Anda di halaman 1dari 5

Apa itu Revolusi Industri 4.0?

Dalam pandangan Angela Markel (2013), definisi


dari Revolusi Industri 4.0 adalah transformasi yang komprehensif yang
menyelimuti keseluruhan aspek produksi dari industri lewat peleburan teknologi
digital & internet dengan industri konvensional.
Adapun Schlechtendahl dan kawan-kawan (2015) menekankan bahwa Revolusi
Industri 4.0 adalah lebih mengutamakan unsur kecepatan dari tersedianya suatu
informasi, dimana seluruh entitas suatu lingkungan industri senantiasa
terhubung & bisa berbagi informasi satu sama lain.
Ada lagi definisi lainnya yang lebih teknis seperti yang dikemukakan oleh
Kagermann dan kawan-kawan (2013) bahwa Revolusi Industri 4.0 ialah integrasi
dari Cyber Physical System (CPS) & Internet of Things and Services (IoT dan IoS) ke
dalam proses industri yang mencakup proses manufaktur, logistik dan proses-
proses lainnya[1].

1. Perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0

Pada masa dimana belum terjadi Revolusi Industri Pertama, manusia membuat
barang dan jasa hanya dengan menggunakan tenaga manusia, tenaga hewan,
tenaga air atau tenaga angin. Tentu saja semuanya memiliki keterbatasan, baik
dalam hal jumlah yang dapat diproduksi, kecepatan produksi maupun efisiensi
dan efektivitasnya.
Keterbatasan tenaga manusia atau hewan itu pada gilirannya tergantikan oleh
tenaga air atau tenaga angin sebagai sumber energi dalam proses penggilingan.
Namun tenaga uap dan angin pun juga memiliki masalah dengan tempat atau
lokasi sumber tenaganya. Sumber tenaga tersebut cuma bisa didapat di daerah
yang dekat dengan air terjun atau di daerah yang berangin saja.
Nah pada saat Revolusi Industri Pertama muncul, mulailah tercipta kondisi yang
mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia. Akibat adanya perubahan
dalam skala yang masif dan global itu, maka roses produksi atau jasa yang
awalnya sulit, butuh waktu serta proses yang relatif lama, maka semua kendala
itu dapat teratasi. Hanya saja, untuk itu sebagai konsekuensinya dibutuhkan
biaya atau modal yang cukup besar agar dapat menjadikannya lebih mudah,
lebih cepat, serta lebih murah dalam proses produksinya.
Revolusi Industri Pertama atau yang sering disebut juga dengan istilah Revolusi
Industri 1.0 dimulai pada tahun 1776, yakni dengan diketemukannya mesin uap
oleh James Watt. Meski bukan mesin uap pertama, namun kelebihan mesin uap
James Watt ini memiliki efesiensi yang jauh lebih bagus dibandingkan mesin uap
sebelum tahun 1776.
Mesin uap ini menggunakan bahan bakar kayu & batu bara. Sebagai bukti
efisensinya, mesin uap ini dapat mentenagai kapal-kapal selama 24 jam full.
Sejak diketemukannya mesin ini, negara-negara penjajah Eropa mulai
melakukan pelebaran wilayah atau penjajahan di kerajaan atau kesultanan di
wilayah Afrika & Asia. Selain penjajahan, dampak lainnya akibat penggunaan
mesin uap yang masif untuk menghasilkan bermacam produk industri adalah
tentu saja pencemaran lingkungan.
Selanjutnya masuk Revolusi Industri 2.0 di mana mulai tahun 1870 dilakukan
proses produksi barang secara masal dengan menggunakan assembly line dan
juga penggunaan energi listrik.
Kemudian muncul Revolusi Industri 3.0 sekitar tahun 1989, di mana komputer
mulai hadir, sehingga berkembanglah otomatisasi industri dan manufaktur.
Setelah itu barulah masuk ke Revolusi Industri 4.0, di mana kegiatan manufaktur
terintegrasi melalui penggunaan teknologi wireless dan big data secara masif,
yang membuat pemanfaatan data lebih efisien dengan system server,
mengintegrasikan keseluruhan kegiatan otomasi dalam satu sistem.

2. Teknologi Pendukung Revolusi Industri 4.0

Terdapat 10 (sepuluh) jenis teknologi pendukung Revolusi Industri 4.0.


Kesepuluh jenis teknologi tersebut adalah[2]:
– Internet of Things (IoT) / Internet untuk Segala
– Komputasi Awan (Cloud Computing)
– Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)
– Big Data (Maha Data)
– Augmented Reality (AR) / Realita Tertambah
– Integrasi Sistem (System Integration)
– Cyber Security (Keamanan Siber)
– Simulasi (Simulation)
– Robot Otonom (Autonomous Robot)
– 3D Printing / Additive Manufacturing

Baca juga: Video eLearning Revolusi Industri 4.0 dari UI

3. Transformasi Digital dan Revolusi Industri 4.0


Revolusi Industri 4.0 juga erat kaitannya dengan istilah Transformasi Digital.
Transformasi Digital sendiri diberi makna sebagai perubahan yang ditimbulkan
sebagai akibat penerapan teknologi digital di seluruh aspek kehidupan
masyarakat.
Sebuah organisasi atau perusahaan yang hendak melakukan proses
transformasi digital mesti menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan
budaya sebagai konsekuensi penerapan teknologi digital. Karena berdasarkan
sebuah survey, sebanayk 57% persen perusahaan di dunia sedang
bertransformasi menuju digital. Namun dari jumlah sebanyak itu, sekitar
sepertiganya mengalami kegagalan.
Kegagalan tersebut terutama disebabkan belum dipahaminya proses
transformasi digital sepenuhnya. Sebab ia bukan hanya soal bagaimana
membuat versi digital dari sebuah produk fisiknya, namun juga melingkupi
perubahan perilaku konsumen, karyawan dan berbagai aspek budaya lainnya.
Terdapat 4 (empat) komponen pendukung suatu transformasi digital,
yaitu: empowered employees, engaged customers, transformed
products dan optimized operations[2].

4. Tantangan dan Peluang Revolusi Industri 4.0

Saat ini berbagai macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan


dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi.
Misalnya pada bidang sharing economy terdapat Airbnb, Swap.com, Zopa, Bcycle,
BookMooch, Zilok.com, Zipcar, atau yang sedang banyak digandrungi para
remaja adalah Netflix. Contoh di bidang edukasi ada Coursera, Audacity, Canvas
Network, Edx, NovoED, Iversity, Open2Study dan Future Learn.
Di bidang e-goverment ada e-Governance, KlikDokter.com dan HealthTap. Di
bidang Cloud Collaboration juga terdapat Google Drive, Dropbox dan Microsoft
Office. Dan yang sedang tren saat ini tentu saja e-commerce, seperti Bukalapak,
Shopee, Tokopedia dan lain-lain. Serta terakhir di bidang Smart
Manufacturing terdapat Sculpteo dan 3D painting.

a. Tantangan atau Ancaman


Secara global era digitalisasi pada Revolusi Industri 4.0 akan menghilangkan
sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena
digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis (Gerd Leonhard, Futurist).
Diestimasi bahwa di masa depan, 65% murid sekolah dasar di dunia akan
bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di saat ini (U.S. Department of
Labor Report).

b. Peluang
Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2,1
juta pekerjaan baru pada tahun 2025. Terdapat potensi pengurangan emisi
karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga industri: elektronika (15,8 miliar),
logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World
Economic Forum). Oleh karena itulah keunggulan iptek di bidang teknik elektro,
teknik mesin, teknik kimia, informatika dan bidang-bidang teknik lainnya
menjadi penting untuk dikuasai oleh SDM Indonesia[3].

5. Profesi di Era Revolusi Industri 4.0

Terdapat sejumlah profesi yang seksi dan menjanjikan di era Revolusi Industri
4.0. Berikut ini beberapa profesi tersebut:
a. Data Scientist
Bertugas menganalisis data-data perusahaan, bertanggung jawab atas kualitas
data perusahaan, melakukan penelitian terkait data perusahaan yang sering kali
berupa maha data (big data).
b. Koordinator robot
Bertugas mengawasi, melakukan pemeliharaan dan perbaikan atas robot, baik
robot semi otonom, robot otonom maupun robot humanoid.
c. Arsitek jasa IoT / IT
Bertugas membuat desain sistem di perusahaan / manufaktur yang
menghubungkan produk, mesin dan karyawan secara online dan real
time menggunakan berbagai teknologi atau platform tertentu.
d. Programmer / insinyur komputer
Bertugas meciptakan atau mengembangkan aplikasi yang menghidupkan sistem
yang telah diddesain oleh seorang arsitek IT/ IoT.
e. UI/UX designer
Bertugas membuat tampilan atau antarmuka (interface) untuk produk digital
seperti website, aplikasi dan lain-lain serta mencari cara bagaimana data-data di
lapangan dapat diimplementasikan ke dalam interface tersebut.
f. Ahli keamanan siber (cyber security)
Jangkauan tugasnya sangat luas sehingga bisa dipecah ke dalam banyak
spesialis, misalkan menangani keamanan sistem IT, membangun dan
memelihara sistem IT, memberikan solusi masalah keamanan sistem IT,
berperan sebagai investigator digital, auditor digital dan lain sebagainya.
g. Ahli pemasaran digital (digital marketing)
Sesuai namanya, maka jangkauan tugasnya juga sangat luas sehingga bisa
diperinci ke dalam banyak spesialis, seperti ahli stratgei pemasaran digital, ahli
pemasaran melalui media sosial, ahli SEO dan lain-lain[2].

Society 5.0
Society 5.0 adalah sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia
dan berbasis teknologi. Pada era ini, masyarakat diharapkan mampu
menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan
memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia.
Dalam menghadapi era society 5.0, dunia pendidikan berperan penting dalam
meningkatkan kualitas SDM. Peserta didik diharapkan dapat memiliki kecakapan
hidup abad 21 yang dikenal dengan istilah 4C, yakni creativity, critical thinking,
communication, dan collaboration.
Oleh karena itu ada tiga hal yang harus dimanfaatkan pendidik di era society 5.0,
antara lain: Internet of things pada dunia Pendidikan (IoT), Virtual/Augmented
reality dalam dunia pendidikan, dan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk
mengetahui serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan
oleh peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai