0
Oleh: Dr. Verdy A. Koehuan, S.T., M.T.
Revolusi industri adalah perubahan besar terhadap cara manusia dalam mengolah
sumber daya dan memproduksi barang. Revolusi industri merupakan fenomena yang
terjadi antara 1750 – 1850. Saat itu, terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang
pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Perubahan tersebut
ikut berdampak pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.
Revolusi Industri yang pertama terjadi pada abad ke-18 ditandai dengan penemuan
mesin uap yang digunakan untuk proses produksi barang. Saat itu, di Inggris, mesin uap
digunakan sebagai alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan produktivitas
industri tekstil. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan
akhirnya digantikan dengan mesin tersebut.
Selain itu, mesin uap digunakan pada bidang transportasi. Transportasi internasional
pada masa itu adalah transportasi laut yang masih menggunakan tenaga angin. Namun,
angin tidak dapat sepenuhnya diandalkan karena bisa jadi angin bertiup dari arah yang
berlawanan atau bahkan tidak ada angin sama sekali.
Penggunaan tenaga angin pada alat transportasi pun mulai berkurang semenjak
James Watt menemukan mesin uap yang jauh lebih efisien dan murah dibandingkan
mesin uap sebelumnya pada 1776. Dengan mesin uap tersebut, kapal dapat berlayar
selama 24 jam penuh jika mesin uap tetap didukung dengan kayu dan batu bara yang
cukup.
Revolusi industri memungkinkan bangsa Eropa mengirim kapal perang ke seluruh
penjuru dunia dalam waktu yang jauh lebih singkat. Negara-negara imperialis di Eropa
mulai menjajah kerajaan-kerajaan di Afrika dan Asia. Selain penjajahan, terdapat dampak
lain dari revolusi industri, yaitu pencemaran lingkungan akibat asap mesin uap dan
limbah-limbah pabrik lainnya.
Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Revolusi industri ini ditandai
dengan penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu sudah tergantikan oleh mesin
uap, perlahan mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik. Walaupun begitu, masih ada
kendala yang menghambat proses produksi di pabrik, yaitu masalah transportasi.
Di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Produksi massal ini tidak
lantas membuat proses produksinya memakan waktu yang cepat karena setiap mobil
harus dirakit dari awal hingga akhir di titik yang sama oleh seorang perakit mobil.
Artinya, untuk merakit banyak mobil, proses perakitan harus dilakukan oleh banyak
orang yang merakit mobil dalam waktu yang bersamaan.
Revolusi terjadi dengan terciptanya "lini produksi" atau assembly line yang
menggunakan "ban berjalan" atau conveyor belt pada 1913. Hal ini mengakibatkan proses
produksi berubah total karena untuk menyelesaikan satu mobil, tidak diperlukan satu
orang untuk merakit dari awal hingga akhir. Para perakit mobil dilatih untuk menjadi
spesialis yang mengurus satu bagian saja.
Selain itu, para perakit mobil telah melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat -
alat yang menggunakan tenaga listrik yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga
uap.
Revolusi industri kedua ini juga berdampak pada kondisi militer pada perang dunia
II. Ribuan tank, pesawat, dan senjata diciptakan dari pabrik-pabrik yang menggunakan
lini produksi dan ban berjalan. Hal ini terjadi karena adanya produksi massal (mass
production). Perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri boleh
dibilang menjadi komplit.
Setelah revolusi industri kedua, manusia masih berperan sangat penting dalam
proses produksi berbagai macam jenis barang. Tetapi, setelah revolusi industri yang
ketiga, manusia tidak lagi memegang peranan penting. Setelah revolusi ini, abad industri
pelan-pelan berakhir dan abad informasi dimulai.
Jika revolusi pertama dipicu oleh mesin uap, revolusi kedua dipicu oleh ban
berjalan dan listrik, revolusi ketiga ini dipicu oleh mesin yang dapat bergerak dan
berpikir secara otomatis, yaitu komputer dan robot.
Salah satu komputer pertama yang dikembangkan di era perang dunia II sebagai
mesin untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman adalah komputer bernama Colossus.
Komputer yang dapat diprogram tersebut merupakan mesin raksasa sebesar ruang tidur
yang tidak memiliki RAM dan tidak bisa menerima perintah dari manusia
melalui keyboard. Komputer purba tersebut hanya menerima perintah melalui pita kertas
yang membutuhkan daya listrik sangat besar, yaitu 8.500 watt.
Namun, kemajuan teknologi komputer berkembang luar biasa pesat setelah perang
dunia kedua selesai. Penemuan semikonduktor, transistor, dan kemudian integrated
chip (IC) membuat ukuran komputer semakin kecil, listrik yang dibutuhkan semakin
sedikit, serta kemampuan berhitungnya semakin canggih.
Mengecilnya ukuran membuat komputer bisa dipasang di mesin-mesin yang
mengoperasikan lini produksi. Komputer pun mulai menggantikan banyak manusia
sebagai operator dan pengendali lini produksi.
Nah, inilah revolusi industri yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Bahkan,
diangkat menjadi salah satu topik dalam Debat Capres 2019. Industri 4.0 adalah tren di
dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Istilah
industri 4.0 berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih Pemerintah
Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik.
Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan
pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem siber-fisik, internet of things (IoT), cloud
computing, dan cognitive computing.
Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi,
dunia kerja, bahkan gaya hidup. Singkatnya, revolusi industri 4.0 menanamkan teknologi
cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia.
Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi
baru, serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Contoh terdekatnya, munculnya
transportasi dengan sistem ride-sharing seperti Go-Jek dan Grab. Kehadiran revolusi
industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, dan profesi baru
yang tak terpikirkan sebelumnya.
Tidak dapat dipungkiri, berbagai aspek kehidupan manusia akan terus berubah
seiring dengan revolusi dan perkembangan teknologi yang terjadi. Memang perubahan
seringkali diiringi banyak dampak negatif dan menimbulkan masalah-masalah baru.
Namun, perubahan juga selalu bisa membawa masyarakat ke arah yang lebih baik.
Simpulannya, revolusi industri 4.0 bukanlah suatu kejadian yang menakutkan, justru
membuka peluang yang semakin luas bagi anak bangsa untuk berkontribusi terhadap
perekonomian nasional.
Revolusi Industri 4.0 merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat. Di Indonesia sendiri, perkembangan teknologi dan informasi terjadi begitu
cepat. Dampak era revolusi industri 4.0 ini tentu sengat besar bagi dunia industri juga
perilaku di masyarakat.
Dalam bidang industri, yang sebelumnya masih mengandalkan tenaga manusia
dalam proses produksi barang. Namun saat ini barang dibuat secara masal dengan
menggunakan mesin dan berteknologi canggih. Keadaan seperti ini dikenal sebagai
revolusi industri 4.0.
Tidak dapat dipungkiri, perlahan semua sudah beralih ke arah digital. Sehingga
interaksi antara manusia dan teknologi sudah tidak terelakkan lagi. Semua pemenuhan
kebutuhan kini sudah tersedia secara digital, mulai dari jual-beli, jasa, hingga transaksi
pembayaran. Akan tetapi, apakah masyarakat sudah tahu dampak era revolusi industri 4.0
dan cara mengatasinya?.
Sebelum membahas tentang dampak era revolusi industri 4.0 dan cara
mengatasinya, alangkah lebih baiknya untuk tahu terlebih dahulu apa itu era revolusi
industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 merupakan perubahan dimana untuk memproduksi
suatu barang, memanfaatkan mesin sebagai tenaga penggerak dan pemroses. Revolusi
industri ini hadir untuk menjawab permasalahan efektifitas dan efisiensi dalam
memproduksi suatu barang.
Revolusi Industri 4.0 ini mengintregasikan antara teknologi cyber dan teknologi
otomatisasi. Dampak era revolusi industri 4.0 adalah dalam penerapannya tid ak lagi
memberdayakan tenaga kerja manusia, sebab semuanya sudah menerapkan konsep
otomatisasi.
Dengan demikian tingkat efektifitas dan efisiensi waktu bisa meningkat. Dimana
waktu merupakan hal vital dalam dunia industri. Disamping manfaat revolusi indust ri 4.0
terhadap bidang prindustrian, manfaat teknologi juga bisa dirasakan oleh semua orang.
Saat ini akses informasi sangat mudah dan bisa dilakukan kapan dan di mana saja dengan
adanya jaringan internet.
Internet of Thing merupakan konsep dimana suatu alat fisik atau mesin yang
terkoneksi dengan jaringan internet. Sehingga mampu mentransfer data tanpa
memerlukan bantuan manusia.
b. Big Data
Big Data merupakan istilah untuk mendeskripsikan volume informasi yang besar,
baik yang terstruktur maupun informasi tidak terstruktur. Data atau informasi tersebut
bisa disusun, diolah, dianalisa, dan disimpan. Big Data sudah dimanfaatkan dalam
berbagai jenis bisnis serta mampu membantu dalam menentukan arah dalam bisnis.
c. Argumented Reality
d. Cyber Security
e. Artifical Intelegence
Artificial intelegence merupakan teknologi komputer yang memungkinkan mesin
yang memiliki kecerdasan mirip manusia. Mulai dari melaksanakan tugas serta
mengambil keputusan dengan tepat tanpa bantuan manusia. Artificial intelegence mampu
mempelajari dan menganalisis data secara berkesinambungan. Kemampuan
memprediksinya akan semakin baik apabila data yang diterima semakin banyak.
f. Addictive Manufacturing
g. Integrated System
h. Cloud Computing
Fenomena revolusi industri 4.0 ini membawa banyak pengaruh, baik positif maupun
negatif bagi masyarakat. Dimana semua lini tengah berlomba untuk melakukan
digitalisasi agar tidak terlindas oleh teknologi yang terus berkembang. Untuk itu
masyarakat perlu mengetahui dampak era revolusi industri 4.0, dan cara untuk
mengatasinya. Berikut dampak era revolusi industri 4.0 terhadap beberapa bidang dan
mengatasinya.
1. Dampak Sosial
Dampak era revolusi industri 4.0 sangat signifikan terhadap bidang sosial. Sebab
pada era ini seluruh proses produksi telah menggunakan mesin berteknologi canggih,
menggantikan peranan manusia dalam dunia industri. Tentu hal ini berpengaruh terhadap
ketersediaan lapangan kerja, sebab tenaga manusia tidak lagi diberdayakan dalam industri
manufaktur. Sistem pendidikan yang sebelumnya diterapkanpun tidak akan relevan lagi di
dalam dunia kerja.
2. Dampak di Bidang Politik
Adanya digitalisasi memang dibutuhkan sebagai sarana pemenuhan terhadap
permintaan barang dalam jumlah besar dengan harga yang mudah dijangkau masyarakat.
Namun dampak era revolusi industri 4.0 yang sangat besar adalah terhadap meningkatnya
angka pengangguran yang berimbas pada perekonomian negara.
Salah satu upaya Undana untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 adalah memacu
riset dan publikasi ilmiah dari para dosen di Undana. Melalui riset dan publikasi ilmiah
diharapkan Undana akan dapat menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat,
dan inovasi inilah yang merupakan salah satu kunci penerapan Revolusi Industri 4.0.
Selain memacu riset dan publikasi ilmiah, Undana juga senantiasa meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas dosen yang dimilikinya melalui fasilitasi studi lanjut program
magister dan doktoral bagi dosen. Hal ini dikarenakan dalam menghadapi revolusi
industri dosen juga harus mengikuti program kompetensi inti yang sesuai dengan
kebutuhan revolusi industri 4.0. Diharapkan dengan program kompetensi ini dosen akan
yang memiliki kompetensi inti keilmuan (core competence) yang kuat, mempunyai soft
skill, ‘critical thinking’, kreatif, komunikatif dan mampu berkolaborasi dengan baik
dengan mahasiswa.
Peningkatan akses mahasiswa terhadap informasi technology (IT) juga
dikembangkan Undana untuk mempersiapkan mahasiswanya menghadapi Revolusi
Industri 4.0. Sekarang ini hampir disetiap jurusan akses mahasiswa terhadap internet
sudah baik.Keberadaan internet ini kedepannya juga diharapkan dapat memantapkan
pelaksanaan sistem pembelajaran e-learning untuk kelas daring, dan memudahkan
mahasiswa mendapatkan akses terhadap sistem online terhadap layanan akademik
maupun non akademik di Undana.
Demikian ulasan tentang pengertian, dampak era revolusi industri 4.0 dan cara
mengatasinya. Fenomena ini bukanlah hal yang pertama kali terjadi, melainkan sudah kali
ke empat. Sehingga adaptasi merupakan hal wajib yang harus dilakukan agar tidak
tergilas oleh teknologi yang akan terus mengalami perkembangan.
Revolusi Industri 4.0 merupakan perubahan dalam bidang industri, dimana untuk
memproduksi suatu barang, memanfaatkan mesin sebagai tenaga penggerak dan
pemroses. Dimana dalam perkembangannya adalah Internet of Things (IoT) konsep
dimana suatu alat fisik atau mesin yang terkoneksi dengan jaringan internet, Big Data,
dan Argumented Reality. Kemudian Cyber Security, Artifical Intelegence, Addictive
Manufacturing, Integrated System, dan Cloud Computing.
Mesikpun salah satu dampak era revolusi industri 4.0 adalah butuh mengeluarkan
biaya yang tinggi, namun digitalisasi terhadap usaha yang dijalankan saat ini sangatlah
penting. Dengan adannya teknologi canggih ini dapat meningkatkan efektifitas dan
produktivitas. Produk yang dihasilkan lebih beragam dengan harga yang terjangkau.
Sehingga mampu mencukupi kebutuhan pasar.