Anda di halaman 1dari 12

BAB I

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia berawal dari dari ditemukannya mesin
uap yang membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan yang sulit. Usaha K3 di Indonesia
dimulai tahun 1847 ketika mulai dipakainya mesin uap oleh Belanda di berbagai industri khususnya
industri gula. Tanggal 28 Februari 1852, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad No. 20
yang mengatur mengenai keselamatan dalam pemakaian pesawat uap yang pengawasannya
diserahkan kepada lembaga Dienst Van Het Stoomwezen. Penggunaan mesin semakin meningkat
dengan berkembangnya tekonologi dan perkembangan industri.

Nah, pada tahun 1905 dengan Stbl No. 521 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perundangan
keselamatan kerja yang dikenal dengan Veiligheid Regelement disingkat VR yang kemudian
disempurnakan pada tahun 1930 sehingga terkenal dengan stbl 406 tahun 1930 yang menjadi
landasan penerapan K3 di Indonesia. Perlindungan tenaga kerja di bidang keselamatan kerja di
Indonesia juga telah mengarungi perjalanan sejarah yang panjang, telah dimulai lebih dari satu abad
yang lalu. Usaha penanganan keselamatan kerja di Indonesia dimulai sejalan dengan pemakaian
mesin uap untuk keperluan Pemerintah Hindia Belanda yang semula pengawasannya ditujukan untuk
mencegah kebakaran.

Pada mulanya pengaturan mengenai pesawat uap belum ditujukan untuk memberi perlindungan
kepada tenaga kerja, karena hal itu bukan merupakan sesuatu yang penting bagi masyarakat Belanda.
Baru pada tahun 1852 untuk melindungi tenaga kerja di perusahaan yang memakai pesawat uap,
ditetapkan peraturan perundang-undangan tentang pesawat uap, Reglement Omtrent Veiligheids
Maatregelen bij het Aanvoeden van Stoom Werktuigen in Nederlands Indie (Stbl No. 20), yang
mengatur tentang pelaksanaan keselamatan pemakaian pesawat uap dan perlindungan pekerja yang
melayani pesawat uap. Upaya peningkatan perlindungan dimaksud telah dilakukan dan terus
ditingkatkan dari waktu ke waktu, sejalan dengan semakin banyaknya dipergunakan mesin, alat
pesawat baru, bahan produksi yang diolah dan dipergunakan yang terus berkembang dan berubah.

Di akhir abad ke-19 penggunaan tenaga listrik telah dimulai pada beberapa pabrik. Sebagai akibat
penggunaan tenaga listrik tersebut banyak terjadi kecelakaan oleh karenanya maka pada tahun 1890
ditetapkan peraturan perundangan di bidang kelistrikan yaitu Bepalingen Omtrent de Aanlog om het
Gebruik van Geleidingen voor Electriciteits Verlichting en het Overbrengen van Kracht door Middel
van Electriciteits in Nederlands Indie.

1
BAB II

REVOLUSI INDUSTRI & KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

A. Revolusi Industri 1.0 Awal Mula Kemunculan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Perkembangan Revolusi Industri 1.0
Revolusi Industri 1.0 adalah era yang terjadi pada abad ke-18 (1760–1840). Pada kisaran tahun
tersebut, penemuan mesin uap oleh James Watt merupakan awal terjadinya era ini di tanah
Inggris sehingga membawa perubahan besar di berbagai sektor. Mesin uap yang berbahan bakar
batu bara ini ditenagai oleh mesin dan kebanyakan diperuntukkan untuk produksi tekstil di
Inggris.

Seiring berjalannya waktu, mesin uap berkembang pula di berbagai industri lain. Mulai dari
pertanian, pertambangan, transportasi, sampai ke manufaktur pun mulai menggantikan tenaga
manual. Pada era ini jugalah pertama kali kegiatan produksi dalam jumlah besar terjadi demi
memenuhi kebutuhan yang semakin bertambah jumlahnya.
Apabila dilihat dari latar belakangnya, revolusi industri 1.0 ini terjadi di negara Inggris karena
disebabkan oleh beberapa hal:

1. Situasi politik dan ekonomi yang stabil di negara Inggris


2. Inggris kaya akan sumber daya alam
3. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi
4. Dukungan pemerintah terhadap penemuan di bidang teknologi (Hak Paten)
5. Arus urbanisasi dan perdagangan yang baik
6. Munculnya paham ekonomi liberal
7. Terjadinya revolusi agrarian

b. Dampak Revolusi Industri 1.0

Perubahan besar tersebut ditandai dengan cara manusia dalam mengelola sumber daya serta
memproduksi produk khususnya di beberapa bidang seperti, pertanian, manufaktur, transformasi,
pertambangan dan teknologi di seluruh dunia. Dengan adanya revolusi industri 1.0 tersebut akan
menjadikan proses produksi yang ada menjadi lebih cepat, efisien, dan mudah.

2
Berikut beberapa contoh penemuan di era revolusi industri 1.0:

 Mesin Uap
 Kereta Uap
 Sistem Produksi Skala Besar

B. Revolusi Industri 2.0

a. Perkembangan Revolusi Industri 2.0

Revolusi Industri 2.0 adalah era revolusi yang terjadi sekitar awal abad ke-19 (1870-an) dan
berfokus kepada efisiensi mesin di setiap lini (Assembly Line) dalam proses produksi karena
ditemukannya tenaga listrik. Jawabannya adalah karena pada saat itu tenaga listrik dinilai jauh
lebih efektif untuk menggantikan tenaga manusia serta lebih efisien jika dibandingkan dengan
tenaga uap, meskipun perusahaan harus mempertimbangkan untuk mengganti mesin-mesin yang
telah diinvestasikan sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang diberitakan BBC di
dalam salah satu artikelnya.

Pada era ini, muncul produksi mobil secara besar-besaran yang mengharuskan kendaraan dirakit
dari awal hingga akhir yang menyebabkan proses tersebut tentu tidak cepat dan tidak
mudah.Dengan adanya perubahan mekanisme pada proses produksi di tahun 1913, menyebabkan
proses produksi yang ada berubah total secara keseluruhan. Proses produksi mobil tidak lagi
memerlukan banyak tenaga untuk merakit dari awal hingga akhir. Diselesaikan dengan konsep
Lini Produksi (Assembly Line) dengan memanfaatkan Conveyor Belt. Akibatnya, proses
perakitan mobil bisa dilakukan lebih efisien oleh orang lain di tempat yang berbeda. Prinsip ini
lalu berkembang menjadi spesialisasi, dimana 1 orang hanya menangani 1 proses perakitan.

b. Dampak Revolusi Industri 2.0

Dampak Revolusi Industri 2.0 lain yang paling terlihat adalah di saat Perang Dunia II, di mana
kala itu produksi kendaraan perang seperti tank, pesawat, dan senjata tempur lainnya diproduksi
secara besar-besaran.

Berikut beberapa contoh penemuan di era revolusi industri 2.0:

 Penemuan Arus Listrik AC & DC


 Alat Telekomunikasi
 Proses Produksi Massal

3
C. Revolusi Industri 3.0

a. Perkembangan Revolusi Industri 3.0

Revolusi Industri 3.0 adalah era yang terjadi sekitar awal abad ke-20 (1970-an) dan dipicu oleh
perkembangan mesin-mesin pintar (Komputer & Software) berbasis teknologi otomatisasi yang
perlahan menggantikan peran-peran manusia di lapangan. Pada era inilah dimulainya digitalisasi
khususnya di dunia industri.Penggunaan komputer mulai menggantikan hal-hal yang dulunya
dilakukan oleh manusia. Seperti mengirim dokumen, menghitung formula yang rumit, sampai
membuat pencatatan keuangan.

Dikarenakan keberadaan dari Revolusi Industri 3.0 didasarkan pada penemuan mesin-mesin
pintar, maka dapat dibilang ini merupakan revolusi yang sangat penting mengingat manufaktur
menuntut ketepatan & ketelitian yang sangat tinggi, dimana dua hal tersebut sangatlah sulit
dilakukan oleh manusia. Penggunaan teknologi pun menjadi sebuah solusi yang tepat, sehingga
produksi dalam jumlah yang besar dapat dilakukan secara otomatis, cepat, dan juga berkualitas.

b. Dampak Revolusi Industir 3.0

Dengan adanya revolusi industri 3.0, terjadinya perubahan pada pola relasi serta komunikasi
yang terjadi pada masyarakat kontemporer. Berbagai bisnis yang ada pun harus beradaptasi dan
merubah cara kerjanya agar dapat menyesuaikan dengan keadaan yang ada dan tidak hilang
tertelan karena adanya kemajuan pada zaman ini.

Selain itu, kemajuan teknologi komputer yang terjadi saat itu yang berkembang dengan sangat
pesat setelah Perang Dunia II selesai. Berbagai penemuan seperti semi konduktor, transistor,
hingga kemunculan IC (Integrated Chip) yang membuat sebuah komputer dapat berukuran lebih
kecil, menggunakan daya listrik yang sedikit pula, dan kemampuan menghitung dan menerima
perintah yang semakin canggih.

Berikut beberapa contoh penemuan di era revolusi industri 3.0:

 Teknologi Komputer
 Teknologi Internet
 Perangkat Elektronik
 Perangkat Lunak (Software)

4
D. Revolusi Industri 4.0

a. Pengembangan Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 adalah era yang saat ini kita jalani di mana pengembangan teknologi
lebih lanjut seperti internet berkecepatan tinggi, komputerisasi, microchip, IoT, kecerdasan
buatan (AI), machine learning, deep learning, cloud analytics, bahkan kendaraan otonom yang
merevolusi setiap proses mulai dari produksi hingga distribusi dan berfokus kepada
keberlanjutan (Sustainability).

Teknologi ini menciptakan konektivitas antara Manusia – Data – Mesin. Teknologi baru yang
belum pernah ada sebelumnya pun bermunculan di era ini seperti ojek online, tarik tunai lewat
ponsel, sampai warung digital.Dalam skala industri, Revolusi Industri 4.0 meningkatkan
kemampuan software dan internet untuk meningkatkan efisiensi perusahaan.

Salah satu contohnya adalah pengumpulan data historis mesin oleh software yang digunakan
untuk menjadwalkan maintenance bulanan secara otomatis. Data-data tersebut nantinya akan
diproses oleh algoritma, sehingga menghasilkan keputusan logis layaknya manusia.

b. Dampak Revolusi Industri 4.0

Sejak diperkenalkannya teknologi ini, perusahaan dapat mengotomatiskan seluruh proses


produksi tanpa bantuan manusia. Contoh yang diketahui dari hal ini adalah robot, yang
melakukan urutan terprogram tanpa campur tangan manusia.

Apa saja contoh penemuan di era revolusi industri 4.0? Berikut beberapa di antaranya:

 Big Data
 Internet of Things (IoT) dan Industrial Internet of Things (IIoT)
 Cloud Computing
 Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI)
 Manufaktur Pintar atau Smart Manufacturing
 Augmented Reality (AR)
 Virtual Reality (VR)
 Cyber Security

5
BAB III

UNDANG – UNDANG TENAGA KERJA

Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam mengelola karyawan. Akan tetapi, UU
Ketenagakerjaan harus tetap dijadikan patokan. Jangan sampai, inovasi dalam rancangan peraturan
perusahaan bertentangan dengan UUK. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan terdiri atas 193 pasal. Dari keseluruhan pasal, Gadjian menyajikan ringkasan isi UU
Ketenagakerjaan pada topik-topik yang sering kita butuhkan.

A. Undang – Undang Status Karyawan

UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 mengatur perjanjian kerja antara karyawan dengan
perusahaan, yang akan menentukan yang bersangkutan dalam perusahaan itu. Perjanjian kerja
untuk waktu tertentu (PKWT) mengacu pada karyawan kontrak. Perjanjiannya didasarkan pada
jangka waktu tertentu atau selesainya sebuah pekerjaan. Sedangkan perjanjian kerja untuk waktu
tidak tertentu (PKWTT) merupakan perjanjian kerja untuk karyawan tetap. Pasal yang mengatur
perjanjian kerja untuk karyawan tetap dan karyawan kontrak yakni Pasal 56 – Pasal 60 UU
Ketenagakerjaan. Di dalamnya juga dirinci mengenai jenis-jenis pekerjaan yang boleh diserahkan
kepada karyawan kontrak (PKWT).

Untuk karyawan kontrak, departemen HR harus selalu memperhatikan kapan kontrak kerja
berakhir. Untuk itu, aplikasi HRIS Gadjian menyediakan reminder kontrak karyawan. Dengan
reminder ini, HR punya cukup waktu untuk mengkordinasikan keputusan perusahaan, apakah
karyawan akan dihentikan kontraknya, diperpanjang, atau diangkat sebagai karyawan tetap.

B. Undang – Undang Tentang Upah

Untuk mewujudkan Pasal 88 ayat 1 dari UU Ketanagekerjaan di atas, pemerintah kemudian


menetapkan kebijakan-kebijakan pengupahan yang meliputi upah minimum, upah kerja lembur,
upah tidak masuk kerja karena berhalangan, upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan
lain di luar pekerjaan, upah karena menjalankan hak waktu istirahat, dan lain-lain.

Ditekankan pula dalam UU Ketenagakerjaan tersebut bahwa upah untuk pekerja/karyawan tidak
boleh lebih rendah dari ketentuan pemerintah. Dalam menetapkan struktur dan skala upah pun
perusahaan perlu memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, serta kompetensi
para karyawannya. Jika perusahaan kemudian menyusun komponen upah karyawan terdiri atas
gaji pokok dan tunjangan tetap, maka persentase gaji pokok minimal 75% dari total upah tetap.

6
Penghitungan gaji sendiri pada praktiknya biasa dilakukan bersamaan dengan berbagai macam
komponen kompensasi dan benefit, misalnya tunjangan kehadiran, upah lembur, BPJS, potongan
untuk cicilan kasbon, dan lain-lain. Beruntung saat ini mudah bagi perusahaan untuk
melakukannya dengan cepat dan akurat karena ada payroll software yang andal. Kemudahan bayar
gaji online dan penyediaan slip gaji online menjadi keunggulan tersendiri dari payroll software
Gadjian.

Berdasarkan UU, upah tidak diberikan jika karyawan tidak melakukan pekerjaannya. Namun, ada
beberapa kondisi di mana perusahaan tetap wajib menggaji karyawan yang tidak bekerja. Kondisi-
kondisi tersebut, yaitu:

 Karyawan sakit,
 Karyawati sakit karena haid pada hari pertama dan kedua,
 Karyawan menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan
atau keguguran, suami/ isteri/ anak/ menantu/ orang tua/ mertua/ anggota keluarga dalam satu
rumah meninggal dunia,
 Sedang menjalankan kewajiban terhadap negara,
 Karyawan menjalankan ibadah agamanya,
 Karyawan telah bersedia melakukan pekerjaan yang dijanjikan tetapi pengusaha tidak
mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat
dihindari pengusaha,
 Karyawan melaksanakan hak istirahat,
 Karyawan melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan pengusaha,
 Karyawan melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

Selengkapnya, Undang-Undang Ketenagakerjaan mengatur soal pengupahan dalam sebelas pasal,


yaitu Pasal 88 s.d. 98.

C. Undang – Undang Tentang Lembur

Pasal 77 UU Ketenagakerjaan mengatur waktu kerja karyawan, yaitu selama 40 jam/minggu (7


jam/hari untuk 6 hari kerja, atau 8 jam/hari untuk 5 hari kerja). Selebihnya, perusahaan diwajibkan
membayar upah lembur kepada karyawan. Meskipun begitu, UU tersebut juga membatasi waktu
kerja lembur karyawan, yaitu maksimal selama 3 jam/ hari dan 14 jam/minggu. Jangan lupa,
penugasan untuk bekerja lembur ini pun harus atas persetujuan karyawan yang bersangkutan.
Untuk perhitungan upah lembur, sudah banyak perusahaan yang puas hitung lembur dengan
Gadjian, sebab prosesnya otomatis dan bisa langsung diintegrasikan dalam komponen gaji
bulanan.

7
D. Undang – Undang Tentang Cuti dan Istirahat

Dengan berkembangnya teknologi saat ini, karyawan-karyawan di perusahaan pengguna HR


software Gadjian telah dapat menikmati cuti online. Seperti apa aturan cuti itu sendiri di
Indonesia? Dalam Pasal 79 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa perusahaan diwajibkan
memberikan waktu istirahat dan cuti bagi karyawannya. Waktu istirahat dan cuti yang dimaksud
adalah sebagai berikut:

 Istirahat antara jam kerja, minimal 30 menit setelah bekerja selama 4 jam terus menerus.
Waktu istirahat ini tidak dihitung sebagai jam kerja;
 Istirahat mingguan: 1 hari untuk 6 hari kerja/minggu, atau 2 hari untuk 5 hari kerja/minggu;
 Cuti tahunan minimal 12 hari kerja setelah karyawan bekerja selama 12 (dua belas) bulan
terus menerus;
 Istirahat panjang untuk karyawan yang telah bekerja selama 6 tahun secara terus-menerus
pada perusahaan yang sama. Total waktu yang dapat digunakan untuk istirahat panjang
minimal 2 bulan, yang dilaksanakan pada tahun ke-7 dan ke-8 bekerja (masing-masing 1
bulan). Dengan diambilnya cuti panjang oleh karyawan, ia tidak berhak lagi atas istirahat
tahunannya dalam 2 tahun berjalan. Selanjutnya, hal yang sama berlaku untuk setiap kelipatan
masa kerja 6 tahun.

E. Undang – Undang Hak Karyawan Perempuan

Pasal-pasal yang mengatur tentang hak-hak khusus untuk karyawan perempuan, adalah:

 Pasal 81, tentang hak bagi karyawan perempuan yang merasakan sakit untuk tidak bekerja
pada hari pertama dan kedua masa haid.
 Pasal 82 ayat 1, tentang waktu istirahat untuk karyawati (karyawan perempuan) yang
melahirkan.
 Pasal 82 ayat 2, tentang hak waktu istirahat bagi karyawati yang mengalami keguguran.
 Pasal 83, tentang kesempatan bagi karyawati menyusui anaknya.

8
F. Undang – Undang Tentang Kerja Asing

Pemerintah Indonesia pun mengatur tentang tenaga kerja asing melalui UU Ketenagakerjaan No. 13
Tahun 2003. Bagi perusahaan yang ingin mempekerjakan tenaga kerja asing, ada beberapa kewajiban
yang perlu diketahui, antara lain:

 Perusahaan wajib terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Menteri Ketenagakerjaan atau
pejabat yang ditunjuk. Sedangkan pemberi kerja perseorangan (bukan perusahaan) dilarang sama
sekali untuk mempekerjakan tenaga kerja asing.
 Perusahaan wajib memastikan tenaga kerja asing itu dipekerjakan dalam jabatan dan waktu yang
sesuai dengan Keputusan Menteri terkait hal tersebut.
 Perusahaan wajib menunjuk tenaga kerja WNI sebagai tenaga pendamping bagi tenaga kerja asing
yang dipekerjakan, dengan tujuan alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing tersebut
 Perusahaan wajib melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai
dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing yang sedang dipekerjakan.
 Perusahaan wajib memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya
berakhir.

Lebih lanjut, sebanyak 8 Pasal telah mengatur mengenai keberadaan tenaga kerja asing yang
dipekerjakan di Indonesia, yaitu dari Pasal 42 hingga Pasal 49.

9
BAB IV

UNDANG – UNDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

A. PASAL 86 AYAT 1

Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. Keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Moral dan kesusilaan.

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai – nilai agama.

B. PASAL 87 AYAT 1

“ Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan kerja dan kesehatan

kerja yang terintegrasi dengan manajemen perusahaan.”

C. PASAL 87 AYAT 2

“Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai