Anda di halaman 1dari 39

INTRODUCTION TO TECHNOLOGY MANAGEMENT

1. Teknologi dan Perubahan


Tak bisa dihindarkan, teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Teknologi tampil dalam banyak hal yang membantu kenyamanan hidup kita seperti: tenaga
listrik, kendaraan bermotor, HP, smart phone, laptop, internet, GPS, ATM dan sebagainya. Juga
sudah menjadi bagian dari perangkat “strategis” di tempat kerja misalnya: PC, printer, fax,
telepon, AC dan lain-lain. Dalam lingkup organisasi perusahaan, teknologi tidak hanya berupa
barang atau perangkat canggih tetapi juga semua hal yang dikembangkan secara teknis dan
sistematis misalnya metode (Six Sigma, Lean Management, Malcolm Baldrige, Balance
Scorecard), prosedur (ISO, OHSAS, ASTM), sistem manajemen (RCM or Reliability Centre
Management, TQC or Total Quality Control) dan sebagainya.
1.1. Konsep Teknologi
Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian metode
rasional yang berkaitan dengan pembuatan sebuah objek, atau kecakapan tertentu, atau
pengetahuan tentang metode dan seni.
Secara umum, teknologi dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak benda yang
diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai. Definisi
teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah kebudayaan.
Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni untuk faedah kehidupan
seperti yang dikenal saat ini. Tetapi ada juga definisi yang sama menonjolnya, yakni definisi
teknologi sebagai sains terapan, khususnya para ilmuan dan insinyur. Dalam penggunaan ini,
pengertian teknologi mengacu pada alat dan mesin yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah di dunia nyata.
Teknologi adalah sebuah pengetahuan yang ditujukan untuk menciptakan alat, tindakan
pengolahan dan ekstraksi benda. Istilah "teknologi" telah dikenal secara luas dan setiap orang
memiliki cara mereka sendiri memahami pengertian teknologi. Teknologi digunakan untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan kita sehari-hari, secara singkat; kita bisa
menggambarkan teknologi sebagai produk, proses, atau organisasi. Selain itu, teknologi
digunakan untuk memperluas kemampuan kita, dan yang membuat orang-orang sebagai bagian
paling penting dari setiap sistem teknologi.

1
Banyak sekali definisi tentang teknologi, dalam pembelajaran ini teknologi kita batasi
sesuai definisi merunut kepada Rasiman (2006) yaitu:
Teknologi adalah ... (1) Pendayagunaan informasi dengan tujuan jelas pada disain, produksi dan
utilisasi produk dan jasa yang terjadi pada aktifitas keseharian personil dalam suatu organisasi.
(2) Pendayagunaan pengetahuan saintifik untuk keperluan tertentu khususnya dalam industri. (3)
Suatu wadah pengetahuan yang digunakan untuk menciptakan alat bantu, mengembangkan
ketrampilan dan memproses atau mengumpulkan material. (4) Pengembangan dan pemanfaatan
dari alat bantu, mesin, material dan proses yang membantu tercapainya tujuan perusahaan/
organisasi.

Jenis dan tipe teknologi juga beragam sehingga pada pembelajaran ini jenis teknologi
diklasifikan berdasarkan Jazali and Raduan (2012) yaitu sebagai berikut:
- General technology yaitu teknologi yang umum dipakai oleh sbagain besar masyarakat
baik dsalam skala individu mauoun organisasi (perusahaan). Contohnya antara lain:
Internet, Wifi, Nano Technology, Artificial Intelligence, Remote sensing, Smartphone,
CCTV, GPS, Digital camera, SCM (Supply Chain Management), RFID (Radio
Frequency Identification) etc.
- System specific technology yaitu teknologi yang bersifat system dan dipakai secara
spesifik hanya pada kalangan industri tertentu, misalnya: Tracking micro chip, e-banking,
Computerized Accounting Information Systems (CAIS), 3D printing, the Enterprise
Resource Planning (ERP) and Electronic Data Interchange (EDI), Inventory Control
System etc.
- Company specific technology yaitu teknologi yang pemakaiannya hanya terbatas pada
kalangan atau industri tertentu saja. Contohnya antara lain: HVDC, Gas and Steam
Turbine, Boiler, Generator, Transformer, Drone, Missile, Cluster bomb, Carrier Vessel,
MRI (Magnetic Resonance Imaging).

Dalam kontek perilaku organisasi perlu dilihat dimana letak dan kaitan teknologi dengan
organisasi dan unsur-unsur lainnya. Untuk melihat keterkaitan PLN sebagai suatu unit organisasi
dengan lingkungannya dipakai teori model organisasi (Mari Jo Hatch, 2005) dimana terlihat
interaksi antara teknologi, struktur sosial, struktur fisik dan budaya yang kesemuanya beririsan
dalam organisasi. Dalam kasus ini yang penting dikemukakan adalah bahwasanya teknologi

2
merupakan salah satu bagian dari organisasi (termasuk PLN) yang potensial untuk
mempengaruhi secara signifikan kinerja organisasi tersebut.

Gambar 1. Organisasi dan lingkungannya

1.2. Teknologi dan Perubahan


Perkembangan Teknologi mengakibatkan perubahan signifikan terhadap seluruh aspek
kehidupan manusia. Determinisme Teknologi beranggapan bahwa struktur yang ada di dalam
masyarakat bergantung pada perkembangan teknologi dan beriringan dengan perkembangannya.
Semakin berkembang teknologi yang ada di masyarakat, semakin canggih dan semakin banyak
inovasi yang dibuat, maka masyarakat juga akan mengikuti alurnya menjadi semakin modern
dan berkembang mengikuti semakin canggihnya inovasi teknologi yang ada. Teori ini
menyatakan bahwa hubungan yang ada di antara masyarakat dan teknologi merupakan hubungan
yang saling mempengaruhi, sehingga keberadaan dan perkembangan teknologi juga menentukan
perkembangan dan perubahan sosial dan nilai-nilai budaya di dalam masyarakat. Selain itu, teori
ini juga menyatakan bahwa teknologi adalah kunci yang penting dalam kekuatan menguasai serta
mengendalikan masyarakat, dan hal ini membawa keyakinan bahwa perubahan sosial yang ada
di dalam masyarakat yang terus berubah-ubah dikendalikan oleh inovasi teknologi yang terjadi.
Dalam sejarahnya, teknologi dilihat sebagai kekuatan utama dalam perubahan di masyarakat,
dan semua teknologi yang dibuat dan kemudian disebarluaskan di masyarakat, memiliki dampak
terhadap kehidupan social. Pemikiran ini datang dari bukti-bukti bahwa banyak peristiwa-
peristiwa sejarah yang ada merupakan dampak dari munculnya teknologi-teknologi baru,salah

3
satu contohnya adalah Revolusi Industri yang terjadi pada abad 18. Terjadinya Revolusi Industri
pada saat itu, mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat. Sistem perekonomian, cara
bekerja, sampai cara berkomunikasi dan bersosialisasi pun berubah, sehingga hal ini menjadi
pemicu dan pendukung anggapan bahwa banyak perubahan-perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat yang timbul karena adanya teknologi baru yang muncul serta pengadaptasiannya.
Teknologi saat ini menyebar secara masif dengan perkembangan yang sedemikian pesat
di sekitar kita. Teknologi telah, sedang dan akan terus merubah perilaku hidup kita, cara
berbisnis, berkomunikasi dan berinteraksi. Inovasi teknologi dengan berbagai bentuknya muncul
hampir setiap hari.
Laju perkembangan produk dan teknologi baru terus meningkat tajam di sleuruh dunia.
Saat ini siklus suatu disain otomatif baru akan hanya bertahan sekitar 24 sampai 36 bulan, 60 kali
lebih cepat dari siklus produk sejenis lima tahun yang lalu. Seperti pada gambar 2, dimulai tahun
1900 teknologi telepon butuh waktu hampir seratus tahun untuk mencapai 50% rumah tangga di
dunia. Namun teknologi telpon selular hanya perlu waktu lima tahun untuk mencapai volume
pemakai yang sama di tahun 1990-an. Fenomena sama seperti pada gambar 3, terlihat bagaimana
teknologi listrik butuh 30 tahun dan telpon butuh 25 tahun untuk mencapai skala adopsi 10%
pengguna secara global tetapi teknologi gadget hanya butuh kurang dari lima tahun untuk
mencapai level adopsi yang sama. Bisa disimpulkan bahwa perkembangan teknologi saat ini
memasuki pertumbuhan yang eksponensial.

Gambar 2. Laju penetrasi berbagai teknologi

4
Gambar 3. Laju adopsi teknologi beberapa produk baru

Bagaimana sikap perusahaan meghadapi perubahan teknologi yang sedemikian cepat


bahkan eksponential tersebut? Contoh paling mudah adalah kasus dua raksasa film dunia: Kodak
dan Fuji Film.
Kodak, dengan seluruh sumber daya yang mereka miliki, telah lebih dulu memprediksikan
munculnya teknologi kamera digital. Bahkan mereka sudah tahu tentang teknologi tersebut, 20
tahun sebelum penjualan kamera digital ‘mematikan’ kamera analog ditahun 2002. Tapi
sayangnya, Para manager Kodak dilevel atas malah tidak mendengarkan masukan dari
departemen Market research yang memberitahukan kalau perusahaan hanya punya waktu satu
dekade untuk berubah keteknologi digital. Sekedar informasi kalau salah satu karyawan mereka
adalah orang yang pertama kali mengembangkan kamera digital tapi Kodak malah tidak
menghiraukannya.
Steve Sasson, Karyawan Kodak yang menemukan kamera digital pertama ditahun 1975,
bercerita saat ia mempresentasikan perangkat ciptaannya tersebut. Pada waktu itu orang-orang
diperusahaannya cuma mengatakan “Lucu juga benda ini, tapi jangan beritahu siapapun
tentang benda ini”. Sasson tak mampu meyakinkan siapapun yang ada di Kodak tentang
penemuannya yang potensial. Dan begitu Sony dan perusahaan lainnya berhasil memproduksi
5
kamera digital yang murah ke pasaran, saat itulah Kodak telah kehilangan peluang mereka
selamanya. Peringatan dari orang-orang dalam perusahaan mereka sendiri diabaikan, dan pada
akhirnya ditahun 2012, Kodak dinyatakan bangkrut untuk kesebelas kalinya.
Fujifilm Corporation, yang berkantor pusat di Tokyo, Jepang, adalah anak perusahaan yang
didirikan pada tahun 1934 sebagai sebuah produsen film fotografi di bawah nama Fuji Photo
Film Co., Ltd. Pada 2012, Kodak - rival abadi Fujifilm mengajukan permohonan untuk bangkrut.
Namun Fujifilm, berhasil lolos dari gilasan transformasi zaman dan terus berkembang bahkan
sampai hari ini.
“Kodak bertindak sebagaimana stereotipe perusahaan Jepang yang lama beradaptasi
dengan perubahan, di sisi lain Fujifilm melakukan bertindak seperti sebuah perusahaan Amerika
yang fleksibel.” Sejatinya, seperti juga Kodak, pada 1980an, Fujifilm menyadari bahwa bisnis
film akan masuk ke era digital. Seperti Kodak, Fujifilm terus menginvestasikan keuntungan dari
penjualan film ke dalam teknologi digital, dan mencoba melakukan diversifikasi ke wilayah
baru. Keberhasilan Fujifilm bertahan dari gilasan perusahaan adalah kemampuan mereka dalam
mengantisipasi serta mengekskusi rencananya pada tahun 2000 saat menghabiskan sekitar $ 1,6
miliar untuk tambahan 25% saham di FujiXerox, sebuah perusahaan patungan Fujifilm dengan
Xerox, ketika perusahaan Amerika itu membutuhkan uang tunai.

1.3. Teknologi dan Kinerja Perusahaan


Dalam kontek organisasi yang lebih khusus yaitu perusahaan, Value chain analysis
(Michael Porter, 1985) menggambarkan mata rantai kegiatan suatu perusahaan dalam industri
tertentu. Produk melewati seluruh mata rantai secara berurutan dan pada setiap aktifitas, produk
memperoleh nilai tambah. Proses saling terkait tersebut memberi nilai tambah lebih besar
terhadap produk dibandingkan dengan proses yang berdiri sendiri. Pada gambar 4, terlihat model
generik dari value chain analysis dimana teknologi merupakan salah satu komponen penentu.
Dalam kasus PLN, mata rantai proses produksi bisa disederhanakan menjadi proses
pembangkitan, transmisi dan distribusi. Dengan teori ini bisa dilihat bahwa teknologi berperan
signifikan terhadap nilai tambah produk (dalam hal ini adalah tenaga listrik).

6
Gambar 4. Value Chain Analysis

Yang perlu diperhatikan bahwa banyak studi dan sumber pustaka terkini menjelaskan serta
membuktikan bagaimana teknologi tidak hanya sebagai “tools” bagi suatu organisasi untuk
melakukan perubahan tetapi juga menjadi penyebab (enabler) yang membuat suatu organisasi
harus melakukan perubahan atau perbaikan agar tetap bisa bertahan (eksis). D’Aveni (1994)
menjelaskan bahwa terjadinya kondisi hyper-competition pada pasar saat ini dipicu oleh makin
intensifnya persaingan yang tidak hanya ditentukan oleh harga, kualitas dan strategi pemasaran
saja tetapi juga ditentukan secara signifikan oleh perkembangan teknologi. Suatu perusahaan
harus menciptakan inovasi baru yang berkesinambungan agar selalu eksis menjaga tingkat
kompetisinya. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa teknologi erat kaitannya dengan fungsi
stratejik suatu perusahaan.

Literatur tentang teknologi dalam kaitannya dengan aspek stratejik suatu


organisasi/perusahaan bisa dirunut dari teori “entrepreneurial of innovation” oleh Schumpter
(1934) yang menjelaskan mutlaknya implementasi inovasi (teknologi baru) oleh suatu
perusahaan/organisasi agar tetap eksis dan terjadi dinamika dalam persaingan usaha. Perusahaan
harus melakukan innovation disruption agar bisa kompetitif dan eksis. Pemanfaatan teknologi
dalam proses produksi secara empiris terbukti telah meningkatkan produktifitas tenaga kerja.
Studi Abramovitz (1956) tentang trend output dan sumber daya di Amerika Serikat sejak 1870,
menunjukkan bahwa kontribusi teknologi untuk meningkatkan produktifitas adalah sebesar
62.5%. Sedangkan Solow (1957) menggunakan metode yang berbeda, menghitung kontribusi
teknologi sebesar 87.5% terhadap produktifitas kerja.

7
Kemudian studi dan riset terkini menjelaskan hubungan antara teknologi dengan kinerja
perusahaan yang terukur melalui biaya produksi, produktifitas perusahaan dan factor-faktor
terkait lainnya (L´opez-Acevedo, 2002). Studi dan literatur terkini menyatakan bahwa
implementasi teknologi :

1. Menurunkan biaya operasi perusahaan (Saloner and Shepard, 1995; Draw Rebb, 2004;
Chandrasekhar et al., 2008; Jose Benitez-Amado et al., 2010),
2. Membantu peningkatan output produksi 6 sampai 81% (Brynjolfsson and Hitt, 2000;
Adewoje et al. ,2012; Kabiru et al., 2012),
3. Tidak hanya meningkatkan efisiensi (turunnya biaya) tetapi juga menaikkan efektivitas
perusahaan (meningkatkan kinerja dan membuat organisasi lebih fleksibel dan lebih
transparan) (Milne, 2006; Asghar Sabbaghi and Ganesh Vaidyanathan, 2008; Khairina
Rusli, 2012),
4. Mengurangi dampak lingkungan disamping menurunkan biaya pemakaian energi (Martin
S. Bressler et al.; 2011),
5. Membantu secara signifikan berkurangnya jumlah perusahaan yang mengalami
kebangkrutan (Rajiv K. Sinha and Charles H. Noble, 2008).

Secara lebih detail, beberapa studi juga menunjukkan bagaimana Information and
Communication technology berpengaruhui positif terhadap kinerja keuangan perusahaan
(Brynjolfsson and Hitt, 2000; Draw Rebb, 2004; Chandrasekhar et al., 2008).

Di sisi lain, perkembangan teknologi telah menghasilkan beragam inovasi yang menawarkan
efisiensi lebih baik sehingga menurunkan biaya produksi listrik. Perkembangan teknologi
terutama telah memunculkan banyak pembangkit listrik baru dengan skala bervariasi (100 kW
sampai 1000-an MW) baik yang menggunakan energi fosil (PLTU Ultra Super Critical, IGCC/
Integrated Gasification Combined Cycle, Pusat Listrik Tenaga Gasifikasi Batu bara dan
sebagainya) serta energi terbarukan (PLT Surya, PLT biomass, PLT Bayu, PLT arus laut dan
lain-lainnya). Perkembangan juga terjadi pada teknologi pendukung seperti misalnya: coal
dryer, low heat generator dan sebagainya. Selain itu juga terjadi perkembangan di bidang
teknologi energi primer antara lain: synthetic gas, coal water slurry, CNG, LNG (Liquid Natural
Gas) dan lainnya. Semua jenis teknologi ini menawarkan keunggulan efisiensi dan kinerja lebih

8
baik dibandingkan teknologi konvensional yang sudah dioperasikan sebelumnya. Karakteristik
teknologi yang dipakai oleh perusahaan ketenagalistrikan seperti PLN bisa dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Teknologi di PT PLN (Persero)


Variables Definition
Generation All technology related to produce electricity such as:
turbine (steam, gas, wind, hydro), boiler (sub-critical,
super critical, ultra super critical, CFB), generator, Coal
gasification, Coal water slurry, CNG, LNG, Coal bed
methane, Synthetic Natural Gas, Compressor (Air, Gas),
Solar cell/PV, Biomass etc.
Transmission All technology related to transmit the electricity produced
by power generation in high voltage 70-500 kV such as:
Technology High Voltage cable, Extra High Voltage cable, Polymer
Variability insulation, Non magnetic CT, SCADA, HVDC, GIS etc.
Distribution and retail All technology related to deliver the electricity power to
end users or costumers such as: Smart Grid, Pre-paid
meter, AMR, Super conductor, distribution transformer,
Online monitoring, internet payment, Electric Vehicle,
Online-Substation, Call centre etc.
Supporting All technology supporting the electricity business
processes such as: ISO series, OPI, OHSAS 18000,
SMK3, Auto CAD, CFD, Gate Cycle etc.
IT All IT technology supporting the electricity business
processes such as: online payment, call centre, web
Technology Adoption services, sms centre, online monitoring etc.
Content Non-IT All non-IT technology supporting the electricity business
processes include all above cored-technology (generation,
transmission and distribution)
Top Down The technology is adopted by the committee of PLN Head
Office then it is diffused to all units.
Technology Adoption Bottom Up The technology is adopted by business unit then it is
Process evaluated by the committee of PLN Head Office. If the
technology is feasible and useful for some units then it is
diffused to all units.
Project unit The organization which manage the construction of new
electricity facility projects.
Generation unit The organization which produce the electricity power.
Transmission unit The organization which transmit and distribute the
electricity power from the power generation to all sub
Organizational stations.
variability Distribution and retail The organization which distribute and deliver the
unit electricity power to end user or costumers.
Supporting unit The organization which not related directly but support
significantly the electricity business process such as:
corporate university, engineering centre, research institute,
certification services, workshop service centre etc.
Sumber : Arifin, 2016
2. Road Map Teknologi
2.1. Metodologi

9
Mempertimbangkan strategisnya fungsi teknologi di atas serta melihat adanya hubungan
yang positif antara implementasi/adopsi teknologi dengan kinerja perusahaan maka PLN sebagai
suatu organisasi yang dalam operasional sehari-harinya banyak memanfaatkan dan
bersinggungan dengan teknologi, perlu membuat suatu matrik atau peta teknologi masa depan.
Secara garis besar dan sesuai dengan kebutuhan praktis, pembuatan matrik atau peta teknologi
PLN didasarkan atas tiga parameter utama; impact (dampaknya terhadap perusahaan),
uncertainty (ketidak pastian atau level kematangan teknologi) dan waktu implementasi.

Matrik teknologi dibuat dengan melihat tingkat impact dan uncertainty suatu jenis
teknologi tertentu. Disini impact diletakkan pada sumbu X sedangkan uncertainty diposisikan
pada posisi Y sehingga terbentuk 4 kelompok teknologi (seperrti pada gambar 5) :

1. Teknologi yang impact-nya tinggi dan uncertainty-nya juga tinggi

2. Teknologi yang impact-nya tinggi dan uncertainty-nya rendah

3. Teknologi yang impact-nya rendah tapi uncertainty tinggi

4. Teknologi yang impact-nya rendah dan uncertainty-nya juga rendah

Gambar 5. Model Matrik Teknologi

Sedangkan pada “peta” teknologi, suatu teknologi disusun berdasarkan tingkat dampaknya
(impact) terhadap PLN seiring berjalannya waktu. Untuk itu setiap teknologi ditentukan level
perkembangan atau tingkat kematangannya yaitu sebagai berikut:

10
1. Green; teknologi masih dalam tahapan riset atau R&D.

2. Yellow; teknologi memasuki tahapan pilot project.

3. Blue; teknologi sudah diimplemantasikan dalam skala industri namun masih terbatas
pada beberapa negara.

4. Red; teknologi sudah terbukti beroperasi secara komersial

5. Grey; teknologi sudah beroperasi secara komersial dan tersebar (difusi)

Skala dampak tentunya disesuaikan dengan seberapa besar pengaruh teknologi tersebut terhadap
keseluruhan kinerja PLN terutama aspek finansial. Sedangkan tingkat kematangan didasarkan
atas riset pasar dan studi terkini tentang teknologi terkait.

2.2. Matrik dan Peta Teknologi Pembangkitan

Gambar 6. Matrik Teknologi Pembangkitan

Matrik di atas menggambarkan posisi masing-masing teknologi pembangkitan secara umum


berdasarkan assesment yang dilakukan oleh Tim PLN. Teknologi Pembangkitan belum
dibedakan atas jenis teknologi prosesnya dan variasi bahan bakarnya. Terlihat secara jelas 4
kelompok teknologi (seperrti pada gambar 4) :

11
1. Teknologi yang impact-nya tinggi dan uncertainty-nya juga tinggi; A-USC (Advanced
Ulatra Super Critical), CCS (Carbon Capture Storage), IGCC (Integrated Gasification
Combined Cycle), PLTN, CBM (Coal Bed Methane) skala besar dan sebagainya.

2. Teknologi yang impact-nya tinggi dan uncertainty-nya rendah; PLTP (Geothermal),


PLTGU (Combined Cycle), PLTA Pumped Storage, PLTGU LNG, USC (Ultra Super
Critical) dan sebagainya.

3. Teknologi yang impact-nya rendah tapi uncertainty tinggi; Biomass, Ocean energi, PLT
Bayu dan CBM skala kecil.

4. Teknologi yang impact-nya rendah dan uncertainty-nya juga rendah; PLTS (Photo
Voltaic), PLTGB (Small Gasification), Landfill gas dan sebagainya.

Sedangkan peta teknologi pembangkitan menggambarkan kira-kira kapan suatu jenis teknologi
akan dapat diimplementasikan secara komersial oleh PLN berdasarkan tingkat kematangannya
saat ini.

Gambar 7. Peta Teknologi Pembangkitan

2.3. Matrik dan Peta Teknologi Pembangkitan Thermal

12
Gambar 8. Matrik Teknologi Pembangkitan Thermal

Gambar 9. Peta Teknologi Pembangkitan Thermal

Dari beberapa jenis teknologi pembangkit thermal di atas, ada beberapa yang menarik untuk
diuraikan lebih lanjut karena skala dampaknya yang signifikan terhadap kinerja PLN.
13
Teknologi PLTU Subcritical

• PLTU subcritical dengan suhu uap operasi mulai dari 435 s/d 540 0C digunakan dengan
berbagai jenis bahan bakar yaitu MFO, gas alam dan batubara. Kapasitas unit mulai dari
kapasitasil kecil, menengah s/d kapasitas besar telah dan akan terus beroperasi di sistem Jawa
bali dan luar Jawa Bali. Material boiler yang dipakai umumnya adalah ferritic steel dengan
material tube Superheater biasanya S213T11 atau SA213T22.

• Pada PLTU batubara kapasitas ≤ 7 MW, dipakai boiler jenis stoker, sedangkan untuk kapasitas
menengah dan besar dipakai boiler dengan pulverized coal. Pada kapasitas kecil, efisiensi plant
sekitar 20 % sedangkan pada kapasitas besar dapat mencapai 35 %.

• Biaya investasi untuk kapasitas kapasitas kecil sekitar 2200 – 2800 $/kW, sedangkan kapasitas
besar sekitar 1.100 - 1.500 $/kW.

• Teknologi telah diterapkan PLN dan akan terus digunakan sampai dengan tahun 2020, dengan
berbagai kapasitas mulai kapasitas kecil, menengah dan kapasitas besar. Impact terhadap PLN
besar sekali dan telah berlangsung sejak pertama kali PLTU ini dibangun pada tahun 1972.

Teknologi PLTU Supercritical


• Suhu operasi di atas 540 s/d sekitar 560 0C dengan tekanan sesuai dengan suhu operasi.
Kapasitas per unit biasanya di atas 400 MW, dengan material boiler yang umum dipakai adalah
jenis Austenitic steel dengan material tube T92 pada superheater.

• Efisiensi plant lebih tinggi bila dibandingkan efisiensi plant PLTU subcritical dengan kapasitas
yang sama yaitu sekitar 38 – 41 %. Biaya investasi untuk pembangkit ini diperkirakan sekitar
1.265 s/d 1725 $/kW.

• Teknologi ini sudah diterapkan pada program PLTU 10.000 MW yaitu di PLTU Adi Pala dan
akan terus digunakan sampai dengan tahun 2020. Impact terhadap PLN termasuk cukup besar,
karena meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar dan penurunan emisi khususnya CO2.

Teknologi PLTU Ultra Supercritical

14
• Suhu operasi PLTU ini lebih tinggi dibandingkan PLTU supercritical yaitu mulai 580 s/d
sekitar 610 0 C, dengan kapasitas > 600 MW. Material boiler umumnya yang dipakai adalah
jenis Austenitic steel seperti SA213TP347HFG untuk superheater.

• Efisiensi plant lebih tinggi bila dibandingkan efisiensi plant PLTU supercritical dengan
kapasitas yang sama yaitu sekitar 41 – 44 %. Biaya investasi untuk pembangkit ini
diperkirakan sekitar 1.750 - 1.984 $ / kW.

• Teknologi ini sudah akan diterapkan pada pembangkit swasta (IPP) Jawa Tengah 2 x 1000 MW
dan akan terus digunakan sampai dengan tahun 2020. Impact terhadap PLN termasuk cukup
besar, karena meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar.

Teknologi PLTU Advanced Ultra Supercritical

• Suhu operasi PLTU ini lebih tinggi dibandingkan PLTU Ultra supercritical yaitu sekitar 700 0
C, dengan kapasitas > 600 MW. Material boiler yang dipakai adalah jenis Nickel based alloy.

• Efisiensi plant lebih tinggi bila dibandingkan efisiensi plant PLTU ultra supercritical dengan
kapasitas yang sama dapat mencapai 50%.

• Teknologi ini masih dalam riset dan demonstrasi. Diiperkirakan mulai diterapkan setelah tahun
2020. Impact terhadap PLN termasuk cukup besar, karena dapat meningkatkan efisiensi
pemakaian bahan bakar serta lebih ramah lingkungan.

Berdasarkan kapasitasnya pada suatu lokasi, dibawah ini adalah urutan 10 besar PLTU terbesar
di dunia (sampai dengan 2013).

Tabel 2. Daftar PLTU terbesar di dunia

Rank Station Country Capacity (MW)


1 Taichung  Taiwan 5,500
2 Tuoketuo  China 5,400
3 Bełchatów  Poland 5,354
4= Guodian Beilun  China 5,000
4= Waigaoqiao  China 5,000
4= Guohoa Taishan  China 5,000
4= Jiaxing  China 5,000
8 Paiton  Indonesia 4,870
9 Yingkou  China 4,840
10 Shengtou  China 4,600
15
Salah satu karakter khas PLTU yang membedakannya dengan pembangkit lainnya adalah
adanya fasilitas coal handling yang biasanya menggunakan fasilitas jetty (dermaga) seperti
gambar di bawah. Tapi pada PLTU mulut tambang (mine mouth) fasilitas coal handling langsung
terhubung dengan kawasan pertambangan sehingga tidak membutuhkan jetty.

Gambar 10. Foto satelit Coal Ash Handling PLTU Suralaya

Teknologi PLTU Fluidized Bed Combustion

• PLTU ini memakai Fluidized Bed dengan sirkulasi aliran fluida pada combustion chamber dan
cyclone antara 10 s/d 50 kali tergantung ukuran partikel. Adanya campuran pasir SiO2 dengan
suhu pembakaran 800 – 900 0 C, dirancang mampu mengurangi NOx.

• PLTU CFBC umum dipakai untuk batubara kualitas rendah dengan kandungan abu tinggi
sehingga sulit digiling. Injeksi langsung limestone ke bed memberikan kemungkinan untuk
menghilangkan SO2 tanpa perlu proses desulphurisation. Kapasitas pembangkit ini biasanya
lebih besar dari 100 MW.

• Efisiensi FBC dengan kapasitas yang sama dengan PLTU pulverized coal lebih rendah 3 % bila
dibandingkan dengan PLTU tersebut. Teknologi ini telah diterapkan di PLN yaitu di PLTU
Tarahan (2 x 100 MW) dan PLTU Labuhan Angin (2 x 100 MW).

Teknologi IGCC (Integrated Gasification Combined Cycle)

16
• Teknologi ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari Coal Gasification. Syngas yang
dihasilkan dari gasifier ( bertemperatur 500-1500 C) dialirkan ke gas turbine untuk
menghasilkan listrik. Selanjutnya exhaust dari gas turbine dan steam hasil pemanasan di heat
exchanger gasifier digunakan bersama-sama sebagai penggerak turbin uap. Jadi sistem ini
disebut integrated dan combined karena menggunakan dua siklus thermal yang berbeda, yaitu
siklus gas dan uap yang terintegrasi (uap dihasilkan dari panas yang berasal dari syngas
sebelum dibakar). Hampir sama dengan siklus PLTGU cuma energi primernya berasal dari
gasifikasi batu bara.

• Kapasitas terbesar yang ada adalah 300 MW dengan effisiensi 42%. Beberapa IGCC sudah
dikembangkan dan beroperasi sejak tahun 1980-an seperti pada tabel di bawah. IGCC plant
dapat dioperasikan baik pada base load maupun load follower. Pada pengembangan lebih
lanjut, IGCC dapat dioperasikan hybrid dengan fuel cell power plant. Hal ini dikarenakan
IGCC dapat menghasilkan hydrogen dalam kadar yang tinggi, yang mana sangat diperlukan
oleh fuel cell power. EPC cost diperkirakan sebesar US$ 2500-5500/kW.

Dari beberapa IGCC Plant yang sudah dibangun di atas, hanya tinggal IGCC Puertollano,
Spain 298 MW yang masih beroperasi secara komersial sampai saat ini. IGCC Plant lainnya
terutama yang di US dihentikan sementara operasinya mengingat kebutuhan sistem yang kurang
mendukung dan ditemukannya shale gas sebagai bahan bakar gas turbine dengan harga yang
jauh lebih ekonomis. IGCC Nakosho di Jepang juga masih dalam tahap uji coba dan belum
masuk tahapan komersial.
17
2.4. Matrik Teknologi Pembangkitan Energi Baru dan Terbarukan (EBT)

Gambar 11. Matrik Teknologi Pembangkitan EBT

Matrik ini secara umum akan terbagi menjadi energi baru (New Energi) dan terbarukan
(Renewable). Energi Baru adalah jenis energi yang relatif baru ditemukan dan dikembangkan,
berasal dari jenis energi primer konvensional (minyak bumi, batu bara, gas alam dan sejenisnya).
Beberapa jenis energi baru antara lain: gasifikasi batu bara, batu bara cair, nuklir, coal bed
methane, shale gas dan lain-lain. Sedangkan energi terbarukan adalah sumber energi yang
berasal dari energi terbarukan misalnya; tenaga surya/matahari, angin, bio diesel, bio mass,
hydro power, geo thermal dan sebagainya.

Beberapa jenis teknologi energi baru akan dijelaskan di bawah ini namun untuk jenis
teknologi yang spesifik dan berdampak signifikan serta sudah dalam tahapan penyelesaian studi
kelayakan seperti PLTN akan diuraikan secara detail dalam modul lainnya. Beberapa teknologi
baru yang erat kaitannya dengan bahan bakar juga akan diuraikan lebih detail dalam modul
teknologi Energi primer.

Coal Bed Methane

• Teknologi ini mengekstraksi gas alam dari batu bara yang umumnya terdapat pada
underground mining. Komposisi utama dari CBM adalah methane, berkisar 80-90%. Terdapat
18
juga gas lain dalam jumlah kecil, beberapa persen, yang terdiri dari carbon dioksida, nitrogen
dan ethane. Proses terbentuknya CBM dapat dijelaskan sebagai berikut: Didalam lapisan
tambang coal terdapat banyak rekahan ketika proses pembentukan batubara terjadi. Melalui
rekahan itu, air dan gas masuk ke dalam lapisan batubara. Batubara yang terbentuk mempunyai
pori-pori yang banyak pada permukaannya sehingga coal ibarat sebuah spon yang
memungkinkan menyerap air dan gas dalam jumlah banyak. Dalam kondisi gas bertekanan
tinggi, maka jumlah gas yang terserap ke dalam coal semakin besar. Gas methane merupakan
jenis gas yang paling banyak terserap kedalam pori-pori batubara.

• Pada prinsipnya, Untuk memperoleh CBM, dilakukan dengan merendahkan tekanan air
ditempat CBM berada. Kemudian dibuat sumur produksi yang mencapai lapisan batubara.
Tekanan tinggi air pada lapisan CBM akan berkurang jika air dipompa keluar, yang pada
akhirnya akan membuat gas methane terlepas dari batubara. Kemudian CBM akan mengalir ke
permukaan tanah melalui sumur bor.Jenis batubara dimana CBM diproduksi ikut menentukan
karakteristik dari CBM.

• Selanjutnya, CBM yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk proses combustion konvensional.
Tidak diperlukan gas engine ataupun boiler jenis khusus untuk membakar gas CBM.
Tantangan dari CBM adalah teknologi eksplorasi yang belum banyak terbukti kehandalannya.
Untuk menentukan sumber CBM diperlukan proses penelitian yang panjang. Biaya eksplorasi
mulai dari drilling sampai gas gathering diperkirakan sebesar US$ 200.000.

Gas Landfill
• Teknologi ini mengubah energi kimia yang terdapat dalam sampah menjadi biogas yang
mayoritas terdiri dari 50% gas methane dan 50% karbon dioksida. Proses yang terjadi adalah
sampah yang tersedia ditimbun sampai terjadi proses pembusukan (anaerobic digestion)
selama minimal 1 tahun. Puncak produksi gas terjadi 5-7 tahun setelah sampah ditimbun.
Untuk mengekstrasi biogas yang dihasilkan, dibangun pipa untuk menyedot gas methane dari
proses pembusukan tersebut. Gas methane selanjutnya diolah untuk pembersihan dari
impurities sebelum dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada gas engine atau boiler. Tidak

19
diperlukan gas engine dengan spesifikasi khusus. Efisiesi konversi yang dihasilkan mencapai
20%. Proses pembusukan tergantung dari komposisi sampah dan geometri landfill.

• Dengan potensi sampah yang ada di setiap kota, maka teknologi ini mempunyai masa depan
yang cerah dalam penerapannya. Dalam skala cukup besar, saat ini 2000 ton/hari dari total
6000 ton/hari sampah Jakarta di bantar Gebang sudah diproses menggunakan teknologi ini dan
diperkirakan menghasilkan energi listrik dari gas engine sampai 30 MW. Dalam aplikasi lain,
anaerobic digestion dapat juga memproses manure untuk menghasilkan biogas. Tantangan dari
penerapan teknologi ini adalah proses pengumpulan sampah ke lokasi landfill yang dapat
menimbulkan dampak sosial. EPC cost landfill gas diperkirakan sebesar US$ 2400/kW.

Sedangkan Peta Teknologi Energi baru dan Terbarukan seperti gambar di bawah.

Gambar 12. Peta Teknologi Pembangkitan EBT

Beberapa jenis teknologi energi terbarukan akan dijelaskan di bawah ini namun untuk
pembahasan lebih spesifik akan diuraikan secara detail dalam modul teknologi EBT.

Bio-mass
• Combustion : Proses konversi energi yang terjadi pada teknologi ini adalah energi kimia yang
terdapat didalam biomass menjadi energi panas melalui proses combustion (pembakaran).
Biomass yang dipergunakan dapat berupa kayu, sisa-sisa pertanian, perkebunan maupun
sampah dengan kriteria tertentu. Persyaratan utama untuk teknologi ini adalah bahwa feedstock
(bahan baku) mempunyai kandungan air yang tidak lebih dari 20%. Sedangkan untuk ukuran
feedstock dapat bervariasi, tergantung dari jenis teknologi combustion yang dipakai. Efisiensi
20
unit yang dihasilkan berkisar 20-30%, tergantung jenis teknologi yang dipakai. PLTU biomass
umumnya dioperasikan sebagai base load. Tantangan dari teknologi ini adalah kontinyunitas
suplai bahan baku. EPC cost diperkirakan sebesar US$ 1000-2000/kW.

• Gasification: Berbeda halnya dengan biomass combustion, biomass yang diproses tidak
langsung dibakar tetapi diubah terlebih dahulu menjadi synthetic gas oleh gasifier. Teknologi
ini mengolah energi kimia yang terdapat dalam biomass menjadi synthetic gas (syngas) melalui
proses gasification. Syngas yang dihasilkan kemudian dibakar di gas engine. Komposisi
syngas terdiri dari H2, CH4, dan CO, total mencapai 40% dari volume gas yang ada. Proses
gasifikasi dilakukan dalam rasio udara kurang dari 1.

PLTS (Solar Power)

Teknologi ini mengubah radiasi sinar matahari menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya adalah
listrik dihasilkan dari perpindahan elektron yang diakibatkan oleh sinar matahari pada material
semi konduktor. Material utama yang dipakai pada photovoltaic cell umumnya adalah silicon.
Efisiensi yang dihasilkan dari konversi energi matahari menjadi listrik mencapai 12%. Pada
aplikasinya, photovoltaic dapat dioperasikan on grid (terhubung dengan jaringan transmisi
listrik) ataupun off grid yang biasa juga disebut stand alone. Untuk jenis pengoperasian stand
alone, dibutuhkan batere sebagai penyimpan energi listrik. Hal ini dilakukan karena matahari di
Indonesia umumnya hanya menghasilkan radiasi yang memadai untuk proses konversi listrik
selama 4-5 jam. Aplikasi lain untuk photovoltaic adalah dapat dioperasikan secara hybrid
(kombinasi) dengan pembangkit berbahan bakar fossil.

Oleh karena itu untuk daerah terpencil, pulau-pulau terluar, hybrid system dapat dipergunakan
untuk mengurangi ketergantungan dari BBM. Photovoltaic system dapat beroperasi sebagai base
load maupun peak load (yang memakai baterai). Tantangan dari teknologi ini adalah capital cost
yang masih mahal dengan efisiensi yang masih rendah. EPC cost berkisar antara US$ 5000-
6000/kW. Kebutuhan lahan untuk photovoltaic system untuk tiap 1 kWp adalah 2 - 5 m 2

tergantung dari jenis material PV-nya.

Selain photo voltaic, teknologi PLTS lainnya adalah Concentrated photovoltaic dan
Concentrated solar thermal (lihat daftar jenis-jenis PLTS terbesar didunia seperti tabel berikut).

21
Tabel 4. Pembangkit Flat-panel photovoltaic terbesar di dunia

Rank Station Country Capacity (MW)


1 Topaz  United States 550
2 Agua Caliente  United States 251.3
3 California Valley Solar Ranch  United States 250
4 Charanka  India 214
5 Huanghe Hydropower Golmud  China 200

Tabel 4. Pembangkit Concentrated photovoltaic terbesar di dunia

Rank Station Country Capacity (MW)


1 Alamosa  United States 37
2 Navarra  Spain 7.8
3 Hatch  United States 5
4 Casaquemada  Spain 1.9
5 Sevilla  Spain 1.2
6 (tie) Victor Valley College CPV  United States 1
6 (tie) Questa  United States 1

Tabel 5. Pembangkit Concentrated Solar Thermal terbesar di dunia

Rank Station Country Capacity (MW)


1 Ivanpah  United States 377
2 SEGS VIII, IX  United States 160
3 SEGS III-VII  United States 150
3 Solnova  Spain 150
3 Andasol  Spain 150
3 Extresol  Spain 150
7 Palma del Rio  Spain 100
7 Manchasol  Spain 100
7 Valle  Spain 100
Teknologi Energi Laut (Ocean Energy Conversion)
Pada dasarnya teknologi untuk memanfaatkan energi laut terdiri dari :
• Tidal energy conversion: memanfaatkan arus pasang surut laut untuk menggerakkan turbin
generator yang dipasang pada pantai.
• Wave energy conversion: memanfaatkan gelombang laut untuk menggerakkan generator listrik.
• Sea current energy conversion: memanfaatkan arus laut untuk menggerakkan peralatan
mekanik yang terhubung dengan generator listrik

22
• Ocean thermal energy conversion: memanfaatkan perbedaan suhu pada kedalaman laut yang
berbeda.

Efisiensi yang dihasilkan dari ocean energy conversion sangat beragam dan dapat mencapai
60% tergantung dari jenis teknologi yang dipergunakan. Teknologi ini mempunyai tantangan
dalam hal dampak lingkungan dan pengawasan operasi serta pemeliharaan. EPC cost
diperkirakan masih lebih besar dari US$ 4000/kW. Berikut daftar pembangkit energi laut
terbesar di dunia berdasarkan jenis teknologinya.

Tabel 6. Pembangkit Tidal Energy Conversion terbesar di dunia

Rank Station Country Capacity (MW)


1 Sihwa Lake  South Korea 254
2 Rance  France 240
3 Annapolis Royal  Canada 20
4 Jiangxia  China 3.9
5 Kislaya Guba  Russia 1.7

Tabel 7. Pembangkit Wave Energy Conversion terbesar di dunia

Rank Station Country Capacity (MW)


1 Aguçadoura  Portugal 2.25
2 Islay Limpet  United Kingdom 0.5
3 Mutriku Breakwater  Spain 0.3
4 SDE Sea  Israel 0.04
PLTA (Hydro Power)
Teknologi ini adalah teknologi energi terbarukan paling tua di dunia, diketemukan sejak adanya
peradaban Mesopotamia dan Mesir kuno. Digunakan untuk irigasi pada abad 4 sebelum masehi
dan untuk aplikasi jam air pada abad 2 sebelum masehi. Penggunaan untuk produksi energi
(water power) dapat ditemukan jejaknya pada sistem Qanat di Persia kuno dan Tupan water
system di China.
Sejak awal abad ke-20, istilah hydro power telah digunakan secara eksklusif dalam hubungannya
dengan pembangkit listrik tenaga air yang secara umum jenisnya terdiri dari:
• PLTA konvensional yaitu PLTA yang memanfaatkan tinggi jatuhnya air dengan membuat
waduk (reservoir) untuk penampungan air sebelum dialirkan dalam pipa pesat melewati turbin
air yang selanjutnya dihubungkan ke generator (power house) menghasilkan energi listrik.

23
• PLTA run-off river yaitu PLTA yang memanfaatkan tinggi jatuhnya air dengan membendung
langsung aliran sungai pada lokasi tertentu sehingga air mempunyai energi potensial yang
selanjutnya dialirkan dalam pipa pesat menuju turbin air untuk menghasilkan energi listrik.
• PLTA pumped-storage yaitu PLTA yang mempunyai dua waduk (reservoir) di sisi bawah
setelah turbin dan sisi atas untuk penampungan (seperti layaknya PLTA konvensional). PLTA
jenis ini digunakan untuk pembangkit beban puncak (peaker) dimana pada malam hari
biasanya air dari reservoir atas dialirkan ke pipa pesat untuk membangkitkan energi listrik di
power station dan air tersebut ditampung di reservoir bawah. Saat siang hari, air dipompa dari
reservoir bawah kembali menuju ke reservoir (waduk) atas. Demikain seterusnya.
Berikut adalah tabel PLTA terbesar di dunia berdasarkan jenisnya.

Tabel 8. PLTA Konvensional terbesar di dunia

Rank Station Country Capacity (MW)


1 Three Gorges  China 22,500
 Brazil
2 Itaipu 14,000
 Paraguay
3 Guri  Venezuela 10,235
4 Tucuruí  Brazil 8,370
5 Grand Coulee  United States 6,809
6 Longtan  China 6,426
7 Sayano-Shushenskaya  Russia 6,400
8 Krasnoyarsk  Russia 6,000
9 Robert-Bourassa  Canada 5,616
10 Churchill Falls  Canada 5,428

Tabel 9. PLTA run-off river terbesar di dunia

Rank Station Country Capacity (MW)


1 Chief Joseph  United States 2,620
2 John Day  United States 2,160
3 Beauharnois  Canada 1,903
4 The Dalles  United States 1,779.8
5 Nathpa Jhakri  India 1,500

Tabel 10. PLTA pumped-storage terbesar di dunia

Rank Station Country Capacity (MW)


1 Bath County  United States 3,003
2 Huizhou  China 2,448
24
3 Guangdong  China 2,400
4 Okutataragi  Japan 1,932
5 Ludington  United States 1,872

2.5. Matrik dan Peta Teknologi Transmisi dan Distribusi

Gambar 13. Matrik Teknologi Transmisi dan Distribusi

Matrik di atas menggambarkan posisi masing-masing teknologi Transmisi dan Distribusi


secara umum berdasarkan assesment yang dilakukan oleh Tim PLN. Terlihat secara jelas 4
kelompok teknologi (seperrti pada gambar 10) :

1. Teknologi yang impact-nya tinggi dan uncertainty-nya juga tinggi; Super Conductor dan
EV (Electric Vehicle) infrastructure.

2. Teknologi yang impact-nya tinggi dan uncertainty-nya rendah; HVDC, Online


Monitoring, Compact Substation, AMR dan sebagainya.

3. Teknologi yang impact-nya rendah tapi uncertainty tinggi; Smart Grid, LED Light, AMI
dan WAM.

4. Teknologi yang impact-nya rendah dan uncertainty-nya juga rendah; DAS/SCADA,


Polymer insulation, Non magnetic CT, XLPE HV/ EHV Cable dan sebagainya.

25
Sedangkan berikut ini adalah peta Teknologi Transmisi dan Distribusi yang diperkirakan sampai tahun
2040. Berhubung sangat spesialnya bahasan dan variasinya yang banyak, teknologi ini akan dibahas lebih
detail pada modul teknologi Transmisi dan Distribusi.

Gambar 14. Peta Teknologi Transmisi dan Distribusi

2.6. Matrik Teknologi Pendukung

Dalam kontek PLN, teknologi pendukung mencakup semua teknologi yang tidak terkait
langsung dengan proses utama ketenagalistrikan dan perkembangannya sangat dinamis mengikuti
jenis teknologi dasarnya terutama teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Secara garis besar
teknologi pendukung ini dapat dibedakan atas:
1) Metode (Six Sigma, Reverse Engineering, Malcolm Baldrige, Balance Scorecard,
Remaining Life Assesment),
2) Prosedur (ISO, OHSAS, ASTM, PASS 55 dan sejenisnya),
3) Sistem Manajemen (RCM or Reliability Centre Management, TQC or Total Quality
Control, Lean Management) dan sebagainya.
Dibawah adalah Matrik Teknologi Pendukung yang hanya mencantunkan beberapa contoh teknologi
sesuai assesment beberapa waktu yang lalu. Mengingat sangat beragamnya teknologi pendukung ini maka
pembahasan lebih detail akan diberikan pada modul teknologi pendukung.

26
Gambar 15. Matrik Teknologi Pendukung

3. Assessment Teknologi

Penilaian teknologi (technology assessment) adalah pengamatan dan evaluasi terhadap semua
bentuk teknologi baru. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa semua penemuan teknologi baru
tidak hanya berguna bagi kalangan ilmuwan yang menemukan dan membuat teknologi itu saja,
tetapi juga bermanfaat untuk masyarakat luas. Bentuk evaluasi yang lain berkaitan dengan
pengamatan mengenai apakah pemanfaatan produk teknologi itu tidak mempunyai implikasi etis
dan sosial dalam masyarakat, seperti menyalahi kerahasiaan pribadi (privacy right) misalnya.
Dalam konteks organisasi bisnis seperti perusahaan (PLN) penilaian teknologi pada dasarnya
dilakukan untuk menjawab dua pertanyaan mendasar; apakah teknologi yang akan dipakai layak
secara teknis operasional? Apakah teknologi yang dipakai layak secara financial?

3.1. Kelayakan Teknis Operasional

27
Penentuan kelayakan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi sehingga
jika tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dikemudian hari.
Secara umum ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis/operasi yaitu:
Pertama, agar perusahaan dapat menentukan lay-out yang sesuai dengan proses operasional yang
dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.
Kedua, agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan
produksinya.
Ketiga, agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan dimasa yang
akan datang.
Secara umum tahapan-tahapan untuk melakukan kelayakan teknis operasioal adalah
sebagai berikut:
1. Menetapkan spesifikasi teknis
2. Mencari teknologi yang sesuai spesifikasi
3. Membandingkan dan menyeleksi teknologi
4. Memilih teknologi sesuai “track record”
5. Menentukan detail design
Ilustrasi pelaksanaan assessment teknologi bisa dilihat contohnya pada teknologi bidang
kesehatan seperti gambar di bawah. Kelayakan teknis operasional akan memastikan bahwa alat
atau teklnologi bartu yang akan dipakai dalam bidang medis tersebut sudah memenuhi aspek
keamanan (safety), efisien (efficiency), efektifitas dan “siap” diimplementasikan. Setelah tahapan
ini bisa dipenuhi maka selanjutnya dilakukan kajian kelayakan secara finansial.
Catatan: untuk pemahaman lebih detail akan dibahas contoh-contoh riel di kelas.

28
Gambar 16. Penilaian Teknologi bidang Kesehatan

3.2. Kelayakan Finansial


Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran
kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan.  Analisis finansial
merupakan suatu analisis yang membandingkan  antara biaya dan manfaat  untuk menentukan
apakah  suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis. Secara praktek umumnya analisis
finansial bisa dilakukan melalui dua pendekatan: project financial analysis dan Cost benefit
Ratio. Parameter untuk project financial terdiri setidaknya atas tiga indikator yaitu Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).

Net Present Value (NPV)


Net  Present  Value  (NPV)  adalah  nilai  sekarang  dari  keuntungan  bersih (manfaat  neto
tambahan)  yang  akan  diperoleh  pada  masa  mendatang,  merupakan selisih antara nilai
sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria  penilaian  untuk Net
Present Value (NPV)  adalah  sebagai berikut:
1. Jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan.
2. Jika NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan.
3. Jika NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung.

Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return  (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum  yang dapat dibayar oleh
bisnis untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis membutuhkan  dana  lagi  untuk  biaya-
biaya  operasi  dan  investasi  dan  bisnis  baru sampai pada tingkat pulang modal. Internal Rate
of Return  (IRR) digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari
arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan  mengeluarkan  investasi
awal. Apabila  IRR sama  dengan  tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan  untung
atau  rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak diusahakan,
sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.

Payback Period (PP)


Payback   period  (PP)  digunakan  dengan  tujuan  untuk  menghitung  jangka waktu
pengembalian  modal investasi  yang  digunakan  untuk  membiayai  bisnis. Payback period

29
adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam bisnis
tersebut dapat dikembalikan.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)


Net benefit cost ratio  (Net B/C Ratio) adalah perbandingan  antara present value yang dari net
benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Kadariah,1986). Jika Net
B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk diusahakan  karena  setiap  pengeluaran
sebanyak  Rp.  1  maka  akan  menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka
proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan  karena  setiap  pengeluaran  akan  menghasilkan
penerimaan  yang  lebih kecil dari pengeluaran.

3.3. Analisa Risiko


Pada proses menajemen risiko, setelah semua kemungkinan risiko yang dapat muncul pada
pekerjaan atau aktivitas sudah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisa terhadap semua risiko tersebut. Tujuan dari analisa risiko adalah untuk menentukan risiko
minor yang dapat diterima (acceptable) dan risiko major yang tidak dapat diterima
(unacceptable) sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Ketika suatu teknologi diimplementasikan maka akan ada kemungkinan terjadinya
kecelakaan atau kerugian yang diakibatkan terkait dengan dimensi ruang lingkup kerja seperti
ketersediaan informasi, material, sdm, kegagalan alat, SOP area implementasi teknologi. Semua
hal tersebut harus diidentifikasi, diukur tingkat risikonya dan dilakukan analisa untuk
pengendalian risiko tersebut agar tidak terjadi atau menurun level risiko nya. Sebuah risiko dapat
dianalisa berdasarkan probabilitas kejadian dan dampak (konsekuensi) yang mungkin terjadi
terhadap suatu proyek atau sistem. Risiko merupakan fungsi dari probabilitas kejadian dan
dampak (impact) yang dapat terjadi.
Cara melakukan analisa risiko dilakukan dengan mempertimbangkan konsekuensi
(consequence) atau dampak dan kemungkinan (likelihood) atau probalibilitas suatu risiko dapat
terjadi (gambar 17), dan juga harus mempertimbangkan pengendalian yang ada (existing
controls). Pada tahap ini dilakukan penggolongan risiko mulai dari yang rendah (low risk)
sampai yang paling tinggi (high risk), tujuannya adalah untuk mencari tingkat prioritas dalam
melakukan pengendalian. Lakukan pengendalian risiko pada risiko yang tinggi terlebih dahulu,
namun risiko rendah harus tetap dimonitoring.

30
Gambar 17. Contoh analisa kualitas risiko

Penilaian risiko menggunakan pendekatan metode matriks risiko yang relatif sederhana
serta mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di dalamnya. Penilaian
risiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu risiko. Untuk
menentukan kagori suatu risiko apakah itu rendah, sedang, tinggi ataupun ekstrim dapat
menggunakan metode matriks risiko seperti pada tabel matriks risiko di bawah:

.
Gambar 17. Matriks risiko

31
Lakukan evaluasi pengendalian yang ada (existing controls). Pada tahap ini, perlu
dilakukan identifikasi terhadap semua pengendalian yang dilakukan untuk menurunkan risiko
negatif atau meningkatkan risiko yang bersifat positif sehingga terlihat kelemahan dan kelebihan
dari pengendalian risiko yang sudah ada. Existing controls juga bisa muncul dari pengelolaan
risiko sebelumnya, seperti prosedur, kegiatan inspeksi, kendali engineering, dan lain sebagainya.
Kesalahan yang paling sering muncul adalah ketidak sesuaian antara controls dengan nilai
variabel risiko yang diturunkan (consequence & likelihood), misal controls yang ada seharusnya
menurunkan nilai consequence, namun ternyata justru nilai likelihood yang turun. Pahami
dengan benar pengaruh existing control terhadap variabel risiko. Dalam tahapan manajemen
risiko, penentuan konsekuensi (consequence) dan kemungkinan (likelihood) dapat diperkirakan
dengan menggunakan analisa statistik dan perhitungan. Namun apabila data rekaman atau data
statistik tidak tersedia, penentuan konsekuensi dan kemungkinan dapat dilakukan dengan analisa
subyektif.
Setelah dilakukan pengontrolan maka akan terjadi penurunan level dampak risiko sebagai
hasil akhir bahwa implemantator telah melakukan analisa risiko dari implementasi karya
inovasinya, mengidentifikasi risiko dan program pengendaliannya.
Catatan: untuk pemahaman lebih detail akan dibahas contoh-contoh riel di kelas.
4. Implementasi Teknologi
4.1. Inovasi Teknologi
Inovasi atau innovation berasal dari kata innovate (English) dan innovare (bhsa Latin)
artinya membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Sedangkan pengertian
inovasi teknologi yaitu memperkenalkan suatu teknologi yang baru, pelayanan yang baru, dan
cara-cara baru yang lebih bermanfaat.
Dalam definisinya, innovasi tidak diartikan sebagai penemuan (discovery), tetapi berbeda
maknanya. Bedanya yaitu, invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil
kegiatan manusia, sedangkan discovery yaitu sesuatu yang sebelumnya telah ada, tetapi baru
diketahui/ditemukan kembali oleh manusia.
Inovasi adalah penciptaan produk yang lebih baik atau lebih efektif, proses, layanan,
teknologi, atau gagasan yang diterima oleh pasar, pemerintah, dan masyarakat. Inovasi berbeda
dengan penemuan dalam inovasi mengacu pada penggunaan ide baru atau metode, sedangkan
penemuan lebih mengacu langsung pada penciptaan gagasan atau metode itu sendiri.
32
Pembaharuan atau inovasi merupakan proses memodifikasi obyek atau proyek yang
dilakukan untuk meningkatkan kinerja. Inovasi berarti baru atau perpanjangan. Kata ini berasal
dari kata Latin yaitu “innovation”, dan mengacu pada metode, ide atau objek yang dibuat dan
mirip atau sama dengan yang sebelumnya. Saat ini, inovasi adalah kata yang paling sering
digunakan dalam konteks ide-ide dan penemuan serta eksploitasi ekonomi terkait, dan inovasi
adalah penemuan yang datang di pasar.
Menurut Freeman (1998) inovasi adalah proses yang mencakup kegiatan teknis, desain,
pengembangan, manajemen dan mengakibatkan komersialisasi baru (atau yang ditingkatkan)
produk, atau penggunaan pertama dari baru (atau yang ditingkatkan) dalam proses. Inovasi juga
dapat didefinisikan sebagai melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit sumber daya, dengan
memungkinkan efisiensi dalam proses, baik pengiriman produktif atau administratif atau
keuangan atau jasa, meningkatkan dan menjadi mesin daya saing. Inovasi menciptakan
peningkatan daya saing ketika dapat dianggap sebagai faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi
suatu masyarakat.
Secara proses, terjadinya inovasi pada dasarnya dipicu oleh dua penyebab utama;
perkembangan teknologi dan tuntutan/kebutuhan pasar (konsumen). Banyak teori tentang inovasi
yang berkembang baik di tataran akademis maupun praktis lapangan, namun secara filsofis
proses inovasi sebenarnya merupakan satu rangkaian kegiatan dimana ada elemen-elemen
sebagai berikut:
1) Problem. Ada masalah yang teridentifikasi yang nanti tentunya membutuhkan suatu
penyelesaian.
2) Idea. Adanya ide berupa invensi maupun modifikasi produk atau jasa yang sudah ada
untuk memecahkan masalah yang sudah teridenifikasi tersebut.
3) Execution. Adanya pelaksanaan dari ide, metode, cara atau poroduk baru tersebut
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4) Benefit. Adanya keuntungan atau added value dari ide, metode, cara atau produk baru
tersebut dibandingkan dengan cara, metode atau produk yang sudah ada. Added value
pada dasarnya bisa diklasifikasikan menjadi tiga parameter; faster (lebih cepat),
cheaper (lebih ekonomis) dan better (lebih baik) dari sebelumnya.
Secara grafis proses dan karakter inovasi terebut bisa diwakili oleh gambar 18 dan 19 di
bawah.
33
Gambar 18. Poses Inovasi (simplifikasi 1)

Gambar 19. Proses Inovasi (simplifikasi 2)

Untuk kepentingan praktis operasional OECD, (1995) secara khusus membuat definisi
Inovasi Teknologi sebagai berikut “mengimplementasikan produk dan proses teknologi baru
yang dapat meningkatkan pangsa pasar”. Penciptaan proses dan produk baru tersebut melibatkan
penelitian ilmiah, teknologi, organisasi, finansial dan aktifitas periklanan dan sebagainya.

4.2. Adopsi Teknologi


Hall & Kahn (2002) menjelaskan bahwa adopsi teknologi adalah suatu proses seleksi untuk
mengadopsi dan memakai suatu temuan atau inovasi baru. Tidak seperti penemuan suatu
teknologi baru, yang sering terjadi sebagai suatu kegiatan tunggal atau lompatan, proses
penyebaran teknologi atau adopsi teknologi berjalan kontinyu dan cenderung lambat. Adopsi
teknologi juga tidak hanya menyangkut proses penerimaan dari para penggunanya tetapi juga
sudah dipandang sebagai suatu proses strategis untuk memberikan nilai tambah yang pasti bagi
suatu perusahaan.
Selanjutnya Sabbaghi & Vaidyanathan (2008) berargumen selaras dengan teori difusi
teknologinya Rogers, bahwa adopsi teknologi pada suatu perusahaan erat kaitannya dengan
proses inovasi dimana strategi perusahaan ditentukan berdasarkan kondisi eksternal (peluang
pasar, persyaratan dan permasalahan dll.) dan internal (pengembangan pengetahuan dan
teknologi, level ketrampilan dsb.). Sebagai salah satu aspek strategis perusahaan, maka adopsi
teknologi berjalan sesuai dengan proses inovasi yaitu sebagai berikut: Seleksi, yang kegiatan

34
utamanya adalah pencarian (searching) dan pemilihan (choice). Pada proses ini dilakukan
pencarian informasi tentang jenis teknologi baru yang lebih baik dengan mengkakses dan
menganalisa database teknologi terkait, tren teknologi pendukung, ketersediaan vendor,
kepastian dukungan implementassi dan sebagainya. Setelah semua data terkait terkumpul,
dilakukanlah pemilihan berdasarkan faktor-faktor sesuai keperluan perusahaan yang umunya
bersifat teknis, ekonomis dan sosial. Setelah ditentukan jenis teknologinya, maka tahap
selanjutnya adalam Implementasi dimana prosesnya meliputi antara lain; pembelian teknologi,
penyusunan SOP (Standard Operation of Procedure), pembuatan formulasi, penerbitan regulasi
dan sebagainya. Tahap selanjutnya adalah proses Adopsi yaitu tahapan bagaimana inovasi atau
teknologi baru itu diterima dan diterapkan oleh para penggunanya (users). Proses ini meliputi
antara lain sosialisasi, uji coba aplikasi atau prototipe, training atau workshop dan lain-lain. Jika
proses adopsi berjalan lancar, maka akan tercapai target dari implementasi teknologi baru
tersebut sehingga proses memasuki tahap berikutnya yaitu Penyebaran (Diffusion) yaitu tahapan
dimana terjadi penyebaran teknologi baru tersebut baik secara individual di unit-unit internal
suatu organisasi maupun ke bagian eksternal perusahaan bahkan kepada perusahaan lainnya.
Disini kemudian dilakukan pengukuran, evaluasi, pengembangan dan sejenisnya.
Untuk membedakan antara inovasi dan adopsi teknologi, bisa dipakai teori technology
adoption life cycle (seperti pada gambar 20) yang secara signifkan membedakan tahapan
implementasi teknologi menjadi beberapa empat; riset dasar dan terapan, pengujian prototipe,
pemanfaatan dan ketinggalan (using). Inovasi teknologi secara siklus berada di awal yaitu
mencakup tahapan riset dasar dan terapan dan pengujian prototipe. Pada tahapan ini para
pengguna teknologi terbatas pada para innovator dan maniak teknologi serta pemakai yang open
minded. Sedangkan adopsi teknologi secara siklus berada di akhir yaitu mencakup tahapan
pemnafaatan dan ketertinggalan. Pada tahapan ini teknologi sudah digunakan secara meluas dan
akan memasuki fase kejenuhan dan akhirnya “mati”.

35
Gambar 20. Technology adoption life cycle

4.3. Teknologi Disruptif


Inovasi atau teknologi disruptif (disruptive technology) adalah inovasi atau teknologi
yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan
pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu tersebut. Inovasi disruptif mengembangkan
suatu produk atau layanan dengan cara yang tak diduga pasar, umumnya dengan menciptakan
jenis konsumen berbeda pada pasar yang baru dan menurunkan harga pada pasar yang lama.
Istilah disruptive innovation dicetuskan pertama kali oleh Clayton M. Christensen dan
Joseph Bower pada artikel "Disruptive Technologies: Catching the Wave" di jurnal Harvard
Business Review (1995). Artikel tersebut sebenarnya ditujukan untuk para eksekutif yang
menentukan pendanaan dan pembelian disuatu perusahaan berkaitan dengan pendapatan
perusahaan dimasa depan. Kemudian pada bukunya "The Innovator's Dilemma", Christensen
memperkenalkan model Disruptive Inovasi (The Disruptive Innovation Model) sesuai gambar
21. Dimana kemampuan pelanggan untuk memanfaatkan sesuatu yang baru dalam satu lini.
Dimana lini terendah adalah pelanggan yang cepat puas dan yang tertinggi digambarkan sebagai
pelanggan yang menuntut. Distribusi pelanggan ini yang secara median nya bisa diambil sebagai
garis putus-putus untuk menerapkan teknologi baru.

36
Gambar 21. Disruptive technology graphic

Salah satu contoh dari Inovasi Disruptif (disruptive innovation) adalah Wikipedia.


Wikipedia merupakan salah satu contoh inovasi disruptif yang merusak
pasar ensiklopedia tradisional (cetak). Kalau dilihat, saat ini jarang sekali ditemukan
ensiklopedia edisi cetak dijual ditoko buku. Semuanya sudah beralih ke Wikipedia. Dari sisi
harga ensiklopedia tradisional (cetak) bisa jutaan, sekarang malah informasi bisa didapat secara
cuma-cuma lewat Wikipedia. Makanya disebut "disruptif" atau dalam bahasa Indonesia diartikan
sebagai "mengganggu".
Dalam dunia transportasi, mobil ketika pertama diciptakan adalah inovasi teknologi yang
revolusioner pada masa itu. Sangat mewah dan harganya sangat mahal sehingga tidak semua
orang mampu membeli. Mobil tidak bisa disebut sebagai Inovasi Disruptif (disruptif innovation)
untuk kendaraan karena pada saat pertama kali ditemukan belum banyak orang yang punya
(belum mengganggu). Singkatnya, pada saat itu tidak mengganggu pasar untuk kendaraan yang
ditarik kuda. Akan tetapi, ketika perusahaan mobil Ford membuat Ford Model T, dimana model
ini dirakit dipabrik dan menggantikan buatan tangan. Sehingga harga mobil pada saat itu jadi
sangat murah. Apa yang dilakukan Ford inilah yang disebut Inovasi Disruptif (disruptif
innovation). Menganggu pasar yang sudah ada salah satu ciri dari Inovasi Disruptif.

37
Berikut contoh dari Inovasi Disruptif (disruptif innovation) dan pasar terganggu oleh
inovasi (market disrupted by innovation) adalah:
 Ensiklopedia cetak, pasar terganggu oleh inovasi Wikipedia
 Telegrafi, pasar terganggu oleh inovasi Telepon
 Mainframes, pasar terganggu oleh inovasi Minicomputers
 Minicomputers, pasar terganggu oleh inovasi Komputer Pribadi (PC)
 Floppy Disk, pasar terganggu oleh inovasi CD dan USB
 CRT, pasar terganggu oleh inovasi LCD
 Logam & Kayu, pasar terganggu oleh inovasi Plastik
 Radiografi (Pencitraan X-Ray), pasar terganggu oleh inovasi Ultrasound (USG)
 CD & DVD, pasar terganggu oleh inovasi Digital Media (i-Tunes, Amazone, dll)
 Kamera Film, pasar terganggu oleh inovasi Kamera Digital
 Cetak Offset, pasar terganggu oleh inovasi Printer Komputer
 Penerbitan Tradisional, pasar terganggu oleh inovasi Desktop Publishing (PC)
 Kuda & Kereta Api, pasar terganggu oleh inovasi Mobil

4.4. Studi Kasus


4.4.1. Pembangkitan

Catatan: untuk pemahaman lebih detail akan ditampilkan dan dibahas contoh-contoh riel
di kelas.
4.4.2. Transmisi dan Distribusi

Catatan: untuk pemahaman lebih detail akan ditampilkan dan dibahas contoh-contoh riel
di kelas.
4.4.3. Technical Supporting

Catatan: untuk pemahaman lebih detail akan ditampilkan dan dibahas contoh-contoh riel
di kelas.
4.4.4. Aplikasi

Catatan: untuk pemahaman lebih detail akan ditampilkan dan dibahas contoh-contoh riel
di kelas.
4.4.5. Manajemen dan Niaga

38
Catatan: untuk pemhaman lebih detail akan ditampilkan dan dibahas contoh-contoh riel
di kelas.

Referensi:

1. Arifin, Z., & Fontana, A. (2015). The determinant factors of technology adoption
for improving firm's performance. In Technology Management and Emerging
Technologies (ISTMET), 2015 International Symposium on (pp. 181-186). IEEE.

2. Arifin, Z., Firmanzah, Fontana, A., & Wijanto, S. H. (2016). The Determinant
Factors of Technology Adoption for Improving Firm's Performance: An Empirical
Research of Indonesia's Electricity Company. Gadjah Mada International Journal of
Business, 18(3).

3. Avanti, Fontana (Ed.), Arifin, Zainal (Ed.) (2016), 19 Tahun Inovasi


Ketenagalistrikan Indonesia, PLN Research Institute.

4. Bronwyn H. Hall and Beethika Khan (2002), Adoption of New Technology,


New Economy Handbook: Hall and Khan.

5. Christensen, Clayton M. and Overdorf, Michael (2000), Meeting the Challenge


of Disruptive Change, Harvard Business Review.

6. Mary Jo Hatch and Ann L. Cunliffe (2005), Organization Theory; second


edition, Oxford University Press.

7. PLN (2015), Annual Report of 2014, PLN Kantor Pusat, Jakarta.

8. PLN (2010), Draft Road Map Teknologi PLN, PLN Puslitbang, Jakarta.

39

Anda mungkin juga menyukai