Anda di halaman 1dari 4

Jhody Andika Birawa

41153030190012
IKOM A-1 Semester 1

Revolusi Industri dari 1.0 hingga 5.0

Revolusi Industri 1.0


Revolusi Industri yang pertama terjadi pada abad ke-18 ditandai dengan penemuan mesin
uap yang digunakan untuk proses produksi barang. Saat itu, di Inggris, mesin uap digunakan
sebagai alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil.
Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan
dengan mesin tersebut.
Selain itu, mesin uap digunakan pada bidang transportasi. Transportasi internasional pada
masa itu adalah transportasi laut yang masih menggunakan tenaga angin. Namun, angin tidak dapat
sepenuhnya diandalkan karena bisa jadi angin bertiup dari arah yang berlawanan atau bahkan tidak
ada angin sama sekali. Penggunaan tenaga angin pada alat transportasi pun mulai berkurang
semenjak James Watt menemukan mesin uap yang jauh lebih efisien dan murah dibandingkan
mesin uap sebelumnya pada 1776. Dengan mesin uap tersebut, kapal dapat berlayar selama 24 jam
penuh jika mesin uap tetap didukung dengan kayu dan batu bara yang cukup.
Revolusi industri memungkinkan bangsa Eropa mengirim kapal perang ke seluruh penjuru
dunia dalam waktu yang jauh lebih singkat. Negara-negara imperialis di Eropa mulai menjajah
kerajaan-kerajaan di Afrika dan Asia. Selain penjajahan, terdapat dampak lain dari revolusi
industri, yaitu pencemaran lingkungan akibat asap mesin uap dan limbah-limbah pabrik lainnya.
Revolusi Industri 2.0
Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Revolusi industri ini ditandai dengan
penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu sudah tergantikan oleh mesin uap, perlahan
mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik. Walaupun begitu, masih ada kendala yang menghambat
proses produksi di pabrik, yaitu masalah transportasi.
Di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Produksi massal ini tidak lantas
membuat proses produksinya memakan waktu yang cepat karena setiap mobil harus dirakit dari
awal hingga akhir di titik yang sama oleh seorang perakit mobil. Artinya, untuk merakit banyak
mobil, proses perakitan harus dilakukan oleh banyak orang yang merakit mobil dalam waktu yang
bersamaan.
Revolusi terjadi dengan terciptanya "lini produksi" atau assembly line yang menggunakan
"ban berjalan" atau conveyor belt pada 1913. Hal ini mengakibatkan proses produksi berubah total
karena untuk menyelesaikan satu mobil, tidak diperlukan satu orang untuk merakit dari awal
hingga akhir. Para perakit mobil dilatih untuk menjadi spesialis yang mengurus satu bagian saja.
Selain itu, para perakit mobil telah melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat-alat yang
menggunakan tenaga listrik yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga uap.
Revolusi industri kedua ini juga berdampak pada kondisi militer pada perang dunia II.
Ribuan tank, pesawat, dan senjata diciptakan dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi
dan ban berjalan. Hal ini terjadi karena adanya produksi massal (mass production). Perubahan dari
masyarakat agraris menjadi masyarakat industri boleh dibilang menjadi komplit.
Revolusi Industri 3.0
Setelah revolusi industri kedua, manusia masih berperan sangat penting dalam proses
produksi berbagai macam jenis barang. Tetapi, setelah revolusi industri yang ketiga, manusia tidak
lagi memegang peranan penting. Setelah revolusi ini, abad industri pelan-pelan berakhir dan abad
informasi dimulai.
Jika revolusi pertama dipicu oleh mesin uap, revolusi kedua dipicu oleh ban berjalan dan
listrik, revolusi ketiga ini dipicu oleh mesin yang dapat bergerak dan berpikir secara otom atis,
yaitu komputer dan robot.
Salah satu komputer pertama yang dikembangkan di era perang dunia II sebagai mesin
untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman adalah komputer bernama Colossus. Komputer yang
dapat diprogram tersebut merupakan mesin raksasa sebesar ruang tidur yang tidak memiliki RAM
dan tidak bisa menerima perintah dari manusia melalui keyboard. Komputer purba tersebut hanya
menerima perintah melalui pita kertas yang membutuhkan daya listrik sangat besar, yaitu 8.500
watt.
Namun, kemajuan teknologi komputer berkembang luar biasa pesat setelah perang dunia
kedua selesai. Penemuan semikonduktor, transistor, dan kemudian integrated chip (IC) membuat
ukuran komputer semakin kecil, listrik yang dibutuhkan semakin sedikit, serta kemampuan
berhitungnya semakin canggih.
Mengecilnya ukuran membuat komputer bisa dipasang di mesin-mesin yang
mengoperasikan lini produksi. Komputer pun mulai menggantikan banyak manusia sebagai
operator dan pengendali lini produksi.
Revolusi Industri 4.0
Nah, inilah revolusi industri yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Bahkan,
diangkat menjadi salah satu topik dalam Debat Capres 2019. Industri 4.0 adalah tren di dunia
industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Istilah industri 4.0
berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih Pemerintah Jerman yang
mengutamakan komputerisasi pabrik.
Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran
data. Hal tersebut mencakup sistem siber-fisik, internet of things (IoT), cloud computing,
dan cognitive computing.
Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia
kerja, bahkan gaya hidup. Singkatnya, revolusi industri 4.0 menanamkan teknologi cerdas yang
dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia.
Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru,
serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Contoh terdekatnya, munculnya transportasi
dengan sistem ride-sharingseperti Go-Jek dan Grab. Kehadiran revolusi industri 4.0 memang
menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, dan profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya.
Tidak dapat dipungkiri, berbagai aspek kehidupan manusia akan terus berubah seiring
dengan revolusi dan perkembangan teknologi yang terjadi. Memang perubahan seringkali diiringi
banyak dampak negatif dan menimbulkan masalah-masalah baru. Namun, perubahan juga selalu
bisa membawa masyarakat ke arah yang lebih baik.

Revolusi industri 5.0

Baru saja kita mendengar konsep revolusi industri 4.0 dengan memanfaatkan data, teknologi
blockchain, serta kecerdasan buatan, Jepang sudah hadir dengan konsep Society 5.0. Revolusi industri
dengan konsep baru ini dinilai dapat menggantikan 4 versi sebelumnya yang hanya menitikberatkan
pada produksi barang atau jasa.

Jika perkembangan teknologi sudah sebegitu majunya, lalu apalagi yang harus diperbaharui?
Mungkin itu yang ada di pikiran sebagian orang, tapi tidak dengan ide yang dirumuskan oleh
pemerintahan Jepang. Perkembangan teknologi yang begitu pesat, termasuk adanya peran-peran
manusia yang tergantikan oleh kehadiran robot cerdas, dianggap dapat mendegradasi peran manusia.
Hal ini yang melatar belakangi lahirnya Society 5.0 yang diperkenalkan di Kantor Perdana
Menteri Jepang pada hari Senin, 21 Januari 2019. Melalui Society 5.0, kecerdasan buatan (artificial
intelligence) akan mentransformasi big data pada segala sendi kehidupan serta the Internet of Thingsakan menjadi
suatu kearifan baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-
peluang bagi kemanusiaan. Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih
bermakna.

Dampak

Revolusi Industri mengubah Inggris menjadi negara industri yang maju dan modern. Di Inggris
muncul pusat-pusat industri, seperti Lancashire, Manchester, Liverpool, dan Birmingham. Seperti
halnya revolusi yang lain, Revolusi Industri juga membawa akibat yang lebih luas dalam bidang
ekonomi, sosial dan politik, baik di negeri Inggris sendiri maupun di negara-negara lain.

Akibat di bidang ekonomi


 Barang melimpah dan harga murah
Revolusi Industri telah menimbulkan peningkatan usaha industri dan pabrik secara besar-
besaran melalui proses mekanisasi. Dengan demikian, dalam waktu singkat dapat menghasilkan barang-
barang yang melimpah. Produksi barang menjadi berlipat ganda sehingga dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat yang lebih luas. Akibat pembuatan barang menjadi cepat, mudah, serta dalam jumlah yang
banyak sehingga harga menjadi lebih murah.
 Perusahaan kecil gulung tikar
Dengan penggunaan mesin-mesin maka biaya produksi menjadi relatif kecil sehingga harga
barang-barang pun relatif lebih murah. Hal ini membawa akibat perusahaan tradisional terancam dan
gulung tikar karena tidak mampu bersaing.
 Perdagangan makin berkembang
Berkat peralatan komunikasi yang modern, cepat dan murah, produksi lokal berubah menjadi
produksi internasional. Pelayaran dan perdagangan internasional makin berkembang pesat.
 Transportasi semakin lancar
Adanya penemuan di berbagai sarana dan prasarana transportasi yang makin sempurna dan
lancar. Dengan demikian, dinamika kehidupan masyarakat makin meningkat.
Akibat di bidang sosial
 Berkembangnya urbanisasi
Berkembangnya industrialisasi telah memunculkan kota-kota dan pusat-pusat keramaian yang baru.
Karena kota dengan kegiatan industrinya menjanjikan kehidupan yang lebih layak maka banyak petani
desa pergi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengakibatkan terabaikannya usaha kegiatan
pertanian.
 Upah buruh rendah
Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga
kerja makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan tenaga mesin. Dengan
demikian, upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan sosial pun berkurang sehingga
kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan para pengusaha banyak memilih tenaga buruh wanita dan
anak-anak yang upahnya lebih murah.
 Munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh
Di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan kelompok
pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian, dalam masyarakat timbul
golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis) yang hidup penuh kemewahan dan
golongan buruh yang hidup dalam kemiskinan.
 Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh
Dengan munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah di satu pihak, sementara terdapat
golongan buruh yang hidup menderita di pihak lain, maka hal itu menimbulkan kesenjangan antara
pengusaha dan buruh. Kondisi seperti itu sering menimbulkan ketegangan-ketegangan yang diikuti
dengan pemogokan kerja untuk menuntut perbaikan nasib. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap
sistem ekonomi kapitalis, sehingga kaum buruh condong kepada paham sosialis.
 Munculnya revolusi sosial
Pada tahun 1820-an terjadi huru hara yang ditimbulkan oleh penduduk kota yang miskin dengan
didukung oleh kaum buruh. Gerakan sosial ini menuntut adanya perbaikan nasib rakyat dan buruh.
Akibatnya, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang menjamin perbaikan nasib kaum buruh dan
orang miskin.
Akibat di bidang politik
 Munculnya gerakan sosialis
Kaum buruh yang diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha mulai bergerak menyusun
kekuatan untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka kemudian membentuk organisasi yang lazim
disebut gerakan sosialis. Gerakan sosialis dimotivasi oleh pemikiran Thomas Marus yang menulis buku
Otopia.
 Munculnya partai politik
Dalam upaya memperjuangkan nasibnya maka kaum buruh terus menggalang persatuan.
Apalagi dengan makin kuatnya kedudukan kaum buruh di parlemen mendorong dibentuknya suatu
wadah perjuangan politik, yakni Partai Buruh. Partai ini berhaluan sosialis. Di pihak pengusaha
menggabungkan diri ke dalam Partai Liberal.
 Munculnya imperialisme modern
Kaum pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang kuat dalam pemerintahan
untuk melakukan imperialisme demi kelangsungan industrialisasinya. Dengan demikian, lahirlah
imperialisme modern, yaitu perluasan daerah-daerah sebagai tempat pemasaran hasil industri, mencari
bahan mentah, penanaman modal yang surplus, dan tempat mendapatkan tenaga buruh yang murah.
Dalam hal ini, Inggris yang menjadi pelopornya.
Akibat di bidang budaya
Dari segi budaya saat ini di berbagai Negara telah mengembangkan budaya digital (digital
culture), yang dimana fleksibilitas memungkinkan membawa pengaruh pada industri media dan
pengguna.

Pada tahun 2016, Google Arts & Culture bekerjasama 7 museum di Indonesia melakukan
perekaman virtual menggunakan teknologi Google Art Camera dan Google Cardboard sehingga
menghasilkan tur virtual 360. Pemanfaatan teknologi virtual reality di Indonesia masih tergolong baru
dan masih berkembang, tetapi di luar negeri penggunaan virtual reality sudah digarap secara serius.
Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) megatakan bahwa masyarakat hanya 2%
yang berkunjung ke museum dan 5% ketempat bersejarah. Oleh karena itu, Penggunaan virtual reality
diharapkan mampu meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung serta memberikan pengalaman
dan pengetahuan baru.

Kebudayaan yang bersifat dinamis dan terus berkembang justru membutuhkan teknologi
pendukung, seperti halnya dalam penyimpanan arsip digital. Kepedulian masyarakat dan peran serta
pemerintah sangat dibutuhkan dalam perekaman dan pengarsipan kebudayaan daerah. Digitalisasi aset
budaya merupakan salah satu cara untuk melindungi warisan budaya Indonesia yang beragam untuk
generasi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai