi
dorongan bagi adopsi transportasi berkelanjutan. \

Selain itu, diperlukan juga kesadaran masyarakat tentang pentingnya transportasi berkelanjutan,
serta perubahan perilaku dalam menggunakan transportasi, seperti mengurangi penggunaan
mobil pribadi, memilih transportasi publik, atau bersepeda, dapat membantu mengurangi dampak
lingkungan dari transportasi.

Pertanian Berkelanjutan:

Teknologi hijau dalam pertanian mencakup metode-metode organik, penggunaan pupuk dan
pestisida alami, serta praktik-praktik pertanian yang ramah lingkungan untuk meningkatkan
produktivitas dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Beberapa contoh inovasi
tentang pertanian berkelanjutan antara lain:

1. Pertanian Organik: Pertanian organik menggunakan teknik yang tidak melibatkan


penggunaan pestisida, herbisida, atau pupuk kimia sintetis. Ini termasuk penggunaan kompos
dan pupuk alami, rotasi tanaman, dan pengendalian hama secara biologis.
2. Pertanian Permaculture: Permaculture mengacu pada desain sistem pertanian yang meniru
pola dan proses yang ditemukan di alam untuk menciptakan sistem yang berkelanjutan dan
mandiri. Ini melibatkan penggunaan pola polikultur, keanekaragaman tanaman, dan
konservasi tanah yang berkelanjutan.
3. Pertanian Vertikal: Pertanian vertikal adalah metode pertanian yang memanfaatkan ruang
vertikal untuk menanam tanaman, terutama di daerah perkotaan yang memiliki lahan
terbatas. Ini memungkinkan produksi pangan yang lebih tinggi dengan memanfaatkan ruang
yang tersedia secara efisien.
4. Hidroponik dan Aeroponik: Hidroponik dan aeroponik adalah metode pertanian tanpa tanah
yang menggunakan larutan nutrisi air atau udara untuk memberi makan tanaman. Ini
memungkinkan produksi tanaman yang lebih efisien dan mengurangi penggunaan air dan
pupuk.
5. Pengelolaan Air yang Berkelanjutan: Praktik pengelolaan air yang berkelanjutan, seperti
irigasi tetes, irigasi berkelanjutan, dan konservasi air, membantu mengurangi penggunaan air
dan meningkatkan efisiensi penggunaan air dalam pertanian.

20
6. Konservasi Tanah: Praktik-praktik konservasi tanah, seperti penggunaan tutupan tanah, rotasi
tanaman, penanaman penutup tanah, dan pengendalian erosi, membantu mempertahankan
kesuburan tanah dan mencegah degradasi tanah.
7. Penggunaan Energi Terbarukan: Penerapan energi terbarukan seperti tenaga surya, tenaga
angin, atau biogas dalam operasi pertanian dapat membantu mengurangi emisi gas rumah
kaca dan meningkatkan kemandirian energi.
8. Pengelolaan Limbah: Pertanian berkelanjutan juga mencakup pengelolaan limbah yang
efektif, seperti kompos limbah organik, penggunaan limbah sebagai pupuk, dan pemrosesan
limbah secara aman.

Selain inovasi di atas, perlu juga diperhatikan keberlanjutan sosial dan ekonomi, termasuk
kesejahteraan petani, keadilan sosial, dan akses pangan yang adil bagi semua orang. Hal tersebut
sangat diperlukan mengingat fenomena generasi muda saat ini yang lebih suka bekerja di industri
pabrik dari pada menjadi petani.

Inovasi Material dan Desain:

Inovasi material dan desain memiliki potensi besar untuk mempengaruhi berbagai industri dan
mendorong transisi menuju ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan
mengembangkan material dan desain yang lebih ramah lingkungan, efisien, dan inovatif, kita
dapat menciptakan produk-produk yang lebih baik bagi lingkungan dan masyarakat.
Pengembangan material dan desain yang ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan daur
ulang, bahan biodegradable, dan pengemasan yang ramah lingkungan, merupakan bagian dari
teknologi hijau.

21
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Perkembangan teknologi baru yang pesat dapat mengganggu atau mengubah secara mendasar
cara-cara tradisional atau konvensional dalam suatu industri atau sektor sehingga terjadilah
disrupsi teknologi. Disrupsi teknologi tidak hanya mencakup kemajuan teknologi itu sendiri,
tetapi juga implikasinya terhadap model bisnis, perilaku konsumen, struktur pasar, bahkan
lingkungan. Desrupsi Teknologi terhadap lingkungan antara lain peningkatan emisi gas rumah
kaca, pencemaran air dan tanah, penebangan hutan massal, penggunaan bahan kimia berbahaya,
pembuangan elektronik yang tidak tepat.

Dampak dari desrupsi teknologi terhadap lingkungan tersebut sangat membahayakan alam
maupun manusia itu sendiri. Beberapa contoh dampak yang mungkin terjadi antara lain
Pencemaran Lingkungan, Ancaman Kesehatan, Banjir, Longsor, hingga kerugian ekonomi.

B. Saran

Teknologi hijau merupakan salah satu solusi terbaik dalam mengatasi desrupsi teknolgi terhadap
lingkungan. Teknologi hijau dapat menciptakan pembangunan berkelanjutan, melindungi
lingkungan alam, dan menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi generasi
mendatang.

Beberapa teknologi hijau yang dapat diterapkan antara lain:


1. Energi Terbarukan misalnya energi surya, angin, hidro, biomassa, dan geotermal.
2. Efisiensi Energi misalnya penggunaan LED yang lebih efisien, peralatan rumah tangga yang
hemat energi, dan sistem manajemen energi yang cerdas untuk bangunan dan industri.
3. Transportasi Bersih misalnya mobil listrik, bus dan kereta berbahan bakar hidrogen, serta
pengembangan infrastruktur untuk mendukung mobilitas berkelanjutan seperti jaringan
transportasi publik yang ramah lingkungan dan jalur sepeda.
4. Pengelolaan Limbah, termasuk teknologi pengolahan air limbah, daur ulang elektronik, dan
pengelolaan sampah yang berbasis komunitas.
5. Pertanian Berkelanjutan misalnya pertanian organik, penggunaan pupuk dan pestisida alami,
irigasi yang hemat air, serta penggunaan teknologi informasi dan sensor untuk meningkatkan
efisiensi produksi pertanian.

22
DAFTAR PUSTAKA

OpenAI. (2023). ChatGPT (versi 14 Maret) [Model bahasa besar].


https://chat.openai.com/chat

Anonim. (2023). Disrupsi Teknologi: Pengertian, Dampak, dan Cara Menghadapi. Diakses 9 Maret 2024 dari
https://www.ocbc.id/id/article/2023/05/19/disrupsi-teknologi-adalah

Wikipedia. (2024). Disruptive innovation. Diakses 9 Maret 2024 dari


https://en.wikipedia.org/wiki/Disruptive_innovation

Biro Humas Lemhannas RI. (2023). Disrupsi Teknologi Dorong Kemajuan Berkelanjutan di Indonesia. Diakses
9 Maret 2024 dari https://en.wikipedia.org/wiki/Disruptive_innovation

23

Anda mungkin juga menyukai