Revolusi Pendidikan
a. Pendidikan 1.0
Pendidikan 1.0 merupakan istilah untuk menggambarkan paradigma pendidikan lama
yang menggunakan metode teacher center dan menjadikan peserta didik hanya sebagai
penerima materi yang pasif. Makrides (2019) menjelaskan bawah beberapa ciri pendidikan
1.0 adalah bahwa “1) the student is the passive recipient, 2) the teacher gives knowledge
as the absolute leader in the classroom, dan 3) technology if forbidden in the classroom”.
Di sisi lain, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (2019) menjelaskan bahwa pendidikan 1.0
hanya bisa dialami oleh golongan tertentu saja, karena pada saat itu, pendidikan
diciptakan oleh para pengusaha dan penjajah sebagai suatu hal yang mewah.
b. Pendidikan 2.0
Pada era pendidikan 2.0 ini komunikasi, kerja sama dan kolaborasi antar siswa mulai
tumbuh, akan tetapi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
(student centered learning) belum diimplementasikan. Pembelajaran yang diterapkan
masih teacher centered. Makrides (2019) menyampaikan beberapa ciri dalam pendidikan
2.0, yaitu: “1) communication and collaboration are starting to grow, 2) exam-
based approach - the result is the examination - memorization of knowledge, 3) an
underestimated student-centered approach, we call it but do not apply it, 4) invasion
of technology and social networking, 5) apply technology to the classroom, 6) students
know the technologies better than teachers, dan 7) the classmates communicate
faster and smarter”. Ciri yang dikemukakan Makrides ini masih sering dijumpai di
Indonesia, di mana sudah ada kolaborasi antar peserta didik, namun guru masih berperan
sebagai pusat (teacher centered). Selain itu, implementasi teknologi di dalam kelas juga
sudah digunakan, tetapi tidak jarang ada kasus dimana peserta didik lebih menguasai
teknologi tersebut.
c. Pendidikan 3.0
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered
learning) sudah diterapkan di tahap pendidikan 3.0 ini. Dalam proses pembelajaran, guru
berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan advisor. Penerapan teknologi juga semakin
luas dan tidak hanya di dalam ruang kelas saja. Peserta didik bisa melakukan proses belajar
“di mana saja” karena kemudahan dalam mengakses materi melalui teknologi.
Pembelajaran di kelas pun tidak seperti model klasik yang berpusat pada guru, di kelas
pendidikan 3.0 lebih banyak terjadi interaksi dan diskusi antar peserta didik maupun
antara guru dan peserta didik. Lebih lanjut, menurut Makrides (2019) ciri pendidikan 3.0
adalah sebagai berikut: “1) student-centered approach, 2) the teacher is transformed into
a coordinator/facilitator, advisor, learner and practice guide, 3) the student is
researching, 4) flip classroom method applies, 5) more dialogue, technology is everywhere,
the student is self-learning and everywhere, 6) the classical style classroom no
longer exists, dan 7) lesson plans are now called learning plans”.
d. Pemdidikan 4.0
Di era pendidikan 4.0 ini kreativitas dan inovasi menjadi sangat penting dan menjadi
pusat belajar, dalam arti pendidikan harus mampu membangun kreativitas dan inovasi
peserta didik. Peran guru menjadi sangat vital di sini, sehingga sangat diperlukan
pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi seorang guru. Pengetahuan yang dibangun
oleh peserta didik tidak hanya dalam satu bidang tertentu saja, akan tetapi berkaitan satu
dengan yang lain. Hal ini menuntut guru agar mampu menguasai multidisiplin ilmu.
Sebagaimana dikemukakan oleh Aberšek (2017) bahwa agar bisa menjadi guru yang baik di
era pendidikan 4.0 dibutuhkan “acquire a large set different kind of interdisciplinary
knowledges, each of which binds an idea of the causal relation, cause and consequences,
possible antecedents and causes,
possible developments and consequences, and possible interventions to strategy of
teaching”.
Ciri pendidikan 4.0 sebagaimana disampaikan oleh Makrides (2019) meliputi: “1) co-
creation and innovation in the centre, 2) whenever and wherever: flipped classroom
applied & interactive practical exercise – face-to-face, 3) learning is done at home or
outside school, while in school students develop skills, 4) development of personalized
teaching and learning, 5) learning plans are now called creativity plans, dan 5) the
technology: its free or/and easily accessible and increased use of virtual reality”.
Kemudahan dalam mengakses teknologi pembelajaran menjadi salah satu ciri pendidikan
4.0 ini, sehingga proses belajar peserta didik tidak hanya sebatas di kelas. Bahkan,
Makrides (2019) menjelaskan bahwa proses belajar peserta didik terjadi di rumah atau di
luar sekolah, sedangkan ketika di sekolah peserta didik mengembangkan keterampilan
(skill) mereka. Lebih lanjut, Utomo (2019) menjelaskan beberapa fitur pembelajaran di
dalam pendidikan 4.0, sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered), memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar sebagaimana minat dan kecepatan
belajarnya masing-masing;
b. Pembelajaran mengembangkan kemampuanpeserta didik menggali sendiri
pengetahuan dari sumber-sumber informasi dengan menggunakan internet, sebagai
wahana bagi mereka untuk belajar sepanjang hayat (life-long learning);
c. Pemanfaatan infrastruktur ICT dan perangkat pembelajaran virtual untuk memberikan
fleksibilitas bagi peserta didik untuk menemukan sumber-sumber belajar yang
berkualitas, merekam data, menganalisis data, dan menyusun laporan dan melakukan
presentasi;
d. Menekankan belajar hands-on melalui metode pembelajaran yang
dinamakan “flipped classroom”, yang dengan metode ini peserta didik belajar aspek-
aspek teoritik pengetahuan di rumah dan melakukan praktik di kelas. Metode ini
mengembangkan kebiasaan dan kemampuan belajar mandiri (self-learning) seraya
menyediakan waktu belajar lebih longgar bagi pembelajaran di sekolah untuk
pengembangan kompetensi;
e. Mengembangkan soft-skills berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah,
khususnya pemecahan masalah otentik dan non-rutin; f. Kolaborasi dan dalam
interaksi sosial sebagaipendekatan utama yang digunakan dalam pengembangan
kompetensi, untuk memperkenalkan budaya kerja di dunia industry dan dunia kerja di
Abad ke-21.
f. Memberikan fleksibilitas untuk proses pembelajaran dalam bentuk blended
learning, yang memungkinkan peserta didik berinteraksi, berkolaborasi dan saling
belajar satu sama lain dalam setting kelas maupun secara jarak jauh (distance) melalui
internet.